OLEH KELOMPOK V:
KESEHATAN KENDARI
T.A 2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan dan melakukan asuhan
keperawatan kegawatdaruratan pada pasien dry drowning.
b. Tujuan Khusus
D. Manfaat
a. Akademis
Sebagai perawat mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien dry
drowning.
b. Bagi Profesi Kesehatan
Sebagai tambahan ilmu bagi profesi keperawatan dan memberikan pemahaman
yang lebih baik tentang asuhan keperawatan pada pasien dry drowning sehingga
pengembangan ilmu keperawatan khususnya keperawatan kegawatdaruratan
dapat tercapai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Masuknya air kesaluran napas juga dapat menyebabkan gangguan lainnya yang
berkaitan dengan dry drowning seperti secondary drowning. Pada secondary
drowning, air sudah memasuki hingga ke paru-paru. Hal ini menyebabkan inflamasi
dan pembengkakan atau pulmonary edema, sehingga pertukaran oksigen dan
karbondioksida di dalam paru-paru menjadi terhambat atau bahkan berhenti sama
sekali.
Istilah dry drowning dan secondary drowning sering dianggap sama, namun
keduanya merupakan kondisi yang bebrbeda. Keduanya juga bukan istilah medis,
para ahli hanya menganggap perbedaan keduanya hanya sebagai perbedaan tingkat
keparahan akibat tenggelam atau seberapa jauh masuknya air ke dalam saluran
pernapasan. Pada dry drowning air belum masuk sampai paru-paru namun pada
secondary drowning air sudah mencapai paru-paru.
B. Etiologi
Paralisisotot
Luka tusuk pada torso yang mempengaruhi kemampuan diafragma untuk
melakukan gerakan respirasi.
Perubahan pada jaringan yang mengabsorsi oksigen
Spasme laring yang persisten pada saat terbenam di air
Menghirup udara selain oksigen yang tidak membunuh secara langsung
seperti helium
Kelebihan cairan dalam tubuh yang menyebabkan penurunan kadar
sodium dalam darah yang kemudian menyebabkan edema otak.
C. Patofisiologi
Dry drowning dikatakan terjadi pada 10-15% dari semua tenggelam. Menurut
teori adalah bahwa ketika sedikit air memasuki laring atau trakea, tiba-tiba terjadi
spasme laring yang dipicu oleh vagal refleks. Lendir tebal, busa, dan buih dapat
terbentuk, menghasilkan plug fisik pada saat ini. Dengan demikian, air tidak pernah
memasuki paru-paru.
SUBMERSION
Aspiration Panic/Struggle
(wet Laryngospasm
drowning) (dry
85% drowning)
15%
HYPOKSIA
Death
Secara normal saat bernafas diafragma berkontraksi dan menyebabkanparu-paru
mengembang, mekanisme ini menyebabkan udara masuk kedalam paru-paru karena
tekanan negative yang terbentuk. Ketika air atau benda asing lainnya teraspirasi maka
terjadi spasmelaring yang meyebabkan udara tidak dapat masuk ke dalam paru.
Sedangkan saat itu paru yang sedang dalam kondisi mengembang, otot diafragma
berkontraksi sehingga tekanan negative tetap ada di paru. Usaha korban untuk
mendapatkan udara masuk di lakukan dengan menghirup udara dengan lebih kuat,
tetapi hal ini hanya menambah tekanan negative dalam paru.
Obstruksi aliran masuk oksigen menyebabkan hipoksia dan obstruksi dari aliran
keluar karbon dioksida menyebabkan asidosis yang keduanya menyebabkan
kematian. Volume darah sirkulasi meningkat pada daerah paru akibat penarikan
semua darah dari abdomen, Kepala, dan ekstremitas yang ditimbulkan oleh tekanan
negative yang meningkat pada paru.
Terjadi pula perubahan vascular pada daerah paru. Pembuluh darah yang
membawa darah yang kaya oksigen menjadi sangat sempit dan hanya cukup satu sel
darah merah yang dapat melewati pembuluh darah tersebut. Dinding pembuluh darah
juga menjadi tipis yang memungkinkan oksigen masuk ke dalam darah dan
karbondioksida di keluarkan dari darah. Pada kasus dry drowning tidak terjadi
pertukaran gas karena tidak adanya oksigen dalamparu. Sedangkan tekanan negatif
yang muncul menyebabkan tertariknya cairan dari pembuluah darah ke dalam paru
sehingga menyebabkan edema paru dan pasien tenggelam karena cairan tubuhn
yasendiri.
Pada saat yang sama, system saraf simpatik merespon kondisi spasme laring.
Sistem ini menyebabkan vasokontriksi yang mengakibatkan peningkatan tekanan
darah yang akhirnya memperburuk proses edema paru yang sudah ada.
E. Kriteria Diagnostik
Pada kasus ini tidak ada gejala khas yang dapat menentukan secara pasti
diagnosis dry drowning kecuali tidak atau hanya sedikit cairan dalam paru.
Penegakkan diagnosis di butuhkan pemeriksaan luar dan dalam serta penelusuran
korban sebelum meninggal dan riwayat penyakit yang di deritanya. Hal yang
mungkin sedikit membantu adalah menemukan adanya tanda asfiksia pada korban
seperti adanya tanda sianosis pada bibir dan jaringan bawah kuku, pelebaran
pembuluh darah mukosa konjungtiva dan kelopak mata, tampak adanya edema paru,
dapat pula cairan dalam perut tetapi hal ini dapat mengindikasikan dry drowning atau
korban sudah meninggal sebelum di dalam air.
Kasus yang termasuk dalam kategori dry drowning dalam forensic adalah kasus
tenggelam yang terjadi sesaat atau kurang dari 24 jam dari kejadian dimana pada
pemeriksaan dalam tidak atau hanya sedikit cairan yang di temukan dalam paru.
Korban dry drowning dapat pula tampak selamat dari kejadian tenggelam dan tampak
baik-baik saja tetapi dalam 24 jam pertama terjadi perburukan kondisi yang di tandai
adanya batuk terus menerus, sesak nafas, nyeri pada dada dan atau adanya perubahan
status kesadaran.
a. Pemeriksaan darah
c. EKG
d. Foto toraks
e. Laboratorium
G. Penatalaksanaan
Penanganan ABC merupakan hal utama yang harus dilakukan, dengan fokus
utama pada perbaikan jalan nafas dan oksigenesasi buatan. Penilaian pernapasan
dilakukan dengan tiga langkah, yaitu :
intervensi Rasional
Monitor pola napas klien Suara nafas terjadi karena adanya aliran
udara melewati batang tracheo
branchial dan juga karena adanya
cairan, mukus atau spasme dan
sumbatan lain dari saluran nafas
Monitor bunyi napas klien Untuk mengetahui suara napas
abnormal (gurgling, wheezing, ronkhi
dll)
Pertahankan posisi tubuh/posisi Pemeliharaan jalan nafas dengan paten
kepala
Lakukan fisioterapi dada bila Eleminasi secret agar lebih mudah di
perlu keluarkan
b. Diagnosa 2
Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan ventilasi yang tidak adekuat
Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan 1X24 jam pola napas klien
efektif.
Kriteria hasil :
- Frekuensi napas dalam batas normal 16-22x/i
- Napas regular
intervensi rasional
Pantau adanya pucat dan sianosis Merupakan tanda hipoksia
Posisikan klien dengan posisi semi Untuk memperoleh vintilasi maksimum
fowler
Identifikasi perlunya insersi jalan napas Untuk membebaskan jalan napas
Berikan oksigen bila perlu Untuk meringankan kerja otot napas
Implementasi
Pada tahap ini penulis melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan
perencanaan yang telah disusun sebelumnya yang disesuaikan dengan diagnosa
yang dirumuskan dengan mengacu kepada SDKI, SLKI dan SIKI
Evaluasi
Pada akhir pelaksanaan asuhan keperawatan didadapatkan evaluasi. Evalusai
juga tidak ada kesenjang teori dan kasus. Evaluasi adalah membandingkan suatu
hasil / perbuatna dengan standar untuk tujuan pengambilan keputusan yang tepat
sejauh mana tujuan tercapai.
1. Evaluasi keperawatan : membandingkan efek / hasil suatu tindakan
keperawatan dengan norma atau kriteria tujuan yang sudah dibuat.
2. Tahap akhir dari proses keperawatan.
3. Menilai tujuan dalam rencana perawatan tercapai atau tidak.
4. Menilai efektifitas rencana keperawatan atau strategi askep.
5. Menentukan efektif / tidaknyatindakan keperawatan dan perkembangan
pasien terhadap masalah kesehatan.
Perawat bertanggung jawab untuk mengevaluasi status dan kemajuan klien
terhadap pencapaian hasil setiap hari. Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan
seberapa efektifnya tindakan keperawatan itu untuk mendegah atau mengobati
respon manusia terhadap prosedur kesehatan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tenggelam kering (Dry Drowning), yaitu kematian sebelum
menghirup air. Tenggelam keringdapat terjadi jika tenggelam air tawar
ataupun air asin. Pada keadaan ini cairan tidak masuk ke dalam saluran nafas,
tetapi saat air akan masuk kedalam saluran nafas, terjadi spasme laring yang
menyebabkan tertutupnya jalan nafas.
Masuknya air kesaluran napas juga dapat menyebabkan gangguan
lainnya yang berkaitan dengan dry drowning seperti secondary drowning.
Pada secondary drowning, air sudah memasuki hingga ke paru-paru. Hal ini
menyebabkan inflamasi dan pembengkakan atau pulmonary edema, sehingga
pertukaran oksigen dan karbondioksida di dalam paru-paru menjadi terhambat
atau bahkan berhenti sama sekali.
B. Saran
Mengingat pentingnya penatalaksanaan yang cepat dan tepat terhadap
pasien kritis, di harapkan mahasiswa (i) S1 keperawatan dapat memahami
kasu drowning baik dry drowning itu sendiri untuk jadikan bahan
pembelajaran dan di terapkan dalam dunia perawatan.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.medicineNet.com
http://www.wikipedia.org/wikipedia.org/wiki/drydrowning
http://www.academia.edu