Pemasangan Kateter
Pemasangan Kateter
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah KMB II praktek klinik
Disusun oleh:
P20620122020
Pemasangan kateter urin merupakan suatu tindakan invasif dengan cara memasukkan selang ke
dalam kandung kemih dan untuk membantu proses pengeluaran urin dalam tubuh (Mobalen,
Tansar, & Maryen, 2019). Kateterisasi uretra yaitu suatu metode primer dekompresi kandung
kemih dan menjadi alat diagnostik pada keadaan retensi urin akut (Semaradana, 2014
B. Diagnosa keperawatan
1. Retensi urin
2. Nyeri akut
C. Tujuan tindakan
Tujuan pemasangan kateter urin sendiri sesuai dengan jenis kateter yang digunakan. Namun,
secara luas, tujuan pemasangan kateter antara lain sebagai berikut:
1. Indikasi diagnostik untuk keperluan penegakan diagnosa. Misalnya, mengambil sampel urin
steril atau pemeriksaan radiologi pada saluran kemih.
2. Indikasi terapi, di mana kateter urin digunakan untuk terapi pengobatan penyakit tertentu.
contohnya, kateter urin untuk inisiasi irigasi kandung kemih berkelanjutan atau retensi urin akut
E. Indikasi dan rasional tindakan
1.Teknik steril
2. Pastikan balon fiksasi sudah berada di kandung kemih sebelum diisi air
3. Jangan memaksakan masuknya kateter jika ada tahanan saat akan memasukkannya.
Rasional: untuk menghindari terjadinya trauma atau kerusakan pada uretra Adapun rasional
tindakan dalam pemasangan kateter urin khususnya pada pasien perempuan.
4. apakah ada masalah pada pemasangan kateter sebelumnya, misalnya terdapat alergi pada
lateks atau jelly Lidocaine (gel anestesi).
Rasional: untuk memastikan bahwa pasien mengerti dengan prosedur yang akan dilakukan dan
pasien memberikan persetujuan yang sah atau valid.
5. Membantu pasien untuk merubah posisi menjadi terlentang/supine dengan lutut dan pinggul
ditekuk serta kedua kaki diregangkan sekitar 60 cm atau posisi dorsal recumbent. Jangan
mengekspos bagian privasi pasien selama prosedur.
Rasional: untuk memungkinkan akses yang aman ke daerah genital pasien selama prosedur serta
untuk menjaga martabat pasien dan memberikan kenyamanan.
7. Mencuci tangan dengan air dan sabun atau alkohol menggunakan prinsip mencuci tangan yang
baik dan benar.
9. Siapkan peralatan di dekat tempat tidur pasien. Pastikan pilihan kateter benar dan cek
kadaluarsa alat. Pastikan permukaan kerja (meja/troli) yangdigunakan untuk menempatkan
peralatan yang dibutuhkan selama prosedurtelah bersih dan bebas dari mikroorganisme.
Rasional: untuk meminimalkan kontaminasi udara. Untuk memastikan kateter yang digunakan
benar. Untuk dekontaminasi permukaan kerja sehingga mengurangi risiko infeksi.
11. Dekontaminasi tangan menggunakan sabun dan air atau menggunakan alkohol pembersih
tangan.
Rasional: tangan mungkin saja bias terkontaminasi oleh peralatan yang tidak steril, dan lain-lain.
13. Lepaskan penutup (baju/celana) yang menjaga privasi pasien. Pasang perlak/pengalas sekali
pakai di bawah bokong pasien.
Rasional: pastikan area yang dibuka tadi tidak terpajan terlalu lama untuk menjaga agar
pasientetap merasa privasinya aman. Untuk memastikan urin tidak bocor keseprai.
14. Gunakan penyeka untuk memisahkan labia minora sehingga meatus uretraterlihat. Gunakan
satu tangan untuk mempertahankan pemisahan labial sampai kateterisasi selesai.
15. Berikan jelly anestesi sebagai pelumas ke dalam uretra. Biarkan 5 menituntuk efek anestesi.
Rasional: Pelumasan membantu untuk mencegah trauma uretra dan infeksi, serta meminimalkan
ketidak nyamanan pasien.
17. Masukkan ujung kateter ke dalam lubang uretra dengan arah ke atas dan ke belakang.
Rasional: arah penyisipan dan panjang kateter yang dimasukkan harus sesuai dengan struktur
anatomi pada lokasi tersebut.
18. Inflasi balon atau kembangkan balon setelah memastikan bahwa katetertelah berada pada
kandung kemih. Minta pasien untuk melaporkan rasatidak nyaman. Menarik sedikit kateter
keluar.
Rasional: mencegah agar balon tidak terjebak dalam uretra. Inflasi yang tidak disengaja pada
balon yang berada dalam uretra dapat menyebabkan trauma uretra
19. Tutup kembali daerah genital pasien. Pastikan bahwa area genital dibiarkan kering dan bersih.
Rasional: untuk menjaga martabat dan kenyamanan pasien. Jika daerah yang tersisa basah atau
lembab, infeksi sekunder dan iritasi kulit dapat terjadi.
20. Pastikan urin mengalir ke kantong urin/urinal bag . Mengukur jumlah urinyang digunakan.
21. Buang celemek yang digunakan, mencuci tangan atau menggunakan gel alkohol.
22. Dokumentasi (mencakup persetujuan yang diberikan, alasan untuk kateterisasi, tanggal dan
waktu kateterisasi, jenis kateter,panjang dan ukuran, nomor batch, jumlah air yang ditanamkan
ke dalam balon, produsen & nomor batch gel anestesi yang digunakan, dan masalah yang di
negosiasikan selama prosedur.
1. Infeksi
2. Struktur uretra
3. Ruptur uretra
4. Perforasi buli-buli
5. Pendarahan
Pencegahan : lakukan pemasangan kateter uretra sesuai dengan prosedurtindakan yang telah
ditetapkan dengan memperhatikan prinsip tindakan,seperti pengecekan balon kateter sebelum
pemasangan, memperhatikan teknik
Daftar pustaka
Mobalen, O., Tansar, T., & Maryen, Y. (2019). Perbedaan pemasangan kateter dengan
menggunakan jelly yang dimasukkan uretra dan jellyyang dioleskan di kateter
terhadap tingkat nyeri pasien di RSUD Sele Be Solu Kota Sorong.
Roby, G., & Pontianus, F. (2018). Analisis kateterisasi terhadap kejadian infeksi di saluran
kemih pada pasien ruang rawat inap rsu Imelda Pekerja Indonesia (IPI) Medan tahun
2017 1. Jurnal Ilmiah Farmasi Imelda.
Semaradana, W. G. (2014). Infeksi saluran kemih akibat pemasangan kateter ± diagnosis dan
penatalaksanaan. Continuing Professional Development IAI.