Anda di halaman 1dari 3

Pertukaran Mahasiswa Merdeka atau disingkat PMM merupakan salah satu

program unggulan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi
(Ditjen Diktiristek). Program ini memberi kesempatan mahasiswa di seluruh penjuru
nusantara untuk belajar di perguruan tinggi lain. Didalam PMM terdapat kegiatan yang
bernama modul nusantara atau PMM-MN yang menjadi salah satu kegiatan menarik
selama mengikuti PMM. Kegiatan ini memberikan banyak pengalaman dan
pembelajaran diluar kelas perkuliahan untuk mahasiswa yang mengikuti PMM. Saya
Icuk Sugiarto dari Universitas Lambung Mangkurat merupakan salah satu peserta PMM
di Universitas Atma Jaya Yogyakarta dan berkesempatan membagikan hal-hal yang saya
dapatkan di kegiatan modul nusantara atau PMM-MN.
Gambar di samping merupakan
sebuah ilustrasi yang
menggambarkan perasaan saya
ketika mengikuti kegiatan modul
nusantara program pertukaran
mahasiwa merdeka atau PMM-MN di
Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
terdapat berbagai macam perasaan yang saya rasakan ketika berproses dalam kegiatan
ini yaitu, mulai dari perasaan gembira, takjub, heran, takut, cemas, gugup, tertantang,
bersemangat, lelah, bosan, hingga bersyukur. setiap kegiatan modul nusantara yang
saya temui memiliki makna serta respon perasaan yang berbeda-beda. berkat kegiatan
ini saya dapat berkesempatan mendapat ilmu baru, pengalaman-pengalaman baru,
melihat tempat-tempat baru, dan bertemu teman-teman baru.
Kegiatan modul nusantara program pertukaran mahasiswa merdeka atau PMM-
MN di Universitas Atma Jaya Yogyakarta ini memberikan saya begitu hal positif dan
pembelajaran berharga. Dari Gusdurian saya belajar bahwa nilai-nilai kemanusiaan
bukan hanya disuarakan tetapi juga diperjuangkan tanpa memandang suku, ras, agama,
dan gender. Dari Srili saya belajar bahwa perempuan juga memiliki wadah atau tempat
dalam perbincangan lintas iman dan memiliki andil dalam memperjuangkan nilai-nilai
keberagaman melalui forum lintas iman. Dari para mahasiswa-mahasiswi Aceh,
Kalimantan Timur, dan NTT saya belajar bagaimana mereka tetap menjaga dan
melestarikan budaya daerah asal meski berada di tanah rantau serta cara mereka
beradaptasi terhadap lingkungan, budaya serta keberagaman di Jogja. Dari Para Frater,
Romo, dan Suster saya jadi mengetahui banyak hal dan menambah wawasan saya
tentang sejarah serta latar belakang agama Katolik yang selama ini sangat asing bagi
saya sebagai seorang muslim serta perjuangan mereka dalam berproses untuk menjadi
seorang Pastor dan Suster yang begitu panjang dan tentunya tidak mudah. Dari Pondok
Pesantren Al-Qodir saya belajar bahwa pesantren itu tidak hanya mengajarkan Ilmu
Agama Islam saja namun juga ilmu tentang bagaimana bermasyarakat di lingkungan
yang beragam serta mau menerima dan membuka kesempatan pada siapapun dan dalam
kondisi apapun yang mau belajar agama. Dari Pantai Pelangi saya belajar bahwa
persoalan lingkungan merupakan aspek penting dari hidup kita yang harus kita jaga dan
perhatikan, tidak selalu mengenai masalah sosial, ekonomi, dan politik. Dari Jogja
Anggur saya belajar bahwa buah anggur dapat tumbuh subur di Indonesia, khususnya
Jogja dan hanya bermula dari sebuah hobi pun juga dapat menjadi suatu bisnis yang
sangat menguntungkan dan dapat membuka lapangan pekerjaan baru.
Banyak hal-hal baru yang saya temui dalam kegiatan PMM-MN ini, seperti Tugu
Jogja yang saya ketahui dari kunjungan ke Keraton Yogyakarta, ternyata tugu yang saat
ini kita lihat merupakan buatan belanda dan yang asli adalah Tugu Golong Gilig yang
replikanya terdapat di dekat Tugu Jogja. Selain itu juga ada Pondok Pesantren Al-Fatah
yang didirikan untuk para waria, pondok pesantren yang tak lazim dibanding pesantren
pada umumnya. Lalu ada gereja serta candi yang bentuk dan bangunannya berakulturasi
dengan budaya lokal yang belum saya tahu sebelumnya dan juga ada hosti yang baru
saya ketahui ketika mengunjungi Postulat-Novisiat Suster CB Yogyakarta, disana saya
jadi tahu hosti itu apa dan bahkan saya dapat melihat langsung proses pembuatannya.
Di Skolastikat SCJ saya baru mengetahui bahwa proses untuk seseorang yang ingin
menjadi seorang Imam atau Pastor dalam Agama Katolik memakan proses yang panjang
dan waktu yang lama yaitu paling cepat selama 12 tahun. selain itu, saya baru tahu
mengenai ekosistem gumuk pasir yang perlahan hilang karena penanaman pohon
cemara udang, saya tidak menyangka bahwa penanaman pohon cemara yang sering saya
ketahui banyak berada di kawasan pantai ternyata malah dapat membahayakan bagi
ekosistem gumuk pasir di Pantai Pelangi.
Setelah mengikuti kegiatan PMM-MN, saya mampu beradaptasi dengan orang-
orang baru dengan latar belakang yang berbeda-beda, meskipun belum sempurna tetapi
saya akan terus berusaha. saya juga mampu mengimplementasikan ilmu-ilmu yang saya
dapatkan selama kegiatan PMM-MN terutama mengenai toleransi kedalam kehidupan
sehari-hari. Dan saya mampu menuangkan pengalaman yang saya dapatkan selama
kegiatan PMM-MN kedalam sebuah tulisan-tulisan, meskipun belum sempurna dan
masih terdapat banyak kekurangan tetapi saya akan terus belajar dan menambah
wawasan saya mengenai kepenulisan. Selama mengikuti kegiatan PMM-MN saya merasa
bahwa saya menjadi lebih berani dalam mengutarakan pendapat dan pertanyaan
dihadapan banyak orang serta menjadi lebih memahami arti keberagaman atau
kebhinnekaan melalui kegiatan PMM-MN ini.
Kunjungan ke Candi Ratu Boko merupakan salah satu pengalaman yang berkesan
selama saya mengikuti kegiatan PMM-MN, karena saat itu kami mahasiswa mendapat
hukuman dari Masboi karena kami makan begitu saja tanpa mengkonfirmasi terlebih
dahulu kepada Masboi. Dari kejadian tersebut saya selalu mengingatkan pada diri saya
bahwa komunikasi adalah hal yang sangat penting, ketika komunikasi tidak terjalin
maka akan terjadi kekacauan dalam suatu kelompok, selalu komunikasikan apa yang
ingin kalian sampaikan. Komunikasi harus sejalan secara dua arah, dimana kita tidak
perlu selalu menunggu arahan, komando, dan perintah terlebih dahulu, kita bisa
tanyakan dan diskusikan langsung hal-hal yang kalian ingin tahu, hal yang masih
membingungkan, dan hal yang masih membuat kalian cemas.
Selama mengikuti kegiatan PMM-MN ini saya sangat beruntung karena belum
menemui hal negatif maupun pengalaman buruk tetapi mungkin hanya ada satu hal yang
tidak sesuai ekspektasi saya ketika memutuskan akan mengikuti program pertukaran
mahasiswa merdeka di Jogja, yaitu kesempatan untuk mengeksplore dan belajar
mengenai kebudayaan dan kesenian khas Jawa, masyarakat yang masih menganut
kejawen, masyarakat di lereng merapi yang terkena dampak bencana letusan gunung
merapi di tahun 2010 silam, serta keindahan alamnya yang saya kira akan saya dapat di
kegiatan PMM-MN ini. Namun hal tersebut bukanlah hal yang membuat saya merasa
sedih maupun menyesal selama mengikuti kegiatan ini, melalui kegiatan PMM-MN ini
lah saya dapat bertemu orang-orang hebat dibidangnya, berkesempatan berproses
mengenali keberagaman di Jogja, mendapat pembelajaran berharga dari orang dan
tempat-tempat yang berbeda, dan merasakan pengalaman yang tidak saya dapatkan
ditempat lain. Pengalaman ini lah yang akan menjadi bekal untuk saya tumbuh dan
berproses menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Target saya dikemudian hari, saat kembali ke daerah asal adalah untuk tetap
menebarkan ilmu-ilmu dan pengalaman saya selama berproses dalam kegiatan PMM-
MN mengenal, mempelajari, dan berdinamika tentang keberagaman di Yogyakarta. satu
hal yang paling penting saya dapatkan dalam program ini yaitu “mengenal perbedaan”
seperti dalam kalimat berikut “Dengan mengenal perbedaan, kita akan menjadi peka,
tak lupa nilai kemanusiaan harus selalu diperjuangkan serta api semangat toleransi
yang mesti dikobarkan, mencintai perbedaan itu indah.”

Anda mungkin juga menyukai