Anda di halaman 1dari 463

LAPORAN TUGAS AKHIR

PELAKSANAAN PEMBANGUNAN RUAS JALAN


SALATIGA – NGABLAK, BTS. KABUPATEN MAGELANG
STA 48+900 – STA 51+000
PROVINSI JAWA TENGAH

Disusun untuk Melengkapi Syarat Akhir Studi

Program Studi Diploma III Teknik Sipil

Politeknik Negeri Semarang

Disusun oleh

AHMAD HASAN KHULUQI 3.12.18.2.02

PRADITA SEPTIAN RESTU AJI 3.12.18.2.18

PROGRAM STUDI KONSTRUKSI SIPIL


JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
2021
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIRR

Kami menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang berjudul

Pelaksanan Pembangunan Ruas Jalan Salatiga Ngablak, Bts. Kabupaten


Magelang STA 48+900 - STA 51+000 Provinsi Jawa Tengah" yang dibuat untuk

melengkapi sebagai persyaratan menjadi Ahli Madya pada Program Studi D3

Konstruksi Sipil Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Semarang, sejauh yang
kami ketahui bukan merupakan tiruan atau duplikasi dari tugas akhir yang sudah

dipublikasikan dan atau pernah dipakai untuk mendapatkan gelar Ahli Madya di
lingkungan Politeknik Negeri Semarang maupun di perguruan tinggi manapun,
kecuali bagian yang bersumber informasinya dicantumkan sebagaimana mestinya.

Semarang,28September 2021

Ahmad Hasan Khuluqi Pradita Septian Restu Aji


NIM 3.12.18.2.02 NIM. 3.12.18.2.18

ii
BUKTI PERSETUJUAN

Tugas akhir dengan judul "Pelaksanaan Pembangunan Ruas Jalan Salatiga


Ngablak, Bts. Kabupaten Magelang STA 48+900 STA S1+000 Provinsi Jawa
Tengah", dibuat untuk melengkapi sebagai persyaratan menjadi Ahli Madya pada
Program Studi D3 Konstruksi Sipil Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri
Semarang dan disetujui untuk diajukan dalam sidang tugas akhir.

Semarang Sepetmber 2021

PembimbingI Pembimbing I,

Y. Eka Wiyana, S.T. MI Lilik Satriyadi S.T M.I


NIP. 195904301984031002 NIP. 195906211988031001

Mengetahui.
Kaprodi Konstruksi Sipil.

Nur Setiaji Pamungkas. S.T. MT.


NIP. 197011062000031001

ili
HALAMAN PENGESAHAN

Tugas akhir dengan judul "Pelaksanaan Pembangunan Ruas Jalan Salatiga - Ngablak,

Bts. Kabupaten Magelang STA 48+900 STA 51+000 Provinsi Jawa Tengah", telah
dipertanggungjawabkan dalam ujian wawancara dan diterima sebagai syarat akhir studi
pada Program Studi D3 Konstruksi Sipil Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri
Semarang pada:
Hari : Selasa

Tanggal :21 September2021


Tim Penguji
Penguji I, Penguji I1, Penguji III,
noy

Junaidi, S.T M. Eng. Risman, ST., M.T. Ir,Wahjoedi, M.T.


NIP 197301212000031001 NIP. 196205221988031001 NIP.196009241990031001

Ketua,
Sekretaris,

Dr.THerTy Ludiro Wahyono, S.T. M.T.


NIP. 1960021119804031002
Drs. Suroso, M.Sc.
NIP. 196511051994031002

Ketua Juusan Teknik Mengesahkan,


Sipil Kaprodi Konstruksi Sipil,

Dianita Ratna Kusumastuti, S.T.. M.T. Nur SetiajiP. S.T. M.I


NIP 19700904199501 2001
NIP 197011062000031001

iv
HALAMAN MOTTO

1. Bukan seberapa besar kamu dipandang tapi seberapa besar manfaat dan
pengaruh bagi sekitar.
2. Selagi bisa dikerjakan, kerjaakan sekekarang
3. Jangan tunda sampai esok apa yang bisa engkau kerjakan hari ini.

v
HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan segala karunia yang telah Allah SWT berikan, Laporan Tugas Akhir ini
dapat terselesaikan dan akhirnya dengan segala ungkapan terima kasih penulis
persembahkan kepada :
1. Ibu, Bapak, dan keluarga serta saudara kami tercinta, yang selalu mendukung,
memotivasi, dan mendoakan kami agar senantiasa diberi kemudahan dan
kelancaran,
2. Yang terhormat Y. Eka Wiyana, S.T., M.T. selaku Pembimbing I dan Lilik
Satriyadi, S.T M.T selaku Pembimbing II yang telah memberikan waktu dan
pengarahan dengan sabar sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan dengan
baik,
3. Seluruh Dosen Teknik Sipil Politeknik Negeri Semarang yang telah memberikan
dan mengajarkan ilmu yang bermanfaat,
4. Teman-teman mahasiswa Politeknik Negeri Semarang, khususnya kelas KS-3C
angkatan 2018 yang selalu memberikan motivasi dan semangat,
5. Sahabat – sahabat kami yang tidak pernah berhenti memberi dorongan semangat,
serta
6. Semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu-persatu yang mana telah
membantu kami sebagai penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir yang berjudul
Pelaksanaan Pembangunan Ruas Jalan Salatiga - Ngablak, Bts. Kabupaten

Magelang STA 48+900 STA 51+000 Provinsi Jawa Tengah dengan baik.
Laporan Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi syarat dalam

menyelesaikan studi pendidikan Diploma Ill Jurusan Teknik Sipil Politeknik


Negeri Scmarang. Penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini tidak lepas dari
bimbingan dan dukungan semua pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan banyak terimakasih kepada:

.Ir. Supriyadi, MT., selaku Direktur Politeknik Negeri Semarang,


2. Dianita Ratna Kusumastuti, s.T.. M.T.. selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil

Politeknik Negeri Semarang.


3. Nur Setiaji Pamungkas, S.T., M.T. selaku Ketua Program Studi Konstruksi
Sipil Politeknik Negeri Semarang.
4 Y. Eka Wiyana. S.T.. M.T.. selaku Dosen Pembimbing I,
5. Lilik Satriyadi. S.T M.T.. selaku Dosen Pembimbing 2.
6. lbu, Bapak, dan keluarga serta saudara kami tercinta, yang selalu mendukung,
memotivasi, dan mendoakan kami agar senantiasa diberi kemudahan dan

kelancaran
7. Sahabat - sahabat kami yang tidak permah berhenti memberi dorongan

semangat, serta.

8. Semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu-persatu yang mana telah

membantu kami sebagai penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.


Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak
kekurangan yang semua itu disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Untuk

itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para

pembaca.

VII
Besar harapan dari penulis laporan ini dapat diterima, semoga laporan ini

bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya, serta

bagi wawasan ilmu pengetahuan sekarang dan dimasa yang akan datang.

Semarang,26eptember 2021
Penulis,

Ahmad Hasan Khuluqi Praditá Septian Restu Aji


NIM 3.12.18.2.02 NIM 3.12.18.2.18

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................. i

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR ...................... ii

BUKTI PERSETUJUAN ........................................................... iii

BUKTI PENGESAHAN ............................................................ iv

HALAMAN MOTTO ................................................................. v

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................. vi

KATA PENGANTAR ................................................................. vii

DAFTAR ISI ................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR ................................................................... xvii

DAFTAR TABEL........................................................................ xxii

DAFTAR RUMUS ...................................................................... xxiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................ I – 1

1.2 Tujuan.......................................................................................... I – 2

1.3 Ruang Lingkup ............................................................................ I – 2

1.3.1 Lokasi Proyek .................................................................... I – 2

1.3.2 Data Umum Proyek ........................................................... I – 3

1.3.3 Data Teknis Proyek ........................................................... I – 4

1.4 Pembatasan Masalah ................................................................... I – 7

1.5 Metode Penulisan ........................................................................ I – 7

ix
1.5.1 Data Primer ........................................................................ I – 7

1.5.2 Data Sekunder.................................................................... I – 8

1.6 Sistematika Penulisan ................................................................. I – 8

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Uraian Umum ............................................................................. II – 1

2.2 Manajemen Proyek ...................................................................... II – 1

2.2.1 Pengertian Manajemen Proyek .......................................... II – 1

2.2.2 Tujuan Manajemen Proyek ................................................ II – 3

2.2.3 Ruang Lingkup .................................................................. II – 3

2.3 Unsur – unsur Pelaksana Proyek ................................................. II – 6

2.3.1 Pemilik Proyek................................................................... II – 6

2.3.2 Konsultan Pengawas .......................................................... II – 7

2.3.3 Kontraktor .......................................................................... II – 8

2.4 Hubungan Kerja dan Koordinasi ................................................. II – 9

2.4.1 Antara Pemilik Proyek dengan Konsultan Pengawas ........ II – 9

2.4.2 Antara Pemilik Proyek dengan Kontraktor........................ II – 10

2.4.3 Antara Konsultan Pengawas dengan Kontraktor ............... II – 10

2.5 Stakeholder Proyek .................................................................... II – 10

2.6 Stuktur Organisasi ....................................................................... II – 12

2.6.1 Stuktur Organisasi Pemilik Proyek .................................... II – 12

2.6.2 Stuktur Organisasi Kontraktor ........................................... II – 15

2.6.3 Stuktur Organisasi Konsultan Pengawas ........................... II – 22

2.7 Tahapan Pelaksanaan Proyek ..................................................... II – 25

2.8 Manajemen Proyek ..................................................................... II – 27

x
2.8.1 Manajemen Sumber Daya Manusia ................................... II – 27

2.8.2 Manajemen Sumber Daya Peralatan .................................. II – 29

2.8.3 Manajemen Sumber Daya Material/ Bahan ...................... II – 30

2.8.4 Manajemen Sumber Daya Modal/Keuangan .................... II – 31

2.9 Langkah Langkah Pekerjaan Konstruksi .................................... II – 35

2.10 Rencana Anggaran Pelaksanaan (RAP) ..................................... II – 37

2.10.1 Rekapitulasi Akhir ....................................................... II – 37

2.10.2 Rekapitulasi awal ........................................................ II – 37

2.10.3 Bill Of Quantity ........................................................... II – 37

2.10.4 Daftar Harga Tenaga, Peralatan, Bahan ..................... II – 37

2.10.5 Analisa Harga Satua ................................................... II – 38

2.10.6 Calculation Sheet ........................................................ II – 38

2.11 Pengendalian Proyek ................................................................... II – 38

2.11.1 Pengendalian Waktu ................................................... II – 38

2.11.1.1 Network Planning ......................................... II – 39

2.11.1.2 Bar chart ...................................................... II – 42

2.11.1.3 Time Schedule (Kurva-S) ............................. II – 42

2.11.2 Pengendalian Biaya .................................................... II – 44

2.11.3 Pengendalian Mutu ..................................................... II – 46

2.11.4 Pengendalian Material ................................................ II – 46

2.11.5 Pengendalian Alat ....................................................... II – 47

2.11.6 Pengendalian K3 dan Lingkungan .............................. II – 47

2.12 Dokumen Kontrak ...................................................................... II – 49

2.12.1 Sistem Kontrak .......................................................... II – 49

xi
2.13 Jaminan Jaminan ........................................................................ II – 51

2.13.1 Jaminan Uang Muka .................................................. II – 51

2.13.2 Jaminan Pemeliharaan ............................................... II – 52

2.13.3 Jaminan Pelaksanaan ................................................. II – 52

2.14 Sistem Pembayaran ..................................................................... II – 42

BAB III SPESIFIKASI ALAT, BAHAN DAN TENAGA

3.1 Uraian Umum ............................................................................. III – 1

3.2 Spesifikasi Alat ........................................................................... III – 1

3.2.1 Peralatan yang Digunakan................................................ III – 2

3.2.1.1 Alat Ukur ............................................................ III – 3

3.2.1.2 Alat Gusur........................................................... III – 7

3.2.1.3 Alat Angkut ........................................................ III – 8

3.2.1.4 Alat Gali ............................................................. III – 10

3.2.1.5 Alat Untuk Menghampar .................................... III – 11

3.2.1.6 Alat Untuk Memadatkan ................................... III – 13

3.2.1.7 Alat Untuk Mencampur ...................................... III – 15

3.2.1.8 Alat Bantu ........................................................... III – 15

3.3 Spesifikasi Material ..................................................................... III – 16

3.3.1 Timbunan Tanah ............................................................... III – 17

3.3.2 Air ..................................................................................... III – 18

3.3.3 Lapis Pondasi Agregat ....................................................... III – 19

3.3.3.1 Lapis Pondasi Bawah............................................. III – 19

3.3.3.2 Lapis Pondasi Atas ................................................ III – 21

3.3.4 Perkerasan Aspal .............................................................. III – 23

xii
3.3.4.1 Lapis Resap Pengikat ............................................. III – 23

3.3.4.2 Lapis Permukaan Laston MS 744 .......................... III – 24

3.3.5 Pekerjaan Bahu Jalan ........................................................ III – 33

3.3.6 Pekerjaan Drainase ........................................................... III – 35

3.3.6.1 Pasangan Batu dengan Mortar ............................... III – 35

3.3.6.2 Gorong – Gorong ................................................... III – 35

3.3.7 Pekerjaan Pelengkap .......................................................... III – 36

3.3.7.1 Pekerjaan Marka Jalan ........................................... III – 36

3.3.7.2 Pekerjaan Patok Kilometer dan Hektometer ......... III – 36

3.3.7.3 Pekerjaan Rambu Lalu Lintas................................ III – 36

3.3.7.4 Pekerjaan Kereb (Median) ..................................... III – 37

3.3.7.5 Lampu Penerangan Jalan ....................................... III – 37

3.4 Kualifikasi Tenaga Kerja ............................................................ III – 37

BAB IV METODE PELAKSANAAN

4.1 Uraian Umum ............................................................................. IV – 1

4.2 Pekerjaan Persiapan..................................................................... IV – 3

4.2.1 Membuat Schedule ........................................................... IV – 3

4.2.2 Pekerjaan Pengukuran ...................................................... IV – 3

4.2.3 Mobilisasi ......................................................................... IV –15

4.2.4 Papan Nama Proyek ......................................................... IV – 16

4.2.5 Direksi Keet ..................................................................... IV – 17

4.3 Pekerjaan Konstruksi.................................................................. IV – 20

4.3.1 Pekerjaan Tanah ............................................................. IV – 20

4.3.1.1 Pembersihan Lahan ( Stripping ) ...................... IV – 21

xiii
4.3.1.2 Pekerjaan Galian Tanah ................................... IV – 23

4.3.1.3 Pekerjaan Timbunan Tanah .............................. IV – 31

4.3.1.4 Penyiapan Badan Jalan .................................... IV – 37

4.3.2 Pekerjaan Drainase ......................................................... IV – 38

4.3.2.1 Pekerjaan Saluran Samping .............................. IV – 38

4.3.3 Pekerjaan Perkerasan Berbutir ....................................... IV – 44

4.3.3.1 Lapis Pondasi Bawah ....................................... IV – 45

4.3.3.2 Lapis Pondasi Atas ........................................... IV – 48

4.3.4 Pekerjaan Perkerasan Aspal ........................................... IV – 51

4.3.4.1 Lapis Pengikat (Prime Coat) ............................. IV – 51

4.3.4.1 Lapis Surface (Laston) ...................................... IV – 56

4.3.5 Pekerjaan Bahu Jalan....................................................... IV – 71

4.4 Pekerjaan Pelengkap Jalan .......................................................... IV – 75

4.4.1 Pekerjaan Marka Jalan .................................................... IV – 75

4.4.2 Pemasangan Patok Kilometer dan Hektometer .............. IV – 76

4.4.3 Pemasangan Rambu Lalu Lintas .................................... IV – 77

4.4.4 Pemasangan Kerb untuk Median Jalan ........................... IV – 79

4.4.5 Pengisi Tengah Median ................................................. IV – 80

4.4.6 Pemasangan Lampu Jalan ............................................... IV – 81

4.5 Pekerjaan Akhir ........................................................................ IV – 82

4.5.1 Demobilisasi ................................................................... IV – 82

4.5.2 Pembersihan Akhir ......................................................... IV – 82

4.5.3 Pemeliharaan .................................................................. IV – 83

xiv
BAB V RENCANA ANGGARAN BIAYA PELAKSANAAN (RAP)

5.1 Uraian Umum ............................................................................. V – 1

5.2 Rekapitulasi Akhir ...................................................................... V – 2

5.3 Rekapitulasi Awal....................................................................... V – 3

5.4 Bill of Quantity ........................................................................... V – 4

5.5 Calculation Sheet ....................................................................... V – 6

5.6 Koefisien Tenaga Kerja, Peralatan dan Bahan ........................... V – 15

5.6.1 Umum ................................................................................ V – 15

5.6.2 Pekerjaan Drainase ............................................................ V – 17

5.6.3 Pekerjaan Tanah ................................................................ V – 31

5.6.4 Pekerjaan Bahu Jalan ......................................................... V – 43

5.6.5 Perkerasan Berbutir ........................................................... V – 46

5.6.6 Perkerasan Aspal ............................................................... V – 52

5.6.7 Pekerjaan Minor ................................................................ V – 47

5.7 Analisa Harga Satuan ................................................................ V – 69

5.7.1 Umum ................................................................................ V – 69

5.7.2 Pekerjaan Drainase ............................................................ V – 76

5.7.3 Pekerjaan Tanah ................................................................ V – 82

5.7.4 Pekerjaan Bahu Jalan ......................................................... V – 85

5.7.5 Pekerasan Berbutir ............................................................. V – 86

5.7.6 Pekerjaan Aspal ................................................................. V – 87

5.7.7 Pekerjaan Minor ................................................................ V – 88

5.7.8 Pemeliharaan ..................................................................... V – 91

5.8 Daftar Harga Tenaga, Alat, dan Bahan ..................................... V – 98

xv
BAB VI PENGENDALIAN PROYEK

6.1 Uraian Umum ............................................................................. VI – 1

6.2 Pengendalian Waktu ................................................................... VI – 1

6.2.1 Network Planning ( NWP ) ............................................. VI – 2

6.2.2 Time Schedule ( Kurva S ) ............................................... VI –2

6.2.3 Bar Chart ......................................................................... VI –2

6.3 Pengendalian Biaya .................................................................... VI – 3

6.4 Pengendalian Mutu ..................................................................... VI – 3

6.4.1 Pengendalian Tanah ........................................................... VI – 4

6.4.1.1 Penyiapan Tanah Dasar untuk Bahu jalan ........... VI – 4

6.4.1.2 Timbunan Tanah .................................................. VI – 4

6.4.2 Pengendalian Perkerasan Berbutir ..................................... VI – 5

6.4.2.1 Pengendalian Agregat Base Course....................... VI – 5

6.4.2.2 Pengendalian Agregat Sub Base Course................ VI – 5

6.4.3 Pengendalian Perkerasan Aspal ......................................... VI – 5

6.4.3.1 Lapis Resap Pengikat (Prime Coat) ...................... VI – 5

6.4.3.2 Lapis Laston........................................................... VI – 6

6.4.4 Pengujian Sebelum Pelaksanaan ........................................ VI – 7

6.4.4.1 Pengujian Tanah .................................................... VI– 7

6.4.4.2 Pengujian Agregat ................................................. VI – 21

6.4.4.3 Pengujian Aspal ..................................................... VI – 35

6.4.5 Pengujian Waktu Pelaksanaan ........................................... VI – 57

6.4.6 Pengujian Setelah Pelaksanaan .......................................... VI – 62

6.5 Penanganan Masalah ................................................................... VI– 65

xvi
6.6 Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan.......................... VI– 66

BAB VII PENUTUP

7.1 Kesimpulan ................................................................................. VII– 1

7.2 Saran ........................................................................................... VII – 2

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta Jawa Tengah ................................................................... I – 2

Gambar 1.2 Peta Lokasi Proyek ................................................................. I – 3

Gambar 1.3 Potongan Melintang Jalan ..................................................... I – 4

Gambar 1.4 Tebal Perkerasan Jalan ........................................................... I – 5

Gambar 1.5 Tebal Perkerasan Bahu Jalan .................................................. I – 5

Gambar 1.6 Dimensi Saluran Samping ...................................................... I – 5

Gambar 1.7 Dimensi Gorong-Gorong ........................................................ I – 6

Gambar 1.8 Dimensi Bak Kontrol .............................................................. I – 6

Gambar 1.9 Hubungan Bak Kontrol dengan Gorong - Gorong ................. I – 7

Gambar 2.1 Siklus Mekanisme Manajemen............................................... II – 3

Gambar 2.2 Struktur Hubungan Kerja Pelaksanaan Proyek ..................... II – 9

Gambar 2.3 Stakeholder Proyek Konstruksi ............................................. II – 11

Gambar 2.4 Struktur Organisasi Pemilik Proyek ....................................... II – 12

Gambar 2.5 Struktur Organisasi Kontraktor .............................................. II – 15

Gambar 2.6 Struktur Organisasi Konsultan Pengawas .............................. II – 22

xvii
Gambar 2.7 Tingkat Kebutuhan Tenaga Kerja di Proyek ......................... II – 29

Gambar 2.8 Flow Chart Langkah-lankah pekerjaan Konstruksi ............... II – 36

Gambar 2.9 Contoh Bar Charts ................................................................. II – 42

Gambar 2.10 Contoh Time Schedule ............................................................ II – 44

Gambar 2.11 Analisa Varian Terpadu disajikan dengan grafik kurva s ..... II – 45

Gambar 3.1 Waterpass ............................................................................. III – 3

Gambar 3.2 Theodolite ............................................................................... III – 4

Gambar 3.3 Rambu Ukur ........................................................................... III – 6

Gambar 3.4 Tripo Statif.............................................................................. III – 7

Gambar 3.5 Bulldozer ................................................................................ III – 7

Gambar 3.6 Whell Loader .......................................................................... III – 8

Gambar 3.7 Dump Truck ........................................................................... III – 9

Gambar 3.8 Truck Crane ........................................................................... III – 9

Gambar 3.9 Water Tank Truck ................................................................. III – 10

Gambar 3.10 Excavator ............................................................................... III – 11

Gambar 3.11 Motor Grader ........................................................................ III – 11

Gambar 3.12 Asphalt Sprayer ..................................................................... III – 12

Gambar 3.13 Asphalt Finisher .................................................................... III – 12

Gambar 3.14 Tandem Roller ....................................................................... III – 13

Gambar 3.15 Vibrator Roller ...................................................................... III – 14

Gambar 3.16 Pneumatic Tire Roller ........................................................... III – 14

Gambar 3.17 Concrete Mixer Manual ......................................................... III – 15

Gambar 3.18 Generator Set ......................................................................... III – 16

Gambar 3.19 Ari Compresor ....................................................................... III – 16

xviii
Gambar 4.1 Flowcchart Langkah-langkah Pekerjaan Konstruksi ............. IV – 2

Gambar 4.2 Pengukuran As Jalan pada Jalan Lurus .................................. IV – 6

Gambar 4.3 Pengukuran As Jalan pada Tikungan STA 49+350 ................ IV – 7

Gambar 4.4 Pergeseran Patok AS Jalan Pada Medan Lurus ..................... IV – 8

Gambar 4.5 Pergeseran Patok AS Jalan Pada Medan Menikung .............. IV – 9

Gambar 4.6 Pengukuran Profil Memanjang ............................................... IV – 10

Gambar 4.7 Pengukuran Profil Melintang ................................................. IV – 11

Gambar 4.8 Pengukuran Bahu Jalan ......................................................... IV – 12

Gambar 4.9 Pengukuran Saluran Samping................................................. IV – 12

Gambar 4.10 Alinyemen Horizontal Sistem Koordinat STA 49+350 ......... IV – 13

Gambar 4.11 Potongan Memanjang Alinyemen Vertikal Cembung ........... IV – 14

Gambar 4.12 Potongan Memanjang Alinyemen Vertikal Cekung............... IV – 15

Gambar 4.13 Papan Nama Proyek ............................................................... IV – 17

Gambar 4.14 Peta Awal dan Akhir Proyek ................................................. IV – 18

Gambar 4.15 Peta Direksi Keet dan Base Camp .......................................... IV – 18

Gambar 4.16 Lokasi Direksi Keet dan Basecamp ........................................ IV – 19

Gambar 4.17 Denah Direksi Keet................................................................. IV – 19

Gambar 4.18 Denah Base Camp .................................................................. IV – 20

Gambar 4.19 Pekerjaan Stripping ................................................................ IV – 23

Gambar 4.20 Pergerakan Cut & Fill Potongan Memanjang ....................... IV – 27

Gambar 4.21 Pelaksanaan Penggalian Tanah............................................... IV – 28

Gambar 4.22 Pelaksanaan Pengecekan Galian Tanah .................................. IV – 29

Gambar 4.23 Pelaksanaan Pemadatan Tanah ............................................... IV – 29

Gambar 4.24 Pemadatan Galian Tanah ........................................................ IV – 29

xix
Gambar 4.25 Pola Pemadatan Galian Tanah pada Bagian Lurus................. IV – 30

Gambar 4.26 Pola Pemadatan Galian Tanah pada Bagian Menikung ......... IV – 30

Gambar 4.27 Pekerjaan Galian Tanah .......................................................... IV – 31

Gambar 4.28 Pelaksanaan Timbunan Tanah ................................................ IV – 33

Gambar 4.29 Pelaksanaan Timbunan Tanah pada STA 50+050 dari Galian

49+730 .................................................................................... IV – 33

Gambar 4.30 Penimbunan dan Pemadatan Lapis demi Lapis ...................... IV – 34

Gambar 4.31 Pemadatan Timbunan Tanah .................................................. IV – 34

Gambar 4.32 Pola Pemadatan Timbunan Tanah pada Bagian Lurus ........... IV – 34

Gambar 4.33 Pola Pemadatan Timbunan Tanah pada Bagian Menikung .... IV – 35

Gambar 4.34 Pengecekan Elevasi dengan Waterpass .................................. IV – 35

Gambar 4.35 Grafik Hubungan antara Berat isi kering dengan Kadar air ... IV – 36

Gambar 4.36 Pekerjaan Urugan Tanah ........................................................ IV – 37

Gambar 4.37 Bowplank Saluran Samping ................................................... IV – 39

Gambar 4.38 Pekerjaan Saluran Samping .................................................... IV – 40

Gambar 4.39 Dimensi Saluran Samping ...................................................... IV – 41

Gambar 4.40 Dimensi Gorong - Gorong ...................................................... IV – 42

Gambar 4.41 Dimensi Bak Kontrol .............................................................. IV – 43

Gambar 4.42 Hubungan Bak Kontrol dengan Gorong - Gorong ................. IV – 44

Gambar 4.43 Pekerjaan Lapis Pondasi Bawah (Sub Base) .......................... IV – 47

Gambar 4.44 Pekerjaan Lapis Pondasi Atas (Base Course) ........................ IV – 50

Gambar 4.45 Pekerjaan Lapis Resap Pengikat (Prime Coat) ...................... IV – 44

Gambar 4.46 Lintasan dan Jumlah Lintasan Trial Selection Laston ............ IV – 63

Gambar 4.47 Lokasi Titik Pengambilan Core Drill di Lapangan ................ IV – 64

xx
Gambar 4.48 Pekerjaan Laston ................................................................... IV – 65

Gambar 4.49 Grafik Hubungan Viskositas dan Temperatur ........................ IV – 67

Gambar 4.50 Pemadatan Laston pada Sambungan Melintang ..................... IV – 68

Gambar 4.51 Penggilasan pada Sambungan Memanjang ............................ IV – 69

Gambar 4.52 Pengecekan Kelandaian dengan Mal Datar ............................ IV – 70

Gambar 4.53 Lapis Perkerasan Bahu Jalan .................................................. IV – 71

Gambar 4.54 Pekerjaan Bahu Jalan .............................................................. IV – 74

Gambar 4.55 Marka Jalan ............................................................................ IV – 76

Gambar 4.56 Patok Kilometer dan Patok Hektometer ................................. IV – 77

Gambar 4.57 Rambu Lalu Lintas ................................................................. IV – 78

Gambar 4.58 Kreb Median ........................................................................... IV – 80

Gambar 4.59 Lampu Penerangan Jalan Umum (PJU) ................................. IV – 82

Gambar 6.1 Hubungan Berat Isi Kering dengan Kadar Air ...................... VI – 10

Gambar 6.2 Alat Uji Kompaksi .................................................................. VI – 11

Gambar 6.3 Pola Penumbukkan untuk Pemadatan ................................... VI – 11

Gambar 6.3 Lintasan dan Jumlah Lintasan Trial Compaction Sub Grade VI – 12

Gambar 6.4 Alat untul Tes CBR Laboratorium ........................................ VI – 15

Gambar 6.5 Contoh Grafik Hubungan Penetrasi dengan Beban ................ VI – 16

Gambar 6.6 Alat Uji CBR Lapangan ......................................................... VI – 18

Gambar 6.7 Contoh Grafik Hubungan Penetrasi dengan Beban ................ VI – 19

Gambar 6.8 Alat Uji Sandcone .................................................................. VI – 22

Gambar 6.9 Saringan Ayakan .................................................................... VI – 25

Gambar 6.10 Peralatan Mesin Abrasi Los Angeles ..................................... VI – 36

Gambar 6.11 Alat Penetrasi Aspal .............................................................. VI – 39

xxi
Gambar 6.12 Alat Titik Lembek Aspal ....................................................... VI – 42

Gambar 6.13 Alat Cleveland Cup ................................................................ VI – 44

Gambar 6.14 Alat Uji Daktalitas ................................................................. VI – 46

Gambar 6.15 Peralatan Uji Berat Jenis Aspal ............................................. VI – 49

Gambar 6.16 Kurva Hubungan Waktu dengan Suhu ................................... VI – 51

Gambar 6.17 Alat Saybolt Furol .................................................................. VI – 52

Gambar 6.18 Alat Penumbuk Pengujian Marshall ....................................... VI – 55

Gambar 6.19 Alat Marshall .......................................................................... VI – 58

Gambar 6.20 Lintasan dan jumlah Lintasan Trial Selection Laston ............ VI – 59

Gambar 6.21 Alat Pengukur Temperatur ..................................................... VI – 61

Gambar 6.22 Alat Core Drill ....................................................................... VI – 62

Gambar 6.23 Contoh Sampel Pengujian Core Drill .................................... VI – 62

Gambar 6.24 Sketsa Pengambilan Sample Core Drill ................................. VI– 62

xxii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Gradasi Lapis Pondasi Agregat Kelas B (Sub Base) ................... III – 19

Tabel 3.2 Sifat-sifat Lapis Pondasi Agregat Kelas B (Sub Base) ............... III – 20

Tabel 3.3 Gradasi Lapis Pondasi Agregat Kelas A (Base Course) ............ III – 21

Tabel 3.4 Sifat-sifat Lapis Pondasi Agregat Kelas A (Base Course) .......... III – 21

Tabel 3.5 Ketentuan Agregat Kasar ........................................................... III – 25

Tabel 3.6 Ukuran Nominal Agregat Kasar Penampang dingin untuk

Campuran Beraspal ..................................................................... III – 25

Tabel 3.7 Ketentuan Agregat Halus ........................................................... III – 27

Tabel 3.8 Amplop Gradasi Agregat Gabungan untuk Campuran Aspal

Laston ......................................................................................... III – 28

Tabel 3.9 Contoh Batas - batas Bahan Gradasi Senjang ............................ III – 28

Tabel 3.10 Ketentuan- Ketentuan untuk Aspal Keras ................................... III – 29

Tabel 3.11 Ketentua Sifat – sifat Campuran Laston .................................... III – 31

Tabel 3.12 Gradasi Lapis Pondasi Agregat Kelas S ...................................... III – 33

Tabel 3.13 Sifat – sifat Lapis Pondasi Agregat Kelas S ................................ III – 34

Tabel 3.14 Klasifikasi Tenaga Kerja Ahli Konstruksi ................................... III – 39

xxiii
Tabel 3.15 Klasifikasi Tenaga Kerja Terampil Konstruksi ........................... III – 40

Tabel 4.1 Perhitungan Hasil Tanah Galian ................................................ IV – 24

Tabel 4.2 Gradasi Lapis Pondasi Agregat Kelas B ..................................... IV – 46

Tabel 4.3 Sifat-sifat Lapis Pondasi Agregat Kelas B .................................. IV – 46

Tabel 4.4 Gradasi Lapis Pondasi Agregat Kelas A ..................................... IV – 49

Tabel 4.5 Sifat-sifat Lapis Pondasi Agregat Kelas A .................................. IV – 49

Tabel 4.6 Ketentuan Agregat Kasar ........................................................... IV – 57

Tabel 4.7 Ketentuan Agregat Halus ........................................................... IV – 58

Tabel 4.8 Amplop Gradasi Agregat Gabungan untuk Campuran Aspal

Laston .......................................................................................... IV – 60

Tabel 4.9 Ketentuan- Ketentuan untuk Aspal Keras ................................... IV – 61

Tabel 4.10 Ketentuan Sifat-sifat Campuran Laston (AC) ............................. IV – 62

Tabel 4.11 Ketentuan Viskositas & Temperatur Aspal untuk Pencampuran

& Pemadatan ............................................................................... IV – 66

Tabel 4.12 Operasi Pemadatan ...................................................................... IV – 67

Tabel 4.14 Gradasi Lapis Pondasi Agregat Kelas S ...................................... IV – 72

Tabel 4.15 Sifat – Sifat Lapis Pondasi Agregat Kelas S ............................... IV – 73

Tabel 6.1 Analisa Ayak Agregat Kasar ...................................................... VI – 25

Tabel 6.2 Analisa Ayak Agregat Halus ...................................................... VI – 25

Tabel 6.3 Analisa Saringan Agregat Kasar ................................................. VI – 31

Tabel 6.4 Berat untuk Setiap Gradasi Benda Uji ....................................... VI – 34

Tabel 6.5 Toleransi Pembacaan Penetrasi .................................................. VI – 39

Tabel 6.6 Laporan Hasil Pemeriksaan ......................................................... VI – 44

Tabel 6.7 Hasil Pengamatan Suhu Aspal .................................................... VI – 51

xxiv
DAFTAR RUMUS

Rumus 6.1 Kadar air tanah ......................................................................... VI - 9

Rumus 6.2 Berat isi basah tanah ................................................................. VI - 9

Rumus 6.3 Berat isi kering tanah................................................................ VI - 9

Rumus 6.4 Berat isi tanah padat ................................................................. VI - 10

Rumus 6.5 Swelling ................................................................................... VI - 15

Rumus 6.6 CBR ......................................................................................... VI - 15

Rumus 6.7 Berat isi pasir ............................................................................ VI - 21

Rumus 6.8 Isi Botol ................................................................................... VI - 21

Rumus 6.9 Berat Isi Pasir .......................................................................... VI - 21

Rumus 6.10 Berat Pasir di dalam Corong .................................................... VI - 21

Rumus 6.11 Berat Pasir di dalam Lubang ..................................................... VI - 22

Rumus 6.12 Volume Lubang ....................................................................... VI - 22

Rumus 6.13 Berat Tanah ............................................................................... VI - 22

Rumus 6.14 Berat Isi Tanah .......................................................................... VI - 22

Rumus 6.15 Berat Isi Kering......................................................................... VI - 22

Rumus 6.16 Derajat Kepadatan di Lapangan ................................................ VI - 22

Rumus 6.17 Berat jenis curah agregat halus ................................................ VI - 28

Rumus 6.18 Berat jenis kering permukaan jenuh agregat halus ................... VI - 28

Rumus 6.19 Berat jenis semu agregat halus.................................................. VI - 28

Rumus 6.20 Penyerapan air agregat halus .................................................... VI - 28

xxv
Rumus 6.21 Berat jenis curah agregat kasar ................................................ VI - 30

Rumus 6.22 Berat jenis kering permukaan jenuh agregat kasar ................... VI - 30

Rumus 6.23 Berat jenis semu agregat kasar.................................................. VI - 30

Rumus 6.24 Penyerapan air agregat kasar .................................................... VI - 30

Rumus 6.25 Kekekalan ................................................................................. VI - 32

Rumus 6.26 Kadar air agregat ........................................................................ VI - 32

Rumus 6.27 Keausan ..................................................................................... VI - 35

Rumus 6.28 Berat jenis aspal ........................................................................ VI - 49

Rumus 6.29 Kepadatan Lapangan................................................................. VI - 61

Rumus 6.30 Kadar Aspal ............................................................................. VI - 65

xxvi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu
lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api,
jalan lori, dan jalan kabel (Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 ). Untuk
perencanaan jalan raya yang baik, bentuk geometriknya harus ditetapkan
sedemikian rupa sehingga jalan yang bersangkutan dapat memberikan pelayanan
yang optimal kepada lalu lintas sesuai dengan fungsinya, sebab tujuan akhir dari
perencanaan geometrik ini adalah menghasilkan infrastruktur yang aman, efisiensi
pelayanan arus lalu lintas dan memaksimalkan ratio tingkat penggunaan biaya juga
memberikan rasa aman dan nyaman kepada pengguna jalan.
Dalam pelaksanaan proyek perlu melakukan tindakan yang tepat agar
pekerjaan dapat dilaksanaan dengan baik dan benar. Tentunya hal ini berkaitan
dengan alat, bahan, dan tenaga, sehingga hal ini dapat menghasilkan mutu yang
baik dan pekerjaan yang sesuai dengan waktu pelaksanaan dengan waktu rencana
yang sudah dibuat dapat . Selain itu ada hal yang lebih penting untuk meningkatkan
efektifitas serta efisiensi dalam pengelolaan proyek yaitu berkaitan dengan
pembuatan schedule sangat penting dilakukan guna menjaga agar pelaksanaan
berjalan dengan baik sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Hal ini berkaitan
dengan adanya manajemen proyek, pengendalian proyek, metode pelaksanaan
pekerjaan, Rencana Anggaran Biaya (RAP), spesifikasi dari alat dan bahan serta
jumlah tenaga yang dibutuhkan. Jadi dari segala aspek harus saling mendukung.
Dengan dibuatnya rencana pelaksanaan diharapkan Pelaksanaan
Pembangunan Ruas Jalan Salatiga – Ngablak bts. Kabupaten Magelang STA
48+900 s.d 51+000 Provinsi Jawa Tengah akan berjalan sesuai waktu yang
direncanakan dan spesifikasi yang ditetapkan

I-1
I-2

1.2. Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai dalam Tugas Akhir ini adalah :
1. Merencanakan sebuah struktur organisasi lapangan;
2. Merencanakan persiapan pelaksanaan pekerjaan konstruksi;
3. Membuat metode pelaksanaan;
4. Membuat Time Schedule dan Network Planning pekerjaan jalan;
5. Merencanakan pelaksanaan pekerjaan konstruksi secara keseluruhan, meliputi:
galian dan timbunan tanah, penyiapan tanah dasar, sub base, base, prime coat,
surface, drainase dan bangunan pelengkap lainnya dalam konstruksi tersebut;
6. Membuat Rencana Anggaran Pelaksanaan ( RAP );
7. Merencanakan pengendalian pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan, yang
meliputi: pengendalian mutu, waktu, biaya, K3 dan lingkungan;

1.3. Ruang Lingkup


1.3.1. Lokasi Proyek
Lokasi proyek yang dilaksanakan terletak di Kabupaten Magelang Jawa Tengah.
Berikut ini adalah peta lokasi “Rencana Pelaksanaan Pembangunan Ruas Jalan
Salatiga – Ngablak bts. Kabupaten Magelang STA 48+900 s.d STA 51+000
Provinsi Jawa Tengah”

LOKASI PROYEK

Gambar 1.1 Peta Jawa Tengah


I-3

Sumber : Direktorat Jendral Bina Marga Jawa Tengah

Lokasi Awal Proyek

STA 5+100

Lokasi Akhir Proyek

STA 7+600

STA 7+600

Gambar 1.2 Lokasi Proyek


Sumber : Aplikasi Google Earth Pro
1.3.2. Data Umum
Data umum proyek meliputi :

LOKASI PROYEK

Nama Proyek : Pembangunan Ruas Jalan Salatiga - Ngablak


Bts. Kabupaten Magelang STA 48+900 s/d
51+000 Provinsi Jawa Tengah
Lingkup Pekerjaan : Pekerjaan umum, drainase, pekerjaan tanah, pekerjaan
bahu jalan, pekerjaan perkerasan aspal, pekerjaan struktur,
pengembalian kondisi, dan pekerjaan minor
Lokasi Proyek : Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah
I-4

Pemilik Proyek : Kementerian Pekerjaan Umum Bina Marga Jawa Tengah


Jenis Kontrak : Unit Price

1.3.3. Data Teknis


Data teknis proyek meliputi :
Kelas Jalan : Jalan Arteri Kelas I
Jenis Medan : Datar
Jenis Pekerjaan : Pekerjaan Jalan Baru
Panjang Jalan : 2200 m (STA 48+900 s/d STA 51+000)
Jumlah Jalur :2
Jumlah Lajur :4
Lebar Jalur :2x7m
Lebar Bahu Jalan : 2,0 m
Lebar Median : 2,0 m
Jenis Perkerasan : Lentur (Flexible Pavement)

1. Potongan melintang Struktur Ruas Jalan Salatiga – Ngablak bts. Kabupaten


Magelang STA 48+900 s.d 51+000 Provinsi Jawa Tengah

Gambar 1.3 Potongan Melintang Jalan


Sumber : Data Pribadi (Autocad)
I-5

2. Tebal perkerasan jalan yang dilaksanakan sebagai berikut :

Gambar 1.4 Tebal Perkerasan Jalan


Sumber : Data Pribadi (Autocad)

3. Bahu jalan menggunakan material Batu Pecah kelas S setebal 12 cm

Gambar 1.5 Tebal Perkerasan Bahu Jalan


Sumber : Data Pribadi (Autocad)

4. Drainase yang digunakan pada proyek ini adalah saluran samping dengan
beton precast model U-ditch dengan dimensi berikut

110cm
m

80cm

Gambar 1.6 Dimensi Saluran Samping


Sumber : Data Pribadi (Autocad)
I-6

5. Gorong-Gorong yang digunakan pada proyek ini menggunakan buis beton


dengan dimensi sebagai berikut

Gambar 1.7 Dimensi gorong-gorong


Sumber : Data Pribadi (Autocad)

6. Bak Kontrol yang digunakan pada proyek ini adalah menggunakan


pasangan batu 1 PC : 3 PP dengan dimensi berikut :

Gambar 1.8 Dimensi Bak Kontrol


Sumber : Data Pribadi (Autocad)
I-7

Gambar 1.9 Hubungan Bak Kontrol dengan Gorong-Gorong


Sumber : Data Probadi (Autocad)

1.4. Pembatasan Masalah


Pembatasan masalah penulisan Tugas Akhir dalam pelaksanaan proyek ini adalah
meliputi pokok-pokok pembahasan sebagai berikut :
1. Manajemen Proyek
2. Pelaksanaan Pekerjaan
3. Rencana Anggaran Biaya Pelaksanaan (RAP)
4. Rencana Jadwal Pekerjaan
5. Pengendalian Pelaksanaan

1.5. Metode Penulisan


Dalam penyusunan laporan ini, penulis menggunakan beberapa metode untuk
menyelesaikan Tugas Akhir. Metode yang digunakan bersumber dari :
1.5.1 Data Primer
adalah data yang diperoleh secara langsung dari penulis, yaitu berupa data
– data di lapangan serta dokumen proyek.
1.5.2 Data Sekunder
adalah data yang diperoleh dari sumber yang sudah ada, yaitu literatur –
literatur serta daftar pustaka yang dapat menunjang penyusunan laporan ini.
I-8

1.6. Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan laporan Tugas Akhir ini disusun atas beberapa bagian, antara
lain :
BAB I PENDAHULUAN
Menyajikan gambaran umum rencana pembahasan materi yaitu latar
belakang, tujuan, ruang lingkup yang berisi lokasi proyek, data umum
proyek dan data teknis proyek, pembatasan masalah, metode penulisan
serta sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Berisi tentang pengertian dan penjelasan mengenai manajemen proyek
yang terkait unsur-unsur pengelola proyek, struktur organisasi proyek,
dan hubungan kerja unsur pengelola proyek, Rencana Anggaran
Pelaksanaan (RAP), serta pengendalian – pengendalian yang ada dalam
suatu proyek, dan tentang kontrak proyek konstruksi.
BAB III SPESIFIKASI ALAT, BAHAN, DAN KUALIFIKASI TENAGA
Berisi tentang Spesifikasi alat proyek, alat berat yang digunakan dalam
proyek, spesifikasi bahan/material proyek dan spesifikasi tenaga kerja
yang digunakan dalam proyek.
BAB IV METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
Berisi tentang uraian pekerjaan seperti pekerjaan persiapan, pekerjaan
konstruksi, pekerjaan drainase, alat, bahan, dan tenaga kerja yang
digunakan, serta metode yang akan dilaksanakan di lapangan beserta
spesifikasi pelaksanaan dan pengendaliannya.
BAB V RENCANA ANGGARAN PELAKSANAAN
Berisi perhitungan rekapitulasi akhir, rekapitulasi awal, Bill of Quantity
(BoQ), daftar harga satuan alat, bahan, dan upah tenaga, perhitungan
koefisien alat, bahan, dan tenaga serta analisa harga satuan, dan
calculation sheet.
BAB VI PENGENDALIAN PROYEK
I-9

Berisi tentang pengendalian waktu (network planning dan time


schedule), pengendalian biaya, pengendalian mutu, penanganan
masalah, serta pengendalian K3 dan lingkungan.
BAB VII PENUTUP
Berisi kesimpulan dan saran hasil pembahasan dari tujuan.

DAFTAR PUSTAKA
Berisi tentang daftar buku ataupun referensi – referensi dari penulis dalam
mengerjakan laporan ini.

LAMPIRAN – LAMPIRAN
Berisi surat – surat, lembar asistensi, gambar perencanaan, dan data – data
pendukung lainnya.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Uraian Umum


Menurut Wulfram I. Ervianto (2003), bahwa Konstruksi dapat dibagi ke
dalam dua kelompok, yaitu teknologi konstruksi (Construction technology) dan
manajemen konstruksi (construction management). Kedua hal tersebut saling
terkait untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pengelolaan proyek.
Proses konstruksi suatu bangunan sebenarnya sudah dimulai sejak timbulnya
prakarsa membangun yang biasanya dituangkan dalam bentuk Term Of Reference
(TOR). Kemudian ditindak lanjuti dengan berbagai kegiatan survey dan
penyelidikan teknis detail dalam rangka menunjang studi kelayakan yang mengkait
pula berbagai aspek, antara lain sosial, ekonomi, dampak lingkungannya, dan
kemudian baru dilakukan penyusunan perencanaannya. Setelah tersusun
perancangan yang mapan dalam arti optimal, layak dan dapat dipercaya, barulah
kemudian dilaksanakan pembangunan fisik yang pada umumnya merupakan tahap
yang paling banyak menyita pembiayaan, tenaga, dan waktu, dibandingkan dengan
tahap lainnya. Dari uraian singkat tahap – tahap konstruksi tersebut, sudah tentu
akan melibatkan berbagai unsur pembangunan atau satuan organisasi. Sejak dari
pemilik, pengelola, konsultan, pelaksanaan konstruksi atau yang lazim disebut
kontraktor, sub kontraktor, pemasok bahan – bahan, mandor, sampai dengan para
tukang atau pekerja (Istimawan Dipohusodo, 1996).

2.2 Manajemen Proyek


2.2.1 Pengertian Manajemen Proyek
Manajemen konstruksi adalah merupakan pengelolaan perencanaan
(rencana kerja), pelaksanaan, pengendalian dan koordinasi suatu proyek dari awal
pelaksanaan pekerjaan sampai selesainya proyek secara efektif dan efisien, untuk
menjamin bahwa proyek dilaksanakan tepat waktu, tepat biaya, dan tepat mutu
(Ervianto,2003).

II-1
II-2

Proyek dapat didefinisikan sebagai suatu usaha atau kegiatan memiliki batas waktu
tertentu, kuatitas, sumber dana dapat berasal dari pemerintah ataupun swasta
dengan sasaran yang jelas yaitu mencapai hasil yang telah direncanakan pada waktu
awal pembangunan proyek akan dimulai.
Suatu proyek akan berhasil jika proyek tersebut memiliki manajemen yang
baik melalui suatu organisasi proyek yang dibentuknya. Kerjasama yang baik antar
unsure pendukung dalam melaksanakan tugas dan kewajiban berdasarkan batas
ruang lingkup dan wewenang masing-masing mutlak dibutuhkan, dan merupakan
modal dasar dari kelangsungan suatu proyek menuju keberhasilan.
Manajemen proyek pada umumnya akan mengatur mutu fisik konstruksi,
biaya dan waktu, serta tenaga kerja. Pada prinsipnya, dalam manajemen proyek,
manajemen tenaga kerja merupakan salah satu hal yang akan lebih ditekankan. Hal
ini disebabkan manajemen perencanaan hanya berperan sekitar 20% dari rencana
kerja proyek. Sisanya manajemen pelaksanaan termasuk didalamnya pengendalian
biaya, mutu dan waktu proyek. Adapun fungsi dari manajemen proyek yaitu :
1. Sebagai Quality Control sehingga dapat menjaga kesesuaian mutu antara
perencanaan dan pelaksanaan
2. Mengantisipasi terjadinya perubahan kondisi di lapangan yang tidak pasti serta
mengatasi kendala terjadinya keterbatasan waktu pelaksanaan
3. Memantau prestasi dan kemajuan proyek yang telah dicapai. Hal itu dilakukan
dengan pembuatan laporan harian, mingguan dan bulanan
4. Hasil evaluasi dapat dijadikan tindakan dalam pengambilan keputusan terhadap
masalah-masalah yang terjadi di lapangan
5. Fungsi manajerial dari manajemen merupakan sebuah sistem informasi yang
baik yang dapat digunakan untuk menganalisis performa dilapangan.

Manajemen proyek merupakan disiplin keilmuan dalam hal perencanaan,


pengorganisasian, pengelolaan (menjalankan serta mengendalikan), untuk dapat
mencapai tujuan-tujuan proyek. Proyek adalah sebuah kegiatan yang bersifat
sementara yang telah ditetapkan awal pekerjaannya dan waktu selesainya (biasanya
selalu dibatasi oleh waktu, dan seringkali juga dibatasi oleh sumber pendanaan),
untuk mencapai tujuan dan hasil yang spesifik dan unik, dan pada umumnya untuk
II-3

menghasilkan sebuah perubahan yang bermanfaat atau yang mempunyai nilai


tambah.

2.2.2 Tujuan Manajemen Proyek


Tujuan dari manajemen proyek adalah untuk mendapatkan metode atau cara
teknis yang paling baik agar dengan sumber-sumber daya yang terbatas diperoleh
hasil maksimal dalam hal ketepatan, kecepatan, penghematan dan keselamatan
kerja secara komprehensif. (Ir. Abrar Husein,MT,2008:2). Untuk keperluan
pencapaian tujuan ini, perlu diperhatikan pula mengenai mutu bangunan, biaya
yang digunakan, dan waktu pelaksanaan.

2.2.3 Ruang Lingkup


Manajemen proyek mempunyai ruang lingkup yang cukup luas, karena
mencakup tahapan kegiatan sejak awal pelaksanaan pekerjaan sampai akhir yang
berupa hasil pembangunan.
Tahapan kegiatan tersebut pada umumnya dibagi menjadi empat tahap, yaitu:

Gambar 2.1
Gambar 2.2 Siklus
Siklus Mekanisme
Mekanisme Manajemen
Manajemen
Sumber : Ir. Husen, Abrar,. MT.,2008,Manajemen Proyek, Penerbit Andi
:Yogyakarta dikutip 12 juni 2020
1. Perencanaan (Planning)
Planning adalah pemikiran atau gagasan awal tentang suatu rencana kegiatan.
Pada kegiatan ini dilakukan antisipasi tugas dan kondisi yang ada menetapkan
sasaran dan tujuan yang harus dicapai serta menentukan kebijakan pelaksanaan,
II-4

program yang dilakukan, jadwal waktu pelaksanaan, prosedur pelaksanaan secara


administrative dan oprasional serta alokasi anggaran biaya dan sumber daya.
Perencanaan harus dibuat dengan cermat, lengkap, terpadu dan dengan tingkat
kesalahan paling minimal, namun perencanaan harus tetap disempurnakan secara
interatif untuk menyesuaikan dengan perubahan dan perkembangan pada proses
selanjutnya. (Ir. Abrar Husein, MT,2008:3)
Kegiatan planning secara garis besar meliputi :
1.1 Pemilihan maupun penetapan tujuan dan sasaran yang akan dicapai.
1.2 Penentuan strategi, kebijaksanaan proyek, program, prosedur, metode, sistem,
anggaran, jadwal dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai kegiatan
tersebut.
1.3 Menyusun rencana induk jangka panjang dan pendek.
1.4 Menyiapkan sumber pendanaan serta standar kualitas yang diharapkan.
1.5 Menentukan waktu pelaksanaan proyek.
1.6 Melakukan perawatan bangunan setelah proses konstruksi selesai.
Manfaat perencanaan adalah sebagai alat pengawasan maupun pengendalian
kegiatan atau pedoman pelaksanaan kegiatan, serta sarana untuk memilih dan
menetapkan kegiatan yang diperlukan.
POMK ( Project Management Body of Knowledge) membuat area ilmu manajemen
bagi perencanaan yaitu:
1. Perencanaan lingkup proyek
2. Perencanaan Mutu
3. Perencanaan waktu dan penyusunan
4. Perencanaan biaya
5. Perencanaan SDM
2. Pengorganisasian (Organizing)
Organizing diartikan sebagai kegiatan identifikasi dan pengelompokan tugas-
tugas pada orang yang terlibat dalam aktivitas organisasi, sesuai dengan kompetensi
sumber daya manusia yang dimiliki dalam rangka mendukung tercapainya tujuan.
Tindakan tersebut antara lain menetapkan daftar penugasan, menyusun lingkup
kegiatan, menyusun struktur organisasi, dan menyusun daftar personil organisasi
berserta lingkup tugasnya. Manfaat organisasi adalah sebagai pedoman pelaksanaan
II-5

fungsi, dimana disini pembagian tugas, tanggung jawab dan kewenangan terlihat
jelas. (Ir. Abrar Husein, MT,2008:3)
Penyusunan organisasi akan melibatkan unsur-unsur pelaksana pembangunan
yang terdiri dari : pemberi tugas (owner), konsultan perencana/pengawas
(designer/supervisor), dan pelaksana (contractor), yang masing-masing
mempunyai tugas kewajiban, tanggung jawab dan wewenang sesuai dengan
peraturan yang telah ditetapkan.
3. Pelaksanaan (Actuating)
Actuating (pelaksanaan) adalah tindakan untuk menyelaraskan seluruh
anggota organisasi dalam kegiatan pelaksanaan, serta agar seluruh anggota
organisasi dapat bekerja sama dalam pencapaian tujuan bersama. Fungsi actuating
(pelaksanaan) adalah penyelaras agar tercapai keseimbangan tugas, hak dan
kewajiban masing – masing bagian dalam organisasi dan mendorong tercapainya
efisiensi serta kebersamaan dalam bekerjasama untuk tujuan bersama. Tindakan
yang dilakukan antara lain mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan,
mendistribusikan tugas, wewenang dan tanggung jawab, serta memberikan
pengarahan, penugasan dan motivasi.
4. Pengendalian (controlling)
Berupa tindakan pengukuran kualitas penampilan, dan penganalisaan serta
pengevaluasian penampilan yang diikuti dengan tindakan perbaikan yang harus
diambil terhadap penyimpangan yang terjadi (diluar batas toleransi). Fungsi dari
pengawasan meliputi penetapan standar pelaksanaan yang tercantum dalam RKS;
penentuan ukuran–ukuran pelaksanaan; pengukuran pelaksanaan dan
membandingkan dengan standar yang telah ditetapkan; pengambilan tindakan
koreksi yang diperlukan bila pelaksanaan menyimpang dari standar; memberikan
saran–saran perbaikan. Manfaat dari fungsi Controlling adalah memperkecil
kemungkinan kesalahan yang terjadi dari segi kualitas, kuantitas, biaya maupun
waktu. Lima faktor penting yang merupakan input dari manajemen proyek yakni
man (sumber daya manusia), money (biaya), material (bahan), machine (mesin dan
peralatan) yang diperlukan untuk membantu tugas manusia tanpa menggantikan
kedudukannya dan yang terakhir adalah method (metode) yang diperlukan agar
pelaksanaan manajemen dapat berjalan dengan lancar
II-6

Bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan untuk meminimalisir penyimpangan yaitu:


1. Supervisi
Melakukan serangkaian tindakan koordinasi pengawasan dalam batas
wewenang dan tanggung jawab menurut prosedur yang ditetapkan, agar dalam
operasional dapat dlakukan Bersama dengan kendali pengawas.
2. Inspeksi
Melakukan pemeriksaan terhadap hasil pekerjaan dengan tujuan menjamin
spesifikasi mutu dan produk sesuai dengan yang direncanakan.
3. Tindakan Koreksi
Melakukan perubahan dan perbaikan terhadap rencana yang ditetapkan untuk
menyesuaikan dengan kondisi pelaksanaan. (Ir. Abrar Husein, MT,2008:4)

2.3 Unsur-Unsur Pelaksana Proyek


Unsur pelaksana proyek adalah orang/badan yang membiayai, merencanakan, dan
melaksanakan proyek tersebut. Dalam proyek ini terdapat beberapa unsur yang
terlibat untuk mewujudkan suatu proyek. Unsur-unsur tersebut mempunyai tugas,
kewajiban, tanggung jawab, dan wewenang yang saling berkaitan antara satu
dengan yang lainnya sehingga arah komunikasi dapat terjalin dengan baik.
Adapun unsur-unsur tersebut adalah :
1. Pemilik Proyek
2. Konsultan Pengawas
3. Kontraktor
Hubungan kerja unsur–unsur pengelola proyek yang saling mendukung satu dengan
yang lainnya dan mempunyai mekanisme kerja yang serasi di dalam menyelesaikan
suatu proyek dengan berpegang pada kriteria yang ditetapkan.
2.3.1 Pemilik Proyek
Pemilik proyek atau pemberi tugas atau pengguna jasa adalah orang/badan yang
memiliki proyek dan memberikan pekerjaan atau menyuruh memberikan pekerjaan
kepada pihak penyedia jasa dan yang membayar pekerjaan tersebut. (Wulfram I.
Ervianto, 2005)
II-7

Hak dan Kewajiban pemilik proyek adalah:


1) Menunjuk penyedia jasa (konsultan dan kontraktor).
2) Meminta laporan secara periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan yang telah
dilakukan oleh penyedia jasa.
3) Memberikan fasilitas baik berupa sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh
pihak penyedia jasa untuk kelancaran pekerjaan.
4) Menyediakan lahan untuk tempat pelaksanaan pekerjaan.
5) Menyediakan dana dan kemudian membayar kepada pihak penyedia jasa
sejumlah biaya yang diperlukan untuk mewujudkan sebuah bangunan.
6) Ikut mengawasi jalannya pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan dengan
cara menempatkan atau menunjuk suatu badan atau orang untuk bertindak atas
nama pemilik.
7) Mengesahkan perubahan dalam pekerjaan (bila terjadi).
8) Menerima dan mengesahkan pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan oleh
penyedia jasa jika produknya telah sesuai dengan apa yang dikehendaki.
Wewenang pemilik proyek adalah :
1) Memberitahukan hasil lelang secara tertulis kepada masing-masing kontraktor.
2) Dapat mengambil alih pekerjaan secara sepihak dengan cara memberitahukan
secara tertulis kepada kontraktor jika telah terjadi hal-hal di luar kontrak yang
ditetapkan. (Wulfram I. Ervianto, 2005)
2.3.2 Konsultan Pengawas
Konsultan pengawas adalah orang/badan yang ditunjuk pengguna jasa
untuk membantu dalam pengelolaan pelaksanaan pekerjaan pembangunan mulai
awal hingga berakhirnya pekerjaan tersebut. (Wulfram I. Ervianto, 2005)
Hak dan Kewajiban Konsultan Pengawas adalah:
1) Menyelesaikan pelaksanaan pekerjaan dalam waktu yang telah ditetapkan.
2) Membimbing dan mengadakan pengawasan secara periodik dalam
pelaksanaan pekerjaan.
3) Melakukan perhitungan prestasi pekerjaan.
4) Mengoordinasi dan mengendalikan kegiatan konstruksi serta aliran informasi
antara berbagai bidang agar pelaksanaan pekerjaan berjalan lancar.
II-8

5) Menghindari kesalahan yang mungkin terjadi sedini mungkin serta


menghindari pembengkakan biaya.
6) Mengatasi dan memecahkan persoalan yang timbul di lapangan agar dicapai
hasil akhir sesuai kualitas, kuantitas serta waktu pelaksanaan yang telah
ditetapkan.
7) Menerima atau menolak material/peralatan yang didatangkan kontraktor.
8) Menghentikan sementara bila terjadi penyimpangan dari peraturan yang
berlaku.
9) Menyusun laporan kemajuan pekerjaan (harian, mingguan, bulanan).
10) Menyiapkan dan menghitung adanya kemungkinan pekerjaan tambah/kurang.
(Wulfram I. Ervianto, 2005)
2.3.3 Kontraktor
Kontraktor adalah orang/badan yang menerima pekerjaan dan menyelenggarakan
pelaksanaan pekerjaan sesuai biaya yang telah ditetapkan berdasarkan gambar
rencana dan peraturan serta syarat-syarat yang ditetapkan. (Wulfram I. Ervianto,
2005)
Hak dan kewajiban kontraktor adalah sebagai berikut :
1) Melaksanakan pekerjaan sesuai gambar rencana, peraturan dan syarat-syarat,
dan syarat tambahan yang telah ditetapkan oleh pengguna jasa.
2) Membuat gambar-gambar pelaksanaan yang disahkan oleh konsultan
pengawas sebagai wakil dari pengguna jasa.
3) Menyediakan alat keselamatan kerja seperti yang diwajibkan dalam peraturan
untuk menjaga keselamatan pekerja dan masyarakat.
4) Membuat laporan hasil pekerjaan berupa laporan harian, mingguan, dan
bulanan.
5) Menyerahkan seluruh atau sebagian pekerjaan yang telah diselesaikannya
sesuai ketetapan yang berlaku. (Wulfram I. Ervianto, 2005)
II-9

2.4 Hubungan Kerja dan Koordinasi

PENGGUNA JASA
PEMILIK PROYEK / OWNER
o

Jasa Biaya Biaya Bangunan

Kontrak Kontrak
PENGGUNA JASA

PENYEDIA JASA
PENYEDIA JASA PERSYARATAN TEKNIS PENYEDIA JASA
KONSULTASI KONSTRUKSI
REALISASI
PERATURAN PELAKSANAAN

Gambar 2.2 Struktur Hubungan Kerja Pelaksanaan Proyek


Sumber: E-book manajemen proyek konstruksi Wulfram I.Ervianto edisi
revisi dikutip12 Juni 2020
Keterangan :
: Garis Komando atau Perintah
: Garis Koordinasi
: Garis koordinasi

Secara garis besar pola dasar hubungan kerja diatur sebagai berikut :
2.4.1 Antara Pemilik Proyek (Owner) dengan Konsultan Pengawas
1) Ikatan : kontrak.
2) Konsultan Pengawas kepada Pemberi Tugas memberikan layanan
konsultasi dimana produk seperti gambar rencana, peraturan dan
syarat-syarat.
3) Pemilik Proyek memberikan biaya jasa pengawasan.
II-10

2.4.2 Antara Pemilik Proyek (Owner) dengan Kontraktor (penyedia


jasa)
1) Ikatan : kontrak.
2) Pemilik Proyek memberikan biaya jasa pelaksanaan pekerjaan
kepada Kontraktor.
3) Kontraktor memberikan layanan jasa profesionalnya berupa
bangunan sebagai realisasi dari keinginan Pemilik Proyek yang
telah dituangkan kedalam gambar rencana dan peraturan syarat-
syarat oleh konsultan.
2.4.3 Antara Konsultan Pengawas dengan Kontraktor (penyedia jasa)
1) Ikatan : peraturan pelaksanaan.
2) Konsultan pengawas mengawasi jalannya pelaksanaan proyek yang
dikerjakan Kontraktor sesuai dengan persyaratan.
3) Kontraktor merealisasikan menjadi sebuah bangunan sesuai
persyaratan.

2.5 Stakeholder Proyek


Agar keinginan dan kebutuhan masing-masing pihak dalam suatu proyek
dapat direalisasikan dalam suatu usaha bersama untuk pencapaian sasaran dan
tujuan, perlu dilakukan identifikasi terhadap organisasi atau individual
(stakeholder), baik dari internal maupun eksternal, yang akan berperan
mempengaruhi proyek dan harus diantisipasi selama proyek berlangsung.
Stakeholder untuk proyek konstruksi dapat ddiuraikan sebagai berikut
1. Pemilik Proyek : seorang atau perusahaan yang mempunyai dana memberikan
tugas kepada seorang atau perusahaan yang memiliki keahlian dan pengalaman
dalam pelaksanaan pekerjaan agar hasil proyek sesuai sasaran.
2. Konsultan : seorang atau perusahaan yang dituunjuk oleh pemilik yang
memiliki keahlian dan pengalaman dalam merancang dan mengawasi proyek
konstruksi terdiri atas:
2.1 Konsultan Perencana : seseorang atau perusahaan yang memiliki
keahlian seperti Perencanaan Arsitektur, Perencanaan Struktur,
Perencanaan Mekanikal dan Elektrikal dan lain sebagainya.
II-11

2.2 Konsultan Pengawas : perusahaan yang memiliki keahlian dan


pengawasan dalam pelaksanaan proyek.
2.3 Konsultan Manajemen Konstruksi : perusahaan yang mewakilkan
pemilik dalam pengelolaan proyek, sejak awal hingga akhir pelaksanaan
proyek.
3. Kontraktor : perusahaan yang menang tender maupun dipilih dan disetujui
untuk melakukan pekerjaan konstruksi yang direncanakan sesuai keinginan
pemilik proyek, bertanggung jawab penuh terhadap pembangunan fisik proyek.
Biasanya penentuan kontraktor dilakukan melalui proses lelang/tender atau
dapat juga melalui penunjukan langsung dengan penawaran harga.
4. Sub-kontraktor : pihak yang ditunjuk oleh kontraktor dan disetujui oleh
pemilik untuk mengerjakan sebagian pekerjaan kontraktor pada bagian fisik
proyek dengan keahlian khusus/spesialis.
5. Pemasok (supplier) : pihak yang ditunjuk oleh kontraktor untuk memasok
material yang memiliki kualifikasi yang diinginkan oleh pemilik.
Peran dan keterlibatan pihak-pihak tersebut saling berkesinambungan dan
memiliki perannya masing-masing untuk wewenang dapat dilihat dari Gambar 2.3
terlihat hubungan masing-masing stake holder dengan garis tegas menyatakan
hubungan kontrak dan perintah sedangkan garis putus-putus menyatakan hubungan
koordinasi.

Owner/Pemilik

Konsultan Konsultan
Perencana Pengawas

Kontraktor Pemasok/
Sub-kontraktor
Utama Supplier
Gambar 2.3 Stakeholder Proyek Konstruksi
Sumber : Ir. Husen, Abrar,. MT.,2008,Manajemen Proyek, Penerbit Andi :
Yogyakarta
II-12

2.6 Struktur Organsasi Proyek


2.6.1 Struktur Organisasi Pemilik Proyek
Struktur organisasi pemilik atau pemberi tugas pada Rencana Pelaksanaan
Pembangunan Ruas Jalan Salatiga – Ngablak Bts. Kabupaten Magelang STA
48+900 – STA 51+100 Provinsi Jawa Tengah, ditunjukkan pada Gambar 2.4

PPK

Bendahara Ka.Ur. Tata

Staf.Adm. Sub.Ur.Ad Sub.Ur.Ad


Staf.
m. m.
Keuangan Verikasi
Staf. Staf.

Pengawas Proyek (PO)

Ass. Pengawas Proyek

Gambar 2.4 Struktur Organisasi Pemilik Proyek


(Sumber : Wulfram I Ervianto, “Manajemen Proyek Konstruksi”, 2005)

Tugas, wewenang dan tanggung jawab dari unsur-unsur dalam struktur organisasi
pemilik proyek adalah :
1. Pemimpin Proyek
1) Memimpin dan mengatur seluruh kegiatan proyek hingga semua tugas dapat
dilaksanakan dengan baik sesuai dengan sasaran maupun tujuan yang telah
ditetapkan.
2) Mengusahakan koordinasi yang sebaik-baiknya dengan semua instansi yang
berhubungan dengan pelaksanaan proyek.
3) Menetapkan pemenang pelelangan pekerjaan dari bagian proyek.
4) Menandatangni Surat Keputusan (SK)/Kontrak pekerjaan dari bagian
proyek.
II-13

2. Kepala Urusan Tata Usaha


1) Membina kepengurusan pembebasan tanah dan ganti rugi bersama
pengawas lapangan.
2) Membuat setifikasi akhir bulan sebagai pembayaran kepada kontraktor
berdasarkan bahan-bahan dari pengawas lapangan.
3) Bersama dengan Bendahara proyek mengadakan evaluasi terhadap
anggaran biaya proyek tiap akhir proyek dan melaporkan hasil-hasilnya
kepada Pemimpin proyek.
4) Membantu Pemimpin proyek dalam mengurus dan menyelenggarakan
administrasi yang menyangkut masalah teknis maupun non teknis.
3. Sub. Urusan Administrasi Umum dan Teknik
1) Bertanggung jawab kepada Kepala Urusan Aministrasi Tata Usaha,
2) Menyelenggarakan kebutuhan untuk keperluan kantor, rapat dan lain-lain,
3) Menyelesaikan tagihan langganan seperti telepon, air minum, listrik dan
lain-lain untuk keperluan proyek.
4. Bendahara Proyek
1) Membantu Pemimpin proyek dalam mengendalikan tata laksana keuangan
proyek.
2) Melaksanakan pembayaran atas perintah Pemimpin proyek.
3) Membantu Pemimpin proyek dalam menguji kebenaran dan kelengkapan
dokumen tagihan.
4) Membantu Pemimpin proyek dalam membuat surat pertanggungjawaban
pelaksanaan anggaran proyek.
5. Staf. Administrasi Keuangan
1) Menyelesaikan pencatatan yang berhubungan dengan keuangan proyek.
2) Mencatat, mengurus,dan melaksanakan peraturan/keperluan yang berlaku
yang berkaitan dengan administrasi keuangan.
3) Menghimpun bendel administrasi keuangan.
4) Mencatat dan menyusun penerimaan dan pengeluaran proyek.
5) Membuat neraca pada akhir tahun anggaran bersama Bendahara.
6. Staf. Verifikasi
1) Melaksanakan verifikasi penggunaan dana yang tersedia.
II-14

2) Bertanggung jawab atas perhitungan-perhitungan verifikasi dana yang


dilaksanakan.
7. Pengawas Lapangan
1) Membantu Pemimpin proyek dalam pengawasan/pelaksanaan operasional
di lapangan.
2) Mengawasi kegiatan supervisi/pelaksanaan yang dilakukan Kontraktor
maupun Konsultan dalam hubungannya dengan pelaksanaan fisik di
lapangan.
3) Mempelajari dan memeriksa usul design serta mengadakan evaluasi teknik
dan biaya.
4) Mengendalikan produk-produk pekerjaan secara kontinu dan terperinci
melalui hasil-hasil tes labolatorium dan pemeriksaan visual di lapangan
dan melaporkan kepada Pemimpin proyek guna langkah-langkah
selanjutnya.
8. Pembantu Pengawas Lapangan
a) Mengadakan pengawasan pekerjaan di lapangan baik dari segi kualitas,
kuantitas, maupun waktu pelaksanaan dengan berpedoman pada dokumen
kontrak, gambar-gambar, kontrak kerja, dan peraturan-peraturan yang
berlaku.
b) Memberikan bimbingan dan pengarahan pada pelaksana pekerjaan,
sehingga pekerjaan berhasil dengan baik.
c) Meneliti dan mengawasi semua kelengkapan yang diperlukan di lapangan.
d) Membantu pengawas lapangan dalam pelaksanaan operasional di lapangan
dalam mengendalikan kualitas/mutu bahan-bahan bangunan yang dipakai
e) Memeriksa jenis pekerjaan apakah sudah sesuai dengan kualitas dan
kuantitasnya.
2.6.2 Struktur Organisasi Kontraktor
Struktur organisasi kontraktor pada Rencana Pelaksanaan Pembangunan Ruas Jalan Salatiga – Ngablak Bts. Kabupaten Magelang STA
48+900 – STA 51+100 Provinsi Jawa Tengah, ditunjukkan pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Struktur Organisasi Kontraktor


(Sumber : Mirzan, 2019:16)

II-15
II-16

Tugas, wewenang dan tanggung jawab dari unsur-unsur dalam struktur organisasi
Kontraktor adalah :
1. General Superintendent
Memimpin dan mengkoordinasi pelaksanaan proyek agar dapat berjalan sesuai
dengan rencana baik menyangkut biaya, mutu dan waktu. Tugas, tanggung jawab
dan wewenang dari Kepala Pelaksana antar lain
Tugas :
1. Membuat rencana pelaksanaan proyek berdasarkan kontrak yang telah disetujui
pelanggan.
2. Memastikan bahwa kemajuan pekerjaan di lapangan sesuai dengan mutu,
jadwal pekerjaan yang telah ditetapkan dalam kontrak dan anggaran yang telah
disetujui direksi atau yang ditunjuk.
3. Memantau terjadinya setiap penyimpangan pekerjaan/material dan melakukan
tindakan koreksi melalui mekanisme Tindakan Korektif (CAR = Corrective
Action Request).
4. Memantau dan mengadministrasikan pekerjaan tambah/kurang (variation of
order) serta melaksanakan pekerjaan tersebut setelah mendapatkan persetujuan
dari pelanggan.
5. Membuat dan menyampaikan laporan kemajuan pelaksanaan konstruksi di
lapangan kepada pelanggan.
6. Membuat dan menyampaikan Laporan Kemajuan Proyek dan Laporan
Anggaran Proyek Bulanan ke Kantor Cabang.
7. Memilih dan mengajukan Pemasok/Subkontraktor untuk pelaksanaan pekerjaan
di lapangan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, serta memantau
kemajuan pekerjaan Sub-Kont. di lapangan.
8. Menyerah-terimakan proyek baik sementara atau akhir kepada pelanggan sesuai
dengan kontrak, dan melakukan inspeksi serta perbaikan yang diperlukan
selama masa pemeliharaan.
Bertanggung Jawab Atas :
1. Terselenggaranya kegiatan perencanaan pekerjaan untuk mendukung
kelancaran proyek.
II-17

2. Terselenggaranya kegiatan pelaksanaan pekerjaan sesuai spesifikasi atau


persyaratan.
3. Bertanggung jawab menkoreksi terhadap semua penyimpangan mutu dan
Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L).
4. Terselenggaranya hubungan baik dengan pihak-pihak terkait untuk mendukung
kelancaran pelaksanaan pekerjaan.

2. Chief Traffic/ Safety


Tugas :
1. Menginspeksi dan membuat checklist terhadap hasil pekerjaan yang diteruskan
kepada General Super Intentdent.
2. Melakukan inspeksi pelaksanaan pekerjaan.
3. Membuat rencana kerja, mengatur dan mengkoordinir kegiatan kerja pada
setiap bagian/ fungsi project/ pelaksanaan proyek.
4. Menganalisa hasil laporan rekaman mutu dan Keselamatan Kesehatan Kerja
dan Lingkungan (K3L).
5. Memastikan peralatan ukur sudah kalibrasi.
6. Membuat laporan inspeksi dan uji mengenai mutu dan Keselamatan Kesehatan
Kerja dan Lingkungan (K3L) yang dihasilkan.
Bertanggung Jawab Atas :
1. Terselenggaranya kegiatan sesuai spesifikasi atau persyaratan.
2. Pengendalian keakurasian dan penggunaan penggunaan alat.
3. Keselamatan dan kesehatan para pekerja.

3. Administration & Accounting


Tugas :
1. Memonitor terhadap penyimpangan-penyimpangan pengeluaran di lapangan.
2. Membuat dan mengajukan permohonan petty cash untuk biaya operasional
lapangan ke Kantor Cabang.
3. Menyelenggarakan pembukuan laporan penggunaan petty cash.
4. Memeriksa kelengkapan lampiran pembayaran sebelum pembayaran dilakukan.
5. Membuat opname prestasi pekerjaan pemasok/sub-kontraktor.
II-18

6. Membuat laporan fisik administrasi lainnya ( harian, mingguan dan bulanan ),


serta kebutuhan bahan, tanaga dan alat
7. Mendokumenkan segala kegiatan pekerjaan meliputi :
(1) Data–data teknis
(2) Data data laboratorium
(3) Data–data lapangan lainnya selama pekerjaan berjalan baik yang fisik
maupun teknis pekerjaaan konstruksi
Bertanggung Jawab Atas :
1. Bertanggung jawab atas semua pengeluaran proyek dan menjamin semua
pengeluaran terkendali sesuai budget dan prosedur yang ditetapkan.
2. Bertanggung jawab atas seluruh kegiatan proyek yang dilaporkan kepada
Direktur

4. Quality Technician
Tugas :
1. Membuat dan melaksanakan Inspection & Test Plan (Rencana Pengujian dan
Inpeksi) terdiri dari Material Masuk (in coming), Dalam Proses (in process) dan
Hasil Akhir (final process) baik internal maupun eksternal.
2. Menyiapkan Rancangan Campuran Kerja (JMF) sesuai spesifikasi atau
persyaratan pelanggan.
3. Melaksanakan pengendalian mutu terhadap setiap material sesuai dengan
standar yang telah ditentukan.
4. Membuat jadwal dan melaksanakan kalibrasi untuk setiap peralatan yang
memerlukan kalibrasi ulang.
5. Membuat daftar peralatan laboratorium.
6. Melaksanakan pengecekan mutu daru bahan-bahan yang digunakan dalam
proyek
7. Memberikan persetujuan untuk suatu mutu dan kelayakan pemakaian suatu
komponen dalam konstruksi proyek
8. Membuat laporan kualitas bahan yang dipergunakan secara periodik sesuai
dengan kebutuhan proyek.
Bertanggung Jawab Atas :
II-19

1. Terselenggaranya Inspeksi & Test Plan sesuai dengan rencana.


2. Peralatan sudah terkalibrasi.

5. Quantity Engineer
Tugas :
1. Melaksanakan kegiatan kontrol perhitungan untuk kelancaran pelaksanaan
pekerjaan.
2. Membuat estimasi volume pekerjaan yang dibutuhkan untuk setiap proyek.
3. Menyediakan data-data hasil perhitungan yang menjadi tugas dan tanggung
jawabnya, seperti laporan harian, mingguan dan bulanan.
4. Menyiapkan Sertifikat Bulanan (MC) beserta data pendukungnya sebagai dasar
penarikan pembayaran ke pelanggan.
5. Membuat kontrak-kontrak retail beserta perubahannya sesuai jumlah, harga,
waktu dan persyaratan yang telah disepakati bersama.
Bertanggung Jawab Atas :
1. Terselenggaranya kegiatan perencanaan pekerjaan untuk mendukung
kelancaran proyek.
2. Terselenggaranya kegiatan pelaksanaan pekerjaan sesuai spesifikasi atau
persyaratan.
3. Terselenggaranya pengadaan bahan/material untuk kebutuhan pelaksanaan
proyek tepat mutu, waktu dan jumlah.

6. Pelaksana
Tugas :
1. Membuat rencana mingguan berdasarkan rencana yang sudah ada dan disetujui.
2. Memantau dan mengevaluasi persediaan bahan, tenaga dan peralatan untuk
memenuhi kebutuhan pelaksanaan.
3. Membuat back up data pelaksanaan pekerjaan serta menyiapkan foto-foto
dokumentasi sebagai data penagihan.
4. Menyediakan gambar rencana kerja/ as built drawing.
5. Menyediakan gambar pelaksanaan/ shop drawing.
Bertanggung Jawab Atas :
II-20

1. Terselenggaranya kegiatan perencanaan pekerjaan untuk mendukung


kelancaran proyek.
2. Terselenggaranya kegiatan pelaksanaan pekerjaan sesuai spesifikasi atau
persyaratan.
3. Terselenggaranya penerapan dan peningkatan atas sistem manajemen mutu
dan K3L.

7. Logistik
Tugas :
1. Menerima daftar/schedule bahan, sub kontraktor, spare part dari proyek disertai
lampiran spesifikasi dan gambar.
2. Melakukan verifikasi permintaan bahan, sub kontraktor ke fungsi pengendalian.
3. Memonitor kedatangan bahan di lapangan sesuai schedule, menyiapkan kontrak
sub/ vendor berikut pengendaliannya.
4. Menyusun rencana penggunaan peralatan.
5. Menyusun rencana perbaikan dan pemeliharaan peralatan.
Bertanggung Jawab Atas :
1. Tersusunnya laporan kebutuhan bahan dan penggunaannya.
2. Tersusunnya laporan atas pengawasan peralatan.
3. Terpenuhinya kebutuhan bahan, sub kontraktor maupun spare part untuk
keperluan proyek.

8. Surveyor
Tugas :
1. Menentukan elevasi dan koordinat pengukuran sebagai referensi dalam
pelaksanaan pekerjaan.
2. Mengadakan kegiatan pengukuran (survey) dilapangan termasuk stake out dan
uitzet sesuai gambar yang disyaratkan.
3. Melaksanakan pemasangan TBM, Bouwplank dan referensi lainya.
4. Mengadakan kegiatan pengukuran untuk keperluan proses penagihan ke
pelanggan.
II-21

5. Melaksanakan kegiatan pengukuran untuk mengetahui volume pekerjaan yang


akan diselesaikan.
Bertanggung Jawab Atas
1. Terselenggaranya kegiatan pengukuran dengan baik dan benar.

9. Drafter
Tugas :
1. Membuat gambar kerja dan perubahannya.
2. Membuat design gambar sesuai kontrak dan meminta persetujuan owner.
3. Menyelenggarakan dan menyusun laporan hasil pekerjaan dan rekap kemajuan
pekerjaan
4. Membuat Asbuilt Drawing sesuai hasil pengukuran aktual di lapangan.
Bertanggung Jawab Atas :
1. Tersedianya gambar kerja dan perubahannya.

10. Mandor
Tugas:
1. Membaca Memahami Gambar kerja dan menerjemahkannya ke dalam
langkah-langkah operasional
2. Melakukan Peninjauan Dan pengukuran Lapangan (setting Out)
3. Menghitung Perkiraan Volume Pekerjaan, kebutuhan tenaga kerja, nahan dan
alat
4. Menghitung Harga Satuan Ongkos Kerja
5. Merundingkan Harga Borongan Pekerjaan
6. Membuat Jadwal Dan Recana Kerja
7. Menyiapkan Dan Mengatur pembagian Tugas para Tukang Dan Pekerja
8. Mengawasi kegiatan Para Tukang dan pekerja dalam melakukan pekerjaan
9. Mengawasi kegiatan para tukang dan pekerja dalam melaksanakan pekerjaan
10. Menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja
11. Mengukur dan Menghitung hasil kerja/opname
12. Melaporkan hasil kegiatan pelaksanaan pekerjaan dan menagih pembayaran
13. Membayar Upah Para Tukang Dan Pekerja.
II-22

2.6.3 Struktur Organisasi Konsultan Pengawas


Struktur organisasi Konsultan Proyek pada Pembangunan Ruas Jalan Salatiga –
Ngablak Bts. Kabupaten Magelang STA 48+900 – 51+100, Kabupaten Magelang,
Provinsi Jawa Tengah, ditunjukkan pada Gambar 2.6

Resident Engineer

Chief Inspector
Geodetic Engineer Quality engineer

Quantity Engineer Driver

Surveyor Inspector Lab. Tech

Gambar 2.6 Struktur Organisasi Konsultan Pengawas

(Sumber: Dokumen PKL, 2020)

Tugas, wewenang dan tanggung jawab dari unsur-unsur dalam struktur organisasi
Konsultan pengawas adalah:

1. Resident Engineer
1) Memimpin pelaksanaan dan bertangung jawab penuh terhadap keberhasilan
pekerjaan;
2) Mewakili Pemilik Kegiatan dalam hal pengawasan secara berkala serta meneliti
hasil- hasil yang telah dilaksanakan oleh Penyedia Jasa;
3) Mengkoordinir staf-staf pelaksana pada pekerjaan pelaksanaan pekerjaan
proyek secara keseluruhan;
4) Memberikan instruksi atau koreksi kepada Penyedia Jasa apabila terjadi hal- hal
yang menyimpang dari standar perencanaan;
5) Menyelenggarakan rencana pekerjaan;
6) Menolak pekerjaan yang tidak sesuai dengan spesifikasi dan berhak
memerintahkan untuk mengadakan pemeriksaan khusus terhadap bagian
pekerjaan tertentu yang dianggap menyimpang dari perencanaan.
II-23

2. Chief Inspector
1) Bersama dengan Pengawas dari pihak Direksi, untuk melakukan pengawasan
secara langsung terhadap jalannya proyek di lapangan;
2) Melaporkan kepada Resident Engineer bila terdapat penyimpangan dalam hal
perencanaan dengan kenyataan yang dilaksanakan di lapangan;
3) Memberikan pengarahan teknis pelaksanaan kepada Kontraktor secara rutin;
4) Mereview dan memeriksa perhitungan yang dibuat Kontraktor;
5) Memberi masukan kepada kontraktor jika terjadi permasalahan;
6) Bertanggung jawab dalam pengawasan kualitas dan kuantitas pekerjaan;
7) Menyetujui laporan harian, mingguan, bulanan, triwulanan termasuk data-data
pendukung, sehingga dapat digunakan oleh kontraktor untuk melakukan
pengajuan pembayaran kepada pemilik proyek (Owner).

3. Quality Engineer
1) Membantu Supervision Engineer dalam mengevaluasi jaminan kualitas dan
pengendalian proses konstruksi;
2) Melaksanakan inspeksi dan pengawasan terhadap tes kualitas produk baik
sebelum, selama, dan setelah proses konstruksi;
3) Menyerahkan laporan dari data-data pengendalian mutu kepada Supervision
Engineer secara berkala;
4) Mengawasi semua kegiatan pemeriksaan mutu bahan, pekerjaan mengikuti
instruksi Residend Engineer untuk mendapatkan informasi uang diperlukan
sehubungan dengan pengendalian mutu;
5) Pengarahan teknis pada kontraktor dan teknisi laboratorium tentang prosedur
dan tata cara serta jenis pengujian.

4. Geodetic Engineer
1) Membantu dan bertanggung jawab kepada Chief Inspector Engineeer;
2) Mendampingi tim surveyor kontraktor dalam setiap kegiatan pengukuran;
3) Melakukan pengukuran dengan menggunakan alat sendiri dalam rangka
mengecek ketelitian pengukuran yang dilaksanakan oleh kontraktor.
II-24

5. Inspector
1) Membantu Chief Inspector dalam memeriksa dan mengontrol pekerjaan di
lapangan;
2) Melakukan pengambilan dan pemeriksaan volume di lapangan;
3) Membuat laporan harian yang mencakup:
1. Kemajuan pekerjaan;
2. Daftar peralatan yang dipakai;
3. Jumlah tenaga kerja;
4. Keadaan cuaca;
5. Hal-hal yang dianggap perlu.

6. Laboratorium Technician
1) Melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap cara pengujian di
laboratorium berupa penelitian tanah, kontrol kepadatan, dan kontrol aspal serta
monitoring alat-alat laboratorium;
2) Melakukan pengetesan di tempat-tempat yang harus dilakukan tes sesuai
dengan Quality Engineer dan memberikan laporan secara rutin kepada Quality
Engineer.

7. Quantity Surveyor
1) Membantu dan bertanggungjawab kepada Chief Inspector Engineer;
2) Sebagai penaggung jawab atas perhitungan perbaikan baik rencana maupun
hasil pelaksana pekerjaan sehingga didapat hasil yang akurat untuk dasar
pembayaran.

8. Surveyor
1) Mengawasi pengukuran yang dilakukan kontraktor terhadap pekerjaan yang
akan maupun yang telah dikerjakan dan diterima oleh Supervision Engineer;
2) Mengecek dan meneliti hasil pekerjaan di lapangan;
3) Membantu Quantity Engineer dalam pelaksanaan tugasnya;
4) Mengawasi estimasi volume dan hasil kerja secara rutin;
5) Mengawasi pekerjaan pengukuran dan pengumpulan data rutin;
II-25

6) Membuat pengukuran dan perhitungan kuantitas.

2.7 Tahapan Pelaksanaan Proyek


Bertujuan untuk mewujudkan bangunan yang sudah direncanakan oleh
konsultan perencana dalam batasan biaya, waktu, dan mutu yang telah disepakati
sebelumnya. Kegiatan yang dilakukan adalah merencanakan, mengendalikan, dan
mengoordinasi semua operasional di lapangan.
Tahap-tahap pelaksanaan proyek ada 3 macam yaitu:
2.7.1.1 Tahap pra pelaksanaan proyek
Tahap pra pelaksanaan proyek ini meliputi :
1 Membuat persiapan/program secara detail untuk menunjang kelancaran
pelaksanaan
2 Acuannya
2.1 Dokumen kontrak
2.2 RAB dan RAP
2.3 Dokumen-dokumen lain
3 Kontraktor
3.1 Memberikan jaminan bank dan uang muka
3.2 Mempelajari isi kontrak
Dalam hal ini kontrak dibagi menjadi dua macam yaitu :
1) Kontrak lumsum adalah kontrak yang dilaksanakan sesuai dengan gambar dan
RKS dalam dokumen lelang yang nilainya pasti dan mengikat, kuantitas dari
masing-masing pekerjaan relatif pasti, gambar-gambar rencana dan spesifikasi
lengkap terperinci.
2) Kontrak unit price adalah kontrak pengadaan barang / jasa atas penyelesaian
seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu berdasarkan harga satuan yg pasti
& tetap untuk setiap satuan pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu, yang
volume pekerjaannya masih bersifat perkiraan sementara. Pembayaran kepada
penyedia jasa / kontraktor pelaksanaan berdasarkan hasil pengukuran bersama
terhadap volume pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan.
4 Merupakan masa mobilisasi (1-5 bulan)
II-26

4.1 Masa ini strategis, kelancaran pada masa ini menentukan kelancaran
pekerjaan selanjutnya
4.2 Sering dilaksanakan review design
5. Persiapan administratif yang dilakukan
5.1 Surat menyurat (dengan pejabat setempat, pimpro/bagpro maupun
konsultan)
5.2 Membuat surat tugas (internal)
5.3 Membuat laporan internal dan eksternal
6 Persiapan teknis yang dilakukan
6.1 Struktur organisasi proyek
6.2 Time schedule atau master schedule
6.3 Metode kerja/metode pelaksanaan
6.4 Kantor lapangan (base camp, gudang, direksi keet)
6.5 Bangunan utilitas (PLN, Telkom, PDAM)
6.6 Survey letak quarry
6.7 Membuat shop drawing
6.8 Pengukuran
6.9 Membuat fasilitas penunjang (Access road, jembatan darurat, pagar
pengaman)
2.7.1.2 Tahap pelaksanaan
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan proyek konstruksi secara umum.
Dalam tahap pelaksanaan ada tiga target yang harus dicapai, yaitu :
1. Taget prestasi
2. Target waktu
3. Target biaya
Dalam tahap ini memungkinkan sekali untuk terjadiya perubahan metode
kerja dan reschedulling. Dalam pelaksanaan pada tahap ini harus selalu dilakuan
hal berikut ini :
1. Pengendalian biaya/keuangan (pengendalian bahan, alat, pekerja)
2. Pengendalian waktu (rencana kerja realistis, memperhatikan pekerjaan-
pekerjaan kritis, evaluasi kurva S)
3. Pengendalian mutu (memperhatikan spesifikasi teknis
II-27

2.7.1.3 Tahap akhir pelaksanaan


Ini adalah tahap saat proyek sudah selesia dilaksanakan PHO dan FHO.
Serah Terima Sementara Pekerjaan (Provisional Hand Over/PHO) adalah suatu
kegiatan serah terima seluruh pekerjaan yang dilakukan secara resmi dari penyedia
jasa kepada direksi pekerjaan setelah diteliti terlebih dahulu oleh Panitia Penilai
Hasil Pekerjaan.
Sedangkan Serah Trima Akhir Pekerjaan (Final Hand Over/FHO) adalah
suatu kegiatan serah terima akhir pekerjaan yang dilakukan secara resmi dari
penyedia jasa kepada direksi pekerjaan setelah penyedia jasa menyelesaikan semua
kewajibannya selama masa pemeliharaan.
Pada tahap ini diusahakan proyek tidak terlambat, karena apabila terlambat
akan terkena denda sebesar 1% dari nilai kontak atau nilai bagian kontrak untuk
setiap hari keterlambatan (Peraturan Presiden No.16 Tahun 2018 Pasal 79 Ayat 4).
Tenggang waktu antara PHO dan FHO adalah masa pemeliharaan. Semua cacat
pada bangunan yang terjadi pada masa pemeliharaan menjadi tanggung jawab
penuh dari kontraktor untuk memperbaikinya.

2.8 Manajemen Proyek


2.8.1 Manajemen Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia yang ada pada suatu proyek dapat dikategorikan
sebagai tenaga kerja tetapdan tenaga kerja tidak tetap. Pembagian kategori ini
dimaksudkan agar efisien perusahaan dalam mengelola sumber daya dapat
maksimal dengan beban ekonomis yang memadai. (Ir. Abrar Husein, MT,2008:37)

Sumber daya manusia untuk pekerjaan konstruksi dibutuhkan kemampuan


profesi keterampilan dan keahlian kerja seseorang di bidang jasa konstruksi,
menurut disiplin keilmuan dan atau keterampilan (untuk tenaga terampil) dan atau
kefungsian dan atau keahlian (untuk tenaga ahli) tertentu. Oleh karena itu tenaga
kerja untuk pelaksanaan konstruksi jalan dan jembatan perlu dilakukan sertifikasi
keterampilan kerja dan sertifikasi keahlian kerja, seperti ahli pengawas dan ahli
pelaksana konstruksi jalan dan jembatan.

Tenaga kerja yang dianggap mampu bekerja setelah dilakukan klasifikasi


dan kualifikasi bidang konstruksi jalan dan jembatan akan diberikan tanda bukti
II-28

pengakuan berupa sertifikat atas kompetensi dan kemampuan profesi keterampilan


kerja dan keahlian kerja orang perseorangan di bidang jasa konstruksi menurut
disiplin keilmuan dan atau keterampilan dibidang pelaksanaan konstruksi jalan dan
jembatan. Sertifikat klasifikasi dan sertifikat kualifikasi akan secara berkala
diteliti/dinilai kembali oleh lembaga yang deserahi wewenang melakukan
sertifikasi.

Tenaga teknik dan atau tenaga ahli yang berstatus tenaga tetap pada suatu
badan usaha, dilarang merangkap sebagai tenaga tetap pada usaha orang
perseorangan atau badan usaha lainnya di bidang jasa konstruksi yang sama (PP
No. 28/2000 pasal 11 ayat 2)

Selengkapnya ketentuan Sertifikasi Keterampilan Kerja dan Sertifikasi


Keahlian Kerja tenaga kerja konstruksi sesuai dengan PP No. 28/2000 pasal 15
sebagai berikut:
1) Tenaga kerja konstruksi harus mengikuti sertifikasi keterampilan kerja atau
sertifikasi keahlian kerja yang dilakukan oleh lembaga yang dinyatakan dengan
sertifikat;
2) Sertifikat keterampilan kerja diberikan kepada tenaga kerja terampil yang telah
memenuhi persyaratan berdasarkan disiplin keilmuan atau keterampilan
tertentu;
3) Sertifikat keahlian kerja diberikan kepada tenaga kerja ahli yang telah
memenuhi persyaratan berdasarkan disiplin keilmuan atau kefungsian dan
keahlian tertentu;
4) Sertifikat keterampilan kerja dan sertifikat keahlian kerja secara berkala diteliti
/ dinilai kembali oleh Lembaga;
5) Pelaksanaan sertifikasi dapat dilakukan oleh asosiasi profesi atau institusi
Pendidikan dan pelatihan yang telah mendapat akreditasi dari Lembaga.

Penjadwalan tenaga kerja dalam proyek yang cukup besar sangat penting
karena dapat memberikan hsil kerja serta efisiensi keuanganyang maksimal. Dalam
mengatur alokasi jumlah tenaga kerja sepanjang durasi proyek diusahakan
fluktuasinya tidak terlalu berlebihan dan cenderung berbentuk kurva distribusi
normal. Pada awal proyek jumlah tenaga sedikit, kemudian sesuai dengan jumlah
II-29

volume pekerjaan, jumlah naik signifikan dan turun menjelang akhir proyek.( Ir.
Husen, Abrar,. MT.,2008:39)

Gambar 2.7 Tingkat Kebutuhan Tenaga Kerja di Proyek


(Sumber : Ir. Husen, Abrar,. MT.,2008:40,Manajemen Proyek, Penerbit Andi
:Yogyakarta )

2.8.2 Manajemen Sumber Daya Peralatan


Dalam penentuan alokasi sumber daya peralatan yang akan digunakan dalam
suatu proyek, kondisi kerja peralatan perl diidentifikasi dahulu. Tujuannya agar
tingkat kebutuhan pemakaian dapat direncanakan secara efektif dan efisien.
Beberapa yang perlu diidentifikasi:
1. Medan kerja, identifikasi ini menentukan kondisi medan kerja dari tangkat
mudah, sedang, atau berat
2. Cuaca, identifikasi ini perlu dilakukan khususnya pada proyek dengan keadaan
lahan terbuka. Cuaca basah/hujan cenderung menyulitkan pengendalian
peralatan, baik mobilisasi atau mauver kendaraan
3. Mobilisasi peralatan kelokasi proyek perlu direncanakan denan baik untuk alat
berat.
4. Komunikasi yang memadai antara operator peralatan dengan pengendali
pekerjaan hars terjalin baik.
5. Fungsi perlatan harus sesuai dengan pekerjaan yang akan dilakukan untuk
menghindari tingkat pemakain yang tidak efektif dan efisien.
II-30

6. Kondisi peralatan harus baik pakai agar pekerjaan tidak tertunda karena
perlatan rusak. ( Ir. Husen, Abrar,. MT.,2008:40)
Peralatan dalam pekerjaan konstruksi diartikan sebagai alat lapangan (alat
berat), peralatan laboratorium, peralatan kantor (misalnya komputer), dan peralatan
lainnya. Dengan menggunakan peralatan yang sesuai sasaran pekerjaan dapat
dicapai dengan ketepatan waktu yang lebih akurat, serta memenuhi spesifikasi
teknis yang telah dipersyaratkan. Peralatan yang digunakan dalam proyek harus
diidentifikasi lebih dahulu agar sesuai dengan kondisi daerah proyek hal tersebut
berupa: medan kerja, cuaca, mobilisasi peralatan ke lokasi proyek, sarana
komunikasi, fungsi peralatan, dan kondisi peralatan. Tingkat kebutuhan pemakaian
alat dapat direncanakan secara efektif dan efisien.
Bahan bangunan dan alat kerja yang didatangkan dan dipergunakan selama
pelaksanaan pekerjaan harus diatur pengelolaan dan penggunaannya serta selalu
dijaga keamanannya secara baik sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan
sehingga tidak terjadi ketidaksesuaian dengan spesifikasi yang di tetapkan.

2.8.3 Manajemen Sumber Daya Material/Bahan


Kebutuhan material biasanya disediakan oleh pemasok yang hubunga
kontraknya berlangsung dengan kontraktor pelaksana dan telah disetujui pemilik
proyek. Dalam pengelolaan material dibutuhkan informasi tentang spesifikasi harga
maupun kualitas yang diinginkan agar beberapa penawaran dari pemasok dapat
dipilih sesuai spesifikasi proyek dengan harga yang paling ekonomis seperti
berikut:
1. Kalitas material yang dibutuhkan menggunakan tipe tertentu dengan mutu
harus sesuai dengan persyaratan dalam fraksi proyek.
2. Spesifikasi teknis material merupakan dokumentasi persyaratan teknis material
yang direncanakan dan menjadi acuan untuk pemenuhan kebutuhan material.
3. Lingkup penawaran yang diajukan beberpa pemasok adalah dengan memilih
harga yang paling murah dengan kualitas material yang terbaik.
4. Waktu pengiriman menyesuaikan dengan jadwal pemakaian material, biasanya
material dikirim sebelum pekerjaan dimulai.
5. Pajak penjualan material dibebankan pada pemilik proyek yang telah dihitung
dlam harga satuan material.
II-31

6. Gudang penimbunan material harus cukup untuk menampung material siap


pakai, sehingga kapasitas dan lalu lintas meterialnya harus dipertimbangkan.
7. Jadwal penggunaan material harus sesuai dengan kebutuhan proyek engan
waktu pengirimanvmaterial dari pemsok. Oleh karena itu penggunaan schedule
material untuk tiap item pekerjaan mutlak dilakukan agar tidak mempengaruhi
ketersediaan material dalam proyek.
Material yang dibutuhkan atau digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan
konstruksi jalan dan jembatan biasanya pengadaan/penyiapannya secara
khusus, antara lain:
1.) jenis material yang diambil dari Quary:
Material yang diambil dari quary berupa pasir, batu kali, batu quarry besar,
gravel, sirtu, dan pasir urug
2.) jenis material yang melalui pengadaan/disuplai oleh supplier:
Material yang didapat melalui pengadaan/ suplai oleh supplier dapat berupa
pasir, batu kali, agregat kasar, agregat halus, filler, batu belah / kerakal, gravel,
bahan tanah timbunan, bahan pilihan, aspal cement, kerosen / minyak tanah,
semen / PC (50kg), besi beton, kawat beton, kawat bronjong, sirtu, cat marka
(non thermoplas), cat marka (thermoplastic), paku, kayu perancah, bensin,
solar, minyak pelumas / oli, plastik filter, pipa galvanis cia. 3", pipa porus,
bahan agregat.base kelas A, bahan agregat.base kelas B, bahan agregat.base
kelas C, bahan agregat.base kelas C2, geotextile, aspal emulsi, gebalan, rumput,
thinner, glass bead, pelat rambu (eng. grade), pelat rambu (high I. grade), rel
pengaman, beton K-250, beton K-225, baja tulangan (polos) U24, baja tulangan
(ulir) D32, kapur, chipping, cat, pemantul cahaya (reflector), pasir urug,
arbocell, baja bergelombang, beton K-125, baja struktur, tiang pancang baja,
tiang pancang beton pratekan, kawat las, pipa baja, minyak fluks, bunker oil,
asbuton halus.

2.8.4 Manajemen Sumber Daya Modal/keuangan


Keuangan proyek perlu dkelola dengan hati hati agar pada akhir proyek keuntungan
yang telah direncanakan dapat dicapai sesuai dengan yang diharapkan. Bebrapa
II-32

bentuk laporan keuangan proyek yang dapat digunakan dalam pengambilan


keputusan selanjutnya antara lain:
6. Laporan berkala harian, mingguan dan tahunan dalam bentuk rinci, memuat
pemasukan dan pengeluaran proyek oleh divisi/unit.
7. Laporan akhir proyek yang memuat pemasukan dan pengeluaran total proyek
dibuat secara global dan bersifat informatif.
8. Penggunaan keuangan selama berlangsungnya proyek alam bentuk sub jadwal
induk.
9. Jadwal induk penggunaan keuangan selama pelaksanaan proyek.
Sumber daya biaya untuk pelaksanaan konstruksi jalan dan jembatan
bersumber kepada 2 (dua) pihak yang terlibat penyelenggaraan pekerjaan, yaitu:
1) Pihak pengguna jasa / pemilik pekerjaan bertanggung jawab menyediakan dana
secara cukup untuk membiayai proyek mulai gagasan proyek sampai dengan
diwujudkannya fisik proyek. Sumber dana proyek dapat berasal dari
negara/swasta (investasi) atau APBN/APBD, hibah/bantuan luar negeri (BLN)
dan sumber lainnya (konstruksi jalan dan jembatan yang dibangun oleh
masyarakat seperti jalan desa dan jembatan desa);
2) pihak penyedia jasa/jasa konsultansi (konsultan) dan jasa pemborongan
(kontraktor); bertanggung jawab menyediakan modal kerja yang cukup untuk
membiayai pekerjaan sesuai ketentuan kontrak kerja konstruksi, dimana
persyaratan kompetensi dan kemampuan konsultan/kontraktor melalui
penilaian pra/pasca kualifikasi (modal, pengalaman, peralatan, personil)
dinyatakan lulus, berarti konsultan/kontraktor tidak ada alasan tidak dapat
memenuhi kontrak konstruksi yang sudah ditanda tanganinya.
Konsultan/kontraktor dapat menyusun rencana pembiayaan atau pra-kiraan arus
uang (cash flow) pekerjaan konstruksi berdasarkan perkiraan prestasi pekerjaan
terhadap penerimaan pembayaran uang muka dan pembayaran prestasi
bulanan/termin. Pada kontrak pekerjaan konstruksi jalan biasanya kontraktor
diharuskan menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan program prakiraan arus
uang (cash flow) tersebut.
Adapun persyaratan penyedia jasa dalam pelaksanaan pengadaan
menurut Perpres No. 4/2015 adalah sebagai berikut:
II-33

1. memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menjalankan


usaha/kegiatan sebagai penyedia barang/jasa;
2. memiliki keahlian, pengalaman, kemampuan teknis dan manajerial untuk
menyediakan barang/jasa;
3. tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit, kegiatan usahanya tidak
sedang dihentikan, dan/atau direksi yang bertindak untuk dan atas nama
perusahaan tidak sedang dalam menjalani sanksi pidana;
4. secara hukum mempunyai kapasitas untuk mengikatkan diri pada kontrak;
5. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan telah memenuhi kewajiban
perpajakan tahun terakhir;
6. dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir pernah memperoleh pekerjaan
menyediakan barang/jasa baik di lingkungan pemerintah maupun swasta
termasuk pengalaman subkontrak, kecuali penyedia barang/jasa yang baru
berdiri kurang dari 3 (tiga) tahun;
7. memiliki sumber daya manusia, modal, peralatan, dan fasilitas lain yang
diperlukan dalam pengadaan barang/jasa;
1) tidak masuk dalam daftar hitam;
2) memiliki alamat tetap dan jelas serta dapat dijangkau dengan jasa
pengiriman;
3) khusus untuk penyedia barang/jasa orang perseorangan persyaratannya
sama dengan di atas kecuali huruf 6.

Sedangkan realisasi pembayaran pekerjaan pelaksanaan konstruksi jalan


dan jembatan antara pengguna jasa dan penyedia jasa diatur dalam kontrak
konstruksi sesuai dengan undang-undang dan ketentuan hukum yang berlaku,
diuraikan sebagai berikut:
1) Pembayaran Uang Muka
Untuk usaha kecil setinggi-tingginya 30% (tiga puluh persen) dari nilai kontrak;
untuk usaha selain usaha kecil setinggi-tingginya 20% (dua puluh persen) dari
nilai kontrak. (Perpres No. 16/2018)
II-34

2) Pembayaran Prestasi Pekerjaan


Pembayaran prestasi pekerjaan dilakukan dengan sistem sertifikat bulanan,
pembayaran berdasarkan tahapan penyelesaian pekerjaan/termin, dan
pembayran secara sekaligus setelah penyelesaian pekerjaan. (Perpres No.
16/2018)
3) Pembayaran Pada Material (Material On Site)
Pembayaran pada material (Material on Site) atau pembayaran yang diberikan
terhadap pengadaan material yang telah didatangkan ke lokasi. Proyek seperti
aspal, besi, geotekstil, geogarade dan geomembrane dan bahan lainnya didalam
spesifikasi disebutkan sebagai pembayaran sementara (provisional sums).
(catatan : dalam kontrak sekarang biasanya tidak diberlakukan pembayaran
sementara)
Kelancaran pelaksanaan pekerjaan sangat tergantung kelancaran arus
dana/biaya konstruksi baik penguna maupun penyedia jasa, kemajuan fisik
konstruksi dapat terganggu akibat hal-hal yang disebut cidera janji, yaitu :
1. oleh penyedia jasa yang meliputi:
(1) tidak menyelesaikan tugas, akibat kekurangan modal /tidak jujur dalam
pemakaian uang muka/termin;
(2) tidak memenuhi mutu, personil tidak cakap, peralatan rusak/lama;
(3) tidak memenuhi kuantitas, tidak sesuai gambar;
(4) tidak menyerahkan hasil pekerjaan, pekerjaan tidak selesai/ dan atau
ditinggal pergi oleh penyedia jasa.
2. oleh pengguna jasa yang meliputi:
(1) terlambat membayar, karena kesalahan administrasi proyek ;
(2) tidak membayar, karena ternyata tidak ada dana ;
(3) terlambat menyerahkan sarana pelaksanaan pekerjaan, karena adanya
permasalahan pembebasan lahan atau menunggu keputusan.
Oleh karena itu untuk menjaga keadaan yang tidak diinginkan pihak
penguna jasa mengenakan adanya jaminan/pertanggungann dalam hubungan
kontrak kerja konstruksi, pertanggungan dimaksudkan untuk menjamin
penyelesaian konstruksi apabila ternyata pihak penyedia jasa tidak dapat memenuhi
kontrak, antara lain:
II-35

1. jenis pertanggungan yang menjadi kewajiban penyedia jasa yang berkaitan


dengan pembayaran uang muka, pelaksanaan pekerjaan, hasil pekerjaan, tenaga
kerja, tuntutan pihak ketiga dan kegagalan bangunan;
2. pertanggungan sebagaimana dimaksud dalam angka 1) memuat :
(1) nilai jaminan;
(2) jangka waktu pertanggungan;
(3) prosedur pencairan;
(4) hak dan kewajiban masing-masing pihak; dan
Dalam hal penyedia jasa tidak memenuhi kewajiban sesuai dengan
kontrak kerja konstruksi, pengguna jasa dapat mencairkan dan selanjutnya
menggunakan jaminan dari penyedia jasa sebagai kompensasi pemenuhan
kewajiban penyedia jasa;
Untuk keamanan kemungkinan adanya kerugian akibat kecelakaan dan/atau
hal-hal yang tidak diinginkan dan/atau bencana alam dapat memanfaatkan jasa
asuransi konstruksi, peralatan maupun personil sehingga jaminan dana/biaya
penyelesaian pekerjaan konstruksi dapat lebih dipastikan. ( Ir. Husen, Abrar,.
MT.,2008:41)

2.9 Langkah – langkah Pekerjaan Konstruksi


Pada Proyek “Pembangunan Struktur Ruas Jalan Salatiga – Ngablak
Bts. Kabupaten Magelang STA 48+900 – STA 51+100 Provinsi Jawa Tengah”,
memiliki langkah – langkah pekerjaan untuk mempermudah dan kelancaran proyek
tersebut, yaitu:
II-36

MULAI
A. Pengukuran
Awal

a. Tenaga Kerja
1. Pek. Persiapan B. Mobilisasi b. Peralatan Konstruksi
c. Penyediaan Air Kerja &
Listrik
C. Papan Nama Proyek
D. Direksi Keet

E. Pengujian
Laboratoorium &
Lapangan
F. Pgendalian Lalu
Lintas
G. Administrasi dan
Dokumentasi
H. Asuransi a. Pembersihan Lahan
b. Galian Tanah
c. Timbunan Tanah
A. Pek. Tanah
d. Penyiapan Tanah Dasar

a. Pek. Saluran Samping


B. Pek. Drainase b. Pek. Gorong - Gorong

C. Pek. Perkerasan a. Lapis Pondasi Atas


Berbutir b. Lapis Pondasi Bawah

a. Lapis Prime Coat


D. Pek. Perkerasan b. Lapis Take Coat
Aspal c. Lapis Laston

2. Pek. Konstruksi E. Pek. Bahu Jalan a. Lapis Pondasi Bahu


Jalan

a. Patok Kilometer &


F. Pek. Pelengkap Hektometer
b. Pek. Marka Jalan
Jalan c. Pek. Rambu – Rambu
Lalu Lintas
d. Pek. Lampu
Penerangan Jalan

SELESAI G. Pek. a. Demobilisasi


Pemeliharaan b. Pembersihan Akhir
Rutin c. Pemeliharaan

Gambar 2.8 Flowchart Langkah – Langkah Pekerjaan Konstruksi


II-37

2.10 Rencana Anggaran Pelaksanaan (RAP)


Rencana Anggaran Pelaksanaan (RAP) adalah suatu perhitungan dari beberapa
jenis pekerjaan konstruksi yang ada, dengan memperhitungkan keseluruhan komponen
yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut.
Tujuan dari perhitungan anggaran pelaksanaan adalah :
1. Memperhitungkan biaya pelaksanaan proyek.
2. Menghitung bahan, tenaga kerja, dan peralatan pelaksanaan proyek.
Pada perhitungan Rencana Anggaran Pelaksanaan (RAP) ini ada beberapa tahapan
perhitungan, sebagai berikut :
1. Rekapitulasi Akhir.
2. Rekapitulasi Awal.
3. Bill of Quantity (BOQ).
4. Daftar Harga Satuan Alat, Bahan dan Upah.
5. Koefisien Peralatan, Bahan dan Tenaga Kerja.
6. Analisa Harga.
7. Calculation Sheet
2.10.1 Rekapitulasi Akhir
Bagian ini merupakan perhitungan akhir dalam Rencana Anggaran Pelaksanaan
(RAP). Pada bagian ini berisi tentang pokok-pokok pekerjaan yang ada dalam suatu
pelaksanaan pekerjaan dari awal hingga akhir.
2.10.2 Rekapitulasi Awal
Rekapitulasi awal didapat dari analisa harga satuan dikalikan volume masing–masing
item pekerjaan.
2.10.3 Bill of Quantity
Bagian ini merupakan daftar kuantitas pekerjaan yang didapat dari perhitungan volume
pekerjaan dalam Calculation Sheet. Daftar kuantitas ini sangat diperlukan dalam
perhitungan rekapitulasi.
2.10.4 Daftar Harga Tenaga Kerja, Peralatan dan Bahan
Bagian ini merupakan daftar harga satuan bahan, upah, dan alat menurut satuan volume
masing-masing pekerjaan. Harga satuan bahan dan upah didapatkan dilokasi kemudian
II-38

dikumpulkan dan dicatat dalam satu daftar yang dinamakan daftar harga bahan dan
upah.
2.10.5 Analisa Harga Satuan
Analisa harga satuan merupakan perhitungan untuk mendapatkan harga satuan
pekerjaan per item pekerjaan yang didapat dari perkalian antara koefisien alat, bahan,
dan tenaga dengan harga alat, bahan, dan tenaga.
2.10.6 Calculation Sheet
Bagian ini merupakan daftar rincian perhitungan volume pekerjaan. Hasil perhitungan
ini digunakan untuk menyusun Bill of Quantity (BQ).

2.11 Pengendalian Proyek


Pengendalian dilakukan seiring dengan pelaksanaan proyek. Pengendalian proyek
dilakukan agar proyek tetap berjalan dalam batas waktu, biaya dan performan yang
ditetapkan dalam rencana Ada beberapa perbedaan antara perencanaan dan
pengendalian, yaitu :Perencanaan berkonsentrasi pada penetapan arah dan tujuan,
pengalokasian sumberdaya, pengantisipasian masalah, pemberian motivasi kepada
partisipan untuk mencapai tujuan. Sedangkan pengendalian berkonsentrasi pada
pengendalian pekerjaan ke arah tujuan, penggunaan sumberdaya secara efektif,
perbaikan/ koreksi, pemberian imbalan pencapaian tujuan. Dalam penyusunan jadwal
rencana kerja harus sudah mempertimbangkan dan mencakup antara lain :
1. Estimasi kebutuhan sumber daya dan dana disertai dengan analisis penggunaannya
yang paling baik, dan
2. Menentukan rambu – rambu pengukuran target kemajuan proyek.

2.11.1 Pengendalian Waktu


Seperti diketahui, waktu penyelesaian yang dibutuhkan untuk proses konstruksi
selalu diterapkan dalam dokumen kontrak karena akan berpengaruh penting terhadap
nilai pelelangan dan pembiayaan pekerjaannya sendiri. Penetapan jangka waktu
pelaksanaan proyek terikat erat dengan pembiayaannya bahkan saling tergantung. Dari
Semua informasi dan data dilakukan proses penjadwalan outputna berupa format –
II-39

format laporan lengkap mengenai indikator progress waktu. (Ir. Abrar, Husein. 2008:
408).
Pengendalian waktu di lapangan bertujuan untuk menjaga agar waktu
pelaksanaan sesuai dengan rencana waktu yang telah dipersiapkan sebelum proyek
dimulai. Pengendalian waktu pelaksanaan proyek dapat dilakukan dengan
menggunakan alat bantu jadwal pelaksanaan seperti NWP (Network Planning), Bar
Chat Schedule, kurva S sebagai indikator terlambat tidaknya proyek dan formulir –
formulir pengendalian jadwal yang lebih rinci, masing – masing untuk bahan, alat
maupun subkontraktor.
2.11.1.1 Diagram Jaringan atau Network Planning (NWP)
NWP (Network Planning) adalah Time Schedule berbentuk diagram jaringan yang
menampilkan durasi waktu pelaksanaan pekerjaan. Network Planning disebut juga
diagram panah karena kegiatan dalam jaringan tersebut dinyatakan dalam panah
(Agnes Dwi Yanthi Winoto, 2014 :52).
Menurut Agnes Dwi Yanthi Winoto (2014 :52), notasi yang digunakan dalam diagram
sebagai berikut :
1.1 Simbol kejadian / event / peristiwa
Kejadian / event / peristiwa menggunakan notasi lingkaran (node)

1.2 Simbol kegiatan nyata (Activity)


Kegiatan nyata menggunakan notasi panah dengan garis utuh. Panjang dan
kemiringan anak panah tidak mempunyai arti sehingga tidak menggunakan skala.

1.3 Simbol kegiatan semu (Dummy)


Kegiatan semu menggunakan notasi panah dengan garis putus-putus Tidak
mempunyai durasi.
II-40

1.4 Nomor event / kejadian


Nomor event yang paling awal adalah 0. Semakin ke kanan, semakin besar.

1.5 Kode huruf kegiatan (misalnya huruf A) dan kode durasi (misalnya angka 10)
A

10
Waktu kejadian dalam diagram jaringan ada dua macam yaitu:

EE
T

LE
1. Early Event Time T( EET)
EET adalah waktu paling cepat suatu pekerjaan dapat dilaksanakan. EET
dihitung dengan cara perhitungan kedepan (maju) di mulai dari event pertama
(EET = 0) sampai event terakhir.

EET A EET
i j
LET D ij LET

Rumus menghitung EET j adalah :

EET j = EET i + D ij

EET j adalah waktu paling cepat kegiatan A selesai dilaksanakan sekaligus


waktu paling cepat untuk kegiatan selanjutnya dimulai.
II-41

2. Latest Event Time (LET)


LET adalah waktu paling lambat suatu pekerjaan harus dilaksanakan. LET
dihitung dengan cara perhitungan ke belakang (mundur) dimulai dari event
terakhir (LET = 0) sampai Event pertama.

A
i j
LET i D ij LET j

Rumus menghitung LET i adalah :

LET i = LET j – D ij

LET i adalah waktu paling lambat kegiatan A mulai dilaksanakan sekaligus


waktu paling lambat untuk menyelesaikan kegiatan sebelumnya.
Langkah – langkah penting yang perlu diperhatikan pada pembuatan Network
Planning yaitu :
1. Tentukan jenis – jenis kegiatan yang ada (akan lebih baik hasilnya bila kita
buatkan dulu bagan kerjanya sebagai pertolongan).
2. Urutkan jenis – jenis kegiatan tersebut.
3. Kaitkan jenis – jenis kegiatan yang mempunyai kaitan atau hubungan.
4. Buat daftar kegiatan yang berdasar time schedulenya (kegiatan – kegiatan
mana yang mendahului kegiatan lainnya).
5. Buat Network Planningnya.
Dalam membuat Network Planning, diadakan langkah – langkah sebagai
berikut :
1. Memperinci proyek dalam kegiatan – kegiatan;
2. Menyusun urutan kegiatan – kegiatan;
3. Menggambarkan diagram Network;
4. Menentukan waktu penyelesaian masing – masing kegiatan;
5. Menghitung waktu penyelesaian proyek;
6. Mencari kegiatan kritis dan lintasan kritis;
II-42

7. Menghitung float masing – masing kegiatan;


8. Menghitung biaya proyek dan pemerataan pembiayaan;

2.11.1.2 Diagram Batang / Bar Charts


Bar Charts adalah diagram yang terdiri dari sekumpulan balok – balok yang
menunjukan waktu dimulainya pekerjaan dan waktu selesainya pekerjaan, yang
direncanakan untuk masing – masing pekerjaan di dalam suatu proyek. Bar Chart
menampilkan informasi mengenai jenis pekerjaan, durasi waktu pelaksanaan
pekerjaan, dan alur pelaksanaan (Agnes Dwi Yanthi Winoto, 2014 : 49).
Menurut Agnes Dwi Yanthi Winoto (2014 : 49), Bar Charts yang digunakan
ada dua macam, yaitu bar chart induk dan bar chart anak. Bar chart induk merupakan
penjadwalan pekerjaan dalam proyek secara menyeluruh sedangkan bar chart anak
adalah perincian dari masing – masing pekerjaan bar chart induk.
Proses penyusunan diagram batang dilakukan dengan langkah – langkah sebagai
berikut :
1. Daftar item kegiatan
2. Urutan pekerjaan

Gambar 2.9 Contoh Bar Charts

2.11.1.3 Kurva S
Kurva S merupakan salah satu metode perencanaan waktu pelaksanaan proyek
konstruksi berbentuk grafik yang dibentuk dari sumbu x dan sumbu y. Sembu x
menyatakan durasi pekerjaan sedangkan sumbu y menyatakan nilai persen komulatif
biaya pelaksanaan proyek. (Agnes Dwi Yanthi Winoto, 2014 : 61).
II-43

Fungsi dari Kurva S adalah untuk menggambarkan progres pada moment


tertentu. Pembuatan Kurva S didapat dengan cara menentukan garis kurva yang
diperoleh dengan menghubungkan bobot presentase atau volume pekerjaan dengan
satuan waktu.
Faktor – faktor yang mempengaruhi Kurva S :
1. Faktor Teknis
1.1) Volume dan Jenis Pekerjaan
Sebelum pekerjaan dimulai maka haruslah diketahui volume dan jenis
pekerjaannya, sehingga dapat dibuat rencana biaya yang nantinya dikeluarkan
untuk pelaksanaan proyek tersebut.
1.2) Tenaga Kerja
Jumlah tenaga kerja berpengaruh pada prestasi pekerjaan. Dengan jumlah tenaga
tertentu akan dicapai efisiensi pekerjaan.
1.3) Lokasi
Lokasi tempat proyek berlangsung sangat berpengaruh terhadap kelancaran suatu
pekerjaan. Dengan memahami keadaan lokasi proyek maka dapat mengetahui
permasalahan yang terjadi sekaligus dapat mencari solusinya.
2. Faktor Non Teknis
Faktor non teknis merupakan faktor tak terduga yang tidak dapat diperkirakan
sebelumnya, antara lain :
2.1) Gangguan cuaca.
2.2) Kerusakan alat secara tiba-tiba.
2.3) Ketiadaan bahan secara tiba-tiba.
2.4) Ketidaklancaran keuangan.
2.5) Pekerja yang tiba-tiba mogok kerja.
II-44

(Sumber : Pramana, 2012)


Gambar 2.10 Contoh Time Schedule

2.11.2 Pengendalian Biaya


Pengendalian biaya yang terutama bertujuan menjamin agar biaya akhir proyek
tidak melampaui rencana anggaran pelaksanaannya (Dewa Ketut Sudarsana. 2008).
Peluang terbesar untuk menekan biaya akhir proyek justru pada tahap studi kelayakan
dan perencanaan.
Metode pengendalian proyek yang digunakan adalah Metode
Pengendalian Biaya dan Jadual Terpadu (Earned Value).
(a).Metode Analisis Varian adalah metode untuk mengendalikan biaya dan
jadwal suatu kegiatan proyek konstruksi.
(b)Varian dengan Grafik “S” Cara lain untuk memperagakan adanya varian
adalah dengan menggunakan grafik. Grafik “S” akan menggambarkan kemajuan
volume pekerjaan yang diselesaikan sepanjang siklus proyek.
(c). Kombinasi Bagan Balok dan Grafik “S” Salah satu teknik pengendalian
kemajuan proyek adalah memakai kombinasi grafik “S” dan tonggak kemajuan
(milestone). Milestone adalah titik yang menandai suatu peristiwa yang dianggap
penting dalam rangkaian pelaksanaan pekerjaan proyek.
II-45

(d). Konsep Nilai Hasil (Earned Value) Konsep Nilai Hasil merupakan perkem-
bangan dari Konsep Analisis Varians. Dimana dalam Analisis Varians
hanya menunjukkan perbedaan hasil kerja pada waktu pelaporan dibandingkan
dengan anggaran atau jadwalnya (PMBOK,2004).
(e). Indikator-indikator yang dipergu-nakan Konsep dasar nilai hasil dapat
diguna-kan untuk menganalisis kinerja dan membuat perkiraan pencapaian
sasaran. Indikator yang digunakan dalam analisis adalah biaya aktual (actual cost),
nilai hasil (earned value) dan jadual anggaran (Planned Value).

Gambar 2.11 Analisa Varian Terpadu Disajikan dengan Grafik Kurva S


Sumber : Jurnal Teknik Sipil. Ketut Sudarsana Dewa.2008
3. Biaya Aktual (Actual Cost =AC).
Biaya Aktual (Actual Cost =AC) atau Actual Cost of Work Perfomed
(ACWP) adalah jumlah biaya aktual pekerjaan yang telah dilaksanakan pada
kurun pelaporan tertentu.
3. Nilai Hasil (Earned Value=EV)
Nilai Hasil (Earned Value=EV) atau Budgeted Cost of Work Performed (BCWP)
adalah nilai pekerjaan yang telah selesai terhadap anggaran yang disediakan
untuk melaksanakan pekerjaan tersebut.
3. Jadwal Anggaran (Planned Value =PV)
II-46

Jadwal Anggaran (Planned Value =PV) atau Budgeted Cost of Work


Schedule(BCWS) menunjukkan anggaran untuk suatu paket pekerjaan, yang
disusun dan dikaitkan dengan jadual pelaksanaan.
2.11.3 Pengendalian Mutu
Pengendalian merupakan salah satu fungsi dari manajemen proyek
yang bertujuan agar pekerjaan-pekerjaan dapat berjalan mencapai sasaran tanpa
banyak penyimpanganPada prinsipnya maksud pengendalian mutu adalah : (1)
mengarahkan agar pelaksanaan konstruksi sesuai dengan spesifikasi teknis dan
dokumen kontrak dan (2) mencakup pertimbangan ekonomi dalam penetapan jenis
material dan metode konstruksi yang dipakai dengan memastikan bahwa
perencanaanya telah memenuhi syarat bangunan.
Unsur utama sebagai pengendalian mutu selama tahap konstruksi fisik adalah
pengawas lapangan, yang mana bertanggung jawab agar kegiatan harian kontraktor
memberi hasil akhir sesuai dengan spesifikasi teknis kontrak ( Istimawan Dipohusodo
, 1996 :416).
2.11.4 Pengendalian Material
Pengendalian material untuk proyek dilakukan untuk menentukan kebutuhan
riil material atau bahan proyek guna mendukung pelaksanaan proyek dilapangan.
Adapun kegiatan – kegiatan yang dilakukan dalam pengendalian biaya material adalah
:
1. Menghitung volume keseluruhan bahan pokok berdasarkan gambar.
2. Mencocokkan dengan volume dalam RAP (Rencana Anggaran Pelaksanaan).
3. Membuat SPP (Surat Permintaan Pembelian) bahan,
4. Untuk material yang memerlukan persetujuan pemilik proyek,
4.1 Mendapatkan contoh material yang harga satuannya lebih murah dari RAP
(Rencana Anggaran Pelaksanaan), tetapi masih bisa diterima spesifikasinya.
4.2 Mengajukan contoh, material tersebut untuk disetujui Pemilik proyek.
4.3 Membuat persetujuan tertulis.
5. Melakukan penawaran harga dengan supplier dan menyiapkan surat.
II-47

6. Membuat PO (Purchase Order) atau surat pesanan bahan dengan volume


maksimum sebesar SPP (Surat Permintaan Pembelian) dan harga satuan sesuai
negosiasi.
7. Melampirkan dalam PO (Purchase Order) jadwal pengiriman bahan.
8. Membuat PO (Purchase Order) dalam kondisi lumpsum fixed price dan pasal –
pasal sesuai kontrak kontraktor dengan pemilik proyek.
9. Mengadakan pengendalian secara periodik terhadap realisasi penerimaan bahan
dan dengan memperhitungkan sisa pekerjaan.

2.11.5 Pengendalian Alat


Peralatan yang akan dipergunakan dalam pelaksanaan proyek konstruksi dapat
berupa peralatan yang dimiliki sendiri maupun yang berupa sewa. Untuk melaksanakan
pengendalian terhadap peralatan yang akan dipergunakan ini dapat dilakukan dengan :
1. Mengusahakan agar alat (terutama alat berat) dapat bekerja dengan optimal
sehingga OR (Occupancy Ratio) dapat tercapai semaksimal mungkin atau dengan
perkataan lain produktifitas alatnya yang tinggi.
2. Kebutuhan alat berat dapat dipenuhi secara Outsourcing (sewa dari luar) untuk
menghindari biaya perawatan dan penyimpanan yang tinggi.

2.11.6 Pengendalian K3L dan lingkungan


Menurut Agnes Dwi Yanthi Winoto ( 2014 : 73 ), keselamatan, kesehatan, keamanan
dan lingkungan ( K3L ) adalah suatu upaya untuk mencegah kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja bagi para pekerja supaya tercipta kondisi sehat fisik, mental dan
sosial . K3L wajib dilaksanakan di dalam lokasi proyek. Semua pihak harus
memastikan penerapan K3L oleh pekerja dilakukan secara tertib dan disiplin. Untuk
perlengkapan K3L disediakan dan diperiksa secara berkala.
Peralatan dan perlengkapan K3L antara lain :
1. Alat Pelindung Diri ( APD )
Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor Per.08/Men /
VII/ 2010, Alat Pelindung Diri ( APD ) adalah suatu alat yang mempunyai
II-48

kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau


seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja.
2. Rambu – Rambu Keselamatan
Rambu-rambu keselamatan adalah perlengkapan yang berisi perintah, larangan, dan
informasi yang bertujuan melindungi keselamatan dan kesehatan pekerja dan
pengunjung saat berada di tempat kerja.
Pemasangan rambu-rambu keselamatan mengikuti aturan sebagai berikut :
1 Rambu – rambu harus terlihat jelas, sesuai jarak pandang dan tidak tersembunyi.
2 Memberi penerangan yang baik supaya bisa dibaca dengan mudah dan jelas.
3 Rambu-rambu yang berhubungan diletakkan bersebelahan, tidak lebih dari empat
rambu dalam satu area.
4 Memastikan rambu-rambu dapat dibaca dari semua arah.
5 Rambu-rambu dipasang dengan jarak 220 cm dari permukaan lantai.

K3L di lingkungan kerja terdapat pada Peraturan Menteri Ketenagakerjaan


(Permenaker) RI No. 5 Tahun 2018 tentang K3L Lingkungan Kerja (terbit pada tanggal
27 April 2018). Penerbitan Permenaker ini untuk mewujudkan lingkungan kerja yang
aman, sehat, dan nyaman serta mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
(PAK).
Syarat-syarat K3L lingkungan kerja tersebut meliputi:
1. Pengendalian faktor fisika dan kimia agar berada di bawah NAB (Nilai Ambang
Batas)
2. Pengendalian faktor biologi, faktor ergonomi, dan faktor psikologi kerja agar
memenuhi standar
3. Penyediaan fasilitas kebersihan dan sarana hygiene di tempat kerja yang bersih
dan sehat
4. Penyediaan personil K3L yang memiliki kompetensi dan kewenangan K3L di
bidang lingkungan kerja.
Pelaksanaan syarat-syarat K3L lingkungan kerja, dilakukan melalui kegiatan:
II-49

2.11.6.1 Pengukuran dan pengendalian lingkungan kerja yang meliputi factor fisika,
kimia, biologi, ergonomic, dan psikologi.
2.11.6.2 Penerapan hygiene dan sanitasi yang meliputi bangunan tempat kerja,
fasilitas kebersihan, kebutuhan udara, tata laksana kerumahtanggaan/tata
graha (Housekeeping) yang baik.

2.12 Dokumen Kontrak


2.12.1 Sistem Kontrak
Kontrak adalah perjanjian pemborongan pekerjaan antara pihak pemberi tugas
dengan kontraktor. Kontrak dibuat setelah pemberi tugas menetapkan pemenang
pelelangan. Penetapan pelelangan dilaksanakan dengan cara penerbitan Surat Perintah
Kerja (SPK) oleh pemberi tugas, dan pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai dengan
tanggal yang tercantum SPK tersebut. Dalam kontrak diatur mengenai tugas,
kewajiban, tanggung jawab, dan wewenang masing-masing pihak.

Pada Pelaksanaan Pembangunan Ruas Jalan Salatiga – Ngablak Bts. Kabupaten


Magelang STA 48+900 – STA 51+100 Provinsi Jawa Tengah ini menggunakan sistem
kontrak harga satuan. Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54
(2010), Kontrak harga satuan atau unit price contract merupakan Kontrak Pengadaan
Barang atau Jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu yang telah
ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Harga Satuan pasti dan tetap untuk setiap satuan atau unsur pekerjaan dengan
spesifikasi teknis tertentu,
2) Volume atau kuantitas pekerjaan masih bersifat perkiraan pada saat Kontrak
ditandatangani,
3) Pembayaran didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas volume pekerjaan
yang benar-benar telah dilaksanakan oleh Penyedia Barang atau Jasa,
4) Dimungkinkan adanya pekerjaan tambah atau kurang berdasarkan hasil
pengukuran bersama atas pekerjaan yang diperlukan.
II-50

Berikut adalah jenis kontrak yang umumnya digunakan dalam pekerjaan jasa
pemborongan :

2.12.1.1 Kontrak Lump Sump


Dimana biaya yang dikeluarkan pemilik proyek adalah suatu jumlah tetap yang didapat
dari perhitungan seluruh aspek pekerjaan sesuai dengan dokumen kontrak seperti
gambar desain, spesifikasi umum, dan teknis serta aturan administrative lainnya.
Kontrak lump sum adalah kontrak pengadaan barang/jasa atas penyelesaian seluruh
pekerjaan dalam batas waktu tertentu, sebagaimana ditetapkan dalam kontrak, dengan
ketentuan sebagai berikut :
1. jumlah harga pasti dan tetap serta tidak dimungkinkan penyesuaian harga;
2. semua resiko sepenuhnya ditangung oleh penyedia barang/jasa;
3. pembayaran didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang
dihasilkan sesuai dengan isi kontrak;
4. sifat pekerjaan berorientasi kepada keluaran;
5. total harga penawaran bersifat mengikat; dan
6. tidak diperbolehkan adanya pekerjaan tambah/kurang.

2.12.1.2 Kontrak Harga Satuan


Kontrak Harga Satuan Adalah kontrak pengadaan barang/jasa atas penyelesaian
seluruh pekerjaan dalam batas waktu yang telah ditetapkan dengan ketentuan sebagai
berikut:
1. Harga satuan pasti dan tetap untuk setiap satuan atau unsur pekerjaan dengan
spesifikasi teknis tertentu;
2. Volume atau kuantitas pekerjaannya masih bersifat perkiraan pada saat kontrak
ditandatangani;
3. Pembayarannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas volume pekerjaan
yang benar-benar telah dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa; dan
4. Dimungkinkan adanya pekerjaan tambah/kurang berdasarkan hasil pengukuran
bersama atas pekerjaan yang diperlukan.
II-51

2.12.1.3 Kontrak Gabungan Lump sum dan Harga Satuan


Kontrak ini merupakan gabungan lump sum dan harga satuan dalam satu pekerjaan
yang diperjanjikan.

2.12.1.4 Kontrak terima jadi (turn key)


Kontrak terima jadi adalah kontrak pengadaan barang/jasa pemborongan atas
penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu dengan jumlah harga pasti
dan tetap sampai seluruh bangunan/konstruksi, peralatan dan jaringan utama maupun
penunjangnya dapat berfungsi dengan baik sesusai dengan kriteria kinerja yang telah
ditetapkan.
2.12.1.5 Kontrak Persentase
Kontrak Presentase adalah kontrak pelaksanaan jasa konsultasi di bidang konstruksi
atau pekerjaan pemborong tertentu, dimana konsultan yang bersangkutan menerima
imbalan jasa berdasarkan tertentu dari nilai pekerjaan fisik konstruksi/pemborong
tersebut.

2.13 Jaminan-Jaminan
Yang dimaksud dengan Jaminan adalah suatu jumlah uang yang dipertanggungkan
untuk menjamin suatu kewajiban dari si penjamin dan merupakan sanksi bilamana
terjadi cidera janji.
Jenis jaminan yang merupakan bagian dari jaminan kontrak adalah :
2.13.1 Jaminan Uang Muka
Jaminan uang muka adalah suatu perjanjian penanggungan yang dikeluarkan oleh
pihak penanggung yang bertujuan menjamin pemilik proyek bahwa kontraktor akan
menggunakan uang muka yang diterima dari pemilik proyek untuk pembiayaan proyek.
Besarnya uang muka menurut KEPPRES No. 18 Tahun 2000 adalah 30% dari
nilai kontrak bagi kontraktor golongan ekonomi kuat dan 20% bagi kontraktor bukan
II-52

golongan ekonomi lemah. Pengadaan jaminan uang muka dapat dikeluarkan oleh bank
pemerintah atau bank lain yang ditetapkan menteri keuangan. Nilai jaminan ini
sekurang-kurangnya sama dengan besarnya uang muka.

2.13.2 Jaminan Pemeliharaan


Jaminan pemeliharaan adalah berupa pembayaran atas prestasi pekerjaan yang
dikerjakan oleh kontraktor yang ditahan oleh pemilik proyek. Nilai jaminan
pemeliharaan pada proyek ini adalah 5% dari nilai proyek.
Pada saat pengajuan pembayaran penyedia jasa (kontraktor) harus menyerahkan
jaminan pemeliharaan berupa jaminan bank sebesar 5% dari nilai kontrak yang
diterbitkan oleh bank umum. Surat jaminan tersebut akan diserahkan kembali oleh
pihak kesatu (owner) kepada pihak kedua (kontraktor), setelah pekerjaan selesai
dilaksanakan dengan baik.
2.13.3 Jaminan Pelaksanaan
Jaminan pelaksanaan adalah surat jaminan yang dikeluarkan oleh badan atau
lembaga keuangan yang berisi pernyataan untuk menyediakan pembayaran uang
sejumlah 5% jika pihak tertanggung (kontraktor) tidak melaksanakan kewajiban sesuai
kontrak.

2.14 Sistem Pembayaran


Dalam Peraturan Presiden No.4 Tahun 2015 pasal 89 ayat 1, pembayaran prestasi
pekerjaan dapat diberikan dalam bentuk:
(1) pembayaran bulanan;
(2) pembayaran berdasarkan tahapan penyelesaian pekerjaan(termin);
(3) pembayaran secara sekaligus setelah penyelesaian pekerjaan.
Pada Proyek Pelaksanaan Pembangunan Ruas Jalan Salatiga – Ngablak Bts.
Kabupaten Magelang STA 48+900 – STA 51+100 Provinsi Jawa Tengah ini
menggunakan system kontrak Unit Price dimana volume pekerjaan yang tercantum
dalam kontrak merupakan perkiraan dan akan diukur ulang untuk menentukan
pekerjaan yang benar-benar dilaksanakan.
II-53

Sistem pembayaran yang dipakai adalah dengan system sertifikat bulanan


(Monthly Certificate). Cara pembayaran yang dibayarkan secara bulanan selama masa
kontrak berlangsung, dimana kontraktor membuat suatu dokumen Sertifikat Bulanan
dengan Data pendukung Back-Up Data (volume pekerjaan) dengan gambar, data
pengujian mutu dan data MC.
Pembayaran dengan sistem Monthly Certificate (MC), dalam garis besar diatur sebagai
berikut :
1) Setiap tanggal 25 bulan yang bersangkutan, kontraktor perlu membuat sertifikat
bulanan yang kemudian diajukan kepada PPK.
2) MC mencakup rincian :
2.1 Komulatif % kemajuan atau prestasi fisik pekerjaan, ekivalen dengan
komulatif jumlah biaya per Divisi Pekerjaan pada bulan yang bersangkutan.
2.2 Gross Monthly Certificate, terdiri dari biaya total works complete +
biaya material on site (biasanya material on site diperhitungkan 80% x nilai
yang ada di lapangan)
2.3 Biaya-biaya deductions (pengurangan) yang terdiri dari :
1. Retention Money
2. Advance Payment Repayment (terhitung sejak MC No. 3)
3. Previous Monthly Certificate
2.4 Net Monthly Certificate (= Gross MC - Total Deductions)
2.5 Value Added Tax (PPN) on Net MC
2.6 Value Added Tax (PPN) on Advance Payment (jika belum dibayarkan)
2.7 Total Payment untuk bulan yang bersangkutan (= Net MC - Value Added
Taxes)
2.8 Komposisi pembayaran :
1. Foreign Cost Component
2. Local Cost Component
3) Pengajuan sertifikat bulanan tersebut harus sudah mendapatkan kepastian dari
PPK
4) Engineer dalam waktu 7 (tujuh) hari, apakah disetujui/diperbaiki/ditolak.
II-54

5) Apabila telah disetujui, PPK harus sudah mengajukan SPP (Surat Permintaan
Pembayaran) kepada instansi yang berwenang dan mengupayakan agar dapat
disetujui sebelum 10 bulan berikutnya.
II-55
BAB III
SPESIFIKASI ALAT, BAHAN DAN KUALIFIKASI TENAGA
KERJA

3.1 Uraian Umum


Bahan bangunan dan alat kerja yang didatangkan dan dipergunakan selama
pelaksanaan pekerjaan harus diatur pengelolaan dan penggunaannya serta selalu
dijaga keamanannya secara baik sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan
sehingga tidak terjadi ketidaksesuaian dengan spesifikasi yang di tetapkan.
Kualitas bahan, peralatan dan tenaga akan menentukan keberhasilan suatu
proyek. Penggunaan bahan bangunan yang tidak sesuai dengan persyaratan yang
telah ditentukan, dapat menggagalkan hasil dari suatu pekerjaan. Pengujian
terhadap kualitas dan kuantitas bahan bangunan pada setiap kedatangannya harus
selalu dilakukan untuk menghindari bahan yang tidak memenui syarat kualitas.
untuk alat-alat yang digunakan juga harus memenuhi standar persyaratan dan
kelayakan agar nantinya tidak menimbulkan kecelakaan kerja, kerusakan alat
ataupun kegagalan pekerjaan yang sedang digarap.
3.2 Spesifikasi Alat
Peralatan dalam pekerjaan konstruksi diartikan sebagai alat lapangan (alat
berat), peralatan laboratorium dan peralatan lainnya. Alat-alat kerja tersebut
berfungsi untuk membantu mempermudah proses pekerjaan. Dengan menggunakan
peralatan yang sesuai sasaran pekerjaan dapat dicapai dengan ketepatan waktu yang
lebih akurat, serta memenuhi spesifikasi teknis yang telah dipersyaratkan.
Alat-alat kerja tersebut berfungsi untuk membantu mempermudah proses
pekerjaan. Pemilihan jenis dan jumlah peralatan tergantung dari :
1. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan;
2. Biaya yang tersedia;
3. Jenis pekerjaan yang dilaksanakan;
4. Volume pekerjaan;
5. Kapasitas produksi alat yang digunakan;
6. Kondisi lapangan dan tingkat kesulitan.
7. Kemampuan operator alat berat.

III-1
III-2

8. Mutu dan kualitas alat yang sesuai SNI.


3.2.1 Peralatan yang Digunakan
Peralatan merupakan sarana utama yang diperlukan dalam pelaksanaan
proyek. Peralatan yang digunakan dapat membantu pekerjaan yang sulit atau berat
dikerjakan manusia, sehingga pekerjaan akan menjadi lebih mudah dan cepat.
Namun, sebelum menggunakan alat-alat kerja, perlu ditinjau terlebih dahulu dari
segi ekonomisnya apakah dalam pemakaian alat-alat kerja tersebut cukup
menguntungkan jika dibandingkan dengan menggunakan tenaga kerja manusia,
karena pemakaian peralatan sangat mempengaruhi waktu pelaksanaan pekerjaan.
Untuk itu diperlukan manajemen peralatan yang baik demi kelancaran alat yang
dibutuhkan dan pemeliharaannya. Pemilihan jenis dan penentuan jumlah alat yang
akan digunakan harus diperhatikan dengan cermat agar tidak terjadi kerugian atau
tidak efisiensinya alat. Pemilihan dan penentuan ini harus mempertimbangkan
faktor-faktor antara lain:
1. Lokasi pekerjaan;
2. Keadaan lapangan;
3. Macam pekerjaan;
4. Volume pekerjaan;
5. Waktu yang tersedia, dan;
6. Biaya yang tersedia.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan alat kerja ini antara lain :
1. Memastikan kondisi alat harus dalam keadaan baik dan layak operasi, sebelum
dipakai harus terlebih dahulu diperiksa mesin, minyak pelumas, air pendingin, dan
sebagainya;
2. Mengusahakan untuk tidak membebani alat kerja melebihi kapasitas yang telah
ditetapkan;
3. Memilih operator yang benar-benar ahli dan berpengalaman;
4. Pengadaan alat dilaksanakan 2 hari sebelum pekerjaaan dimulai, supaya dapat
dilakukan pengecekan kelayakan alat yang akan digunakan.
Adapun spesifikasi alat yang digunakan pada setiap pekerjaan dalam Proyek
Pelaksanaan Pembangunan Ruas Jalan Salatiga – Ngablak Bts. Kabupaten
Magelang STA 48+900 s.d 51+100 Provinsi Jawa Tengah adalah sebagai berikut :
III-3

3.2.1.1 ALAT UKUR


Pada Pekerjaan Pengukuran, Alat yang dipersiapkan adalah Waterpass,
Theodolit dan Rambu ukur. Peralatan ini digunakan untuk leveling tanah dan
mengukur elevasi tanah. Hal ini dilakukan agar mengetahui dan merencanakan
ketinggian permukaan tanah dasar untuk ditempati sebuah bangunan atau jalan.
1. Waterpass
Dilapangan digunakan untuk mengukur elevasi atau ketinggian tanah.

Gambar 3.1 Waterpass


(sumber : https://warungsurvey.com/product/rental-waterpass-sokkia-b40-auto-
level/ )
Jenis Digital Waterpass Sokkia B40
Telescope 1) Panjang 215 mm (8,46 in)
2) Pembesaran 24 x
3) Tujuan aperture 32 mm ( 1,26 in)
4) Resolving power 4”
5) Bidang pandang( di 100m/32ft)
Fokus minimum 1) 0.2m ( 7.9in . ) Dari ujung teleskop
2) 0.3M ( 1ft. ) dari pusat instrumen
3) Gambar : Tegak
4) Pola reticle : garis silang
5) Konstan Stadia : 0
III-4

6) Rasio Stadia : 100


7) Fokus knob : 1 – speed
8) Bantuan Pengamatan : Gun sight
9) Lens hood : -
Tingkat Edaran 1) Sensitivitas : 10 ' / 2mm
2) Cermin : Pesawat cermin
Umum 1) Horizontal motion drive: clampless, tak berujung ,
tombol-tombol dua sisi
2) Tahan air : IPX6 ( EC 60529:2001 )
3) Suhu operasi : -20 sampai +50 ° C
( -4 sampai 122 ° F )
4) Lebar : 130mm ( 5.12in . )
5) Panjang : ( . 8.46in ) 215mm
6) Tinggi: ( . 5.31in ) 135mm
7) Berat: 1.7kg ( £ 3,7 )

2. Theodolit
Digunakan untuk membantu pengukuran kontur tanah pada wilayah tertentu atau
yang biasa disebut levelling tanah.

Gambar 3.2 Theodolit


(sumber : www.klikglodok.com/sokkia-dt-740-digital-theodolite-7-inch.html)
Jenis Digital Theodolit Sokkia DT 740
Telescope 1. Panjang : 149mm (5.9in)
III-5

2. Tujuan aperture : 45mm (1.8in)


3. Pembesaran : 30x
4. Menyelesaikan daya : 2.5 "
5. Gambar / Bidang pandang Tegak : 1o30 '(26m / 1.000
m)
6. Fokus minimal : 0.9m (3.0ft)
7. Stadia : Perkalian konstan: 100
8. Aditif konstan: 0
9. Pencahayaan reticle : Ya
Sudut Pengukuran 1. Metode : Absolute rotary encoder pemindaian
2. Mendeteksi : Horizontal: lurus dan Vertikal: Single
3. Resolusi layar : 5 "/ 10" (1 / 2mgon)
4. Akurasi : 7 "
5. Diameter lingkaran : 71mm (2.8in)
Umum 1. Tata letak panel kontrol : Pada kedua wajah
2. Layar : LCD, 7 digit x 2 baris, backlight
3. Optical menurun : Pembesaran 3x
4. Bidang pandang 3o
5. Min. Fokus 0.5m (1.64ft)
6. Sensitivitas tingkat : tingkat Plate: 40 "/ 2mm,
Tingkat Edaran: 10 '/ 2mm
7. Tribrach : dilepas
8. Suhu operasi : -20 sampai + 50oC (-4 untuk + 122oF)
9. Debu dan perlindungan air : IP66 (IEC60529: 2001)
Power Supply 1. Baterai : LR6 Baterai / AA x 4
2. Waktu operasi baterai alkalinedi 20oC (68oF) : 150
jam

3. Rambu ukur
Rambu ukur diperlukan untuk mempermudah/membantu mengukur beda tinggi
antara garis bidik dengan permukaan tanah. Alat ini terbuat dari kayu atau bahan
aluminium, pada sisi depannya terdapat skala pembacaan, digunakan untuk
III-6

memberi tanda titik sementara dilapangan pada saat pengukuran. Rambu ukur
berpenampang segi empat berukuran ± 2 cm x ±4 cm dan panjang 3 sampai 5
meter. Bagian depannya dilengkapi dengan ukuran skala sentimeter. Pada setiap
1 meternya diberi cat yang berbeda dan mencolok.

Gambar 3.3 Rambu Ukur


Sumber : https://www.tokopedia.com/berlian-group/rambu-ukur-5m-bak-
ukur-5m-leveling-staff-alumunium-staff-5m?whid=0

Jenis LEVELING STAFF 5 m


Berat 3 kg
Bahan Aluminium

4. Statif
Statif (kaki tiga) berfungsi sebagai penyangga waterpass serta Theodolit dengan
ketiga kakinya dapat menyangga penempatan alat yang pada masing-masing
ujungnya runcing, agar masuk ke dalam tanah. Ketiga kaki statif ini dapat diatur
tinggi rendahnya sesuai dengan keadaan tanah tempat alat itu berdiri. Statif ini
biasa juga disebut dengan Tripod.
III-7

Gambar 3.4 Tripod Statif


Sumber : https://www.bukalapak.com/p/elektronik/elektronik-lainnya/7lshn4-
jual-allumunium-tripod-sokkia-pfa1?from=list-product&pos=4

Jenis Tripod Sokkia PFA1


Berat 12 kg

3.2.2 ALAT GUSUR


1. Bulldozer
Bulldozer adalah alat dengan penggerak traktor sebagai tempat dan penggerak
utamanya, dengan dilengkapi beberapa kelengkapan berupa pisau dan
pendukungnya. pada pekerjaan stripping, bulldozer akan mengelupas lapisan tanah
sesuai ketinggian yang diinginkan. selain itu dapat memindahkan material pada
jarak pendek sampai dengan 100 m.

Gambar 3.5 Bulldozer


(sumber : Dokumentasi PKL Jl. Kaliwangan – Pakis 2020)
III-8

Jenis BULLDOZER CATERPILLAR D6 GC


Daya Bersih ( HP) 215
Lebar Blade 3,260 m
Tinggi Blade 1,580 m
Kecepatan Maju 4,1 km/jam
Kecepatan Mundur 5,2 km/jam

2. Whell Loader
Wheel Loader adalah alat berat yang digunakan untuk mengangkut tanah hasil
pengelupasan (stripping) dari Bulldozer. tanah tersebut diangkut dan dimasukkan
kedalam dump truck.

Gambar 3.6 Wheel Loader


(sumber : www.cat.com/loaders/wheel-loaders/18548328.html)
Jenis WHELL LOADER CATERPILLAR 950 GC
Engine C7.1 cat
Bobot kerja 18676 kg
Kapasitas Bucket 2,5 m3 hingga 4,4 m3

3.2.3 ALAT ANGKUT


1. Dump Truck
Digunakan untuk mengangkut tanah hasil stripping untuk di pindahkan ketempat
yang telah ditentukan. serta mengangkut hasil galian dan timbunan
III-9

Gambar 3.7 Dump Truck


(sumber : Dokumentasi PKL Jl.Kaliwangan-Pakis 2020)
Jenis Dump Truck Hino
Engine Hino
Kapasitas Muatan 6 m3
Kapasitas Muatan 30 km/jam
Kapasitas kosong 40 km/jam

2. Truck Crane
Truck Crane digunakan untuk mengangkut U-ditch ke lokasi pekerjaan kemudian
diturunkan menggunakan crane. Truck Crane yang digunakan dalam proyek ini
adalah truck crane Hino FM 260 JD.

Gambar 3.8 Truck Crane


Sumber: http://hinotruk.blog/

Jenis Truck Crane Hino FM 260 JD


Maximum Lifting Moment 13,8 tm
Swelling System Rotation 400 derajat
Lifting Capacity 3000 kg
III-10

Weight 1990 kg

3. Water Tank Truck


Watertank truck ini digunakan untuk menyirami tanah atau material pada saat
proses pemadatan. Biasanya ada 2 orang yang mengoprasikannya, satu bertugas
sebagai pengemudi Truck satunya lagi bertugas mengarahkan selang pemancar air
kearah hamparan material.

Gambar 3.9 Watertank Truck


(sumber : Dokumen Proyek Jl. Kaliwangan – Pakis 2020)
Jenis Water Tank Truck Mitsubishi
Engine Diesel 190 PS
Bobot Kerja 11772 kg
Kapasitas Tangki 5000 liter

3.2.4 ALAT GALI


galian meliputi pekerjaan penggalian badan jalan dan drainase. serta penggalian,
pemuatan, pengangkutan dan pembuangan pada daerah median jalan. Peralatan
yang digunakan untuk pekerjaan galian tanah ini antara lain :

1. Excavator
Excavator adalah alat yang bekerja dengan cara berputar pada bagian atas sumbu
vertikalnya diantara sistem roda-rodanya yang digunakan untuk menggali tanah.
III-11

Gambar 3.10 Excavator


(sumber : Dokumentasi PKL Jl. Kaliwangan – Pakis 2020)
Jenis Excavator PC 200 LC
Daya Bersih 151
Kapasitas Bucket 1,8 m3
Swing Angel 14 – 17( 45 – 90 ) & 17 – 20(90 – 180 )

3.2.5 ALAT UNTUK MENGHAMPAR


1. Motor Grader
Motor Grader merupakan alat yang digunakan untuk meratakan tanah yang
dihamparkan dengan Blade yang terletak diantara 2 sumbu roda depan belakang.
Blade ini dapat diatur kemiringannya sehingga dapat menyesuaikan kelandaian
badan jalan yang direncanakan.

Gambar 3.11 Motor Grader


(sumber : www.cat.com/motor-graders/motor-graders/100320.html)
III-12

Jenis Motor Grader Caterpillar 120


Daya Bersih ( HP) 125
Engine CAT 7.1
Lebar Blade 3,7 m

2. Distributor Aspal (Asphalt Sprayer)


Asphalt sprayer digunakan untuk menyemprotkan aspal secara penuh dan merata
ke seluruh permukaan bidang.

Gambar 3.12 Asphalt Sprayer


(sumber : globalindoteknikmandiri.co.id/service/asphalt-sprayer)
Jenis Asphalt Sprayer
Generator 200 watt
Engine Diesel Engine 5 HP/2200 rpm
Kapasitas Tanki 850-1400 Liter

3. Asphalt Finisher
Asphalt Finisher digunakan untuk penghampar campuran aspal panas dengan
ketebalan penghamparan yang dapat diatur.
III-13

Gambar 3.13 Asphalt Finisher


(sumber :www.sumitomokenki.com/products/asphalt_paver/ha60c-8/)

Jenis Asphalt Finisher Sumitomo HA 60C 8


Engine ISUZU AI-4JJ1X
Lebar Paving 2,5 m
Kecepatan Paving 1-20 m/menit

3.2.6 ALAT UNTUK MEMADATKAN


1. Tandem Roller
Tandem Roller berfungsi untuk memadatkan aspal hasil hamparan asphalt
finisher. tandem roller digunakan untuk pemadatan awal atau breakdown rolling
dan pemadatan akhir atau finish rolling. Roda yang memiliki penggerak hanya di
salah satu roda, maka roda dengan penggerak tersebut harus naik keatas hamparan
terlebih dahulu.

Gambar 3.14 Tandem Roller


(sumber : https://teknologisurvey.com/tandem-roller-sakai-sw352s-1)
Jenis Tandem Roller Sakai SW 352 S 1
Daya Bersih 19,2 kw
Bobot Kerja 10000 kg
Lebar Efektif 1,2 m
III-14

2. Vibratory Roller
Vibrator roller adalah mesin bermotor yang berfungsi untuk memadatkan tanah
dengan system penggetar, supaya tidak terjadi penimbunan pada tanah.

Gambar 3.15 Vibrator Roller


(sumber : www.cat.com/compactors/vibrator-rollers/291808.html)
Jenis Vibratory Roller Caterpillar CB7
Daya Bersih 111
Bobot Kerja 7990 kg
Lebar Efektif 1,5 m

3. Pneumatic Tire Roller


Pneumatic Tire Roller berfungsi sebagai alat pemadat pada tahap antara atau
intermediate rolling, untuk memadatkan laston atau hot mix.

Gambar 3.16 Pneumatic Tire Roller


(sumber :www.cat.com/compactors/pneumatic-rollers/18359786.html)
III-15

Jenis Pneumatic Tire Roller Caterpillar CW 34


Daya Bersih 131
Bobot Kerja 10000 kg
Lebar Efektif 2m

3.2.7 ALAT UNTUK MENCAMPUR


1. Concrete Mixer Manual
Concrete Mixer Manual adalah alat yang dipergunakan untuk membuat adukan
beton (semen, agregat dan air). Dengan menggunakan mesin molen ini adukan
beton lebih merata dan kapasitas produksi lebih tinggi sehingga untuk pekerjaan
pembetonan lebih mudah dan cepat. Di dalam drum adukan beton dilengkapi
dengan bilah-bilah pengaduk sehingga adukan akan cepat homogen.

Gambar 3.18 Concrete Mixer


(sumber : www.semeruteknik.com)
Jenis Concrete Mixer / Molen Prima
Bobot 50 kg
Kapasitas 0,3 m3

3.2.8 ALAT BANTU


1. Generator Set (Genset)
Generator Set (Genset) adalah sebuah mesin yang mampu menghasilkan tenaga
listrik yang akan digunakan sebagai sumber listrik.
III-16

Gambar 3.19 Generator Set


Sumber: google.com/genset yanmar
Jenis Generator Set Yanmar
Daya 5125 KVA

2. Air Compressor
Air compressor merupakan alat yang digunakan pada pekerjaan surface, Alat ini
berfungsi untuk menghasilkan tekanan udara.

Gambar 3.20 Air Compressor


(sumber : https://iprice.co.id/aksesoris-mobil/kompresor-angin/)
Jenis Air Compressor Shark Portable MZ07 25
Daya Motor 0,56 kw
Kecepatan Kompressor 2850 rpm
Kapasitas 40 liter/jam

3.3 Spesifikasi Material


Bahan diartikan sebagai bahan baku natural maupun melalui pengolahan, dan
setelah diproses ditetapkan menjadi item pekerjaan sebagaimana dituangkan di
dalam dokumen kontrak. Bahan baku (tanah, batu, aspal, semen, pasir, besi beton,
dll.) dan bahan olahan (agregat, adukan beton, pofil baja dll.) merupakan sumber
III-17

daya yang harus diperhitungkan secara cermat, karena pengaruhnya di dalam


perhitungan biaya pekerjaan konstruksi sangat besar.
Material yang akan dipakai dalam suatu proyek terlebih dahulu harus diuji
kualitasnya, sehingga akan didapat meterial yang terjamin mutunya. Pengujian
material harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan oleh spesifikasi.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan material antara lain :
1. Material harus memenuhi spesifikasi dan standar yang berlaku;
2. Material harus sesuai dengan ukuran, kebutuhan, pembuatan, jenis, dan mutu
yang dipersyaratkan dalam spesifikasi teknis, atau yang secara khusus disetujui
secara tertulis oleh direksi;
3. Seluruh material untuk bangunan struktural harus berkualitasdan produk
pabrikan harus baru.
Selain itu material tersebut harus disimpan sedemikian rupa sehingga mutunya
terjamin dan terpelihara, serta sewaktu-waktu harus siap untuk digunakan dalam
pekerjaan. Penjelasan mengenai spesifikasi bahan penulis mengkutip dari
Spesifikasi Umum Jalan dan Jembatan Tahun 2018.

3.3.1 Timbunan Tanah


Timbunan tanah merupakan usaha penimbunan tanah pada bagian yang
mempunyai ketinggian kurang dari rencana jalan. Pekerjaan timbunan tanah ini
mencakup pengambilan, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan tanah.
Bahan untuk timbunan biasa tidak boleh dari galian tanah yang mempunyai sifat
sifat sebagai beriku:
1. Tanah yang mengandung organik seperti jenis tanah OL, OH dan Pt dalam
sistem Unified Soil Classification System (USCS) serta tanah yang mengandung
daun – daunan, rumput-rumputan, akar, dan sampah.
1.1) Tanah dengan kadar air alamiah sangat tinggi yang tidak praktis
dikeringkan untuk memenuhi toleransi kadar air pada pemadatan
(melampaui Kadar Air Optimum + 1%).
1.2) Tanah ekspansif yang mempunyai sifat kembang susut tinggi dan
sangat tinggi dalam klasifikasi Van Der Merwe dengan ciri - ciri adanya
retak memanjang sejajar tepi perkerasan jalan.
III-18

2 Bahan yang dipilih sebaiknya tidak termasuk tanah yang berplastisitas tinggi,
yang diklasifikasikan sebagai A-7-6 menurut SNI-03-6797-2002 atau sebagai
CH menurut “Unified atau Casagrande Soil Classification Sysem” sama sekali
tidak boleh digunakan pada 30 cm lapisan langsung dibawah dasar perkerasan
atau bahu jalan atau dasar bahu jalan. Tanah timbunan bila di uji SNI 03-1744-
1989, harus memiliki nilai CBR tidak kurang dari karakteristik daya dukung
tanah dasar yang diambil untuk rancangan dan ditunjukkan dalam gambar atau
tidak kurang dari 6% jika tidak disebutkan lain CBR setelah perendaman 4 hari
bila dipadatkan 100 % keadatan kering maksimum ( MDD ) seperti yang
ditentukan menurut SNI 03-1742-1989. (Spesifikasi Umum Bahan Jalan dan
Jembatan tahun 2018).

3.3.2 AIR
Air dengan kualitas sebagai air minum dapat digunakan tanpa pengujian. Air
diharuskan untuk diamati dan diuji apakah air tersebut mengandung bahan-bahan
yang dapat merusak beton ataupun baja tulangan. Air yang digunakan untuk
campuran beton harus bersih bebas dari zat-zat yang merugikan seperti minyak,
garam, asam, basa, gula, ataupun zat organik. Apabila timbul keraguan atas mutu
air maka dilakukan pengujian kuat tekan mortar semen dan pasir standar dengan
memakai air yang diusulkan dan dengan memakai air murni hasil sulingan. Air
dapat digunakan apabila kuat tekan mortar dengan air umur 7 hari dan 28 hari
mempunyai kuat tekan 90% dari kuat tekan mortar dengan air suling unuk periode
umur sama .Air yang baik untuk campuran beton sebaiknya harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
1) Air harus bersih;
2) Tidak mengandung lumpur, minyak, dan benda terapung lainya yang tidak
dapat dilihat secara visual;
3) Tidak mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2 gr/lt;
4) Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak campuran
semen lebih dari 15 gr/lt. Kandungan klorida (Cl), tidak lebih dari 500 p.p.m
dan senyawa sulfat tidak lebih dari 1.000 p.p.m sebagai SO3.
III-19

3.3.3 Lapis Pondasi Agregat


3.3.3.1 Lapis Pondasi Bawah (Sub Base Course)
Material yang digunakan adalah material yang cukup kuat yaitu dari sirtu
kelas B yang bergradasi tertentu. Batu pecah tersebut kemudian diproses melalui
tahap pemrosesan yang meliputi pemecahan, penyaringan, pemisahan dan
pencampuran sehingga menghasilkan bahan yang sesuai dengan persyaratan dari
spesifikasi yang telah ditentukan atau sesuai petunjuk direksi teknik.
Spesifikasi Bahan yang digunakan pada pekerjaan Lapis Pondasi Bawah adalah:
1. Pondasi Agregat Kelas B digunakan untuk Lapis Pondasi Bawah,
2. Agregat kasar yang tertahan pada ayakan 4,75 mm harus terdiri dari partikel
yang keras dan awet. Bahan yang pecah bila berulang-ulang dibasahi dan
dikeringkan tidak boleh digunakan,
3. Agregat halus yang lolos ayakan 4,75 mm harus terdiri dari partikel pasir alami
atau pasir pecah serta bahan mineral halus lainnya, Fraksi bahan yang lolos
ayakan No.200 tidak boleh melampaui dua per tiga fraksi bahan yang lolos
ayakan No.40,
4. Seluruh Lapis Pondasi Agregat harus bebas dari bahan organik dan gumpalan
lempung atau bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki dan setelah dipadatkan
harus memenuhi ketentuan gradasi (menggunakan pengayakan secara basah)
yang diberikan dalam Tabel 3.1 dan memenuhi sifat-sifat yang diberikan dalam
Tabel 3.2.
Tabel 3.1 Gradasi Lapis Pondasi Agregat Kelas B
Persen Berat Yang Lolos
Ukuran Ayakan
Lapis Pondasi Agregat Lapis
ASTM (mm) Kelas A Kelas B Kelas S Drainase
2” 50 100
1 ½” 37,5 100 88 - 95 100 100
1“ 25,0 79 – 85 70 - 85 27 - 89 71 – 87
3/4'” 19,0 58 – 74
½” 12,5 44 – 60
3/8” 9,50 44 – 58 30 - 65 41 - 66 34 – 50
III-20

No. 4 4,75 29 – 44 25 - 55 26 - 54 19 – 31
No. 8 2,36 8 – 16
No.10 2,0 17 – 30 15 - 40 15 - 42
No.16 1,18 0–4
No.40 0,425 7 – 17 8 - 20 7 - 26
No.200 0,075 2–8 2-8 4 - 16
Sumber: Speksifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan Tahun 2018

Tabel 3.2 Sifat-sifat Lapis Pondasi Agregat Kelas B


Lapis Pondasi Agregat Lapis
Sifat – sifat
Kelas A Kelas B Kelas S Drainase

Abrasi dari Agregat Kasar (SNI 0 - 40 % 0 - 40 % 0 - 40 % 0 – 40 %


2417:2008)
Butiran pecah, tertahan ayakan
95/90” 55/50” 55/50” 80/75”
No. 4 (SNI 7619: 2012)
Indek Plastisitas (SNI 0-6 0 - 10 4 – 15 -
1966:2008)
Hasil kali Indek Plastisitas
maks. 25 - - -
dengan % Lolos Ayakan No.200
Batas Cair (SNI 1967:2008) 0 - 25 0 - 35 0 – 35 -
Gumpalan lempung dan butiran-
butiran mudah pecah (SNI 03- 0-5% 0-5% 0-5% 0–5%
4141-1996)
Perbandingan persen lolos ayakan
Maks 2/3 Maks 2/3 - -
No.200 dan No.40
CBR rendaman (SNI 1744:2012) min.90 min.60 min.50
-
% % %
Perbandingan Persen Lolos
Maks.2/3 Maks.2/3 - -
Ayakan No.200 dan No.40
Koefisien Keseragaman : Cv =
- - - > 3,5
D60/D10
III-21

Sumber: Speksifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan Tahun 2018

3.3.3.2 Lapis Pondasi Atas (Base Course)


Material yang digunakan adalah material yang cukup kuat yaitu dari batu pecah
agregat kelas A dengan gradasi tertentu. Batu pecah tersebut kemudian diproses
melalui tahap pemrosesan yang meliputi pemecahan, penyaringan, pemisahan dan
pencampuran sehingga menghasilkan bahan yang sesuai dengan persyaratan dari
spesifikasi yang telah ditentukan atau sesuai petunjuk direksi teknik.
Spesifikasi Bahan yang digunakan pada pekerjaan Lapis Pondasi Atas adalah:
1. Pondasi Agregat Kelas A digunakan untuk Lapis Pondasi Atas,
2. Agregat kasar yang tertahan pada ayakan 4,75 mm harus terdiri dari partikel
yang keras dan awet. Bahan yang pecah bila berulang-ulang dibasahi dan
dikeringkan tidak boleh digunakan,
3. Agregat halus yang lolos ayakan 4,75 mm harus terdiri dari partikel pasir
alami atau pasir pecah serta bahan mineral halus lainnya, Fraksi bahan yang
lolos ayakan No.200 tidak boleh melampaui dua per tiga fraksi bahan yang
lolos ayakan No.40,
4. Seluruh Lapis Pondasi Agregat harus bebas dari bahan organik dan gumpalan
lempung atau bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki dan setelah dipadatkan
harus memenuhi ketentuan gradasi (menggunakan pengayakan secara basah)
yang diberikan dalam Tabel 3.3 dan memenuhi sifat-sifat yang diberikan
dalam Tabel 3.4.

Tabel 3.3 Gradasi Lapis Pondasi Agregat Kelas A


Persen Berat Yang Lolos
Ukuran Ayakan
Lapis Pondasi Agregat Lapis
ASTM (mm) Kelas A Kelas B Kelas S Drainase
2” 50 100
1 ½” 37,5 100 88 - 95 100 100
1“ 25,0 79 – 85 70 - 85 27 - 89 71 – 87
3/4'” 19,0 58 – 74
III-22

½” 12,5 44 – 60
3/8” 9,50 44 – 58 30 - 65 41 - 66 34 – 50
No. 4 4,75 29 – 44 25 - 55 26 - 54 19 – 31
No. 8 2,36 8 – 16
No.10 2,0 17 – 30 15 - 40 15 - 42
No.16 1,18 0–4
No.40 0,425 7 – 17 8 - 20 7 - 26
No.200 0,075 2–8 2-8 4 - 16
Sumber : Speksifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan Tahun 2018

Tabel 3.4 Sifat-sifat Lapis Pondasi Agregat Kelas A


Lapis Pondasi Agregat Lapis
Sifat – sifat
Kelas A Kelas B Kelas S Drainase

Abrasi dari Agregat Kasar (SNI 0 - 40 % 0 - 40 % 0 - 40 % 0 – 40 %


2417:2008)
Butiran pecah, tertahan ayakan
95/90” 55/50” 55/50” 80/75”
No. 4 (SNI 7619: 2012)
Indek Plastisitas (SNI 0-6 0 - 10 4 – 15 -
1966:2008)
Hasil kali Indek Plastisitas
maks. 25 - - -
dengan % Lolos Ayakan No.200
Batas Cair (SNI 1967:2008) 0 - 25 0 - 35 0 – 35 -
Gumpalan lempung dan butiran-
butiran mudah pecah (SNI 03- 0-5% 0-5% 0-5% 0–5%
4141-1996)
Perbandingan persen lolos ayakan
Maks 2/3 Maks 2/3 - -
No.200 dan No.40
CBR rendaman (SNI 1744:2012) min.90 min.60 min.50
-
% % %
Perbandingan Persen Lolos
Maks.2/3 Maks.2/3 - -
Ayakan No.200 dan No.40
III-23

Koefisien Keseragaman : Cv =
- - - > 3,5
D60/D10

Catatan :
(*) 95/90 menunjukkan bahwa 95% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah
satu atau lebih dan 90% agregat kasar mmepunyai muka bidang pecah dua atau
lebih.
Sumber : Speksifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan Tahun 2018

3.3.4 Perkerasan Aspal


3.3.4.1 Lapis Resap Pengikat (Prime Coat)
Prime Coat adalah kegiatan penggunaan aspal dengan bahan pengencer,
biasanya menggunakan minyak tanah atau bahan lain yang khusus dipergunakan
untuk pondasi jalan.
Bahan aspal untuk lapis pengikat haruslah memenuhi ketetuan sebagai berikut:
1. Aspal emulsi yang mengikat sedang / Medium Setting dan yang mengikat
sedang/Slow Setting memenuhi SNI 4798:2011 untuk jenis kationik dan sni
6832:2011 untuk jenis anionic. Umumnya hanya aspal emulsi yang
menunjukkan peresapan yang baik pada lapis pondasi tanpa pengikat, aspal
jenis kationik harus digunakan pada permukaan yang berbasis acidic (dominan
silika), sedangkan jenis anionic harus digunakan pada permukaan yang berbasis
basaltic ( dominan karbonat).
2. Aspal semen Pen 80/100 atau Pen.60/70, diencerkan dengan minyak tanah
(kerosin). Proporsi minyak tanah yang digunaKan sebagaimana diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan, setelah percobaan di atas lapis pondasi atas yang telah
selesai, kecuali diperintah lain oleh Pengawas Pekerjaan, perbandingan
pemakaian minyak tanah pada percobaan pertama harus dari 80 – 85 bagian
minyak per 100 bagian aspal semen (80 pph – 85 pph) kurang lebih ekivalen
dengan viskositas aspal cair hasil kilang jenis MC-30.
3. Pemilihan jenis aspal emulsi yang digunakan, kationik atau anionik, harus
sesuai dengan muatan batuan lapis pondasi. Gunakan aspal emulsi kationik bila
agregat untuk lapis pondasi adalah agregat basa (bermuatan negatif) dan
III-24

gunakan aspal emulsi anionik bila agregat untuk lapis pondasi adalah agregat
asam (bermuatan positif). Bila ada keraguan atau bila bila aspal emulsi anionik
sulit didapatkan, Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan untuk menggunakan
aspal emulsi kationik.
4. Bilamana lalu lintas diijinkan lewat di atas Lapis Resap Pengikat maka harus
digunakan bahan penyerap (blotter material) dari hasil pengayakan kerikil atau
batu pecah, terbebas dari butiran-butiran berminyak atau lunak, bahan kohesif
atau bahan organik. Tidak kurang dari 98 persen harus lolos ayakan ASTM 3/8”
(9,5 mm) dan tidak lebih dari 2 persen harus lolos ayakan ASTM No.8 (2,36
mm).
5. Takaran dalam bahan lapis resap pengikat adalah 0,4 - 1,3 liter per meter persegi
untuk lapis pondasi agregat tanpa bahan pengikat.

3.3.4.2 Lapis Permukaan Laston MS 800


Lapis permukaan merupakan lapisan yang menerima beban roda yang paling
besar diantara lapisan-lapisan perkerasan, lapis laston dimaksudkan untuk
mendapatkan lapisan perkerasan jalan raya yang mampu memberikan daya dukung
dan berfungsi sebagai lapisan kedap air yang dapat melindungi lapisan dibawahnya.
Bahan yang digunakan untuk lapisan Filler, Agregat Halus dan Agregat Kasar
antara lain :
1 Agregat Kasar
1.1) Fraksi agregat kasar untuk rancangan campuran adalah yang tertahan
ayakan No.4 (4,75 mm) yang dilakukan secara basah dan harus bersih,
keras, awet dan bebas dari lempung atau bahan yang tidak dikehendaki
lainnya dan memenuhi ketentuan yang diberikan dalam Tabel 3.5.
1.2) Fraksi agregat kasar harus dari batu pecah mesin dan disiapkan dalam
ukuran nominal sesuai dengan jenis campuran yang direncanakan
seperti ditunjukan pada Tabel 3.6.
1.3) Agregat kasar harus mempunyai angularitas seperti yang disyaratkan
dalam Tabel 3.5. Angularitas agregat kasar didefinisikan sebagai
persen terhadap berat agregat yang lebih besar dari 4,75 mm dengan
III-25

muka bidang pecah satu atau lebih berdasarkan uji menurut SNI
7619:2012.
1.4) Fraksi agregat kasar harus ditumpuk terpisah dan harus dipasok ke
instalasi pencampur aspal dengan menggunakan pemasok penampung
dingin (cold bin feeds) sedemikian rupa sehingga gradasi gabungan
agregat dapat dikendalikan dengan baik.
Tabel 3.5 Ketentuan Agregat Kasar

Sumber : Speksifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan Tahun 2018


Tabel 3.6 Ukuran nominal agregat kasar penampung dingin untuk
campuran beraspal

Sumber : Speksifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan Tahun 2018


III-26

2 Agregat Halus
2.1) Agregat halus dari sumber bahan manapun, harus terdiri dari pasir atau
hasil pengayakan batu pecah dan terdiri dari bahan yang lolos ayakan
No.4 ( 4,75 mm).
2.2) Fraksi agregat halus pecah mesin dan pasir harus ditempatkan
terpisah dari agregat kasar.
2.3) Agregat pecah halus dan pasir harus dtumpuk terpisah dan harus
dipasok ke instalasi pencampuran aspal dengan menggunakan pemasok
penampung dingin / cold bin feeds yang terpisah sehinga gradasi
gabungan dan presentase pasir di dalam campuran dapat dikendalikan
dengan baik.
2.4) Pasir alam dapat digunakan dalam campuran AC sampai suatu batas
yang tidak melampaui 15% terhadap berat total campuran.
Agregat halus harus merupakan bahan yang bersih, keras, bebas dari
lempung, atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Untuk memperoleh
agregat halus yang memenuhi ketentuan antara lain:
1. Bahan baku untuk agregat halus dicuci terlebih dahulu secara mekanis
sebelm dimasukkan kedalam mesin pemecah batu, atau
2. Digunakan scalping screen dengan proses sebagai berikut:
1) Fraksi agregat halus diperoleh dari hasil pemecahan batu tahap
pertama/primary crusher tidak bole langsung digunakan.
2) Agregat yang diperoleh dari hasil pemecahan batu tahap pertama/
primary crusher harus dipisahkan dengan vibro scalping screen yang
dipasang diantara primary crusher dan secondary crusher.
3) Material tertahan vibro scalping screen akan dipecah oleh secondary
crusher, hasil pengayakannya dapat digunakan sebagai agregat halus.
4) Material lolos vibro scalping screen hanya boleh digunakan sebagai
komponen material Lapis Pondasi Agregat.
2.5) Agregat halus harus memenuhi ketentuan sebagaimana ditunjukkan
pada Tabel 3.7.
III-27

Tabel 3.7 Ketentuan Agregat Halus

Sumber : Speksifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan Tahun 2018


3 Bahan Pengisi (Filler)
3.1) Bahan pengisi yang ditam bahkan (filler added) dapat berupa debu batu
kapur (limestone dust), atau debu kapur padam atau debu kapur
magnesium atau dolomit yang sesuai dengan AASHTO M 303-
89(2014), atau semen atau abu terbang tipe C dan F yang sumbernya
disetujui oleh Pengawas Pekerjaaan. Bahan pengisi jenis semen hanya
diizinkan untuk campuran beraspal panas dengan bahan pengikat jenis
aspal keras Pen.60-70.
3.2) Bahan pengisi yang ditambahkan harus kering dan bebas dari
gumpalan- gumpalan dan bila diuji dengan pengayakan sesuai SNI
ASTM C136: 2012 harus mengandung bahan yang lolos ayakan
No.200 (75 m icron) tidak kurang dari 75% terhadap beratnya
3.3) Bahan pengisi yang ditambahkan (filler added), untuk semen harus
dalam rentang 1% sampai dengan 2% terhadap berat total agregat dan
untuk bahan pengisi lainnya harus dalam rentang 1% sampai dengan
3% terhadap berat total agregat.

4 Gradasi Agregat Gabungan


Gradasi agregat gabungan untuk campuran aspal, ditunjukkan dalam persen
terhadap berat agregat dan bahan pengisi, harus memenuhi syarat pada tabel 3.8
dan tabel 3.9. Rancangan dan Perbandingan Campuran untuk gradasi agregat
gabungan harus mempunyai jarak terhadap batas-batas yang diberikan dalam Tabel
3.8.
III-28

Tabel 3.8 Amplop Gradasi Agregat Gabungan Untuk Campuran Aspal Laston
% Berat Yang Lolos terhadap Total Agregat dalam Campuran
Ukuran
Latasir (SS) Lataston (HRS) Laston (AC)
Ayakan
(mm) Gradasi Semi
Gradasi Senjang3
Senjang 2
Kelas A Kelas B WC Base WC Base WC BC Base

37,5 100

25 100 90 - 100

19 100 100 100 100 100 100 100 90 - 100 76 - 90

12,5 90 - 100 90 -100 87 – 100 90 - 100 90 - 100 75-90 60 - 78

9,5 90 - 100 75 - 85 65 - 90 55 – 88 55 - 70 77 - 90 66 – 82 52 - 71

4,75 53 - 69 46 - 64 35 - 54
2,36 75 – 100 50 – 723 35 - 553 50 – 62 32 - 44 33 - 53 30 - 49 23 - 41

1,18 21 - 40 18 - 38 13 - 30

0,600 35 - 60 15 - 35 20 – 45 15 - 35 14 - 30 12 - 28 10 - 22

0,300 15 – 35 5 - 35 9 - 22 7 - 20 6 - 15

0,150 6 - 15 5– 13 4 - 10

0,075 10 - 15 8 – 13 6 - 10 2-9 6 – 10 4-8 4-9 4 -8 3-7

Sumber : Speksifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan Tahun 2018

Tabel 3.9 Contoh Batas-batas “Bahan Bergradasi Senjang”

Sumber : Speksifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan Tahun 2018

5 Bahan Aspal Untuk Campuran Beraspal


5.1) Bahan aspal berikut dapat digunakan sesuai dengan Tabel 3.10 Bahan
pengikat ini dicampur dengan agregat sehingga menghasilkan
campuran beraspal. Pengambilan contoh bahan aspal harus
dilaksanakan sesuai dengan SNI 06-6890-2002. Pengujian penetrasi
dan titik lembek harus dilakukan pada saat kedatangan.
5.2) Contoh bahan aspal harus diekstraksi dari benda uji sesuai dengan cara
SNI 03-3640-1994 (metoda soklet) atau SNI 03-6894-2002 (metoda
sentrifus) atau AASHTO T 164 - 06 (metoda tungku pengapian). Jika
III-29

metoda sentrifitus digunakan, setelah konsentrasi larutan aspal yang


terekstraksi mencapai 200 mm, partikel mineral yang terkandung harus
dipindahkan ke dalam suatu alat sentrifugal. Pemindahan ini dianggap
memenuhi bilamana kadar abu dalam bahan aspal yang diperoleh
kembali tidak melebihi 1 % (dengan pengapian). Jika bahan aspal
diperlukan untuk pengujian lebih lanjut maka bahan aspal itu harus
diperoleh kembali dari larutan sesuai dengan prosedur SNI 03-6894-
2002.
Tabel 3.10 Ketentuan-ketentuan untuk Aspal Keras
Tipe I Tipe II Aspal Modifikasi
No. Jenis Pengujian Metode Pengujian Aspal Pen. Elastomer Sintetis
60-70 PG70 PG76
Penetrasi pada 25˚C (0,1
1. SNI 2456:2011 60-70 Dilaporkan(1)
mm)
Temperatur yang
menghasilkan Geser
2. Dinamis (G*/sin£) pada SNI D6-6442-2000 - 70 76
osilasi 10 rad/detik ≥ 1,0
kPa, (˚C)
Viskositas Kinematis
3. ASTM D2170-10 ≥ 300 ≤ 3000
135˚C (cSt)(3)
4. Titik Lembek (˚C) SNI 2434:2011 ≥ 48 Dilaporkan(2)
Daktilitas pada 25˚C,
5. SNI 2432:2011 ≥ 100 -
(cm)
6. Titik Nyala (˚C) SNI 2433:2011 ≥ 232 ≥ 230
Kelarutan dalam
7. AASHTO T44-14 ≥ 99 ≥ 99
Trichloroethylene (%)
8. Berat Jenis SNI 2441:2011 ≥ 1,0 -
Stabilitas Penyimpanan: ASTM D 5976-100
9. Perbedaan Titik Lembek Part 6.1 dan SNI - ≤ 2,2
(˚C) 2434:2011
10. Kadar Parafin Lilin (%) SNI 03-39-2002 ≤2
Pengujian Residu hasil TFOT (SNI-06-2440-1991) atau RTFOT (SNI-03-6835-2002) :
11. Berat yang hilang (%) SNI 06-2441-1991 ≤ 0,8 ≤ 0,8
III-30

Temperatur yang
menghasilkan Geser
12. Dinamis (G*/sin£) pada SNI 06-6442-2000 - 70 76
osilasi 10 rad/detik ≥ 2,2
kPa, (˚C)
Penetrasi pada 25˚C (%
13. SNI 2456:2011 ≥ 54 ≥ 54 ≥ 54
semula)
Daktilitas pada 25˚C
14. SNI 2432:2011 ≥ 50 ≥ 50 ≥ 50
(cm)
Residu aspal segar setelah PAV (SNI 03-6837-2002) pada temperatur 100˚C dan
tekanan 2,1 MPa
Temperatur yang
menghasilkan Geser
15. Dinamis (G*/sin𝛿) pada SNI 06-6442-2000 - 31 34
osilasi 10 rad/detik ≤
5000 kPa, (˚C)

Sumber : Speksifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan Tahun 2018

5.3) Aspal harus diuji pada setiap kedatangan dan sebelum dituangkan ke
tangki penyimpan AMP untuk penetrasi pada 25 oC (SNI 06-2456-
1991) dan Titik Lembek (SNI 06-2434-1991). Aspal yang dimodifikasi
juga harus diuji untuk stabilitas penyimpanan sesuai dengan ASTM
D5976 part 6.1 dan dapat ditempatkan dalam tangki sementara sampai
hasil pengujian tersebut diketahui. Tidak ada aspal yang boleh
digunakan sampai aspal tersebut telah diuji dan disetujui.

6 Bahan Campuran
Persentase aspal yang aktual ditambahkan ke dalam campuran ditentukan
berdasarkan percobaan laboratorium dan lapangan sebagaimana tertuang dalam
Rencana Campuran Kerja (JMF) dengan memperhatikan penyerapan agregat
yang digunakan. Pengujian percobaan penghamparan dan pemadatan lapangan
harus dilaksanakan dalam tiga langkah dasar berikut ini:
III-31

1. Perhitungan proporsi takaran agregat dari bahan tumpukan yang optimum


harus digunakan untuk penentuan awal bukaan pemasok dingin. Contoh
dari pemasok panas harus diambil setelah penentuan besarnya bukaan
pemasok dingin. Selanjutnya proporsi takaran pada pemasok panas dapat
ditentukan. Suatu Rumusan Campuran Rancangan (Design Mix Formula,
DMF) kemudian akan ditentukan berdasarkan prosedur Marshall. Dalam
segala hal DMF harus memenuhi semua sifat-sifat bahan dan sifat-sifat
campuran.
2. DMF, data dan grafik percobaan campuran di laboratorium harus
diserahkan pada Pengawas Pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan.
Pengawas Pekerjaan akan menyetujui atau menolak usulan DMF tersebut
dalam waktu tujuh hari. Percobaan produksi dan penghamparan tidak boleh
dilaksanakan sampai DMF disetujui.
3. Percobaan produksi dan penghamparan serta persetujuan terhadap
Rumusan Campuran Kerja (Job Mix Formula, JMF). JMF adalah suatu
dokumen yang menyatakan bahwa rancangan campuran laboratorium yang
tertera dalam DMF dapat diproduksi dengan instalasi pencampur aspal
(Asphalt Mixing Plant, AMP), dihampar dan dipadatkan di lapangan
dengan peralatan yang telah ditetapkan dan memenuhi derajat kepadatan
lapangan terhadap kepadatan laboratorium hasil pengujian Marshall dari
benda uji yang campuran beraspalnya diambil dari AMP.

Tabel 3.11 Ketentuan Sifat-Sifat Campuran Laston (AC)

Sumber : Speksifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan Tahun 2018


III-32

7 Pengujian Terhadap Aspal


Adapun macam-macam pengujian aspal, diantaranya adalah sebagai berikut:
7.1) Uji Penetrasi
Pengujian tersebut bertujuan untuk menentukan angka penetrasi aspal
yang akan menjadi acuan spesifikasi pada karakteristik lainnya.
7.2) Uji Daktilitas
Uji daktilitas aspal adalah suatu uji kualitatif yang secara tidak
langsung dapat digunakan untuk mengetahui tingkat adhesiveness atau
daktilitas aspal keras. Aspal dengan nilai daktilitas yang rendah adalah
aspal yang memiliki gaya adesi yang kurang baik dibandingkan dengan
aspal yang memiliki nilai daktilitas yang tinggi.
7.3) Uji Titik Lembek Aspal
Pengujian tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat suhu di mana
aspal mulai lembek akibat suhu udara sehingga dalam perencanaan
jalan dapat diperkirakan bahwa aspal yang digunakan masih tahan
dengan suhu di lokasi perencanaan jalan tersebut.
7.4) Uji Viskositas
Uji viskositas bertujuan untuk mengetahui tingkat kekentalan aspal.
7.5) Uji Titik Nyala dan Titik Bakar Aspal
Pengujian titik nyala dilakukan untuk memperkirakan temperatur
maksimum dalam pemanasan aspal sehingga dalam praktik di lapangan
pemanasan aspal tidak boleh melebihi titik nyala dan titik bakarnya.
Dalam percampuran aspal diusahakan untuk tidak melebihi titik nyala
karena bila dipanaskan melebihi titik nyala, aspal dapat menjadi keras
dan getas.
7.6) Uji Berat Jenis Aspal
Pada pengujian tersebut dihasilkan berat jenis aspal yang akan
digunakan dalam analisis campuran, yaitu pada formula berat jenis
maksimum campuran dan presentase rongga terisi aspal.
7.7) Uji Core Drill
Tujuan dari pengujian core drill yaitu untuk menentukan atau
mengambil sampel perkerasan di lapangan sehingga bisa diketahui
III-33

tebal perkerasannya serta untuk mengetahui karakteristik campuran


perkerasan. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui secara tepat
susunan struktur dari suatu konstruksi jalan, jenis perkerasan,
persentase susunan dan untuk memeriksa perubahan dari struktur jalan.
Pengambilan sampel dilakukan setiap 100 meter.
Peralatan yang digunakan antara lain :
1. Mesin Core Drill
2. Pompa Air
3. Alat untuk menutup lubang bekas pengeboran.

3.3.5 Pekerjaan Bahu Jalan


Bahu jalan adalah bagian jalan yang terletak antara tepi luar jalur lalu lintas
dan garis potongan antara bidang permukaan atas dan bidang lereng badan jalan.
Pekerjaan bahu jalan mencakup penyediaan material, pengangkutan, pemasangan,
dan pemadatan bahan untuk bahu pada tanah dasar yang telah disiapkan.Bahan atau
material yang digunakan untuk pekerjaan bahu jalan adalah batu pecah (kelas S),
berdasarkan spesifikasi mengenai ukuran, gradasi, dan persyaratan teknik lainnya
sesuai pada Tabel 3.12 dan Tabel 3.13

Tabel 3.12 Gradasi Lapis Pondasi Agregat Kelas S


Persen Berat Yang Lolos
Ukuran Ayakan
Lapis Pondasi Agregat Lapis
ASTM (mm) Kelas A Kelas B Kelas S Drainase
2” 50 100
1 ½” 37,5 100 88 - 95 100 100
1“ 25,0 79 – 85 70 - 85 27 - 89 71 – 87
3/4'” 19,0 58 – 74
½” 12,5 44 – 60
3/8” 9,50 44 – 58 30 - 65 41 - 66 34 – 50
No. 4 4,75 29 – 44 25 - 55 26 - 54 19 – 31
No. 8 2,36 8 – 16
III-34

No.10 2,0 17 – 30 15 - 40 15 - 42
No.16 1,18 0–4
No.40 0,425 7 – 17 8 - 20 7 - 26
No.200 0,075 2–8 2-8 4 - 16
Sumber: Speksifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan Tahun 2018

Tabel 3.13 Sifat-sifat Lapis Pondasi Agregat Kelas S


Lapis Pondasi Agregat Lapis
Sifat – sifat
Kelas A Kelas B Kelas S Drainase

Abrasi dari Agregat Kasar (SNI 0 - 40 % 0 - 40 % 0 - 40 % 0 – 40 %


2417:2008)
Butiran pecah, tertahan ayakan
95/90” 55/50” 55/50” 80/75”
No. 4 (SNI 7619: 2012)
Indek Plastisitas (SNI 0-6 0 - 10 4 – 15 -
1966:2008)
Hasil kali Indek Plastisitas
maks. 25 - - -
dengan % Lolos Ayakan No.200
Batas Cair (SNI 1967:2008) 0 - 25 0 - 35 0 – 35 -
Gumpalan lempung dan butiran-
butiran mudah pecah (SNI 03- 0-5% 0-5% 0-5% 0–5%
4141-1996)
Perbandingan persen lolos ayakan
Maks 2/3 Maks 2/3 - -
No.200 dan No.40
CBR rendaman (SNI 1744:2012) min.90 min.60 min.50
-
% % %
Perbandingan Persen Lolos
Maks.2/3 Maks.2/3 - -
Ayakan No.200 dan No.40
Koefisien Keseragaman : Cv =
- - - > 3,5
D60/D10
Sumber: Speksifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan Tahun 2018
III-35

3.3.6 Pekerjaan Drainase


3.3.6.1 Pekerjaan Saluran Samping ( Pasangan Batu dengan Mortar)
Pada pekerjaan ini, kriteria bahan yang harus dipenuhi antara lain:
1. batu harus terdiri dari batu alam atau batu dari sumber bahan yang tidak
terbelah, yang utuh (sound), keras, awet, padat, tahan terhadap udara dan air,
dan cocok dalam segala hal untuk fungsi yang dimaksud.
2. mutu dan ukuran batu harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebelum
digunakan. Batu untuk pelapisan selokan dan saluran air sedapat mungkin harus
berbentuk persegi.
3. kecuali ditentukan lain oleh gambar atau spesifikasi, maka semua batu yang
digunakan untuk pasangan batu dengan mortar harus tertahan ayakan 10 cm.

3.3.6.2 Pekerjaan Gorong – Gorong


Pada pekerjaan ini menggunakan gorong-gorong pipa beton dengan diameter 100
cm, kriteria bahan yang harus dipenuhi antara lain:
1. Landasan
Bahan berbutir kasar untuk landasan drainase beton, gorong-gorong pipa dan
struktur lainnya harus seperti yang disyaratkan. Bahan berbutir yang digunakan
sebagai landasan dapat berupa kerikil berpasir atau batu pecah dan harus
memenuhi ketentuan berikut ini:
1) Ukuran Butiran Maksimum
(SNI 3423:2008) : 20 mm atau kurang, tetapi paling sedikit dua
kali celah maksimum antara dua pipa yang
disambung tanpa adukan.
2) Lolos Ayakan No. 200
(SNI ASTM C117:2012) : Maksimum 15 %.
3) Indeks Plastisitas
(SNI 1996:2008) : Maksimum 6
4) Batas Cair
(SNI 1967:2008) : Maksimum 25
Bahan-bahan tersebut harus bergradasi menerus, bukan bergradasi seragam.
III-36

2. Gorong – Gorong Pipa Beton


Gorong – Gorong Pipa Beton harus menggunakan beton pra cetak dengan mutu
beton K 350 (fc’ 30 MPa) dan harus memenuhi persyaratan AASHTO M170-
07.
3. Adukan
Adukan untuk sambungan pipa dan kelilingnya harus dari adukan semen yang
mempunyai kuat tekan paling sedikit 50 kg/cm2 (4,5 MPa) pada umur 28 hari
dengan benda uji coba 50 mm x 50 mm. (Spesifikasi Umum Bahan Jalan dan
Jembatan, 2018),
4. Bahan Penyaring (filter)
Bahan penyaring (filter) atau bahan porous untuk penimbunan kembali yang
digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam
SNI 02-4822-1998 (Spesifikasi Umum Bahan dan Jalan dan Jembatan,
jembatan 2018),
5. Penimbunan kembali
Bahan timbunan yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi ketentuan
yang disyaratkan dalam SNI 02-4822-1998 (Spesifikasi Umum Bahan dan Jalan
dan Jembatan, jembatan 2018).

3.3.7 Pekerjaan Pelengkap


3.3.7.1 Pekerjaan Marka Jalan
Cat haruslah berwarna putih atau kuning seperti yang ditunjukan dalam
gambar. Dapat menggunakan marka jalan bukan termoplatic (SNI 06-4825-1998) atau
menggunakan marka jalan termoplastic yaitu jenis padat, bukan padat (SNI 06-4826-
1998).
3.3.7.2 Pemasangan Patok Kilometer dan Hektometer
Beton yang digunakan pracetak harus dari kelas K-175.
3.3.7.3 Pemasangan Rambu Lalu Lintas
1. Pelat rambu harus merupakan lembaran rata dari campuran aluminium keras
5052 – H34 sesuai dengan ASTM B 209 dan harus mempunyai suatu
ketebalan minimum 2 mm. Lembaran tersebut harus bebas dari gemuk,
III-37

dikasarkan permukaannya (dietsa), dinetralisir dan diproses sebelum


digunakan untuk plat rambu.
2. Tiang rambu harus merupakan pipa baja berdiameter minimum 40 mm,
digalvanisir dengan proses celupan panas, sesuai dengan SNI 07-0242.1-
2000.
3.3.7.4 Pemasangan Kereb (Median)
Beton yang digunakan untuk median kerb pracetak harus dari kelas K300 (fc’25 Mpa)
sesuai dengan SNI 2442:2008.
3.3.7.5 Lampu Penerangan Jalan
Tiang lampu yang digunakan adalah tiang lampu dengan lengan ganda. Tiang
lampu ini diletakkan di bagian tengah / median sesuai dengan SNI 7391:2008

1.3 Kualifikasi Tenaga Kerja


Tenaga kerja merupakan salah satu unsur penting dalam pelaksanaan suatu proyek
karena pengaruhnya yang cukup besar terhadap biaya dan waktu penyelesaian suatu
pekerjaan proyek. Menurut kualitasnya tenaga kerja dikelompokkan sebagai
berikut :
1. Tenaga Kerja Ahli
Tenaga kerja ahli adalah tenaga kerja yang memiliki suatu keahlian atau
kemahiran dalam bidang karena sekolah atau pendidikan formal dan non
formal.
2. Tenaga kerja Terampil
Tenaga kerja terampil adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian dalam bidang
tertentu dengan melalui pengalaman. Tenaga kerja ini dibutuhkan
latihan secara berulang-ulang sehingga mampu menguasai pekerjaan tersebut.
3. Tenaga Kerja Tidak Ahli Dan Tidak Terampil (Non Skill)
Tenaga kerja tidak ahli dan tidak terampil adalah tenaga kerja kasar yang hanya
mengandalkan tenaga saja.

Namun perlu diperhatikan juga bahwa manusia merupakan sumber daya yang
komplek dan sulit diprediksi sehingga diperlukan adanya usaha dan pemikiran lebih
III-38

mendalam dalam pengelolaan tenaga kerja. Dalam manajemen tenaga kerja


terdapat proses pengambilan keputusan yang berhubungan dengan:

1. Penentuan ukuran dan jumlah tenaga kerja.


2. Recruitment dan pembagian tenaga kerja kedalam kelompok kerja.
3. Komposisi tenaga kerja untuk setiap jenis pekerjaan.
4. Pengendalian jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan selama proyek
berlangsung.
5. Perencanaan, penjadualan, pengarahan dan pengawasan kegiatan tenaga kerja.

Dalam hal ini tenaga kerja yaitu semua orang yang terlibat dalam pelaksanaan suatu
proyek, baik dari yang ahli/ profesional sampai tenaga kerja pemborong/ buruh.
Penempatan tenaga kerja harus disesuaikan antara keahlian tertentu sehingga
pekerjaan yang dihasilkan manjadi efisien dan efektif. Dalam pelaksanaan
pekerjaan, tenaga kerja dibagi beberapa bagian sebagai berikut:
1. Tenaga kerja ahli, adalah pegawai yang ditempatkan dalam pekerjaan proyek
yang sedang berlangsung. Jenis tenaga kerja ini memegang peranan yang
penting terhadap sistem koordinasi dan sistem manajemen dengan tenaga kerja
lainnya untuk menghasilkan prestasi yang baik dalam melaksanakan pekerjaan.
Meliputi tenaga pelaksana yang tingkat pendidikannya sarjana, sarjana muda
dan memiliki pengalaman dibidang masing-masing;
2. Mandor, dituntut untuk memiliki pengetahuan teknis dalam taraf tertentu,
misalnya: dapat membaca gambar konstruksi, dapat membuat perhitungan
ringan, dapat membedakan kualitas bahan bangunan yang akan digunakan,
menangani pekerjaan acuan, pembesian, pengecoran, dan mengawasi
pekerjaan tenaga kerja bawahannya;
3. Tenaga tukang, harus ahli dalam bidangnya berdasarkan pengalaman dan cara
kerja yang sederhana. Tukang dalam proyek ’tempat penulis kerja praktek’
dibagi menjadi lima bagian yaitu tukang besi (rebarman), tukang batu (mason),
tukang kayu (carpenter), tukang las, dan tukang listrik . Tukang besi mengurusi
segala macam kegiatan yang berhubungan dengan pembesian/pemasangan
tulangan, tukang batu bertugas dalam pengecoran dan pembuatan lantai kerja,
III-39

tukang kayu bertugas untuk mengurusi segala macam pekerjaan yang


berhubungan dengan kayu baik bekesting hingga servis lainnya;
4. Tenaga kasar, memerlukan kondisi yang kuat dan sehat untuk pengangkutan
bahan, alat, dan lain – lain;
5. Tenaga keamanan (security), bertugas menjaga keamanan lokasi proyek,
prosedur penerimaan tamu serta membuka dan menutup pintu jika ada
concrete mixer truck, concrete pump truck maupun truk bahan bangunan yang
akan masuk ke lokasi proyek.

3.4.1 Tenaga Kerja Ahli


Tenaga Ahli adalah tenaga dengan sertifikat keahlian berdasarkan klasifikasi dan
kualifikasi yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan tentang jasa konstruksi. (Sumber : Perlem No.5 Tahun 2017-LPJK
(3:2017)) Pada Tabel 3.14 menjelaskan mengenai klasifikasi tenaga kerja ahli.

Table 3.14 Klasifikasi Tenaga Kerja Ahli Konstruksi


Klasifikasi/Sub
No. Pengalaman
No Klasifikasi Pendidikan Minimal
Kode Kerja
(SKA)
S1 Teknik Sipil
General Superintendent
1. 202 Min. 10 Tahun
Mempunyai SKA
(Ahli Teknik Jalan)
Madya Teknik Jalan
Klasifikasi/Sub
No. Pengalaman
No Klasifikasi Pendidikan Minimal
Kode Kerja
(SKA)
Chief Traffic / Safety
D3 Teknik Sipil
Engineer
2. 603 Min. 5 Tahun
Mempunyai SKA
(Ahli K3 Konstruksi
Madya Teknik Jalan
Jalan)
Deputy General S1 Teknik Sipil
Superintendent
3. 202 Min. 10 Tahun
Mempunyai SKA Muda
(Ahli Teknik Jalan) Teknik Jalan
Logistik D3 Teknik Sipil
4. 601 Min. 5 Tahun
III-40

(Ahli Manajemen Mempunyai SKA


Konstruksi) Madya Manajemen
Konstruksi
Quality Control / D3 Teknik Sipil
Quality Technician
5. 604 Mempunyai SKA Min. 2 Tahun
(Ahli Sistem Madya Sistem
Manajemen Mutu) Manajemen Mutu
S1 Teknik Sipil
Quantity Engineer
6. 604 Mempunyai SKA Min. 2 Tahun
(Ahli Sistem
Madya Sistem
Manajemen Mutu)
Manajemen Mutu
(Sumber : Lampiran 21 Perlem No.5 Tahun 2017-LPJK (65:2017))

3.4.2 Tenaga Kerja Terampil


Tenaga Terampil adalah tenaga dengan sertifikat keterampilan berdasarkan
klasifikasi dan kualifikasi yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang undangan tentang jasa konstruksi. (Sumber : Perlem No.6 Tahun 2017-
LPJK (3:2017)) Pada Tabel 3.15 menjelaskan mengenai klasifikasi tenaga kerja
terampil.
Table 3.15 Klasifikasi Tenaga Kerja Terampil Konstruksi
No. Pengalaman
No Bidang/ Sub-Bidang Pendidikan Minimal
Kode Kerja
- SMK
Juru Gambar/draftman
1. TS-003 - Mempunyai SKT Min. 5 Tahun
sipil
Drafter Tingkat 2
Juru Ukur/ Teknisi - D3 Teknik Sipil
2. Survey Pemetaan/ TS-004 - Mempunyai SKT Min. 5 Tahun
Surveyor surveyor Tingkat 1
No. Pengalaman
No Bidang/ Sub-Bidang Pendidikan Minimal
Kode Kerja
- D3 Teknik Sipil
Pelaksana Lapangan
3. TS-028 - Mempunyai SKT Min. 5 Tahun
Pekerjaan Jalan
Jalan Tingkat 1
- D3 Teknik Sipil
Pelaksana Pekerjaan
4. TS-045 - Mempunyai SKT Min. 5 Tahun
Jalan
Jalan Tingkat 1
-D3 Accounting /
Admin & Accounting
5. TL-002 Teknik Sipil Min. 2 Tahun
-Tidak wajib ada SKT
6. Assistant Quality TS-045 - D3 Teknik Sipil Min. 2 Tahun
III-41

- Mempunyai SKT
jalan Tingkat 1
Mandor
1. Mandor Tukang Batu TL-005
- SMP/Sederajat
2. Mandor Tukang Kayu TL-006
7. - Mempunyai SKT Min. 5 Tahun
3. Mandor Tanah TL-008
Tingkat 2 dibidannya
4. Pekerjaan Perkerasan TS-061
Aspal
Tukang - Memiliki
a. Pekejaan Tanah TS-011 Kemampuan baca dan
8. Min. 2 Tahun
b. Perkerasan TS-017 tulis
Jalan(Paving)
Min. 2 Tahun
- Memiliki pernah bekerja
Pekerja TS-021
9. kemampuan baca dan dibidang
a. Aspal Jalan Perkerasan
tulis
Aspal
(Sumber : Lampiran 21 Perlem No.6 Tahun 2017-LPJK (70:2017)
BAB IV
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

4.1 Uraian Umum


Menurut Peraturan Menteri PU Nomor: 06/PRT/M/2008, metode pelaksanaan
adalah cara pelaksanaan pekerjaan konstruksi berdasarkan urutan kegiatan yang
logik, realistik dan dapat dilaksanakan dengan menggunakan sumber daya secara
efisien.
Pembangunan Ruas Jalan Salatiga – Ngablak Bts. Kabupaten Magelang STA
48+900 – STA 51+100 Provinsi Jawa Tengah merupakan pembangunan jalan baru.
Sebelum aktifitas proyek dimulai, pemilik proyek, konsultan pengawas, dan
kontraktor melakukan beberapa rencana pelaksanaan pekerjaan yang harus
dilakukan secara optimal, seperti pembuatan Time Schedule, NWP (Net Work
Planing), Kurva S, dan Bar Chart.
Dalam rencana pelaksanaan pekerjaan ini, diantaranya membahas hal – hal terkait
metode pelaksanaan pekerjaan pada pekerjaan persiapan, pekerjaan konstruksi, dan
pekerjaan akhir.
a. Pekerjaan persiapan meliputi pengukuran, mobilisasi, papan nama proyek,
direksi keet, pengujian laboratorium dan lapangan, penyediaan air dan listrik,
dokumentasi, manajemen dan keselamatan kerja, serta asuransi dan administrasi.
b. Pekerjaan konstruksi meliputi pekerjaan tanah, perkerasan berbutir, perkerasan
aspal, bahu jalan, drainase, median jalan, pelengkap jalan, dan pemeliharaan
rutin.
c. Pekerjaan akhir meliputi pemeliharaan dalam waktu yang sudah ditentukan.
Pada masing-masing pekerjaan diperlukan pengendalian pekerjaan, terutama pada
mutu bahan yang digunakan, hal ini bertujuan untuk mengoptimalkan pekerjaan.
Untuk lebih jelasnya, lihat gambar 4.1 :

IV-1
IV-2

MULAI
A. Pengukuran
Awal

a. Tenaga Kerja
1. Pek. Persiapan B. Mobilisasi b. Peralatan Konstruksi
c. Penyediaan Air Kerja &
Listrik
C. Papan Nama Proyek
D. Direksi Keet

A. Pengujian
Laboratoorium &
Lapangan
B. Pgendalian Lalu
Lintas
C. Administrasi dan
Dokumentasi
D. Asuransi a. Pembersihan Lahan
b. Galian Tanah
c. Timbunan Tanah
A. Pek. Tanah
d. Penyiapan Tanah Dasar

a. Pek. Saluran Samping


B. Pek. Drainase b. Pek. Gorong - Gorong

C. Pek. Perkerasan a. Lapis Pondasi Atas


Berbutir b. Lapis Pondasi Bawah

a. Lapis Prime Coat


D. Pek. Perkerasan b. Lapis Take Coat
Aspal c. Lapis Laston

2. Pek. Konstruksi E. Pek. Bahu Jalan a. Lapis Pondasi Bahu


Jalan

a. Patok Kilometer &


F. Pek. Pelengkap Hektometer
b. Pek. Marka Jalan
Jalan c. Pek. Rambu – Rambu
Lalu Lintas
d. Pek. Lampu
Penerangan Jalan

SELESAI G. Pek. a. Demobilisasi


Pemeliharaan b. Pembersihan Akhir
c. Pemeliharaan
Rutin

Gambar 4.1 Flowchart Langkah – Langkah Pekerjaan Konstruksi


IV-3

4.2 Pekerjaan Persiapan


Pada pelaksanaan Pembangunan Ruas Salatiga – Ngablak Bts. Kabupaten
Magelang STA 48+900 – STA 51+100 Provinsi Jawa Tengah ini, terdapat beberapa
pekerjaan yang harus dilaksanakan antara lain pekerjaan persiapan.
Pekerjaan persiapan merupakan langkah awal dalam proses pembangunan
proyek. Pekerjaan persiapan ini dilaksanakan sebelum pekerjaan konstruksi dimulai
dan setelah struktur organisasi terbentuk, berguna agar segala hambatan yang ada
dilapangan sebelum memulai pelaksanaan pembangunan dapat di minimalisir.
Pekerjaan persiapan meliputi pembuatan schedule dan rencana kerja,
pekerjaan pengukuran, mobilisasi, papan nama proyek, direksi keet, pengujian
laboratorium dan lapangan, penyediaan air dan listrik, dokumentasi, manajemen
dan keselamatan lalu lintas, serta asuransi dan administrasi.

4.2.1 Membuat Schedule dan Rencana Kerja


Schedule merupakan bagian penting dalam melakukan kegiatan konstruksi, sebagai
acuan dasar yang akan dilakukan. Di dalam schedule dan rencana kerja, minimal
telah diidentifikasi urutan dan kurun waktu bagi masing-masing kegiatan. Sebagai
bagian dari unsur perencanaan yang spesifik dalam penyelenggaraan proyek, maka
schedule dan rencana kerja berguna sebagai :
a) Sarana pengendalian yang dipakai sebagai acuan dalam mengkaji waktu
penyelesaian suatu pekerjaan;
b) Menguraikan berbagai kegiatan yang perlu mendapat prioritas supaya
penyelesaian proyek sesuai dengan waktu yang ditentukan;
c) Alat untuk mengevaluasi kemajuan pelaksanaan pekerjaan yang dicapai serta
kemajuan bobot pekerjaan dengan waktu yang dijadwalkan.

4.2.2 Pekerjaan Pengukuran


Pekerjaan pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah pekerjaan Land Clearing
dan dilakukan sepanjang proyek tersebut berlangsung. Pengukuran ini meliputi
pekerjaan pengukuran trase jalan / as jalan, dan geometrik jalan untuk mengetahui
dan menentukan peil (ketinggian) bangunan serta ukurannya. Pekerjaan
pengukuran tergabung dalam satu tim yang dilakukan oleh orang yang benar-benar
IV-4

berpengalaman dalam bidang tersebut untuk bertugas melakukan survei lapangan.


Disamping itu juga diperlukan peralatan yang memadai, karena jika alat yang
dipergunakan tidak baik maka dapat mengakibatkan pengukuran yang tidak teliti.
Sebagai referensi untuk pengukuran elevasi (titik duga), yaitu berupa titik BM
(Bench Mark) atau titik ikat ketinggian.
1. Alat
a) Theodolit
Theodolit adalah alat yang digunakan untuk mengatur, menentukan elevasi
dan sudut konstruksi, tata letak bangunan dan ketegakan vertikal struktur.
Pengukuran oleh Theodolit dilengkapi dengan teropong pembaca dan mistar
ukur untuk pembacaan elevasi. Sedangkan untuk menentukan sudut struktur
terhadap suatu titik tetap, maka struktur tersebut diwakili oleh titik-titik
sudutnya yang didapat dari pembacaan sudut Theodolit.
Theodolit yang dipakai pada proyek ini adalah Sokkia DT– 740 (Digital
Theodolite) sebanyak 1 unit.
b) Waterpass
Waterpass merupakan alat survey yang lebih simpel dibandingkan dengan
theodolit. Selain instrument ini lebih kecil dan ringan, bagian-bagian di
dalamnya pun lebih sedikit sehingga fungsi dan kegunaan di lapangan juga
terbatas. Fungsi waterpass di lapangan di antaranya digunakan untuk
mengukur elevasi atau ketinggian tanah.
Waterpass yang dipakai pada proyek ini adalah SOKKIA B40 sebanyak 1
unit.
c) Alat Bantu (bak ukur, jalon dan statif, rol meter, palu, unting - unting dll)
2. Bahan
a) Patok Bm, Patok Cp, dan Patok Kayu
b) Paku payung, Spidol permanent + cat dan Benang
c) Alat tulis
3. Tenaga
a) Surveyor (Juru Ukur)
b) Asisten Surveyor
4. Prosedur Pelaksanaan
IV-5

Pekerjaan yang dilakukan dalam pengukuran ini adalah sebagai berikut :

1. Pengukuran As Jalan
Letak titik BM (Bench Mark) telah ditentukan sebelumnya oleh Direksi
Teknik. Prosedur pelaksanaan Penentuan As Jalan pada Jalan Lurus adalah
sebagai berikut:
(a) Mendirikan pesawat Theodolit pada titik BM dengan kondisi centering
dan leveling serta mengukur tinggi pesawat.
(b) Membidik arah utara dengan sudut H = 0°00’00’’, kemudian memutar
teropong sebesar sudut α1.
(c) Memasang patok pada arah bidikan teropong yang kemudian dengan
menarik roll meter dari titik BM dengan jarak d1 sesuai data direksi
teknik maka didapat titik STA 48+900.
(d) Memindahkan pesawat Theodolit pada titik STA 48+900 dengan arah
bidikan teropong ke titik BM dengan sudut H= 0°00’00’’ serta
mengukur ketinggian pesawat kemudian memutar teropong sebesar
sudut H = α2 ukur jarak dari STA 48+900 sepanjang 50 meter untuk
menentukan titik berikutnya (STA 48+950).
(e) Mendirikan patok pada titik tersebut dengan diberi tanda elevasi
rencana.
(f) Ulangi langkah–langkah tersebut sampai stationing terakhir sehingga
akan didapat rute atau trase as jalan dari STA 48+900 sampai STA
51+100, pengukuran As Jalan ditunjukan pada Gambar 4.2.
IV-6

a1 α 1
BM

d1

α3
a2α 2 a3 dα24
2 d2 2 d3 2 d4
STA 48+900 STA 48+950 STA 49+000 STA 49+000

50 m 50 m 50 m

Gambar 4.2 Pengukuran As Jalan pada Jalan Lurus


Prosedur Pelaksanaan Pengukuran as jalan pada tikungan dilaksanakan
dengan cara sebagai berikut:
(a) Mendirikan pesawat di titik T1 (awal tikungan), lalu cek kondisi
Leveling dan Centering, lalu ukur tinggi pesawat,
(b) Pesawat membidik titik M1 dengan kondisi sudut horisontal
(0°00’00’’).
(c) Pesawat diputar membidik titik M2 dengan sudut 180 + β1, lalu ukur
jaraknya dengan rol meter,
(d) Pesawat dipindah ke titik M2, cek kondisi Leveling dan Centering, lalu
ukur tinggi pesawat,
(e) Pesawat membidik titik M1 dengan sudut horisontal (0°00’00’’).
(f) Pesawat diputar membidik titik M3 dengan sudut putaran 180 + β2, lalu
ukur jaraknya dengan rol meter,
(g) Ulangi langkah yang sama pada titik M2 dan M3 sampai pada titik
terakhir (T2) pada alinyemen horisontal, seperti ditunjukkan pada
Gambar 4.5.
IV-7

Gambar 4.3 Pengukuran As Jalan pada Tikungan STA 49+350


2. Pelaksanaan Penggeseran Patok As Jalan pada Medan Lurus
Dalam pelaksanaan pengukuran pada pelaksanaan konstruksi jalan raya,
patok mempunyai peranan yang sangat penting. Patok yang dipasang pada
as jalan biasanya digeser dengan menentukan satu titik tetap.
Pemindahan patok ini dimaksudkan agar pada saat pekerjaan tanah
dikerjakan, patok-patok tersebut tidak hilang dan tidak perlu melakukan
pengukuran ulang.
Prosedur pelaksanaan untuk medan lurus :
(a) Pesawat theodolit ditempatkan diluar badan jalan antara titik awal (STA
48+900) dan titik akhir (STA 51+100) ;
(b) Pasang patok (T1) kemudian Pesawat theodolit didirikan di atasnya, atur
agar centering dan levelling, kemudian ukur tinggi Pesawat theodolit
serta membidik arah utara dengan sudut Horizontal = 0000’00” ;
(c) Pasang patok A, kemudian ukur jaraknya (X1>15 m diluar badan jalan)
dan tegak lurus dengan as jalan rencana, agar tidak mengganggu
jalannya pekerjaan jalan ;
(d) Pesawat theodolit membidik titik A, catat sudutnya horisontal
(0º00”00”) kemudian pesawat theodolit membidik titik awal (STA
48+900) catat sudutnya (a1), dan Pesawat theodolit membidik titik
akhir (STA 49+000) catat sudutnya (a2) ;
IV-8

(e) Ulangi langkah yang sama pada STA 48+950 dengan STA 49+000,
hingga titik akhir (STA 51+100).
Berikut adalah sketsa pergeseran as jalan pada jalan lurus :

Ke arah Ngablak Ke arah Salatiga


BM

STA 48+900 STA 48+950 STA 49+000


Co
d2 d4
d1 α1 X1 d3 α2
α1 α1
T1 T2

A B
P P

50 m 50 m

Keterangan :
A, B : Patok pergeseran as jalan
P : Pesawat
T1,T2 : Patok
X1, X2 : Jarak STA dengan patok pergeseran
a1, a2 : Sudut terhadap patok As
d1, d2, d3 : Jarak pesawat dari patok As sesungguhnya

Gambar 4.4 Pergeseran patok as jalan pada medan lurus


Prosedur pelaksanaan untuk medan menikung :
1. Pasang patok (T1) diluar badan jalan, kemudian Pesawat Theodolit
didirikan di atasnya, atur agar Centering dan Levelling, kemudian ukur
tinggi Pesawat Theodolit serta sudut horisontal (0º00”00”)
2. Pasang patok A, kemudian ukur jaraknya (X1) tegak lurus terhadap
garis bidang
3. Jarak antara garis bidang dengan patok-patok as jalan (M3, M1, SC,
M4, dst) sudah diketahui pada pengukuran Alinyemen Horizontal
4. Pesawat Theodolit membidik titik A, catat sudutnya kemudian pesawat
Theodolit membidik titik awal (TS) catat sudutnya
5. Pesawat Theodolit membidik titik M3 catat sudutnya, kemudian
Pesawat Theodolit membidik titik B catat sudutnya, serta ukur jaraknya
(X2)
IV-9

6. Ulangi langkah yang sama pada titik SC dengan jarak X4 dan titik M4
dengan jarak X5, sampai pada titik terakhir pada Alinyemen Horizontal
(ST).

PI

T
T
M M M
T M 3 SC CS
4 5
X X M
T M 1
X 4 5 2 M
3 X
3 6
2 E
D
T C S
S X B U T
1
A T1
P

Keterangan :
A, B, C, D : Patok pergeseran as jalan
P, T1 : Pesawat, Patok
X1, X2, X3, X4 : Jarak titik lengkung Horizontal dengan patok
pergeseran

Gambar 4.5 Pergeseran Patok As Jalan Pada Medan Menikung


3. Pengukuran Profil Memanjang
Tujuan :
1. Untuk menetukan elevasi titik-titik sepanjang sumbu jalan dengan jarak
50 m untuk medan lurus dan 25 m untuk medan lengkung.
2. Mengetahui daerah galian dan timbunan.
3. Menghitung volume galian dan timbunan yang berkaitan dengan profil
melintang.
Prosedur pelaksanaan pengukuran profil memanjang :
1. Letakkan pesawat Waterpass di patok BM, atur agar Levelling,
2. Untuk mengontrol dengan memutar sekrup pesawat Waterpass kesegala
arah, bila gelembung nivo tetap berada ditengah maka pesawat
Waterpass sudah Levelling,
IV-10

3. Pesawat Waterpass diputar searah jarum jam ketitik STA 51+100, ukur
tinggi pesawat baca BA, BT, BB, maka Δl BM As dan elevasi As dapat
diketahui,
4. Pindahkan pesawat Waterpass diantara titik STA 48+900 dan titik STA
yang akan dibidik (misal STA 48+950), setel pesawat waterpass hingga
levelling,
5. Arahkan teropong ketitik STA 48+900, baca BA, BB, BT,
6. Pesawat waterpass diputar searah jarum jam kearah titik 48+950, lalu
bidik, baca BA, BT, BB maka Δl As 48+900 As 48+950 diketahui,
7. Ulangi langkah tersebut sampai Stasioning terakhir sehingga didapat
pengukuran pulang dan pergi untuk Elevasi profil memanjang STA
48+900 – STA 49+000,
8. Didapat Elevasi As jalan untuk membuat potongan memanjang,
pengukuran profil memanjang ditunjukan pada Gambar 4.8.
BM P
P

STA 48+950 STA 49+050

STA48+900 STA 49+000

P P

Arah ke Ngablak Arah ke Salatiga

50 m 50 m 50 m

Gambar 4.6 Pengukuran Profil Memanjang

4. Pengukuran Profil Melintang


Tujuan pengukuran profil melintang adalah :
1. Menentukan elevasi rencana jalan sehingga mengetahui potongan galian
dan timbunan yang berkaitan dengan perhitungan volume.
2. Mobilisasi untuk galian dan timbunan ke luar tempat pembuangan akhir.
Prosedur pelaksanaan pengukuran profil melintang :
1. Tempatkan pesawat waterpass pada patok BM,
IV-11

2. Menyetel pesawat waterpass hingga siap pakai,


3. Mengarahkan pesawat Waterpass kearah titik STA yang akan diambil
data Crossnya, kemudian baca bacaan benang atas, benang tengah dan
bacaan benang bawahnya,
4. Menggambar (sket) penampang melintang titik STA yang diambil dan
camtumkan jaraknya yaitu pengukuran dengan menggunakan roll meter,
5. Mengarahkan pesawat Waterpass pada titik detail yang bersangkutan,
titik detail adalah titik yang berada tegak lurus terhadap STA, kemudian
ulangi langkah – langkah nomor 3 dan 4,
6. Baca bacaan benang tengah, atas dan bawah dan ukur jaraknya,
7. Memindahkan pesawat Waterpass pada titik STA selanjutnya dan
menyetel pesawat Waterpass hingga siap digunakan,
8. Ulangi langkah – langkah 3, 4 dan 5 untuk titik selanjutnya
9. Pengukuran Profil Melintang ditunjukan pada Gambar 4.9.

Gambar 4.7 Pengukuran Profil Melintang

5. Pengukuran Bahu Jalan


Adapun prosedur pelaksanaannya sebagai berikut :
1. Titik As Jalan merupakan pedoman titik untuk mengukur bahu jalan,
titik As jalan ini telah diketahui dari pengukuran As jalan sebelumnya;
IV-12

2. Pertama, Waterpass ditempatkan pada titik As Jalan lalu bidik ketitik A


dan B;
3. Pada titik A dan B pasang bak ukur dan baca elevasi rencananya
kemudian pasang patok;
4. Lakukan dengan cara yang sama untuk titik C dan D;
5. Dengan menggunakan cat tandai patok-patok tersebut untuk ketinggian
yang direncanakan (titik A,B,C dan D), seperti ditunjukkan gambar
4.10.

As
A B 2% 2% C D
sss
4% 4%
Gambar 4.8 Pengukuran Bahu Jalan
6. Pengukuran Saluran Samping
Adapun prosedur pelaksanaannya sebagai berikut :
(a) Pertama, Waterpass ditempatkan pada titik A lalu bidik ketitik B, C, D
dan E (yang mengalami perubahan train);
(b) Khusus untuk titik B dan C dibuatkan titik ikat untuk menjaga lokasi
titik tersebut agar aman apabila akan dilakukan galian atau timbunan;
(c) Pada titik A, B, C, D dan E pasang bak ukur dan baca elevasi rencananya
kemudian pasang patok;
(d) Lakukan dengan cara yang sama untuk titik F, G, H, I dan J;
(e) Dengan menggunakan cat tandai patok-patok tersebut untuk ketinggian
yang direncanakan (titik A, B, C, D, E, F, G, H dan I), seperti
ditunjukkan pada Gambar 4.11.
As
2% 2%
E D A FA I J
4% 4%
C B G H

Gambar 4.9 Pengukuran Saluran Samping


IV-13

7. Pengukuran Alinyemen Horizontal di Lapangan


Pengukuran lengkung horisontal pada STA 49+350 dan STA 49+950
menggunakan metode titik perantara koordinat dengan pesawat theodolit.
Prosedur pelaksanaannya sebagai berikut :
1) Mendirikan pesawat (P) theodolit pada titik TS yang telah diketahui
dari perhitungan dengan koordinat setempat (x,y) yang telah dicari saat
pengukuran penentuan as jalan. Atur pesawat theodolit hingga leveling
dan centering
2) Pesawat membidik titik A yaitu titik patok as jalan pada peralihan
medan lurus ke medan menikung pembacaan sudut H = 0º00’00”
3) kemudian putar pesawat, maka akan diketahui sudut H = α1,didapat
jarak lurus TS ke SC,maka didapat titik SC untuk membuat tikungan
4) Buat patok bantuan 1,2,3,4 sepanjang titik TS-SC sesuai langkah diatas
5) Ulangi langkah tersebut untuk pembuatan lengkung FC.

Gambar 4.10 Alinyemen Horizontal Sistem Koordinat STA 49+350


8. Pengukuran Alinyemen Vertikal di Lapangan
Prosedur Pelaksanaan Pengukuran Vertikal di Lapangan:
(a) Pemasangan patok pada as jalan,
(b) Setelah data-data alinyemen vertikal diketahui maka dirikan patok pada
awal lengkung, akhir lengkung dan titik yang lain (a,b dan c), diberi
tanda elevasi rencana,
IV-14

(c) Supaya pekerjaan galian dan timbunan berjalan lancar, pada waktu
pematokan alinyemen vertikal, patok tersebut diberi cat warna yang
berbeda, (misalnya : untuk timbunan cat warna merah dan untuk galian
cat warna kuning),
(d) Buat profil sesuai dengan gambar kerja dan harus disetujui oleh
Pengawas lapangan,
(e) Setiap pekerjaan pemasangan patok harus dikontrol kedudukan titik-
titik dalam koordinat dan elevasinya.
(f) Letak titik PLV, a, b, c dan PTV terletak pada stasioning dan elevasi
rencana. Alinyemen Vertikal Cembung ditunjukan pada Gambar 4.13
dan Alinyemen Vertikal Cekung ditunjukan pada Gambar 4.14.

PVI
Elevasi Rencana

Elevasi Tanah Asli


g1 = % g2 = %

PLV a b c PTV

Gambar 4.11 Potongan Memanjang Alinyemen Vertikal Cembung


IV-15

Elevasi Tanah Asli

Elevasi Rencana
Elevasi Rencana

g1 = % g2 = %

PVI

PLV a b c PTV

Gambar 4.12 Potongan Memanjang Alinyemen Vertikal Cekung


9. Benchmark
Semua benchmarks, baik berupa tugu beton permanen untuk koordinat
maupun sebagai batas kepemilikan, harus dilindungi dari gangguan apapun.
Jika titik itu rusak atau dipindahkan, maka harus diganti dan dikerjakan oleh
surveyor yang kompeten dengan biaya dari Kontraktor, bukan dibebankan
kepada Perencana atau Pemilik. Dokumentasi tentang pemindahan titik
tersebut harus diserahkan kepada Pemilik Pekerjaan atau Perwakilannya.

4.2.3 Mobilisasi
Mobilisasi adalah pengerahan untuk menyiapkan sumber daya seperti alat, bahan,
dan tenaga kerja yang digunakan sebagai pendukung kelancaran pelaksanaan
pekerjaan termasuk pembuatan jalan masuk proyek. Ruang lingkup kegiatan
mobilisasi adalah sebagai berikut :
1) Mobilisasi peralatan
Alat berat maupun alat ringan yang akan digunakan sudah dipersiapkan di
lapangan sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai. Pengadaan alat didasarkan
atas tingkat kebutuhan alat dari pekerjaan yang akan dilaksanakan. Untuk alat-
alat ringan ditempatkan di direksi keet, dan untuk alat-alat berat ditempatkan di
lapangan sekitar proyek dengan pengawasan dari guardman.
2) Mobilisasi bahan
Mobilisasi bahan meliputi pengadaan jumlah kebutuhan bahan, pengangkutan,
dan penempatan bahan di lokasi proyek. Pengadaan kebutuhan bahan harus
IV-16

mempertimbangkan volume pekerjaan, kemudahan, dan ketersediaannya


disekitar lokasi proyek serta disesuaikan dengan rencana kerja di lapangan,
karena keterlambatan bahan akan berpengaruh terhadap waktu pelaksanaan
pekerjaan. Mobilisasi untuk kebutuhan bahan bangunan sedapat mungkin
didatangkan dari sekitar lokasi proyek (setempat) dan memenuhi spesifikasi
yang sesuai pada dokumen kontrak.
Bahan-bahan yang akan digunakan disiapkan terlebih dahulu (untuk bahan yang
diperlukan pengujian, minimal didatangkan satu minggu sebelum bahan
dipakai) dan ditempatkan sesuai dengan tingkat ketahanannya terhadap cuaca.
Bahan yang tidak tahan terhadap cuaca ditempatkan di gudang, sedangkan
bahan yang tahan terhadap cuaca dapat diletakkan di lokasi dekat proyek
berlangsung tanpa mengganggu kegiatan lalu lintas maupun kegiatan lainnya.
3) Mobilisasi tenaga kerja
Mobilisasi tenaga kerja sesuai dengan struktur organisasi termasuk para pekerja
yang diperlukan dalam pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan. Mobilisasi
tenaga kerja dilakukan secara bertahap dan terjadwal sesuai kebutuhan
lapangan.
4.2.4 Papan Nama Proyek
Pembuatan papan nama proyek termasuk papan peringatan dimaksudkan untuk
peringatan kepada para pengendara dan pemakai jalan untuk berhati-hati apabila
akan melewati jalan tersebut karena dilokasi tersebut sedang dilaksanakan
pekerjaan konstruksi.
Dalam papan nama proyek harus tertera antara lain : Pemilik proyek, Nama
kegiatan, Nama paket, Nilai kontrak, Lokasi proyek, Waktu pelaksanaan, Tanggal
dimulai proyek, Tanggal selesai proyek, Jenis pekerjaan, Konsultan pengawas,
Penyedia barang / jasa (kontraktor), dan Layanan informasi.
Papan nama proyek dibuat dari pondasi beton sebagai perkuatan bagian bawah
konstruksi, kayu berukuran 5/7 dan papan nama memakai papan 2/20. Adapun
pemasangannya pada tempat yang mudah dilihat pada jalan yang dikerjakan, dan
biasanya pemasangan dilakukan pada awal proyek yaitu STA 48+900, dan akhir
proyek yaitu STA 51+100. Sebagaimana ditunjukan pada Gambar 4.15.
IV-17

Gambar 4.13 Papan Nama Proyek

4.2.5 Direksi Keet


Direksi Keet merupakan kantor yang berfungsi sebagai tempat berdiskusi
dan tempat pengawasan serta pengendalian proyek baik yang berhubungan dengan
mutu, administrasi, keuangan, pelaksanaan proyek, dan lain-lain sehingga proyek
dapat berjalan dengan lancar dan dapat memonitoring proses pelaksanaan proyek.
Pengadaan direksi keet dilakukan dengan menyewa rumah penduduk dan terletak
di STA 48+900. Alasannya lebih hemat daripada membuat direksi keet baru dan
lokasinya di dekat jalan untuk memudahkan mobilisasi material, alat, dan lain-lain.
Konstruksi direksi keet terdiri dari rangka kayu sebagai struktur atas,
dilapisi dinding triplek. Penutup atap terbuat dari bahan seng atau asbes, sedangkan
pada pondasi menggunakan pondasi umpak. Lantai bangunan direksi keet tak
bertingkat dengan finishing plesteran.
Selain direksi keet, basecamp juga sangat diperlukan pada sebuah proyek.
Basecamp adalah tempat penyimpanan material dan tempat untuk para pekerja
beristirahat. Selain itu juga terdapat gudang material.
Adapun basecamp pada proyek ini terletak di STA 49+000. Basecamp
dibangun tidak jauh dari lokasi proyek untuk mempermudah mobilisasi material ke
lokasi proyek agar setiap item pekerjaan dapat berjalan sesuai jadwal.
Berikut Direksi Keet dan Basecamp pada Proyek Pembangunan Ruas Jalan
Salatiga – Ngablak bts. Kabupaten Magelang STA 48+900 – 51+100 Provinsi Jawa
Tengah :
IV-18

Lokasi Akhir Proyek


STA 51+100

Lokasi Awal Proyek STA


48+900

Gambar 4.14 Peta Awal dan Akhir Proyek

Sumber : Google Earth

Direksi Keet
STA 48+900

Basecamp
STA 49+000

Gambar 4.15 Peta Direksi keet dan Basecamp

Sumber : Google Earth


IV-19

STA 48+900 STA 49+000


0
Arah Salatiga

Arah Ngablak

Ruang tidur
pekerja

Ruang tidur
pekerja

Direksi Keet Basecamp


Gambar 4.16 Lokasi Direksi keet dan Basecamp

Gambar 4.17 Denah Direksi Keet


IV-20

Ruang
tidur
pekerja

Ruang tidur
pekerja

R
u
a
n
Gambar 4.18 Denah Basecamp
g
t
4.3 Pekerjaan Konstruksi
i
Pekerjaan konstruksi merupakan
d pelaksanaan pekerjaan yang berhubungan dengan
u sampai pada gambar kerja yang telah ditentukan dalam
struktur yang direncanakan
spesifikasi pada dokumenrkontrak.
p
4.3.1 Pekerjaan Tanah
e
Pekerjaan tanah untuk badan dan bahu jalan ini mencakup penyiapan permukaan
k
tanah dasar atau permukaan
e jalan untuk pemasangan lapisan pondasi serta lapisan
perkerasan pada bagian r jalan. Pekerjaan ini didahului dengan pembersihan
j
lapangan (Stripping), galian, timbunan dan penyiapan tanah dasar yang disusul
a
dengan pembentukan, pemadatan dan pengujian dari tanah atau bahan butiran.
Pekerjaan ini juga meliputi pemeliharaan permukaan yang disiapkan sampai
material perkerasan ditempatkan diatasnya, yang sesuai dengan spesifikasi dan
gambar.
IV-21

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan pekerjaan tanah :


1. Mobilisasi dan kebutuhan alat berat sebagai efektivitas kinerja
2. Lalu lintas dan keselamatan agar tidak menghalangi proses kinerja
3. Lahan kosong sebagai tempat pembuangan sementara tanah yang tidak terpakai
atau tidak sesuai dengan spesifikasi.

4.3.1.1 Pembersihan Lapangan (Stripping)


Stripping adalah pengupasan lapisan tanah bagian atas dilaksanakan setebal 20
cm atau sesuai dengan gambar kerja kecuali bila ditentukan lain oleh PPK agar
didapat jalan yang rata dan membuang lapisan humus yang ada di permukaan.
Pekerjaan stripping meliputi pembongkaran tanaman dan pohon termasuk akarnya,
pengelupasan tanah dasar, pengumpulan tanah hasil pengelupasan, dan
pembuangan hasil pengelupasan tanah dasar.
4. Alat
1) Bulldozer adalah alat berat yang mempunyai roda rantai untuk pekerjaan
serbaguna yang memiliki kemampuan traksi yang tinggi. Bisa digunakan
untuk menggali (digging), mendorong (pushing), menggusur, meratakan
(spreading), menarik beban, menimbun (filling) dan lain-lain.
Pada proyek ini, Bulldozer yang digunakan adalah jenis Caterpilar D6GC.
2) Wheel Loader adalah suatu alat berat yang biasanya digunakan untuk
mengangkut tanah hasil pengelupasan kedalam truck. Wheel Loader
berodakan karet (ban) sehingga hanya mampu beroperasi didaerah yang
keras dan rata, karena traksi di daerah basah akan rendah, tidak mampu
mengambil tanah “bank” sendiri atau tanpa dibantu terlebih dahulu dengan
Bulldozer.
Wheel Loader yang digunakan pada Proyek Pelaksanaan Pembangunan
Ruas Jalan Salatiga – Ngablak Bts. Kabupaten Magelang STA 48+900 –
STA 51+100 adalah Caterpilar 950 GC.
3) Dump Truck digunakan untuk membuang tanah hasil Stripping ke lokasi
pembuangan.
Pada proyek ini, Dump Truck yang digunakan yaitu Hino Dutro 130 HD.
IV-22

5. Spesifikasi Bahan
Persyaratan material untuk pembersihan lahan adalah sebagai berikut :
a) Semua tunggul dan akar harus dibuang sampai kedalaman tidak kurang dari
50 cm di bawah permukaan akhir dari tanah dasar.
b) Menyingkirkan semua tanah humus dan membuangnya di lahan yang
berdekatan.
c) Pohon yang telah ditetapkan untuk ditebang harus dipotong mulai dari atas
ke bawah dan harus menimbun kembali lubang-lubang yang disebabkan
oleh pembongkaran tunggul dan akar-akar.
6. Tenaga
a) Quality Control Manager
b) Quality Control
c) Operator Alat Berat
d) Asisten Operator Alat Berat
e) Sopir
f) Mandor
g) Pekerja
7. Prosedur Pelaksanaan
a) Pelaksanaan stripping
(a) Persiapan alat dilakukan di lokasi pekerjaan stripping.
(b) Pengelupasan tanah dasar dengan Bulldozer sampai didapatkan dataran
tanah dasar yang keras. Untuk mendapatkan tanah keras umumnya
penggalian dilakukan sedalam + 20 cm sampai kedalaman tanah humus.
(c) Sisa pengelupasan hasil galian tanah diangkut dengan Whell Loader dan
dimasukkan ke dalam Dump Truck untuk dibuang di tempat
pembuangan yang telah ditentukan.
(d) Lokasi tempat pembuangannya pada akhir proyek, disitu terdapat lahan
kosong yang bisa digunakan sebagai tempat penbuangan sisa pekerjaan
stripping.
b) Pemeliharaan Stripping
Bagian tanah yang sudah ditentukan dan sudah dikelupas sehingga sesuai
dengan ketentuan agar tidak terjadi penurunan mutu dan keamanan lokasi
IV-23

perlu adanya penutup, dan penutup ini biasanya digunakan plastik agar
tanah yang sudah disiapkan sebagai dasar jalan tidak tergenang air.

1
0 B
A

20 cm
Bulldozer Wheel Loader Dump Truk

Pembuangan tanah
S
ketempat yang telah
ditentukan, diangkut
dengan dump truck

Keterangan :
1. Pengelupasan tanah dasar
2. Pemuatan tanah hasil galian
3. Pengangkutan tanah hasil galian

Gambar 4.19 Pekerjaan Stripping

4.3.1.2 Pekerjaan Galian Tanah


Pekerjaan galian adalah mengurangi tanah dari elevasi tanah asli yang lebih tinggi
hingga mencapai elevasi dari tanah yang direncanakan. Penggalian bisa diakibatkan
oleh kondisi tanah yang tidak memenuhi persyaratan rencana sehingga tanah
tersebut harus dibuang dengan cara digali. Dalam proyek ini, pekerjaan galian
sendiri dibagi menjadi dua, yaitu galian tanah untuk timbunan dan galian tanah
untuk dibuang keluar proyek.
Pada Proyek Pembangunan Ruas Jalan Salatiga – Ngablak Bts. Kabupaten
Magelang STA. 48+900 – 51+100 dilakukan pekerjaan galian tanah sebesar
160183,694 m3.
IV-24

Tabel 4.1 Perhitungan hasil tanah galian


IV-25
IV-26

Untuk hasil galian dapat diolah sebagai tanah timbunan dengan melihat kondisi
tanah yang layak dan sesuai spesifikasi. Apabila terpenuhi tanah galian yang
berlebihan diberikan ke warga setempat apabila ada yang memerlukan. Pergerakan
Cut & Fill ditunjukkan pada gambar 4.20.
IV-27

CUT
17855.9070 m2

Gambar 4.20 Pegerakan Cut & Fill Pot. Memanjang


Sumber : Data Pribadi (Autocad)

Dari pekerjaan cut dan fill diperoleh sisa galian tanah sebesar 97249.904 m2

1. Alat
1) Excavator
Berfungsi untuk menggali, memindahkan, meratakan dan memuat material.
Disamping itu juga Excavator/ Back Hoe dapat berfungsi untuk
mengangkat, menarik dan mendorong alat-alat atau material.
Tipe Excavator yang digunakan pada Proyek Pembangunan Ruas Jalan
Salatiga – Ngablak Bts. Kabupaten Magelang STA. 48+900 – 51+100
adalah Excavator CAT 320D RR/320D L RR.

2) Dump Truck
Dump truck digunakan untuk membuang tanah hasil galian ke lokasi
pembuangan.
Dump Truck yang digunakan adalah Hino Dutro 130 HD.
IV-28

2. Spesifikasi Bahan
Persyaratan Material untuk galian adalah sebagai berikut :
1) Tanah dasar yang berdaya dukung sedang harus digali sampai kedalaman
tebal lapisan penompang seperti yang ditunjukkan dalam gambar rencana.
2) Tanah ekspansif harus dibuang sampai kedalaman 1 m dibawah elevasi
permukaan tanah dasar rencana.
3) Galian harus tetap dijaga agar bebas dari air pada setiap saat terutama untuk
tanah lunak, organik, gambut dan ekspansif untuk memperkecil dampak
pengembangan.
4) Toleransi pengukuran pekerjaan tanah adalah :
(1) Pekerjaan Galian : Vertikal = 0.25 m, Horisontal = 0.25 m
(2) Pekerjaan Timbunan : Vertikal = 0.05 m, Horisontal = 0.05 m
3. Tenaga
Tenaga pada pekerjaan galian sama dengan pekerjaan Stripping.
4. Prosedur Pelaksanaan
1. Pelaksanaan Pekerjaan
1) Menempatkan patok-patok untuk tepi galian dan patok untuk elevasi
dasar galian sesuai Gambar Kerja.
2) Jika pembuangan tanah ini terlalu banyak/tinggi maka penggalian
dilakukan secara bertahap.
Galian
Elevasi Tanah Asli

Elevasi Rencana

Timbunan
Gambar 4.21 Pelaksanaan Penggalian Tanah
3) Apabila penggalian dilakukan secara bertahap, dilakukan pengecekan
elevasi dengan menggunakan Waterpass untuk mengetahui ketebalan
yang sudah digali dan yang akan digali sampai didapat elevasi yang
direncanakan,
IV-29

Pesawat
Waterpass

Gambar 4.22 Pelaksanaan Pengecekan Galian Tanah


4) Jika tebal galian tinggal  20 cm dari elevasi rencana, selanjutnya dapat
langsung dipadatkan dengan menggunakan Vibratory Roller sampai
dengan elevasi rencana dan memenuhi CBR yang dikehendaki atau
yang telah disetujui oleh Direksi teknik.

20 cm
Vibrator Roller

Gambar 4.23 Pelaksanaan Pemadatan Tanah

Tanah yang belum dipadatkan Sambungan Memanjang

10 m

Tanah yang sudah dipadatkan

Gambar 4.24 Pemadatan Galian Tanah


IV-30

Pola Pemadatan Galian Tanah pada Bagian Lurus ditunjukan pada Gambar 4.25.

As Jalan
4
3
2
5 1

Gambar 4.25 Pola Pemadatan Galian Tanah pada Bagian Lurus


Pola Pemadatan Galian Tanah pada Bagian Menikung ditunjukan pada Gambar
4.26.

Gambar 4.26 Pola Pemadatan Galian Tanah pada Bagian Menikung


5) Pembuangan tanah galian dilakukan di luar proyek
2. Pengendalian mutu galian tanah
(a) Kepadatan tanah yang dipadatkan sesuai dengan persyaratan yang telah
ditentukan oleh Direksi Teknik sebagaimana seperti kepadatan yang
telah dilakukan di Laboratorium,
(b) Pengujian CBR Lapangan dimaksudkan untuk mendapatkan daya
dukung relatif (CBR) antara tanah dan tanah serta tanah dengan
aggregat. CBR yang diperoleh harus lebih besar dari 98% dari CBR
laboratorium.
(c) Cara pengambilan contoh benda uji harus sesuai dengan SNI 03 – 6802
– 2002, Alat yang digunakan benar-benar baik agar mencapai
persyaratannya,
IV-31

3. Pemeliharaan galian tanah


Hasil dari galian agar dijaga keamanannya agar tidak terjadi longsoran yang
dapat menutup elevasi rencana. Apabila terjadi kerusakan pada daerah
galian maka segera diperbaiki dan dilakukan pemadatan.

2
1

Exavator Dump Truck

Elevasi rencana
Elevasi tanah asli

Keterangan :
1. Penggalian tanah
2. Pengangkutan tanah galian
3. Pembuangan tanah ketempat yang
telah ditentukan, diangkut dengan
dump truck

Gambar 4.27 Pekerjaan Galian Tanah


4.3.1.3 Pekerjaan Timbunan Tanah
Timbunan tanah merupakan usaha penimbunan tanah pada bagian yang
mempunyai ketinggian kurang dari rencana jalan. Pekerjaan timbunan tanah ini
mencakup pengambilan, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan tanah.
Pada Proyek Pembangunan Jalan Salatiga – Ngablak Bts. Kabupaten Magelang
STA. 48+900 – 51+100 dilakukan pekerjaan timbunan tanah sebesar 62933,79m3.
Perhitungan Hasil Tanah Timbunan terdapat pada tabel 4.1

1. Alat
1) Dump Truck digunakan untuk mengangkut tanah ketempat timbunan.
Pada proyek ini, Dump Truck yang digunakan yaitu Hino Dutro 130 HD.
2) Motor Grader digunakan untuk meratakan tanah timbunan.
Tipe Motor Grader yang digunakan pada Proyek Pembangunan Ruas Jalan
Salatiga – Ngablak Bts. Kabupaten Magelang STA 48+900 – 51+100 adalah
Caterpilar 120.
IV-32

3) Vibratory Roller digunakan untuk memadatkan tanah timbunan.


Vibratory Roller yang digunakan adalah Caterpilar CB7.
4) Watertank Truck digunakan untuk menambahkan air apabila kadar air pada
tanah timbunan yang akan dipadatkan kurang memenuhi persyaratan kadar
air optimum (W optimum).
Watertank Truck yang digunakan pada proyek ini yaitu Mitsubishi 617F.

2. Spesifikasi Bahan
Material yang dipakai untuk timbunan adalah tanah dari pekerjaan galian yang
sudah dilakukan pengujian di laboratorium dan memenuhi syarat untuk bahan
timbunan.
Bahan untuk timbunan tidak boleh dari bahan galian tanah yang mempunyai
sifat sifat sebagai berikut:
1) Tanah yang mengadung organik seperti jenis tanah OL, OH dan Pt dalam
sistem USCS serta tanah yang mengandung daun – daunan, rumput-
rumputan, akar, dan sampah.
2) Tanah dengan kadar air alamiah sangat tinggi yang tidak praktis dikeringkan
untuk memenuhi toleransi kadar air pada pemadatan (melampaui Kadar Air
Optimum + 1%).
3) Tanah yang mempunyai sifat kembang susut tinggi dan sangat tinggi dalam
klasifikasi Van Der Merwe dengan ciri ciri adanya retak memanjang sejajar
tepi perkerasan jalan.
4) Bahan yang dipilih sebaiknya tidak termasuk tanah yang berplastisitas
tinggi, yang diklasifikasikan sebagai A-7-6 menurut SNI-03-6797-2002
atau sebagai CH menurut “Unified atau Casagrande Soil Classification
System”. Tanah timbunan bila di uji SNI 03-1744-1989, harus memiliki nilai
CBR tidak kurang dari karakteristik daya dukung tanah dasar yang diambil
untuk rancangan dan ditunjukkan dalam gambar atau tidak kurang dari 6%
jika tidak disebutkan lain (CBR setelah perendaman 4 hari bila dipadatkan
100% kepadatan kering maksimum (MDD) seperti yang ditentukan menurut
SNI 03-1742-1989.
IV-33

3. Spesifikasi Tenaga
Spesifikasi tenaga pada pekerjaan timbunan sama dengan pekerjaan Stripping.
4. Prosedur Pelaksanaan
1) Prosedur pelaksanaan
(1) Mempersiapkan tanah bahan timbunan pada lokasi penimbunan, dapat
dilihat pada gambar 4.28.
Elevasi Tanah Asli
Elevasi Rencana

Timbunan

Gambar 4.28 Pelaksanaan Timbunan Tanah

Gambar 4.37 Pelaksanaan Timbunan Tanah pada STA 50+050 dari galian
49+730
IV-34

(2) Bahan timbunan dibawa ke permukaan yang telah disiapkan dan


diratakan dengan Motor Grader.
(3) Penimbunan dilakukan secara bertahap selapis demi selapis dan
kemudian dipadatkan, dengan jumlah lintasan yang telah ditentukan
berdasarkan hasil trial dilapangan, dengan nilai CBR yang
direncanakan atau yang disetujui oleh Direksi Teknik.
(4) Pemadatan dilakukan dengan tebal rata-rata tiap lapis adalah 20 cm
dalam keadaan padat.

20 cm

Vibratory Roller

Gambar 4.29 Penimbunan dan Pemadatan Lapis demi Lapis

Tanah yang belum padat Sambungan Memanjang

10 cm

Tanah yang sudah padat

Gambar 4.30 Pemadatan Timbunan Tanah


Pola Pemadatan Timbunan Tanah pada Bagian Lurus ditunjukan pada Gambar
4.31.
As Jalan

4
3
2
5 1

Gambar 4.31 Pola Pemadatan Timbunan Tanah pada Bagian Lurus


IV-35

Pola Pemadatan Timbunan Tanah pada Bagian Menikung ditunjukan pada


Gambar 4.32.

4
4
3
3
2
2
1
1
50 m

5
5
As Jalan

Gambar 4.32 Pola Pemadatan Timbunan Tanah pada Bagian Menikung

(5) Pemadatan tanah timbunan menggunakan Vibratory Roller.


(6) Untuk mengetahui apakah timbunan tersebut sudah mencapai elevasi
rencana perlu dilakukan pengecekan dengan menggunakan Waterpass,
dapat dilihat pada Gambar 4.33.
Pesawat
Waterpass

Elevasi Rencana

Elevasi Tanah Asli

B
Gambar 4.33 Pengecekan elevasi dengan Waterpass
(7) Timbunan harus memenuhi ketinggian yang telah ditentukan.
(8) Water Tanker disemprotkan pada tanah timbunan hingga mencapai
kadar air optimum (W optimum), setelah itu dilakukan pemadatan.
(9) Pemadatan timbunan harus dilasanakan apabila kadar air bahan berada
dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1 % di atas
kadar air optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai
kadar air pada kepadatan kering maksimum yang diperoleh bilamana
tanah dipadatkan sesuai dengan SNI 03 – 1742- 1989
IV-36

d

ZAVC
d max

W
W optimum

Keterangan:
W optimum : Kadar air optimum adalah kadar air yang menghasilkan nilai
kepadatan maksimum ( γd max ).
γd max : Kepadatan maksimum adalah kepadatan yang didapat dari pemadatan
tanah dengan daya pemadatan tertentu pada kadar air optimum ( γw opt ).
ZAVC : Zero Air Void Curve adalah garis yang menunjukkan hubungan antara
γd dan γw untuk tanah yang jenuh air atau tidak terdapat udara dalam
ruang pori.
Gambar 4.34 Grafik Hubungan antara Berat isi kering dengan Kadar Air

(10) Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju
kearah sumbu jalan sehingga setiap ruas akan menerima jumlah usaha
pemadatan yang sama. Bila memungkinkan , lalu lintas alat-alat
konstruksi dapat dilewatkan diatas pekerjaan timbunan dan lajur yang
dilewati terus menerus divariasi agar dapat menyebarkan pengaruh
usaha pemadatan dari lalu lintas tersebut.
(11) Lapisan tanah yang lebih dalam dari 30 cm di bawah elevasi tanah dasar
harus dipadatkan sampai 95 % dari kepadatan kering maksimum yang
ditentukan sesuai SNI 03-142-1989. Lapisan tanah pada kedalaman 30
cm atau kurang dari elevasi tanah dasar harus dipadatkan sampai
dengan 100 % dari kepadatan kering maksimum yang ditentukan sesuai
dengan SNI 03-1742-1989
(12) Pengujian harus dilakukan sampai kedalaman penuh pada lokasi yang
diperintahkan Direksi Pekerjaan, tetapi harus tidak boleh berselang
lebih dari 200 m.
IV-37

3 2 1
0
c
m
Motor Grader Water Tanker Dump Truckc
m

Tanah Timbunan
Tanah Asli
Vibrator Roller
Keterangan :
1. Pengangkutan dan penghamparan material urugan
2. Penyiraman tanah dengan Water Tanker untuk mencapai kadar air optimum
3. Perataan material urugan dengan alat Motor Grader
4. Pemadatan urugan tanah awal dengan alat Vibrator Roller

Gambar 4.35 Pekerjaan Urugan Tanah

2) Pengendalian Mutu
1. Uji sand cone
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan kecocokan hasil pemadatan
dengan spesifikasi yang disetujui Direksi Teknik. Hasil. Dengan
mencocokkan hasil di lapangan dari daya dukung yang diperlukan di
Lab
2. Pengujian CBR Lapangan
Pengujian CBR dimaksudkan untuk mendapatkan daya dukung relatif
(CBR) antara tanah dan tanah serta tanah dengan aggregat. CBR yang
diperoleh harus lebih besar dari 98% dari CBR laboratorium.
3) Pemeliharaan timbunan tanah
Hasil dari penimbunan selalu dikontrol agar tidak mengalami perubahan
atau kerusakan sebelum dilakukan pengerjaan Lapis Pondasi Bawah (Sub
Base).
4.3.1.4 Penyiapan Badan Jalan
Bagian badan jalan terletak di bawah lapis pondasi bawah dan pondasi atas
yang merupakan landasan atau dasar konstruksi perkerasan jalan. Adapun badan
jalan ini nerupakan lapis tanah dasar yang akan disesuaikan seperti terlihat dalam
gambar rencana.
Persyaratan material untuk badan jalan adalah sebagai berikut :
IV-38

a. Nilai California Bearing Ratio (CBR) pada kondisi terendam air dari suatu sub
grade minimal 5%.
b. Index Plastisitas tanah harus < 15%.
c. Perubahan bentuk permanen (permanent deformation) dari tanah dasar akibat
beban lalu lintas dan perkerasan-perkerasan diatasnya harus sekecil mungkin.
d. Tegangan yang timbul pada lapis permukaan tanah dasar harus lebih kecil dari
tegangan izin tanah dasar.
e. Sifat mengembang dan menyusut dari tanah dasar akibat perubahan kadar air,
harus sekecil mungkin dan konstan.
f. Lendutan dan lendutan balik tanah dasar selama dan sesudah pembebanan lalu
lintas harus sekecil mungkin.
Metode pelaksanaan pada pekerjaan penyiapan badan jalan ini sama seperti
pekerjaan timbunan.
4.3.2 Pekerjaan Drainase
Pekerjaan drainase dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kerusakan konstruksi
jalan dengan cara menjaga kadar air tanah pada perkerasan jalan dan
mengalirkan/membuang air dari badan jalan ke tempat yang telah ditentukan.
Pekerjaan drainase pada proyek ini adalah pekerjaan pembuatan saluran samping.
4.3.2.1 Pekerjaan Saluran Samping
Saluran samping pada konstruksi jalan berfungsi untuk menampung air yang
berasal dari hujan dan air dari sekitar jalan raya dan mengalirkannya, sehingga tidak
mengenangi permukaan jalan yang dapat merusak struktur perkerasan jalan raya.
Pekerjaan saluran tepi pada proyek ini menggunakan saluran precast dengan mutu
FC’30 untuk mempercepat dan lebih presisi. Pekerjaan saluran samping pada
proyek ini meliputi pekerjaan bouwplank, dan pemasangan saluran
a. Alat
a) Concrete mixer, untuk mencampur dan mengaduk mortar.
Concrete mixer yang digunakan pada proyek ini adalah Concrete Mixer
Iron Globe.
b) Truck Crane digunakan untuk mengangkut U-ditch ke lokasi pekerjaan
kemudian diturunkan menggunakan crane
c) Alat bantu : sendok spesi, ember, dan lain-lain
IV-39

b. Spesifikasi Bahan
a) Balok 5/7 , papan 2/20 ,paku dan benang.
b) U-ditch dengan spesifikasi FC’30
c. Tenaga
a) Quality Control
b) Mandor
c) Operator
d) Pekerja
d. Prosedur Pelaksanaan
a) Pekerjaan Bouwplank
(a) Uraian
Bouwplank pada pekerjaan drainase berfungsi sebagai acuan untuk
penentuan as saluran drainase dan sebagai pedoman penggalian.
(b) Prosedur Pelaksanaan
1. Memasang patok dari saluran bangunan as tersebut.
2. Dari as-as dipasang benang sesuai dengan lebar galian pondasi.
3. Memasang benang dari as sesuai dengan lebar galian pondasi.
Bouwplank saluran samping ditunjukan pada Gambar 4.57

Gambar 4.36 Bouwplank saluran samping


b) Pekerjaan Galian Saluran Samping
(a) Uraian
Galian pada saluran samping hampir sama dengan galian pada ruas
jalan, berguna untuk tempat pekerjaan pasangan batu saluran samping.
IV-40

(b) Peralatan
Alat yang digunakan, antara lain:
1. Backhoe
2. Peralatan manual, seperti: linggis, cangkul, dan lain-lain.
(c) Prosedur Pelaksanaan
1. Siapkan peralatan di lokasi;
2. Mulai lakukan penggalian dengan backhoe dengan bouwplank
sebagai acuan;
3. Untuk daerah yang sempit, penggalian dilakukan dengan peralatan
manual.

1 2 3

Excavator Excavator Dump Truck Dump Truck

Keterangan :
1. Penggalian saluran drainase
2. Pemuatan hasil galian kedalam dump truck
3. Pengangkutan hasil galian
Gambar 4.37 Pekerjaan Saluran Samping
c) Pekerjaan Lantai Kerja
(a) Uraian
Pekerjaan ini mencakup lantai kerja dengan betom mutu FC’10 sebagai
landasan atau dasar untuk saluran U-ditch sesuai dengan dimensi
saluran yang akan digunakan.
(b) Peralatan
1. Truck Mixer
2. Alat bantu : Ruskam, Sendok spesi, dan lain-lain.
(c) Prosedur Pelaksanaan
1. Memeriksa kesiapan stake out sebagai pedoman penggalian,
IV-41

2. Pemasangan Bekisting dengan papan ukuran 2x20 cm yang dibatasi


dengan papan 2x10 cm di samping kanan kiri,
3. Cor dengan truck micxer yang berisi hot mix dengan mutu FC’10,
4. Ratakan dengan sendok spesi hingga rata,
d) Pekerjaan Pemasangan Saluran U-ditch
(a) Uraian
Pekerjaan ini meliputi pemasangan saluran u ditch ke dalam galian yang
sudah disiapkan serta pengurugan sisa galian saluran drainase.
(b) Peralatan
1. Truck Crane
2. Alat bantu : Cangkul, Linggis, dan lain-lain
(c) Prosedur Pelaksanaan
1. Setelah lantai kerja kering, siapkan u-ditch,
2. Pasang U-ditch ke dalam saluran menggunakan Truck Crane,
3. Posisikan U-ditch agar presisi satu sama lain,
4. Pastikan antar saluran rapat dan tidak ada celah,
5. Tanah sisa galian diurug dan dipadatkan di sisi-sisi U-ditch secara
hati-hati agar saluran tidak bergeser.
Saluran Samping ditunjukan pada Gambar 4.38.

10 cm
10 cmm

100 cm

80 cm
80 cm

Gambar 4.38 Dimensi Saluran Samping


IV-42

e) Pekerjaan Gorong – Gorong


(a) Uraian
Pekerjaan ini meliputi pemasangan pipa beton ke dalam galian yang
sudah disiapkan serta pemasangan batu bata pada sambungan gorong –
gorong.
(b) Peralatan
1. Truck Crane
2. Alat bantu : Cangkul, Sendok spesi, ember, dan lain-lain
(c) Prosedur Pelaksanaan
1. Setelah lantai kerja kering, siapkan pipa beton,
2. Pasang pipa beton ke dalam galian menggunakan Truck Crane,
3. Posisikan pipa beton agar presisi satu sama lain,
4. Gunakan batu bata dan spesi pada sambungan pipa beton,
5. Tanah sisa galian diurug dan dipadatkan di sisi-sisi gorong - gotong
secara hati-hati agar saluran tidak bergeser.
Saluran Samping ditunjukan pada Gambar 4.39.

Gambar 4.39 Dimensi Saluran Samping


IV-43

f) Pembuatan Bak Kontrol


(a) Uraian
Pekerjaan ini meliputi pemasangan batu dengan perbandingan mortar 1
PC : 3 PP pada titik pertemuan antara gorong-gorong dan saluran
samping.
(b) Peralatan
1. Manual Concrete Mixer
2. Alat bantu : Sekop, sendok spesi, ember, dan lain-lain
(c) Prosedur Pelaksanaan
1. Siapkan galian untuk bak kontrol,
2. Material dicampur dan diaduk menggunakan Concrete Mixer
dengan perbandingan 1 PC : 3 PP,
3. Permukaan pasangan batu dibasahi agar memiliki kelekatan yang
baik dengan plesteran,
4. Lakukan pekerjaan plesteran hingga rata dan diusahakan celah
tertutup,
Dimensi Bak Kontrol dan Detail ditunjukan pada Gambar 4.49 dan Gambar
4.40
30 cm 30 cm

200 cm

30 cm

100 cm

Gambar 4.40 Dimensi Bak Kontrol


IV-44

Gambar 4.41 Hubungan Bak Kontrol dengan Gorong-Gorong


g) Pengendalian Mutu
(a) U-ditch
U-ditch yang digunakan adalah yang memiliki mutu beton FC’30
dengan K-350.
(b) Batu alam
Batu yang digunakan harus lolos uji kekekalan (Soundness Test) agar
bahan yang digunakan tahan terhadap cuaca
(c) Adukan Semen (Mortar)
Adukan semen (mortar) harus memiliki kuat tekan minimal 50 kg/cm2
pada umur 28 hari
(d) Lantai Kerja
Beton untuk lantai kerja memiliki mutu FC’10 dengan K-200.

4.3.3 Pekerjaan Perkerasan Berbutir


Pekerjaan ini harus meliputi pemasokan, pengangkutan, penghamparan,
pembasahan dan pemadatan agregat bergradasi diatas permukaan yang telah
disiapkan dan telah diterima sesuai dengan detail yang ditunjukkan dalam gambar
atau sesuai dengan perintah Direksi Pekerjaan.
Lapis Pondasi Agregat tidak boleh ditempatkan, dihampar, atau dipadatkan sewaktu
turun hujan, dan pemadatan tidak boleh dilakukan segera setelah hujan atau bila
kadar air bahan jadi tidak berada dalam rentang yang ditentukan.
IV-45

4.3.3.1 Lapis Pondasi Bawah


Lapis Pondasi Bawah adalah lapis perkerasan yang terletak antara lapis
pondasi atas dan tanah dasar, selain itu juga berguna untuk mendukung lapis
pondasi diatasnya. Pada pekerjaan ini digunakan kontruksi perkerasan dari Batu
Pecah Kelas B setebal 35 cm yang telah diterima sesuai dengan perencanaan dan
perincian dalam gambar atau sesuai perintah direksi teknik.
Fungsi Lapis Pondasi Bawah (Sub Base) antara lain :
1) Menyebarkan beban roda ke tanah dasar. Bagian dari konstruksi perkerasan ini
harus kuat, dengan CBR = 30% dan Plastisitas Indeks (PI) ≤ 10%.
2) Efisiensi penggunaan material. Material pondasi bawah relatif murah
dibandingkan dengan lapisan perkerasan diatasnya.
3) Mengurangi tebal lapisan diatasnyan yang lebih mahal.
4) Lapis peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi.
5) Lapisan pertama, agar pekerjaan dapat berjalan lancar. Hal ini sehubungan
dengan kondisi lapangan yang memaksa harus segera menutup tanah dasar dari
pengaruh cuaca, atau lemahnya daya dukung tanah dasar menahan roda-roda
alat besar.
6) Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar ke lapis
pondasi atas.
1. Alat
Alat yang digunakan dalam pekerjaan lapis pondasi bawah yaitu :
1) Motor Grader digunakan untuk meratakan material,
2) Vibratory Roller untuk memadatkan material,
3) Wheel Loader untuk memuat material ke Dump Truck,
sehingga menghasilkan bahan yang sesuai dengan persyaratan dari spesifikasi yang
telah ditentukan atau sesuai petunjuk Direksi Teknik

Seluruh Lapis Pondasi Agregat harus bebas dari bahan organik dan gumpalan
lempung atau bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki dan setelah dipadatkan
harus memenuhi ketentuan gradasi (menggunakan pengayakan secara basah)
yang diberikan dalam Tabel 4.3 dan memenuhi sifat-sifat yang diberikan dalam
Tabel 4.4.
IV-46

Tabel 4.3 Gradasi Lapis Pondasi Agregat Kelas B


Ukuran Ayakan Persen Berat Yang Lolos
ASTM (mm) Kelas A Kelas B Kelas S
2” 50 100
1 ½” 37,5 100 88 - 95 100
1“ 25,0 79 - 85 70 - 85 27 - 89
3/8” 9,50 44 - 58 30 - 65 41 - 66
No.4 4,75 29 - 44 25 - 55 26 - 54
No.10 2,0 17 - 30 15 - 40 15 - 42
No.40 0,425 7 - 17 8 - 20 7 - 26
No.200 0,075 2-8 2-8 4 - 16
Sumber : Speksifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan Tahun 2018
Tabel 4.4 Sifat-sifat Lapis Pondasi Agregat Kelas B

Sifat – sifat Kelas A Kelas B Kelas S


Abrasi dari Agregat Kasar (SNI 0 - 40 % 0 - 40 % 0 - 40 %
2417:2008)
Butiran pecah, tertahan ayakan 3/8” (SNI 95/90” 55/50” 55/50”
7619: 2012)
Indek Plastisitas (SNI 1966:2008) 0-6 0 - 10 4 – 15
Hasil kali Indek Plastisitas dng. % Lolos maks. 25 - -
Ayakan No.200
Batas Cair (SNI 1967:2008) 0 - 25 0 - 35 0 – 35
Gumpalan lempung dan butiran-butiran 0-5% 0-5% 0-5%
mudah pecah (SNI 03-4141-1996)
Perbandingan persen lolos ayakan No.200 Maks 2/3 Maks 2/3 -
dan No.40
CBR (SNI 03-1744-1989) min.90 % min.60 % min.50 %
Sumber : Speksifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan Tahun 2018

2. Tenaga
a) Quality Control Manager
b) Quality Control
c) Operator Alat Berat
d) Asisten Operator Alat Berat
e) Sopir
f) Mandor
g) Pekerja
IV-47

3. Prosedur Pelaksanaan
a) Material yang akan digunakan sebelumnya harus sudah memenuhi
spesifikasi terlebih dahulu seperti Tabel 4.4. Setelah itu material diangkut
dengan Wheel Loader dan ke lokasi proyek dengan Dump Truck.
b) Setelah Dump Truck sampai dilokasi proyek, material diletakkan di badan
jalan tempat penghamparan yang sebelumnya telah direncanakan.
c) Material digelar dengan Motor Grader setebal  120% dari tebal yang
direncanakan.
d) Kemudian dipadatkan dengan Vibratory Roller. Bila agregat terlalu kering
maka selama penggilasan digunakan penyiraman dengan Water Tank Truck
secukupnya. Bila agregat terlalu basah maka sebelum penggilasan
dilakukan, agregat dibolak-balik agar kadar air berkurang.
e) Selama penggilasan bila ada yang kurang maka dapat ditambah.
f) Tebal lapis pondasi bawah 45 cm, maka dikerjakan lapis demi lapis,
g) Pemadatan dilakukan sampai mencapai kepadatan yang ditentukan (39 cm
dalam keadaan padat),
h) Untuk mengetahui nilai kepadatan maksimum timbunan agregat kelas B
dilakukan tes kepadatan dan melakukan pengujian kadar air dilapangan.
Pekerjaan Lapis Pondasi Bawah dapat dilihat pada Gambar 4.28.

1
2

Wheel Loader Wheel Loader Dump Truck

4 5

39 cm

Motor Grader Water Tanker Vibrator Roller

Keterangan :
1. Pemuatan agregat B
2. Pengangkutan agregat kelas B
IV-48

3. Penghamparan dan perataan agregat kelas B


4. Penyiraman air
5. Pemadatan agregat kelas B
Gambar 4.42 Pekerjaan Lapis Pondasi Bawah (Sub Base)

4. Pengendalian Mutu
Beberapa pengujian yang dilakukan dalam pengendalian mutu lapisan pondasi
bawah dalam rangka mendapatkan kualitas yang direncanakan adalah sebagai
berikut:
1. Uji Sand Cone
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan berat isi tanah kering, dan
persentase perbandingan antara γd lapangan dan γd laboratorium harus lebih
besar dari 98%.
2. Pengujian CBR di Lapangan
Pengujian CBR dimaksudkan untuk mendapatkan daya dukung relatif (CBR)
antara tanah dan tanah serta tanah dengan aggregat.

4.3.3.2 Lapis Pondasi Atas


Lapis pondasi atas merupakan bagian perkerasan yang terletak antara lapis
permukaan dan lapis pondasi bawah. Pada pekerjaan ini digunakan kontruksi
perkerasan dari Batu Pecah Kelas A setebal 20 cm yang telah diterima sesuai
dengan perencanaan dan perincian dalam gambar atau sesuai perintah direksi
teknik.
Fungsi Lapis Pondasi Atas (Base Course) antara lain :
a. Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda ban dan
menyebarkan beban ke Lapisan Pondasi Bawah (Sub base),
b. Bantalan terhadap Lapis permukaan (Surface).
a. Alat
Alat yang digunakan pada pekerjaan Lapis Pondasi Atas ini sama dengan
spesifikasi alat Lapis Pondasi Bawah.
b. Spesifikasi Bahan
Material yang digunakan berdasarkan JMD yang telah dibuat oleh laboratorium
dan digunakan sebagai pedoman yaitu dari batu pecah Agregat Kelas A yang
IV-49

bergradasi tertentu. Batu pecah tersebut kemudian diproses melalui tahap


pemrosesan yang meliputi pemecahan, penyaringan, pemisahan dan
pencampuran sehingga menghasilkan bahan yang sesuai dengan persyaratan
dari spesifikasi yang telah ditentukan atau sesuai petunjuk Direksi Teknik.

Tabel 4.5 Gradasi Lapis Pondasi Agregat Kelas A


Ukuran Ayakan Persen Berat Yang Lolos
ASTM (mm) Kelas A Kelas B Kelas S
2” 50 100
1 ½” 37,5 100 88 - 95 100
1“ 25,0 79 - 85 70 - 85 27 - 89
3/8” 9,50 44 - 58 30 - 65 41 - 66
No.4 4,75 29 - 44 25 - 55 26 - 54
No.10 2,0 17 - 30 15 - 40 15 - 42
No.40 0,425 7 - 17 8 - 20 7 - 26
No.200 0,075 2–8 2-8 4 - 16
Sumber : Speksifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan Tahun 2018

Tabel 4.6 Sifat-sifat Lapis Pondasi Agregat Kelas A


Sifat – sifat Kelas A Kelas B Kelas S
Abrasi dari Agregat Kasar (SNI 2417:2008) 0 - 40 % 0 - 40 % 0 - 40 %
Butiran pecah, tertahan ayakan 3/8” (SNI 95/90” 55/50” 55/50”
7619: 2012)
Indek Plastisitas (SNI 1966:2008) 0-6 0 - 10 4 – 15
Hasil kali Indek Plastisitas dng. % Lolos maks. 25 - -
Ayakan No.200
Batas Cair (SNI 1967:2008) 0 - 25 0 - 35 0 – 35
Gumpalan lempung dan butiran-butiran 0-5% 0-5% 0-5%
mudah pecah (SNI 03-4141-1996)
Perbandingan persen lolos ayakan No.200 dan Maks 2/3 Maks 2/3 -
No.40
CBR rendaman (SNI 03-1744:2012) min.90 min.60 min.50
% % %
Sumber : Speksifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan Tahun 2018

c. Tenaga
Tenaga pada Pekerjaan Lapis Pondasi Atas sama dengan spesifikasi tenaga
Lapis Pondasi Bawah.
IV-50

d. Prosedur Pelaksanaan
a) Pekerjaan lapis pondasi agregat kelas A dilaksanakan setelah lapis pondasi
agregat kelas B (sub base) dan telah sesuai dengan spesifikasi dan petunjuk
Direksi.
b) Material diangkut dengan Wheel Loader ke lokasi proyek dengan Dump
Truck.
c) Material digelar dengan Motor Grader setebal  120% dari tebal yang
direncanakan.
d) Kemudian dipadatkan dengan Vibrator Roller. Bila agregat terlalu kering
maka selama penggilasan digunakan penyiraman dengan Water Tank Truck
secukupnya. Bila agregat terlalu basah maka sebelum penggilasan
dilakukan, agregat dibolak-balik sedemikian sehingga kadar air berkurang.
e) Selama penggilasan bila ada yang kurang maka dapat ditambah.
f) Tebal lapis pondasi atas 20 cm, maka dikerjakan selapis demi selapis.
g) Pemadatan dilakukan sampai mencapai kepadatan yang ditentukan (20 cm
dalam keadaan padat).
h) Untuk mengetahui nilai kepadatan maksimum timbunan agregat kelas A
dilakukan tes kepadatan dan melakukan pengujian kadar air dilapangan.

1 2

Wheel Loader Dump Truck


5 4
3

25 cm
Tanah Timbunan Water Tanker Vibrator Roller
Keterangan :
1. Pemuatan batu pecah kelas A
2. Pengangkutan batu pecah kelas A
3. Penghamparan dan perataan batu pecah kelas A
4. Penyiraman air
5. Pemadatan batu pecah kelas A
Gambar 4.43 Pekerjaan Lapis Pondasi Atas (Base Course)
IV-51

e. Pengendalian Mutu
Beberapa pengujian yang dilakukan dalam pengendalian mutu lapisan pondasi
atas dalam rangka mendapatkan kualitas yang direncanakan adalah sebagai
berikut:

4.3.3 Pekerjaan Perkerasan Aspal


Pekerjaan ini harus mencakup penyediaan dan penghamparan bahan aspal pada
permukaan yang telah disiapkan sebelumnya untuk pemasangan lapisan beraspal
berikutnya. Lapis Resap Pengikat harus dihampar di atas permukaan pondasi tanpa
bahan pengikat aspal atau semen (misalnya Lapis Pondasi Agregat), sedangkan
Lapis Perekat harus dihampar di atas permukaan berbahan pengikat semen atau
aspal yaitu Laston.
Lapisan Resap Pengikat harus disemprot hanya pada permukaan yang kering atau
mendekati kering, dan Lapis Perekat harus disemprot hanya pada permukaan yang
benar-benar kering. Penyemprotan Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat tidak
boleh dilaksanakan waktu angin kencang, hujan atau akan turun hujan.
4.3.3.1 Pekerjaan Lapis Resap Pengikat (Prime Coat)
Prime Coat adalah kegiatan penggunaan aspal yang dicampur dengan bahan
pengencer, biasanya menggunakan minyak tanah atau bahan lain yamg khusus
diperuntukkan bagi pondasi jalan. Prime Coat menggunakan aspal yang dapat dapat
mencair dalam jangka waktu yang cukup lama, sehingga bahan aspal dapat meresap
atau mengadakan penetrasi sehinggamengisi rongga-rongga disekitar permukaan,
bahkan rongga-rongga terkecil. Prime coat yg dibutuhkan pada Proyek
Pembangunan Ruas Jalan Salatiga – Ngablak Bts. Kabupaten Magelang STA.
48+900 – 51+100 sebanyak 30.000 liter.
Fungsi dari lapis Prime Coat yaitu :
a. Mendapatkan pondasi yang kedap air sampai permukaan dapat diaspal.
b. Agar partikel-partikel saling mengikat sehingga tekanan lalu lintas diatasnya
tidak merusak pondasi.
c. Merupakan pengikat antara lapisan pondasi dan lapisan permukaan, seperti
halnya fungsi lem perekat yang dipakai pada lembaran-lembaran kertas.
d. Memberikan susunan permukaan yang merata.
IV-52

a. Alat
a) Air Compressor
Air Compressor adalah mesin atau alat mekanik yang berfungsi untuk
melakukan pembersihan jalan sebelum dilakukan prime coat dengan
meningkatkan tekanan atau memampatkan fluida gas atau udara.
Air Compressor yang digunakan dalam Proyek Pembangunan Ruas Jalan
Salatiga - Ngablak Bts. Kabupaten Magelang STA 48+900–51+100 Provinsi
Jawa Tengah adalah Airmann PDS 130.
b) Asphalt Sprayer
Asphalt Sprayer dalam proyek ini digunakan sebagai alat penyemprotan aspal
emulsi pada pekerjaan Prime Coat.
Asphalt Sprayer yang digunakan pada Proyek ini adalah Rosco RMT-1000.
c) Dump Truck untuk menarik Asphalt Sprayer.
b. Spesifikasi Bahan
a) Aspal emulsi reaksi sedang (Medium Setting) yang memenuhi SNI 03-
4798-1998. Umumnya hanya aspal emulsi yang dapat menunjukkan
peresapan yang baik pada lapis pondasi tanpa pengikat yang disetujui. Aspal
emulsi harus mengandung residu hasil penyulingan minyak bumi (aspal dan
pelarut) tidak kurang dari 60 % dan mempunyai penetrasi aspal tidak kurang
dari 80/100. Direksi Pekerjaan dapat mengijinkan penggunaan aspal emulsi
yang diencerkan dengan perbandingan 1 bagian air bersih dan 1 bagian aspal
emulsi dengan syarat tersedia alat pengaduk mekanik yang disetujui oleh
Direksi Pekerjaan.
b) Aspal semen Pen.60/70, diencerkan dengan minyak tanah (kerosen).
Proporsi minyak tanah yang digunakan sebagaimana diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan, setelah percobaan di atas lapis pondasi atas yang telah
selesai, kecuali diperintah lain oleh Direksi Pekerjaan, perbandingan
pemakaian minyak tanah pada percobaan pertama harus dari 80 – 85 bagian
minyak per 100 bagian aspal semen (80 pph – 85 pph) kurang lebih ekivalen
dengan viskositas aspal cair hasil kilang jenis MC-30.
c) Pemilihan jenis aspal emulsi yang digunakan, kationik atau anionik, harus
sesuai dengan muatan batuan lapis pondasi. Gunakan aspal emulsi kationik
IV-53

bila agregat untuk lapis pondasi adalah agregat basa (bermuatan negatif) dan
gunaka aspal emulsi anionik bila agregat untuk lapis pondasi adalah agregat
asam (bermuatan positif). Bila ada keraguan atau bila aspal emulsi anionik
sulit didapatkan, Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan untuk
menggunakan aspal emulsi kationik.
d) Takaran dalam bahan lapis resap pengikat adalah 0,4-1,3 liter per meter
persegi untuk lapis pondasi agregat tanpa bahan pengikat.

c. Tenagaa
a) Quality Control
b) Sopir
c) Mandor
d) Pekerja
e) Operator
f) Asisten Operator

d. Prosedur Pelaksanaan
a) Mempersiapkan bahan, peralatan dan tenaga kerja yang digunakan untuk
menyelesaikan pekerjaan,
b) Memasang rambu-rambu pengaman/pengatur lalu lintas pada lokasi
pekerjaan,
c) Membersihkan permukaan Base Course dari debu dengan Compressor,
d) Memberi tanda/batasan pada bagian tepi dan as jalan yang akan di Prime
Coat,
e) Mengatur temperatur Prime Coat, suhu penyiraman untuk bahan material
MC-70 = (120-180) ºC, untuk RC-250 = (170-220) ºC, didalam proyek ini
suhu penyiraman untuk bahan material menggunakan Medium Cement (
MC ) - 70.
f) Atur kran Sprayer agar aspal keluar sesuai rencana dengan cara meletakkan
kertas semen (100 x 100) cm yang telah ditimbang, diletakkan diatas
permukaan jalan kemudian disemprot dengan Asphalt Sprayer sesuai
dengan ketentuan spesifikasi, setelah ditimbang lagi, berat dibagi dengan
IV-54

luasan kertas semen merupakan jumlah kadar aspal persatuan luas atau
jumlah sebenarnya yang harus disiramkan,

2
1 Prime Coat

Air Compressor Asphalt Distributor


Keterangan :
1. Pembersihan permukaan jalan
2. Penghamparan lapis Prime Coat

Gambar 4.44 Pekerjaan Lapis Resap Pengikat (Prime Coat)

g) Penyemprotan dilaksanakan dengan menjalankan Asphalt Sprayer sambil


bergerak mundur dengan kecepatan tetap dan merata pada semua
permukaan,
h) Tempat – tempat yang menunjukan adanya kelebihan ditutup dengan bahan
penyerap (blotter material) hanya boleh dihampar 4 jam setelah
penyemprotan
i) Menjaga lokasi yang sudah di Prime Coat dari lalu lintas sebelum kering
atau minimal 24 jam setelah penyiraman.
e. Pengendalian mutu
Agar hasil pekerjaan memenuhi persyaratan dan mendapatkan kualitas yang
sudah direncanakan, berikut ini adalah beberapa pengujian dalam pengendalian
mutu :
1. Uji Penetrasi Aspal
Bertujuan untuk menentukan penetrasi Prime Coat dengan memasukkan
jarum penetrasi dengan beban dan waktu tertentu pada suhu tertentu.
2. Titik Lembek Aspal
Untuk menentukan titik lembek aspal, yang dimaksud dengan titik lembek
adalah suhu pada saat bola baja, dengan berat tertentu mendesak turun pada
suatu lapisan aspal tersebut menyentuh plat dasar.
3. Uji Titik Nyala
IV-55

Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan titik nyala dan titik bakar
Prime Coat.
4. Uji Daktilitas
Pengujian daktilitas dimaksudkan untuk mengukur jarak terpanjang yang
dapat ditarik antara dua cetakan yang berisi bitumen keras sebelum putus,
pada suhu dan kecepatan tarik tertentu.
5. Uji Penurunan Berat Minyak
Pengujian penurunan berat minyak dimaksudkan untuk menentukan
penurunan berat minyak dan aspal dengan cara pemanasan dan tebal
tertentu, yang dinyatakan dalam persen berat semula.
6. Uji Berat jenis aspal
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui berat jenis Prime Coat yang akan
di pakai, nantinya akan di pakai sebagai acuan dalam menentukan
kebutuhan prime coat per m2.
7. Uji Viskositas Furol
Pengujian viskositas dimaksudkan untuk menentukan suhu pencampuran
dan suhu pemadatan Prime Coat berdasarkan viskositasnya.
8. Uji Trial and Error
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan kebutuhan prime coat per m2.
Prime coat yang disemprotkan pada jalan diusahakan terhindar dari hal-hal
yang dapat menyebabkan terkelupasnya lapisan tersebut, misalnya karena
kendaraan atau pejalan kaki yang lewat. Sebelum penyemprotan kran
sprayer (nosel) harus di kalibrasi terlebih dahulu. Mengatur nosel agar aspal
keluar sesuai rencana dapat dilakuakan dengan cara meletakkan kertas
semen (1 x 1) m yang telah ditimbang, kemudian diatas permukaan kertas
semen disemprotkan aspal menggunakan Asphalt Sprayer, kemudian kertas
semen yang telah disemprot ditimbang ulang untuk mendapatkan berat
aspal, berat aspal dikali dengan berat jenis aspal merupakan volume aspal
persatuan luas ( 1 m2 ). Prosedur ini dilakukan hingga di dapatkan nosel
yang menghasilkan takaran aspal persatuan luas yang sesuai dengan
spesifikasi (0,8 liter)
IV-56

f. Pemeliharaan
Prime Coat yang telah terhampar pada permukaan perkerasan harus dijaga
agar tidak terkena hujan dan faktor cuaca yang lain yang dapat merusak lapisan
tersebut. Apabila terjadi pengelupasan lapisan Prime Coat segera diperbaiki
(disemprot ulang).
4.3.3.2 Lapis Laston
Lapis Laston ini mencakup pengadaan lapisan padat yang awet berupa lapis perata,
lapis pondasi atau lapis aus campuran beraspal panas yang terdiri dari agregat dan
bahan aspal yang dicampur secara panas di pusat instalasi pencampuran, serta
menghampar dan memadatkan campuran tersebut di atas pondasi atau permukaan
jalan yang telah disiapkan sesuai dengan Spesifikasi dan memenuhi garis,
ketinggian dan potongan memanjang yang ditunjukkan dalam Gambar Rencana.
Semua campuran dirancang dalam Spesifikasi untuk menjamin bahwa asumsi
rancangan yang berkenaan dengan kadar aspal, rongga udara, stabilitas, kelenturan
dan keawetan sesuai dengan lalu-lintas rencana. Campuran hanya bisa dihampar
bila permukaan yang telah disiapkan keadaan kering dan diperkirakan tidak akan
turun hujan. Laston yg digunakan pada Proyek Pembangunan Ruas Jalan Salatiga
– Ngablak Bts. Kabupaten Magelang STA. 48+900 – STA. 51+100 Provinsi Jawa
Tengah adalah setebal 10 cm dan membutuhkan sebanyak 8625 ton. Untuk
mendapatkan ketebalan lapisan yang sesuai dengan syarat yang telah direncanakan
maka perlu dilakukan trial.
a. Alat
Alat yang digunakan pada pekerjaan Lapis Laston yaitu :
a) Dump Truck
Digunakan untuk mengangkut campuran aspal panas dari unit AMP ke
lokasi pekerjaan.
b) Asphalt Finisher
Alat ini berfungsi untuk penghampar campuran aspal panas dan untuk
mendapatkan lapisan yang merata.
Asphalt Finisher yang digunakan dalam Proyek Pembangunan Jalan
Salatiga - Ngablak Bts. Kabupaten Magelang STA. 48+900 – STA. 51+100
adalah Caterpilar AP555E.
IV-57

c) Tandem Roller
Digunakan sebagai alat pemadat awal dan akhir, berguna untuk
mendapatkan permukaan yang agak halus, misalnya pada penggilasan aspal
beton dan lain-lain.
Tandem Roller yang digunakan pada Proyek Pembangunan Jalan Salatiga -
Ngablak Bts. Kabupaten Magelang STA. 48+900 – STA. 51+100 adalah
Caterpilar CB – 534D XW.
d) Pneumatic Tyred Roller
Digunakan sebagai alat pemadat sekunder, digunakan pada pekerjaan
penggilasan bahan granular, juga baik digunakan pada penggilasan lapisan
hot mix sebagai “penggilas antara”.
Pneumatic Tired Roller yang digunakan dalam Proyek Pembangunan Jalan
Salatiga - Ngablak Bts. Kabupaten Magelang STA. 48+900 – STA. 51+100
adalah Caterpilar PS150C HW.
b. Spesifikasi Bahan
Spesifikasi Bahan yang digunakan pada pekerjaan Lapis Laston adalah :
a) Agregat kasar
(a) Fraksi agregat kasar untuk rancangan campuran adalah yang tertahan
ayakan No. 4 (4,75 mm) yang dilakukan secara basah dan harus bersih,
keras, awet dan bebas dari lempung atau bahan yang tidak dikehendaki
lainnya dan memenuhi ketentuan yang diberikan dalam Tabel 4.7.
(b) Fraksi agregat kasar harus dari batu pecah mesin dan disiapkan dalam
ukuran nominal sesuai dengan jenis campuran yang direncanakan.
(c) Fraksi agregat kasar harus ditumpuk terpisah dan harus dipasok ke
instalasi pencampur aspal dengan menggunakan pemasok penampung
dingin (cold bin feeds) sedemikian rupa sehingga gradasi gabungan
agregat dapat dikendalikan dengan baik.

Tabel 4.7 Ketentuan Agregat Kasar


Pengujian Standar Nilai
Kekekalan bentuk agregat terhadap SNI 3407:2008 Maks.12 %
larutan natrium dan magnesium sulfat
IV-58

Abrasi Campuran AC bergradasi SNI 2417:2008 Maks. 30%


dengan mesin kasar
Los Angeles Semua jenis campuran Maks. 40%
aspal bergradasi lainnya
Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 03-2439- Min. 95 %
1991
Angularitas (kedalaman dari permukaan DoT’s 95/90 1
<10 cm) Pennsylvania
Angularitas (kedalaman dari permukaan Test Method, 80/75 1
≥ 10 cm) PTM No.621
Partikel Pipih dan Lonjong ASTM D4791 Maks. 10 %
Perbandingan 1
:5
Material lolos Ayakan No.200 SNI 03-4142- Maks. 2 %
1996
( Sumber : Speksifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan Tahun 2018)

b) Agregat Halus
(a) Agregat halus harus terdiri dari pasir atau hasil pengayakan batu pecah
dan terdiri dari bahan yang lolos ayakan No.4 (4,75 mm).
(b) Fraksi agregat halus pecah mesin dan pasir harus ditempatkan terpisah
dari agregat kasar.
(c) Agregat halus harus merupakan bahan yang bersih, keras, bebas dari
lempung, atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Batu pecah halus
harus diperoleh dari batu yang memenuhi ketentuan mutu. Apabila
fraksi agregat halus yang diperoleh dari hasil pemecah batu tahap
pertama (primary crusher), tidak memenuhi pengujian Standar Setara
Pasir sesuai Tabel 4.7, maka fraksi agregat harus dipisahkan sebelum
masuk pemecah batu tahap kedua (secondary crusher) dan tidak
diperkenankan untuk campuran aspal jenis apapun.

Tabel 4.8 Ketentuan Agregat Halus


Pengujian Standar Nilai

Nilai Setara Pasir SNI 03-4428-1997 Min 60%


IV-59

Pengujian Standar Nilai


Material Lolos Ayakan No. 200 SNI ASTM C117: Maks. 10%
2012
Gumpalan Lempung dan butir-butir SNI 03-4141-1996 Maks 1%
mudah pecah dalam agregat
Angularitas (kedalaman dari Min. 45
permukaan < 10 cm) AASHTO TP-33
atau
Angularitas (kedalaman dari
ASTM C1252-93 Min. 40
permukaan  10 cm)
( Sumber : Speksifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan Tahun 2018)

c) Bahan Pengisi (Filler) Untuk Campuran Beraspal


(a) Bahan pengisi yang ditambahkan terdiri atas debu batu kapur (limestone
dust), kapur padam (hydrated lime), semen atau abu terbang yang
sumbernya disetujui oleh Direksi Pekerjaaan.
(b) Bahan pengisi yang ditambahkan harus kering dan bebas dari
gumpalan-gumpalan dan bila diuji dengan pengayakan sesuai SNI 03-
1968-1990 harus mengandung bahan yang lolos ayakan No.200 (75
micron) tidak kurang dari 75 % terhadap beratnya.
(c) Bilamana kapur tidak terhidrasi atau terhidrasi sebagian, digunakan
sebagai bahan pengisi yang ditambahkan maka proporsi maksimum
yang diijinkan adalah 1,0% dari berat total campuran beraspal. Kapur
yang seluruhnya terhidrasi yang dihasilkan dari pabrik yang disetujui
dan memenuhi persyaratan yang disebutkan pada Pasal 6.3.2.(4).(b)
diatas, dapat digunakan maksimum 2% terhadap berat total agregat.
(d) Semua campuran beraspal harus mengandung bahan pengisi yang
ditambahkan tidak kurang dari 1% dan maksimum 2% dari berat total
agregat.

d) Gradasi Agregat Gabungan


Gradasi agregat gabungan untuk campuran aspal, ditunjukkan dalam persen
terhadap berat agregat dan bahan pengisi, harus memenuhi batas-batas yang
IV-60

diberikan dalam Tabel 4.8 Rancangan dan Perbandingan Campuran untuk


gradasi agregat gabungan harus mempunyai jarak terhadap batas-batas yang
diberikan dalam Tabel 4.9.

Tabel 4.9 Amplop Gradasi Agregat Gabungan Untuk Campuran Aspal Laston
% Berat Yang Lolos terhadap Total Agregat dalam Campuran
Ukuran
Ayakan Latasir (SS) Lataston (HRS) Laston (AC)
(mm) 3 Gradasi Semi
Gradasi Senjang
Senjang 2
Kelas A Kelas B WC Base WC Base WC BC Base
37,5 100
25 100 90 - 100
19 100 100 100 100 100 100 100 90 - 100 76 - 90
12,5 90 - 100 90 - 100 87 - 100 90 - 100 90 - 100 75-90 60 - 78
9,5 90 - 100 75 - 85 65 - 90 55 - 88 55 - 70 77 - 90 66 – 82 52 - 71
4,75 53 - 69 46 - 64 35 - 54
2,36 75 – 100 50 – 723 35 - 553 50 – 62 32 - 44 33 - 53 30 - 49 23 - 41
1,18 21 - 40 18 - 38 13 - 30
0,600 35 - 60 15 - 35 20 – 45 15 - 35 14 - 30 12 - 28 10 - 22
0,300 15 – 35 5 - 35 9 - 22 7 - 20 6 - 15
0,150 6 - 15 5– 13 4 - 10
0,075 10 - 15 8 – 13 6 - 10 2-9 6 – 10 4-8 4-9 4 -8 3-7

( Sumber : Speksifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan Tahun 2018)

e) Aspal Keras
Aspal yang digunakan dapat berupa aspal Pen 60/70. Aspal Tipe I harus
diuji pada setiap kedatangan dan sebelum dituangan ke tangki penyimpan
AMP untuk penetrasi 25C (SNI 06-2456-1991). Bahan pengikat ini
dicampur dengan agregat sehingga menghasilkan campuran beraspal
sebagaimana mestinya sesuai dengan yang disyaratkan. Pengambilan
contoh bahan aspal harus dilaksanakan sesuai dengan SNI 06-6890-2002.
Pengujian penetrasi dan titik lembek harus dilakukan pada saat kedatangan.
Aspal keras yang digunakan harus memenuhi persyaratan seperti dalam
Tabel 4.10
IV-61

Tabel 4.10 Ketentuan-ketentuan untuk Aspal Keras


Tipe I Tipe II Aspal yang
Metoda Aspal Dimodifikasi
No. Jenis Pengujian A(1) C
Pengujian Pen.60-
Asbuton yg Elastomer
70 diproses Sintetis
SNI 06-2456-
1. Penetrasi pada 25C (dmm) 60-70 40-55 Min.40
1991
SNI 06-6441-
2. Viskositas Dinamis 60C(Pa.s) 160-240 240-360 320-480
2000
Viskositas SNI 06-6441-
3. >300 385 – 2000 < 3000(5)
Kinematis135C(cSt) 2000

4. Titik Lembek (C) SNI 06-2434- >48 >53 >54


1991
SNI-06-2432-
5. Daktilitas pada 25C, (cm) >100 > 100 > 100
1991
SNI-06-2433-
6. Titik Nyala (C) >232 >232 >232
1991
(1)
7. Kelarutan dlm Toluene (%) ASTM D5546 >99 > 90 >99

8. Berat Jenis SNI-06-2441- >1,0 >1,0 >1,0


1991
ASTM D 5976
9. Stabilitas Penyimpanan (C) - <2,2 <2,2
part 6.1
Pengujian Residu hasil TFOT (SNI-06-2440-1991 )atau RTFOT (SNI-03-6835-2002) :

10. -
Berat yang Hilang (%) SNI 06-2441- < 0.8 2) < 0.8 2) < 0.8 3)
1991
SNI 06-2456-
11. Penetrasi pada 25C (%) > 54 > 54 ≥54
1991
12. SNI-03-6441- <800 <1200 <1600
Viskositas Dinamis 60C(Pa.s)
2000
Keelastisan setelah AASHTO T 301-
13. - - > 60
Pengembalian (%) 98
SNI 062432-
14. Duktilitas pada 25C (cm) > 100 > 50 >25
1991
Partikel yang lebih halus dari
15. - Min. 95(1) -
150 micron (m) (%)

( Sumber :Spesifikasi sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat 2018)

f) Lapis Aspal Beton


Pada proyek pembangunan jalan ini lapisan permukaan (surface)
menggunakan laston sesuai dengan perhitungan struktur. Adapun parameter
sifat-sifat yang harus dipenuhi pada campuran laston dapat dilihat pada tabel
4.11.
IV-62

Tabel 4.11 Ketentuan Sifat-sifat Campuran Laston (AC)


Sifat-sifat Campuran Laston
Lapis Aus Lapis Antara Pondasi
Halus Kasar Halus Kasar Halus Kasa
r
Jumlah tumbukan
per bidang 75 112
Rasio partikel lolos Min. 1
ayakan 0,075 mm Maks. 1,4
dengan kadar aspal
efektif
Rongga dalam Min. 3,0
(2)
campuran (%) Maks. 5,0
Rongga dalam Min. 15 14 13
Agregat (VMA) (%)
Rongga Terisi Aspal Min. 65 63 60
(%)
Stabilitas Marshall Min. 800 1800 (1)
(kg)
Maks. - -
Pelelehan (mm) Min. 2 3

Maks. 4 6
Stabilitas Marshall Min. 90
Sisa (%) setelah
perendaman selama
24 jam, 60 ºC (3)
Rongga dalam Min. 2
campuran (%) pada
Kepadatan membal
(refusal) (4)
( Sumber : Speksifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan Tahun 2018)

c. Tenaga
Tenaga pada lapis Laston sama dengan spesifikasi tenaga pada pekerjaan lapis
resap pengikay (prime coat).
d. Prosedur Pelaksanaan
a) Trial Slection
Dilakukan pekerjaan trial selection untuk menentukan jumlah lintasan agar
mendapatkan kepadatan yang diinginkan. Langkah-langkah pekerjaan trial
selection adalah sebagai berikut:
IV-63

(a) Pekerjaan trial dilakukan diluar lokasi proyek dengan panjang minimal
300 meter, dibagi tiga bagian, masing-masing bagian 100 meter,
(b) Melakukan penghamparan dengan ketebalan penghamparan dilakukan
1,2 kali ketebalan padat,
(c) Pemadatan dilakukan menurut bagian-bagiannya dengan jumlah
lintasan yang berbeda-beda dan lebar pemadatan 1/8 lebar drum. Dapat
ditunjukan pada Gambar 4.33.

Varian Varian Varian

Varian Varian Varian


1 2 3 I = 13 lintasan
II = 15 lintasan
100 m 100 m 100 m III = 17 lintasan

Gambar 4.45 Lintasan dan Jumlah Lintasan Trial Selection Laston

(d) Masing-masing lintasan dipadatkan dengan alat Tandem Roller


kemudian Pneumatic Tyred Roller dan dilanjutkan dengan Tandem
Roller lagi.
(e) Setelah itu sampel diukur manakah yang ketebalannya sesuai dengan
ketebalan rencana.
(f) Jika pada salah satu varian diatas terdapat ketebalan yang sesuai, maka
dapat di ambil menggunakan varian tersebut.
(g) Setelah pemadatan selama 24 jam, kemudian dilakukan pengecekan
terhadap kepadatan dilapangan dengan alat Core Drill.
IV-64

Titik Pengambilan Core Drill

Gambar 4.46 Lokasi Titik Pengambilan Core Drill di Lapangan

(h) Sample yang diambil diberi label sesuai dengan lokasinya, kemudian
diperiksa. Dari hasil pemeriksaan sample dapat diperoleh data mengenai
berat volume, tebal lapisan setelah dipadatkan, kadar aspal, gradasi
campuran, dan kepadatan lapangan. Berdasarkan data-data yang
diperoleh, maka jumlah lintasan yang digunakan adalah jumlah lintasan
yang sesuai atau yang paling mendekati dengan spesifikasi rencana yaitu
menurut AASTHO T-166 untuk asphalt minimal 98%.
b) Metode pelaksanaan
(a) Dalam melaksanakan pekerjaan ini harus sesuai dengan ketentuan
spesifikasi, gambar kerja yang dikendalikan & standar lain.
(b) Tersedianya Job Mix Formula Laston dan hasil trial yang telah disetujui
Direksi.
(c) Sebelum dimulai, ijin pelaksanaan pekerjaan telah disetujui Direksi.
(d) Melakukan check list terhadap kelengkapan alat kerja, alat ukur dengan
kalibrasi yang valid, personil yang kompeten,
(e) Petugas survei membuat garis pedoman As, tepi & ketebalan
penghamparan Laston,
(f) Lokasi yang akan diberi lapisan Laston dibersihkan dari kotoran dan air,
kemudian disemprot dengan Lapis Perekat (Prime Coat) yang sesuai
dengan spesifikasi,
(g) AMP melaksanakan produksi Laston sesuai dengan Job Mix Formula
yang telah disetujui Direksi dan pengangkutan ke lokasi menggunakan
Dump Truck,
(h) Panaskan sepatu Asphalt Finisher sebelum menerima Laston,
IV-65

(i) Setelah Dump Truck sampai dilokasi, Laston dari Dump Truck diterima
oleh Asphalt Finisher, selanjutnya dihamparkan sesuai tebal rencana
dengan suhu penghamparan (130-150)‫ﹾ‬.
(j) Pengecekan kerataan dan kemiringan jalan dengan mistar, bila ada yang
kurang rata segera ditambah dengan material Laston yang masih panas
dan diratakan kembali dengan penggaruk dan perata,
(k) Merapikan bagian tepi penghamparan Laston secara manual (dengan
tenaga manusia.

Pekerjaan Laston dapat dilihat pada Gambar 4.47


2 3
1

Dump Truck Asphalt Finisher

6 5 4

Keterangan :
1. Pemuatan campuran Laston Laston
2. Pengangkutan campuran Laston 10 cm
3. Penghamparan Tandem Roller
campuran Laston Pneumatic Tyre Tandem Roller
4. Pemadantan sekunder Roller
5. Pemadatan akhir

Gambar 4.56 Pekerjaan Laston

(l) Pelaksanaan pemadatan Laston


1. Pemadatan dilaksanakan dari bagian terendah ke bagian lebih
tinggi, roda alat pemadat harus selalu dibasahi dengan air.
2. Pemadatan awal (initial breakdown rolling) menggunakan Tandem
Roller, dengan kecepatan 3-4 Km/jam, suhu (125-145) C, jumlah
lintasan sesuai hasil trial lapangan.
3. Pemadatan antara (intermediate rolling) dengan Pneumatic Tyre
Roller, dengan kecepatan 4-10 Km/jam, suhu (100-125) C, jumlah
lintasan sesuai dengan hasil trial lapangan.
IV-66

4. Pemadatan akhir (finishing rolling) dengan Tandem Roller, dengan


kecepatan 5-8 Km/jam, dengan suhu > 95 C, jumlah lintasan sesuai
dengan hasil trial lapangan.
5. Setelah pemadatan selesai, lapisan Laston baru bisa dilalui
kendaraan minimal sekurang-kurangnya 4 jam.

Tabel 4.12 Ketentuan Viskositas & Temperatur Aspal untuk Pencampuran


Pemadatan
Rentang Rentang
Viskosita Temperatu Temperatu
No
Prosedur Pelaksanaan s Aspal r Aspal r Aspal
.
(Pas) Tipe I Tipe IIB
(C) (C)
1 Pencampuran benda uji 0,2 155 1 165 1
Marshall
2 Pemadatan benda uji Marshall 0,4 145 1 155 1
3 Pencampuran, rentang 0,2 - 0,5 145 – 155 155 – 165
temperatur sasaran
4 Menuangkan campuran aspal  0,5 135 – 150 145 – 160
dari alat pencampur ke dalam
truk
5 Pemasokan ke Alat 0,5 - 1,0 130 – 150 140 – 160
Penghampar
6 Pemadatan Awal (roda baja) 1-2 125 – 145 135 – 155
7 Pemadatan Antara (roda karet) 2 - 20 100 – 125 100 – 135
8 Pemadatan Akhir (roda baja) < 20 > 95 >105
( Sumber :Spesifikasi sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat 2018)
IV-67

Gambar 4.48 Grafik hubungan antara Viskositas dan Temperatur

c) Permadatan/penggilasan terdiri dari 3 operasi sebagai berikut :


Tabel 4.13 Operasi Pemadatan
Jenis Penggilasan/Pemadatan Waktu Setelah Penghamparan
Penggilasan awal atau pemecahan
(initial breakdown) (0 – 10) menit
Penggilasan sekunder atau antara
(intermediate) (10 – 20) menit
Penggilasan terakhir
(finishing) (20 – 45) menit

(a) Penggilasan awal dan akhir menggunakan mesin penggilas baja (Tandem
Roller), sedangkan penggilasan sekunder menggunakan mesin gilas roda
ban (Pneumatic Tired Roller),
(b) Jumah lintasan untuk tiap–tiap operasi penggilasan harus disesuaikan
dengan hasil dari trial selection, dimana trial/percobaan tersebut dilakukan
untuk mengetahui jumlah lintasan yang dianggap paling baik untuk
memenuhi ketebalan dan kepadatan yang telah ditentukan.
Untuk pengaspalan lebih dari satu jalur, maka penggilasan dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
1. Sambungan melintang (Transverse Joint),
2. Sambungan memanjang (Longitudinal Joint),
IV-68

3. Bagian tepi luar (Out Side Edge),


4. Penggilasan awal (Initial Break Down),
5. Penggilasan sekunder (Intermediete),
6. Penggilasan akhir (Finishing Rolling),

Berikut adalah penjelasanya :


1. Penggilasan pada sambungan melintang
Sambungan melintang harus digilas pertama kali dan dalam penggilasan
awal harus digilas ke arah melintang dengan menggunakan papan untuk
melindungi Tandem Roller, apabila material terlalu tinggi maka harus
dikurangi jumlahnya dan dilakukan penggilasan lagi. Jika sambungan
melintang akan dibuat dekat sambungan memanjang, maka lintasan
penggilasan dilakukan pertama-tama dengan menggunakan Tandem
Roller pada sambungan memanjang. Sebagaimana ditunjukan pada
Gambar 4.49.

Lapisan yang belum di padatkan Lapisan yang sudah dipadatkan

1m Sambungan melintang

Gambar 4.49 Pemadatan Laston pada Sambungan Melintang


2. Penggilasan pada sambungan memanjang
Sambungan memanjang digilas segera setelah Asphalt Finisher bekerja
untuk memperoleh sambungan yang kuat. Pada waktu menggelar
material diusahakan agar lapisan baru berlebih (Overlap). Sebelum
penggilasan material yang kasar pada overlap dipindah ke bagian yang
belum dipadatkan atau dibuang, diharapkan yang tertinggal adalah
material yang halus, kemudian digilas saat penggilasan sambungan,
dimana pekerjaan ini harus dilakukan dengan cepat. Tandem Roller
menggilas sepanjang jalan dan membelokkan sedikit demi sedikit
IV-69

melewati sambungan tersebut sampai padat, sehingga sambungan akan


tercapai. Sebagaimana ditunjukan pada Gambar 4.50.

Lapisan yang belum dipadatkan Sambungan melintang

Lapisan yang sudah dipadatkan

Gambar 4.50 Penggilasan pada Sambungan Memanjang

3. Penggilasan pada tepi luar


Tepi dari lapisan agar dipadatkan secara bersamaan seperti halnya pada
sambungan memanjang. Sebelum dipadatkan bagian tepi agar
dipadatkan miring dengan alat pemadat. Hal ini memungkinkan agar
roda roller dengan beratnya dapat dipikul pada bagian tepi lapisan
tersebut. Didalam penggilasan tepi dari lapisan diusahakan agar roda
roller melewati tepian selebar 5–10 cm diluar pengaspalan.
4. Penggilasan pada jalan lurus, pemadatan dimulai dari jalan tepi
perkerasan sejajar as jalan menuju ketengah.
5. Penggilasan pada tikungan, penggilasan dimulai dari bagian yang
rendah sejajajar menuju ke bagian yang tertinggi.
e. Pengendalian mutu
Sebelum disuplai ke lokasi sebaiknya dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu.
Apabila setiap pemeriksaan gradasi batuan ternyata ada perubahan gradasi maka
perlu dilakukan perubahan Job Mix Formula (campuran perkerasan) yang harus
sesuai dan dilakukan pengujian marshall secara lebih lengkap. Begitu juga
terhadap mesin pencampur aspalnya dikalibrasi sesuai dengan komposisi Job
Mix Formula yang baru.
Campuran aspal panas hasil produksi AMP harus dapat memenuhi persyaratan
yang telah ditentukan dari hasil percobaan perencanaan. Untuk itu setiap saat
harus diadakan pemeriksaan campuran, hal ini untuk mengetahui bilamana
IV-70

terjadi penyimpangan. Pada waktu pemadatan masing–masing tahapan


pemadatan harus diperhatikan temperaturnya.
Setelah itu, untuk mengecek kerataan dan kelandaian jalan dengan menggunakan
mal yaitu:
(a) Pengecekan kelandaian degan menggunakan mal datar kemudian
diketam sesuai kemiringan yang ditentukan pada bagian bawah.
Mal datar ± 3 m
Waterpass

Gambar 4.51 Pengecekan Kelandaian Dengan Mal Datar


Untuk pengecekan kepadatan lapangan dan tebal lapisan perkerasan,
dilakukan dengan mengambil contoh di lapangan dengan alat Core Drill.
Langkah-langkah pekerjaan Core Drill sebagai berikut :
(a) Menentukan lokasi/titik pengujian,
(b) Pengeboran dilapangan dilakukan dengan alat “Core Drill”,
(c) Menambal kembali lubang pengeboran dengan material yang sama,
(d) Dari hasil pengeboran dapat diukur dimensi tebal lapisan aspal,
(e) Hasil pengeboran aspal ditimbang (a),
(f) Hasil pengeboran direndam dalam air selama 24 jam,
(g) Hasil pengeboran aspal ditimbang dalam dalam air (b),
(h) Hasil pengeboran aspal ditimbang kering permukaan (c),
(i) Menghitung kepadatan lapangan dengan rumus : a
c−b

(j) Menghitung prosentase kepadatan dengan rumus :


Bulk Densitas Lapangan
x 100 %
Bulk Densitas Laboratorium
(k) Prosentase kepadatan harus ≥ spesifikasi.
Pengujian core drill sendiri berfungsi untuk :
(1) Mengetahui ketebalan laston sehingga tidak menyimpang dengan Job
Mix.
IV-71

(2) Mengetahui Kepadatan hasil pemadatan di lapangan dan persentase


kepadatan lapangan relatif terhadap Kepadatan Campuran Kerja (Job
Mix Density) untuk setiap benda uji inti (core).
Setelah dilakukan uji Core Drill, selanjutnya untuk mengetahui kadar aspal
dan gradasi agregat sudah sesuai dengan persyaratan yang sudah
ditentukan dilakukan pengujian uji Ekstrasi.
f. Pemeliharaan
Pemeliharaan mencakup operasi yang bertujuan memelihara permukaan jalan
yang kerataannya tetap dengan kualitas permukaan rata –rata dari jenis
permukaan yang ada seperti penutup retak, penambalan lubang –lubang kecil.
Pemeliharaan juga mencakup pekerjaan seperti perataan gelombang permukaan
jalan untuk mendistribusikan material.
4.3.4 Pekerjaan Bahu Jalan
Bahu jalan adalah bagian jalan yang terletak antara tepi luar jalur lalu lintas dan
garis potongan antara bidang permukaan atas dan bidang lereng badan jalan.
Pekerjaan bahu jalan mencakup penyediaan material, pengangkutan, pemasangan,
dan pemadatan bahan untuk bahu pada tanah dasar yang telah disiapkan.
Fungsi dari bahu jalan adalah sebagia berikut :
1) Ruangan untuk tempat berhenti sementara bagi kendaraan,
2) Ruangan untuk menghindarkan diri dari saat darurat, sehingga dapat mencegah
terjadinya kecelakaan,
3) Memberikan kelegaan pada pengemudi, dengan demikian dapat meningkatkan
kapasitas jalan yang bersangkutan,
4) Memberikan sokongan pada konstruksi perkerasan jalan dari arah samping,
5) Untuk mencegah tanah dasar masuk ke dalam lapisan pondasi.
Perkerasan bahu jalan menggunakan material Agregat Kelas S setebal 12 cm
dapat dilihat pada Gambar 4.52.

12 m

Gambar 4.52 Lapisan Perkerasan Bahu Jalan


IV-72

a. Alat
Alat yang dugunakan pada pekerjaan Bahu Jalan yaitu :
a) Dump Truck, untuk mengangkut.
b) Wheel Loader, untuk memuat.
c) Vibrator Roller, untuk memadatkan.
d) Motor Grader, untuk penghamparan atau membentuk permukaan.
e) Water Tank Truck, untuk menyeprotkan air pada tanah.

b. Spesifikasi Bahan
Bahan atau material yang digunakan untuk pekerjaan bahu jalan adalah agregat
kelas S yang sesuai dengan spesifikasi, yaitu mengenai ukuran, gradasi, dan
persyaratan teknik lainnya, dengan lebar tiap sisi adalah 2.5 m dan tebalnya 12
cm.
Tabel 4.14 Gradasi Lapis Pondasi Agregat Kelas S

Sumber : Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan Tahun 2010, revisi 3
IV-73

Tabel 4.15 Sifat – sifat Lapis Pondasi Agregat kelas S

Sumber : Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan Tahun 2018


c. Tenaga
Tenaga pada pekerjaan bahu jalan sama dengan tenaga pada lapis pondasi
bawah.
d. Prosedur Pelaksanaan
a) Persiapan
1. Penyiapan tanah dasar untuk bahu jalan disiapkan sebelumnya
bersamaan dengan pekerjaan galian dan timbunan
2. Bahu jalan dikerjakan selebar 2,5 m kanan dan kiri dengan tebal lapisan
12 cm dan kemiringan 4%.
b) Penghamparan
1. Material dibawa ketempat bahu jalan sebagai campuran yang merata
dan dihamparkan pada kadar air dalam rentang yang diisyaratkan.
2. Masing-masing lapisan harus dihamparkan pada satu operasi pada
tingkat yang diperlukan dalam toleransi yang diisyaratkan.
3. Penghamparan dilakukan dengan salah satu metode yang disetujui yang
tidak menyebabkan segregasi.
c) Pemadatan
1. Setelah pencampuran dan pembentukan akhir, masing-masing lapisan
dipadatkan menyeluruh dengan alat pemadat yang memadai dan
disetujui oleh Direksi Teknik.
IV-74

2. Operasi penggilasan dimulai sepanjang tepi bergerak kesumbu jalan


dalam arah memanjang. Pada bagian jalan yang bersuper elevasi
penggilasan harus dimulai pada bagian yang paling rendah menuju
bagian yang paling tinggi. Operasi penggilasan dilanjutkan sampai
bekas mesin gilas tidak tampak.
Pekerjaan Bahu Jalan dapat dilihat pada Gambar 4.53.

2
1

Wheel Loader Dump Truck

3 4

Motor Grader Water Tanker Vibrator Roller


Keterangan :
1. Pemuatan agregat kelas S
2. Pengangkutan agregat Kelas S
3. Penghamparan dan perataan agregat kelas S
4. Penyiraman air
5. Pemadatan agregat kelas S

Gambar 4.53 Pekerjaan Bahu Jalan

e. Pengendalian Mutu
Beberapa pengujian yang dilakukan dalam pengendalian mutu lapisan pondasi
bawah dalam rangka mendapatkan kualitas yang direncanakan adalah sebagai
berikut:
(1) Uji Sand Cone
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan hasil pemadatan sesuai dengan
spesifikasi yang disetujui Direksi Teknik.
(2) Pengujian CBR di Lapangan
Pengujian CBR dimaksudkan untuk mendapatkan daya dukung relatif
(CBR) antara tanah dan tanah serta tanah dengan aggregat.
IV-75

4.5 Pekerjaan Pelengkap Jalan


Pekerjaan ini terdiri dari pengadaan, pemasangan dari pelengkapan jalan, seperti
semak, marka jalan, patok kilometer dan hektometer, dan rambu lalu lintas.
Pekerjaan ini dilaksanakan setelah pekerjaan struktur selesai.
4.5.1 Pekerjaan Marka Jalan
Pekerjaan ini terdiri dari pengadaan serta pembuatan marka jalan yang merupakan
garis-garis, angka, dan konfigurasi lambang yang terlihat pada gambar dan sesuai
dengan spesifikasi.
a) Alat
(a) Compressor
(b) Dump Truck
b) Spesifikasi Bahan
(a) Cat marka jalan dari bahan termoplastik putih
(b) Thinner
(c) Glas Bit
c) Tenaga
(a) Quality Control
(b) Mandor
(c) Pekerja
(d) Tukang cat

d) Prosedur Pelaksanaan
(a) Membersihkan permukaan jalan sampai bersih, kering dan bebas dari debu.
(b) Semua bahan cat yang digunakan tanpa pemanasan (bukan termoplastik) harus
dicampur terlebih dahulu menurut petunjuk pabrik pembuatnya sebelum
digunakan agar suspensi pigmen merata di dalam cat.
(c) Menandai permukaan jalan sesuai dengan ukuran dan posisi marka jalan.
(d) Compressor yang digunakan untuk pengecatan harus menghasilkan suatu
lapisan yang rata dan seragam dengan tebal basah minimum 0,38 milimeter
untuk “cat bukan termoplastik”, dengan garis tepi yang bersih pada lebar
rancangan yang sesuai. Bilamana tidak disyaratkan oleh pabrik
IV-76

pembuatnya, maka cat termoplastik harus dilaksanakan pada temperatur 204


- 218 C
(e) Glas bit diberikan segera setelah cat marka selesai disemprotkan.
(f) Hasil marka yang kurang baik harus segera diperbaiki hingga terlihat rapi
sesuai dengan ukuran dan posisinya oleh penyedia jasa dengan biaya
sendiri. Sebagaimana dapat ditunjukan pada Gambar 4.54.

Gambar 4.54 Marka Jalan

4.5.2 Pemasangan Patok Kilometer dan Hektometer


Patok Kilometer dipasang tiap jarak 1 km. Sedangkan patok Hektometer dipasang
tiap jarak 100 m. Keduanya terbuat dari beton cetakan dengan dimensi yang telah
ditentukan oleh Direksi Teknik. Pemasangan patok Kilometer dan Hektometer
ditempatkan di tempat yang mudah dilihat oleh pemakai jalan. Pada Proyek
Pembangunan Ruas Jalan Salatiga – Ngablak Bts. Kabupaten Magelang STA.
48+900 – STA. 51+100 membutuhkan patok Kilometer 3 buah dan patok
Hektometer 180 buah.
a) Alat
(a) Dump truck
(b) Alat Bantu
b) Spesifikasi Bahan
(a) Beton K-125
(b) Cat
IV-77

c) Tenaga
(a) Pekerja
(b) Tukang cat
(c) Mandor
(d) Sopir
d) Prosedur Pelaksanaan
(a) Membuat patok di base camp dengan perbandingan 1PC : 2Ps : 3Kr.
(b) Memasang patok dengan elevasi puncak dan posisinya patok sesuai dengan
ketentuan kemudian mengecatnya.
(c) Pemasangan patok hektometer dipasang pada setiap 100 m setelah patok
kilometer.
(d) Pemasangan patok kilometer dipasang setiap 1 kilometer.

132
30 cm
15
15 cm

85
I II 75 cm

10
III 10 cm 10 1510 1015 10
40 cm

Gambar 4.55 Patok Kilometer (a) dan Hektometer (b)

4.5.3 Pemasangan Rambu Lalu Lintas


Pelaksanaan pemasangan rambu jalan harus ditempatkan pada tempat yang mudah
dilihat oleh pemakai jalan (pegendara). Penempatan rambu jalan pada daerah
tikungan, tanjakan atau tempat lain yang dianggap perlu. Penempatan rambu
digunakan untuk memberi peringatan kepada pemakai jalan agar berhati–hati.
4.3.2.1 Alat
(a) DumpTruck
(b) Alat bantu cangkul, linggis, sendok spesi, ember dll
4.3.2.2 Spesifikasi Bahan
(a) Peralatan rambu lalu lintas
IV-78

Plat untuk rambu lalu lintas merupakan lembaran rata dari logam campuran
alumunium, keras dan mempunyai ketebalan minimum 2 mm. Lembaran
tersebut harus bersih dari lemak, dinetralisir dan diproses sebelum
digunakan.
(b) Kerangka plat dan pengaku
Kerangka dan pengaku rambu lalu lintas merupakan bagian-bagian
campuran alumunium alloy dan digunakan bila ukurannya melebihi 1 m.
(c) Tiang rambu lalu lintas
Tiang rambu lalu lintas terbuat dari pipa galvanis dengan diameter 2”.
(d) Cat
Cat dasar dan cat mengkilap yang akan digunakan pada rambu lalu lintas
harus berasal dari mutu yang baik, yang dapat diterima oleh Direksi teknik.
Utuk keseragaman cat sebaiknya dipakai cat dasar, cat pelabur dan cat untuk
pengecetan akhir berasal dari pabrik yang sama.
4.3.2.3 Tenaga
Tenaga pada pekerjaan rambu lalu lintas sama dengan tenaga marka jalan.
4.3.2.4 Prosedur Pelaksanaan
(a) Pelaksanaan pekerjaan
Pemasangan rambu lalu lintas pada dasar beton tumbuk dengan kedalaman
yang cukup agar konstruksinya kuat. Pemasangan rambu lalu lintas harus
memperhatikan terhadap jarak pandang pemakai jalan agar mudah dilihat.

Gambar 4.56 Rambu Lalu Lintas


IV-79

4.5.4 Pemasangan Kerb untuk Median Jalan


Median jalan merupakan bagian tengah badan jalan yang secara fisik memisahkan
arus lalu lintas yang berlawanan arah. Pekerjaan ini meliputi penyediaan semua
material, merakit, dan memasang kerb pracetak pemisah jalan pada lokasi yang
ditunjukkan dalam gambar atau sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan.
4.3.2.1 Alat
(a) Dump Truck.
(b) Alat bantu, seperti cangkul, dan lain-lain.
4.3.2.2 Spesifikasi Bahan
(a) Material yang digunakan adalah kerb yang dipesan dari pabrik.
4.3.2.3 Tenaga
(a) Pekerja
(b) Tukang
(c) Sopir
4.3.2.4 Prosedur Pelaksanaan
a) Prosedur pelaksanaan
(a) Mengangkut kerb ke lokasi yang ditentukan dengan menggunakan
Dump Truck
(b) Kerb harus dipasang dengan teliti sesuai dengan garis dan elevasi yang
ditunjukkan dalam Gambar atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.
IV-80

Gambar 4.66 Kerb Median

Gambar 4.57 Kerb

4.5.5 Pengisi Tengah Median


Pengisian tengah median ini menggunakan tanah yang dipadatkan diantara kerb
yang telah dipasang sebelumnya.
a) Alat
(a) Dump Truck
(b) Wheel Loader
(c) Motor Grader
(d) Vibrator Roller
(e) WaterTanker
(f) Alat Bantu
b) Spesifikasi Bahan
(a) Lampu penerang jalan yang dipesan dari pabrik
(b) Pasir, semen, split
(c) Air
c) Prosedur Pelaksanaan
IV-81

(a) Penggalian lubang sedalam 1/6 dari panjang tiang sepanjang 9 m atau 1,5
m,
(b) Setelah lubang dibuat,dirikan tiang,
(c) Pendirian menggunakan mobil crane yang diatasnya sudah dipasang
katrol,
(d) Setelah tiang berdiri dengan lurus, lubang tiang diperbesar dan di
pondasi,
4.5.6 Pemasangan Lampu Jalan
Pemasangan lampu jalan ini bertujuan untuk memberikan penerangan pada jalan
agar tidak terjadi kecelakaan lalu lintas dan hal-hal yang tidak diinginkan .
Pemasangan lampi ini pada setiap 100 m.
a) Alat
(a) Dump Truck
(b) Bor hidrolis
(c) Mobil Crane
(d) Alat Bantu

b) Spesifikasi Bahan
(a) Lampu penerang jalan yang dipesan dari pabrik
(b) Pasir, semen, split
(c) Air
c) Prosedur Pelaksanaan
a. Penggalian lubang sedalam 1/6 dari panjang tiang atau 1,5 m,
b. Setelah lubang dibuat,dirikan tiang,
c. Pendirian menggunakan mobil crane yang sudah dipasang katrol,
d. Setelah tiang berdiri dengan lurus, lubang tiang diperbesar dan di
pondasi,
e. Ukuran pondasi adalah tinggi tiang tertanam 1,5 m ditambah 20 cm dari
permukaan tanah. Pondasi terbuat dari semen cor dengan perbandingan
pasir : split : semen = 4:2:1.
IV-82

Gambar 4.58 Lampu Penerangan Jalan Umum ( PJU )


4.6 Pekerjaan Akhir
4.6.1 Demobilisasi
Demobilisasi merupakan suatu proses pengembalian dari mobilisasi pada proyek
yang telah dilakukan. Demobilisasi ini dilaksanakan apabila pada pekerjaan yang
menggunakan alat berat telah selesai, dan sekiranya tidak bekerja lagi maka
demobilisasi dapat dilakukan atau dapat pula pada akhir proyek setelah seluruh
pekerjaan yang sesuai dengan rencana pelaksanaan telah selesai dilakukan.
4.6.2 Pembersihan Akhir
Pembersihan akhir dilakukan untuk menjaga kondisi proyek supaya keadaan
disekitar lokasi terjaga seperti sebelum diadakan pelaksanaan proyek. Pembersihan
akhir dilakukan setelah seluruh pekerjaan telah selesai. Pembersihan akhir ini
meliputi pengembalian kondisi selokan, saluran air, galian, timbunan, penghijauan
dan sisa-sisa kotoran dari pelaksanaan proyek.
IV-83

4.6.3 Pemeliharaan
Pekerjaan yang tercakup dalam pemeliharaan ini harus meliputi pekerjaan
pemeliharaan rutin untuk menjamin agar perkerasan, bahu jalan, drainase, dan
perlengkapan jalan lama selalu dipelihara setiap saat selama Periode Pelaksanaan
dalam kondisi pelayanan yang dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan.
BAB V
RENCANA ANGGARAN BIAYA PELAKSANAAN

5.1 Uraian Umum


Rencana anggaran pelaksanaan (RAP) adalah estimasi perkiraan biaya proyek
sesungguhnya (real) yang digunakan kontraktor di lapangan selama
berlangsungnya proyek sampai selesai dengan memperhitungkan seluruh
komponen yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut. Dalam
melaksanakan pekerjaan dibutuhkan tenaga kerja, bahan/material, dan peralatan
yang akan diperlukan, sehingga dalam pelaksanaannya pekerjaan dapat
diperhitungkan berapa kebutuhan yang akan diperoleh biaya pelaksanaan proyek
dengan memenuhi kualitas dan persyaratan yang telah ditentukan.
Tujuan dari perhitungan anggaran pelaksanaan adalah:
1. Memperhitungkan biaya pelaksanaan proyek;
2. Menghitung bahan, tenaga kerja dan peralatan pelaksanaan proyek.
Pada perhitungan Rencana Anggaran Pelaksanaan ini ada beberapa tahapan
perhitungan, sebagai berikut:
1. Rekapitulasi Akhir;
2. Rekapitulasi Awal;
3. Bill of Quantity;
4. Calculation Sheet;
5. Perhitungan Koefisien Alat, Bahan, Tenaga, dan Analisa Harga;
6. Analisis Harga Satuan; dan
7. Daftar Harga Satuan Alat, Bahan dan Upah.

V-1
V-2

5.2 Rekapitulasi Akhir


Bagian ini merupakan perhitungan akhir dalam rencana anggaran biaya
pelaksanaan (RAP). Pada bagian ini berisi tentang pokok-pokok pekerjaan yang ada
dalam suatu pelaksanaan pekerjaan dari awal hingga akhir.

REKAPITULASI AKHIR
RENCANA ANGGARAN PELAKSANAAN
PERENCANAAN STRUKTUR RUAS JALAN SALATIGA - NGABLAK
STA 48+900 - STA 51+000
KABUPATEN MAGELANG
JAWA TENGAH

No. Uraian Jumlah Harga (Rp.)


`
I. UMUM Rp 1,432,446,220.00
II DRAINASE Rp 4,999,707,947.95
III PEKERJAAN TANAH Rp 6,430,385,000.00
IV BAHU JALAN Rp 507,103,200.00
V PERKERASAN BERBUTIR Rp 4,243,828,680.00
VI PERKERASAN ASPAL Rp 6,876,890,947.90
XI PENGEMBALIAN KONDISI Rp 396,226,501.81
X PEMELIHARAAN Rp 135,113,151.30

JUMLAH TOTAL Rp 25,021,701,648.96

TOTAL BIAYA Rp 25,021,701,648.96


DIBULATKAN Rp 25,021,702,000.00

Terbilang :
Dua Puluh Lima Miliyar Dua Puluh Satu Juta Tujuh Ratus Dua Ribu Rupiah
V-3

5.3 Rekapitulasi Awal


Rekapitulasi awal didapat dari analisis harga satuan dikalikan volume masing–
masing item pekerjaan.
REKAPITULASI AWAL
RENCANA ANGGARAN PELAKSANAAN
PERENCANAAN STRUKTUR RUAS JALAN SALATIGA - NGABLAK
STA 48+900 - STA 51+000
KABUPATEN MAGELANG
JAWA TENGAH

No. Uraian Satuan Volume Harga Satuan Jumlah Harga


(Rp.) (Rp.)
DIVISI I UMUM
1.1 Mobilisasi LS 1.00 59,695,000.00 59,695,000.00
1.2 Demobilisasi LS 1.00 27,585,000.00 27,585,000.00
1.3 Papan Nama Proyek Buah 2.00 691,000.00 1,382,000.00
1.4 Pengukuran awal pekerjaan LS 2,074.00 27,755.54 57,565,000.00
1.5 Direksi Keet Unit 1.00 70,935,000.00 70,935,000.00
1.6 Base Camp Unit 1.00 139,600,000.00 139,600,000.00
1.7 Pengujian Lapangan dan Labolatorium Test 1.00 302,273,000.00 302,273,000.00
1.8 Penyediaan Listrik dan Air LS 1.00 13,000,000.00 13,000,000.00
1.9 Dokumentasi LS 1.00 40,275,000.00 40,275,000.00
1.10 Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas LS 1.00 43,225,000.00 43,225,000.00
1.11 Asuransi dan Administrasi LS 1.00 676,911,220.00 676,911,220.00
JUMLAH DIVISI I 1,432,446,220.00
DIVISI II DRAINASE
2.1 Galian Drainase m³ 4,140.80 27,915.53 115,592,640.00
2.1(1) Pemasangan Drainase buah 3,458 1,329,024.39 4,595,323,333.33
2.1(2) Lantai Kerja Drainase m3 207.40 1,103,760.85 228,920,000.00
2.2 Pekerjaan Galian Gorong - Gorong m³ 45.00 15,333.33 690,000.00
2.2(1) Gorong - Gorong Beton Bertulang dia 100 cm buah 20.00 1,237,250.00 24,745,000.00
2.2(2) Pasangan Bata dengan Mortar m³ 3.26 128,704.88 419,577.92
2.2(3) Timbunan Gorong - Gorong Setelah Pemasangan m³ 26.03 38,609.30 1,005,000.00
2.2(4) Pembuangan Galian Tanah Gorong - Gorong m³ 18.95 225,329.82 4,270,000.00
2.2(5) Lantai Kerja Gorong - gorong m3 3 1,215,000.00 3,645,000.00
2.3 Pekerjaan Bouwplank Saluran buah 110 74,772.73 8,225,000.00
2.4 Pekerjaan Bak Kontrol m3 12.10 650,826.45 7,872,396.69
2.4 (1) Pekerjaan Galian Bak Kontrol m3 26.50 162,666.06 4,310,000.00
2.4 (2) Pekerjaan Plesteran Bak Kontrol m3 464.58 10,095.23 4,690,000.00
JUMLAH DIVISI II 4,999,707,947.95
DIVISI III PEKERJAAN TANAH
3.1 Galian Tanah Biasa m³ 160,183.69 19,999.48 3,203,590,000.00
3.2 Timbunan Tanah m³ 62,933.79 6,019.74 378,845,000.00
3.2(1) Penyiapan Badan Jalan m³ 29,036.00 1,914.52 55,590,000.00
3.3 Pengupasan dan Pembersihan Lahan m³ 24,888.00 20,041.79 498,800,000.00
3.4 Pekerjaan pembuangan tanah galian m² 84,663.15 26,993.33 2,285,340,000.00
3.5 Timbunan Tanah Median m³ 900.00 9,133.33 8,220,000.00
JUMLAH DIVIVI III 6,430,385,000.00
DIVISI IV BAHU JALAN
4.1 Lapis Pondasi Bahu Jalan (Agregat Kelas S) m³ 995.52 509,385.25 507,103,200.00
JUMLAH DIVISI IV 507,103,200.00
DIVISI V PERKERASAN BERBUTIR
5.1 Lapis Pondasi Atas ( Agregat Kelas A ) m³ 8,710.80 198,718.80 1,730,999,760.00
5.2 Lapis Pondasi Bawah (Agregat Kelas B ) m³ 12,195.12 206,052.00 2,512,828,920.00
JUMLAH DIVISI V 4,243,828,680.00
DIVISI VI PERKERASAN ASPAL
6.1 Lapis Resap Pengikat (Prime Coat) liter 34,843.20 11,395.96 397,071,635.45
6.2 Lapisan Permukaan (Surface) Laston MS 800 ton 6,678.28 970,282.66 6,479,819,312.45
JUMLAH DIVISI VI 6,876,890,947.90
DIVISI VIII PENGEMBALIAN KONDISI
8.1 Marka Jalan m² 774.36 19,690.26 15,247,350.00
8.2 Rambu Lalu lintas buah 7.00 536,220.00 3,753,540.00
8.3 Patok Kilometer buah 3.00 181,133.33 543,400.00
8.4 Patok Hektometer buah 18.00 3,568,888.89 64,240,000.00
8.5 Kerb Median buah 4,148.00 50,335.10 208,790,000.00
8.6 Lampu Penerangan Jalan buah 40.00 2,591,305.30 103,652,211.81
JUMLAH DIVISI VIII 396,226,501.81
DIVISI X PEMELIHARAAN
10.1 Pemeliharaan Rutin Perkerasan LS 1.00 75436200.00 75,436,200.00
10.2 Pemeliharaan Rutin Bahu Jalan LS 1.00 14174000.00 14,174,000.00
10.3 Pemeliharaan Rutin Selokan, Saluran Air, Galian dan Timbunan LS 1.00 39304000.00 39,304,000.00
10.4 Pemeliharaan Rutin Perlengkapan Jalan LS 1.00 6198951.30 6,198,951.30
JUMLAH DIVISI X 135,113,151.30
V-4

5.4 Bill Of Quantity (BoQ)


Bagian ini merupakan daftar kuantitas pekerjaan yang didapat dari perhitungan
volume pekerjaan dalam Calculation Sheet. Daftar kuantitas ini sangat diperlukan
dalam perhitungan rekapitulasi.

Item Uraian Satuan Volume


DIVISI I UMUM
1.1 Mobilisasi LS 1.00
1.2 Demobilisasi LS 1.00
1.3 Papan Nama Proyek Buah 2.00
1.4 Pengukuran awal pekerjaan m 2074.00
1.5 Direksi Keet Unit 1.00
1.6 Base Camp Unit 1.00
1.7 Pengujian Lapangan dan Labolatorium Test 1.00
1.8 Penyediaan Listrik dan Air LS 1.00
1.9 Dokumentasi LS 1.00
1.10 Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas LS 1.00
1.11 Asuransi dan Administrasi LS 1.00

DIVISI II DRAINASE
2.1 Galian Drainase m³ 4140.80
2.1(1) Pemasangan Drainase buah 3457.67
2.1(2) Lantai Kerja Drainase m3 207.40
2.2 Pekerjaan Galian Gorong - Gorong m³ 45.00
2.2(1) Gorong - Gorong Beton Bertulang diameter 100 cm buah 20.00
2.2(2) Pasangan Bata dengan Mortar m³ 3.26
2.2(3) Timbunan Gorong - Gorong Setelah Pemasangan m³ 26.03
2.2(4) Pembuangan Galian Tanah Gorong - Gorong m³ 18.95
2.2(5) Lantai Kerja Gorong - gorong m3 3.00
2.3 Pekerjaan Bouwplank buah 110.00
3
2.4 Pekerjaan Bak Kontrol m 12.10
2.4 (1) Pekerjaan Galian Bak Kontrol m3 26.50
2.4(2) Plesteran Bak Kontrol m3 464.58

DIVISI III PEKERJAAN TANAH


3.1 Galian Tanah Biasa m³ 160183.69
3.2 Timbunan Tanah m³ 62933.79
3.2(1) Penyiapan Badan Jalan m³ 29036.00
3.3 Pengupasan dan Pembersihan Lahan m³ 24888.00
3.4 Pekerjaan pembuangan tanah galian m² 84663.15
3.5 Timbunan Tanah Median m³ 900.00

DIVISI IV PEKERJAAN BAHU JALAN


4.1 Lapis Agregat Sirtu Kelas S (bahu jalan) m³ 995.52

DIVISI V PERKERASAN BERBUTIR


5.1 Lapisan Pondasi Atas ( Base Course) (Agregat Kelas A) m³ 8710.80
5.2 Lapisan Pondasi Bawah (Sub Base Course) (Agregat Kelas B) m³ 12195.12
V-5

DIVISI VI PERKERASAN ASPAL


6.1 Lapis Resap Pengikat (Prime Coat) liter 34843.20
6.2 Lapisan Permukaan (Surface) Laston MS 800 ton 6678.28

DIVISI VIII PENGEMBALIAN KONDISI


8.1 Marka Jalan m² 774.36
8.2 Rambu lalu lintas buah 7.00
8.3 Patok Kilometer buah 3.00
8.4 Patok Hektometer buah 18.00
8.5 Kerb Median buah 4148.00
8.6 Lampu Penerangan Jalan buah 40.00

DIVISI X PEMELIHARAAN
10.1 Pemeliharaan Rutin Perkerasan Ls 1.00
10.2 Pemeliharaan Rutin Bahu Jalan Ls 1.00
10.3 Pemeliharaan Rutin Selokan, Saluran Air, Galian dan Timbunan Ls 1.00
10.4 Pemeliharaan Rutin Perlengkapan Jalan Ls 1.00
V-6

5.5 Calculation Sheet


Bagian ini merupakan daftar rincian perhitungan volume pekerjaan. Hasil perhitungan ini
untuk menyusun Bill of Quantity.

No Uraian Satuan Volume

DIVISI I UMUM

1.1 Mobilisasi dan Demobilisasi Ls 1.00

1.2 Papan Nama Proyek


Jumlah 2 buah buah 2.00

120 cm
10 cm
Papan 2/20
MMT
100 cm

10 cm
Papan 2/20
20 cm

Balok 5/7
100 cm

Beton K-125 1:2:3


50 cm
30 cm 30 cm

a. Papan MMT 2/20


Volume = (0,020 x 0,20 x 1,20) x 2 X 5 m3 0.05
= 0,048 m3
dikali 5 (karena lebar 100 cm)
b. Kayu Meranti 5/7
1 batang kayu meranti = 4m
Panjang = 2,5 m
Kebutuhan = ((0.05 x 0.07 x 2.50) x 2) x 2
= 0,036 m3 m3 0.04
c. Papan 2/20
Volume = (0.020 x 0.20 x 0,2 x 1,2) x 2 m3 0.01
= 0,001 m3
d. Beton K.125
Volume = (0,30 x 0,30 x 0,50) x 4
3
= 0.18 m 0.18
e. MMT
Volume = (1,0x1,2)x2 m2 2.84
= 2.84
f. Paku Kg 0.50
V-7

1.3 Pengukuran LS 1.00

100

2074
panjang = 2074 m
lebar = 100 m
Luas = 2074 x 100 = 207400 m 2,074
m2 2,074
Kebutuhan Bahan :
a. Kayu Meranti 5/7
Patok kayu dipasang tiap 50 m
Patok dari Kayu Meranti 5/7, panjang 50 cm
Kebutuhan patok = (2074 /50)x2 = 83 bh 80
Total kebutuhan Kayu Meranti 5/7 (4m) = 0,05 x 0,07 x 0,50 x 83
= 0.145 m3 0.15
1 Batang kayu Meranti 5/7 (4m ) bisa untuk 8 patok = 83/10
= 11 batang 11.00
b. cat meni kg 5.00
c. minyak cat liter 2.00
d. paku kg 2.00

1.4 Direksi Keet Unit 1.00


1.5 Base Camp
a. Pos Jaga

Luas Pos Jaga =1.2 x 1.2


= 1.44 m2 1.44

Bouwplank
Jumlah Bowplank = 8 buah
Bahan :
Kayu 5/7-400 =16 batang/100
baru 4 btg btg 4.00
Papan 2/20-400 =16 lembar/100
baru 2 lbr lbr 2.00
Paku
Benang
Selang
V-8

Galian Tanah pondasi


Volume = 0.2 x 0.2 x 0.5 x 4
= 0.08 m3 0.08

Pengecoran Pondasi
Volume = ((0.2x0.2x0.5)-(0.05x0.07x0.4)) x 4
= 0.074 m3 0.07

Plesteran Lantai
Luas = (1.2x1.2)-(0.13x0.13x4)
= 1.372 m2 1.37

Kebutuhan Bahan Pos Jaga


Kayu 5/7- 400 btg 11.00
Tripleks 1120x2440x3 mm lbr 3.00
Asbes gelombang kecil 3000x1000x4 mm lbr 2.00
Paku 2" - 5" kg 1.00

Rincian :
1. Kolom kayu 5/7-400
a. Kolom Belakang 2 btg/292 sisa
Cm2@108
baru 2cm
btg
b. Kolom Depan 2 btg/312
sisa
Cm2@88
baruCm
2 btg
c. Kolom pintu 1 btg/237
sisa
Cm1@163
baru 1Cm
btg

2. Balok Kayu 5/7-400


a. . Balok Belakang 3 btg/110 Cm diambil 1c (1)
baru 1 btg (2)
b. Balok Samping 3 btg/106 Cm diambil 1a (2)
diambil 2a (1) baru
2 btg/50 Cm diambil 2a (1)
diambil 2b sisa 106 (2)
1 btg/106 Cm baru 1 btg
c. Balok Depan 3 btg /110 Cm diambil 2b (2) baru
baru 1 btg

3. Dinding Pos dari Tripleks 1120x2440x3 mm


a. Dinding T1 1 (120 xtidak
240)sisa
baru 1 lbr
a. Dinding T2 1 (60x60)
sisaambil
60 x3c(1)
60
c. Dinding T3 1 ( 120x120)
sisa 120x120Cm
baru 1 lbr
1 (60 x sisa
120)60
ambil
x 120cm
3d (1)
c. Dinding T4 1 (120 xsisa
120)
120x120Cm
baru 1 lbr

4. Struktur Atap
a. Usuk Kayu 5/7 2 btg/200
tidak
Cmsisa
baru 1 btg (2)
b. Gording Kayu 5/7 3 btg/210
sisa
Cm1@80
diambil
cm2c(1)
baru 2 btg
sisa(2)
2@190 Cm
c. Asbes Gelombang kecil
2 lbr baru
Tidak
2 lbrsisa
(2400x1200 t = 4mm)
V-9

5. Instalasi Listrik
a. Kabel (NYY Eterna 2x2,5mm)
b. Saklar (Broco)
c. Stop Kontak (arde Outbow Putih)
d. Lampu PL-C
e. Fitting

b. Mess Pekerja

Luasan Base Camp


Mess Pekerja = (7,2 x 3,6) - (1,2 x1,2)
Mushola = 1,2 x 2,4
WC (3 tempat) = (1,2 x 1,2)*3
Dapur = 1.20 x 2.40
Gudang = 2.40 x 3.60
Jumlah = 12 x 0.5
49.2 m2 49.20

Bouwplank
Jumlah Bouwplank 8 buah ( Diambil dari bouwplank Pos Jaga
bahan:
Benanag

Galian Tanah Pondasi


Volume = 0.2 x =
0.20.72
x 0.50 x 36 m3 0.72

Pengecoran Pondasi
Volume = ((0,2 x 0,2 x 0,5) - ( 0,05 x 0,07 x0,4)) x 33
'= 0.61 m3 0.61

Pekerjaan Plesteran Lantai


Volume = ((12 x4.1)-(0.13 x 0.2 x15)-(0.13x0.13x2)-(0.2x0.2x19))
'= 48.016 m2 48.02

Pekerjaan Galian Septictank


Volume = 1 x 1 x 1.5
'= 1.5 m3 1.50
V-10

Kebutuhan Bahan Base Camp

Kayu 4/6- 400


Kayu 5/7- 401
Tripleks 1200x2400x3 mm
Asbes gelombang kecil 3000x1000x4 mm
Paku 2" - 5"
Rincian:
1. Kolom Kayu 5/7 - 400
a. Kolom Belakang 11 btg/290 tidak
Cmsisa
diambil 2c br pos jaga
baru 10 btg sisa 10@110 Cm
b. Kolom Tengah II 5 btg/300 sisa
Cm5@100 Cm baru 5 btg
c. Kolom Tengah I 6 btg/311 sisa
Cm6@89 Cm baru 6 btg
d. Kolom Depan 11 btg/321
sisaCm
11@79 Cm baru 11 btg
e. Kolom Pintu 7 btg/180
sisa
Cm7@120 Cm baru 7 btgbtg 40.00

2. Balok Kayu 5/7 - 400


a. Balok Belakang 24 btg/113 sisaCm
2@77diambil
Cm 4b pos jaga (2)
sisa 7@7 Cm diambil 1e (7)
sisa 5@61Cm baru 5 btg (15)
6 btg/112
sisa
Cm2@64 baru
Cm2 btg (6)
b. Balok Samping 21 btg/110
tidak
Cmsisadiambil 1a (10
sisa 4@70baruCm 4 btg (11)
6 btg/111
sisa
Cm2@67 baru
Cm2 btg (6)
12 btg/112
sisaCm
4@64 baru
Cm4 btg (12)
6 btg/113
sisa
Cm2@61 baru
Cm2 btg (6)
c. Balok Depan 6 btg/112
sisa
Cm2@64 baru
Cm2 btg (6)
18 btg/113
sisaCm
6@61 baru
Cm6 btg (18)
6 btg/31sisa
Cm2@3diambil
Cm 1b (2)
1 btg/46sisa
cm1@33 diambil
Cm 1d (1) btg 27.00
V-11

3. Rangka Atap
a. Usuk Kayu 5/7 40011 btg/400
tidak
Cmsisabaru 11 btg (11) btg 11.00
b. Gording Kayu 5/7-400
5 btg/1400
tidak
Cmsisabaru 20 btg (5) btg 20.00
c. Asbes Gelombang Kecil tidak sisa baru 24 lbr lbr 24.00
(3000x1050x4mm)

4. Dinding basecamp tripleks 1220x2440x3 mm


a. Dinding Belakang 240x1200 tidak
Cmsisa baru 10 lb
b. Dinding Samping 6x360x240 tidakCm
sisa baru 21 lbr
c. Dinding Depan 240x1200sisaCm
untuk baru
membuat
10 lbrpintu lbr 41.00

5. Pintu
a. Kayu 4/6 -400 sisaCm
14 btg/180 7@40baru
Cm 7 btg
sisa
21 btg/63 Cm5@37diambil
Cm 1b (5)
sisa 6@26 Cmdiambil 1c (6)
sisa 1@16 Cmdiambil 1d (10)
tidak
28 btg/32 Cmsisa diambil 2a (2)
sisa 4@6 Cmdiambil 2b (4)
sisa 2@3 Cmdiambil 2b (2)
sisa 2@3 Cmdiambil 2b (4)
isa 2@144 Cmbaru 2 btg btg 9.00

b. Tripleks 180x75cm (7lbr) sisa dari dinding basecamp

6. Sanitasi
a. Gantungan Baju 1 buah
b. Kloset Jongkok 1 buah
c. Ember 1 buah
d. Gayung 1 buah
e. Keran 2 buah
f. Tandon Air (700 Lt) 1 buah
g. Kumbung 25x25x50 5 buah
h. Paralon 3/4" 12 m
i. Paralon 4" 4m
j. Buis Beton 80 Cm 3 buah
k. Penutup Buis Beton 1 buah
l. Sambungan elbow Paralon63/4"
buah
m. Sambungan elbow Paralon 4"
2 buah
n. Sambunagn T paralon 3/4 1 buah
o. Pasir 0.1 m3
p. Kerikil 0.1 m3
V-12

7. Instalasi Listrik
a. Kabel (NYY Eterna 2x2,5mm)
b. Saklar
c. Stop Kontak
d. Lampu PL-C
e. Fitting Lampu
f. Roll Kabel
g. MCB

8. Lain-Lain
a. White Board
b. Kipas Angin
c. Jam Dinding
d. Engsel Pintu
e. Kunci Slot
. Handle Pintu

c. Tempat Material

Bouwplank
Jumlah Bouwplank 8 buah (diambil dari bouwplank pos jaga)
Bahan :
Benang

Galian Tanah Pondasi


Volume 0.2 x 0.2 x 0.50 x 16 =
0. 32 m3 =

Pengecoran Pondasi
Volume ((0,2 x 0,2 x 0,5) - ( 0,05 x 0,07=x0,4)) x 16
0. 30 m3 =

Luas Tenda Fabrikasi


Luas 14 x 3 =
42 m2 =
V-13

Kebutuhan Bahan :
Kayu 5/7 - 400
Paku 2"-5"
Asbes gelombang kecil 3000x1000x4 mm 15 x 4 Baru 23 lbr (1x3)

Rincian :
1. Tiang Kayu 5/7 - 400
a. Tiang Depan 8 btg/328
sisa
Cm8@72cm
Baru 8 btg
b. Tiang Belakang 8 btg/276
sisa
Cm8@124
Baru
cm8 btg

2. . Balok Kayu 5/7 -400


a. Balok Atas 2 btg/ 1400 cm baru 6 btg

3. Usuk Kayu 5/7 8 btg/ 400 cm baru 8 btg


4. Skor Kayu 5/7-400 16 btg/ 108
sisa cm
8@16 diambil
cm 1b (8)
sisa 2@76 cm baru 2 batang
sisa 1@194 baru
cm 1 batang
16 btg/ 59
sisacm8@13cmdiambil 1a (8)
sisa 2@17cm diambil 4 baris 2 (2)
sisa 1@17cm diambil 4 baris 3 (3)
sisa 1@223cm baru 1 btg (3
16 btg/ 70
sisacm1@13 cmdiambil 4b baris 4 (3)
sisa 2@50 cm baru 2 btg (10)
sisa 1@190 cm baru 1 btg (3)
12 btg/ 52
sisacm1@34 diambil
cm 4d baris 3 (3)
sisa 1@36 cm baru 1 btg (7)
sisa 1@296cmbaru 1 btg (2)
4 btg/ 34sisa
cm1@16cm
diambil 4d baris 2 (1)
tidak sisa diambil 4e baris 1 (1)
sisa 1@2 cm diambil 4e baris 2 (1)
sisa 1@262cmdiambil 4e baris 3 (1)
16 btg/ 48sisa
cm1@22cm
diambil 4f baris 4 (5
sisa 1 @16cmbaru 1 btg (8
sisa 1 @16cmbaru 1 btg (3) btg 48.00

d. Pagar

Luas Total = ((15 x 2) x 2) + ( 20 x 2)


'= 100 m2

Tampak Samping
Ukuran Samping = 15 x 2 m
Kebutuhan Bahan Samping Kanan dan Kiri
a. Galvalum ( 6 x 1 m) = 9 lembar
b. Kaso (6 m) = 6 lonjor

Tampak Belakang
Ukuran Belakang = 20 x 2 m
Kebutuhan Bahan
a. Galvalum ( 6 x 1 m) = 8 lembar lbr 17.00
b. Kaso (6 m) = 3 lonjor btg 9.00
V-14

1.6 Pengujian Lapangan dan Laboratorium


a. CBR Laboratorium =Dilakukan setiap 100 m 20.74 Test 21.00
b. CBR Lapangan =Per 100 m 3 titik 62.22 Test 63.00
c. Sandcone =Dilakukan pada timbunan per layer 195 Test 195.00
d. Core Drill =Per 100 m 3 titik 62.22 Test 63.00
e. Trial Selection = 1x trial sepanjang 300 m 3 bagian
= lebar x panjang x tebal laston x faktor x harga 1 m3
= 1,5 x 300 x 0,1 x 2,3 x 1.300.000
= Rp. 134,550,000

Pengujian Agregat LPA, LPB, dan Bahu Jalan


Berdasarkan Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan Tahun 2018, setiap
1000m3 paling sedikit harus meliputi 5 pengujian gradasi partikeldan 5

1 LPA
Volume = 7.259 m3
a. Index Plastisitas = (7259/1000) x 5 = 37 Test 37.00
b. Gradasi (Analisa Ayak) = (7259/1000) x 5 = 37 Test 37.00
c. Kepadatan Kering Max = (7259/1000) x 1 =8 Test 8.00

2 LPB
Volume = 10.162 m3
a. Index Plastisitas = (10.162/1000) x 5 = 51 Test 51.00
b. Gradasi (Analisa Ayak) = (10.162/1000) x 5 = 51 Test 51.00
c. Kepadatan Kering Max = (10.162/1000) x 1 = 11 Test 11.00

3 Bahu Jalan (LPS)


Volume = 996 m3
a. Index Plastisitas = (996/1000) x 5 =5 Test 5.00
b. Gradasi (Analisa Ayak) = (996/1000) x 5 =5 Test 5.00
c. Kepadatan Kering Max = (996/1000) x 1 =1 Test 1.00

1.7 Penyediaan Listrik dan Air LS 1.00


1.8 Dokumentasi LS 1.00
1.9 Manajemen dan keselamatan lalu lintas LS 1.00
1.10 Asuransi dan Administrasi LS 1.00
a. Administrasi
b. Asuransi = Iuran JKK (Jaminan Kecelakaan Kerja) dihitung
berdasarkan nilai Kontrak Kerja Konstruksi sesuai
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No.44 Tahun 2015

Nilai Kontrak = Rp 37,041,122,000 LS 1.00


Nilai Asuransi = Rp 320,411,220 LS 1.00
V-15

DIVISI II DRAINASE

2.1 Pekerjaan Galian Drainase


Tipe U-Ditch 800 x 1000 ( panjang = 1,2 m )

Luas Galian = 1.006 m2 1.01


Volume Galian Total = 4140.8 m3 4,140.80

2.1(1) Pemasangan Drainase


Panjang Saluran = 2074 m
Panjang Drainase ( U-Ditch Type 800x1000) = 1.2 m
Jumlah Drainase = 3458 buah 3,458

2.1(2) Lantai Kerja Drainase


Panjang Saluran = 2074 m
Tebal Lantai Kerja = 0 m
Lebar Lantai Kerja = 1 m
Volume Lantai Kerja = 207 m3 207

2.2 Pekerjaan Galian Gorong - Gorong

0,3m

1,0m

03m

1,5 m 2
Panjang = 20 m
Luas = 1,5 x 1,5 m2 2.25
= 2.25
Volume Galian Gorong - Gorong = 2.25 x 20
= 45 m3 45.00
Volume Gorong - Gorong = 3,14x0,5x0,5x20
= 15.7 m3 15.70
V-16

2.2(1) Gorong - Gorong Beton Bertulang diameter 100 cm


Panjang Gorong - Gorong = 20 m
Panjang 1 Buah Gorong - Gorong = 1m
Kebutuhan Gorong - Gorong = 20/1
= 20
Dipasang 1 Lengkung = 20 buah 20.00

2.2(2) Pasangan Bata dengan Mortar

0,2m 0,8 m 0,2 0 0,2m

Volume Pasangan Bata 1 = ((1,6x1,0)-(3,14x0,5x0,5))x0,2x20


= 3.26 m3 3.26

2.2(3) Timbunan Gorong - Gorong 1 Setelah Pemasangan


Volume = fd
= 44.98 - 3.26 - 15.7
= 26.03 m3 26.03

2.2(4) Pembuangan Galian Tanah Gorong -Gorong 1 = vol galian - vol timbunan
= 44.98 - 26.03
= 18.950 m3 18.95

2.2(5) Lantai Kerja Gorong - gorong


Panjang gorong - gorong = 20.000 m
Tebal Lantai Kerja = 0.100 m
Lebar Lantai Kerja = 1.500 m
Volume Lantai Kerja = 3.000 m3 3.00
V-17

2.3 Pekerjaan Bouwplank

Pekerjaan Bouwplank Saluran Samping

Bouwplank digunakan 4 kali


Panjang Saluran = 2074 m
Jarak antar bouwplank = 10 Q m
Jumlah Bouwplank = (2074/(4x10))x2
= 103.7 Buah 104

Kebutuhan Bahan :
a. Kayu Meranti 5/7 Batang 50.00
1 batang kayu meranti = 4m
tinggi bowplank = 1x2m
Jumlah Bahan = 2/4 x 104 = 52 batang
Volume = ((1 x 0,05 x 0,07) x 2) x 104
= 0.73 m3 0.73

b. Papan 2/20 batang 52.00


Volume = (2x 0,2 x 0,02) x 104
= 0.832 m3 0.83

c. Paku 1/2 inch Kg 5.00


V-18

Pekerjaan Bowplank Bak Kontrol

Bouwplank digunakan 2 kali


Keliling Bak Kontrol = 11.52
Digunakan bouwplank ukuran 1 x 2
Jumlah yang dii butuhkan = ( 11.52 / (2 x 1) )
= 5.76 Buah 6

Kebutuhan Bahan :
a. Kayu Meranti 5/7 = 4m
Tinggi Bouplank = 1x2m
Jumlah Bahan = 2/4 x 6 = 3 batang
Volume = ((1 x 0.05 x 0.07) x 2) x 6
= 0.04 m3 0.04

b. Papan 2/20
Volume = (2x0.2x0.02) x 6
= 0.05 m3 0.05

c. Paku 1/2 inch kg 0.50

Jadi total bouwplank yang dibutuhkan dengan ukuran 1 x2110


= 104 + 6 = buah 110.00
V-19

2.4 Pekerjaan Bak Kontrol

Banyak nya Bak Kontrol = 2

Luas = 2 (2 x 0.3) + ( 0.3 x 1,6 ) = 1,68


m2 1.68
V total = luas x panjang x banyaknya bak kontrol
V total = 1,68 x 3,6 x 2
V total = 12,096
m3 12.10

2.4(1) Volume Galian = ( 2.3 x 1.6 x 3.6) x banyaknya Bak Kontrol


= 26.5 m3 26.50

2.4(2) Plesteran Bak Kontrol

Luas Plesteran
23228.80 = m2 23,228.80
Tebal Plesteran
0.02 =
V total Luas x Tebal Plesteran
=
464.576 = m3 464.58
V-20

DIVISI III PEKERJAAN TANAH

Volume Galian = 160,184 m3 160,183.69

3.2 Timbunan Tanah


Volume Timbunan = 62,934 m3 62,933.79
Rincian pada Perhitungan Galian dan Timbunan

3.2(1) Persiapan Badan Jalan


Lebar jalan = 14 m
Luas = (2074 x 14)
= 29036 m² 29,036.00

3.3 Pembersihan dan Pengupasan Lahan

60

2074

Panjang jalan = 2074 m m


Lebar 60 = 60 m m

Luas = 2074 x 60
= 124440
Volume = 12440 x 0,2 m3 24,888.00
= 24888

3.4 Pekerjaan pembuangan tanah galian m3 84,663.15

3.5 Timbunan tanah median

Galian Tanah Untuk dibuang Keluar Proyek


Panjang = 2074
Lebar = 1.5
Tinggi = 0.3
Volume Tanah = 2000 x 1,5 x 0,3
= 900 m3 900.00

8.5 Kerb Untuk Median Jalan

Panjang 1 Kerb Jalan = 0.6 m


Panjang penggunaan = 2074 m
Kebutuhan Kerb median = 6913 buah buah 6,913
= 4148 m m 4,148
V-21

DIVISI IV BAHU JALAN (AGREGAT KELAS S )

4.1 Perkerasan Bahu Jalan

12 cm

200 cm
Bahu Jalan Batu Pecah Klas S
Luas bahu jalan = (0,12 x 2) = 0,24 m2
Volume = (0,24 x 2074)x2 = 996 m3 996

DIVISI V PERKERASAN BERBUTIR

Lebar jalan = (2 x 3,5)x2 = 14 m


Panjang jalan = 2074 m

Laston MS 800 (10 cm)

Agregat Kelas A (25 cm)

Agregat Kelas B (35 cm)

5.1 Lapisan Pondasi Atas ( Base Course ) (Agregat Kelas A)


Batu Pecah Kelas A CBR 100%
Lebar jalan = 14 m
Tebal = 0.25 m
Volume = 14*0.20*2074*1.2 m3 8,710.80

5.2 Lapisan Pondasi Bawah (Sub Base Course ) (Agregat Kelas B)


Batu Pecah Kelas B CBR 80%
Lebar jalan = 14 m
Tebal = 0.35 m
Volume = 14 x 0,35 x 2074*1.2 m3 12,195.12

DIVISI VI PERKERASAN ASPAL

6.1 Prime Coat (lapis resap pengikat)


Lebar jalan = 14 m
Luas = 2074 x 14 = 29036 m2 34,000.00
Kebutuhan tiap m2 adalah 1,0 lt
Volume = 29036 x 1 x 1.2 = 29036 lt 34,843.20

6.2 Lapisan Permukaan (Surface) Laston MS 800


Lebar jalan = 14 m
Tebal = 0.1 m
Volume = 2074 x 14 x 0.1 = 2.903,60 m3 2,903.60

Volume per ton = 3.484,32 x 2.3 = 6.678,28 ton 6,678.28


V-22

DIVISI VIII PEKERJAAN MINOR


8.1 Marka Jalan

Marka 1
Panjang = 2074 m
Lebar = 0.12 m
Luas Marka 2 = 2074 x 0,12 x 2
= 498 m2
Marka 2
Panjang = 5 m
Lebar = 0.12 m
Jumlah Marka 1 = 2074/(5+1,5)
319 =
Luas Marka 1 = 461 x 0,12
276.6
x5 =

Jumlah Luas Marka 1 + Marka


= 2 497.76 + 165.96
2
= #### m 774.36

8.2 Rambu lalu lintas buah 7.00

Plat rambu

Pipa galvanis Ø 2”

200 cm

40 cm

30 cm

Jumlah rambu lalu lintas= 7 buah 7.00


Pipa Galvanis = ( 2 + 0,2 + 0,2 ) = 2,4 m
Panjang 1 batang pipa = 6m
Kebutuhan pipa = 6 / 2.4 2.5 buah
=
= 7 /2 4 = batang 4.00
Plat rambu (120cm x 80cm)
= ( 0,4 x0.16
0,4 ) =
1.2 x 0.8 / 0.16 x 7 = 42.00 lembar 42.00
Volume Beton = ( 0,3 x 0,3 x 0,4 ) x 7
= 0.25 m3 0.25
V-23

8.3 Patok Kilometer buah 3.00


Terbuat dari beton K.125
Jumlah 3 buah

30 cm

15 V1 = 0,75 x 0,30 x 0,15 = 0,034 m3


V2 = 0,90 x 0,30 x 0,15 = 0,041 m3
I II 75 V3 = 0,40 x 0,40 x 0,10 = 0,016 m3
Volume( 0,034
= + 0,041 + 0,016 )
III 10 0,091
= m3
40 cm
V total 0,091x3
=
0.273
= m3 0.27
8.4 Patok Hektometer
Jumlah Patok Hektometer buah 18.00

132

15

85

10 Volume = (0,35 x 0,1)+(0,15 x 0,850+((0,02+0,15)/2x0,15)


101510 1015 10 = 0,175
Volume Total = 0,175 x 18 = 3,15 m3 3.15
Cat = 0,5 kg kg 0.50

8.6 Lampu Penerangan Jalan

Jarak Antar
= 50Lampu
m
Panjang =Jalan
2074 m
Jumlah Lampu
= 40 Penerangan Jalan buah 40

Volume Beton
= ( 0,24 x 0,2 ) x 40 = 1,92 m3 1.92

DIVISI X PEMELIHARAAN RUTIN


10.1 Pemeliharaan Rutin Perkerasan Ls 1.00
10.2 Pemeliharaan Rutin Bahu Jalan Ls 1.00
10.3 Pemeliharaan Rutin Selokan, Saluran Air, Galian dan Timbunan Ls 1.00
10.4 Pemeliharaan Rutin Perlengkapan Jalan Ls 1.00
V-24

5.6 Koefisien Tenaga Kerja, Peralatan, dan Bahan


Perhitungan ini ditujukan untuk menghitung tenaga kerja, bahan dan alat persatuan
volume pekerjaan ada masing–masing item pekerjaan. Perhitungan ini nantinya
digunakan untuk menghitung analisa harga satuan.
5.6.1 Umum

No. Item 1.2


Jenis Pekerjaan PAPAN NAMA PROYEK
Satuan Buah
No. Uraian Kode Koef. Satuan

I. Asumsi :
1. Pekerjaan dilakukan secara manual
2. Lokasi pekerjaan sepanjang jalan
3. Jam kerja efektif per hari Tk 7 Jam
4. Volume Pekerjaan V 2074 buah
5. Pengeringan cat Pc 1 Hari

II. Pemakaian Bahan, Alat dan Tenaga


1. Bahan :
a. Kayu Meranti 2/20 B2 0.048 m³
b. Kayu Meranti 5/7 B3 0.036 m3
c. Beton K 125 B4 0.180 m3
d. Paku B5 0.500 Kg
e. Cat B6 1 Kg
f. MMT B7 2.840 m2
2. Tenaga :
Kemampuan kerja 1 group per hari * Qt 2 buah
Kebutuhan tenaga :
- Tukang Kayu T 1 orang
- Pekerja Pk 4 orang
- Mandor M 1 orang

Koefisien tenaga :
- Tukang Kayu = (T x Tk) / Q L1 3.500
- Pekerja = (Pk x Tk) / Q L2 14
- Mandor = (M x Tk) / Q L3 3.500

III. Waktu Pelaksanaan


Volume Pekerjaan Vt 2 buah
Waktu pelaksaan = Vt / Q 1 Tt 1 Hari

* = Produksi alat/tenaga yang menentukan Tenaga Kerja


V-25

No. Item 1.3


Jenis Pekerjaan Pengukuran Awal Pekerjaan
Satuan m'
No. Uraian Kode Koef. Satuan

I. Asumsi :
1. Lokasi pekerjaan sepanjang jalan L 2074 m
2. Jam kerja efektif per hari Tk 7 Jam

II. Pemakaian Bahan, Alat dan Tenaga


1. Bahan :
a. Kayu meranti 5/7 B1 11 batang
Koefisien = B1/L 0.005
b. Cat Meni B2 5 Kg
Koefisien = B2/L 0.002
c. Minyak cat B3 2 liter
Koefisien = B3/L 0.001
d. Paku B4 2 Kg
Koefisien = B4/L 0.001

2. Peralatan :
1 set perangkat pengukuran T 1
Koefisien alat = (T x Tk) / Qt E1 0.014

3. Tenaga :
Kemampuan kerja 1 group per hari * Qt 500 m/Hari
Kebutuhan tenaga :
- Juru ukur J 1 orang
- Asisten Juru ukur A 2 orang

Koefisien tenaga :
- Juru ukur = (J x Tk) / Qt E2 0.014
- Asisten Juru ukur = (A x Tk) / Qt E3 0.028

IV. Waktu Pelaksanaan


Volume Pekerjaan Vt 2074 m
Masa Pelaksanaan = Vt / Qt 4.1 Tt 5 hari

* = Produksi alat/tenaga yang menentukan Tenaga Kerja


V-26

5.6.2 Pekerjaan Drainase


No. Item : 2.1
Jenis Pekerjaan : Galian untuk drainase
Satuan : m3
No. Uraian Kode Koef. Satuan

I. Asumsi :
1. Menggunakan alat berat
2. Lokasi pekerjaan : sepanjang saluran drainase
3. Kondisi jalan : sedang - baik
4. Jam kerja efektif per hari Tk 7.00 Jam
5. Faktor pengembangan bahan Fk 1.20
6 Tebal pemadatan tiap lapis t 0.20 m

II. Metode Pelaksanaan :


1. Excavator menggali tanah sesuai dengan gambar rencana
dan pengukuran kemudian dimuat ke dalam Dump Truck
2. Dump Truck membawa hasil galian ke lokasi urugan
maupun ke luar lokasi pekerjaan L 1.00 Km
3. Dasar saluran dipadatkan menggunakan stamper

III. Pemakaian Bahan, Alat dan Tenaga


1. Bahan :
Tidak ada Bahan

2. Peralatan :
a. Excavator
Kapasitas Bucket V 0.93 m3
Faktor Bucket Fb 1.00
Faktor Efisiensi Alat Fa 0.83
Waktu siklus :
- Menggali T1 0.32 menit
- Memuat T2 0.32 menit
- Lain-lain T3 0.32 menit
Ts1 0.96 menit
Produksi per jam = (V x Fa x Fb x 60) / (Fk x Ts1) Q1 40.20 m3/jam
Jumlah alat N1 1.00 Unit
Produksi 2 alat per jam = N1 x Q1 Q1' 40.20 m3/jam
Koefisien alat = N1/Q1' E1 0.0249 Jam

b. Dump Truck
Kapasitas bak Vd 8.00 m3
Faktor efisiensi alat Fa 0.83 -
Kecepatan rata-rata bermuatan v1 20.00 Km/Jam
Kecepatan rata-rata kosong v2 30.00 Km/Jam
Waktu siklus :
- Waktu tempuh isi = (L / v1) x 60 T1 6.00 menit
- Waktu tempuh kosong = (L / v2) x 60 T2 30.00 menit
- Waktu muat = (V / Q1) x 60 T3 11.94 menit
- Waktu buang T4 1.50 menit
- Lain-lain T5 1.00 menit
Ts2 50.44 menit
Produksi per jam = (V x Fa x 60) / (Fk x Ts2) Q2 6.58 m3/Jam
Jumlah alat = Q1'/Q2 6.11 N2 3.00 Unit
Produksi 3 alat per jam = N2 x Q2 Q2' 19.75 m3/Jam
Koefisien alat = N2/Q2' E2 0.1519 Jam

c. Stamper
Kecepatan V 250.00 m/jam
Faktor efisiensi alat Fa 0.80
Lebar pemadatan L 1.2 m
Jumlah lintasan n 6.00 kali
Produksi per jam = (V x Fa x L x t ) / n Q3 8.00 m3/jam
Jumlah alat =Q1'/Q3 5.03 N3 6.00 Unit
Produksi 23 alat per jam = N3 x Q3 Q3' 48.00 m3/jam
Koefisien alat = N3 / Q3' E3 0.125
V-27

No. Uraian Kode Koef. Satuan

3. Tenaga :
Produksi menentukan : Excavator Q1' 40.20 m3/Jam
3
Produksi galian/ hari = Q1' x Tk Qt 281.42 m
Kebutuhan tenaga :
- Pekerja P 10.00 orang
- Mandor M 1.00 orang

Koefisien tenaga / m3 :
- Pekerja = (Tk x P) / Qt L1 0.2487 Jam
- Mandor = (Tk x M) / Qt L2 0.0249 Jam

IV. Waktu Pelaksanaan


Volume Pekerjaan Vt 4,140.80 m3
Masa Pelaksanaan = Vt / Qt 14.71 Tt 15.00 Hari
V-28

No. Item 2.1(1)


Jenis Pekerjaan Pemasangan Drainase
Satuan Buah
Uraian Kode Koef. Satuan
No.

I. Asumsi :
1. Pekerjaan dilakukan secara manual
2. Lokasi pekerjaan : sepanjang jalan
3. Jarak rata-rata Base Camp ke lokasi pekerjaan L 1.000 Km
4. Jam kerja efektif per hari Tk 7.00 Jam

II. Metode Pelaksanaan :


1. Gorong - gorong diperoleh dengan cara memesan sesuai
dengan spesifikasi, lalu diangkut dengan dump truck
dari basecamp ke lokasi proyek
III. Pemakaian Bahan, Alat dan Tenaga
1. Bahan :
- Drainase U-Ditch Type 800x1000 DU 3458 buah/m'

2. Peralatan :
a. Truck Crane
Kapasitas bak Vd 8 buah
Faktor efisiensi alat Fa 0.83 -
Kecepatan rata-rata bermuatan v1 20.00 Km/Jam
Kecepatan rata-rata kosong v2 30.00 Km/Jam
Waktu siklus :
- Memuat = 2 menit x Vd T1 16.00 menit
- Mengangkut = 3 menit x Vd T2 24.00 menit
- Menurunkan = 2 menit x Vd T3 16.00 menit
- Lain-lain T5 10.00 menit
Ts1 66.00 menit
Produksi per jam = (V x Fa x 60) / Ts1 Q1 6.00 buah/Jm
Jumlah alat N1 5.00 Unit
Produksi 1 alat per jam = N1 x Q1 Q1' 30.00 buah/Jam
Koefisien alat = 1/Q1 E2 0.0333 Jam

b. Alat bantu
Diperlukan :
Cangkul = 4 buah

3. Tenaga :
Produksi pekerjaan / hari = Tk x Q * Qt 210.00 buah
Kebutuhan tenaga :
- Pekerja P 4.00 orang
- Mandor M 1.00 orang

Koefisien tenaga :
- Pekerja = (P x Tk) / Qt L1 0.1333 Jam
- Mandor = (M x Tk) / Qt L2 0.0333 Jam

IV Waktu Pelaksanaan
Volume pekerjaan Vt 3,458 buah
Masa Pelaksanaan = Vt / Qt 17.450 Tt 18.00 hari

* = Produksi alat/tenaga yang menentukan Truck Crane


V-29

No. Item 2.1(2)


Jenis Pekerjaan Lantai Kerja Drainase Type U-ditch
Satuan m3
Uraian Kode Koef. Satuan
No.

I. Asumsi :
1. Pekerjaan dilakukan secara manual
2. Lokasi pekerjaan : sepanjang saluran Drainase
3. Jarak rata-rata Base Camp ke lokasi pekerjaan L 20.00 Km
4. Jam kerja efektif per hari Tk 7.00 Jam

II. Metode Pelaksanaan :


1. lantai kerja drainase dilakukan dengan pegecoran
menggnakan ready mix sesuai spesifikasi

III. Pemakaian Bahan, Alat dan Tenaga


1. Bahan :
- Beton K-125 B 207.40 m3

2. Peralatan :
a. Ready Mix
Kapasitas Molen V 7 m3
Faktor efisiensi alat Fa 0.80 -
Kecepatan rata-rata bermuatan v1 20.00 Km/Jam
Kecepatan rata-rata kosong v2 30.00 Km/Jam
Waktu siklus :
- waktu tempuh isi = (L / v1) x 60 T1 60 menit
- waktu tempuh kosong = (L / v2) x 61 T2 40 menit
- Lain-lain T5 15.00 menit
Ts1 115.00 menit
Produksi per jam = (V x Fa x 60) / Ts1 Q1 2.92 m3/jam
Jumlah alat N1 4.00 Unit
Produksi 4 alat per jam = N1 x Q1 Q1' 11.69 m3/jam
Koefisien alat = 1/Q1 E2 0.0856 Jam
b. Alat Bantu
Roskam = 4 buah

3. Tenaga :
Produksi pekerjaan / hari = Tk x Q * Qt 81.81 m3
Kebutuhan tenaga :
- Pekerja P 4.00 orang
- Mandor M 1.00 orang

Koefisien tenaga :
- Pekerja = (P x Tk) / Qt L1 0.3423 Jam
- Mandor = (M x Tk) / Qt L2 0.0856 Jam

IV Waktu Pelaksanaan
Volume pekerjaan Vt 207 m3
Masa Pelaksanaan = Vt / Qt 2.535 Tt 3.00 hari

* = Produksi alat/tenaga yang menentukan dump truck


V-30

No. Item 2.2


Jenis Pekerjaan Pekerjaan Galian Gorong - Gorong
Satuan m³

No. Uraian Kode Koef. Satuan

I. Asumsi :
1. Menggunakan alat bantu
2. Lokasi pekerjaan tertentu P m
3. Jam kerja efektif per hari Tk 7.00 Jam
4. Faktor kehilangan material Fh 1.20

II. Metode Pelaksanaan :


Penggalian dilakukan dengan tenaga dan alat manual pada
tempat yang telah ditentukan

III. Pemakaian Bahan, Alat dan Tenaga


1. Bahan :
Tidak diperlukan bahan

2. Peralatan :
Alat bantu :
- Cangkul
- Linggis
- Sekop
- Gerobak dorong

3. Tenaga :
Produksi kerja dalam 1 hari * Q 30.00 m3/hari

Kebutuhan tenaga :
- Pekerja P 4.00 orang
- Mandor M 1.00 orang

Koefisien tenaga / m3 :
- Pekerja = (Tk x P) / Q L1 0.9333 Jam
- Mandor = (Tk x M) / Q L2 0.2333 Jam

IV. Waktu Pelaksanaan


Volume Pekerjaan Vt 45.000 m3
Masa Pelaksanaan = Vt / Q 1.50 Tt 2.00 Hari

* = Produksi alat/tenaga yang menentukan tenaga kerja


V-31

No. Item 2.2(1)


Jenis Pekerjaan Gorong-gorong diameter 100 cm
Satuan Buah
Uraian Kode Koef. Satuan
No.

I. Asumsi :
1. Pekerjaan dilakukan secara manual
2. Lokasi pekerjaan : sepanjang jalan
3. Jarak rata-rata Base Camp ke lokasi pekerjaan L 1.000 Km
4. Jam kerja efektif per hari Tk 7.00 Jam

II. Metode Pelaksanaan :


1. Gorong - gorong diperoleh dengan cara memesan sesuai
dengan spesifikasi, lalu diangkut dengan dump truck
dari basecamp ke lokasi proyek
III. Pemakaian Bahan, Alat dan Tenaga
1. Bahan :
Pipa Beton dia 1m B 20 buah/m'

2. Peralatan :
a. Dump Truck
Kapasitas bak Vd 40 buah
Faktor efisiensi alat Fa 0.83 -
Kecepatan rata-rata bermuatan v1 30.00 Km/Jam
Kecepatan rata-rata kosong v2 40.00 Km/Jam
Waktu siklus :
- Memuat = 2 menit x Vd T1 80.00 menit
- Mengangkut = 3 menit x Vd T2 120.00 menit
- Menurunkan = 2 menit x Vd T3 80.00 menit
- Lain-lain T5 10.00 menit
Ts1 290.00 menit
Produksi per jam = (V x Fa x 60) / Ts1 Q1 6.87 buah/Jm
Jumlah alat ( Dump Truck ) N1 1.00 Unit
Produksi 1 alat per jam = N1 x Q1 Q1' 6.87 buah/Jam
Koefisien alat = 1/Q1 E2 0.1456 Jam

b. Alat bantu
Diperlukan :
- Cangkul = 2 buah

3. Tenaga :
Produksi pekerjaan / hari = Tk x Q * Qt 48.08 buah
Kebutuhan tenaga :
- Pekerja P 2.00 orang
- Mandor M 1.00 orang
- Tukang Batu Tb 1.00 orang
Koefisien tenaga :
- Pekerja = (P x Tk) / Qt L1 0.2912 Jam
- Mandor = (M x Tk) / Qt L2 0.1456 Jam
- Tukang Batu = (Tb x Tk)/ Qt L3 0.1456 Jam
- Sopir = (S x Tk)/ Qt L4 #REF!
IV Waktu Pelaksanaan
Volume pekerjaan Vt 20.00 buah
Masa Pelaksanaan = Vt / Qt 0.416 Tt 1.00 hari

* = Produksi alat/tenaga yang menentukan dump truck


V-32

No. Item 2.2(2)


Jenis Pekerjaan Pasangan Bata dengan Mortar
Satuan m³

No. Uraian Kode Koef. Satuan

I. Asumsi :
1. Lokasi pekerjaan sepanjang saluran samping
2. Jam efektif kerja per hari Tk 7.00 Jam
3. Faktor kehilangan bahan
- Batu bata Fh1 1.20
- Semen Fh2 1.05
4. Komposisi campuran :
- Batu bata Bb 60.00 %
- Semen Portland PC 10.00 %
- Pasir Ps 30.00 %
5. Berat Jenis
- Pasangan Bata D1 2.00 t/m3
- Semen Portland D2 1.44 t/m3
- Batu Belah D3 1.80 t/m3
- Pasir D4 1.67 t/m3
- Mortar D5 1.60 t/m3

II. Metode Pelaksanaan :


1. Semen, pasir dan air dicampur dan diaduk dengan
Concrete Mixer
2. Batu belah dibersihkan dan dibasahi permukaannya
3. Pemasangan batu bata dengan mortar

III. Pemakaian Bahan, Alat dan Tenaga


1. Bahan :
b. Batu bata = ((Bb/100) x D1 x Fh1 x 1 m3) / D3 M2 0.80 m3
c. PC = ((PC/100) x D1 x Fh2 x 1 m3 x 1000) / D2 M3 3.00 Zak
d. Pasir = ((Ps/100) x D1 x Fh2 x 1 m3) / D4 M4 0.3772 m3

2. Peralatan :
a. Concrete Mixer
Kapasitas alat v 500.00 liter
Efisiensi alat Fa 0.90
Waktu siklus :
- Memuat T1 3.00 menit
- Mengaduk T2 4.00 menit
- Menuang T3 1.00 menit
Ts 8.00 menit
Produksi per jam = (v x Fa x 60) / (1000 x Ts) Q 3.38 m3/Jam
Koefisien alat = 1/Q E 0.2963 Jam

3. Tenaga :
Produksi pekerjaan / hari = Tk x Q * Qt 23.63 m3/hari
Kebutuhan tenaga :
- Pekerja P 2.00 orang
- Mandor M 1.00 orang

Koefisien tenaga :
- Pekerja = (P x Tk) / Qt L1 0.0121 Jam
- Mandor = (M x Tk) / Qt L2 0.0060 Jam

IV. Waktu Pelaksanaan


Volume pekerjaan Vt 3.260 m3
Masa Pelaksanaan = Vt / Qt 0.14 Tt 1.00 Hari

* = Produksi alat/tenaga yang menentukan concrete mixer


V-33

No. Item 2.2(3)


Jenis Pekerjaan Timbunan Gorong - Gorong Setelah Pemasangan
Satuan m³

No. Uraian Kode Koef. Satuan

I. Asumsi :
1. Menggunakan alat bantu
2. Lokasi pekerjaan tertentu P 46.00 m
3. Jam kerja efektif per hari Tk 7.00 Jam
4. Faktor kehilangan material Fk 1.20
5. Tebal pemadatan t 0.20 m
6. Jarak rata-rata pengambilan material L 2.00 m
7, Berat Volume Lepas D 1.6 ton/m3

II. Metode Pelaksanaan :


1. Pekerja pekerja menimbun galian dengan
tanah bekas galian gorong - gorong
2. Material dihamparkan kemudian dipadatkan dengan Stamper

III. Pemakaian Bahan, Alat dan Tenaga


1 Peralatan :
a. Stamper
Kecepatan V 250.00 m/jam
Faktor efisiensi alat Fa 0.8
Lebar pemadatan L 0.25 m
Jumlah lintasan n 6.00 kali
Kapasitas produksi / jam = (V x Fa x L x t ) / n Q1 1.67 m3/jam
Koefisien alat = 1 / Q1 E1 0.600

b. Alat bantu :
- Cangkul
- Linggis
- Sekop
- Gerobak dorong

2 Tenaga :
Produksi menentukan Stamper Q1 1.67 m3/Jam
Produksi pekerjaan per hari = Q1 x Tk * Qt 11.67 m3/hari
Kebutuhan tenaga :
- Pekerja P 2.00 orang
- Mandor M 1.00 orang

Koefisien tenaga / m3 :
- Pekerja = (Tk x P) / Qt L1 1.2000 Jam
- Mandor = (Tk x M) / Qt L2 0.6000 Jam

IV. Waktu Pelaksanaan


3
Volume Pekerjaan Vt 26.030 m
Masa Pelaksanaan = Vt / Qt 2.23 Tt 3.00 Hari

* = Produksi alat/tenaga yang menentukan stamper


V-34

No. Item 2.2(4)


Jenis Pekerjaan Pembuangan Galian Tanah Gorong - Gorong
Satuan m³

No. Uraian Kode Koef. Satuan

I. Asumsi :
1. Menggunakan alat berat
2. Lokasi pekerjaan sepanjang jalan yang akan digali
3. Kondisi jalan sedang sampai baik
4. Jam kerja efektif per hari Tk 7.00 Jam
5. Faktor pengembangan bahan Fk 1.20
6, Berat Volume Lepas D 1.6 ton/m3

II. Metode Pelaksanaan :


1. Tanah yang dipotong umumnya berada disisi jalan
2. Penggalian dilakukan dengan menggunakan Alat
3. Selanjutnya Excavator menuangkan material hasil
galian kedalam Dump Truck
4, Dump Truck membuang material hasil galian keluar proyek L 4.000 Km

III. Pemakaian Bahan, Alat dan Tenaga


1. Bahan :
Tidak ada bahan yang dipakai

2. Peralatan :
a. Excavator
3
Kapasitas Bucket V 0.93 m
Faktor Bucket Fb 1.00
Faktor Efisiensi Alat Fa 0.83
Waktu siklus :
- Menggali T1 0.6 menit
- Memuat T2 0.40 menit
- Lain-lain T3 0.2 menit
Ts1 0.40 menit
Produksi per jam = (V x Fa x Fb x 60) / (Fk x Ts1) Q1 96.49 m3
Jumlah alat N1 1.00 unit
Produksi 1 alat per jam = N1 x Q1 Q1' 96.49 m3/jam
Koefisien alat = N1/Q1' E1 0.0104 Jam

b. Dump Truck
Kapasitas bak Vd 8 m3
Faktor efisiensi alat Fa 0.83 -
Kecepatan rata-rata bermuatan v1 20.00 Km/Jam
Kecepatan rata-rata kosong v2 30.00 Km/Jam

Bersambung 1
V-35

Lanjutan Pembuangan Galian Tanah 1

No. Uraian Kode Koef. Satuan

Waktu siklus :
- Waktu tempuh isi = (L / v1) x 60 T1 12.00 menit
- Waktu tempuh kosong = (L / v2) x 60 T2 8.00 menit
- Waktu muat = (V / Q1) x 60 T3 4.97 menit
- Waktu buang T4 1.50 menit
- Lain-lain T5 1.00 menit
Ts2 27.47 menit
Produksi per jam = (V x Fa x 60) / (D x Fk x Ts2) Q2 7.55 m3/Jam
Jumlah alat N2 1.00 unit
Produksi 2 alat per jam = N2 x Q2 Q2' 7.55 m3/Jam
Koefisien alat = N2/Q2' E3 0.1324 Jam

3. Tenaga :
Produksi menentukan : Excavator Q1' 96.49 m3/Jam
3
Produksi galian / hari = Q1' x Tk * Qt 675.41 m
Kebutuhan tenaga :
- Pekerja P 1.00 orang
- Mandor M 1.00 orang

Koefisien tenaga / m3 :
- Pekerja = (Tk x P) / Qt L1 0.0104 Jam
- Mandor = (Tk x M) / Qt L2 0.0104 Jam

IV Waktu Pelaksanaan
Volume Pekerjaan Vt 19 m3
Masa Pelaksanaan = Vt / Qt 0.03 Tt 1.00 hari

* = Produksi alat/tenaga yang menentukan excavator


V-36

No. Item : 2.2(5)


Jenis Pekerjaan Lantai Kerja Gorong-Gorong
Satuan m3
Uraian Kode Koef. Satuan
No.

I. Asumsi :
1. Pekerjaan dilakukan secara manual
2. Lokasi pekerjaan : sepanjang saluran Drainase
3. Jarak rata-rata Base Camp ke lokasi pekerjaan L 20.00 Km
4. Jam kerja efektif per hari Tk 7.00 Jam

II. Metode Pelaksanaan :


1. lantai kerja drainase dilakukan dengan pegecoran
menggnakan ready mix sesuai spesifikasi

III. Pemakaian Bahan, Alat dan Tenaga


1. Bahan :
- Beton K-125 B 3.00 m3

2. Peralatan :
a. Ready Mix
Kapasitas Molen V 7 m3
Faktor efisiensi alat Fa 0.80 -
Kecepatan rata-rata bermuatan v1 20.00 Km/Jam
Kecepatan rata-rata kosong v2 30.00 Km/Jam
Waktu siklus :
- waktu tempuh isi = (L / v1) x 60 T1 60 menit
- waktu tempuh kosong = (L / v2) x 61 T2 40 menit
- Lain-lain T5 15.00 menit
Ts1 115.00 menit
Produksi per jam = (V x Fa x 60) / Ts1 Q1 2.92 m3/jam
Jumlah alat N1 4.00 Unit
Produksi 4 alat per jam = N1 x Q1 Q1' 11.69 m3/jam
Koefisien alat = 1/Q1 E2 0.0856 Jam
b. Alat Bantu
Roskam = 4 buah

3. Tenaga :
Produksi pekerjaan / hari = Tk x Q * Qt 81.81 m3
Kebutuhan tenaga :
- Pekerja P 4.00 orang
- Mandor M 1.00 orang

Koefisien tenaga :
- Pekerja = (P x Tk) / Qt L1 0.3423 Jam
- Mandor = (M x Tk) / Qt L2 0.0856 Jam

IV Waktu Pelaksanaan
Volume pekerjaan Vt 3 m3
Masa Pelaksanaan = Vt / Qt 0.037 Tt 1.00 hari

* = Produksi alat/tenaga yang menentukan dump truck


V-37

No. Item 2.3


Jenis Pekerjaan Pekerjaan Bouwplank
Satuan Buah

No. Uraian Kode Koef. Satuan

I. Asumsi :
1. Menggunakan alat manual
2. Lokasi pekerjaan sepanjang saluran drainase
3. Jam efektif kerja per hari Tk 7.00 Jam

II. Metode Pelaksanaan


1. Bouplank dipasang dengan lebar yang cukup sehingga
tidak mengganggu jalannya pekerjaaan

III. Pemakaian Bahan, Alat dan Tenaga


1. Bahan :
a. Kayu Meranti 5/7 B1 0.770 m3
Koefisien = B1 / Vt M1 0.00700
b. Kayu Meranti 2/20 B2 0.880 m3
Koefisien = B2 / Vt M2 0.00800
c. Paku B3 5.500 Kg
Koefisien = B3 / Vt M3 0.05000

2. Tenaga :
Kemampuan kerja 1 group per hari * Qt 50.00 buah/Hari
Kebutuhan tenaga :
- Mandor M 1.00 orang
- Tukang Kayu T 2.00 orang
- Pekerja Pk 2.00 orang

Koefisien tenaga :
- Mandor = (M x Tk) / Q L1 0.1400 Jam
- Tukang Kayu = (T x Tk) / Q L2 0.2800 Jam
- Pekerja = (Pk x Tk)/ Q L3 0.2800 Jam

IV. Waktu Pelaksanaan


Volume Pekerjaan Vt 110.00 buah
Masa Pelaksanaan = Vt / Qt 2.2 Tt 3.00 hari

* = Produksi alat/tenaga yang menentukan tenaga kerja


V-38

No. Item 2.4


Jenis Pekerjaan Pekerjaan Bak Kontrol
Satuan m3

No. Uraian Kode Koef. Satuan

I. Asumsi :
1. Pekerjaan dilakukan secara manual
2. Lokasi pekerjaan : sepanjang jalan
3. Jarak rata-rata Base Camp ke lokasi pekerjaan L 1.000 Km
4. Jam kerja efektif per hari Tk 7.00 Jam

II. Metode Pelaksanaan :


1. Buat galian bak kontrol dengan menggunakan alat
Excavator dan dibantu oleh beberapa pekerja
dengan cara manual
2 Batu alam di bawa dari base camp dengan dump truck
3 Pekerja memasang batu alam dengan dan direkatkan tp 0.1 m
dengan semen dan pasir secara manual
4 Sisa galian dibawa dengan dump truck ke base camp

III. Pemakaian Bahan, Alat dan Tenaga


1. Bahan :
Untuk mendapatkan 12.10 m3 Saluran diperlukan
- Batu Belah 10 m3
- Pasir D4 6.24 m3
- Semen Portland 40 Zak
2. Peralatan :
a. Dump Truck
Kapasitas bak Vd 6 m3
Faktor efisiensi alat Fa 0.83 -
Kecepatan rata-rata bermuatan v1 30.00 Km/Jam
Kecepatan rata-rata kosong v2 40.00 Km/Jam
Waktu siklus :
- Memuat = 2 menit x Vd T1 12.00 menit
- Mengangkut = 3 menit x Vd T2 18.00 menit
- Menurunkan = 2 menit x Vd T3 12.00 menit
- Lain-lain T5 10.00 menit
Ts1 52.00 menit
Produksi per jam = (V x Fa x 60) / Ts1 Q1 5.75 m3
Jumlah alat ( Dump Truck ) N1 1.00 Unit
Produksi 1 alat per jam = N1 x Q1 Q1' 5.75 buah/Jam
Koefisien alat = 1/Q1 E2 0.1740 Jam

b. Concreate Mixer
Kapasitas Molen V 0.3 m3
Faktor efisiensi alat Fa 0.80 -
Kecepatan rata-rata mengaduk v1 2.00 m3/jam

Waktu siklus :
- waktu tempuh isi = (L / v1) x 60 T1 9 menit
- waktu menuang T2 5 menit

Ts1 14.00 menit


Produksi per jam = (V x Fa x 60) / Ts1 Q1 1.03 m3/jam
Jumlah alat N1 2.00 Unit
Produksi 4 alat per jam = N1 x Q1 Q1' 2.06 m3/jam
Koefisien alat = 1/Q1 E2 0.4861 Jam

c. Alat bantu
Diperlukan :
- Cangkul = 2 buah
V-39

3. Tenaga :
Produksi pekerjaan / hari = Tk x Q * Qt 14.40 m3
Kebutuhan tenaga :
- Pekerja P 4.00 orang
- Mandor M 1.00 orang
- Tukang Batu Tb 5.00 orang
Koefisien tenaga :
- Pekerja = (P x Tk) / Qt L1 1.9444 Jam
- Mandor = (M x Tk) / Qt L2 0.4861 Jam
- Tukang Batu = (Tb x Tk)/ Qt L3 2.4306 Jam
IV Waktu Pelaksanaan
Volume pekerjaan Vt 12 m3
Masa Pelaksanaan = Vt / Qt 0.840 Tt 1.00 hari
V-40

5.6.3 Pekerjaan Tanah


No. Item 3.1
Jenis Pekerjaan Galian Tanah biasa
Satuan m³

No. Uraian Kode Koef. Satuan

I. Asumsi :
1. Menggunakan alat berat
2. Lokasi pekerjaan sepanjang jalan yang akan digali
3. Kondisi jalan sedang sampai baik
4. Jam kerja efektif per hari Tk 7.00 Jam
5. Faktor pengembangan bahan Fk 1.20

II. Metode Pelaksanaan :


1. Excavator menggali tanah sesuai dengan gambar rencana
dan pengukuran kemudian dimuat ke dalam Dump Truck
2. Dump Truck membawa hasil galian ke lokasi timbunan
L 1.000 Km
3. Motor Grader meratakan permukaan yang telah digali.

III. Pemakaian Bahan, Alat dan Tenaga


1. Bahan :
Tidak ada bahan yang dipakai

2. Peralatan :
a. Excavator
Kapasitas Bucket V 0.93 m3
Faktor Bucket Fb 1.00
Faktor Efisiensi Alat Fa 0.83
Waktu siklus :
- Menggali T1 0.32 menit
- Memuat T2 0.32 menit
- Lain-lain T3 0.32 menit
Ts1 0.96 menit
Produksi per jam = (V x Fa x Fb x 60) / (Fk x Ts1) Q1 40.20 m3/jam
Jumlah alat N1 15.00 unit
Produksi 5 alat per jam = N1 x Q1 Q1' 603.05 m3/jam
Koefisien alat = 1/Q1 E1 0.0249 Jam

b. Dump Truck
Kapasitas bak Vd 8.00 m3
Faktor efisiensi alat Fa 0.83 -
Kecepatan rata-rata bermuatan v1 20.00 Km/Jam
Kecepatan rata-rata kosong v2 30.00 Km/Jam

Bersambung 1
V-41

Lanjutan Galian Tanah 1

No. Uraian Kode Koef. Satuan

Waktu siklus :
- Waktu tempuh isi = (L / v1) x 60 T1 3.00 menit
- Waktu tempuh kosong = (L / v2) x 60 T2 2.00 menit
- Waktu muat = (V x 60) / (Q1 x Fk) T3 9.95 menit
- Waktu buang T4 1.50 menit
- Lain-lain T5 0.00 menit
Ts2 16.45 menit
Produksi per jam = (V x Fa x 60) / (Fk x Ts2) Q2 20.18 m3/Jam
Jumlah alat = Q1'/Q2 29.88 N2 30.00 unit
Produksi 9 alat per jam = N2 x Q2 Q2' 605.49 m3/Jam
Koefisien alat = 1/Q2 E3 0.0495 Jam

3. Tenaga :
Produksi menentukan : Excavator Q1' 603.05 m3/Jam
Produksi galian / hari = Q1' x Tk * Qt 4221.33 m3
Kebutuhan tenaga :
- Pekerja P 4.00 orang
- Mandor M 1.00 orang

Koefisien tenaga / m3 :
- Pekerja = (Tk x P) / Qt L1 0.0066 Jam
- Mandor = (Tk x M) / Qt L2 0.0017 Jam

IV Waktu Pelaksanaan
3
Volume Pekerjaan Vt 160,184 m
Masa Pelaksanaan = Vt / Qt 37.9462787 Tt 38 hari

* = Produksi alat/tenaga yang menentukan excavator


V-42

No. Item 3.2


Jenis Pekerjaan Timbunan Tanah
Satuan m³

No. Uraian Kode Koef. Satuan

I. Asumsi :
1. Pekerjaan dilakukan secara mekanis
2. Lokasi pekerjaan sepanjang jalan
3. Kondisi jalan sedang - baik
4. Jam kerja efektif per hari Tk 7.00 Jam
5. Faktor pengembangan bahan Fk 1.20
6. Tebal hamparan padat t 0.20 m

II. Metode Pelaksanaan :


1. Tanah dari galian yang dituang oleh Dump Truck pada
pekerjaan galian diratakan oleh Motor Grader
2. Dump Truck membawa hasil galian ke lokasi timbunan
maupun ke luar lokasi pekerjaan L 1.000 Km
3. Material yang telah dihampar disiram dengan Water Tanker
(sebelum pelaksanaan pemadatan) dan dipadatkan dengan
Vibrator Roller
4. Selama pemadatan sekelompok pekerja merapikan tepi dan
level permukaan dengan menggunakan alat bantu

III. Pemakaian Bahan, Alat dan Tenaga


1. Bahan :
Material yang digunakan berasal dari pekerjaan galian

2. Peralatan :
a. Motor Grader
Jarak operasi rata-rata Lh 50.00 m
Lebar efektif kerja blade b 2.60 m
Faktor efisiensi alat Fa 0.80
Kecepatan rata-rata alat v 4.00 Km/Jam
Jumlah lintasan n 8.00 kali
Waktu siklus :
- Perataan 1 kali lintasan = Lh / (v x 1000) x 60 T1 0.75 menit
- Lain-lain T2 1.00 menit
Ts1 1.75 menit
Produksi per jam = (Lh x b x t x Fa x 60) / (n x Ts1) Q1 89.14 m3/Jam
Jumlah alat N1 6.00 unit
Produksi 2 alat per jam = N2 x Q2 Q1' 534.86 m3/Jam
Koefisien alat = 1/Q1 E1 0.0112 Jam

b. Vibratory Roller
Kecepatan rata-rata alat v 6.00 Km/Jam
Lebar efektif pemadatan b 1.20 m
Jumlah lintasan n 6.00 kali
Faktor efisiensi alat Fa 0.80
Produksi per jam = (v x 1000 x b x t x Fa) / n Q2 192.00 m3/Jam
Jumlah alat = Q1/Q2 2.79 N2 2.00 unit
Produksi 2 alat per jam = N2 x Q2 Q2' 384.00 m3/Jam
Koefisien alat = 1/Q2 E2 0.0052 Jam

Bersambung 1
V-43

Lanjutan Timbunan Tanah 1

No. Uraian Kode Koef. Satuan

c. Water Tanker
Volume tangki air V 4.00 m3
Kebutuhan air / m3 material padat Wc 0.07 m3
Pengisian tangki / jam n 2.00 kali
Faktor efisiensi alat Fa 0.83
Produksi per jam = (V x n x Fa) / Wc Q3 94.86 m3/Jam
Jumlah alat = Q1'/Q3 5.64 N3 1.00 unit
Produktivitas 2 alat = N3 x Q3 Q3' 94.86 m3/Jam
Koefisien alat = 1/Q3 E3 0.0105 Jam

3. Tenaga :
Produksi menentukan : Motor Grader Q1 534.86 m3/Jam
Produksi pekerjaan / hari = Q1 x Tk * Qt 3744.00 m3
Kebutuhan tenaga :
- Pekerja P 4.00 orang
- Mandor M 1.00 orang
- Operator alat Op 2.00 orang
- Pembantu Operator POp 2.00 orang

Koefisien tenaga / m3 :
- Pekerja = (Tk x P) / Qt L1 0.0075 Jam
- Mandor = (Tk x M) / Qt L2 0.0019 Jam
- Operator alat = (Op x Tk) / Qt L3 0.0037 Jam
- Pembantu Operator = (POp x Tk) / Qt L4 0.0037 Jam

IV Waktu Pelaksanaan
Volume Pekerjaan Vt 62,933.8 m3
Masa Pelaksanaan = Vt / Qt 16.81 Tt 17.0 hari

* = Produksi alat/tenaga yang menentukan motor grader


V-44

No. Item 3.2(1)


Jenis Pekerjaan Penyiapan Badan Jalan
Satuan m²

No. Uraian Kode Koef. Satuan

I. Asumsi :
1. Lokasi pekerjaan sepanjang jalan
2. Kondisi jalan belum padat
3. Pekerjaan dilakukan secara mekanik
4. Faktor pengembangan bahan Fk 1.20
5. Jam kerja efektif per hari Tk 7.00 Jam

II. Metode Pelaksanaan :


1. Motor Grader meratakan permukaan galian
2. Sebelum dilakukan pemadatan, daerah yang akan dipadatkan
disiram oleh Water Tanker
3. Pemadatan dilakukan dengan Vibratory Roller
4. Sekelompok pekerja akan membantu meratakan badan jalan
alat bantu

III. Pemakaian Bahan, Alat dan Tenaga


1. Bahan :
Tidak diperlukan bahan / material

2. Peralatan :
a. Motor Grader
Jarak operasi rata-rata Lh 50.00 m
Lebar efektif kerja blade b 2.60 m
Faktor efisiensi alat Fa 0.80
Kecepatan rata-rata alat v 4.00 Km/Jam
Jumlah lintasan n 6.00 kali
Waktu siklus :
- Perataan 1 kali lintasan = Lh / (v x 1000) x 60 T1 0.75 menit
- Lain-lain T2 1.00 menit
Ts1 1.75 menit
Produksi per jam = (Lh x b x Fk x Fa x 60)/(n x Ts1) Q1 713.14 m3/Jam
Jumlah alat N1 1.00 unit
Produksi 1 alat per jam = N2 x Q2 Q1' 713.14 m3/Jam
Koefisien alat = 1/Q1 E1 0.0014 Jam

b. Vibratory Roller
Kecepatan rata-rata alat v 6.00 Km/Jam
Lebar efektif pemadatan w 1.20 m
Jumlah lintasan n 6.00 kali
Faktor efisiensi alat Fa 0.80
Produksi per jam = (v x 1000 x w x Fa) / n Q2 192.00 m3/Jam
Jumlah alat = Q1/Q2 3.71 N2 1.00 unit
Produksi 1 alat per jam = N2 x Q2 Q2' 192.00 m3/Jam
Koefisien alat = 1/Q2 E2 0.0052 Jam

Bersambung 1
V-45

Lanjutan Penyiapan Badan Jalan 1

No. Uraian Kode Koef. Satuan

c. Water Tanker
3
Volume tangki air V 4.00 m
Kebutuhan air / m3 material padat Wc 0.07 m3
Pengisian tangki / jam n 3.00 kali
Faktor efisiensi alat Fa 0.83

Produksi per jam = (V x n x Fa) / Wc Q3 142.29 m2/Jam


Jumlah alat = Q1/Q3 5.01 N3 4.00 unit
Produksi 4 alat per jam = 3 x Q3 Q3' 569.14 m2/Jam
Koefisien alat = N3/Q3' E3 0.0070 Jam

3. Tenaga :
Produksi menentukan : Motor Grader Q1 713.14 m2/Jam
Produksi pekerjaan / hari = Q1 x Tk * Qt 4,992.0 m2
Kebutuhan tenaga :
- Pekerja P 4.00 orang
- Mandor M 1.00 orang
- Operator alat Op 2.00 orang
- Pembantu Operator POp 2.00 orang
Koefisien tenaga / m2 :
- Pekerja = (Tk x P) / Qt L1 0.0056 Jam
- Mandor = (Tk x M) / Qt L2 0.0014 Jam
- Operator alat = (Op x Tk) / Qt L3 0.0028 Jam
- Pembantu Operator = (POp x Tk) / Qt L4 0.0028 Jam
IV. Waktu Pelaksanaan
Volume pekerjaan Vt 29,036.0 m2
Masa Pelaksanaan = Vt / Qt 5.82 Tt 6.00 hari

* = Produksi alat/tenaga yang menentukan motor grader


V-46

No. Item 3.3


Jenis Pekerjaan Pengupasan dan Pembersihan Lahan
Satuan m³

No. Uraian Kode Koef. Satuan

I. Asumsi :
1. Pekerjaan dilakukan secara mekanik
2. Lokasi pekerjaan sepanjang jalan 2000 m
3. Tebal pengelupasan t 0.20 m
4. Faktor pengembangan Fk 1.20
5. Jam kerja efektif per hari Tk 7.00 Jam

II. Metode Pelaksanaan :


1. Bulldozer membersihkan lapangan dari material yang
sekiranya dapat mengganggu jalannya proyek
2. Wheel Loader mengambil material dan memuatnya ke dalam
Dump Truck
3. Dump Truck mengangkut material hasil stripping ke luar
lokasi proyek L 1.000 Km

III. Pemakaian Bahan, Alat dan Tenaga


1. Bahan :
Tidak diperlukan bahan/material

2. Peralatan :
a. Bulldozer
Faktor Bucket Fb 0.90
Panjang Bucket l 2.50 m
Tinggi Bucket h 1.00 m
Faktor Efisiensi alat Fa 0.80
Jarak dorong D 40.00 m
Kecepatan maju F 4.00 Km/Jam
Kecepatan mundur R 5.00 Km/Jam
Waktu tetap Z 0.30 menit
Waktu siklus = (D/F) + (D/R) + Z Ts1 1.38 menit
Produksi per siklus = l x h2 x Fb q 2.25 m3
Produksi per jam = (q x Fa x 60 )/( Fk x Ts1) Q1 65.22 m3/Jam
Jumlah alat = Q2' / Q1 3.48 N1 4.00 Unit
Produksi 2 alat per jam = N2 x Q2 Q1' 260.87 m3/Jam
Koefisien alat = 1/Q1 E1 0.0153 Jam
b. Wheel Loader
Kapasitas bucket Vb 1.50 m3
Faktor bucket Fb 0.85
Faktor efisiensi alat Fa 0.80

Bersambung 1
V-47

Lanjutan Striping 1

No. Uraian Kode Koef. Satuan

Waktu siklus :
- Waktu muat T1 0.45 menit
- Lain-Lain T2 0.45 menit
Ts2 0.90 menit
Produksi per jam = (Vb x Fb x Fa x 60) / (Fk x Ts2) Q2 56.67 m3/Jam
Jumlah alat N2 4.00 Unit
Produktivitas 2 alat = N2 x Q2 Q2' 226.67 m3/Jam
Koefisien alat = 1/Q2 E2 0.0176 Jam

c. Dump Truck
Kapasitas bak Vd 8.00 m3
Faktor efisiensi alat Fa 0.83 -
Kecepatan rata-rata bermuatan v1 20.00 Km/Jam
Kecepatan rata-rata kosong v2 30.00 Km/Jam
Waktu siklus :
- Waktu tempuh isi = (L / v1) x 60 T1 3.00 menit
- Waktu tempuh kosong = (L / v2) x 60 T2 2.00 menit
- Waktu muat = (V / Q1) x 60 T3 7.36 menit
- Waktu buang T4 1.50 menit
- Lain-lain T5 1.00 menit
Ts3 14.86 menit
Produksi per jam = (V x Fa x 60) / (Fk x Ts3) Q3 22.34 m3/Jam
Jumlah alat = Q1/Q3 10.15 N3 8.00 Unit
Produksi 6 alat per jam = N3 x Q3 Q3' 178.73 m3/Jam
Koefisien alat = 1/Q3' E3 0.0448 Jam

3. Tenaga :
Produksi menentukan : Wheel Loader Q2' 226.67 m3/Jam
Produksi pekerjaan / hari = Tk x Q1 * Qt 1,586.67 m3
Kebutuhan tenaga :
- Pekerja P 4.00 orang
- Mandor M 1.00 orang
- Operator alat Op 2.00 orang
- Pembantu Operator POp 2.00 orang

Koefisien tenaga / m3 :
- Pekerja = (P x Tk) / Qt L1 0.0176 Jam
- Mandor = (M x Tk) / Qt L2 0.0044 Jam
- Operator alat = (Op x Tk) / Qt L3 0.0088 Jam
- Pembantu Operator = (POp x Tk) / Qt L4 0.0088 Jam

IV. Waktu Pelaksanaan


Volume pekerjaan Vt 24,888 m2
Masa Peleksanaan = Vt / Qt 15.69 Tt 16.000 hari

* = Produksi alat/tenaga yang menentukan wheel loader


V-48

No. Item 3.4


Jenis Pekerjaan : Pekerjaan Pembuangan Tanah Galian
Satuan : m3

No. Uraian Kode Koef. Satuan

I. Asumsi :
1. Menggunakan alat berat
2. Lokasi pekerjaan sepanjang jalan yang akan digali
3. Kondisi jalan sedang sampai baik
4. Jam kerja efektif per hari Tk 7.00 Jam
5. Faktor pengembangan bahan Fk 1.20

II. Metode Pelaksanaan :


1. Excavator menggali tanah sesuai dengan gambar rencana
dan pengukuran kemudian dimuat ke dalam Dump Truck
2. Dump Truck membawa hasil galian ke lokasi timbunan
maupun ke luar lokasi pekerjaan L 2.000 Km
3. Motor Grader meratakan permukaan yang telah digali.

III. Pemakaian Bahan, Alat dan Tenaga


1. Bahan :
Tidak ada bahan yang dipakai

2. Peralatan :
a. Excavator
3
Kapasitas Bucket V 0.93 m
Faktor Bucket Fb 1.00
Faktor Efisiensi Alat Fa 0.83
Waktu siklus :
- Menggali T1 0.32 menit
- Memuat T2 0.32 menit
- Lain-lain T3 0.32 menit
Ts1 0.96 menit
Produksi per jam = (V x Fa x Fb x 60) / (Fk x Ts1) Q1 40.20 m3
Jumlah alat N1 15.00 unit
Produksi 4 alat per jam = N1 x Q1 Q1' 603.05 m3/jam
Koefisien alat = 1/Q1' E1 0.0249 Jam

b. Dump Truck
Kapasitas bak Vd 8.00 m3
Faktor efisiensi alat Fa 0.83 -
Kecepatan rata-rata bermuatan v1 20.00 Km/Jam
Kecepatan rata-rata kosong v2 30.00 Km/Jam

Bersambung 1
V-49

Lanjutan Pembuangan Tanah Galian 1

No. Uraian Kode Koef. Satuan

Waktu siklus :
- Waktu tempuh isi = (L / v1) x 60 T1 6.00 menit
- Waktu tempuh kosong = (L / v2) x 60 T2 4.00 menit
- Waktu muat = (V / Q1) x 60 T3 11.94 menit
- Waktu buang T4 1.50 menit
- Lain-lain T5 1.00 menit
Ts2 24.44 menit
Produksi per jam = (V x Fa x 60) / (Fk x Ts2) Q2 13.58 m3/Jam
Jumlah alat = Q1'/Q2 44.39 N2 45.00 unit
Produksi 11 alat per jam = N2 x Q2 Q2' 611.31 m3/jam
Koefisien alat = 1/Q2' E3 0.0736 Jam

3. Tenaga :
Produksi menentukan : Excavator Q1' 603.05 m3/Jam
3
Produksi galian / hari = Q1' x Tk * Qt 4221.33 m
Kebutuhan tenaga :
- Pekerja P 4.00 orang
- Mandor M 1.00 orang
- Operator alat Op 4.00 orang
- Pembantu Operator POp 4.00 orang

Koefisien tenaga / m3 :
- Pekerja = (Tk x P) / Qt L1 0.0066 Jam
- Mandor = (Tk x M) / Qt L2 0.0017 Jam
- Operator alat = (Op x Tk) / Qt L3 0.0066 Jam
- Pembantu Operator = (POp x Tk) / Qt L4 0.0066 Jam

IV. Waktu Pelaksanaan


Volume pekerjaan Vt 84,663 m3
Masa Pelaksanaan = Vt / Qt 20.06 Tt 21.00 hari

* = Produksi alat/tenaga yang menentukan excavator


V-50

No. Item 3.5


Jenis Pekerjaan Pekerjaan Timbunan Median
Satuan : m3
No. Uraian Kode Koef. Satuan

I. Asumsi :
1. Pekerjaan dilakukan secara mekanis
2. Lokasi pekerjaan sepanjang jalan L 2 km
3. Kondisi jalan sedang - baik
4. Jam kerja efektif per hari Tk 7.00 Jam
5. Faktor pengembangan bahan Fk 1.20
6. Tebal hamparan padat t 0.20 m

II. Metode Pelaksanaan :


1. Tanah dari galian yang dituang oleh Dump Truck pada
pekerjaan galian
2 Material yang dihamparkan kemudian dipadatkan
menggunakan stamper

III. Pemakaian Bahan, Alat dan Tenaga


1. Bahan :
Material yang digunakan berasal dari pekerjaan galian

2. Peralatan :
a. Stamper
Jarak operasi rata-rata Lh 15.00 m
Lebar pemadatan b 1.08 m
Faktor efisiensi alat Fa 0.80
Kecepatan rata-rata alat v 0.25 Km/Jam
Jumlah lintasan n 6.00 kali
Waktu siklus :
Ts1 1.35 menit
Produksi per jam = (Lh x b x t x Fa x 60) / (n x Ts1) Q1 19.20 m3/Jam
Jumlah alat N1 2.00 unit
Produksi 2 alat per jam = N2 x Q2 Q1' 38.40 m3/Jam
Koefisien alat = 1/Q1 E1 0.0521 Jam

b. Dump Truck
Kapasitas bak Vd 8 m3
Faktor efisiensi alat Fa 0.83 -
Kecepatan rata-rata bermuatan v1 20.00 Km/Jam
Kecepatan rata-rata kosong v2 30.00 Km/Jam
Waktu siklus :
- Waktu tempuh isi = (L / v1) x 60 T1 6.00 menit
- Waktu tempuh kosong = (L / v2) x 60 T2 4.00 menit
- Waktu muat = (V / Q1) x 60 T3 11.94 menit
- Waktu buang T4 1.50 menit
- Lain-lain T5 1.00 menit
Ts2 24.44 menit
Produksi per jam = (V x Fa x 60) / (Fk x Ts2) Q4 13.58 m3/Jam
Jumlah alat = Q1'/Q4 2.83 N4 1.00 unit
Produksi 1 alat per jam = N2 x Q2 Q4' 13.58 m3/Jam
Koefisien alat = 1/Q4' E3 0.0736 Jam
V-51

3. Tenaga :
Produksi menentukan : Stamper Q1 38.40 m3/Jam
3
Produksi pekerjaan / hari = Q1 x Tk * Qt 268.80 m
Kebutuhan tenaga :
- Pekerja P 4.00 orang
- Mandor M 1.00 orang

Koefisien tenaga / m3 :
- Pekerja = (Tk x P) / Qt L1 0.1042 Jam
- Mandor = (Tk x M) / Qt L2 0.0260 Jam

IV Waktu Pelaksanaan
Volume Pekerjaan Vt 900.0 m3
Masa Pelaksanaan = Vt / Qt 3.35 Tt 4.0 hari

* = Produksi alat/tenaga yang menentukan motor grader


V-52

5.6.4 Pekerjaan Bahu Jalan (Agregat Kelas S)


No. Item 4.1
Jenis Pekerjaan Lapis pondasi agregat kelas S (bahu jalan)
Satuan m³
No. Uraian Kode Koef. Satuan

I. Asumsi :
1. Menggunakan alat berat
2. Lokasi pekerjaan : sepanjang jalan
3. Kondisi jalan : sedang
4. Tebal lapis batu pecah kelas B t 0.07 m
5. Faktor kembang material Fk 1.20
6. Jam kerja efektif per hari Tk 7.00 Jam
7. Proporsi Campuran : - Agregat Kasar Ak 75.00 %
- Agregat Halus Ah 25.00 %
8. Jarak rata-rata Base Camp ke lokasi pekerjaan L 1.00 Km

II. Metode Pelaksanaan :


1. Wheel Loader memuat agregat ke dalam Dump Truck di
Base Camp
2. Dump Truck mengangkut agregat ke lokasi pekerjaan dan
dihampar dengan Motor Grader
3. Hamparan agregat dibasahi dengan Water Tanker sebelum
dipadatkan dengan Vibrator Roller
4. Selama pemadatan sekelompok pekerja akan merapikan tepi
hamparan dan level permukaan dengan menggunakan alat
bantu

III. Pemakaian Bahan, Alat dan Tenaga


1. Bahan :
3
- Agregat kasar = Ak x Fk x 1 m3 M1 0.9000 m
- Agregat halus = Ah x Fk x 1 m3 M2 0.3000 m3

2. Peralatan :
a. Wheel Loader
Kapasitas bucket Vb 1.50 m3
Faktor bucket Fb 0.85
Faktor efisiensi alat Fa 0.80
Waktu siklus :
- Waktu muat T1 0.45 menit
- Lain-Lain T2 0.45 menit
Ts1 0.90 menit
Produksi per jam = (Vb x Fb x Fa x 60) / (Fk x Ts1) Q1 56.67 m3/Jam
Jumlah alat N1 1.00 Unit
Koefisien alat = 1/Q1 E1 0.0176 Jam

Bersambung 1
V-53

Lanjutan Lapis Pondasi Agregat (Bahu Jalan) 1


No. Uraian Kode Koef. Satuan
b. Dump Truck
3
Kapasitas bak Vd 8.00 m
Faktor efisiensi alat Fa 0.83 -
Kecepatan rata-rata bermuatan v1 20.00 Km/Jam
Kecepatan rata-rata kosong v2 30.00 Km/Jam
Waktu siklus :
- Waktu tempuh isi = (L / v1) x 60 T1 3.00 menit
- Waktu tempuh kosong = (L / v2) x 60 T2 2.00 menit
- Waktu muat = (V x 60) / (Fk x Q1) T3 7.06 menit
- Waktu buang T4 1.50 menit
- Lain-lain T5 1.00 menit
Ts2 14.56 menit
Produksi per jam = (V x Fa x 60) / (Fk x Ts2) Q2 22.80 m3/Jam
Jumlah alat = Q1/Q2 2.48 N2 3.00 Unit
Produksi 3 alat per jam = N2 x Q2 Q2' 68.41
Koefisien alat = 1/Q2' E2 0.0439 Jam

c. Motor Grader
Jarak operasi rata-rata Lh 50.00 m
Lebar efektif kerja blade b 2.40 m
Faktor efisiensi alat Fa 0.80
Kecepatan rata-rata alat v 4.00 Km/Jam
Jumlah lintasan n 6.00 kali
Waktu siklus :
- Perataan 1 kali lintasan = Lh / (v x 1000) x 60 T1 0.75 menit
- Lain-lain T2 1.00 menit
Ts3 1.75 menit
Produksi per jam = (Lh x b x t x Fa x 60) / (n x Ts3) Q3 38.40 m3/Jam
Jumlah alat = Q1/Q3 1.48 N3 1.00 Unit
Koefisien alat = 1/Q3 E3 0.0260 Jam

d. Vibratory Roller
Kecepatan rata-rata alat v 6.00 Km/Jam
Lebar efektif pemadatan w 1.20 m
Jumlah lintasan n 6.00 kali
Faktor efisiensi alat Fa 0.80
Produksi per jam = (v x 1000 x w x t x Fa) / n Q4 67.20 m2/Jam
Jumlah alat = Q1/Q4 0.84 N4 1.00 Unit
Koefisien alat = 1/Q4 E4 0.0149 Jam
Bersambung 2
V-54

Lanjutan Lapis Pondasi Agregat (Bahu Jalan) 2


No. Uraian Kode Koef. Satuan
e. Water Tanker
3
Volume tangki air V 5.00 m
3
Kebutuhan air / m3 material padat Wc 0.07 m
Pengisian tangki / jam n 3.00 kali
Faktor efisiensi alat Fa 0.80
Produksi per jam = (V x n x Fa) / Wc Q5 171.43 m2/Jam
Jumlah alat = Q1/Q5 0.33 N5 1.00 Unit
Koefisien alat = 1/Q5 E5 0.0058 Jam

3. Tenaga :
Produksi menentukan : Wheel Loader Q1 56.67 m3/Jam
Produksi agregat / hari = Q1 x Tk * Qt 396.67 m3
Kebutuhan tenaga :
- Pekerja P 4.00 orang
- Mandor M 1.00 orang
- Operator alat Op 1.00 orang
- Pembantu Operator POp 1.00 orang

Koefisien tenaga / m3 :
- Pekerja = (Tk x P) / Qt L1 0.0706 Jam
- Mandor = (Tk x M) / Qt L2 0.0176 Jam
- Operator alat = (Op x Tk) / Qt L3 0.0176 Jam
- Pembantu Operator = (POp x Tk) / Qt L4 0.0176 Jam

IV. Waktu Pelaksanaan :


Volume Pekerjaan Vt 995.5 m3
Masa Pelaksanaan = Vt / Qt 2.51 Tt 3 hari

* = Produksi alat/tenaga yang menentukan wheel loader


V-55

5.6.5 Perkerasan Berbutir


No. Item 5.1
Jenis Pekerjaan Lapisan Pondasi Atas ( Base Course) (Agregat Kelas A)
Satuan m³
No. Uraian Kode Koef. Satuan

I. Asumsi :
1. Menggunakan alat berat
2. Lokasi pekerjaan sepanjang jalan
3. Kondisi jalan : sedang
4. Tebal lapis agregat padat t 0.20 m
5. Faktor kembang material Fk 1.20
6. Jam kerja efektif per hari Tk 7.00 Jam
7. Proporsi Campuran -: Agregat Kasar Ak 65.00 %
- Agregat Halus Ah 35.00 %
8. Jarak rata-rata Base Camp ke lokasi pekerjaan L 1.00 Km

II. Metode Pelaksanaan :


1. Wheel Loader memuat agregat ke dalam Dump Truck di
Base Camp
2. Dump Truck mengangkut agregat ke lokasi pekerjaan dan
dihampar dengan Motor Grader
3. Hamparan agregat dibasahi dengan Water Tanker sebelum
dipadatkan dengan Vibrator Roller
4. Selama pemadatan sekelompok pekerja akan merapikan
tepi hamparan dan level permukaan dengan menggunakan
alat bantu

III. Pemakaian Bahan, Alat dan Tenaga


1. Bahan :
- Agregat kasar = Ak x Fk x 1 m3 M1 0.7800 m3
- Agregat halus = Ah x Fk x 1 m3 M2 0.4200 m3

2. Peralatan :
a. Wheel Loader
3
Kapasitas bucket Vb 1.50 m
Faktor bucket Fb 0.85
Faktor efisiensi alat Fa 0.80
Waktu siklus :
- Waktu muat T1 0.45 menit
- Lain-Lain T2 0.45 menit
Ts1 0.90 menit
Produksi per jam = (Vb x Fb x Fa x 60) / (Fk x Ts1) Q1 56.67 m3/Jam
Jumlah alat N1 2.00 Unit
Produksi 2 alat per jam
= N1 x Q1 Q1' 113.33 m3/jam
Koefisien alat = 1/Q1 E1 0.0176 Jam

Bersambung 1
V-56

Lanjutan Lapis Pondasi atas 1


No. Uraian Kode Koef. Satuan
b. Dump Truck
3
Kapasitas bak Vd 8.00 m
Faktor efisiensi alat Fa 0.83 -
Kecepatan rata-rata bermuatan v1 20.00 Km/Jam
Kecepatan rata-rata kosong v2 30.00 Km/Jam
Waktu siklus :
- Waktu tempuh isi = (L / v1) x 60 T1 3.00 menit
- Waktu tempuh kosong = (L / v2) x 60 T2 2.00 menit
- Waktu muat = (V x 60) / (Q1 x Fk) T3 7.06 menit
- Waktu buang T4 1.50 menit
- Lain-lain T5 1.00 menit
Ts2 14.56 menit
Produksi per jam = (V x Fa x 60) / (Fk x Ts2) Q2 22.80 m3/Jam
Jumlah alat = Q1/Q2 4.97 N2 3.00 Unit
Produksi 6 alat per jam
= N2 x Q2 Q2' 68.41 m3/Jam
Koefisien alat = 1/Q2' E2 0.0439 Jam

c. Motor Grader
Jarak operasi rata-rata Lh 50.00 m
Lebar efektif kerja blade b 2.40 m
Faktor efisiensi alat Fa 0.80
Kecepatan rata-rata alat v 4.00 Km/Jam
Jumlah lintasan n 6.00 kali
Waktu siklus :
- Perataan 1 kali lintasan
= Lh / (v x 1000) x 60 T1 0.75 menit
- Lain-lain T2 1.00 menit
Ts3 1.75 menit
Produksi per jam = (Lh x b x t x Fa x 60) / (n x Ts3) Q3 109.71 m3/Jam
Jumlah alat = Q1/Q3 1.03 N3 1.00 Unit
Koefisien alat = 1/Q3 E3 0.0091 Jam

d. Vibratory Roller
Kecepatan rata-rata alat v 6.00 Km/Jam
Lebar efektif pemadatan w 1.20 m
Jumlah lintasan n 6.00 kali
Faktor efisiensi alat Fa 0.80
Produksi per jam = (v x 1000 x w x t x Fa) / n Q4 192.00 m2/Jam
Jumlah alat = Q1/Q4 0.59 N4 1.00 Unit
Koefisien alat = 1/Q4 E4 0.0052 Jam
Bersambung 2
V-57

Lanjutan Lapis Pondasi atas 2


No. Uraian Kode Koef. Satuan
e. Water Tanker
Volume tangki air V 5.00 m3
Kebutuhan air / m3 material padat Wc 0.07 m3
Pengisian tangki / jam n 3.00 kali
Faktor efisiensi alat Fa 0.80

Produksi per jam = (V x n x Fa) / Wc Q5 171.43 m2/Jam


Jumlah alat = Q1/Q5 0.66 N5 1.00 Unit
Koefisien alat = 1/Q5 E5 0.0058 Jam

3. Tenaga
Produksi menentukan : Wheel Loader Q1 113.33 m3/Jam
= Q1 x Tk
Produksi agregat / hari * Qt 793.33 m3
Kebutuhan tenaga :
- Pekerja P 8.00 orang
- Mandor M 1.00 orang
- Operator alat Op 4.00 orang
- Pembantu Operator POp 4.00 orang
- Sopir S 7.00 orang

Koefisien tenaga / M3 :
- Pekerja = (Tk x P) / Qt L1 0.0706 Jam
- Mandor = (Tk x M) / Qt L2 0.0088 Jam
- Operator alat = (Op x Tk) / Qt L3 0.0353 Jam
- Pembantu Operator= (POp x Tk) / Qt L4 0.0353 Jam
- Sopir = (S x P) / Qt L5 0.0618 Jam

IV. Waktu Pelaksanaan


Volume Pekerjaan Vt 8,711 m3
Masa Pelaksanaan = Vt / Qt 10.98 11 hari

* = Produksi alat/tenaga yang menentukan wheel loader


V-58

No. Item 5.2


Jenis Pekerjaan Lapisan Pondasi Bawah (Sub Base Course) (Agregat Kelas B)
Satuan m³
No. Uraian Kode Koef. Satuan

I. Asumsi :
1. Menggunakan alat berat
2. Lokasi pekerjaan sepanjang jalan
3. Kondisi jalan : sedang
4. Tebal lapis agregat padat t 0.12 m
5. Faktor kembang material Fk 1.20
6. Jam kerja efektif per hari Tk 7.00 Jam
7. Proporsi Campuran -: Agregat Kasar Ak 75.00 %
- Agregat Halus Ah 25.00 %
8. Jarak rata-rata Base Camp ke lokasi pekerjaan L 1.00 Km

II. Metode Pelaksanaan :


1. Wheel Loader memuat agregat ke dalam Dump Truck di
Base Camp
2. Dump Truck mengangkut agregat ke lokasi pekerjaan dan
dihampar dengan Motor Grader
3. Hamparan agregat dibasahi dengan Water Tanker sebelum
dipadatkan dengan Vibrator Roller
4. Selama pemadatan sekelompok pekerja akan merapikan
tepi hamparan dan level permukaan dengan menggunakan
alat bantu

III. Pemakaian Bahan, Alat dan Tenaga


1. Bahan :
- Agregat kasar = Ak x Fk x 1 m3 M1 0.9000 m3
- Agregat halus = Ah x Fk x 1 m3 M2 0.3000 m3

2. Peralatan :
a. Wheel Loader
Kapasitas bucket Vb 1.50 m3
Faktor bucket Fb 0.85
Faktor efisiensi alat Fa 0.80
Waktu siklus :
- Waktu muat T1 0.45 menit
- Lain-Lain T2 0.45 menit
Ts1 0.90 menit
Produksi per jam = (Vb x Fb x Fa x 60) / (Fk x Ts1) Q1 56.67 m3/Jam
Jumlah alat N1 2.00 Unit
Produksi 2 alatper jam
= N1 x Q1 Q1' 113.33 m3/jam
Koefisien alat = 1/Q1 E1 0.0176 Jam

Bersambung 1
V-59

Lanjutan Lapis Pondasi Bawah 1


No. Uraian Kode Koef. Satuan
b. Dump Truck
3
Kapasitas bak Vd 8.00 m
Faktor efisiensi alat Fa 0.83
Kecepatan rata-rata bermuatan v1 20.00 Km/Jam
Kecepatan rata-rata kosong v2 30.00 Km/Jam
Waktu siklus :
- Waktu tempuh isi = (L / v1) x 60 T1 3.00 menit
- Waktu tempuh kosong = (L / v2) x 60 T2 2.00 menit
- Waktu muat = (V x 60) / (Q1 x Fk) T3 7.06 menit
- Waktu buang T4 1.50 menit
- Lain-lain T5 1.00 menit
Ts2 14.56 menit
Produksi per jam = (V x Fa x 60) / (Fk x Ts2) Q2 22.80 m3/Jam
Jumlah alat = Q1'/Q24.97 N2 3.00 unit
Produksi 6 alat per jam
= N2 x Q2 Q2' 68.41 m3/Jam
Koefisien alat = 1/Q2 E2 0.0439 Jam

c. Motor Grader
Jarak operasi rata-rata Lh 50.00 m
Lebar efektif kerja blade b 2.40 m
Faktor efisiensi alat Fa 0.80
Kecepatan rata-rata alat v 4.00 Km/Jam
Jumlah lintasan n 6.00 kali
Waktu siklus :
= Lh / (v x 1000) x 60
- Perataan 1 kali lintasan T1 0.75 menit
- Lain-lain T2 1.00 menit
Ts3 1.75 menit
Produksi per jam = (Lh x b x t x Fa x 60) / (n x Ts3) Q3 65.83 m3/Jam
Jumlah alat = Q1'/Q31.72 N3 1.00 unit
Koefisien alat = 1/Q3 E3 0.0152 Jam

d. Vibratory Roller
Kecepatan rata-rata alat v 6.00 Km/Jam
Lebar efektif pemadatan w 1.20 m
Jumlah lintasan n 6.00 kali
Faktor efisiensi alat Fa 0.80
Produksi per jam = (v x 1000 x w x t x Fa) / n Q4 115.20 m2/Jam
Jumlah alat = Q1'/Q40.98 N4 1.00 unit
Koefisien alat = 1/Q4 E4 0.0087 Jam
Bersambung 2
V-60

Lanjutan Lapis Pondasi Bawah 2


No. Uraian Kode Koef. Satuan
e. Water Tanker
Volume tangki air V 5.00 m3
Kebutuhan air / m3 material padat Wc 0.07 m3
Pengisian tangki / jam n 3.00 kali
Faktor efisiensi alat Fa 0.80
Produksi per jam = (V x n x Fa) / Wc Q5 171.43 m2/Jam
Jumlah alat = Q1'/Q50.66 N5 1.00 unit
Koefisien alat = 1/Q5 E5 0.0058 Jam

3. Tenaga
Produksi menentukan : Wheel Loader Q1' 113.33 m3/Jam
= Q1 x Tk
Produksi agregat / hari * Qt 793.33 m3
Kebutuhan tenaga :
- Pekerja P 8.00 orang
- Mandor M 1.00 orang
- Operator alat Op 4.00 orang
- Pembantu Operator POp 4.00 orang
- Sopir S 7.00 orang

Koefisien tenaga / m3 :
- Pekerja = (Tk x P) / Qt L1 0.0706 Jam
- Mandor = (Tk x M) / Qt L2 0.0088 Jam
- Operator alat = (Op x Tk) / Qt L3 0.0353 Jam
- Pembantu Operator= (POp x Tk) / Qt L4 0.0353 Jam
- Sopir = (S x P) / Qt L5 0.0618 Jam

IV. Waktu Pelaksanaan


Volume Pekerjaan Vt 12,195 m3
Masa Pelaksanaan = Vt / Qt 15.37 Tt 16 hari

* = Produksi alat/tenaga yang menentukan wheel loader


V-61

5.6.6 Perkerasan Aspal


No. Item 6.1
Jenis Pekerjaan Lapis Resap Pengikat (Prime Coat)
Satuan liter
No. Uraian Kode Koef. Satuan

I. Asumsi :
1. Menggunakan alat berat
2. Lokasi pekerjaan sepanjang jalan
3. Jarak rata-rata base camp ke lokasi pekerjaan L 1.000 Km
4. Jam kerja efektif per hari Tk 7.00 Jam
5. Faktor kehilangan bahan Fh 1.20
6. Komposisi campuran :
- Aspal AC-10 atau AC-20 As 75.00 %
- Kerosen K 25.00 %
7. Berat jenis bahan :
- Aspal AC-10 atau AC-20 D1 1.05 Kg/liter
- Kerosen D2 0.80 Kg/liter

II. Metode Pelaksanaan :


1. Aspal dan minyak di campur dan dipanaskan sehingga
menjadi campuran aspal cair
2. Permukaan yang akan dilapis dibersihkan dari debu
dan kotoran dengan menggunakan Compressor
3. Campuran aspal cair disemprotkan dengan Asphalt
Sprayer ke atas permukaan yang akan dilapis
4. Dump Truck mengangkut aspal dan minyak

III. Pemakaian Bahan, Alat dan Tenaga


1. Bahan :
Untuk mendapatkan 1 liter Lapis Resap Pengikat (Prime Coat)
diperlukan = (1 liter x Fh) PC 1.20 liter
Kebutuhan Prime Coat
- Aspal = As x PC x D1 M1 0.9450 Kg
- Kerosen = K x PC M2 0.3000 liter

2. Peralatan :
a. Asphalt Sprayer
Kapasitas alat V 800.00 liter
Faktor efisiensi alat Fa 0.80
Waktu siklus (termasuk proses pemanasan) Ts1 2.00 Jam
Produksi per jam = (V x Fa) / Ts1 Q1 320.00 liter/Jam
Jumlah alat N1 2.00 Unit
Koefisien alat = 1/Q1 E1 0.0063 Jam

Bersambung 1
V-62

Lanjutan Lapis Resap Pengikat 1


No. Uraian Kode Koef. Satuan
b. Air Compressor
Kapasitas alat per jam V 800.00 m2/Jam
Aplikasi Prime Coat rata-rata Ap 0.50 liter/m2
Produksi per jam = ( V x Ap ) Q2 400.00 liter/Jam
Jumlah alat = Q1/Q2 0.80 N2 1.00 Unit
Produksi 2 alat per jam = 2 x Q2 Q2' 400.00 liter/Jam
Koefisien alat = 1/Q2' E2 0.0025 Jam

c. Dump Truck
Sebagai alat pengangkut bahan di lokasi pekerjaan
Dump Truck melayani alat Asphalt Sprayer
Kapasitas Produksi / Jam sama dengan Asphalt Sprayer Q3 320.00 liter/Jam
Jumlah alat = Q1 / Q3 1.00 N3 2.00 Unit
Koefisien alat = 1/Q3 E3 0.0063 Jam

3. Tenaga :
Produksi menentukan : Asphalt Sprayer Q1 640.00 liter/Jam
Produksi Prime Coat / hari = Tk x Q1 * Qt 4,480.00 liter/Hari
Kebutuhan tenaga :
- Pekerja P 6.00 orang
- Mandor M 1.00 orang
- Operator alat Op 1.00 orang
- Pembantu Operator POp 1.00 orang
- Sopir S 1.00 orang

Koefisien tenaga / liter :


- Pekerja = (Tk x P) / Qt L1 0.0094 Jam
- Mandor = (Tk x M) / Qt L2 0.0016 Jam
- Operator alat = (Op x Tk) / Qt L3 0.0016 Jam
- Pembantu Operator = (POp x Tk) / Qt L4 0.0016 Jam
- Sopir = (S x P) / Qt L5 0.0016 Jam

IV. Waktu Pelaksanaan


Volume Pekerjaan Vt 34,843 liter
Masa Pelaksanaan = Vt / Qt 7.78 Tt 8 hari

* = Produksi alat/tenaga yang menentukan asphalt sprayer


V-63

No. Item 6.2


Jenis Pekerjaan Lapis Permukaan (Surface) Laston Ms 800
Satuan ton
No. Uraian Kode Koef. Satuan

I. Asumsi :
1. Menggunakan alat berat
2. Lokasi pekerjaan sepanjang jalan
3. Kondisi jalan sedang
4. Jarak rata-rata Base Camp ke lokasi pekerjaan L 1.000 Km
5. Tebal lapis AC padat t 0.050 m
6. Jam kerja efektif per hari Tk 7.00 Jam
7. Faktor kembang material Fk 1.20
8. Faktor kehilangan material : - Agregat Fh1 1.15
- Aspal Fh2 1.05
9. Komposisi campuran :
- Agregat kasar = 50 - 65 % CA 63.00 %
- Agregat halus = 39 - 59 % FA 25.50 %
- Filler = 4,5 - 7,5 % FF 4.50 %
- Aspal = minimum 6.7 % AS 7.00 %
10. Berat jenis bahan :
- Agregat Kasar D1 2.30 ton/m3
- Agregat Halus D2 1.35 ton/m3
- Filler D3 1.50 ton/m3
- Aspal D4 1.03 ton/m3

II. Metode Pelaksanaan :


1. Whel loader memuat agregat dan aspal ke dalam Cold Bin AMP
2. Agregat dan aspal dicampur dan dipanaskan dengan AMP
dan dimuat langsung ke dalam Dump Truck kemudian
diangkut kelokasi pekerjaan
3. Campuran panas AC dihampar dengan Asphalt Finisher
4. Pemadatan dengan Tandem Roller dan Pneumatic Tire Roller
5. Selama pemadatan, sekelompok pekerja akan merapikan tepi
hamparan dengan menggunakan alat bantu

III. Pemakaian Bahan, Alat dan Tenaga


1. Bahan :
a. Agregat Kasar = (CA x Fh1) x (D1/ D2) x1m3 M1 1.2343 m3
b. Agregat Halus = (FA x Fh1) x (D1/ D2) x1m3 M2 0.4996 m3
c. Filler = (FF x Fh1 x D1 x1000)x1m3 M3 119.0250 kg
d. Aspal = (AS x Fh2 x D2 x1000)x1m3 M4 99.2250 kg

Bersambung 1
V-64

Lanjutan Lapis Laston 1


No. Uraian Kode Koef. Satuan
2 Peralatan :
a. Wheel Loader
Kapasitas bucket Vb 1.50 m3
Faktor bucket Fb 0.85
Faktor efisiensi alat Fa 0.80
Waktu siklus :
- Waktu muat T1 0.45 menit
- Lain-Lain T2 0.45 menit
Ts1 0.90 menit
Produksi per jam = (Vb x Fb x Fa x 60) / (Fk x Ts1) Q1 56.67 m3/Jam
Jumlah alat = Q2/Q1 0.71 N1 2.00 Unit
Koefisien alat = 1/Q1 E1 0.0176 Jam

b. Asphalt Mixing Plant


Kapasitas produksi V 115.00 ton/Jam
Faktor efisiensi alat Fa 0.80
Produksi per jam = (V x Fa) / D1 Q2 40.00 m3/Jam
Jumlah alat N2 2.00 Unit
Koefisien alat = 1/Q2 E2 0.0250 Jam

c. Generator Set
Kapasitas Produksi / Jam sama dengan AMP Q3 40.00 per Jam
Jumlah alat N3 2.00 Unit
Koefisien alat = 1/Q3 E3 0.0250 Jam

d. Dump Truck
3
Kapasitas bak Vd 8.00 m
Faktor efisiensi alat Fa 0.83 -
Kecepatan rata-rata bermuatan v1 20.00 Km/Jam
Kecepatan rata-rata kosong v2 30.00 Km/Jam
Kapasitas AMP/batch Q2b 40.00 m3
Waktu menyiapkan 1 batch AMP Tb 1.00 menit
Waktu siklus :
- Mengisi bak = (V/Q2b) x Tb T1 0.20 menit
- Mengangkut = (L/v1) x 60 T2 3.00 menit
- Tunggu + Dump + Putar T3 10.00 menit
- Kembali = (L/v2) x 60 T4 2.00 menit
Ts2 15.20 menit
Produksi per jam = (V x Fa x 60) / (D1 x Ts2) Q4 11.40 m3/Jam
Jumlah alat = Q2/Q4 3.51 N4 2.00 Unit
Produksi 2 alat per jam = N4 x Q4 Q4' 22.79 m3/Jam
Koefisien alat = 1/Q4 E2 0.0878 Jam
Bersambung 2
V-65

Lanjutan Lapis Laston 2


No. Uraian Kode Koef. Satuan
e. Asphalt Finisher
Lebar screed L 3.00 m
Kecepatan rata-rata v 200.00 m/jam
Faktor efisiensi alat Fa 0.80
Produksi per jam = L x v x Fa x t Q5 24.00 m3/jam
Jumlah alat = Q2/Q5 1.67 N5 1.00 Unit
Koefisien alat = 1/Q5 E5 0.0417 Jam

f. Tandem Roller
Kecepatan rata-rata alat v 5.00 Km/Jam
Lebar efektif pemadatan b 1.20 m
Jumlah lintasan n 8.00 kali
Faktor efisiensi alat Fa 0.83

Produksi per jam = (v x 1000 x b x t x Fa) / n Q6 31.13 m3/Jam


Jumlah alat = Q2/Q6 1.29 N6 2.00 Unit
Koefisien alat = 1/Q6 E6 0.0321 Jam

3. Tenaga
Produksi menentukan : AMP Q2 80.00 m3/Jam
Produksi AC / hari = Tk x Q2 * Qt 560.00 m3/Hari
Kebutuhan tenaga :
- Pekerja P 6.00 orang
- Mandor M 1.00 orang
- Operator alat Op 5.00 orang
- Pembantu Operator POp 5.00 orang
- Sopir S 2.00 orang

Koefisien tenaga / m3 :
- Pekerja = (Tk / Qt) x P L1 0.0750 Jam
- Mandor = (Tk / Qt) x M L2 0.0125 Jam
- Operator alat = (Op x Tk) / Qt L3 0.0625 Jam
- Pembantu Operator = (POp x Tk) / Qt L4 0.0625 Jam
- Sopir = (S x P) / Qt L5 0.0250 Jam

IV. Waktu Pelaksanaan


Volume Pekerjaan Vt 6,678.3 ton
Masa Pelaksanaan = Vt / Qt 11.93 Tt 12 hari

* = Produksi alat/tenaga yang menentukan AMP


V-66

6.6.8 Pekerjaan Minor


No. Item 8.1
Jenis Pekerjaan Marka Jalan
Satuan m²

No. Uraian Kode Koef. Satuan

I. Asumsi :
1. Pekerjaan dilakukan secara manual
2. Lokasi pekerjaan : sepanjang jalan
3. Jarak rata-rata Base Camp ke lokasi pekerjaan L 1.00 Km
4. Jam kerja efektif per hari Tk 7.00 jam
5. Faktor kehilangan material Fh 1.05
6. Tebal lapisan cat secara manual t 0.003 m
7. Berat jenis bahan cat Bj 0.85 Kg/lt
8. Perbandingan campuran :
- Cat C 65.00 %
- Thinner Th 35.00 %

II. Metode Pelaksanaan :


1. Permukaan jalan dibersihkan dari debu/kotoran
2. Cat disemprotkan dengan Compressor di atas mal tripleks
yang dipasang di permukaan jalan
3. Glass Bit diberikan segera setelah cat marka selesai
disemprotkan

III. Pemakaian Bahan, Alat dan Tenaga


1. Bahan :
a. Cat Marka = C x v x Bj M1 1.658 Kg
b. Thinner = Th x v M2 1.050 liter
c. Glass bit M3 0.450 Kg

2. Peralatan :
a. Air Compressor
Kapasitas penyemprotan c 40.00 lt/Jam
Jumlah cat cair = (1 m x 1 m) x t x 1000 v 3.00 lt/m2
Produksi per jam = c/v Q1 13.33 m2/Jam
Jumlah alat N1 2.00 Unit
Koefisien alat = 1/Q E1 0.0750 Jam

b. Dump Truck
Digunakan untuk mengangkut Air Compressor, bahan Q2 13.33 m2/Jam
serta alat bantu yang digunakan

Jumlah alat N2 1.00 unit


Koefisien alat = 1/Q2 E2 0.0750 Jam
Bersambung 1
V-67

Lanjutan Marka Jalan 1

No. Uraian Kode Koef. Satuan

c. Alat Bantu
Diperlukan :
- Sapu lidi = 3 buah
- Sapu ijuk = 3 buah
- Rambu-rambu pengaman
= 2 buah
- Mal Tripleks = 4 lembar

3. Tenaga :
Produksi menentukan : air compresor
Produksi pekerjaan / hari = Tk x Q * Qt 186.67 m2
Kebutuhan tenaga :
- Pekerja P 2.00 orang
- Mandor M 1.00 orang
- Tukang Cat Tc 2.00 orang
- Sopir S 1.00 orang

Koefisien tenaga :
- Pekerja = (P x Tk) / Qt L1 0.0750 Jam
- Mandor = (M x Tk) / Qt L2 0.0375 Jam
- Tukang Cat = (Tc x Tk) / Qt L3 0.0750 Jam
- Sopir = (S x Tk) / Qt L4 0.0375 Jam
IV.
Waktu Pelaksanaan
Volume pekerjaan Vt 774.36 m2
Masa Pelaksanaan = Vt / Qt 4.15 Tt 5 hari

* = Produksi alat/tenaga yang menentukan air compresor


V-68

No. Item 8.2


Jenis Pekerjaan Rambu lalu lintas
Satuan buah

No. Uraian Kode Koef. Satuan

I. Asumsi :
1. Pekerjaan dilakukan secara manual
2. Lokasi pekerjaan : sepanjang jalan
3. Jarak rata-rata Base Camp ke lokasi pekerjaan L 1.000 Km
4. Jam kerja efektif per hari Tk 7.00 Jam

II. Metode Pelaksanaan :


1. Rambu dibuat di Base Camp dan diangkut ke lokasi dengan
Dump Truck

III. Pemakaian Bahan, Alat dan Tenaga


1. Bahan :
a. Rambu lalu lintas B2 1 buah
b. Beton K-175 B3 0.0450 m3

2. Peralatan :
a. Dump Truck
Kapasitas bak Vd 15 buah
Faktor efisiensi alat Fa 0.8 -
Kecepatan rata-rata bermuatan v1 30.00 Km/Jam
Kecepatan rata-rata kosong v2 40.00 Km/Jam
Waktu siklus :
- Memuat =atur, ikat, dll T1 30.00 menit
- Mengangkut = L / v1 x 60 T2 2.00 menit
- Menurunkan = rata rata 2 menit/ buah T3 30.00 menit
- Lain-lain = geser atur tunggu T5 10.00 menit
Ts1 72.00 menit
Produksi per jam = (V x Fa x 60) / Ts1 Q1 10.00 m3/Jam
Jumlah alat N1 1.00 Unit
Koefisien alat = 1/Q1 E2 0.1000 Jam

b. Alat bantu
Diperlukan :
- Tang, Obeng, dll = 2 buah
- Pacul/Sekop = 4 buah
Bersambung 1
V-69

Lanjutan Rambu Lalu Lintas 1

No. Uraian Kode Koef. Satuan

3. Tenaga :
Produksi yang menentukan : Dump Truck
Produksi pekerjaan / hari = Tk x Q * Qt 70.00 buah
Kebutuhan tenaga :
- Pekerja P 4.00 orang
- Mandor M 1.00 orang
- Tukang Cat Tb 2.00 orang

Koefisien tenaga :
- Pekerja = (P x Tk) / Qt L1 0.4000 Jam
- Mandor = (M x Tk) / Qt L2 0.1000 Jam
- Tukang Cat = (Tb x Tk) / Qt L3 0.2000 Jam

IV Waktu Pelaksanaan
Volume pekerjaan Vt 7.000 buah
Masa Pelaksanaan = Vt / Qt 0.10 Tt 1.00 hari

* = Produksi alat/tenaga yang menentukan dump truck


V-70

No. Item 8.3


Jenis Pekerjaan Patok Kilometer
Satuan buah

No. Uraian Kode Koef. Satuan

I. Asumsi :
1. Pekerjaan dilakukan secara manual
2. Lokasi pekerjaan sepanjang jalan
3. Bahan dasar Patok Kilometer terbuat dari beton cetak
4. Jarak rata-rata Base Camp ke lokasi pekerjaan L 1.000 Km
5. Jam kerja efektif per hari Tk 7.00 Jam

II. Metode Pelaksanaan :


1. Patok kilometer diangkut dengan Dump Truck ke lokasi
pekerjaan
2. Menggali tanah pada tempat yang telah ditentukan
3. Memasang patok kilometer pada tanah yang telah digali
dengan cukup kuat kemudian di cat

III. Pemakaian Bahan, Alat dan Tenaga


1. Bahan :
a. Beton K-125 B 0.27 m3
b. Cat Ct 0.50 Kg

2. Peralatan :
a. Dump Truck
Kapasitas bak 1 kali angkut Vd 20 buah
Faktor efisiensi alat Fa 0.80 -
Kecepatan rata-rata bermuatan v1 30.00 Km/Jam
Kecepatan rata-rata kosong v2 40.00 Km/Jam
Waktu siklus :
- Memuat = atur dll T1 30.00 menit
- Mengangkut = L / v1 x 60 T2 2.00 menit
- Menurunkan = rata rata 2 menit / buah T3 40.00 menit
- Lain-lain = geser , atur, tunggu T5 20.00 menit
Ts1 92.00 menit
Produksi per jam = (V x Fa x 60) / Ts1 Q1 10.43 m3/Jam
Jumlah alat N1 1 Unit
Koefisien alat = 1/Q1 E1 0.0958 Jam

b. Alat bantu
Diperlukan :
- Pacuk/Sekop = 4 buah
- Kunso baut = 2 buah

Bersambung 1
V-71

Lanjutan Patok Kilometer 1

No. Uraian Kode Koef. Satuan

3. Tenaga :
Produksi yang menentukan : dump truck
Produksi pekerjaan / hari = Tk x Q * Qt 73.04 m3
Kebutuhan tenaga :
- Pekerja P 4.00 orang
- Mandor M 1.00 orang
- Tukang cat Tb 1.00 orang

Koefisien tenaga :
- Pekerja = (P x Tk) / Qt L1 0.3833 Jam
- Mandor = (M x Tk) / Qt L2 0.0958 Jam
- Tukang Cat = (Tb x Tk) / Qt L3 0.0958 Jam

IV. Waktu Pelaksanaan


Volume pekerjaan Vt 3.00 buah
Masa Pelaksanaan = Vt / Qt 0.04 Tt 1 hari

* = Produksi alat/tenaga yang menentukan dump truck


V-72

No. Item 8.4


Jenis Pekerjaan Patok Hektometer
Satuan buah

No. Uraian Kode Koef. Satuan

I Asumsi
1 Pekerjaan dilakukan secara manual
2 Lokasi pekerjaan : sepanjang jalan
3 Jarak rata-rata Base Camp ke lokasi pekerjaan L 1.00 Km
4 Jam kerja efektif per hari Tk 7.00 Jam

II Metode Pelaksanaan
1 Patok kilometer diangkut dengan Dump Truck ke
lokasi pekerjaan
2 Menggali tanah pada tempat yang telah ditentukan
3 Memasang patok kilomater pada tanah yang telah
digali dengan cukup kuat

III Pemakaian Bahan, Alat dan Tenaga


1 Bahan
a Beton K-125 B 3.1500 m3
b. Cat Ct 0.5000 Kg

2 Peralatan
a. Dump Truck
Kapasitas bak Vd 20 buah
Faktor efisiensi alat Fa 0.80 -
Kecepatan rata-rata bermuatan v1 30.00 Km/Jam
Kecepatan rata-rata kosong v2 40.00 Km/Jam
Waktu siklus :
- Memuat = angkut,all T1 80.00 menit
- Mengangkut = L / v1 x 60 T2 2.00 menit
- Menurunkan = rata rata 2 menit / buah T3 40.00 menit
- Lain-lain T5 10.00 menit
Ts1 132.00 menit
Produksi per jam = (V x Fa x 60) / Ts1 Q1 7.27 m3/Jam
Jumlah alat N1 1.00 Unit
Koefisien alat = 1/Q1 E1 0.1375 Jam

b. Alat bantu
Diperlukan :
- Pacuk/Sekop = 4 buah
- Kunso baut = 2 buah
Bersambung 1
V-73

Lanjutan Patok Hektometer 1


No. Uraian Kode Koef. Satuan

3. Tenaga :
Produksi yang menentukan : Dump Truck
Produksi pekerjaan / hari = Tk x Q * Qt 50.91 m3
Kebutuhan tenaga :
- Pekerja P 5 orang
- Mandor M 1 orang

Koefisien tenaga :
- Pekerja = (P x Tk) / Qt L1 0.6875 Jam
- Mandor = (M x Tk) / Qt L2 0.1375 Jam

IV. Waktu Pelaksanaan


Volume pekerjaan Vt 18.00 buah
Masa pelaksanaan = Vt / Qt 0.353571429 Tt 1 hari

* = Produksi alat/tenaga yang menentukan dump truck


V-74

No. Item 8.5


Jenis Pekerjaan Kerb Median
Satuan buah

No. URAIAN KODE KOEF. SATUAN

I. ASUMSI
1 Menggunakan cara manual
2 Lokasi pekerjaan : sepanjang jalan
3 Bahan dasar (kerb pracetak) dicetak di base camp dan
diangkut dengan Truk ke lokasi pekerjaan
4 Jarak rata-rata Base camp ke lokasi pekerjaan L 1.0 KM
5 Jam kerja efektif per-hari Tk 7.00 jam
6 Faktor kehilangan bahan Fh 1.05 -
7 Tulangan praktis Rc 125.00 Kg/M3

II. URUTAN KERJA


1 Tempat penanaman patok disiapkan / digali
2 Patok Kilometer ditanam ke dalam tanah dengan
elevasi puncak patok sesuai dgn. ketentuan dan dicat

III. PEMAKAIAN BAHAN, ALAT DAN TENAGA


1. BAHAN
1.a. Kerb pracetak (M38) 4148.0000 M

1.b. Cat, dan material lainnya - Ls

2. ALAT
2.a. FLAT BED TRUCK
Kapasitas 1 kali Angkut Cp 150.0 Buah
Waktu Siklus : Ts
- Memuat = muat, atur, ikat, dll T1 45.0 menit
- Angkut = (2 x L : 25 Km/Jam) x 60 T2 4.00 menit
- Menurunkan = Rata-rata 1.5 menit / buah T3 45.0 menit
- Lain-lain = geser, tunggu, dll T4 10.0 menit
Ts 104.0 menit

Kap. Prod. / Jam = Cp Q1 86.538 Buah


Ts : 60
Jumlah alat 1 unit
Koefisien Alat / Buah = 1 : Q1 (E08) 0.0116 Jam

2.b. ALAT BANTU


- Pacul / Sekop= 4 buah
- Alat pertukangan
= 1 set
V-75

3. TENAGA
Produksi pasang kerb pracetak / hari = Tk x Q1 Qt 605.77 Buah
Kebutuhan tenaga
- Mandor
: M 1.00 orang
- Tukang Tb 2.00 orang
- Pekerja P 5.00 orang
- Sopir 0.00 1 orang
Koefisien Tenaga / Bh :
- Mandor = (Tk x M) : Qt L1 0.0116 jam
- Tukang = (Tk x Tb) : Qt L2 0.0231 jam
- Pekerja = (Tk x P) : Qt L3 0.0578 jam
0 0 0 0.0000 jam
IV. Waktu Pelaksanaan
Volume pekerjaan Vt 4,148 m
Masa pelaksanaan = Vt / Qt 6.847 Tt 7 hari

* = Produksi alat/tenaga yang menentukan dump truck


V-76

No. Item 8.6


Jenis Pekerjaan Lampu Penerangan Jalan
Satuan buah

No. Uraian Kode Koef. Satuan

I. Asumsi :
1. Pekerjaan dilakukan secara manual
2. Lokasi pekerjaan sepanjang jalan
3. Bahan dasar Patok Kilometer terbuat dari beton cetak
4. Jarak rata-rata Base Camp ke lokasi pekerjaan L 1.000 Km
5. Jam kerja efektif per hari Tk 7.00 Jam

II. Metode Pelaksanaan :


1. Patok kilometer diangkut dengan Dump Truck ke lokasi
pekerjaan
2. Menggali tanah pada tempat yang telah ditentukan
3. Memasang patok kilometer pada tanah yang telah digali
dengan cukup kuat kemudian di cat

III. Pemakaian Bahan, Alat dan Tenaga


1. Bahan :
a Lampu penerangan B4 1 buah
b Beton K-125 B 1.92 m3

2. Peralatan :
a. Dump Truck
Kapasitas bak 1 kali angkut Vd 15 buah
Faktor efisiensi alat Fa 0.80 -
Kecepatan rata-rata bermuatan v1 30.00 Km/Jam
Kecepatan rata-rata kosong v2 40.00 Km/Jam
Waktu siklus :
- Memuat = atur dll T1 20.00 menit
- Mengangkut = 2 L / v1 x 60 T2 4.00 menit
- Menurunkan = rata rata 1,5 menit / buah T3 22.50 menit
- Lain-lain = geser , atur, tunggu T5 10.00 menit
Ts1 56.50 menit
Produksi per jam = (V x Fa x 60) / Ts1 Q1 12.74 m3/Jam
Jumlah alat N1 1 Unit
Koefisien alat = 1/Q1 E1 0.0785 Jam

b. Alat bantu
Diperlukan :
- Pacuk/Sekop = 4 buah
- Kunso baut = 2 buah

Bersambung 1
V-77

Lanjutan Patok Kilometer 1

No. Uraian Kode Koef. Satuan

3. Tenaga :
Produksi yang menentukan : dump truck
3
Produksi pekerjaan / hari = Tk x Q * Qt 89.20 m
Kebutuhan tenaga :
- Pekerja P 4.00 orang
- Mandor M 1.00 orang
- Tukang cat Tb 1.00 orang
- Sopir S 1.00 orang

Koefisien tenaga :
- Pekerja = (P x Tk) / Qt L1 0.3139 Jam
- Mandor = (M x Tk) / Qt L2 0.0785 Jam
- Tukang Cat = (Tb x Tk) / Qt L3 0.0785 Jam
- Sopir = (S x Tk) / Qt L4 0.0785 Jam

IV. Waktu Pelaksanaan


Volume pekerjaan Vt 40.00 buah
Masa Pelaksanaan = Vt / Qt 0.45 Tt 1 hari

* = Produksi alat/tenaga yang menentukan dump truck


V-78

5.7 Analisa Harga Satuan


Analisa harga satuan merupakan perhitungan untuk mendapatkan harga satuan
pekerjaan per item pekerjaan yang didapat dari perkalian antara koefisien alat,
bahan dan tenaga dengan harga alat, bahan dan tenaga.
5.7.1 Umum

Pekerjaan : Mobilisasi
Harga Satuan Rp 59,695,000.00
Satuan Pembayaran : Lump Sump

No. Uraian Satuan Kuantitas Harga Satuan Jumlah

A. Pembuatan Jalan Masuk Proyek LS 1.00 Rp 5,000,000.00 Rp 5,000,000.00


Jumlah Rp 5,000,000.00

B. Pendatangan Alat Berat


1 Dump Truck unit 45.00 Rp 210,000.00 Rp 9,450,000.00
2 Water Tank Truck unit 5.00 Rp 150,000.00 Rp 750,000.00
3 Wheel Loader unit 4.00 Rp 270,000.00 Rp 1,080,000.00
4 Motor Grader unit 6.00 Rp 320,000.00 Rp 1,920,000.00
5 Tandem Roller unit 2.00 Rp 375,000.00 Rp 750,000.00
6 Pneumatic Tire Roller unit 1.00 Rp 500,000.00 Rp 500,000.00
7 Asphalt Finisher unit 1.00 Rp 340,000.00 Rp 340,000.00
8 Asphalt Sprayer unit 2.00 Rp 40,000.00 Rp 80,000.00
9 Compressor unit 2.00 Rp 100,000.00 Rp 200,000.00
10 Vibro Roller unit 2.00 Rp 310,000.00 Rp 620,000.00
11 Stamper unit 6.00 Rp 20,000.00 Rp 120,000.00
12 Bulldozer unit 15.00 Rp 400,000.00 Rp 6,000,000.00
13 Excavator unit 15.00 Rp 380,000.00 Rp 5,700,000.00
14 Flat Bed Truck unit 3.00 Rp 370,000.00 Rp 1,110,000.00
15 Concrete Mixer unit 1.00 Rp 75,000.00 Rp 75,000.00
Rp 28,695,000.00

C. Mobilisasi Karyawan
1 Sewa Mobil 2 unit @ Rp 2.000.000,00/bulan bln 4.00 Rp 4,000,000.00 Rp 16,000,000.00
2 Sewa Motor 5 unit @ Rp 500.000,00/bulan bln 4.00 Rp 2,500,000.00 Rp 10,000,000.00
Jumlah Rp 26,000,000.00
Jumlah Harga Rp 59,695,000.00

Pekerjaan : Demobilisasi
Harga Satuan Rp 27,585,000.00
Satuan Pembayaran : Lump Sump

No. Uraian Satuan Kuantitas Harga Satuan Jumlah

A. Pemindahan Alat Berat


1 Dump Truck unit 45.00 Rp 210,000.00 Rp 9,450,000.00
2 Water Tank Truck unit 5.00 Rp 150,000.00 Rp 750,000.00
3 Wheel Loader unit 4.00 Rp 270,000.00 Rp 1,080,000.00
4 Motor Grader unit 6.00 Rp 320,000.00 Rp 1,920,000.00
5 Tandem Roller unit 2.00 Rp 375,000.00 Rp 750,000.00
6 Pneumatic Tire Roller unit 1.00 Rp 500,000.00 Rp 500,000.00
7 Asphalt Finisher unit 1.00 Rp 340,000.00 Rp 340,000.00
8 Asphalt Sprayer unit 2.00 Rp 40,000.00 Rp 80,000.00
9 Compressor unit 2.00 Rp 100,000.00 Rp 200,000.00
10 Vibro Roller unit 2.00 Rp 310,000.00 Rp 620,000.00
11 Stamper unit 6.00 Rp 20,000.00 Rp 120,000.00
12 Bulldozer unit 15.00 Rp 400,000.00 Rp 6,000,000.00
13 Excavator unit 15.00 Rp 380,000.00 Rp 5,700,000.00
14 Concrete Mixer unit 1.00 Rp 75,000.00 Rp 75,000.00
Jumlah Rp 27,585,000.00
V-79

No. Item : 1.2


Pekerjaan : Papan Nama Proyek
Harga Satuan : Rp. 691,000.00
Kuantitas 2.00 buah
Waktu Pelaksanaan : 7 Jam = 1.00 Hari

No Komponen Jumlah Satuan Jumlah Jam Harga Satuan Jumlah

A Tenaga
1 Pekerja 4.0000 Orang 7.00 7,857.14 220,000.00
2 Tukang Kayu 1.0000 Orang 7.00 11,428.57 80,000.00
3 Mandor 1.0000 Orang 7.00 12,142.86 85,000.00
Jumlah Harga Tenaga 385,000.00
B Bahan
1 Beton K125 0.1800 m³ 1,100,000.00 198,000.00
2 Cat 1.0000 Kg 80,000.00 80,000.00
3 Paku 0.5000 Kg 20,000.00 10,000.00
4 Kayu Meranti 5/7 4.0000 batang 53,000.00 212,000.00
5 Kayu Meranti 2/20 2.0000 batang 73,000.00 146,000.00
6 MMT 2.8400 m³ 25,000.00 71,000.00
Jumlah Harga Bahan 717,000.00
C Peralatan
1 Alat Bantu 1.0000 Ls 7.00 40,000.00 280,000.00
Jumlah Harga Peralatan 280,000.00
D JUMLAH HARGA ( A + B + C ) 1,382,000.00

HARGA SATUAN 691,000.00

No. Item : 1.3


Pekerjaan : Pengukuran Awal Pekerjaan
Harga Satuan : Rp. 27,755.54
Kuantitas 2,074.00
Waktu Pelaksanaan : 35 Jam = 5.00 Hari

No Komponen Jumlah Satuan Jumlah Jam Harga Satuan Jumlah

A Tenaga
1 Juru Ukur 1 Orang 35.00 7,857.14 275,000.00
2 Asisten Juru Ukur 2 Orang 35.00 5,714.29 400,000.00
Jumlah Harga Tenaga 675,000.00
B Bahan
1 Paku 2 Kg 20,000.00 40,000.00
2 Kayu Meranti 5/7 11 batang 4,800,000.00 52,800,000.00
3 Cat Meni 5 Kg 30,000.00 150,000.00
4 Minyak Cat 2 liter 25,000.00 50,000.00
Jumlah Harga Bahan 53,040,000.00
C Peralatan
1 Survey Equipment 1 Jam 35.00 110,000.00 3,850,000.00

Jumlah Harga Peralatan 3,850,000.00


D JUMLAH HARGA ( A + B + C ) 57,565,000.00

HARGA SATUAN 27,755.54


V-80

Pekerjaan : Direksi Keet


Harga Satuan Rp 70,935,000.00
Satuan Pembayaran : Lump Sump

No. Uraian Satuan Kuantitas Harga Satuan Jumlah

1. Sewa Rumah unit 1.00 Rp 10,000,000.00 Rp 10,000,000.00


2. Operasional
- Kebersihan (1 org) bln 3.00 Rp 1,000,000.00 Rp 3,000,000.00
3. AC 1 pk unit 1.00 Rp 3,500,000.00 Rp 3,500,000.00
4. 2 Set Komputer unit 2.00 Rp 4,500,000.00 Rp 9,000,000.00
5. Printer Canon IP 2770 unit 2.00 Rp 750,000.00 Rp 1,500,000.00
6. Radio Komunikasi (HT) unit 6.00 Rp 2,000,000.00 Rp 12,000,000.00
7. Kelengkapan Alat Perlindungan Diri
- Helm Proyek unit 50.00 Rp 35,000.00 Rp 1,750,000.00
- Rompi unit 50.00 Rp 50,000.00 Rp 2,500,000.00
- Sepatu Proyek ( Konsultan dan Kontraktor) unit 15.00 Rp 500,000.00 Rp 7,500,000.00
- Kotak Obat/ P3K unit 2.00 Rp 1,250,000.00 Rp 2,500,000.00
8. Furniture
- Meja unit 10.00 Rp 350,000.00 Rp 3,500,000.00
- Kursi unit 15.00 Rp 175,000.00 Rp 2,625,000.00
- Almari file unit 2.00 Rp 750,000.00 Rp 1,500,000.00
- White Board unit 2.00 Rp 300,000.00 Rp 600,000.00
- Proyektor unit 1.00 Rp 8,500,000.00 Rp 8,500,000.00
- Alat tulis unit 1.00 Rp 100,000.00 Rp 100,000.00
- Dispenser - Cool & Hot unit 1.00 Rp 300,000.00 Rp 300,000.00
- Tea set unit 1.00 Rp 125,000.00 Rp 125,000.00
- Ceret bunyi unit 1.00 Rp 75,000.00 Rp 75,000.00
- Panci set unit 1.00 Rp 30,000.00 Rp 30,000.00
- Piring+sendok unit 2.00 Rp 75,000.00 Rp 150,000.00
- Alat kebersihan unit 1.00 Rp 80,000.00 Rp 80,000.00
- Alat kamar mandi unit 1.00 Rp 100,000.00 Rp 100,000.00

Total Rp 70,935,000.00

Pekerjaan : Base Camp


Harga Satuan Rp 139,600,000.00
Satuan Pembayaran Unit

No. Uraian Satuan Kuantitas Harga Satuan Jumlah


1 Pos Jaga unit 1.00 Rp 8,500,000.00 8,500,000.00
2 Mess Pekerja unit 1.00 Rp 62,000,000.00 62,000,000.00
3 Tempat Material unit 1.00 Rp 35,000,000.00 35,000,000.00
4 Pagar unit 1.00 Rp 13,500,000.00 13,500,000.00
5 Kelengkapan Alat Pelindung Diri
- Helm Proyek bh 30.00 Rp 35,000.00 1,050,000.00
- Rompi bh 30.00 Rp 50,000.00 1,500,000.00
- Sepatu Proyek (Pekerja) bh 30.00 Rp 300,000.00 9,000,000.00
- Kotak Obat/P3K bh 3.00 Rp 1,500,000.00 4,500,000.00

6 Operasional
- Galon bh 3.00 Rp 25,000.00 75,000.00
- Isi Ulang Air Galon (sehari 1x) bh 3.00 Rp 25,000.00 75,000.00
- Kasur bh 10.00 Rp 200,000.00 2,000,000.00
- Lemari bh 3.00 Rp 150,000.00 450,000.00
- Kipas bh 3.00 Rp 100,000.00 300,000.00
- Piring+Sendok lusin 2.00 Rp 75,000.00 150,000.00
- Alat Masak set 1.00 Rp 400,000.00 400,000.00
- Alat Kebersihan set 1.00 Rp 150,000.00 150,000.00
- Alat Kamar Mandi set 1.00 Rp 150,000.00 150,000.00

7 Listrik Bulan 4.00 Rp 200,000.00 800,000.00

Rp 139,600,000.00
V-81
V-82
V-83

Pekerjaan : Asuransi dan Administrasi


Harga Satuan Rp 676,911,220.00
Satuan Pembayaran : Lump Sump

No. Uraian Satuan Kuantitas Harga Satuan Jumlah

1. Administrasi
1.1 Gaji Pegawai Perusahaan LS 1.00 Rp 336,500,000.00 Rp 336,500,000.00
1.2 Rapat dan Makan Karyawan LS 1.00 Rp 15,000,000.00 Rp 15,000,000.00
1.3 ATK LS 1.00 Rp 5,000,000.00 Rp 5,000,000.00

2. Asuransi (sesuai Peraturan Menteri Ketenagakerjaan LS 1.00 Rp 320,411,220.00 Rp 320,411,220.00


No.44 Tahun 2015)
Jumlah Rp 676,911,220.00

GAJI PEGAWAI PERUSAHAAN SETIAP BULAN


POSISI JUMLAH GAJI GAJI 5 BULAN
PEGAWAI
General Superintendent 1 Rp 15,000,000 Rp 75,000,000
Quanitity Engineer 1 Rp 4,500,000 Rp 22,500,000
Quality Control 2 Rp 4,500,000 Rp 22,500,000
Safety Engineer 1 Rp 10,500,000 Rp 52,500,000
Administrasi & Accounting 1 Rp 6,700,000 Rp 33,500,000
Surveyor 2 Rp 4,000,000 Rp 20,000,000
Drafter 2 Rp 4,000,000 Rp 20,000,000
Logistik 1 Rp 6,100,000 Rp 30,500,000
Mekanik 1 Rp 4,000,000 Rp 20,000,000
Keuangan 1 Rp 4,000,000 Rp 20,000,000
Pelaksana 2 Rp 4,000,000 Rp 20,000,000
Jumlah Gaji Pegawai Rp 336,500,000
V-84

Pekerjaan = Rapat
Harga Satuan = Rp 17,600,000.00

No. Uraian Satuan Kuantitas Harga Satuan Jumlah

1 Rapat Mingguan dan Bulanan


- Snack Unit 25.00 Rp 10,000.00 Rp 4,000,000.00
- Nasi Kotak Unit 25.00 Rp 30,000.00 Rp 12,000,000.00
- Minuman LS 1.00 Rp 100,000.00 Rp 1,600,000.00

Jumlah Rp 17,600,000.00

Pekerjaan = Biaya Tak Terduga ( 1% dari harga total)


Harga Satuan = Rp 206,000,000.00

No. Uraian Satuan Kuantitas Harga Satuan Jumlah

1 Konsumsi PKL LS 1.00 Rp 2,500,000.00 Rp 2,500,000.00


2 Masker dan Handsanitizer LS 1.00 Rp 10,000,000.00 Rp 10,000,000.00
2 Bencana Alam LS 1.00 Rp 60,500,000.00 Rp 60,500,000.00
3 Kunjungan (PU,PPK,Presiden,dll) LS 1.00 Rp 48,000,000.00 Rp 48,000,000.00
4 Konsumsi (Pekerja,Kontraktor,Konsultan,dll) LS 1.00 Rp 50,000,000.00 Rp 50,000,000.00
5 Biaya Ganti Rugi LS 1.00 Rp 35,000,000.00 Rp 35,000,000.00
Jumlah Rp 206,000,000.00
V-85

5.7.2 Pekerjaan Drainase

No. Item : 2.1


Pekerjaan Galian Saluran Samping
Harga Satuan Rp 30,954.16
Kuantitas 4140.80 m3
Waktu Pelaksanaan : 105 Jam = 15.00 Hari

No Komponen Jumlah Satuan Jumlah Jam Harga Satuan Jumlah

A. TENAGA
1. Mandor 1.00 orang 105.00 12,142.86 1,275,000.00
2. Pekerja 10.00 orang 105.00 7,857.14 8,250,000.00
Jumlah Harga 9,525,000.00
B. BAHAN

Jumlah Harga

C. PERALATAN
1. Excavator 1.00 Unit 105.00 380,000.00 39,900,000.00
2. Dump Truck 3.00 Unit 105.00 210,000.00 66,150,000.00
3 Stamper 6.00 Unit 105.00 20,000.00 12,600,000.00

Jumlah Harga 118,650,000.00


D. TOTAL (A+B+C) 128,175,000.00

F Harga Satuan 30,954.16

No. Item 2.1(1)


Pekerjaan Pemasangan Drainase
Harga : Rp 4,595,323,333
Kuantitas 3,458 buah
Waktu Pelaksanaan : 126 Jam = 18.00 Hari

No Komponen Jumlah Satuan Jumlah Jam Harga Satuan Jumlah

A. Tenaga
1 Pekerja 4.00 Orang 126.00 7,857.14 3,960,000.00

2 Mandor 1.00 Orang 126.00 12,142.86 1,530,000.00

Jumlah Harga Tenaga 5,490,000.00


B Bahan
1 Drainase U-Ditch Type 800x1000 3458 buah 1,250,000.00 4,322,083,333

Jumlah Harga Bahan 4,322,083,333


C Peralatan
1 Truck Crane 5.00 Jam 126.00 425,000.00 267,750,000.00

Jumlah Harga Peralataan 267,750,000.00


D TOTAL (A+B+C) 4,595,323,333.33

1,329,024.39
V-86

No. Item : 2.1(2)


Pekerjaan Lantai Kerja Drainase (U-ditch)
Harga Satuan : Rp. 1,103,760.85
Kuantitas : 207 m³
Waktu Pelaksanaan 21 Jam = 3 Hari

No. Komponen Jumlah Satuan Jumlah Jam Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp)

A Tenaga
1 Pekerja 4.00 Orang 21.00 7,857.14 660,000.00
2 Mandor 1.00 Orang 21.00 12,142.86 -
Jumlah Harga Tenaga 660,000.00
B Bahan
1 Beton K-125 (Ready Mix) 207.40 m³ 1,100,000.00 228,140,000.00

Jumlah Harga Bahan 228,140,000.00


C Peralatan
1 Alat Bantu 1.00 Ls 21.00 5,714.29 120,000.00

Jumlah Harga Alat 120,000.00


D Jumlah Harga ( A + B + C ) 228,920,000.00
E Harga Satuan Pekerjaan 1,103,760.85

No. Item 2.2


Pekerjaan Pekerjaan Galian Gorong - Gorong
Harga Satuan : Rp 15,333.33
Kuantitas 45.00 0
Waktu Pelaksanaan : 14 Jam = 2.00 Hari

No Komponen Jumlah Satuan Jumlah Jam Harga Satuan Jumlah

A. Tenaga
1 Pekerja 4.00 orang 14.00 7,857.14 440,000.00
2 Mandor 1.00 orang 14.00 12,142.86 170,000.00
Jumlah Harga Tenaga 610,000.00
B Bahan

Jumlah Harga Bahan


C Peralatan
1 Alat Bantu 1.00 LS 14.00 5,714.29 80,000.00
Jumlah Harga Peralataan 80,000.00
D. TOTAL (A+B+C) 690,000.00

F Harga Satuan 15,333.33


V-87

No. Item 2.2(1)


Pekerjaan Gorong - Gorong Buis Beton diameter 100 cm
Harga : Rp 1,237,250.00
Kuantitas 20.00 buah
Waktu Pelaksanaan : 7 Jam = 1.00 Hari

No Komponen Jumlah Satuan Jumlah Jam Harga Satuan Jumlah

A. Tenaga
1 Pekerja 2.00 Orang 7 7,857.14 110,000.00
2 Tukang Batu 1.00 Orang 7 11,428.57 80,000.00
3 Mandor 1.00 Orang 7 12,142.86 85,000.00
Jumlah Harga Tenaga 275,000.00
B Bahan
1 Pipa Beton dia 1m 20 buah 1,150,000.00 23,000,000.00
Jumlah Harga Bahan 23,000,000.00
C Peralatan
1 Dump truck 1.00 Jam 7.00 210,000.00 1,470,000.00
Jumlah Harga Peralataan 1,470,000.00
D TOTAL (A+B+C) 24,745,000.00
E
F Harga Satuan 1,237,250.00

No. Item 2.2(2)


Pekerjaan Pasangan Bata dengan Mortar
Harga Satuan : Rp 128,704.88
Kuantitas 3.26 m³
: 7 Jam =
Waktu Pelaksanaan 1.00 Hari
No Komponen Jumlah Satuan Jumlah Jam Harga Satuan Jumlah
A. Tenaga
1 Pekerja 2.00 orang 7.00 7,857.14 110,000.00
2 Mandor 1.00 orang 1.00 12,142.86 12,142.86
Jumlah Harga Tenaga 122,142.86
B Bahan
1 Batu Bata 3.260 m3 800.00 2,608.00
2 Semen 3.0 Kg 1,120.00 3,360.00
3 Pasir 0.377 m3 375,000.00 141,467.07
Jumlah Harga Bahan 147,435.07
C Peralatan
1 Concrete Mixer 1.00 Jam 2.00 75,000.00 150,000.00
Jumlah Harga Peralataan 150,000.00
D TOTAL (A+B+C) 419,577.92

F Harga Satuan 128,704.88


V-88

No. Item 2.2(3)


Pekerjaan Timbunan Gorong - Gorong Setelah Pemasangan
Harga Satuan : Rp 38,609.30
26.03 m³
Kuantitas
Waktu Pelaksanaan : 21 Jam = 3.00 Hari
No Komponen Jumlah Satuan Jumlah Jam Harga Satuan Jumlah
A. Tenaga
1 Pekerja 2.00 orang 21.00 7,857.14 330,000.00
2 Mandor 1.00 orang 21.00 12,142.86 255,000.00
Jumlah Harga Tenaga 585,000.00
B Bahan

Jumlah Harga Bahan


C Peralatan
1 Stamper 1.00 Jam 21.00 20,000.00 420,000.00
Jumlah Harga Peralataan 420,000.00
D TOTAL (A+B+C) 1,005,000.00

F Harga Satuan 38,609.30

No. Item 2.2(4)


Pekerjaan Pembuangan Galian Tanah Gorong - Gorong
Harga Satuan : Rp 225,329.82
18.95 m³
Kuantitas
Waktu Pelaksanaan : 7 Jam = 1.00 Hari
No Komponen Jumlah Satuan Jumlah Jam Harga Satuan Jumlah
A. Tenaga
1 Pekerja 1.00 orang 7.00 7,857.14 55,000.00
2 Mandor 1.00 orang 7.00 12,142.86 85,000.00
Jumlah Harga Tenaga 140,000.00
B Bahan

Jumlah Harga Bahan


C Peralatan
1 Excavator 1.00 Jam 7.00 380,000.00 2,660,000.00
2 Dump Truck 1.00 jam 7.00 210,000.00 1,470,000.00
Jumlah Harga Peralataan 4,130,000.00
D TOTAL (A+B+C) 4,270,000.00

F Harga Satuan 225,329.82


V-89

No. Item : 2.2(5)


Pekerjaan : Lantai Kerja Gorong-gorong
Harga Satuan : Rp. 1,215,000.00
Kuantitas : 3.00 m³
Waktu Pelaksanaan 7 Jam = 1 Hari

No. Komponen Jumlah Satuan Jumlah Jam Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp)

A Tenaga
1 Pekerja 4.00 Orang 7.00 7,857.14 220,000.00
2 Mandor 1.00 Orang 7.00 12,142.86 85,000.00
Jumlah Harga Tenaga 305,000.00
B Bahan
1 - Beton K-125 3.00 m³ 1,100,000.00 3,300,000.00

Jumlah Harga Bahan 3,300,000.00


C Peralatan

1 Alat Bantu 1.00 Ls 7.00 5,714.29 40,000.00


Jumlah Harga Alat 40,000.00
D Jumlah Harga ( A + B + C ) 3,645,000.00
E Harga Satuan Pekerjaan 1,215,000.00

No. Item 2.3


Pekerjaan Pekerjaan Bouwplank
: Rp 74,772.73
Harga Satuan
Kuantitas 110 buah
Waktu Pelaksanaan : 21 Jam = 3.00 Hari
No
Komponen Jumlah Satuan Jumlah Jam Harga Satuan Jumlah

A. Tenaga
1 Pekerja 2.00 orang 21.00 7,857.14 330,000.00
2 Mandor 1.00 orang 21.00 12,142.86 255,000.00
3 Tukang Kayu 2.00 orang 21.00 11,428.57 480,000.00
Jumlah Harga Tenaga 1,065,000.00
B Bahan
1 Kayu Meranti 5/7 55.00 batang 53,000.00 2,915,000.00
2 Papan 2/20 55.00 batang 73,000.00 4,015,000.00
3 Paku 5.50 kg 20,000.00 110,000.00
Jumlah Harga Bahan 7,040,000.00
C Peralatan
1 Alat Bantu 1.00 LS 21.00 5,714.29 120,000.00
Jumlah Harga Peralataan 120,000.00
D TOTAL (A+B+C) 8,225,000.00

F Harga Satuan 74,772.73


V-90

No. Item 2.4


Pekerjaan Pekerjaan Bak Kontrol
: Rp 650,826.45
Harga Satuan
Kuantitas 12.10
Waktu Pelaksanaan : 7 Jam = 1.00 Hari
No
Komponen Jumlah Satuan Jumlah Jam Harga Satuan Jumlah
A Tenaga
1 Pekerja 4.00 orang 7.00 7,857.14 220,000.00
2 Mandor 1.00 orang 7.00 12,142.86 85,000.00
3 Tukang Batu 5.00 orang 7.00 11,428.57
Jumlah Harga Tenaga 305,000.00
B Bahan
1 Batu Belah 10.00 m3 190,000.00 1,900,000.00
2 Pasir 6.24 m3 375,000.00 2,340,000.00
3 Semen Portland 40.00 Zak 56,000.00 2,240,000.00
Jumlah Harga Bahan 6,480,000.00
C Peralatan
1 Concreate Mixer 2.00 Unit 7.00 75,000.00 1,050,000.00
2 Alat Bantu 1.00 LS 7.00 5,714.29 40,000.00
Jumlah Harga Peralatan 1,090,000.00
TOTAL (A+B+C) 7,875,000.00

Harga Satuan 650,826.45

No. Item 2.4 (1)


Pekerjaan Pekerjaan Galian Bak Kontrol
Harga Satuan Rp 162,666.06
Kuantitas 26.50 m3
Waktu Pelaksanaan : 7 Jam = 1.00 Hari

No Komponen Jumlah Satuan Jumlah Jam Harga Satuan Jumlah

A. TENAGA
1. Mandor 1.00 orang 7 12,142.86 85,000.00
2. Pekerja 8.00 orang 7 7,857.14 55,000.00
Jumlah Harga 140,000.00
B Bahan

Jumlah Harga
C Peralatan
1 Excavator 1.00 Unit 7.00 380,000.00 2,660,000.00
2 Dump Truck 2.00 Unit 7.00 210,000.00 1,470,000.00
3 Alat Bantu 1.00 LS 7.00 5,714.29 40,000.00

Jumlah Harga 4,170,000.00


D. TOTAL (A+B+C) 4,310,000.00

F Harga Satuan 162,666.06


V-91

5.7.3 Pekerjaan Tanah

No. Item 3.1


Pekerjaan Galian tanah biasa
Harga Satuan : Rp. 19,999.48
Kuantitas 160,184 : m3
Waktu Pelaksanaan : 266 Jam = 38.00 Hari
Jumlah
No Komponen Jumlah Satuan Harga Satuan Jumlah
Jam
A Tenaga
1 Pekerja 4.00 orang 266.00 7,857.14 8,360,000.00
2 Mandor 1.00 orang 266.00 12,142.86 3,230,000.00
Jumlah Harga Tenaga 11,590,000.00
B Bahan

Jumlah Harga Bahan


C Peralatan
1 Excavator 15.00 Jam 266.00 380,000.00 1,516,200,000.00
2 Dump Truck 30.00 Jam 266.00 210,000.00 1,675,800,000.00
Jumlah Harga Peralatan 3,192,000,000.00
JUMLAH HARGA ( A + B + C ) 3,203,590,000.00
D HARGA SATUAN 19,999.48

No. Item 3.2


Pekerjaan Timbunan pilihan
Harga Satuan : Rp. 6,019.74
Kuantitas 62,934 : m³
Waktu Pelaksanaan : 119 Jam = 17.00 Hari
Jumlah
No Komponen Jumlah Satuan Harga Satuan Jumlah
Jam
A Tenaga
1 Pekerja 4.00 orang 119.00 7,857.14 3,740,000.00
2 Mandor 1.00 orang 119.00 12,142.86 1,445,000.00
3 Operator 2.00 orang 119.00 14,285.71 3,400,000.00
4 Pem. Operator 2.00 orang 119.00 10,714.29 2,550,000.00
Jumlah Harga Tenaga 11,135,000.00
B Bahan
Jumlah Harga Bahan
C Peralatan
1 Motor Grader 6.00 Jam 119.00 320,000.00 228,480,000.00
2 Sheep Foot Roller 1.00 Jam 119.00 400,000.00 47,600,000.00
3 Vibrator Roller 2.00 Jam 119.00 310,000.00 73,780,000.00
4 Water Tanker 1.00 Jam 119.00 150,000.00 17,850,000.00
Jumlah Harga Peralatan 367,710,000.00
JUMLAH HARGA ( A + B + C ) 378,845,000.00
D HARGA SATUAN 6,019.74
V-92

No. Item 3.2(1)


Pekerjaan Penyiapan Badan Jalan
Harga Satuan : Rp. 1,914.52
Kuantitas 29,036 m³
Waktu Pelaksanaan : 42 Jam = 6.00 Hari
Jumlah
No Komponen Jumlah Satuan Harga Satuan Jumlah
Jam
A Tenaga
1 Pekerja 4.00 orang 42.00 7,857.14 1,320,000.00
2 Operator 2.00 orang 42.00 14,285.71 1,200,000.00
3 Mandor 1.00 orang 42.00 12,142.86 510,000.00
4 Pemb Operator 2.00 orang 42.00 10,714.29 900,000.00
Jumlah Harga Tenaga 3,930,000.00
B Bahan

Jumlah Harga Bahan


C Peralatan
1 Motor Grader 1.00 Jam 42.00 320,000.00 13,440,000.00
2 Vibrator Roller 1.00 Jam 42.00 310,000.00 13,020,000.00
3 Water Tanker 4.00 Jam 42.00 150,000.00 25,200,000.00
Jumlah Harga Peralatan 51,660,000.00
JUMLAH HARGA ( A + B + C ) 55,590,000.00
D HARGA SATUAN 1,914.52

No. Item 3.3


Pekerjaan Pembersihan Lapangan (striping)
Harga Satuan m³ 20,041.79
Kuantitas 24,888 m³
Waktu Pelaksanaan : 112 Jam = 16.00 Hari
Jumlah
No Komponen Jumlah Satuan Harga Satuan Jumlah
Jam
A Tenaga
1 Pekerja 4.00 orang 112.00 7,857.14 3,520,000.00
2 Mandor 1.00 orang 112.00 12,142.86 1,360,000.00
3 Operator 2.00 orang 112.00 14,285.71 3,200,000.00
4 Pem. Operator 2.00 orang 112.00 10,714.29 2,400,000.00
Jumlah Harga Tenaga 10,480,000.00
B Bahan

Jumlah Harga Bahan


C Peralatan
1 Bulldozer 4.00 Jam 112.00 400,000.00 179,200,000.00
2 Wheel Loader 4.00 Jam 112.00 270,000.00 120,960,000.00
3 Dump Truck 8.00 Jam 112.00 210,000.00 188,160,000.00
Jumlah Harga Peralatan 488,320,000.00
JUMLAH HARGA ( A + B + C ) 498,800,000.00
D HARGA SATUAN 20,041.79
V-93

No. Item 3.4


Pekerjaan : Pembuangan Tanah Galian
Harga Satuan : Rp. 26,993.33
Kuantitas 84,663 m²
Waktu Pelaksanaan : 147 Jam = 21.00 Hari
Jumlah
No Komponen Jumlah Satuan Harga Satuan Jumlah
Jam
A Tenaga
1 Pekerja 4.00 orang 406.00 7,857.14 12,760,000.00
2 Mandor 1.00 orang 406.00 12,142.86 4,930,000.00
3 Operator 4.00 orang 406.00 14,285.71 23,200,000.00
4 Pem. Operator 4.00 orang 406.00 10,714.29 17,400,000.00
Jumlah Harga Tenaga 58,290,000.00
B Bahan

Jumlah Harga Bahan


C Peralatan
1 Bulldozer 15.00 Jam 147.00 380,000.00 837,900,000.00
2 Dump Truck 45.00 Jam 147.00 210,000.00 1,389,150,000.00

Jumlah Harga Peralatan 2,227,050,000.00


TOTAL 2,285,340,000.00
D HARGA SATUAN 26,993.33

No. Item 3.5


Pekerjaan Timbunan Tanah Median
Harga Satuan : Rp. 9,133.33
Kuantitas 900 m³
:
Waktu Pelaksanaan 28 Jam = 4.00 Hari
Jumlah
No Komponen Jumlah Satuan Harga Satuan Jumlah
Jam
A Tenaga
1 Pekerja 4.00 orang 28.00 7,857.14 880,000.00
2 Mandor 1.00 orang 28.00 12,142.86 340,000.00

Jumlah Harga Tenaga 1,220,000.00


B Bahan

Jumlah Harga Bahan


C Peralatan
Dump Truck 1.00 Jam 28.00 210,000.00 5,880,000.00
Stamper 2.00 Jam 28.00 20,000.00 1,120,000.00

Jumlah Harga Peralatan 7,000,000.00


JUMLAH HARGA ( A + B + C ) 8,220,000.00
D HARGA SATUAN 9,133.33
V-94

5.7.4 Pekerjaan Bahu Jalan

No. Item 4.1


Pekerjaan Lapis Agregat Sirtu Kelas S (bahu jalan)
Harga Satuan : Rp. 509,385.25
Kuantitas 995.52 m³
Waktu Pelaksanaan : 21 Jam = 3.00 Hari
Jumlah
No Komponen Jumlah Satuan Harga Satuan Jumlah
Jam
A Tenaga
1 Pekerja 4.00 orang 21.00 7,857.14 660,000.00
2 Mandor 1.00 orang 21.00 12,142.86 255,000.00
3 Operator alat 1.00 orang 21.00 14,285.71 300,000.00
4 Pem. Operator 1.00 orang 21.00 10,714.29 225,000.00
Jumlah Harga Tenaga 1,440,000.00
B Bahan
1 Agregat Kasar 895.97 m3 400,000.00 358,387,200.00
1 Agregat Halus 298.66 m3 375,000.00 111,996,000.00
Jumlah Harga Bahan 470,383,200.00
C Peralatan
1 Wheel Loader 1.00 Jam 21.00 270,000.00 5,670,000.00
2 Dump Truck 3.00 Jam 21.00 210,000.00 13,230,000.00
3 Motor Grader 1.00 Jam 21.00 320,000.00 6,720,000.00
4 Vibratory Roller 1.00 Jam 21.00 310,000.00 6,510,000.00
5 Water Tanker 1.00 Jam 21.00 150,000.00 3,150,000.00
Jumlah Harga Peralatan 35,280,000.00
TOTAL 507,103,200.00
D HARGA SATUAN 509,385.25
V-95

5.7.5 Perkerasan Berbutir


No. Item 5.1
Pekerjaan Lapisan Pondasi Atas ( Base Course) (Agregat Kelas A)
Harga Satuan : Rp. 198,718.80
Kuantitas 8,710.80 m³
Waktu Pelaksanaan : 77 Jam = 11.00 Hari
Jumlah
No Komponen Jumlah Satuan Harga Satuan Jumlah
Jam
A Tenaga
1 Pekerja 8.00 orang 77.00 7,857.14 4,840,000.00
2 Mandor 1.00 orang 77.00 12,142.86 935,000.00
3 Operator 4.00 orang 77.00 14,285.71 4,400,000.00
4 Pemb Operator 4.00 orang 77.00 10,714.29 3,300,000.00
Jumlah Harga Tenaga 13,475,000.00
B Bahan
1 Agregat Kasar 6794.42 m³ 140,000.00 951,219,360.00
2 Agregat Halus 3658.54 m³ 150,000.00 548,780,400.00
Jumlah Harga Bahan 1,499,999,760.00
C Peralatan
1 Vibratory Roller 1.00 Jam 77.00 310,000.00 23,870,000.00
2 Water Tank Truck 1.00 Jam 77.00 150,000.00 11,550,000.00
3 Motor Grader 1.00 Jam 77.00 320,000.00 24,640,000.00
4 Pneumatic Tyred Roller 1.00 Jam 77.00 500,000.00 38,500,000.00
5 Dump Truck 3.00 Jam 77.00 210,000.00 48,510,000.00
6 Tandem Roller 1.00 Jam 77.00 375,000.00 28,875,000.00
7 Wheel Loader 2.00 Jam 77.00 270,000.00 41,580,000.00
Jumlah Harga Peralatan 217,525,000.00
JUMLAH HARGA ( A + B + C ) 1,730,999,760.00
D TOTAL 198,718.80

No. Item 5.2


Pekerjaan Lapisan Pondasi Bawah (Sub Base Course) (Agregat Kelas B)
Harga Satuan : Rp. 206,052.00
Kuantitas 12,195.12 m³
Waktu Pelaksanaan : 112 Jam = 16.00 Hari
Jumlah
No Komponen Jumlah Satuan Harga Satuan Jumlah
Jam
A Tenaga
1 Pekerja 8.00 orang 112.00 7,857.14 7,040,000.00
2 Mandor 1.00 orang 112.00 12,142.86 1,360,000.00
3 Operator 4.00 orang 112.00 14,285.71 6,400,000.00
4 Pemb Operator 4.00 orang 112.00 10,714.29 4,800,000.00
Jumlah Harga Tenaga 19,600,000.00
B Bahan
1 Agregat Kasar 10975.61 m³ 150,000.00 1,646,341,200.00
2 Agregat Halus 3658.54 m³ 145,000.00 530,487,720.00
Jumlah Harga Bahan 2,176,828,920.00
C Peralatan
1 Vibratory Roller 1.00 Jam 112.00 310,000.00 34,720,000.00
2 Water Tank Truck 1.00 Jam 112.00 150,000.00 16,800,000.00
3 Motor Grader 1.00 Jam 112.00 320,000.00 35,840,000.00
4 Pneumatic Tyred Roller 1.00 Jam 112.00 500,000.00 56,000,000.00
5 Tandem Roller 1.00 Jam 112.00 375,000.00 42,000,000.00
6 Dump Truck 3.00 Jam 112.00 210,000.00 70,560,000.00
7 Wheel Loader 2.00 Jam 112.00 270,000.00 60,480,000.00
Jumlah Harga Peralatan 316,400,000.00
JUMLAH HARGA ( A + B + C ) 2,512,828,920.00
D TOTAL 206,052.00
V-96

5.7.6 Pekerjaan Aspal

No. Item 6.1


Pekerjaan Lapis Resap Pengikat (Prime Coat)
Harga Satuan : Rp. 11,395.96
Kuantitas 34,843.20 lt
Waktu Pelaksanaan : 56 Jam = 8.00 Hari

No Komponen Jumlah Satuan Jumlah Jam Harga Satuan Jumlah

A Tenaga
1 Pekerja 6.00 orang 56.00 7,857.14 2,640,000.00
2 Mandor 1.00 orang 56.00 12,142.86 680,000.00
3 Operator 1.00 orang 56.00 14,285.71 800,000.00
4 Pemb Operator 1.00 orang 56.00 10,714.29 600,000.00
Jumlah Harga Tenaga 4,720,000.00
B Bahan
1 Aspal drum 32926.8 kg 4,886.36 160,892,435.45
2 Kerosine 10452.96 Liter 20,000.00 209,059,200.00
Jumlah Harga Bahan 369,951,635.45
C Peralatan
1 Aspalt Sprayer 2.00 Jam 56.00 40,000.00 4,480,000.00
2 Air Compressor 1.00 Jam 56.00 110,000.00 6,160,000.00
3 Dump Truck 1.00 Jam 56.00 210,000.00 11,760,000.00
Jumlah Harga Peralatan 22,400,000.00
D JUMLAH HARGA ( A + B + C ) 397,071,635.45
D HARGA SATUAN 11,395.96

No. Item 6.2


Pekerjaan Lapis Permukaan (Surface) Laston Ms 800
Harga Satuan : Rp. 970,282.66
Kuantitas 6,678.28 m³
Waktu Pelaksanaan : 84 Jam = 12.00 Hari

No Komponen Jumlah Satuan Jumlah Jam Harga Satuan Jumlah

A Tenaga
1 Pekerja 6.00 orang 84.00 7,857.14 3,960,000.00
2 Mandor 1.00 orang 84.00 12,142.86 1,020,000.00
3 Operator 5.00 orang 84.00 14,285.71 6,000,000.00
4 Pemb Operator 5.00 orang 84.00 10,714.29 4,500,000.00
Jumlah Harga Tenaga 15,480,000.00
B Bahan
1 Agregat Kasar 8,243 m3 400,000.00 3,297,289,445.33
2 Agregat Halus 3,336.5 m3 375,000.00 1,251,203,584.17
3 Filler 119.03 Kg 4,000.00 476,100.00
4 Aspal (Wearing Course) 662,652 kg 1,150.00 762,050,182.95
Jumlah Harga Bahan 5,311,019,312.45
C Peralatan
1 Wheel Loader 2.00 Jam 84.00 270,000.00 45,360,000.00
2 AMP 2.00 Jam 84.00 5,500,000.00 924,000,000.00
3 Genset 1.00 Jam 84.00 180,000.00 15,120,000.00
4 Dump Truck 2.00 Jam 84.00 210,000.00 35,280,000.00
5 Aspalt Finisher 1.00 Jam 84.00 340,000.00 28,560,000.00
6 Pneumatic Tyred Roller 1.00 Jam 84.00 500,000.00 42,000,000.00
7 Tandem Roller 2.00 Jam 84.00 375,000.00 63,000,000.00
Jumlah Harga Peralatan 1,153,320,000.00
JUMLAH HARGA ( A + B + C ) 6,479,819,312.45
D HARGA SATUAN 970,282.66
V-97

5.7.7 Pengembalian Kondisi

No. Item 8.1


Pekerjaan Marka Jalan
Harga Satuan : Rp. 19,690.26
Kuantitas 774.36 m²
Waktu Pelaksanaan : 35 Jam = 5.00 Hari

No Komponen Jumlah Satuan Jumlah Jam Harga Satuan Jumlah

A Tenaga
1 Pekerja 2.00 orang 35.00 7,857.14 550,000.00
2 Tukang cat 2.00 orang 35.00 11,428.57 800,000.00
3 Mandor 1.00 orang 35.00 12,142.86 425,000.00
4 Sopir 1.00 orang 35.00 14,285.71 500,000.00
Jumlah Harga Tenaga 2,275,000.00
B Bahan
1 Cat Marka Jalan 1.66 Kg 80,000.00 132,600.00
2 Thinner 1.05 Liter 25,000.00 26,250.00
3 Glass Bit 0.45 Kg 30,000.00 13,500.00
Jumlah Harga Bahan 172,350.00
C Peralatan
1 Compressor 2.00 Jam 35.00 75,000.00 5,250,000.00
2 Dump Truck 1.00 Jam 35.00 210,000.00 7,350,000.00
3 Alat Bantu 1.00 LS 35.00 5,714.29 200,000.00
Jumlah Harga Peralatan 12,800,000.00
JUMLAH HARGA ( A + B + C ) 15,247,350.00
D HARGA SATUAN 19,690.26

No. Item 8.2


Pekerjaan Rambu lalu lintas
Harga Satuan : Rp. 536,220.00
Kuantitas 10.00 buah
Waktu Pelaksanaan : 7 Jam = 1.00 Hari

No Komponen Jumlah Satuan Jumlah Jam Harga Satuan Jumlah

A Tenaga
1 Pekerja 4.00 orang 7.00 7,857.14 220,000.00
2 Tukang cat 2.00 orang 7.00 11,428.57 160,000.00
3 Mandor 1.00 orang 7.00 12,142.86 85,000.00
4 Sopir 1.00 orang 7.00 14,285.71 100,000.00
Jumlah Harga Tenaga 565,000.00
B Bahan
1 Rambu lalu lintas 7.00 buah 430,000.00 3,010,000.00
3 Beton K-125 0.2520 m3 1,100,000 277,200.00
Jumlah Harga Bahan 3,287,200.00
C Peralatan
1 Dump truck 1.00 Jam 7.00 210,000.00 1,470,000.00
2 Alat bantu 1.00 LS 7.00 5,714.29 40,000.00
Jumlah Harga Peralatan 1,510,000.00
JUMLAH HARGA ( A + B + C ) 5,362,200.00
D TOTAL 536,220.00
V-98

No. Item 8.4


Pekerjaan Patok Hektometer
Harga Satuan : Rp. 3,568,888.89
Kuantitas 18.00 buah
Waktu Pelaksanaan : 7 Jam = 1.00 Hari

No Komponen Jumlah Satuan Jumlah Jam Harga Satuan Jumlah

A Tenaga
1 Pekerja 5.00 orang 7.00 7,857.14 275,000.00
3 Mandor 1.00 orang 7.00 12,142.86 85,000.00
Jumlah Harga Tenaga 360,000.00
B Bahan
1 Beton K-125 56.70 m3 1,100,000 62,370,000.00
2 Cat 0.50 kg 80,000.00 40,000.00
Jumlah Harga Bahan 62,410,000.00
C Peralatan
1 Dump Truck 1.00 Jam 7.00 210,000.00 1,470,000.00
Jumlah Harga Peralatan 1,470,000.00
JUMLAH HARGA ( A + B + C ) 64,240,000.00
D TOTAL 3,568,888.89

No. Item 8.4


Pekerjaan Patok Hektometer
Harga Satuan : Rp. 3,568,888.89
Kuantitas 18.00 buah
Waktu Pelaksanaan : 7 Jam = 1.00 Hari

No Komponen Jumlah Satuan Jumlah Jam Harga Satuan Jumlah

A Tenaga
1 Pekerja 5.00 orang 7.00 7,857.14 275,000.00
3 Mandor 1.00 orang 7.00 12,142.86 85,000.00
Jumlah Harga Tenaga 360,000.00
B Bahan
1 Beton K-125 56.70 m3 1,100,000 62,370,000.00
2 Cat 0.50 kg 80,000.00 40,000.00
Jumlah Harga Bahan 62,410,000.00
C Peralatan
1 Dump Truck 1.00 Jam 7.00 210,000.00 1,470,000.00
Jumlah Harga Peralatan 1,470,000.00
JUMLAH HARGA ( A + B + C ) 64,240,000.00
D TOTAL 3,568,888.89
V-99

No. Item 8.5


Pekerjaan Kerb Median
Harga Satuan : Rp. 50,335.10
Kuantitas 4,148.00 buah
Waktu Pelaksanaan : 49 Jam = 7.00 Hari

No Komponen Jumlah Satuan Jumlah Jam Harga Satuan Jumlah

A Tenaga
1 Pekerja 5.00 orang 49.00 7,857.14 1,925,000.00
2 Tukang 2.00 orang 49.00 11,428.57 1,120,000.00
3 Mandor 1.00 orang 49.00 12,142.86 595,000.00
Jumlah Harga Tenaga 3,640,000.00
B Bahan
1 Kerb Pracetak 4148 m3 45,000 186,660,000.00
2 Cat 1.0000 kg 80,000.00 80,000.00
Jumlah Harga Bahan 186,740,000.00
C Peralatan
1 Flat Bed Truck 1.00 unit 49.00 370,000.00 18,130,000.00
2 Alat bantu 1.00 LS 49.00 5,714.29 280,000.00
Jumlah Harga Peralatan 18,410,000.00
JUMLAH HARGA ( A + B + C ) 208,790,000.00
D HARGA SATUAN 50,335.10

No. Item 8.6


Pekerjaan Lampu Penerangan Jalan
Harga Satuan : Rp. 2,591,305.30
Kuantitas 40.00 buah
Waktu Pelaksanaan : 7 Jam = 1.00 Hari

No Komponen Jumlah Satuan Jumlah Jam Harga Satuan Jumlah

A Tenaga
1 Pekerja 0.31 orang 7.00 7,857.14 17,263.89
2 Tukang 0.08 orang 7.00 11,428.57 6,277.78
3 Mandor 0.08 orang 7.00 12,142.86 6,670.14
Jumlah Harga Tenaga 30,211.81
B Bahan
1 Lampu penerangan 40.0000 buah 2,500,000 100,000,000.00
2 Beton K-125 1.9200 m3 1,100,000 2,112,000.00
Jumlah Harga Bahan 102,112,000.00
C Peralatan
1 Dump Truck 1.00 unit 7.00 210,000.00 1,470,000.00
2 Alat bantu 1.00 LS 7.00 5,714.29 40,000.00
Jumlah Harga Peralatan 1,510,000.00
JUMLAH HARGA ( A + B + C ) 103,652,211.81
D TOTAL 2,591,305.30
V-100

5.7.8 Pemeliharaan
ITEM PEMBAYARAN NO. 10.1
JENIS PEKERJAAN : Pemeliharaan Rutin Perkerasan
SATUAN PEMBAYARAN : Lump Sum / Bulan % THD. BIAYA PROYEK 3.45

PERKIRAAN HARGA JUMLAH


NO. KOMPONEN SATUAN KUANTITAS SATUAN HARGA
(Rp.) (Rp.)

A. TENAGA

1. Pekerja (L01) Jam 378.0000 7,857.14 2,970,000.00


2. Mandor (L03) Jam 75.6000 12,142.86 918,000.00

JUMLAH HARGA TENAGA 3,888,000.00

B. BAHAN

1. Camp. Aspal Panas M3 10.7280 1,275,000.00 13,678,200.00


2. Camp. Aspal Dingin M3 10.7280 1,800,000.00 19,310,400.00
3. Aspal Pengisian Retak Liter 1,006.0000 8,600.00 8,651,600.00
4. Bahan-bahan lainnya LS 1.0000 10,000,000.00 10,000,000.00

JUMLAH HARGA BAHAN 51,640,200.00

C. PERALATAN

1. Motor Grader (E13) Jam 25.2000 320,000.00 8,064,000.00


2. Flat Bed Truck (E11) Jam 25.2000 370,000.00 9,324,000.00
3. Air Compressor (E05) Jam 25.2000 100,000.00 2,520,000.00

JUMLAH HARGA PERALATAN 19,908,000.00


D. Jumlah harga Tenaga, Bahan dan Peralatan : ( A + B + C ) 75,436,200.00
E.
F. Harga Lump Sum : ( D + E ) 75,436,200.00
V-101

ITEM PEMBAYARAN NO. 10.2


JENIS PEKERJAAN : Pemeliharaan Rutin Bahu Jalan
SATUAN PEMBAYARAN : Lump Sum / Bulan % THD. BIAYA PROYEK 0.71

PERKIRAAN HARGA
NO. KOMPONEN SATUAN KUANTITAS SATUAN
(Rp.)

A. TENAGA

1. Pekerja (L01) Jam 126.0000 7,857.14 990,000.00


2. Mandor (L03) Jam 25.2000 12,142.86 306,000.00

JUMLAH HARGA TENAGA 1,296,000.00

B. BAHAN

1. Lap.Pond.Agg.Kelas A M3 4.7000 370,000.00 1,739,000.00


2. Bahan-bahan lainnya LS 1.0000 1,500,000.00 1,500,000.00

JUMLAH HARGA BAHAN 3,239,000.00

C. PERALATAN

1. Motor Grader (E13) Jam 12.6000 320,000.00 4,032,000.00


2. Flat Bed Truck (E11) Jam 12.6000 370,000.00 4,662,000.00
3. Roller (E16) Jam 12.6000 75,000.00 945,000.00

JUMLAH HARGA PERALATAN 9,639,000.00


D. Jumlah harga Tenaga, Bahan dan Peralatan : ( A + B + C ) 14,174,000.00
E.
F. Harga Lump Sum : ( D + E ) 14,174,000.00
V-102

ITEM PEMBAYARAN NO. 10.3


JENIS PEKERJAAN : Pemeliharaan Rutin Selokan, Saluran Air, Galian & Timbunan
SATUAN PEMBAYARAN : Lump Sum / Bulan % THD. BIAYA PROYEK 1.98

PERKIRAAN HARGA
NO. KOMPONEN SATUAN KUANTITAS SATUAN
(Rp.)

A. TENAGA

1. Pekerja (L01) Jam 252.0000 7,857.14 1,980,000.00


2. Mandor (L03) Jam 50.4000 12,142.86 612,000.00

JUMLAH HARGA TENAGA 2,592,000.00

B. BAHAN

1. Umum LS 1.0000 10,000,000.00 10,000,000.00

JUMLAH HARGA BAHAN 10,000,000.00

C. PERALATAN

1. Motor Grader (E13) Jam 50.4000 320,000.00 16,128,000.00


2. Dump Truck (E08) Jam 50.4000 210,000.00 10,584,000.00

JUMLAH HARGA PERALATAN 26,712,000.00

D. Jumlah harga Tenaga, Bahan dan Peralatan : ( A + B + C ) 39,304,000.00


E.
F. Harga Lump Sum : ( D + E ) 39,304,000.00
V-103

ITEM PEMBAYARAN NO. 10.4


JENIS PEKERJAAN : Pemeliharaan Rutin Perlengkapan Jalan
SATUAN PEMBAYARAN : Lump Sum / Bulan % THD. BIAYA PROYEK 0.31

PERKIRAAN HARGA
NO. KOMPONEN SATUAN KUANTITAS SATUAN
(Rp.)

A. TENAGA

1. Pekerja (L01) Jam 36.0000 7,857.14 282,857.14


2. Mandor (L03) Jam 3.6000 12,142.86 43,714.29

JUMLAH HARGA TENAGA 326,571.43

B. BAHAN

1. Umum LS 1.0000 6,000,000.00 6,000,000.00

JUMLAH HARGA BAHAN 6,000,000.00

C. PERALATAN

1. Flat Bed Truck (E11) Jam 12.6000 370,000.00 4,662,000.00

JUMLAH HARGA PERALATAN 4,662,000.00

D. Jumlah harga Tenaga, Bahan dan Peralatan : ( A + B + C ) 6,198,951.30


E.
F. Harga Lump Sum : ( D + E ) 6,198,951.30
V-104
V-105
V-106
V-107

5.8 Daftar Harga Tenaga Kerja, Peralatan, Bahan, dan Properti


Bagian ini merupakan daftar harga satuan bahan, upah dan alat menurut satuan
volume masing-masing pekerjaan. Harga satuan bahan dan upah didapatkan
dilokasi dikumpulkan dan dicatat dalam satu daftar yang dinamakan daftar harga
bahan dan upah.
Harga satuan bahan dan upah tenaga kerja disetiap daerah berbeda–beda. Daftar
harga bahan dan upah didapat dari Bina Marga atau Dinas Pekerjaan Umum daerah
setempat, sedangkan harga satuan alat dihitung dengan cara perhitungan yang telah
ditentukan.
V-108

Sumber : Survei melalui internet dengan upah per hari kemudian dikonversi kedalam satuan
Jam.
V-109

Sumber : Survey melalui Internet sesuai pasaran sekitar proyek (Kab. Magelang)
V-110

DAFTAR HARGA SATUAN BAHAN

SUMBER DATA : PASARAN BEBAS


DAERAH : KAB. MAGELANG
EDISI 1 2021
2 Agregat halus m3 Rp 375,000.00
3 Agregat kasar m3 Rp 400,000.00
4 Pasir beton m3 Rp 375,000.00
5 Tanah urug m3 Rp 65,000.00
6 Batu bata buah Rp 800.00
7 Batu Pecah 10/15 m3 Rp 190,000.00
8 Beton K-175 m3 Rp 800,000.00
9 Portland Cement (PC) kg Rp 1,120.00
10 Aspal ton Rp 1,150,000.00
11 Box Culvert Ø 40 - 100 buah Rp 4,500,000.00
12 Pipa galvanis 2" - 6 m batang Rp 585,000.00
13 Paku Kg Rp 20,000.00
14 Cat Kg Rp 80,000.00
15 Cat kayu Kg Rp 80,000.00
16 Cat marka Kg Rp 80,000.00
17 Cat meni Kg Rp 30,000.00
18 Minyak cat liter Rp 25,000.00
19 Kerosin liter Rp 20,000.00
20 Thinner liter Rp 25,000.00
21 Filler Kg Rp 4,000.00
22 Glass bead Kg Rp 30,000.00
23 Pelat rambu(60x60 cm) lembar Rp 175,000.00
24 Multipleks 9 mm lembar Rp 95,000.00
25 Kayu Meranti 5/7 batang Rp 53,000.00
26 Kayu Meranti 2/20 batang Rp 73,000.00
27 Agregat halus utk ATB/AC/HRS m3 Rp 375,000.00
28 Agregat halus utk LPA m3 Rp 370,000.00
29 Agregat halus utk LPB m3 Rp 350,000.00
30 Agregat kasar utk ATB/AC/HRS m3 Rp 360,000.00
31 Agregat kasar utk LPA m3 Rp 340,000.00
32 Agregat kasar utk LPB m3 Rp 345,000.00
33 Concrete Barrier bh Rp 220,000.00
34 Rambu Lalu Lintas buah Rp 430,000.00
35 MMT m2 Rp 25,000.00
36 Kerb buah Rp 45,000.00
37 Prime / Tack Coard RC liter Rp 6,800.00
38 Prime Coat MC liter Rp 6,800.00
39 Prime / Tack Coat Emulsi liter Rp 6,800.00
40 Baja Tulangan (Polos) U24 Kg Rp 9,800.00
41 Baja Tulangan (Ulir) D32 Kg Rp 11,000.00
42 Pipa Beton D100 buah Rp 1,150,000.00
43 Beton Pracetak (U-Ditch) Type 800x1000 buah Rp 1,250,000.00
44 Beton K-125 m3 Rp 1,100,000.00
Sumber : Survey Toko Bangunan Sekitar Proyek, Percetakan, Beton
BAB VI
PENGENDALIAN PROYEK

6.1 Uraian Umum


Pengendalian secara umum merupakan usaha yang sistematis untuk menentukan
standar sasaran dantuhuan perencanaan, merancang sistem informasi,
membandingakan pelaksanaan dengan standar, menganalisis kemungkinan
penyimpangan, kemudian melakukan tindakan koreksi yang diperlukan agar
sumber daya dapat digunakan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai
sasaran dan tujuan (R.J Mockler 1972). Pelaksanaan pengendalian proyek
dilakukan dalam bentuk-bentuk kegiatan seperti berikut :
1. Supervisi : melakukan serangkaian kegiatan koordinasi pengawasan dalam
batas wewenang dan tanggung jawab menurut prosedur organisasi yang telah
ditetapkan.
2. Inspeksi : melakukan pemeriksaan terhasil pekerjaan dengan tujuan menjamin
spesifikasi mutu dan produk sesuai dengan direncanakan.
3. Tindakan koreksi : melakukan perubahan dan perbaikan terhadap rencana yang
telah ditetapkan untuk menyesuaikan dengan kondisi pelaksanaan.
Pengendalian mempunyai sasaran dan tujuan optimasi kinerja biaya, mutu, waktu
dan keselamatan kerja sebagai alat ukut agar dapat mengindikasi pencapaian kinerja
proyek Metode yang dipakai dalam pengendalian proyek antara lain dengan Time
Schedule (S-Curve) untuk pengendalian waktu dan biaya, Network Planning, serta
Pengujian Laboratorium dan Lapangan untuk pengendalian mutu.
6.2 Pengendalian Waktu
Pengendalian terhadap waktu bertujuan untuk menjamin pelaksanaan proyek
konstruksi berjalan dengan lancar tanpa terjadi penyimpangan waktu.Setiap
perubahan dari rencana dilakukan evaluasi dan pembaruan penjdawalan, mengacu
baseline yang ditetapkan dengan dasar jadwal proyek yang terlambat diantisipasi
dengan kompensasi paling minimal. Hal pertama yang dilakukan dalam
pengendalian waktu adalah merencanakan dan menganalisis proyek dalam bentuk
struktur perincian kegiatan, yang kemudian dikembangkan menjadi jadwal rencana
kerja utama Network Planning (NWP), Time Schedul, dan Bar Chart

VI-1
VI-2

6.2.1 Network Planning


Network Planning adalah hubungan ketergantungan antara bagian-bagian pekerjaan
(variable) yang digambarkan atau divisualisasikan dalam diagram network.
Network Planning mempunyai manfaat untuk mengetahui interaksi ketergantungan
dari kegiatan satu terhadap kegiatan yang lain, mengidentifikasi penyelesaian jalur
kritis dan yang tidak, sehingga dapat mengatur pembagian usaha dan perhatian,
mendapatkan kepastian dalam penggunaan sumber daya tanaga, alat dan bahan,
serta memungkinkan tercapainya pelaksanaan proyek yang lebih ekonomis
dipandang dari segi pembiayaan dan sumber daya. Untuk NWP (Network Planning)
terlampir.
6.2.2 Time Schedule
Time Schedule adalah kurva yang menggambarkan komulatif progres pada setiap
waktu dalam pelaksanaan pekerjaan. Kurva tersebut dibuat berdasarkan rencana
atau pelaksanaan proses pekerjaan dari setiap kegiatan. Karena kurvanya berbentuk
seperti huruf S, maka sering disebut dengan kurva S. Dengan Time Schedule dapat
diketahui proses setiap waktu, proses tersebut dapat berupa rencana dan
pelaksanaan. Rencana proses yang dibuat dalam Time Schedule merupakan
referensi dari semua pihak atas proses yang perlu dihasilkan oleh kontraktor pada
setiap momen waktu tertentu. Bila kurva S dari rencana proses dan pelaksanaan
dibandingkan, maka dapat diketahui secara visual besarnya kecenderungan dari
penyimpangan yang terjadi, apakah pelaksanaan lebih cepat atau lebih lambat dari
rencana yang telah disepakati. Dengan mengetahui hal tersebut dapat dilakukan
tindakan-tindakan koreksi sehingga pekerjaan dapat dilakukan sesuai dengan yang
dikehendaki atau rencana. Untuk Time Schedule terlampir.
6.2.3 Bar Chart
Penggambaran bart chart terdiri dari kolom dan baris. Pada kolom tersusun urutan
kegiatan yang dibuat secara beruntun. Pada baris menunjukan periode waktu dapat
berupa jam, hari, minggu ataupun bulan. Penggambaran bart chart pada setiap baris
kegiatan akan menunjukan mulai dan waktu selesainya kegiatan.
Masing-masing garis menunjukan awal sampai dengan akhir waktu penyelesaian
suatu pekerjaan dari serangkaian pekerjaan yang ada suatu proyek. Karena
pembuatan dan penampilan informasinya sederhana serta hanya menyampaikan
VI-3

dimensi waktu dari masing-masing kegiatan., maka bart chart lebih cepat menjadi
alat komunikasi untuk menandakan kemajuan suatu proyek. Bart chart tidak
menginformasikan ketergantungan antar kegiatan mana saja yang berada pada
lintasan kritis.
6.3 Pengendalian Biaya
Prakiraan anggaran biaya yang telah dibuat pada tahap perencanaan digunakan
sebagai patokan untuk pengendalian biaya. Pengendalian biaya secara umum
menggunakan Time Schedule, sertifikat bulanan (Monthly Certificate) dan arsip
pemantauan biaya yang dikeluarkan pada saat berlangsungnya kegiatan awal
sampai akhir proyek. Pengendalian ini adalah membandingkan antara pendapatan
prestasi dengan realisasi biaya pada periode tertentu, sehingga mendapatkan
indikasi arah laba atau rugi pekerjaan dan efisiensi proyek dengan tolak ukur
Rencana Anggaran Pelaksanaan (RAP) proyek yang telah disahkan. Dalam hal ini
menyangkut biaya langsung dan biaya umum lapangan. Pengendalian biaya
dilakukan terhadap penilaian kerja yang efektif dihitung dalam biaya, tenaga kerja,
dan peralatan, serta membandingkan pengeluaran dengan rancana pembiayaan.
Apabila terjadi arah penyimpangan efisiensi, maka perlu ditinjau lebih detail biaya
pelaksanaan dengan meneliti item pekerjaan dimana dibandingkan hasil harga
satuan pekerja terlaksana dengan harga satuan pekerjaan dalam RAP, sehingga
dengan mengetahui penyimpangan harga satuan pekerjaan akan lebih mudah
mencari sebab terjadinya permasalahan yang terjadi pada pelaksanaan proyek.
6.4 Pengendalian Mutu
Ir. Abrar Husen (2009). pengendalian mutu adalah tolak ukur kinerja proyek yang
mempengaruhi hasil akhir dari tujuan dan sasaran proyek. Pengendalian mutu
bersifat mendasar dan harus diterapkan pada seluruh tahapan proyek, baik pada
perencanaan maupun pada konstruksi fisiknya untuk menghasilkan produk akhir
yang memuaskan pelanggan. Hal ini bertujuan untuk memperoleh kualitas
pekerjaan yang sesuai dengan spesifikasi. Pada tahap pelaksanaan konstruksi
pengendalian mutu dilakukan melalui metode pelaksanaan, pengawasan, dan
inspeksi pekerjaan. Pada prinsipnya tujuan pengendalian mutu adalah mengarahkan
agar pelaksanaan konstruksi sesuai dengan spesifikasi teknis dan dokumen kontrak
serta mencakup pertimbangan ekonomi dalam penetapan jenis material dan metode
VI-4

konstruksi yang dipakai dengan memastikan bahwa perencanaannya telah


memenuhi syarat peraturan bangunan.Pengendalian mutu dilakukan melalui
pengujian laboratorium yang terdiri dari pengujian tanah, pengujian perkerasan
berbutir, dan pengujian perkerasan aspal serta pengujian lapangan pada saat
pelaksanaan proyek dan pengujian lapangan setelah pelaksanaan proyek.
6.4.1 Pengendalian Tanah
6.4.1.1 Penyiapan Tanah Dasar (Sub Base) untuk Badan dan Bahu Jalan
Pada Proyek Rencana Pelaksanaan Pembangunan Ruas Jalan Salatiga - Ngablak
Bts. Kabupaten Magelang STA 48+900 - STA 51+000 Provinsi Jawa Tengah CBR
tanah dasar 17,8%. Tanah dasar harus mempunyai nilai CBR lebih besar dari 4,4 %
pada kepadatan 95 % , apabila nilai tersebut tidak bisa dicapai, maka tanah dasar
ditimbun dengan nilai CBR seperti tersebut atau lebih. Jika nilai CBR lapangan
kurang dari 2 % maka disebut tanah lunak, tanah lunak untuk tanah dasar (sub
grade) harus dilakukan perbaikan tambahan dengan dipadatkan sampai mempunyai
kapasitas daya dukung dengan CBR lapangan lebih dari 2 %, distabilisasi atau
dibuang seluruhnya. Tanah ekspansif tanah yang memiliki pengembangan potensial
lebih dari 5%, jika digunakan untuk tanah dasar ekspansif harus dibuang sampai
kedalaman 1 meter dibawah elevasi permukaan tanah dasar rencana.
6.4.1.2 Timbunan Tanah
Persyaratan tanah yang digunakan untuk timbunan sebaiknya tidak termasuk tanah
yang berplastisitas tinggi, yang diklasifikasikan sebagai A-7-6 menurut SNI -03-
6797-2002 (AASHATO M145) atau sebagai CH menurut Unified atau Casagrande
Soil Clasificcation System, tanah plastis sama sekali tidak boleh digunakan pada 30
cm lapisan langsung dibawah bagian dasar perkerasan dan diuji menurut SNI-03-
1744-1989 harus memiliki nilai CBR tidak kurang dari karakteristik daya dukung
tanah dasar yang diambil untuk rancangan. Timbunan tanah yang digunakan pada
proyek Rencana Pelaksanaan Pembangunan Ruas Jalan Salatiga – Ngablak Bts.
Kabupaten Magelang STA 48+900 – STA 51+000 Provinsi Jawa Tengah adalah
tanah hasil galian pada proyek tersebut.
VI-5

6.4.2 Pengendalian Perkerasan Berbutir


6.4.2.1 Pengendalian Bahan Agregat Base Course
Material yang digunakan adalah material yang cukup kuat yaitu dari batu pecah
Kelas A CBR 100% yang bergradasi tertentu. Batu pecah tersebut kemudian
melalui tahap proses yang meliputi pemecahan, penyaringan, pemisahan dan
pencampuran sehingga menghasilkan suatu bahan yang sesuai dengan persyaratan
dari spesifikasi yang telah ditentukan atau sesuai dengan petunjuk Direksi Teknik.
Agregat kasar yang tertahan pada ayakan 4,75 mm harus terdiri dari partikel yang
keras dan awet. Bahan yang pecah bila berulang-ulang dibasahi dan dikeringkan
tidak boleh digunakan, Agregat halus yang lolos ayakan 4,75 mm harus terdiri dari
partikel pasir alami atau pasir pecah serta bahan mineral halus lainya. Syarat bahan
agregat base course dapat dilihat Tabel 4.5.
6.4.2.2 Pengendalian Bahan Agregat Sub Base Course
Material yang digunakan adalah material yang cukup kuat yaitu dari batu pecah
kelas B CBR 80% yang bergradasi tertentu. Batu pecah tersebut kemudian melalui
tahap proses yang meliputi pemecahan, penyaringan, pemisahan dan pencampuran
sehingga menghasilkan suatu bahan yang sesuai dengan persyaratan dari spesifikasi
yang telah ditentukan atau sesuai dengan petunjuk Direksi Teknik.
Agregat kasar yang tertahan pada ayakan 4,75 mm harus terdiri dari partikel yang
keras dan awet. Bahan yang pecah bila berulang-ulang dibasahi dan dikeringkan
tidak boleh digunakan, Agregat halus yang lolos ayakan 4,75 mm harus terdiri dari
partikel pasir alami atau pasir pecah serta bahan mineral halus lainya. Syarat bahan
agregat sub base course dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.4

6.4.3 Pengendalian Perkerasan Aspal


6.4.3.1 Lapis Resap Pengikat (Prime Coat)
Bahan aspal untuk lapis resap pengikat (Prime Coat) adalah Aspal Cement
penetrasi 60/70 (AC-20) sesuai AASHTO M20 yang diencerkan dengan minyak
tanah. Perbandingan pengencer yang digunakan harus sesuai dengan petunjuk
Direksi Teknik. Takaran aspal dalam bahan lapis resap pengikat sesuai spesifikasi
yaitu 0,4 - 1,3 liter per meter persegi.
VI-6

6.4.3.2 Lapis Laston


1. Agregat kasar
Bagian agregat yang tertahan pada saringan No. 8 dan terdiri dari batu pecah
atau kerikil pecah disebut agregat kasar.Batu pecah atau kerikil harus terdiri dari
bahan yang bersih, kuat, awet dan bebas dari kotoran-kotoran serta memenuhi
persyaratan dapat dilihat Tabel 4.7.
2. Agregat Halus
Bagian agregat lolos saringan No. 8 disebut agregat halus dan harus terdiri dari
pasir bersih atau bahan halus hasil pemecahan batu atau kombinasi dari bahan-
bahan tersebut. Bahan halus hasil pemecahan batu kapur hanya boleh digunakan
apabila dicampur dengan pasir dalam jumlah yang sama, kecuali apabila
menurut pengalaman bahan tidak aus oleh roda kendaraan. Agregat halus harus
terdiri dari bahan yang bersih, kuat, berbidang kasar, bersudut tajam, dan bebas
dari gumpalan-gumpalan lempung atau bahan-bahan lain yang tidak
dikehendaki. Agregat halus harus memenuhi persyaratan dapat dilihat Tabel
4.8.
3. Filler
Apabila Filler diperlukan, Filler tersebut harus dari debu batu kapur, debu
dolomit, sement portland, atau bahan non plastis lainnya dari sumber yang
disetujui Pengawas. Bahan tersebut harus bebas dari kotoran atau bahan lain
yang tidak dikehendaki dan harus kering. Bahan tersebut harus bebas dari
kotoran atau bahan lain yang tidak dikehendaki dan harus kering serta lolos
ayakan no.200 (75 micron) tidak kurang dari 75% kecuali untuk mineral
Asbuton. Mineral Asbuton harus mengandung bahan yang lolos ayakan no.100
(150 micron) tidak kurang dari 95% terhadap beratnya.
4. Aspal Keras
Aspal yang digunakan dapat berupa aspal Pen. 60 / 70 yang memenuhi
persyaratan dapat dilihat pada Tabel 4.10 ketentuan-ketentuan untuk aspal
keras.
5. Campuran
Campuran untuk Lapis Aspal Beton pada dasarnya terdiri dari agregat kasar,
agragat halus, aspal. Masing-masing fraksi agregat terlebih dahulu harus
VI-7

diperiksa gradasinya, Untuk gradasi gabungan campuran aspal laston dapat


dilihat pada Tabel 4.7 . Selanjutnya digabungkan menurut perbandingan yang
akan dihasilkan agregat campuran yang memenuhi gradasi ke dalam agregat
campuran tersebut ditambahkan aspal sesuai dengan yang telah ditentukan
sehingga diperoleh campuran yang memenuhi persyaratan sebagaimana pada
persyaratan campuran LASTON dapat dilihat pada Tabel 4.11 .
6.4.4 Pengujian Sebelum Pelaksanaan
6.4.4.1 Pengujian Tanah
1. Uji Kompaksi
1) Tujuan
Uji kompaksi di laboratorium dimaksudkan untuk menentukan kadar air
optimum (ωopt) dan kepadatan maksimum (γd max). Kadar air optimum dan
kepadatan tanah maksumum untuk pedoman pelaksanaan pemadatan tanah
pada pekerjaan :
(1) Urugan Biasa
(2) Urugan Pilihan
(3) Penyiapan Tanah Dasar (Sub Grade)
2) Peralatan
(1) 1 Set peralatan pemadatan terdiri atas :
(2) Cetakan logam berbentuk tabung dengan data – data sebagai berikut :
a. Diameter dalam : 4 inch (± 10,2 cm)
b. Tinggi bersih : 4,6 inch (± 11,6 cm)
c. Volume : 0,95 liter (950 cm3)
(3) Pelat Dasar
(4) Leher cetakan (collar) tinggi 2 inch (± 5 cm)
(5) Alat Penumbuk
a. Diameter : 50,8 mm
b. Berat : 5,5 lbs (± 2,5 kg)
c. Tinggi jatuh : 12 inch (± 30,5 cm)
(6) Timbangan kapasitas 20 kg dengan ketelitian 5 gram
(7) Timbangan kapasitas 1 kg dengan ketelitian 1 gram
(8) Oven
VI-8

(9) Alat Perata.

3) Benda Uji
(1) Mengambil sampel tanah yang akan digunakan sebagai bahan urugan
masing – masing seberat 3 kg sebanyak 1 buah.
(2) Menambahkan air pada masing – masing sampel dengan volume yang
bervariasi.
a. Sampel I : 100 ml
b. Sampel II : 200 ml
c. Sampel III : 300 ml
d. Sampel IV : 400 ml
e. Sampel V : 500 ml
f. Sampel VI : 600 ml
(3) Mengaduk tanah dan air hingga bercampur rata.
(4) Memasukkan masing – masing sampel ke dalam kantong dan beri tanda
masing-masing persentase kadar air dan diamkan selama 12 jam.
4) Prosedur Pengujian
(1) Menghubungkan tabung cetakan (kosong) dengan pelat dasar, lalu
menimbangnya (didapat W1).
(2) Memasang leher tabung (collar) pada tabung cetakan.
(3) Masukkan sampel ke dalam tabung, diperhitungkan setinggi 1/3 tinggi
tabung, lalu memadatkan dengan alat pemukul sebanyak 25 kali
merata.
(4) Menggores permukaan tanah di dalam tabung dengan ujung yang
tajam.
(5) Memasukkan lagi sampel kedalam tabung setinggi 1/3 tinggi tabung,
lalu memadatkan dengan alat pemukul sebanyak 25 kali merata.
(6) Memasukkan lagi sampel terakhir ke dalam tabung setinggi 1/3 tinggi
tabung, lalu memadatkan dengan alat pemukul sebanyak 25 kali
merata.
(7) Melepas leher tabung (collar) dari tabung cetakan dan meratakan tanah
pada permukaan tabung.
VI-9

(8) Menimbang berat tabung, pelat dasar, dan sampel tanah (didapat W2).
(9) Memeriksa kadar air tanah (ω) dengan mengambil sedikit sampel pada
bagian tengah tanah dalam tabung dan dihitung dengan rumus :
W3 − W4
=  100 % …………………………………………… (6.1)
W4
Dimana :
ω = kadar air tanah (%)
W3 = berat sampel tanah sebelum dioven (gram)
W4 = berat sampel tanah sebelum di oven (gram)
(10) Mengulangi langkah prosedur pengujian di atas hingga sampel keenam.
5) Perhitungan
(1) Berat isi basah tanah (γ) dapat dihitung dengan rumus :
W2 − W1
 = ……………………………………...……… (6.2)
V
Dimana :
γ = berat isi basah tanah (gram / cm3)
W1 = berat cetakan (kosong) dan pelat dasar (gram)
W2 = berat tabung cetakan (isi) dan pelat dasar (gram)
V = volume tanah dalam tabung (cm3)
(2) Berat isi kering tanah (γd) dapat dihitung dengan rumus :


d = ………………………………………...…… (6.3)
1+ 
Dimana :
γd = berat isi kering tanah (gram / cm3)
γ = berat isi basah tanah (gram / cm3)
ω = kadar air tanah (%)
6) Hasil Pengujian
(1) Memplotkan data kadar air tanah (ω) dan berat isi kering tanah (γd)
yang didapat dari masing – masing sampel pada grafik hubungan antara
kadar air tanah (ω) dan berat isi kering tanah (γd) hingga membentuk
lengkung.
VI-10

(2) Mengontrol lengkung yang didapat dengan garis ZAV (Zero Air Void),
yaitu garis yang menunjukkan hubungan antara kadar air tanah (ω) dan
berat isi kering tanah (γd) untuk tanah padat yang tidak mengandung
rongga udara, didapat dengan rumus :
Gs   w
 ZAV = …………………………………………… (6.4)
1 + (  G s )
dimana :
γZAV = berat isi tanah padat (gram / cm3)
Gs = berat jenis tanah (2,6)
γW = berat isi air (gram / cm3 (2,65))
ω = kadar air tanah (%)
(3) Jika lengkung tidak berpotongan dengan garis ZAV, maka percobaan
itu benar dan hasil yang didapat digunakan untuk menentukan derajat
kepadatan tanah (D), yaitu:
a. Kadar air optimum (ωopt) yang didapat digunakan untuk campuran
pemadatan tanah dilapangan.
b. Berat isi kering tanah maksimum (γd maks) yang sering disebut γd
lab. digunakan untuk menentukan derajat kepadatan tanah (D).
Hubungan berat isi kering dengan kadar air dapat dilihat pada Gambar 6.1.

Gambar 6.1 Hubungan Berat Isi Kering dengan Kadar Air


VI-11

Alat uji kompaksi ditunjukkan pada Gambar 6.2

Sumber : Ele Internasional Standar Compaction Rammer BS1337


Gambar 6.2 Alat Uji Kompaksi

Gambar 6.3 Pola Penumbukan untuk Pemadatan


7) Kesimpulan
Jadi pada uji Kompaksi untuk pengujian tanah dilakukan pengambilan
sampel sebanyak 1 buah di lapangan.

2. Uji CBR Laboratorium


1) Tujuan
Menentukan besarnya nilai CBR Rencana untuk pedoman pelaksanaan
pekerjaan :
(1) Urugan Biasa
(2) Urugan Pilihan
(3) Penyiapan Tanah Dasar (Sub Grade)
VI-12

2) Peralatan
(1) Mesin penetrasi dengan kapasitas  4,45 mm
(2) Mould 152 mm, tinggi 177,8 mm dilengkapi leher sambungan
dengan tinggi 50,8 mm dan keeping alas logam dengan tebal 9,53 mm
diameter lubang 1,6 mm
(3) Alat penumbuk dengan berat 2,5 kg  5 cm tinggi jatuh 30,5 cm atau
sesuai dengan alat pemadatnya
(4) Piringan pemisah  150 mm
(5) Beban permukaan bulat dan setengah bulatan dengan lubang ditengah
dan  lubang 5,4 cm dengan total diameter pelat 15 cm dengan berat
per pelat  2,25 kg
(6) Piston penetrasi
(7) Dial penetrasi
(8) Timbangan
(9) Extruder
(10) Bak perendam
(11) Talam
(12) Oven
(13) Cawan kadar air
(14) Saringan 4,75 mm
(15) Penumbuk karet.
3) Pembuatan Benda Uji
(1) Mengambil sampel dari tanah kering udara yang telah disaring dengan
saringan 4,75 mm, dan mengambil tanah yang lolos sebanyak 5,5 kg
sebanyak 4 sampel.
(2) Mencampur sampel tersebut dengan air sampai tercapai kadar optimum
atau kadar air 3%. Membungkus dengan plastik lalu membiarkan
selama semalam, sehingga kadar airnya merata.
(3) Memasang mould pada alasnya dan lehernya, menimbang beratnya
serta memasukkan piring pemisah dan kertas pemisah diatasnya.
VI-13

(4) Melakukan pemadatan sebanyak 5 lapisan dengan jumlah tumbukan 15


kali per lapisan.
(5) Menentukan kadar airnya.
(6) Melepaskan leher penyambung dan meratakan dengan perata di
permukaanya, mengeluarkan piring pemisah.
(7) Membalikkan mouldnya serta memasang kembali, kemudian
menimbang beratnya.
(8) Untuk pengujian CBR tidak direndam (unsoaked), benda uji siap diuji.
(9) Untuk pengujian CBR direndam (soaked), dilakukan seperti ini:
a. Memasang keeping pengembang diatas permukaan benda uji dan
memberi keeping pemberat  4,5 kg atau sesuai dengan bahan
perkerasan.
b. Memasang tripot dan dial swelling.
c. Merendam dalam air beserta beban hingga  2 cm diatas permukaan
benda uji.
d. Mencatat pembacaan pertama dan membiarkan terendam selama 96
jam dan mencatat pembacaan pengembangannya.
e. Mengeluarkan benda uji dan meniriskan  15 menit.
f. Melakukan penumbukan pada benda uji lainnya sebanyak 25 kali
tumbukan dan 56 kali tumbukan dengan langkah seperti diatas.
4) Prosedur Pengujian
(1) Merangkai piston penetrasi pada mesin penetrasi dan memasang dial
penetrasi pada piston, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6.4.

Sumber : Ele Internasional CBR Test 50 Machine


Gambar 6.4 Alat untuk Tes CBR Laboratorium
VI-14

(2) Meletakkan benda uji yang telah dipadatkan pada mesin penetrasi.
(3) Meletakkan keping beban diatas permukaan benda uji seberat minimal
4,5 kg.
(4) Mengatur piston penetrasi, sehingga menyentuh permukaan benda uji
dan memberi tekanan sehingga dial proving ring menunjukkan beban
sebesar yang diberikan oleh keping beban pada permukaan benda uji.
Kemudian menolkan jarum dial proving ring dial penetrasi.
(5) Memberikan pembebanan dengan teratur, sehingga diperoleh
kecepatan penetrasi sekitar 1,25 mm/menit.
(6) Mencatat pembacaan dial beban (proving ring) pada penetrasi 0; 1,5; 1;
1,5; 2; 2,5; 3; 4; 5; 6; 7,5; 9; 10 dan 12,5.
(7) Mengeluarkan benda uji dari cetakan dan menentukan kadar airnya
secara merata.
5) Perhitungan
(1) Memasukkan semua data ke dalam formulir pengujian CBR.
perubahan tinggi
(2) Menghitung: swelling = x 100% …….……… (6.5)
tinggi semula

(3) Menghitung pembebanan dalam (lb), kalibrasi alat x dial pembacaan,


dan gambaran grafik beban terhadap penetrasi.
(4) Dengan menggunakan harga–harga beban yang sudah dikoreksi pada
penetrasi 2,5 mm dan 5,0 mm.
beban terkoreksi
(5) Menghitung: CBR = x 100% …….……… (6.6)
beban standar

(6) Harga CBR diambil pada penetrasi 2,5 mm dan 5,0 mm.
(7) Bila harga penetrasi 5,0 mm > 2,5 mm mengulangi percobaan lagi.
(8) Bila nilai CBR pada penetrasi 5,0 mm lebih besar dari 2,5 mm, maka
harus mengulangi percobaan.
(9) Bila dalam pengujian ulang masih didapat nilai CBR pada penetrasi 5,0
mm lebih besar dari 2,5 mm, maka nilai CBR diambil pada penetrasi
5,0 mm. Kedua nilai CBR dicantumkan dalam laporan.
(10) Untuk pengujian CBR rencana ketiga nilai CBR tersebut dibuat grafik-
grafik hubungan antara berat isi kering dengan nilai CBR masing-
VI-15

masing. Nilai CBR rencana diambil antara 90–100 %, seperti yang


ditunjukkan pada Gambar 6.5.

Gambar 6.5 Contoh Grafik Hubungan Penetrasi dengan Beban


6) Kesimpulan
Jadi pada uji CBR Laboratorium untuk pengujian tanah dilakukan
pengambilan sampel sebanyak 21 titik di lapangan.

3. Uji CBR Lapangan


1) Tujuan
Uji CBR lapangan dimaksudkan untuk memperoleh besarnya daya dukung
tanah dasar yang nantinya hasil ini akan dibandingkan dengan hasil Uji CBR
Laboratorium dan dikatakan memenuhi syarat apabila persentase hasil Uji
CBR lapangan sebesar 98%.
Menentukan besarnya nilai CBR tanah atau perkerasan pada pekerjaan :
(1) Penyiapan Tanah Dasar
(2) Timbunan
VI-16

(3) Lapis Pondasi Bawah


(4) Lapis Pondasi Atas
(5) Perkerasan Bahu Jalan
2) Peralatan
(1) Dongkrak mekanis CBR kapasitas 10 ton
(2) Piston penetrasi
(3) Batang penyambung
(4) Proving ring
(5) Dial penetrasi dengan ketelitian 0,01 mm
(6) Balok penyokong dial
(7) Keping beban diameter 25 cm berlubang ditengahnya dengan berat 5
kg
(8) Truck sebagai perlawanan beban
(9) Stop watch
(10) Peralatan penentuan kadar air
(11) Peralatan lain seperti : alat penggali dan perata.
3) Prosedur Pengujian
(1) Menggali permukaan tanah atau perkerasan yang akan dilakukan
pengujian dengan ukuran 60 x 60 cm dengan kedalaman tanah dasar
atau yang dikehendaki. Untuk tempat yang belum ada perkerasannya,
cukup dibersihkan dari akar-akaran dan bahan organik lainnya.
(2) Menempatkan truck diatas lubang yang telah disiapkan dan kedudukan
dongkrak mekanis nantinya akan bergerak tepat diatas lubang tadi.
(3) Menggantungkan dongkrak mekanis CBR pada bamper belakang truck
dan alat-alatnya supaya piston penetrasi berada 1-2 cm dari permukaan
tanah dan vertikal.
(4) Meletakkan keeping beban diameter 25 cm sentris dibawah torak
penetrasi sehigga torak penetrasi dapat masuk.
(5) Menurunkan torak penetrasi pada permukaan tanah sampai beban
penetrasi terbaca 5 kg.
(6) Mengatur dial proving ring atau dial beban dan dial penetrasi sehingga
menunjuk angka nol.
VI-17

(7) Memberikan pembebanan dengan teratur sehingga penetrasi mendekati


1,25 mm permenit. Mencatat pembacaan dial beban (proving ring) pada
penetrasi 0,031; 0,62; 1,25; 1,87; 2,5; 3,75; 5; 7,5; 10; dan 12,5 mm.
(8) Melepaskan beban, apabila dibutuhkan menententukan kadar air dan
berat isi dari tanah yang diuji.
Alat uji CBR lapangan ditunjukkan pada Gambar 6.6

Sumber : http://blog-alatuji.blogspot.com/
Gambar 6.6 Alat CBR Lapangan
Contoh grafik hubungan penetrasi dengan beban ditunjukkan pada Gambar 6.7

Gambar 6.7 Contoh Grafik Hubungan Penetrasi dengan Beban


VI-18

4) Kesimpulan
Jadi pada uji CBR Lapangan untuk pengujian tanah dilakukan pengambilan
sampel 21 titik di lapangan.

4. Uji Sand Cone


1) Tujuan
Uji Sandcone dimaksudkan untuk menentukan berat isi tanah kering
(kepadatan Tanah) hasil dari proses pemadatan. Hasil pengujian ini (γd
lapangan) akan dibandingkan dengan hasil pengujian laboratorium
(γdlaboratorium) dan dinyatakan memenuhi syarat bila persentasenya
mencapai 98%.
Menentukan mutu pemadatan pada pekerjaan :
(1) Penyiapan Tanah Dasar
(2) Timbunan

2) Peralatan
(1) Botol pasir kapasitas  4,5 kg.
(2) Corong pasir  16,5 cm.
(3) Pelat dasar untuk corong pasir ukuran 30,48 x 30,48 cm dengan lubang
ditengah  16,5 cm.
(4) Pasir Ottawa / kuarsa yang bersih dan kering lolos ayakan no. 10 (2
mm) dan tertahan no. 200 (0,073 mm).
(5) Timbangan kapasitas 10 kg ketelitian 1 gram.
(6) Timbangan kapasitas 500 gram ketelitian 1 gram.
(7) Mistar perata.
(8) Alat Bantu seperti palu, sendok tanah, pahat, kantong plastik, dan
container (tempat) kadar air.
3) Benda Uji
Tanah di lapangan yang telah dipadatkan.
4) Prosedur Pengujian
(1) Menentukan volume corong
a. Menimbang alat (botol + corong) (W1 gram).
VI-19

b. Meletakkan alat dengan botol dibawah, membuka keran dan isi


dengan air jernih sampai penuh diatas keran. Menutup keran dan
membersihkan kelebihan air.
c. Menimbang alat yang berisi air (W2 gram).
d. Berat air = volume botol (W2 – W1)
e. Melakukannya tiga kali dan mengambil rata–rata dari ketiga hasil
tersebut. Perbedaan masing–masing pengukuran tidak lebih dari 3
cc.
(2) Menentukan isi berat pasir (γpasir)
a. Meletakkan alat dengan botol dibawah pada dasar yang rata,
kemudian menutup keran dan mengisi corong pelan–pelan dengan
pasir.
b. Membuka keran, dan mengisi botol sampai penuh dan dijaga agar
selama pengisian corong selalu berisi paling sedikit setengahnya.
c. Tutup keran, membersihkan kelebihan pasir diatas keran,
menimbang beratnya = W3 gram.
d. Berat pasir = W3 - W1
W3 − W1
e. Berat isi pasir = …….…………………………….. (6.7)
W2 − W1
f. Melakukan tiga kali dan mengambil harga rata–ratanya.
(3) Menentukan berat isi pasir dalam corong
a. Mengisi botol secukupnya dan menimbang = W4 gram.
b. Meletakkan alat dengan corong dibawah pada plat berlubang, pada
dasar yang rata.
c. Membuka keran pelan–pelan sampai pasir berhenti mengalir.
d. Menutup keran, dan menimbang alat berisi sisa pasir = W5 gram.
e. Menghitung berat pasir yang ada dalam corong = W4 – W5 gram.
f. Melakukan sampai tiga kali dengan W4 yang berbeda–beda.
(4) Menentukan berat isi tanah (γm)
a. Mengisi botol dengan pasir secukupnya lalu timbang = W6 gram.
VI-20

b. Meratakan permukaan tanah yang akan diperiksa kepadatannya.


Meletakkan pelat berlubang pada permukaan yang telah rata tersebut
dan mengkokohkan dengan paku di keempat sisinya.
c. Menggali lubang sedalam 10–15 cm dengan diameter  10 cm.
d. Seluruh tanah hasil galian dimasukkan ke dalam kaleng yang
tertutup yang diketahui beratnya = W9 gram dan menimbang kaleng
dan tanah = W8 gram.
e. Meletakkan alat pada pelat berlubang dengan corong ke bawah dan
membuka keran pelan–pelan, sehingga pasir mengalir ke dalam
lubang. Setelah pasir berhenti mengalir, menutup keran kembali dan
menimbang alat dengan sisa pasir = W7 gram.
f. Mengambil sedikit tanah dari kaleng untuk penentuan kadar air w
%.

5) Perhitungan
Isi botol = berat air = (W2 – W1) ….….. (6.8)

(W3 − W1 ) .…….. (6.9)


Berat isi pasir = γp =
(W2 − W1 )
Berat pasir di dalam corong = (W4 – W5) ..……. (6.10)

Berat pasir dalam lubang = (W6 – W7) – (W4 – W5)


..... (6.11)
= W10
W10
Volume lubang = = Ve ..…..... (6.12)
p
Berat tanah = W8 – W9 …....... (6.13)

W8 − W9 ..…..... (6.14)
Berat isi tanah = γm =
Ve
m …....... (6.15)
Berat isi kering = γd =
1+ w
 d lap
Derajat kepadatan di lap. D =  100 % ..…..... (6.16)
 d lab

Catatan :
1. Dalam pemeriksaan ini jangan sampai ada getaran–getaran.
VI-21

2. Dalam pengisian pasir, baik ke dalam wadah pasir maupun ke dalam


lubang harus dilakukan pelan–pelan agar pasir tidak memadat
setempat.
3. Penentuan berat isi pasir tersebut dilakukan pada setiap penggantian
jenis pasir yang baru atau apabila pasir tersebut telah lama
dipergunakan.

Alat sandcone ditunjukkan pada Gambar 6.8

Sumber : https://pjmlaboratory.co.id/produk/sand-cond-test-set/
Gambar 6.8 Alat Sandcone

6) Kesimpulan
Jadi pada uji Sandcone untuk pengujian tanah dilakukan pengambilan
sampel 195 titik di lapangan

6.4.4.2 Pengujian Agregat


Pengujian agregat dilakukan di laboratorium. Agregat untuk setiap item pekerjaan
diambil samplenya kemudian diuji untuk mengetahui spesifikasinya. Pekerjaan
yang memerlukan pengujian agregat yaitu :
1. Lapis Pondasi Bawah
2. Lapis Pondasi Atas
3. Perkerasan Bahu Jalan
4. Lapis Laston
VI-22

1. Uji Analisa Ayak Agregat


1) Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan pembagian butir (gradasi)
agregat halus dan agregat kasar menggunakan saringan.
2) Peralatan
(1) Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2 % dari berat benda uji
(2) Satu set saringan
(3) Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
(110  5)0 C
(4) Alat pemisah contoh
(5) Mesin penggetar saringan
(6) Talam besar dan kecil
(7) Kuas, sikat kuningan, sendok dan alat bantu lainnya.
3) Benda Uji
Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat banyak
(1) Agregat halus
a. Ukuran maksimum no 4 : berat minimum 500 gram
b. Ukuran maksimum no 8 : berat minimum 100 gram
(2) Agregat kasar
a. Ukuran maksimum 3,5 " : berat minimum 35 kg
b. Ukuran maksimum 3 " : berat minimum 30 kg
c. Ukuran maksimum 2,5 " : berat minimum 25 kg
d. Ukuran maksimum 2 " : berat minimum 20 kg
e. Ukuran maksimum 1,5 " : berat minimum 15 kg
f. Ukuran maksimum 1 " : berat minimum 10 kg
g. Ukuran maksimum ¾ " : berat minimum 5 kg
h. Ukuran maksimum ½ " : berat minimum 2,5 kg
i. Ukuran maksimum 3/8 " : berat minimum 1 kg
(3) Bila agregat berupa campuran dari agregat halus dan agregat kasar,
agregat tersebut dipisahkan menjadi 2 bagian dengan saringan no. 4
selanjutnya agregat halus dan agregat kasar disediakan sebanyak
jumlah seperti tercantum diatas.
VI-23

(4) Benda uji disiapkan sesuai dengan PB–0208–76 kecuali apabila butiran
yang melalui saringan no. 200 tidak perlu diketahui jumlahnya dan bila
syarat–syarat ketelitian tidak menghendaki pencucian.
4) Prosedur Pengujian
(1) Mengeringkan benda uji didalam oven dengan suhu (1105)0 C, sampai
berat tetap.
(2) Menyaring benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran saringan
paling besar ditempatkan paling atas. Mengguncang saringan dengan
tangan atau mesin pengguncang selama 15 menit.
5) Perhitungan
Menghitung prosentase berat benda uji yang tertahan diatas masing-masing
saringan terhadap berat total benda uji. Hasil perhitungan kemudian
ditabelkan, lihat contoh Tabel 6.1 dan Tabel 6.2 berikut ini :
VI-24

Tabel 6.1 Analisa Ayak Agregat Kasar


Diameter Tertinggal Persen Komulatif
ayakan (mm) Berat (gr) % % seluruh Tertinggal Lolos
45
31,5
19,0
9,5
4,75
PAN
Jumlah

Tabel 6.2 Analisa Ayak Agregat Halus


Diameter Tertinggal Persen Komulatif
ayakan (mm) Berat (gr) % % seluruh Tertinggal Lolos
2,36
1,18
0,80
0,30
0,15
PAN
Jumlah

Gambar saringan ayakan dapat dilihat pada Gambar 6.9

Sumber : Ele Internasional Stainless Steel Mesh 79-0280


Gambar 6.9 Saringan Ayakan
VI-25

5) Kesimpulan
Jadi pada uji Analisa Ayak Agregat untuk Pengujian Agregat dilakukan 1
kali test pada pengujian tanah, 1 kali test pada pengujian lapis pondasi atas,
1 kali test pada pengujian lapis pondasi bawah, 1 kali test pada pengujian
laston.
2. Uji Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus
(6) Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis (bulk), berat
jenis kering permukaan jenuh (saturated suface dry = SSD), berat jenis
semu (apparent) dan penyerapan air agregat halus dihitung terhadap berat
kering.
(7) Peralatan
(1) Timbangan dengan kapasitas 1 kg atau lebih dengan ketelitian 0.1 gram
(2) Piknometer kapasitas 500 ml
(3) Kerucut terpancung diameter bagian atas (40 ± 3) mm, diameter bagian
bawah (90 ± 3) mm, dan tinggi (75 ± 3) mm dibuat dari logam tebal
minimum 0,8 mm
(4) Batang penumbuk yang mempunyai bidang penumbuk rata, berat (340
± 15) gram, diameter permukaan penumbuk (25 ± 3) mm
(5) Saringan no. 4 (4,75 mm)
(6) Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
(110  5)0 C
(7) Talam
(8) Bejana tempat air
(9) Desikator
(10) Alat pemisah contoh.
(8) Benda Uji
Benda uji adalah agregat yang lewat saringan no. 4 (4,75 mm) diperoleh
dari alat pemisah contoh atau cara perempat, sebanyak 500 gram.
VI-26

(9) Prosedur Pengujian


(1) Mengeringkan benda uji dalam oven pada suhu (110 ± 5)ºC sampai
berat tetap, dinginkan pada suhu ruang, kemudian merendam dalam air
selama (24 ± 4) jam.
(2) Membuang air perendam dengan hati–hati, jangan ada butiran yang
hilang, menebarkan agregat diatas talam, mengeringkan diudara panas
dengan cara mambalik–balikkan benda uji, melakukan pengeringan
sampai tercapai keadaan kering permukaan jenuh.
(3) Memeriksa keadaan kering permukaan jenuh dengan mengisikan benda
uji ke dalam kerucut terpancung, memadatkan dengan batang
penumbuk sebanyak 25 kali, mengangkat kerucut terpancung, keadaan
kering permukaan jenuh tercapai apabila benda uji runtuh akan tetapi
masih dalam keadaan tercetak.
(4) Segera setelah tercapai keadaan kering permukaan jenuh memasukkan
500 gram benda uji kedalam piknometer, memasukkan air suling
sampai mencapai 90% isi piknometer, memutar sambil diguncang
sampai tidak terlihat gelembung udara didalamnya.
(5) Merendam piknometer dalam air dan mengukur suhu air untuk
penyesuaian perhitungan kepada suhu standard 25ºC.
(6) Menambahkan air sampai pada tanda batas.
(7) Menimbang piknometer berisi air dan benda uji sampai ketelitian 0,1
gram (Bt).
(8) Mengeluarkan benda uji, mengeringkan dalam oven dengan suhu (110
± 5)ºC sampai berat tetap, kemudian mendinginkan benda uji dalam
desikator.
(9) Setelah benda uji dingin, kemudian menimbangnya (Bk).
(10) Menentukan berat piknometer berisi air sampai tanda batas dan
mengukur suhu air guna penyesuaian dengan suhu standard 25ºC, dan
menimbang beratnya (B).
VI-27

(10) Perhitungan
(1) Berat jenis curah (Bulk Dry Specific Grafity)
Bk
…….………………………………………….. (6.17)
( B + 500 − Bt)
(2) Berat jenis kering permukaan jenuh (Saturated Surface Dry)
500
…….………………………………………….. (6.18)
( B + 500 − Bt)
(3) Berat jenis semu (Apparent Specific Gravity)
Bk
…….………………………………………….. (6.19)
( B + Bk − Bt)
(4) Penyerapan air
Bj − Bk …….………………………………………….. (6.20)
x 100 %
Bk
Keterangan :
Bk = berat benda uji kering oven (gram)
B = berat piknometer berisi air (gram)
Bt = berat piknometer berisi benda uji dan air (gram)
500 = berat benda uji dalam keadaan kering permukaan jenuh (gram)
6) Kesimpulan
Jadi pada uji Berat Jenis Agregat untuk Pengujian Agregat dilakukan 1 kali
test pada pengujian lapis pondasi atas dan 1 kali test pada pengujian lapis
pondasi bawah.
3. Uji Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar
1) Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis (bulk), berat
jenis kering permukaan jenuh (saturated surface dry = SSD), berat jenis
semu (apparent) dan penyerapan air agregat kasar dihitung terhadap berat
kering.
2) Peralatan
(1) Keranjang kawat berukuran 3,35 mm (no.6) atau 2,36 mm (no.8),
kapasitas 5 kg.
VI-28

(2) Tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai untuk
pemeriksaan. Tempat ini harus dilengkapi dengan pipa sehingga
permukaan air tetap.
(3) Timbangan dengan kapasitas 5 kg dan ketelitian 0,1 % dari berat contoh
yang ditimbang dan dilengkapi dengan alat penggantung keranjang.
(4) Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
(110  5)0 C.
(5) Alat pemisah contoh
(6) Saringan no. 4 (4.75 mm).
3) Benda uji
Benda uji adalah agregat yang tertahan diatas saringan no. 4 (4,75 mm)
diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat, sebanyak kira – kira
5 kg.
4) Prosedur Pengujian
(1) Mencuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain
yang melekat pada permukaan agregat.
(2) Mengeringkan benda uji dalam oven pada suhu 105 0 C sampai berat
tetap.
(3) Mendinginkan benda uji dalam air pada suhu kamar selama 1 – 3 jam,
kemudian menimbang dengan ketelitian 0,5 gram (Bk).
(4) Merendam benda uji dalam air pada suhu kamar selama 24 + 4 jam.
(5) Mengeluarkan benda uji dari air, mengelap dengan kain penyerap
sampai selaput air pada permukaan agregat hilang (SSD), untuk butiran
yang besar pengeringan harus satu persatu.
(6) Menimbang berat benda uji dalam keadaan jenuh air kering permukaan
(Bj).
(7) Meletakkan benda uji didalam keranjang, menggoncangkan batunya
untuk mengeluarkan udara yang tersekap dan menentukan beratnya
didalam air (Ba), dan mengukur suhu air untuk penyesuaian
perhitungan kepada suhu standard (250C).
VI-29

5) Perhitungan
(1) Berat jenis curah (bulk specific grafity)
Bj
…….……………………………………………….. (6.21)
Bj − Ba
(2) Berat jenis kering permukaan jenuh (saturaterd surface dry)
Bj
…….……………………………………………….. (6.22)
(3)
Bj − Ba
(4) Berat jenis semu (appren specific gravity)
Bk
…….……………………………………………….. (6.23)
Bk − Ba
(5) Penyerapan
𝐵𝑗−𝐵𝑘
𝑥 100 % …….………………………………………….. (6.24)
𝐵𝑘

Keterangan :
Bk = berat benda uji kering oven (gram)
Bj = berat benda uji kering permukaan jenuh (gram)
Bk = berat benda uji kering permukaan jenuh di dalam air (gram)
6) Kesimpulan
Jadi pada uji Berat Jenis Agregat untuk Pengujian Agregat dilakukan 1 kali
test pada pengujian lapis pondasi atas dan 1 kali test pada pengujian lapis
pondasi bawah.

4. Uji Kekekalan (Soundness)


1) Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan agregat untuk
menahan terjadinya perubahan volumenya yang berlebihan akibat dari
adanya perubahan kondisi fisik.
2) Peralatan
(1) Saringan untuk agregat kasar 1 1/2”, ¾”, 3/8”, no.4.
(2) Oven yang sudah dilengkapi dengan pengatur suhu
(3) Wadah untuk merendam batuan
(4) Larutan Naso4 atau MgSO4.
VI-30

3) Bahan
Benda uji adalah agregat kasar yang didapat dari analisa saringan dibawah
ini :
Tabel 6.3 Analisa saringan agregat kasar
No. Saringan
Berat benda uji (gram)
Lewat Tertahan
11/2” ¾” 1500
¾” 3/8” 1000
3/8” No.4 300

4) Prosedur Pengujian
(1) Membuat larutan garam sulfat, dengan cara menimbang garam Na2So4
seberat 215 gr kemudian campurkan dengan aquades 1000ml, dan
simpan baik-baik selama 48jam sebelum dipergunakan. Larutan yang
akan dipergunakan, dihancurkan terlebih dahulu hablur-hablur garam
yang mungkin terjadi dengan cara mengaduk,kemudian tentukan berat
jenisnya :
a. Jika Natrium Sulfat, berat jenisnya antara 1,15-1,17 dan
b. Jika Magnesium Sulfat, berat jenisnya antara 1,29-1,30
(2) Ambil contoh agregat yang akan diuji, keringkan dalam oven sampai
berat tetap kemudian saring dengan menggunakan saringan seperti
table diatas, timbang beratnya (missal = A gram).
(3) Rendam benda uji dengan larutan garam pada suhu perendaman tetap
21ºC selama 16-18 jam.
(4) Tiriskan selama (15±5) menit sebelum dikeringkan dalam oven.
(5) Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110±5)ºC selama 2-4 jam.
(6) Ulangi percobaan diatas sebanyak 5 kali.
(7) Setelah semua pemeriksaan selesai, benda uji dibersihkan dari sisa
bahan pelarut dengan air panas dan keringkan dalam oven sampai berat
tetap kemudian disaring serta timbang beratnya (misal = B gram).
VI-31

5) Perhitungan
A− B …….……………………….. (6.25)
(1) Kekekalan = X 100%
A
Keterangan :
A = berat benda uji sebelum dites (gram)
B = berat benda uji setelah dites (gram)

5. Uji Kadar Air


1) Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air yang terdapat
dalam agregat.
2) Peralatan
(1) Timbangan ketelitian 0,1% berat contoh.
(2) Oven dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
(110±5)ºC.
(3) Talam logam tahan karat dengan kapasitas cukup besar untuk
mengeringkan benda uji.
3) Benda uji
Benda uji untuk pemeriksaan kadar air agregat, minimum tergantung pada
ukuran butir maksimum.
4) Prosedur Pengujian
(1) Timbang dan catat berat talam (W1).
(2) Masukkan benda uji ke dalam talam kemudian timbang dan catat
beratnya (W2).
(3) Hitunglah berat benda uji (W3=W2-W1).
(4) Keringkan benda beserta talam dalam oven dengan suhu (110±5)ºC
sampai beratnya tetap.
(5) Setelah kering, timbang dan catat nerat benda uji beserta talam (W4).
(6) Hitunglah berat benda uji kering oven (W5=W4-W1).

5) Perhitungan
W3 −W5 …….…………………….. (6.26)
(1) Kadar air agregat = x100%
W5
VI-32

Keterangan :
W3 = berat benda uji semula (gram)
W5 = berat benda uji keringoven (gram)
6. Uji Keausan Agregat dengan Mesin Los Angeles
1) Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan ketahanan agregat kasar
terhadap keausan dengan menggunakan mesin Los Angeles. Keausan
tersebut dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan aus lewat
saringan no. 12 (1,70 mm) terhadap berat semula, dalam persen.
2) Peralatan
(1) Mesin Abrasi Los Angeles
(2) Mesin terdiri dari silinder baja tertutup pada kedua sisinya dengan
diameter 711 mm (28") panjang dalam 504 mm (20").Silinder
bertumpu pada dua poros pendek yang tak menerus dan berputar pada
poros mendatar. Silinder berlubang untuk memasukkan benda uji.
Penutup lubang terpasang rapat sehingga permukaan dalam silinder
tidak terganggu. Dibagian dalam silinder terdapat bilah baja melintang
penuh setinggi 89 mm (3,56").
(3) Saringan no. 12 (1,70 mm).
(4) Timbangan dengan ketelelitian 5 gr.
(5) Bola – bola baja dengan diameter rata-rata 4,68 cm (17/18“) dan berat
masing-masing antara 400 gr sampai 440 gr.
(6) Ov’en yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
(100  5)0 C.
3) Benda Uji
(1) Berat gradasi benda uji.
(2) Membersihkan benda uji dan mengeringkan dalam oven pada suhu
(110  5)0 C sampai berat tetap.

4) Prosedur Pengujian
(1) Memasukkan benda uji dan bola baja kedalam mesin Los Angeles.
VI-33

(2) Memutar mesin dengan kecepatan 30 sampai 33 rpm, 500 putaran


untuk gradasi A, B, C dan D : 1000 putaran untuk gradasi E, F, dan G.
(3) Setelah selesai pemutaran, mengeluarkan benda uji dari mesin
kemudian menyaring dengan menggunakan saringan no. 12. butiran
yang tertahan diatasnya dicuci bersih, selanjutnya mengeringkan dalam
oven suhu (110  5)0 C sampai berat tetap.
Tabel 6.4 Berat untuk Setiap Gradasi Benda Uji
Ukuran saringan Gradasi dan berat benda uji (gram)
Lolos Tertahan
saringan saringan A B C D E F G
mm inci mm inci
2500 ±
75 3 63 2 1/2 - - - - 50 - -
2500 ±
63 2 1/2 50 2 - - - - 50 - -
5000 ± 5000
50 2 37.5 1 1/2 - - - - 50 ± 50 -
1250 ± 5000 5000
37.5 1 1/2 25 1 25 - - - - ± 25 ± 25
1250 ± 5000
25 1 19 3/4 25 - - - - - ± 25
1250 ± 2500 ±
19 3/4 12.5 1/2 10 10 - - - - -
1250 ± 2500 ±
12.5 1/2 9.5 3/8 10 10 - - - - -
2500 ±
9.5 3/8 6.3 1/4 - - 10 - - - -
2500 ± 2500 ±
6.3 1/4 4.75 No. 4 - - 10 10 - - -
2500 ±
4.75 No. 4 2.36 No. 8 - - - 10 - - -
VI-34

5000 ± 5000 ± 5000 ± 5000 ± 10000 10000 10000


Total 10 10 10 10 ± 10 ± 10 ± 10
Jumlah bola 12 11 8 6 12 12 12
5000 ± 4584 ± 3330 ± 2500 ± 5000 ± 5000 5000
Berat bola (gram) 25 25 20 25 25 ± 25 ± 25

Keterangan :
1. Gradasi A : bahan lolos 37,5 mm sampai tertahan 9,5 mm. Jumlah bola 12
buah dengan 500 putaran.
2. Gradasi B : bahan lolos 19 mm sampai tertahan 9,5 mm. Jumlah bola 11
buah dengan 500 putaran.
3. Gradasi C : bahan lolos 9,5 mm sampai tertahan 4,75 mm (no. 4). Jumlah
bola 8 buah dengan 500 putaran.
4. Gradasi D : bahan lolos 4,75 mm (no. 4) sampai tertahan 2,36 mm (no. 8).
Jumlah bola 6 buah dengan 500 putaran.
5. Gradasi E : bahan lolos 75 mm sampai tertahan 37,5 mm. Jumlah bola 12
buah dengan 1000 putaran.
6. Gradasi F : bahan lolos 50 mm sampai tertahan 25 mm. Jumlah bola 12
buah dengan 1000 putaran.
7. Gradasi G : bahan lolos 37,5 mm sampai tertahan 19 mm. Jumlah bola 12
buah dengan 1000 putaran.

5) Perhitungan
a −b
Keausan = x 100 % …….……………………………….…….. (6.27)
a

Keterangan :
a =berat benda uji semula (gr)
b =berat benda uji tertahan saringan no. 12 (gr )
Gambar mesin Los Angeles dapat dilihat pada Gambar 6.10
VI-35

Sumber : http://unitedgank007.blogspot.com/
Gambar 6.10 Mesin Los Angeles
6) Kesimpulan
Jadi pada uji Keausan Agregat untuk Pengujian Agregat dilakukan 1 kali
test pada pengujian lapis pondasi atas dan 1 kali test pada pengujian lapis
pondasi bawah.

6.4.4.3 Pengujian Aspal


Pengujian aspal dilakukan di laboratorium untuk aspal yang digunakan
padapekerjaan:
1. Lapis Prime Coat.
2. Lapis AC/ laston.
1. Uji Penetrasi Aspal
1) Tujuan
Tujuan pengujian ini untuk menentukan penetrasi bitumen keras atau
lembek (solid atau semi solid) dengan memasukkan jarum penetrasi ukuran
tertentu, beban dan waktu tertentu kedalam bitumen pada suhu tertentu.
2) Peralatan
(1) Alat penetrasi yang dapat menggerakkan pemegang jarum naik turun
tanpa gesekan dan dapat mengukur penetrasi sampai 0,1 mm.
VI-36

(2) Pemegang jarum seberat (47.5  0,05) gr yang dapat dilepas dengan
mudah dari alat penetrasi untuk peneraan.
(3) Pemberat dari (50  0,05) gr dan (100  0,05) gr masing-masing
dipergunakan untuk pengukuran penetrasi dengan beban 100 gr dan
200 gr.
(4) Jarum penetrasi dibuat dari stainless steel mutu 400 C, atau HRC 54
sampai 60. Ujung jarum harus berbentuk kerucut terpancung.
(5) Cawan contoh terbuat dari logam atau gelas berbentuk silinder.
(6) Bak perendam (waterbath) terdiri dari bejana dengan isi tidak kurang
dari 10 liter dan dapat menahan suhu tertentu dengan ketelitian lebih
kurang dari 0,1 0C. Bejana dilengkapi dengan plat dasar berlubang–
lubang, terletak 50 mm diatas dasar bejana dengan tidak kurang dari
100 mm dibawah permukaan air dalam bejana.
(7) Tempat air untuk benda uji ditempatkan dibawah alat penetrasi. Tempat
tersebut mempunyai isi tidak kurang dari 350 ml, dan tinggi yang cukup
untuk meredam benda uji tanpa bergerak.
(8) Pengukur waktu. Untuk pengukuran penetrasi dengan tangan
diperlukan stopwatch dengan skala pembagi terkecil 0.1 detik atau
kurang dari kesalahan tertinggi 0.1 detik per 60 detik.
(9) Termometer
3) Benda Uji
(1) Memanaskan contoh perlahan-lahan serta aduklah hingga cukup cair
untuk dapat dituangkan. Pemanasan contoh untuk ter tidak lebih dari
600 C diatas titik lembek.
(2) Waktu pemanasan tidak boleh lebih dari 30 menit. Aduklah perlahan –
lahan agar udar tidak masuk kedalam contoh.
(3) Setelah contoh cair merata menuangkan kedalam tempat contoh dan
diamkan hingga dingin. Tinggi contoh dalam tempat tersebut tidak
kurang dari angka penetrasi ditambah 10 mm. Buatlah dua benda uji
(duplo).
VI-37

(4) Menutup benda uji agar bebas dari debu dan diamkan pada suhu ruang
selama 1 sampai 1,5 jam untuk benda uji kecil, dan 1,5 sampai 2 jam
untuk benda uji besar.
4) Prosedur Pengujian
(1) Meletakkan benda uji dalam tempat air yang kecil dan masukkan
tempat air tersebut dalam bak perendam yang telah berada pada suhu
yang telah ditentukan. Diamkan dalam bak tersebut selama 1 sampai
1,5 jam untuk benda uji kecil dan 1,5 sampai 2 jam untuk benda uji
yang besar.
(2) Memeriksa pemegang jarum agar jarum dapat dipasang dengan baik
dan membersihkan jarum penetrasi dengan toluene atau pelarut lain
kemudian mengeringkan jarum tersebut dengan lap bersih dan
memasang jarum pada pemegang jarum.
(3) meletakkan pemberat 50 gr diatas jarum untuk memperoleh beban
sebesar (100  0.1) gr.
(4) Memindahkan tempat air dari bak perendam kebawah alat penetrasi.
(5) Menurunkan jarum perlahan–lahan sehingga jarum tersebut menyentuh
permukaan benda uji. Kemudian mengatur angka 0 di arloji
penetrometer, sehingga jarum penunjuk berimpit dengannya.
(6) Melepaskan pemegang dan serentak jalankan stopwatch selama waktu
(5  0.1) detik.
(7) Memutar arloji penetrometer dan membaca angka penetrasi yang
berimpit dengan jarum penunjuk kemudian membulatkan hingga angka
0,1 mm terdekat.
(8) Melepaskan jarum dari pemegang jarum dan siapkan alat penetrasi
untuk pekerjaan berikutnya.
(9) Melakukan pekerjaan diatas tidak kurang dari 3 kali untuk benda uji
yang sama dengan ketentuan setiap titik pemeriksaan berjarak satu
sama lain dan dari tepi dinding lebih dari 1 cm.
VI-38

d. Pelaporan
Laporkan angka penetrasi rata–rata dalam bilangan bulat sekurang–
kurangnya dari 3 pembacaan dengan ketentuan bahwa hasil–hasil
pembacaan tidak melampaui ketentuan yang ditunjukkan pada Tabel 6.5 :
Tabel 6.5 Toleransi Pembacaan Penetrasi
Hasil penetrasi 0 – 49 50 - 149 150 – 249 200
Toleransi 2 4 6 6

Apabila perbedaan antara masing-masing pembacaan melebihi toleransi,


pemeriksaan harus diulangi.
Catatan :
a. Termometer untuk bak perendam harus ditera teratur.
b. Bitumen dengan penetrasi kurang dari 150 dapat diuji dengan alat-alat dan
cara pemeriksaan ini, sedangkan bitumen dengan penetrasi antara 350 dan
500 perlu dilakukan dengan alat – alat lain.
c. Apabila pembacaan stopwatch lebih dari (5  0.1) detik, hasil tersebut
tidak berlaku.
Gambar alat uji penetrasi dapat dilihat pada Gambar 6.11

Sumber : RI-230A Penetrometer


Gambar 6.11 Alat Penetrasi Aspal
VI-39

4) Kesimpulan
Jadi pada uji Penetrasi Aspal untuk Pengujian Aspal dilakukan 1 kali test
pada pengujian prime coat dan 1 kali test pada pengujian laston.

2. Titik Lembek Aspal


1) Tujuan
Tujuan pengujian ini adalah menentukan titik lembek aspal dan ter yang
berkisar antara 300 C sampai 2000 C, yang dimaksud dengan titik lembek
adalah suhu pada saat bola baja, dengan berat tertentu, mendesak turun pada
suatu lapisan aspal atau ter tersebut menyentuh plat dasar.
2) Peralatan
(1) Termometer
(2) Cincin kuningan
(3) Bola baja diameter 9,53 mm berat 3,45 sampai 3,55 gram
(4) Alat pengarah bola
(5) Bejana gelas, tahan pemanasan mendadak dengan diameter dalam 8,5
cm dengan tinggi sekurang-kurangnya 12 cm
(6) Dudukan benda uji
(7) Penjepit.
3) Benda Uji
(1) Memanaskan contoh berlahan-lahan sambil diaduk terus menerus
hingga cair merata. Pemanasan dan pengadukan dilakukan perlahan-
lahan agar gelembung-gelembung udara tidak masuk. Suhu pemanasan
tidak melebihi 1110 C di atas titik lembeknya. Waktu untuk pemanasan
ter tidak melebihi 30 menit, sedangkan untuk aspal tidak melebihi 2
jam.
(2) Memanaskan dua buah cincin sampai mencapai suhu tuang contoh, dan
letakkan kedua cincin diatas plat kuningan yang telah diberi lapisan
campuran talk dan sabun.
(3) Menuangkan contoh ke dalam dua buah cincin. Diamkan pada suhu
sekurang-kurangnya 80 C di bawah titik lembeknya, sekurang-
kurangnya selama 30 menit.
VI-40

(4) Setelah dingin, ratakan permukaan contoh dalam cincin dengan pisau
yang telah dipanaskan.
4) Prosedur Pelaksanaan
(1) Memasang dan mengatur kedua benda uji di atas dudukannya dan
letakkan pengarah bola di atasnya. Kemudian memasukkan seluruh
peralatan tersebut ke dalam bejana gelas. Isilah bejana dengan air
suling baru, dengan suhu (5  1)0 C sehingga tinggi permukaan air
berkisar antara 101,6 mm sampai 108 mm. Letakkan termometer yang
sesuai untuk pekerjaan ini antara kedua benda uji (kurang lebih 12,7
mm) dari tiap cincin.
(2) Memeriksa dan mengatur jarak antara permukaan pada dasar dengan
dasar benda uji sehingga menjadi 25,4 mm.
(3) meletakkan bola-bola baja yang bersuhu 50 C di atas dan di tengah
permukaan masing-masing benda uji yang bersuhu 50 C menggunakan
penjepit dengan memasang kembali pengarah bola.
(4) Memanaskan bejana sehingga kenaikkan suhu menjadi 50 C per menit.
Kecepatan pemanas ini tidak boleh diambil dari kecepatan pemanasan
rata-rata dari awal dan akhir pekerjaan ini. Untuk 3 menit yang pertama
perbedaan kecepatan pemanasan tidak boleh melebihi 0,50 C.
5) Pelaporan
Melaporkan suhu pada saat setiap boal menyentuh pelat dasar. Melaporkan
suhu titik lembek bahan bersangkutan dari hasil pengamatan rata-rata dan
bulatkan sampai 0,50 C terdekat untuk tiap percobaan ganda (duplo).
Catatan :
(1) Apabila kecepatan pemanasan melebihi ketentuan maka pekerjaan
diulangi.
(2) Apabila dari suatu pekerjaan duplo perbedaan suhu melebihi 10 C
maka pekerjaan diulangi.
Peralatan uji titik lembek aspal dapat dilihat pada Gambar 6.12
VI-41

Sumber : Dokumentasi Lab Polines


Gambar 6.12 Alat Titik Lembek Aspal
6) Kesimpulan
Jadi pada uji Titik Lembek Aspak untuk Pengujian Aspal dilakukan 1 kali
test pada pengujian prime coat dan 1 kali test pada pengujian Laston.

3. Uji Titik Nyala dengan Cleveland Open Cup


1) Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan titik nyala dan titik bakar
dari semua jenis hasil minyak bumi kecuali minyak bakar dan bahan lainnya
yang mempunyai titik nyala open cup kurang dari 790 C. Titik nyala adalah
suhu pada saat terlihat nyala singkat pada suatu titik diatas permukaan aspal.
Titik bakar adalah suhu pada saat terlihat nyala sekurang-kurangnya 5 detik
pada suatu titik diatas permukaan aspal.
2) Peralatan
(1) Termometer
(2) Cleveland Open Cup adalah cawan kuningan
(3) Pelat pemanas
(4) Terdiri dari logam, untuk melekatkan cawan Cleveland, bagian atas
dilapisi oleh asbes setebal 0,6 cm (1/4 “)
(5) Sumber pemanas
(6) Pembakaran gas atau tungku listrik, atau pembakar alkohol yang tidak
menimbulkan asap atau nyala disekitar bagian atas cawan.
(7) Penahan angin. Alat yang menahan angin apabila digunakan nyala
sebagai pemanas.
VI-42

(8) Nyala penguji yang dapat diatur dan memberikan nyala dengan  3,2
sampai 4,8 mm dengan panjang tabung 7,5 cm.
3) Benda Uji
(1) Memanaskan benda uji (contoh aspal) antara 148,90 C sampai 1760 C
sampai cukup cair.
(2) Kemudian mengisi cawan Cleveland sampai garis dan menghilangkan
(pecahan) gelembung udara yang ada pada permukaan cairan.
4) Prosedur Pengujian
(1) Meletakkan cawan diatas pelat pemanas dan aturlah sumber pemanas
sehingga terletak dibawah titik tengah cawan.
(2) Meletakkan nyala penguji dengan poros pada jarak 7,5 cm dari titik
tengah cawan.
(3) Menempatkan termometer tegak lurus didalam benda uji dengan jarak
6,4 mm diatas dasar cawan dan terletak pada satu garis yang
menghubungkan titik tengah cawan dan titik poros nyala penguji.
(4) Kemudian mengatur sehingga poros termometer terletak pada jarak ¼
diameter cawan dari tepi.
(5) Menempatkan penahan angin didepan nyala penguji.
(6) Menyalakan sumber pemanas dan mengatur pemanasan sehingga
kenaikkan suhu menjadi (151)0 C per menit sampai benda uji
mencapai 560 C dibawah titik nyala perkiraan.
(7) Kemudian mengatur kecepatan pemanasan 50 – 60 C per menit pada
suhu antara 560 C dan 280 C di bawah titik nyala perkiraan.
(8) Menyalakan nyala penguji dan aturlah agar diameter nyala penguji
tersebut menjadi 3,2 – 4,8 mm.
(9) Putarlah nyala penguji sehingga melalui permukaan cawan (dari tepi ke
tepi cawan) dalam waktu satu detik. Mengulangi pekerjaan tersebut
setiap kenaikkan 20 C.
(10) Melanjutkan pekerjaan 7 dan 8 sampai terlihat nyala singkat pada suatu
titik diatas permukaan benda uji. Membaca suhu pada termometer dan
mencatat.
VI-43

(11) Lanjutkan pekerjaan 9 sampai terlihat nyala yang agak lama sekurang-
kurangnya 5 detik diatas permukaan benda uji. Membaca suhu pada
termometer dan mencatat.
5) Pelaporan
Melaporkan hasil rata-rata pemeriksaan ganda (duplo) sebagai titik nyala uji
dengan toleransi, seperti ditunjukkan pada Tabel 6.6 berikut :
Tabel 6.6 Laporan Hasil Pemeriksaan
Ulangan oleh satu orang Ulangan oleh beberapa
Titik nyala dan titik bakar
dengan satu alat orang dengan satu alat
Titik nyala 1750 F - 5500 F 50 F (20 C) 100 (5,50 C)
Titik bakar lebih dari 100 F (5,50 C) 150 F (80 C)

Catatan :
Pemeriksaan yang tidak memenuhi syarat toleransi dianggap gagal dan harus
diluangi.
Alat uji titik nyala dapat dilihat pada Gambar 6.13
Termometer
aspal
Pelat
pemanas Batang nyala api

Benda uji

Batang api
pemanas

Pelat landasan

Gambar 6.13 Cleveland Open Cup


6) Kesimpulan
Jadi pada uji Titik Nyala Aspal untuk Pengujian Aspal dilakukan 1 kali test
pada pengujian Laston.
VI-44

4. Uji Daktilitas
1) Tujuan
Pengujian daktilitas dimaksudkan untuk mengukur jarak terpanjang yang
dapat ditarik antara dua cetakan yang berisi bitumen keras sebelum putus,
pada suhu dan kecepatan tarik tertentu.
2) Peralatan
(1) Termometer
(2) Cetakan daktilitas
(3) Bak perendam isi 10 liter yang dapat menjaga suhu tertentu selama
pengujian dengan ketelitian 0,10 C, dan benda uji dapat direndam
sekurang-kurangnya 10 cm dibawah permukaan air.
(4) Mesin penguji dengan ketentuan dapat menarik benda uji dengan
kecepatan tetap dan dapat menjaga benda uji tetap terendam dan tidak
menimbulkan getaran selama pemeriksaaan.
(5) Methyl alcohol teknik dan sodium klorida teknik.
3) Benda Uji
(1) Melapisi semua bagian dalam cetakan daktilitas dan bagian atas plat
dasar dengan campuran glyserin dan talk, gliserin dengan kaolin atau
amalgan.
(2) Memanaskan contoh aspal kitra-kira 100 gram sampai suhu antara
800C sampai 1000C diatas titik lembek.
(3) Mengisi cetakan dengan aspal hinga penuh berlebihan.
(4) Mendinginkan cetakan pada suhu ruang 30sampai 40 menit lalu
pindahkan dalam bak perendam.
4) Prosedur Pengujian
(1) Mendiamkan benda uji pada suhu 250C dalam bak perendam selama 85
sampai 95 menit, kemudian lepaskan benda uji dari pelat dasar dan sisi-
sisi cetaknya.
(2) Memasang benda ji pada alat mesin uji dan tariklah benda uji secara
teratur dengan kecepatan 5 cm/menit sampai benda uji putus. Selama
pengujian berlangsung benda uji harus selalu terendam sekurang-
kurangnya 2,5 cm dari air dan suhu dipertahankan tetap (250,5)0C.
VI-45

5) Pelaporan
Melaporkan hasil rata-rata pengujian dari 3 benda uji normal sebagai harga
daktilitas. Apabila benda uji menyentuh dasar mesin uji atau terapung pada
permukaan air, maka pengujian dianggap tidak normal. Untuk menghindari
hal semacam ini maka BJ air harus disesaikan dengan BJ benda uji dengan
menambah Methyle alchohol atau sodium klorida.

Alat uji daktilitas dapat dilihat pada gambar 6.14

Sumber : Ele Internasional Ductility Testing Machine 46-4120


Gambar 6.14 Alat uji daktilitas
6) Kesimpulan
Jadi pada uji Daktilitas Aspal untuk Pengujian Aspal dilakukan 1 kali test
pada pengujian prime coat dan 1 kali test pada pengujian Laston.

5. Uji Penurunan Berat Minyak


1) Tujuan
Pengujian penurunan berat minyak dimaksudkan untuk menentukan
penurunan berat minyak dan aspal dengan cara pemanasan dan tebal
tertentu, yang dinyatakan dalam persen berat semula.
2) Peralatan
(1) Termometer
(2) Cetakan daktilitas
(3) Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
(1801)0 C, pinggang logam berdiameter 25 cm, menggantung dalam
oven pada poros vertikal dan berputar dengan kecepatan 5 sampai 6
putaran per menit.
VI-46

(4) Cawan, logam atau gelas berbentuk silinder, dengan dasar yang rata
berdiameter 55 mm dan tinggi 35 mm.
(5) Neraca analitik, kapasitas 2000,001 gram.
3) Benda Uji
(1) Mempersiapkan mengaduk contoh minyak atau aspal serta panaskan
bila perl untuk mendapatkan campuran yang merata.
(2) Menuangkan contoh kira-kira (500,5) gram ke dalam cawan dan
setelah dingin menimbang cawan dengan ketelitian timbangan 0,01
gram.
(3) Benda uji yang diperiksa harus bebas air.
4) Prosedur Pengujian
(1) Meletakkan benda uji di atas pinggan setelah dioven mencapai suhu
(1631) 0C.
(2) Memasang termometer pada dudukannya sehingga terletak pada jarak
1,9 cm dari pinggir pinggan dengan ujung 6 mm di atas pinggan.
(3) Mengambil benda uji dari oven setelah 5 jam 15 menit.
(4) Mendinginkan benda uji pada suhu ruang, kemudian menimbang
dengan ketelitian timbangan 0,01 gram.
(5) Memasang benda ji pada alat mesin uji dan tariklah benda uji secara
teratur dengan kecepatan 5 cm/menit sampai benda uji putus. Selama
pengujian berlangsung benda uji harus selalu terendam sekurang-
kurangnya 2,5 cm dari air dan suhu dipertahankan tetap (250,5)0C.
5) Pelaporan
Melaporkan hasil pemeriksaan ganda (duplo) sampai 3 angka dibelakang
koma. Pada pemeriksaaan beberapa benda uji yang dilakukan bersama-sama
dalam satu pinggan logam, apabila hasil pemeriksaan semuanya sama tidak
dilakukan pengujian ulang, sedangkan apabila hasil pemeriksaan tidak
semuanya sama maka benda uji dengan hail yang sama dikelompokkan
untuk pemeriksaan ulang.
VI-47

6. Uji Berat Jenis Aspal


1) Tujuan
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menentukan berat jenis bitumen
keras dan ter dengan piknometer, serta membandingkan antara berat
bitumen atau ter dan berat air suling dengan isi yang sama pada suhu
tertentu.

2) Peralatan
(1) Termometer
(2) Bak perendam yang dilengkapi pengatur suhu dengan ketelitian (25 +
0.1) 0C
(3) Piknometer
(4) Bejana gelas.
3) Benda Uji
Memanaskan contoh bitumen keras dan ter sejumlah 50 gr sampai menjadi
cair dan mengaduk untuk mencegah pemanasan setempat. Pemanasan tidak
boleh lebih dari 30 menit pada suhu 560 C di atas titik lembek. Menuangkan
contoh tersebut kedalam piknometer yang telah kering hingga terisi ¾
bagian.
4) Prosedur Pelaksanaan
(1) Mengisi bejana dengan air suling sehingga diperlukan bagian atas
piknometer yang tidak terendam 40 mm. Kemudian rendam dan
jepitlah bejana tersebut dalam bak perendam sehingga terendam
sekurang-kurangnya 100 mm. Aturlah suhu bak perendam pada suhu
250 C.
(2) Membersihkan, Mengeringkan dan Menimbang piknometer dengan
ketelitian 1 mg (A).
(3) Mengangkat bejana dari bak perendam dan isilah piknometer dengan
air suling kemudian tutuplah piknometer tanpa ditekan.
(4) Meletakkan piknometer kedalam bejana dan menekan penutup
sehingga rapat, mengembalikan bejana berisi piknometer kedalam bak
perendam. Mendiamkan bejana tersebut didalam bak perendam
VI-48

sekurang-kurangnya 30 menit, kemudian angakatlah piknometer dan


keringkan dengan lap. Menimbang piknometer dengan ketelitian 1 mg
(B).
(5) Menuangkan benda uji tersebut kedalam piknometer yang telah kering
sehingga terisi ¾ bagian.
(6) Memiarkan piknometer sampai dingin dengan waktu tidak kurang dari
40 menit dan menimbang dengan penutupnya dengan ketelitian 1 mg
(C).
(7) Mengisi piknometer yang berisi benda uji dengan air suling dan
menutup tanpa ditekan, mendiamkan agar gelembung-gelembung
udara keluar.
(8) Mengangkat bejana dari bak perendam dan letakkan piknometer
didalamnya dan kemudian menekan penutup hingga rapat.
(9) Memasukkan dan mendiamkan bejana kedalam bak perendam
sekurang-kurangnya 30 menit. Mengangkat, mengeringkan dan
menimbang piknometer (D).
5) Perhitungan
Menghitung berat jenis dengan rumus :
(C - A)
Berat jenis = …….………………………………...... (6.28)
(B - A) - (D - C)

Peralatan uji berat jenis aspal dapat dilihat pada gambar 6.15

Piknometer

Bak Perendam

Gambar 6.15 Peralatan Uji Berat Jenis Aspal


6) Kesimpulan
Jadi pada uji Berat Jenis Aspal untuk Pengujian Aspal dilakukan 1 kali test
pada pengujian prime coat dan 1 kali test pada pengujian Laston.
VI-49

7. Uji Viskositas furol


1) Tujuan
Pengujian viskositas dimaksudkan untuk menentukan suhu pencampuran
dan suhu pemadatan aspal beton campuran panas berdasarkan
viskositasnya.
2) Peralatan
(1) Alat saybolt viscometer,meliputi : tabung saybolt viscometer,
penyumbat lubang tabung viscometer, bak perendam yang dilengkapi
2 lubang untuk menyangga tabung viskometer secara vertikal dan
dilengkapi isolasi yang baik, lubang universal, lubang furol,
termometer untuk mengukur suhu didalam mesin pengujian, penahan
termometer, saringan no.100 untuk menyaring aspal yang akan
dimasukkan kedalam mesin saybolt viscometer.
(2) Labu penampung viskometer
(3) Alat pengontrol waktu (stopwatch) dengan interval 0,1 detik dan
ketelitian 0,1%
(4) Kompor pemanas
(5) Engler sebagai penutup bagian atas.
3) Benda Uji
(1) Aspal keras
(2) Minyak tanah
(3) Oli
4) Prosedur Pengujian
(1) Menyiapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan.
(2) Memanaskan aspal sambal diaduk perlahan agar tidak terdapat
gelembung udara.
(3) Menutup bagian bawah viskometer dengan rapat dan kuat, sebelum
menuangkan aspal kedalam lubang didalam alat saybolt viscosity.
(4) Setelah aspal mencair kemudian menuangkan aspal tersebut ke dalam
saringan no.100 lalu masukkan ke dalam tabung viscometer.
VI-50

(5) Mengukur suhu aspal dengan menggunakan termometer viscometer,


membiarkan suhu benda uji hingga mencapai suhu yang diinginkan
sampai suhu aspal sama dengan suhu heater pada alat viskometer.
(6) Menutup lubang dengan menggunakan penyumbat engler.
(7) Meletakkan labu penampung di bawah alat viscometer.
(8) Menghitung waktu yang diperlukan aspal untuk mengisi labu
penampung sampai 60 ml. waktu dimulai pada saat aspal menetes/jatuh
ke dalam permukaan labu penampung.
(9) Membaca waktu jika telah terisi 60 ml pada labu penampung dan catat
pada formulir hasil pengujian.
(10) Membersihkan kembali peralatan yang telah digunakan.
5) Pelaporan
Misal :
1. Data Hasil pengamatan dilihat pada tabel 6.7 :
Tabel 6.7 Hasil Pengamatan Suhu Aspal

Suhu yang diamati waktu (detik)


120 283
130 128
140 71
2. Grafik Hubungan waktu dengan suhu dapat dilihat pada Gambar 6.16

Gambar 6.16 Kurva Hubungan Waktu dengan Suhu


Cara menentukan suhu pencampuran aspal adalah dengan menarik garis horizontal
pada waktu 8510 detik sampai memotong kurva waktu terhadap suhu, lalu tarik
garis vertikal perpotongan tersebut hingga didapatkan suhu pencampuran adalah:
VI-51

1. Waktu 95 detik (maksimum) = 134,65 0C


2. Waktu 85 detik (ideal) = 136,90 0C
3. Waktu 75 detik (minimum) = 138,95 0C
Cara menentukan suhu pemadatan adalah dengan menarik garis horizontal terhadap
waktu 14015 detik sampai memotong kurva waktu terhadap suhu, lalu tariik garis
vertikal perpotongan tersebut sehingga didapatkan suhu pemadatan adalah :
1. Waktu 155 detik (maksimum) = 127,80 0C
2. Waktu 140 detik (ideal) = 128,95 0C
3. Waktu 125 detik (minimum) = 130,15 0C
Gambar alat saybolt furol dilihat pada Gambar 6.17

Sumber : PT Mora Anugrah Berkat


Gambar 6.17 Alat Saybolt furol

8. Uji Campuran Aspal dengan Alat Marshall


1) Tujuan
Tujuan pengujian ini adalah untuk menentukan karakteristik aspal ditinjau
dari kestabilan dan kelelehannya jika dicampur dengan agregat.
VI-52

2) Peralatan
(1) Tiga buah cetakan benda uji yang berdiamater 10 cm (4) dan tinggi 7,5
cm (3) lengkap dengan plat atas dan leher sambung.
(2) Alat pengeluar benda uji. Untuk benda uji yang telah dipadatkan dari
dalam benda uji dipakai sebuah alat ekstruder.
(3) Penumbuk yang mempunyai permukaan tumbuk rata berbentuk
silinder, dengan berat 4,536 kg (10 pound), dan tinggi jatuh bebas 45,7
cm (18).
(4) Landasan pemadat terdiri dari balok kayu (jati atau yang sejenis)
berukuran kira-kira 20x20x45 cm (8x8x18) yang dilapis dengan pelat
baja berukuran 30x30x2,5 cm (12x12x1) dan diikat pada lanatai beton
dengan 4 bagian siku.
(5) Silinder cetakan benda uji.
(6) Mesin tekan lengkap dengan kepala penekan berbentuk lengkung
(breaking head).
(7) Cincin penguji yang berkapasitas 2500 kg dengan ketelitian 12,5 kg
dilengkapi dengan arloji tekan dengan ketelitian 0,0025 cm.
(8) Arloji kelelehan dngan ketelitian 0,25 mm dengan perlengkapannya.
(9) Oven ynag dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
2000 C.
(10) Bak perendam (water bath) dilengkapi dengan pengatur suhu minimum
200 C.
(11) Perlengkapan lain :
a. Panci-panci untuk memanaskan agregat, aspal dan campuran aspal.
b. Pengukur suhu dari logam (metal termometer) berkapasitas 2500 C
san 1000 C dengan ketelitian 0,5 atau 1% dari kapasitas.
c. Timbangan yang dilengkapi penggantung benda uji berkapasitas 2
kg dengan ketelitian 0,1 gram dan timbangan berkapsitas 5 kg
dengan ketelitian 1 gram.
d. Kompor.
e. Sarung asbes dan sarung karet.
f. Sendok pengaduk dan perlengkapan lain.
VI-53

3) Persiapan Benda Uji


(1) Jumlah sampel yang akan dibuat, dilakukan dengan cara seperti
ketentuan dalam menentukan kadar aspal optimum.
(2) Mengeringkan agregat sampai bertanya tetap pada suhu (105±5) 0 C
selama minimum 4 jam dan keluarkan dari oven.
(3) Memisah-misahkan agregat dengan cara penyaringan kering kedalam
fraksi-fraksi yang dikehendaki dengan cara penyaringan.
(4) Memanaskan aspal mencapai tingkat kekentalan (viskositas) yang
disyaratkan baik untuk pencampuran maupun pemadatan.
4) Persiapan Campuran
Untuk tiap benda uji diperlukan agregat sebanyak  1200 gr sehingga
menghasilkan tinggi benda uji kira – kira 6,25 cm –12,5 cm. Panaskan panci
pencampur beserta agregat kira-kira 280 C diatas suhu suhu pencampur
aspal panas dan ter, dan aduk hingga merata. Untuk aspal dingin, pemanasan
sampai 140 C diatas suhu pencampuran. Sementara itu panaskan aspal
sampai suhu pencampuran. Tuangkan aspal sebanyak yang dibutuhkan
kedalam agregat yang sudah dipanaskan tersebut. Kemudian aduklah
dengan cepat sampai agregat terlapis merata.
5) Pemadatan Benda Uji
Membersihkan perlengkapan cetakan benda uji serta bagian muka
penumbuk dengan seksama dan panaskan sampai suhu antara 93,30 dan
148,90 C. Letakkan selembar kertas saring atau kertas penghisap yang sudah
digunting menurut ukuran cetakan kedalam dasar cetakan, kemudian
masukkan seluruh campuran kedalam dasar cetakkan dan tusuk tusuk
campuran keras-keras dengan spatula yang dipanaskan atau aduklah dengan
sendok semen 15 kali keliling pinggirannya dan 10 kali dibagian dalamnya.
Lepaskan lehernya dan ratakanlah permukaan campuran dengan
mempergunakan sendok semen menjadi bentuk yang sedikit cembung.
Waktu akan dipadatkan suhu campuran harus dalam batas batas suhu
pemadatan. Letakkan cetakkan diatas landasan pemadat, dalam pemegang
cetakkan. Lakukan pemadatan dengan alat penumbuk sebanyak 75 kali
sesuai kebutuhan dengan tinggi jatuh 45 cm, selama pemadatan tahanlah
VI-54

agar sumbu palu pemadat selalu tegak lurus pada alas cetakan. Lepaskan
keping alas dan lehernya balikkan alat cetak berisi benda uji dan pasanglah
kembali peralatannya. Terhadap permukaan benda uji yang sudah dibalik
ini tumbuklah dengan jumlah tumbukkan yang sama. Sesudah pemadatan
lepaskan keping alas dan pasanglah alat pengeluar benda uji pada
permukaan ujung ini. Dengan hati-hati keluarkan dan letakkan benda uji
diatas permukaan yang rata dan halus, biarkan selama kira-kira 24 jam pada
suhu ruang.
6) Prosedur Pengujian
(1) Membersihkan benda uji dari kotoran-kotoran yang menempel.
(2) Memberi tanda pengenal pada masing-masing benda uji.
(3) Mengukur benda uji dengan ketelitian 0,1 mm.
(4) Menimbang benda uji.
(5) Merenendam dalam air kira-kira 24 jam pada suhu ruang.
(6) Menimbang dalam air untuk mendapatkan isi.
(7) Menimbang benda uji dalam kondisi kering permukaan jenuh.
(8) Merendam benda uji aspal panas atau benda uji ter dalam bak perendam
selama 30 sampai 40 menit dengan suhu tetap (601)0 C. Untuk benda
uji aspal cair, masukkan benda uji kedalam oven selama minimum 2
jam dengan suhu tetap (251)0 C. Sebelum melakukan pengujian
bersihkan batang penuntun (guide rod) dan permukaan dalam dari
kepala penekan (test heads). Lumasi batang penuntun sehingga kepala
penuntun sehingga kepala penekan yang diatas dapat meluncur bebas,
bila dikehendaki kepala penekan direndam bersama-sama benda uji
pada suhu antara 210 – 380 C.
Mengeluarkan benda uji dari bak perendam atau dari oven atau dari
pemanas udara dan meletakkan kedalam segmen bawah kepala
penekan. Memasang segmen atas diatas benda uji dan letakkan
keseluruhannya kedalam mesin penguji. Memasang arloji kelelehan
(flow meter) pada kedudukannya di atas salah satu batang penuntun dan
atur kedudukan jarum penunjuk pada angka nol, sementara selubung
tangkai arloji (sleeve) dipegang teguh terhadap segmen atas kepala
VI-55

penekan. Sebelum pembebanan diberikan, kepala penekan beserta


benda ujinya dinaikkan hingga menyentuh atas cincin penguji.
Mengatur kedudukan jarum arloji tekan pada angka nol. Memberikan
pembebanan kepada benda uji dengan kecepatan tetap sebesar 50 mm
per menit sampai pembebanan maksimum tercapai atau pembebanan
menurun seperti yang ditunjuk oleh jarum arloji tekan dan catat
pembebanan maksimum yang dicapai, untuk benda uji yang tebalnya
tidak sebesar 63,5 mm, koreksilah bebannya dengan menggunakan
faktor perkalian.
(9) Melepaskan selubung tangkai arloji kelelehan pada saat pembebanan
mencapai maksimum dan catat nilai kelelehan yang ditunjuk oleh
jarum arloji kelelehan. Waktu yang diperlukan dan saat diangkatnya
benda uji dari rendaman air sampai tercapainya beban maksimum tidak
boleh melebihi 30 detik.
(10) Stabilitas benda uji yang diukur dikalikan angka perbandingan tebal
sama dengan stabilitas setelah koreksi untuk benda uji tebal 63,5 mm.
Hubungan isi/ tebal didasarkan pada benda uji yang berdiameter 101,6
mm.
Catatan :
1. Untuk benda uji yang tebalnya tidak sebesar 2,5 inchi, koreksilah
bebannya dengan mempergunakan faktor perkalian yang bersangkutan.
2. Umumnya benda uji harus didinginkan seperti yang ditentukan diatas.
Bila dperlukan pendinginan yang lebih cepat dapat digunakan kipas
angin meja.
3. Campuran-campuran yang daya kohesinya kurang sehingga pada waktu
dikeluarkan dari cetakan segera sesudah pemadatan tidak menghasilkan
bentuk silinder yang diperlukan, bisa didinginkan bersama-sama
cetakkannya diudar, sampai terjadi cukup kohesi untuk menghasilkan
bentuk silinder yang semestinya.
7) Perhitungan
(1) Menghitung rongga diantara Mineral Agregat (VMA), Rongga dalam
Campuran (VIM) dan Rongga terisi aspal (VFA).
VI-56

(2) Menggambar grafik hubungan antara kadar aspal dengan parameter


Marshall seperti: Stabilitas Marshall, Kelelehan Marshall, VFA,
VMA, VIM, Kepadatan dan Hasil bagi Marshall.
(3) Menentukan kadar aspal optimum.
8) Pelaporan
Untuk benda uji yang diperiksa laporan harus meliputi keterangan berikut :
(1) Tinggi benda uji percobaan
(2) Beban maksimum dalam pound, bila perlu dikoreksi
(3) Nilai kelelehan dalam persataun inchi
(4) Suhu pencampuran
(5) Suhu pemadatan
(6) Suhu percobaan
(7) Analisa hubungan antara ketahanan (stabilitas) dan flow (kelelehan)
aspal dengan pemakaian di lapangan
(8) Kesimpulan
Kadar aspal dilaporkan dalam bilangan desimal satu angka dibelakang
koma. Persen rongga terhadap campuran dilaporkan dalam bilangan
desimal satu angka dibelakang koma. Persen rongga terisi aspal
dilaporkan dalam bilangan bulat. Stabilitas dilaporkan dalam bilangan
bulat.
Alat penumbuk pengujian aspal ditunjukkan pada Gambar 6.18 dan Gambar
6.19

Batang

Penum

Alas
Cetakan

Meja

Gambar 6.18 Alat Penumbuk Pengujian Marshall


VI-57

Gambar 6.19 Alat Marshall


9) Kesimpulan
Pengambilan dilakukan di instalasi pencampur atau lokasi penghamparan
Frekwensi minimum pengujian ( lihat transparan ), 6 cetakan Marshall
dibuat tiap hari penghamparan, dipadatkan pada suhu 145 C dengan 75
tumbukan masing-masing permukaan , kepadatan rata-rata /Marshall
Harian. Pengambilan benda uji dengan mesin bor diameter 4” atau 6”,
diperiksa ketebalan,kepadatan dan kadar aspal ( ekstraksi ).
6.4.5 Pengujian Waktu Pelaksanaan
1. Trial Selection
1) Tujuan
Untuk mengetahui jumlah lintasan yang dianggap paling baik untuk
memenuhi ketebalan dan kepadatan yang telah ditentukan.
2) Prosedur Pelaksanaan
(1) Pekerjaan trial dilakukan di dalam lokasi proyek dengan panjang
minimal 300 meter, dibagi tiga bagian, masing-masing bagian 100
meter.
(2) Melakukan penghamparan dengan ketebalan penghamparan dilakukan
1,2 kali ketebalan padat (ketebalan padat = 10 cm).
(3) Pemadatan dilakukan menurut bagian-bagiannya, pemadatan 1
dilakukan dengan suhu 115°C ,pemadatan 2 dilakukan dengan suhu
90°C - 115°C ,dan pemadatan terakhir dilakukan dengan suhu paling
VI-58

rendah 85°C seperti ditunjukkan pada Gambar 6.19. Selama pemadatan,


roda selalu dibasahi dengan air, untuk mencegah lekatnya hot mix pada
roda pemadat. Banyaknya lintasan, terutama Intermediate Rolling
dibuat beberapa variasi agar dapat memilih alternative yang tepat.

Varian Varian Varian Varian


Jenis Alat I II III

3 3 3
Tandem Roller lintasan lintasan lintasan
8 10 12
Pneumatic Tired Roller lintasan lintasan lintasan
2 2 2
Tandem Roller lintasan lintasan lintasan

Varian I Varian II Varian III

100 m 100 m 100 m

Gambar 6.20 Lintasan dan Jumlah Lintasan Trial Selection Laston


(4) Setelah pemadatan selama 24 jam, kemudian dilakukan pengecekan
terhadap kepadatan dilapagan dengan alat core drill yang titik-titiknya
telah ditentukan.
(5) Sample yang diambil diberi label sesuai dengan lokasinya, kemudian
diperiksa. Dari hasil pemeriksaan sample dapat diperoleh data
mengenai berat volume, tebal lapisan setelah dipadatkan, kadar aspal,
gradasi campuran, dan kepadatan lapangan. Berdasarkan data-data yang
diperoleh, maka jumlah lintasan yang digunakan adalah jumlah lintasan
yang sesuai atau yang paling mendekati dengan spesifikasai rencana.
(6) Kecepatan mesin penggilas Tandem Roller tidak melebihi 4 km/jam
dan kecepatan mesin penggias Pneumatic Tired Roller tidak melebihi 15
km/jam.
(7) Untuk pengaspalan lebih dari satu jalur, maka penggilasan dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
a. Sambungan melintang (Transverse Joint),
VI-59

b. Sambungan memanjang (Longitudinal Joint),


c. Bagian tepi luar (Out Side Edge),
d. Penggilasan awal (Initial Break Down),
e. Penggilasan sekunder (Intermediete),dan
f. Penggilasan akhir (Finishing Rolling).

2. Trial Compaction
1) Tujuan
Untuk mengetahui jumlah lintasan yang dianggap paling baik untuk
memenuhi ketebalan dan kepadatan yang telah ditentukan sepanjang 30m.
Trial ini di gunakan pada tanah Sub Grade, Sub Base, dan Base.
2) Prosedur Pelaksanaan
(1) Pekerjaan trial dilakukan di dalam lokasi proyek dengan panjang
minimal 30 meter, dibagi tiga bagian, masing-masing bagian 10 meter.
(2) Melakukan penghamparan dengan ketebalan penghamparan dilakukan
1,2 kali ketebalan padat.
(3) Pemadatan dilakukan menurut bagian-bagiannya, pemadatan dilakukan
dengan alat Sheep Foot Roller dan Vibro Roller untuk Sub Grade, dan
Pneumatic Tired Roller (PTR) dan Vibro Roller untuk Sub Base dan
Base. Pemadatan dilakukan dengan lintasan yang berbeda sesuai pada
Gambar 6.21 dan Gambar 6.22.

Varian
Varian Varian Varian
Jenis Alat I II III
4 6 8
Sheep Foot Roller lintasan lintasan lintasan
2 2 2
Vibro Roller lintasan lintasan lintasan

Varian I Varian II Varian III

10 m 10 m 10 m

Gambar 6.21 Lintasan dan Jumlah Lintasan Trial Compaction Sub Grade
VI-60

Varian
Varian Varian Varian
Jenis Alat I II III
8 10 12
Pneumatic Tired Roller lintasan lintasan lintasan
2 2 2
Tandem Roller lintasan lintasan lintasan

Varian I Varian II Varian III

10 m 10 m 10 m

Gambar 6.22 Lintasan dan Jumlah Lintasan Trial Compaction Sub Base dan
Base.

(4) Setelah pemadatan selama 24 jam, kemudian dilakukan pengecekan


terhadap kepadatan dilapagan dengan alat core drill yang titik-titiknya
telah ditentukan.
(5) Sample yang diambil diberi label sesuai dengan lokasinya, kemudian
diperiksa. Dari hasil pemeriksaan sample dapat diperoleh data
mengenai berat isi kering tanah, kadar air, gradasi tanah, dan kepadatan
di lapangan. Berdasarkan data-data yang diperoleh, maka jumlah
lintasan yang digunakan adalah jumlah lintasan yang sesuai atau yang
paling mendekati dengan spesifikasai rencana.

2. Pengujian Prime Coat


Bahan aspal yang digunakan untuk Lapis Resap Pengikat (Prime Coat) harus
dari jenis Aspal semen Pen 60/70 yang memenuhi AASHTO M20 yang diencerkan
dengan minyak tanah. Perbandingan kerosin pengencer yang digunakan harus
sesuai dengan petunjuk direksi pekerjaan. Jumlah pemakaian aspal tergantung
keadaan porositas permukaan perkerasan pondasi yang akan diberi prime coat dan
banyaknya berkisar antara 0,4 s/d 1,3 lt/m2.
Bj prime coat tersebut digunakan untuk menghitung kebutuhan aspal dengan cara
percobaan langsung di lapangan. Caranya adalah sebagai berikut :
VI-61

Sebelum penyemprotan kran sprayer (nosel) harus di kalibrasi terlebih


dahulu. Mengatur nosel agar aspal keluar sesuai rencana dapat dilakuakan dengan
cara meletakkan kertas semen (1 x 1) m yang telah ditimbang, kemudian diatas
permukaan kertas semen disemprotkan aspal menggunakan Asphalt Sprayer,
kemudian kertas semen yang telah disemprot ditimbang ulang untuk mendapatkan
berat aspal, berat aspal dikali dengan berat jenis aspal merupakan volume aspal
persatuan luas ( 1 m2 ). Prosedur ini dilakukan hingga di dapatkan nosel yang
menghasilkan takaran aspal persatuan luas yang sesuai dengan spesifikasi (0,8
liter).

1. Mengukur Temperatur
Pekerjaan pengukuran temperatur dilakukan pada pelaksanaan pekerjaan AC yang
meliputi :
1) Aspal keluar dari AMP suhu yang disyaratkan antara 150–165oC.
2) Pada waktu aspal sampai lokasi proyek sampai dituang pada aspal finisher suhu
yang diisyaratkan antara 90 - 110oC.
Pengukuran temperatur menggunakan termometer khusus aspal, seperti Gambar
6.23 berikut :

Dial Pengukur Suhu


Termometer (Derajat Fahrenheit)

Gambar 6.23 Alat Pengukur Temperatur

2. Kerataan dan Kelandaian Lapangan


Pada pelaksanaan pekerjaan pengecekan kerataan lapangan dan kelandaiannya
dengan menggunakan mal datar dan miring. Mal miring digunakan untuk mengecek
potongan melintang jalan sedangkan mal datar digunakan untuk mengecek
potongan memanjang jalan. Mal datar dan mal miring harus distandarisasi dan
mendapat persetujuan dari direksi teknik.
VI-62

6.4.6 Pengujian Setelah Pelaksanaan


1. Core Drill
1) Tujuan
Untuk mengetahui kepadatan Aspal di lapangan.
2) Prosedur Pengujian
(1) Menentukan lokasi dan tempat pengujian.
(2) Pengeboran dilapangan dilakukan dengan alat seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 6.21.
(3) Hasil pengeboran diukur tebal lapisan aspal.
(4) Hasil pengeboran ditimbang ( a ).
(5) Kemudian hasil pengeboran ditimbang dalam air ( b ).
(6) Ditimbang dalam keadaan kering permukaan (c).
a
(7) Kepadatan lapangan : = …….………………………….... (6.29)
c−b

(8) Prosentase kepadatan :


(9) Prosentase kepadatan > spesifikasi.
Alat yang digunakan untuk core drill dapat dilihat pada Gambar 6.24

Sumber : Ele Internasional Compact Core Drill Machine 47-5175


Gambar 6.24Alat Core Drill
VI-63

8 cm

Gambar 6.25 Contoh Sampel Pengujian Core Drill

Sketsa pengambilan sample core drill dapat dilihat pada Gambar 6.26
Titik Pengambilan Core Drill

Gambar 6.26 Sketsa Penga mbilan Sample Core Drill


3) Kesimpulan
Jadi pada uji Core Drill dilakukan di 63 titik pada laston (surface).

2. Pengukuran
1) Uraian
Dalam pekerjaan bangunan sipil terutama pada jalan raya pengukuran
sangat penting. Tidak hanya pada awal pengukuran, tapi selama pekerjaan
struktur berlangsung pengukuran selalu siap setiap saat. Dalam pelaksanaan
bangunan sipil pengukuran berdasarkan pada titik ikat atau BM (Bench
Mark) sebagai acuan untuk menentukan titik-titik selanjutnya.
2) Tujuan
Tujuan dari pengukuran adalah:
(1) Menentukan titik-titik yang digunakan dalam pekerjaan selanjutnya,
baik patok as ataupun patok bantu.
(2) Menentukan elevasi rencana dilapangan saat pekerjaan galian dan
timbunan sepanjang sumbu jalan dengan jarak 50 m untuk medan lurus
dan 20 m untuk medan lengkung.
VI-64

(3) Menentukan daerah galian dan timbunan.


(4) Menghitung daerah galian dan timbunan yang berkaitan dengan profil
melintang.
(5) Sebagai pengontrol selama pekerjaan struktur berlangsung.
(6) Sebagai pengecekan saat pekerjaan hampir selesai dan disaksikan oleh
pihak terkait seperti: pemilik proyek (owner), konsultan pengawas, dan
kontraktor.
3) Peralatan
Peralatan yang digunakan saat melakukan pengukuran adalah
(1) Theodolite
(2) Waterpass
(3) Jalon dan statif
(4) Roll meter
(5) Unting-unting dan benang
(6) Palu dan Patok
(7) Spidol permanent + cat
(8) Alat Tulis dan lain-lain.
4) Pelaporan
Laporan pada pengukaran ini terdiri:
(1) Penyajian data yang telah dianalisa dari pengukuran dilapangan.
(2) Pengambaran dari data yang telah diperoleh dan dianalisa sebelumnya.
3. Ekstraksi
Pengujian ini bertujuan untuk memeriksa campuran aspal yang sudah dihamparkan
apakah kadar aspal optimum atau gradasi agregat sudah sesuai dengan persyaratan
yang sudah ditentukan dan merupakan kelanjutan dari pengujian core drill.
1) Peralatan
a. Centrifuge Extractor
b. Gelas ukur 500 ml
c. Saringan Ekstraksi atau Kertas filter
d. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
e. Talam
f. Baskom
VI-65

2) Bahan
a. Campuran aspal mix design (Mix Design)
b. Bensin
3) Prosedur Pengujian
1) Menimbang sampel dan saringan ekstraksi sebelum melakukan ekstraksi
aspal.
2) Meletakan mesin centrifuge extractor pada lantai dasar yang keras
3) Melepaskan pengunci penutup centrifuge extractor lalu memasukan
sampel dan bensin sebanyak 500 ml kemudian memasang saringan
ekstraksi dan memasang penutup centrifuge Ekstractor. Serta
menguncinya.
4) Menyalakan mesin Centrifuge Ekstractor dan mengulanginya 3 – 4 kali
hingga bersih atau jenuh Pada proses ke 4, bensin yang terakhir
keluarkan yang sudah bersih atau jenuh ditadah di gelas ukur untuk
digunakan pada sampel berikutnya.
5) Setelah selesai lalu, mengeluarkan sampel hingga bensinnya melayang
atau habis.
6) Setelah itu didiamkan sampai dingin, lalu ditimbang beserta wadahnya
7) Menghitung nilai kadar aspal
H = ( A – (E + D) / A x 100 % …….…………………….. (6.30)

Keterangan :
H = kadar aspal sampel (%)
A = Berat Sampel sebelum ekstraksi (gram)
D = Berat masa dari kertas filter (gram)
E = Berat sampel setelah ekstraksi (gram)
8) Mengulangi prosedur tersebut untuk sampel berikutnya
4) Kesimpulan
Jadi pada uji Ekstrksi dilakukan 1 kali test pada laston (surface).

6.5 Penanganan Masalah


Adapun dalam pelaksanaan di lapangan tidak semuanya dapat berjalan dengan
lancar sesuai dengan ketentuan dan spesifikasi yang telah ditentukan. Dalam
VI-66

pelaksanaan di lapangan sering terjadi perbedaan-perbedaan hasil uji lapangan


dengan hasil uji di labolatorium. Oleh karena itu sebagai kontraktor maupun
pelaksana lapangan harus mengetahui dan mempunyai alternatif - alternatif dalam
penanganan suatu masalah apabila terjadi kejanggalan - kejanggalan yang ada di
lapangan agar tercapai dan sesuai dengan spesifikasi yang telah disyaratkan.
Sebagai contoh dalam pekerjaan tanah dasar, sebelum tanah tersebut dilapisi
dengan lapisan pondasi agregat tanah harus memiliki kepadatan yang disyaratkan.
Apabila tanah tersebut diuji di labolatorium telah mencapai kepadatan yang
disyaratkan tetapi setelah dilaksanakan ternyata dalam pengetesan kepadatan di
lapangan tidak memenuhi maka perlu dilakukan langkah-langkah alternatif dalam
penanganan masalah ini. Adapun alternatif penanganan dalam masalah tersebut:
1. Dengan mengeruk tanah dasar yang tidak memenuhi syarat tersebut dan
mengganti dengan tanah yang sesuai dengan persyaratan.
2. Dengan proses stabilisasi tanah dasar yaitu dengan menambahkan material
ataupun tanah yang lebih baik kedalam tanah yang kurang memenuhi syarat
tersebut agar memperoleh suatu campuran tanah yang akhirnya dapat
memenuhi persyaratan kepadatan yang ditentukan. Adapun proses stabilisasi
tanah dasar tersebut bisa dengan :
a) Stabilisasi tanah dengan tanah yang lebih baik,
b) Stabilisasi tanah dengan kapur,
c) Stabilisasi tanah dengan pasir, dan
d) Stabilisasi tanah dengan semen.
Hal ini dapat dilakukan apabila tanah di lapangan perlu distabilisasi dan juga
dengan pertimbangan biaya yang paling ekonomis diantara beberapa alternatif
penanganan masalah tersebut yang merupakan bagian dari pengendalian mutu.
6.6 Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan
Menurut Abrar husen (2009) hal prinsip yang perlu diperhatikan dalam usaha
pengendalian K3 adalah ketika terjadi kecelakaan, baik ringan maupun berat, maka
akan timbul biaya tidak terduga yang besarnya sesuai dengan tingkat kerusakan
yang ditimbulkan. Preventif atau pencegahan merupakan hal yang paling aman
sebelum melakukan pekerjaan agar terhindar dari kecelakaan. Program K3 sangat
diperlukan karena setiap institusi, perusahaan ataupun perorangan, serta lainnya
VI-67

memang diwajibkan oleh undang-undang untuk melaksanakannya. Selain itu


tanggung jawab moral, pemenuhan aspek hukum, nilai ekonomi, sosial dan
lingkungan yang baik akan membuat hasil produksi memiliki nilai yang semakin
tinggi karena dapat dipercaya dengan penataan manajemen yang baik pula.
Keselamatan Kerja merupakan suatu permasalahan yang banyak menyita perhatian
karena mencakup permasalahan segi perikemanusiaan, biaya dan manfaat ekonomi,
aspek hukum, pertanggungjawaban serta citra organisasi. Hubungan antar pihak
yang berkewajiban memperhatikan masalah keselamatan dan kesehatan kerja
adalah kontraktor. Kewajiban kontraktor dan rekan kerjanya adalah
mengasuransikan pekerjanya selama masa pembangunan berlangsung.
Faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja, adalah:
1. Kesalahan prosedur, dapat terjadi setiap saat pada karyawan ketika melakukan
pekerjaan karena penggunaan peralatan baru atau tidak membaca dengan teliti
prosedur penggunaan peralatan.
2. Melakukan pekerjaan membahayakan dengan standar pengamanan diri yang
tidak terpenuhi.
3. Kebakaran, dapat terjadi karena hubungan pendek pada listrik atau percikan api
dari sumber lainnya.
4. Tidak sesuai instruksi kerja, pekerja yang lalai atau tidak memahami instruksi
kerja dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain.
5. Pemakaian peralatan yang tidak hati-hati depat membahayakan operator dan
orang disekitarnya.
Usaha-usaha yang dilakukan untuk pencegahan kecelakaan kerja, adalah sebagai
berikut :
1. Mengidentifikasi setiap jenis pekerjaan yang beresiko dan mengelompokanya
sesuai tingkat resiko,
2. Adanya pelatihan bagi para pekerja konstruksi sesuai keahlianya,
3. Melakukan pengawasan secara lebih intensif terhadap pelaksanaan pekerjaan,
4. Menyediakan alat pelindung kerja selama pelaksanaan pekerjaan,
5. Pelaksanaan pengaturan di lokasi proyek konstruksi.
BAB VII
PENUTUP

7.1 Kesimpulan
Dari uraian pada bab - bab sebelumnya, Rencana Pelaksanaan Pembangunan Ruas
Jalan Salatiga – Ngablak Bts. Kabupaten Magelang STA 48+900 – STA 51+100
Provinsi Jawa Tengah dapat disimpulkan antara lain:
1. Struktur organisasi lapangan sangat diperlukan dari pihak owner, konsultan
pengawas, dan kontraktor agar proyek dapat berjalan dengan lancar. Dari
masing – masing struktur organisasi memiliki tanggung jawab dan wewenang,
sehingga keseluruhannya mempunyai konsep yang sama mengenai kriteria
keberhasilan proyek konstruksi
2. Persiapan pelaksanaan pekerjaan perlu dilakukan sebelum pelaksanaan
pekerjaan konstruksi seperti pengukuran dan pemasangan bowplank, direksi
keet, papan nama poyek, mobilisasi dan demobilisasi serta perencanaan site
plan.
3. Metode pelaksanaan konstruksi merupakan urutan pekerjaan dari awal sampai
akhir pekerjaan konstruksi yang dimulai dari pekerjaan persiapan, pekerjaan
drainase, pekerjaan tanah, pekerjaan konstruksi, pekerjaan pelengkap jalan, dan
pekerjaan akhir (finishing) dimana dalam pekerjaan tersebut juga diperlukan
perencanaan spesifikasi alat, bahan, tenaga, pengujian laboratorium, prosedur
pelaksanaan serta pengujian langsung di lapangan yang digunakan sebagai
pengendalian mutu pada setiap pekerjaan sesuai dengan Spesifikasi Umum
Bidang Jalan Tahun 2018.
4. Metode pelaksaan yang sudah direncanakan adalah acuan dalam pembuatan
time schedule dan network planning sebagai acuan pelaksanaan dilapangan
sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan selama pekerjaan, supaya pekerjaan
dapat diselesaikan secara efektif.
5. Kegiatan pelaksanaan pekerjaan konstruksi pada proyek ini meliputi pekerjaan
galian dan timbunan tanah, penyiapan tanah dasar, sub base, base, prime coat,
tack coat, surface (Laston MS 800), saluran drainase, dan bangunan pelengkap
lainnya.

VII-1
VII-2

6. Rencana Anggaran Biaya Pelaksanaan sebesar Rp. 24.475.504.000,00 (Dua


Puluh Empat Miliyar Empat Ratus Tujuh Puluh Lima Juta Lima Ratus Empat
Ribu Rupiah) dengan rencana waktu pelaksanaan proyek yaitu selama 121 hari
yang terdiri dari pekerjaan persiapan, pekerjaan konstruksi atau major, dan
pekerjaan finishing atau minor dengan tujuan untuk kontrol biaya pelaksanaan
yang sudah dikeluarkan.
7. Pengendalian proyek memiliki dua peran, yakni tindakan preventif
(pengendalian awal) dan represif (penanganan masalah). Pengendalian awal
yakni upaya pengendalian pada pekerjaan konstruksi yang telah dierencanakan
sehingga dapat berjalan optimal sesuai dengan perencanaan awal baik secara
kuantitatif maupun kualitatif. Sedangkan pengendalian represif (penanganan
masalah) yakni pengendalian proyek dapat menjamin bahwa pekerjaan
konstruksi dapat dipertanggungjawabkan dari segi teknis dan tindakan koreksi
yang akan dilakukan apabila terjadi penyimpangan. Pengendalian proyek
meliputi pengendalian waktu, mutu, biaya, K3L dan lingkungan serta
penanganan masalah sebagai pengendalian bertujuan agar pekerjaan konstruksi
dapat berjalan optimal sesuai dengan yang direncanakan secara kuantitatif dan
kualitatif yang akan dilakukan bila terjadi penyimpangan.
7.2 Saran
Dari permasalahan yang terjadi pada Rencana Pelaksanaan Pembangunan Ruas
Jalan Salatiga – Ngablak Bts. Kabupaten Magelang STA 48+900 – STA 51+100
Provinsi Jawa Tengah, penyusun memberikan saran – saran sebagai berikut:
1. Sebelum dimulainya suatu pekerjaan, sangat perlu untuk melakukan koordinasi
antar pekerja maupun staf dalam struktur organisasi. Hal ini bertujuan untuk
menghindari kesalah pahaman dalam bekerja, sehingga pekerjaan yang
dilaksanakan dapat lebih efektif dan efisien.
2. Memastikan mutu pekerjaan sesuai standar yang sudah ditetapkan dengan
melakukan pengendalian mutu pada item pekerjaan untuk menghindari
terjadinya kegagalan mutu pada suatu pekerjaan.
3. Dalam perhitungan Rencana Anggaran Pelaksanaan (RAP) perlu dilakukan
survei harga bahan, alat, dan tenaga yang terbaru dari daerah setempat agar hasil
perhitungan tepat, efisien dan lebih rendah dibanding harga kontrak.
VII-3

4. Dalam pemilihan alat, bahan, dan tenaga harus disesuaikan dengan jadwal
(schedule). Sedangkan untuk prosedur pelaksanaan harus sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditentukan. Pelaksanaan pengawasan dan kontrol yang
ketat sesuai dengan spesifikasi dalam pelaksanaan pekerjaan terutama pada
pekerjaan berat atau pada jalur kritis sangat diperlukan agar tidak terjadi
keterlambatan, tidak terkena sanksi/denda, dan integritas perusahaan tetap
terjaga.
5. Masalah dengan pengendalian waktu dalam pelaksanaannya perlu pengawasan
yang kompleks, terutama pada pekerjaan yang kritis, agar pekerjaan tepat sesuai
rencana yang telah dibuat.
6. Perlu adanya monitoring/konfirmasi yang berkaitan dengan Mobilisasi dan
Demobilisasi alat berat, karena keterlambatan alat akan sangat mempengaruhi
waktu pekerjaan, terutama masalah mengenai keuangan.
7. Perlu adanya monitoring berkala untuk memantau progress pekerjaan agar
berjalan sesuai jadwal dengan melihat laporan harian dan laporan mingguan.
DAFTAR PUSTAKA

Ervianto, Wulfram I. 2005. “Manajemen Proyek Konstruksi”. Yogyakarta: C.V

Andi.

Dipohusodo, Istimawan. 1996. “Manajemen Proyek dan Konstruksi Jilid 1”.

Yogyakarta: Kanisius.

Widiasanti, Irika dan Lenggogeni. 2013. “Manajemen Konstruksi”. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Direktorat Jenderal Bina Marga. 2018. ”Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan

Jembatan”. Jakarta: Dinas Pekerjaan Umum.

Kusdiyono. 2000. ‘Petunjuk Praktikum Uji Bahan Bangunan 2”. Semarang :

Politeknik Negeri Semarang

Kusdiyono, dkk. 2002. “Petunjuk Praktikum Uji Bahan Bangunan 1”. Semarang :

Politeknik Negeri Semarang.

Marsudi, Martono. 2010. “Manajemen Konstruksi”. Semarang: Penerbit Polines.

Marsudi, Martono. 2011. “Manajemen Proyek Pelaksanaan Konstruksi”.

Semarang: Penerbit Polines.

Winoto, Agnes Dwi Yanthi. 2014. “Manajemen Konstruksi Untuk Bangunan”.

Padang: Perpustakaan Universitas Andalas.

Data CBR Proyek Pembangunan Jalan Lemahbang – Kaloran (STA 25+500 – STA

27+600). Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah

Peraturan Presiden No.12 Tahun 2021. Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Undang – Undang No.38 Tahun 2004. Jalan.

Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006. Tentang Jalan.


Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI No. 5 Tahun 2018 tentang K3 Lingkungan

Kerja

Peraturan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasinal No. 5 Tahun 2017.

Sertifikasi dan Registrasi Tenaga Ahli.

Peraturan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasinal No. 6 Tahun 2017.

Sertifikasi dan Registrasi Tenaga Terampil.


FORMULIR PROSEDUR No. FP F.PPd.4.07-L3
nik
Revisi 3

NILAI BIMBINGAN TUGAS AKHIR Tanggal 7-9-2021


EMARAN
Halaman1/2

NILAI BIMBINGAN TUGAS AKHIR

Berdasarkan surat tugas Nomor.. ... Pembimbing Utama/Pendamping telah


melaksanakan bimbingan tugas akhir mahasiswa

Nama Ahmad Hasan Khuluqi


NIM/Kelas :3.12.18.2.02/KS3C
Judul tugas akhir
Pelaksanaan Pembangunan Ruas Jalan Salatiga - Ngablak, Bts. Kabupaten Magelang, STA

48+900 STA 51+000, Provinsi Jawa Tengah"


dengan hasil sebagai berikut.

No Unsur yang dinilai Nilai (0 s.d. Bobot Nilai x bobot

100)
Kedisiplinan dalam bimbingan .10
9
2 Kreativitas pemecahan masalah 0.15
90 13S
3 Penguasan materi tugas akhir 0,20
86 7/2
4 Kelengkapan dan referensi tugas 0,05
akhir 86 413
Jumlah (maksimum 50)
Hasil penilaian bimbingan tugas akhir ini dapat dipergunakan sebagaimana mestinyà
4
Semarang, September 2021
Pembimbing 1,

Yustinus Eka Wivana, S.T. MT


NIP 19590430 1984031002
Setelah ditandatangani pembimbing diserahkan kepada Kaprodi saat pendaftaran ujian
FORMULIR PROSEDUR No. FP F.PPd.4.07-3

Revisi

NILAI BIMBINGAN TUGAS AKHIR Tanggal79-2021


MARAN
Halaman 2/2

NILAI BIMBINGAN TUGAS AKHIR

Berdasarkan surat tugas Nomor:.... . Pembimbing Utama/Pendamping telah

melaksanakan bimbingan tugas akhir mahasiswa:

Nama : Pradita Septian Restu Aji

NIM/Kelas : 3.12.18.2.18/ KS 3C

Judul tugas akhir


Pelaksanaan Pembangunan Ruas Jalan Salatiga -Ngablak, Bts. Kabupaten Magelang, STA

48+900-STA 51+000, Provinsi Jawa Tengah


dengan hasil sebagai berikut.

No Unsur yang dinilai Nilai (0 s.d. Bobot Nilai x bobot


100)
Kedisiplinan dalam bimbingan 0.10
90
2 Kreativitas pemecahan masalah 0.15
90 13,5
3 Penguasaan materi tugas akhir
86 0,20 7,2

4 Kelengkapan dan referensi tugas 0,05


akhir
86 4
Jumlah(maksimum 50)
Hasil penilaian bimbingan tugas akhir ini dapat dipergunakan sebagaimana mestind

Semarang, September 2021


Pembimbing l1,

Lilik Satriyadi,8.T M.I


NIP. 19590621 1p88031001
Setelah ditandatangani pembimbing diserahkan kepada Kaprodi saat pendaftaran ujian
FORMULIR PROSEDUR No. FP F.PPd.4.07-13

oknik
Revisi

NILAI BIMBINGAN TUGAS AKHIR Tanggal 7-9-2021

PMARAN
Halaman 1/2

NILAI BIMBINGAN TUGAS AKHIR

Berdasarkan surattugas Nomor:.. .


... Pembimbing Utama/Pendamping telah
melaksanakan bimbingan tugas akhir mahasiswa:

Nama : Ahmad Hasan Khuluqi

NIM/Kelas :3.12.18.2.02/KS3C
Judul tugas akhir
Pelaksanaan Pembangunan Ruas Jalan Salatiga - Ngablak, Bts. Kabupaten Magelang, STA

48+900- STA 51+000, Provinsi Jawa Tengah


dengan hasil sebagai berikut.

No Unsur yang dinilai Nilai (0 s.d. Bobot Nilai x bobot

100)
1 Kedisiplinan dalam bimbingan 0.10
90 9
2 Kreativitas pemecahan masalah 0.15
19,5
3 Penguasaan materi tugas akhir 0,20 17,2
4 Kelengkapan dan referensi tugas 0,05
akhir 8 4.3
Jumlah (maksimum 50)
Hasil penilaian bimbingan tugas akhir ini dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Semarang, September 2021


Pembimbing II,

Lilik Satriyad S.T M.T


NIP. 195906211988031001
Setelah ditandatangani pembimbing diserahkan kepada Kaprodisaat pendaftaranujian
FORMULIR PROSEDUR No. FPF.PPd.4.07-13

Revisi

NILAI BIMBINGAN TUGAS AKHIR Tanggal 7-9-2021


EMARANG
Halaman2/2

NILAI BIMBINGAN TUGAS AKHIR

Berdasarkan surat tugas Nomor . . . . .. Pembimbing Utama/Pendamping telah

melaksanakan bimbingan tugas akhir mahasiswa :

Nama :Pradita Septian Restu Aji


NIM/Kelas : 3.12.18.2.18/ KS 3C

Judul tugas akhir


Pelaksanaan Pembangunan Ruas Jalan Salatiga -Ngablak, Bts, Kabupaten Magelang, STA
48+900 STA 51+000, Provinsi Jawa Tengah"
dengan hasil sebagai berikut.

No Unsur yang dinilai Nilai (0 s.d. Bobot Nilai x bobot

100)
Kedisiplinan dalam bimbingan 90 0.10
9
2 Kreativitas pemecahan masalah 90 0.15 13,5
3 Penguasaan materi tugas akhir 84 0,20 17,2
4 Kelengkapan dan referensi tugas 0,05

akhir
Jumlah (maksimum 50)
Hasil penilaian bimbingan tugas akhir ini dapat dipergunakan sebagaimana mestirtya.

Semarang, September 2021


Pembimbing 1,

Yustiuy:ka Wiyana, S.T., M.T


NIP 195904301984031002
Setelah ditandatangani pembimbing diserahkan kepada Kaprodi saat pendataran ujian
8.6
8.5
8.4
8.3
8.2
6.2
5.2
5.1
3.5
3.4
3.3
3.2
3.1
2.4
2.3
2.2
1.9
1.8
1.7
1.6
1.5
1.4
1.3
1.2
1.1

8.1
4.1
2.1

6..1
No.

10.4
10.3
10.2
10.1
1.11
1.10

3.2(1)
2.4(2)
2.2(5)
2.2(4)
2.2(3)
2.2(2)
2.2(1)
2.1(2)
2.1(1)
Mobilisasi

Base Camp

Marka Jalan
Direksi Keet
Demobilisasi

Kerb Median
Dokumentasi

Galian Drainase

Patok Kilometer
Rambu lalu lintas
Timbunan Tanah

Patok Hektometer
Galian Tanah Biasa
Papan Nama Proyek

Lantai Kerja Drainase

Pekerjaan Bouwplank
Pemasangan Drainase

Plesteran Bak Kontrol


Pekerjaan Bak Kontrol

Penyiapan Badan Jalan

Lampu Penerangan Jalan


Timbunan Tanah Median
Asuransi dan Administrasi
Penyediaan Listrik dan Air
Pengukuran awal pekerjaan

2.4 (1) Pekerjaan Galian Bak Kontrol


Lantai Kerja Gorong - gorong
Pasangan Bata dengan Mortar

Pemeliharaan Rutin Bahu Jalan


Pemeliharaan Rutin Perkerasan
Pekerjaan Galian Gorong - Gorong

Pekerjaan pembuangan tanah galian

Lapis Resap Pengikat (Prime Coat)


Pengupasan dan Pembersihan Lahan
Pengujian Lapangan dan Labolatorium
DIVISI I UMUM

Pemeliharaan Rutin Perlengkapan Jalan


URAIAN

Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas

DIVISI IV BAHU JALAN


Pembuangan Galian Tanah Gorong - Gorong

DIVISI X PEMELIHARAAN
Lapis Pondasi Agregat Kelas S ( Bahu Jalan )

Lapisan Permukaan (Surface) Laston MS 800


DIVISI III PEKERJAAN TANAH

DIVISI VI PERKERASAN ASPAL


Timbunan Gorong - Gorong Setelah Pemasangan
DIVISI II PEKERJAAN DRAINASE

DIVISI V PERKERASAN BERBUTIR


Gorong - Gorong Beton Bertulang diameter 100 cm

RENCANA

REALISASI
DIVISI VIII PENGEMBALIAN KONDISI
Lapisan Pondasi Atas ( Base Course) (Agregat Kelas A)

TOTAL JUMLAH HARGA


Lapisan Pondasi Bawah (Sub Base Course) (Agregat Kelas B)

Pemeliharaan Rutin Selokan, Saluran Air, Galian dan Timbunan


m













LS
LS
LS
LS
LS
LS
LS
LS
LS
LS

m3
m3

m3
m3
m3

ton
liter
Unit
Unit

Test

buah
buah
buah
buah
buah
buah
buah

buah
Buah
Satuan
Volume

12195.12
8710.8
464.576
26.496
12.096
110
3
18.95
26.03
3.26
45

20
207.4
3457.666667
4140.8

1.00 Rp
1.00 Rp
1.00 Rp
1.00 Rp
40.00 Rp
4148.00 Rp
18.00 Rp
3.00 Rp
7.00 Rp
6678.28 Rp
34843.20 Rp
Rp
Rp
900 Rp
84663.14514 Rp
24888 Rp
29036 Rp
62933.7903 Rp
160183.6935 Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
1.00 Rp
1.00 Rp
1.00 Rp
1.00 Rp
1.00 Rp
1.00 Rp
1.00 Rp
2,074.00 Rp
2.00 Rp
1.00 Rp
1.00 Rp

774.36 Rp
995,52 Rp
Rp

Rp
(Rp)
Jumlah Harga

6,198,951.30
39,304,000.00
14,174,000.00
75,436,200.00
103,652,211.81
208,790,000.00
64,240,000.00
543,400.00
3,753,540.00
6,479,819,312.45
397,071,635.45
2,512,828,920.00
1,730,999,760.00
8,220,000.00
2,285,340,000.00
498,800,000.00
378,845,000.00
4,690,000.00
4,310,000.00
7,872,396.69
8,225,000.00
3,645,000.00
4,270,000.00
1,005,000.00
419,577.92
24,745,000.00
690,000.00
228,920,000.00
4,596,223,333.33
676,911,220.00
43,225,000.00
40,275,000.00
13,000,000.00
302,273,000.00
139,600,000.00
70,935,000.00
57,565,000.00
1,382,000.00
27,585,000.00
59,695,000.00

15,247,350.00
507,103,200.00
55,590,000.00
3,203,590,000.00
115,592,640.00

25,022,601,648.96

Prestasi Komulatif

Prestasi Komulatif
Prestasi Tiap Minggu

Prestasi Tiap Minggu


(%)

0.025
0.157
0.057
0.301
0.414
0.834
0.257
0.002
0.015
1.587
6.918
2.027
0.033
9.133
1.993
0.222
1.514
0.019
0.017
0.031
0.033
0.015
0.017
0.004
0.002
0.099
0.003
0.915
2.705
0.173
0.161
0.052
1.208
0.558
0.283
0.230
0.006
0.110
0.239

0.061
0.462

100.00
25.896
10.042
12.803
18.368

1
7
1
1
1
8
2
2
1
1
1
3
1
1
3
1
1
2
3
5
2
5
1
9
8

5
4
i)

%
%
%
%
14
14
14
14
12
16
11
21
16
17
38
18
39

15
121
121
121
121
(Har
Bobot Waktu

0.022 0.001 0.001 0.000 0.0460


2

0.022 0.001 0.001 0.000 0.112 0.142 0.0460 0.006


3

0.022 0.001 0.001 0.000 0.112 0.142 0.0460


1

1.4156
1.4156
4

0.022 0.001 0.001 0.000 0.112 0.0460


5

0.022 0.001 0.001 0.000 0.112 0.0460 ###


6

0.12459 0.022 0.001 0.001 0.000 0.031 0.112


7

0.12459 0.022 0.001 0.001 0.000 0.031


8

0.12459 0.022 0.001 0.001 0.000 0.031


9

0.12459 0.022 0.001 0.001 0.000 0.031


2

2.4713
1.0557
10

0.12459 0.022 0.001 0.001 0.000 0.031


11

0.12459 0.022 0.001 0.001 0.000


12

0.12459 0.022 0.001 0.001 0.000 0.031


13

0.12459 0.022 0.001 0.001 0.000 0.031


Bulan ke-1

14

0.12459 0.022 0.001 0.001 0.000 0.031


15

0.12459 0.022 0.001 0.001 0.000 0.031


3

3.5579
1.0866
16

` 0.12459 0.022 0.001 0.001 0.000 0.031


17

0.12459 0.022 0.001 0.001 0.000 0.031


18

0.12459 0.022 0.001 0.001 0.000 0.031


19

0.12459 0.022 0.001 0.001 0.000 0.031


20

0.12459 0.022 0.001 0.001 0.000 0.031 0.03


21

0.12459 0.01096 0.022 0.001 0.001 0.000 0.031 0.01225


4

2.1237
5.6816
22

0.337 0.01096 0.00138 0.022 0.001 0.001 0.000 0.031


23

0.0891 0.337 0.01096 0.00138 0.022 0.001 0.001 0.000 0.031


24

0.0891 0.337 0.01457 0.09889 0.0308 0.022 0.001 0.001 0.000 0.031
25

0.0891 0.337 0.01722 0.00168 0.0308 0.022 0.001 0.001 0.000 0.031
26

0.0891 0.337 0.03146 0.00134 0.0308 0.022 0.001 0.001 0.000 0.031
27

0.0891 0.337 0.01874 0.00134 0.0308 0.022 0.001 0.001 0.000 0.031
5

8.8515
3.1699
28

0.0891 0.337 0.00134 0.0308 0.022 0.001 0.001 0.000 0.031


29

0.0891 0.337 0.01706 0.0308 0.022 0.001 0.001 0.000 0.031


30

0.0891 0.337 0.0308 0.022 0.001 0.001 0.000 0.031


31

0.0891 0.337 0.0308 0.022 0.001 0.001 0.000 0.031


32

0.0891 0.337 0.0308 0.022 0.001 0.001 0.000 0.031


33

0.0891 0.337 0.0308 0.022 0.001 0.001 0.000 0.031


6

3.0797
11.9313
34

0.0891 0.337 0.0308 0.022 0.001 0.001 0.000 0.031


35

0.0891 0.337 0.0308 0.022 0.001 0.001 0.000 0.031


36

0.0891 0.337 0.0308 0.022 0.001 0.001 0.000 0.031


37

0.0891 0.337 0.0308 0.022 0.001 0.001 0.000 0.031


Bulan ke-2

38

0.0891 0.337 0.0308 0.022 0.001 0.001 0.000 0.031


39

0.435 0.0891 0.337 0.30495 0.022 0.001 0.001 0.000 0.031


7

6.3643
18.2956
40

0.435 0.337 0.30495 0.022 0.001 0.001 0.000 0.031


41

0.435 0.337 0.30495 0.022 0.001 0.001 0.000 0.031


42

0.43491 0.337 1.02046 0.022 0.001 0.001 0.000 0.031


43

0.43491 0.337 1.02046 0.022 0.001 0.001 0.000 0.031


44

0.43491 0.337 1.02046 0.022 0.001 0.001 0.000 0.031


45

0.43491 0.337 1.02046 0.022 0.001 0.001 0.000 0.031


8

29.2955
10.9999
46

0.43491 0.337 1.02046 0.022 0.001 0.001 0.000


47

0.43491 0.337 1.02046 0.022 0.001 0.001 0.000


48

0.43491 0.337 1.02046 0.022 0.001 0.001 0.000


49

0.43491 0.337 1.02046 0.022 0.001 0.001 0.000 0.03


50

0.43491 0.337 1.02046 0.022 0.001 0.001 0.000 0.03


51

0.43491 0.337 1.02046 0.022 0.001 0.001 0.000


9

40.2621
10.9666
52

0.43491 0.337 1.02046 0.022 0.001 0.001 0.000


53

0.43491 0.337 1.02046 0.022 0.001 0.001 0.000


54

0.43491 0.337 1.02046 0.022 0.001 0.001 0.000


55

0.43491 0.337 1.02046 0.022 0.001 0.001 0.000


56

0.43491 0.337 1.02046 0.022 0.001 0.001 0.000


TIME SCHEDULE

57

0.43491 0.337 1.02046 0.022 0.001 0.001 0.000


10

9.2258
49.4879
58

0.435 0.337 1.02046 0.022 0.001 0.001 0.000


STA 48+900 - STA 51+000

59

0.435 0.337 1.02046 0.022 0.001 0.001 0.000


PELAKSANAAN PEMBANGUNAN

60

0.11108 0.022 0.001 0.001 0.000


61

0.11108 0.022 0.001 0.001 0.000


Bulan ke-3

62

0.62764 0.022 0.001 0.001 0.000 0.01225


63

0.62764 0.022 0.001 0.001 0.000 0.01225


11
Rencana Pelaksanaan (Minggu)

3.4270
52.9149
64

0.62764 0.022 0.001 0.001 0.000


65

0.62764 0.022 0.001 0.001 0.000


66

0.62764 0.022 0.001 0.001 0.000


RUAS JALAN SALATIGA - NGABLAK, BTS. KABUPATEN MAGELANG

67

0.62764 0.022 0.001 0.001 0.000


68

0.62764 0.022 0.001 0.001 0.000


69

0.62764 0.022 0.001 0.001 0.000 0.03


12

5.5583
58.4732
70

0.62764 0.50665 0.022 0.001 0.001 0.000 0.03


71

0.62764 0.50665 0.022 0.001 0.001 0.000 0.03


72

0.62764 0.50665 0.022 0.001 0.001 0.000 0.03


73

0.62764 0.50665 0.022 0.001 0.001 0.000


74

0.62764 0.022 0.001 0.001 0.000


75

0.62764 0.022 0.001 0.001 0.000


13

4.4270
62.9002
76

0.62764 0.022 0.001 0.001 0.000


77

0.62764 0.022 0.001 0.001 0.000


78

0.629 0.022 0.001 0.001 0.000


79

0.629 0.022 0.001 0.001 0.000


80

0.629 0.022 0.001 0.001 0.000


81

0.629 0.022 0.001 0.001 0.000


14

3.9266
66.8268
82

0.629 0.022 0.001 0.001 0.000


83

0.629 0.022 0.001 0.001 0.000


84

0.629 0.022 0.001 0.001 0.000


85

0.629 0.022 0.001 0.001 0.000


Bulan ke-4

86

0.629 0.022 0.001 0.001 0.000


87

0.629 0.022 0.001 0.001 0.000


15

7.3937
74.2206
88

0.629 0.022 0.001 0.001 0.000


89

2.158 0.19836 0.022 0.001 0.001 0.000 0.01225


90

2.158 0.19836 0.022 0.001 0.001 0.000


91

2.158 0.19836 0.022 0.001 0.001 0.000


92

2.158 0.19836 0.022 0.001 0.001 0.000


93

2.158 0.19836 0.022 0.001 0.001 0.000


16

88.5119
14.2913
94

2.158 0.19836 0.022 0.001 0.001 0.000


95

2.158 0.19836 0.022 0.001 0.001 0.000


96

2.158 0.19836 0.022 0.001 0.001 0.000


97

2.158 0.022 0.001 0.001 0.000


98

2.158 0.022 0.001 0.001 0.000


99

2.158 0.022 0.001 0.001 0.000


17

9.8063
98.3182

2.158 0.022 0.001 0.001 0.000


100

0.414 0.119 0.25673 0.01219 0.01643 0.022 0.001 0.001 0.000 0.01225
101

0.119 0.015 0.015 0.01219 0.01643 0.022 0.001 0.001 0.000 0.01225
102

0.119 0.01219 0.022 0.001 0.001 0.000


103

0.119 0.01219 0.022 0.001 0.001 0.000


104

0.119 0.01219 0.022 0.001 0.001 0.000


105
18

0.8366
99.1549

0.119 0.022 0.001 0.001 0.000


106

0.119 0.022 0.001 0.001 0.000


107

0.0018 0.0112 0.0040 0.0215 0.022 0.001 0.001 0.000 0.0122


108

0.0018 0.0112 0.0040 0.0215 0.022 0.001 0.001 0.000 0.0122


109
Bulan ke-5

0.0018 0.0112 0.0040 0.0215 0.022 0.001 0.001 0.000 0.0122


110

0.0018 0.0112 0.0040 0.0215 0.022 0.001 0.001 0.000


111
19

0.4092
99.5640

0.0018 0.0112 0.0040 0.0215 0.022 0.001 0.001 0.000


112

0.0018 0.0112 0.0040 0.0215 0.022 0.001 0.001 0.000


113

0.0018 0.0112 0.0040 0.0215 0.022 0.001 0.001 0.000


114

0.0018 0.0112 0.0040 0.0215 0.022 0.001 0.001 0.000


115

0.0018 0.0112 0.0040 0.0215 0.022 0.001 0.001 0.000


116

0.0018 0.0112 0.0040 0.0215 0.022 0.001 0.001 0.000


117
20

0.3847
99.9487

0.0018 0.0112 0.0040 0.0215 0.022 0.001 0.001 0.000


118

0.0018 0.0112 0.0040 0.0215 0.022 0.001 0.001 0.000


119

0.0018 0.0112 0.0040 0.0215 0.022 0.001 0.001 0.000


120

0.0018 0.0112 0.0040 0.0215 0.022 0.001 0.001 0.000


21
121

####
####
%

0%
PROGRES

25%
50%
75%
100%
1 Hari = 7 Jam
KETERANGAN

1 Minggu = 6 Hari Kerja

TTD
PEMBIMBING I
DIPERIKSA

PEMBIMBING II

Liliek Satriyadi, S.T., M.T.

NIP 195906211988031001
NIP 195904301984031002
Yustinus Eka Wiyana, S.T., M.T.

Nama : Ahmad Hasan Khuluqi (3.12.18.2.02)

Pradita Septian Restu Aji (3.12.18.2.18)


JUDUL GAMBAR
TUGAS AKHIR 2021

STA 48+900 - STA 51+000


KABUPATEN MAGELANG,
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PRODI KONSTRUKSI SIPIL

TGL

JML LMBR
BARCHART ALAT, TENAGA, DAN BAHAN
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

TTD
PEMBANGUNAN RUAS JALAN SALATIGA - NGABLAK, BTS.

NO. LMBR
SCHEDULE ALAT, TENAGA, DAN BAHAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
JALAN SALATIGA - NGABLAK, BTS. KABUPATEN MAGELANG
STA 48+900 - STA 51+000

SCHEDULE ALAT
Rencana Pelaksanaan Barchart Alat
No Uraian satuan Bulan Ke-1 Bulan Ke-2 Bulan Ke-3 Bulan Ke-4 Bulan Ke-5 100
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
90
1 Air Compresor Unit - - - - - - - - - - - - - - 1 1 2 2 - - -
2 Asphalt Finisher Unit - - - - - - - - - - - - - - 1 1 1 - - - -
80
3 Asphalt Sprayer Unit - - - - - - - - - - - - - - 2 2 - - - - -
4 Bulldozer Unit 4 4 4 15 15 15 15 15 - - - - - - - - - - - - - 70
5 Excavator Unit - - - 15 15 15 15 15 15 15 - - - - - - - - - - -
6 Dump Truck Unit 8 8 8 30 30 30 45 45 45 45 3 6 6 3 2 2 6 3 - - - 60

7 Concrete Mixer Unit - - - 1 1 - 1 - - - - - - - - - - - - - -


50
8 Motor Grader Unit - - - 6 - - - - - 1 1 2 2 1 1 1 - - - - -
9 Tandem Roller Unit - - - 1 1 1 1 - - - - - - 2 2 2 - - - - 40
10 Vibratory Roller Unit - - - 2 - - - - - 1 1 2 2 2 2 2 - - - - -
11 Survey Equipment Unit 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30

12 Wheel Loader Unit 4 4 4 4 - - - - - - 2 3 3 2 2 2 2 - - - -


20
13 Stamper Unit - - - 6 6 6 6 - - - - - - - - - 2 - - - -
14 Pneumatic Tire Roller Unit - - - - - - - - - - - - 1 1 2 1 1 - - - - 10
15 Sheep Foot Roller Unit - - - 1 1 1 1 - - - - - - - - - - - - - -
16 Flat Bad Truck Unit - - - - - - - - - - - - - - - - 1 - - - - 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
17 Truck Crane Unit 5 5 5 5
18 Water Tanker Unit - - - 1 1 1 1 - - 4 4 5 4 2 2 3 - - - - -

SCHEDULE TENAGA Barchart Tenaga


Rencana Pelaksanaan 50
No Uraian Satuan Bulan Ke-1 Bulan Ke-2 Bulan Ke-3 Bulan Ke-4 Bulan Ke-5
45
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1 Mandor hari 1 1 1 1 2 2 2 1 3 3 2 2 2 1 2 2 4 3 4 4 4 40
2 Tukang kayu hari 2 - - 2 - - - - - - - - - - - - - - - - -
35
3 Tukang batu hari - - - - 1 - - 1 - - - - - - - - - - - - -
4 Tukang cat hari - - - - - - - - - - - - - - - - - 2 - - - 30
5 Pekerja hari 10 10 10 12 10 10 10 10 8 10 12 12 12 8 8 12 8 8 8 8 8 25
6 Kepala Tukang Kayu hari - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
7 Kepala Tukang Batu hari - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 20

8 Juru Ukur hari 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15


9 Asisten Juru Ukur hari 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 10
10 Operator hari - 1 1 1 2 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 1 1 - - - -
5
11 Pembantu Operator hari - 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 1 - - - -
12 Sopir hari 8 8 8 8 9 9 9 9 10 10 4 2 2 4 4 4 5 3 - - - 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
13 Pembantu Sopir hari 8 8 8 8 9 9 9 9 10 10 4 2 2 4 4 4 5 3 - - -
Total 32 33 33 37 40 39 39 39 42 44 33 29 29 28 29 27 27 22 15 15 15

SCHEDULE BAHAN Barchart Bahan


Rencana Pelaksanaan
No Uraian satuan Bulan Ke-1 Bulan Ke-2 Bulan Ke-3 Bulan Ke-4 Bulan Ke-5 70000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1 Agregat halus m3 3658.54 298.66 3658.54 3336.54289 2.35
2 Agregat kasar m3 10975.61 895.97 6794.42 8,243 2.35
3 Pasir beton m3 3.00 6.62 0
4 Tanah urug m3
5 Batu bata buah 3.26 60000
6 Batu Pecah 10/15 m3 10.00
7 Beton K-175 m3
8 Portland Cement (PC) kg 63.00 0
9 Laston MS 800 ton 2,226.093 2,226.093 2,226.093
10 Box Culvert Ø 40 - 100 buah
11 Pipa galvanis 2" - 6 m batang
12 Paku Kg 2.5 5.50 50000
13 Cat Kg 1 2.00
14 Cat kayu Kg
15 Cat marka Kg 1.66
16 Cat meni Kg 5
17 Minyak cat liter 2
18 Kerosin liter 10452.96
40000
19 Thinner liter 1.05
20 Filler Kg 119.03
21 Glass bead Kg 0.45
22 Pelat rambu(60x60 cm) lembar
23 Multipleks 9 mm lembar
24 Kayu Meranti 5/7 batang 15 55.00
25 Kayu Meranti 2/20 batang 2 55.00 30000
26 Agregat halus utk ATB/AC/HRS m3
27 Agregat halus utk LPA m3
28 Agregat halus utk LPB m3
29 Agregat kasar utk ATB/AC/HRS m3
30 Agregat kasar utk LPA m3
31 Agregat kasar utk LPB m3
32 Concrete Barrier bh 20000
33 Lampu penerangan jalan buah 40
34 Rambu Lalu Lintas buah 7.00
35 MMT m2 2.84
36 Kerb buah 4148
37 Prime / Tack Coard RC liter
38 Prime Coat MC liter 32926.824
10000
39 Prime / Tack Coat Emulsi liter
40 Baja Tulangan (Polos) U24 Kg
41 Baja Tulangan (Ulir) D32 Kg
42 Pipa Beton D100 buah 20
43 Beton Pracetak (U-Ditch) Type 800x1000 buah 3458
44 Beton K-125 m3 0.18 207.40 59.15
45 Camp. Aspal Panas M3 10.728 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
46 Camp. Aspal Dingin M3 10.728
47 Aspal Pengisian Retak Liter 1006

Anda mungkin juga menyukai