Anda di halaman 1dari 86

neurologi

Råñdÿ Rïçhtër
Catatan Koas | Neurologi

N.1 (Olfaktorius) Sensorik Hidung


N.2 (Olfaktorius)
N.1 (Optikus) Sensorik
Sensorik Mata
Hidung
Otot-otot mata (selain
Mata m. oblique
N.3 N.2 (Optikus)
(Okulomotor) Sensorik
Motorik
superior
Otot-ototdanmata m.(selain
rektusm. lateral)
oblique
N.3 (Troklearis)
N.4 (Okulomotor) Motorik
Motorik Muskulus oblique superior
superior dan m. rektus lateral)
N.4 (Troklearis) Motorik Wajah,Muskulus
sinus, gigi,oblique superior
2/3 anterior lidah
Sensorik
N.5 (Trigeminal) Sensorik rabasinus,
Wajah, (suhugigi,
dan dan nyeri)
lain-lain
N.5 (Trigeminal)
Motorik
Motorik Otot mastikasi (menutup mulut)
Otot mastikasi
N.6(Abdusens)
N.6 (Abdusens) Motorik
Motorik Muskulusrektus
Muskulus rektuslateral
lateral
N.7 (Fasialis) Sensorik
Sensorik Rangsang
2/3 anterioranterior
lidah rasa lidah (pengecapan)
(pengecapan)
N.7 (Fasialis) Motorik Otot-ototwajahwajah(ekspresi)
(ekspresi)
Motorik Otot-otot
N.8(Vestibulokoklearis)
N.8 (Vestibulokoklearis) Sensorik
Sensorik Telingabagian
Telinga bagiandalamdalam
Motorik
Motorik Otot di menelan
Gerakan faringeal
N.9(Glossofaringeal)
N.9 (Glossofaringeal) 1/3Bagian posterior
posterior lidah,dan
lidah (rasa tonsil dan
raba),
Sensorik
Sensorik faring
tonsil dan faring
Jantung, paru-paru,
Jantung, paru-paru, bronkhi, bronkhi,traktus
traktus
Motorik
Motorik gastrointestinal
gastrointestinal
N.10(Vagus)
N.10 (Vagus) Jantung,paru-paru,
Jantung, paru-paru,bronkhi,
bronkhi,trakea,
trakea,
Sensorik
Sensorik laring,faring,
laring, faring,traktus
traktusgastrointestinal,
gastrointestinal,
telingaluar
telinga luar
Muskulussternokleidomastoideus
Muskulus sternokleidomastoideusdan dan
N.11(Aksesorius)
N.11 (Aksesorius) Motorik
Motorik muskulustrapezius
muskulus trapezius
N.12 (Hipoglossus) Motorik Otot di lidah
N.12 (Hipoglossus) Motorik Otot di lidah
 Memeriksa dengan botol berisi bubuk kopi, teh dan tembakau satu per
satu didekatkan pada satu lubang hidung lalu lubang hidung sebelahnya
saat menutup mata
 Interpretasi :
- Hiperosmia  peningkatan sensitivitas indera penghidu
- Hiposmia  penurunan kemampuan indera penghidu
- Anosmia  hilang kemampuan indera penghidu
- Kakosmia  sensasi menghidu bau busuk
- Parosmia  salah persepsi bau
- Halusinasi olfaktorius  fenomena menghidu bau-bauan yang tidak
enak
 Tersering pada kasus adenoma hipofisis
 Hemianopsia homonim sinistra/dextra  selalu berlawanan dengan
traktus yang rusak
 Penglihatan temporal akan menyilang ke sebelah sedangkan
penglihatan nasal tidak akan menyilang ke sebelah
 Kerusakan :
- Rusak di nervus optikus (misalnya kanan)  maka penglihatan
temporal dan nasal mata kanan akan mengalami kebutaan (anopsia
dextra), mata kiri baik saja
- Rusak di chiasma optikum (dekat hipofisis)  maka penglihatan
temporal mata kanan dan mata kiri akan mengalami kebutaan
(hemianopsia bitemporalis  heteronimus)
- Rusak di traktus optikus (misalnya kanan)  maka penglihatan
nasal mata kanan dan penglihatan temporal mata kiri akan
mengalami kebutaan (hemianopsia homonimus sinistra)  jika
traktus optikus dextra
- Rusak di radiosea optika (misalnya kanan) di lobus parietal 
maka penglihatan nasal mata kanan bawah dan penglihatan
temporal mata kiri bawah akan mengalami kebutaan (quadranopsia
inferior sinistra)
- Rusak di radiosea optika (misalnya kanan) di lobus temporal 
maka penglihatan nasal mata kanan atas dan penglihatan temporal
mata kiri atas akan mengalami kebutaan (quadranopsia superior
sinistra)
- Rusak di korteks oksipital (misalnya kanan)  kerusakan seperti
hemianopsia homonimus (kerusakan di traktus optikus) tetapi di
bagian tengah/sentral tidak terjadi kebutaan (lesi macular sparing)

Muffmengkerat
seningga pupil
lebin Kecil

m.itm
tanpaadarefle Cahaya
 Pusat refleks pupil  nukleus Edinger Westphal  fungsinya merelay /
menghantarkan impuls ke mata kontralateral
 Contoh  ketika mata kanan disinari cahaya maka impuls akan masuk
ke nukleus menggunakan n. II kanan, kemudian akan menghantarkan
impuls ke mata sendiri dengan n. III kanan untuk konstriksi, dia juga akan
menghantarkan impuls ke mata kontralateral kiri dengan n. III kiri untuk
konstriksi juga
 Cahaya masuk ke mata kanan diinput ke nukleus dengan n. II kanan lalu
dihantarkan ke mata yang sama oleh n. III kanan  Refleks Cahaya
Langsung (RCL) mata kanan (+)  konstriksi mata kiri oleh n. III kiri 
Refleks Cahaya Tidak Langsung (RCTL) mata kiri (+)  Normal
 Lesi n. II dextra  mata kanan dan mata kiri midriasis
- RCL mata kanan (-)
- RCTL mata kiri (-)
- RCL mata kiri (+)
- RCTL mata kanan (+)
 Lesi n. III dextra  mata kanan midriasis dan mata kiri konstriksi
- RCL mata kanan (-)
- RCTL mata kiri (+)
- RCL mata kiri (+)
- RCTL mata kanan (-)
 Cara mudah :
- Lesi n. II dextra  RCL mata kanan (-) dan RCTL mata kanan (+)
 berlawanan (begitu juga lesi n. II sinistra)
- Lesi n. III dextra  RCL mata kanan (-) dan RCTL mata kanan (-)
 sama (begitu juga lesi n. III sinistra)
 Pemeriksaan refleks kornea  berkedip (+)  Normal
 Pemeriksaan sensibilitas wajah (raba halus, nyeri dan suhu) pada
dermatom V1, V2 dan V3 bagian kanan dan kiri wajah
 Pemeriksaan kekuatan otot-otot temporal dan maseter :
- Pasien mengatup rahang sekuat-kuatnya  nilai otot temporal dan
maseter
- Membuka rahang  nilai apakah ada deviasi rahang
- Refleks mandibula  mulut sedikit terbuka dan dalam keadaan
lemas, telunjuk ditempatkan di apeks mandibula, nilai apakah ada
kontraksi

 Nukleus dari n.VII ada 2 yaitu  supranuklear dan infranuklear :


- Supranuklear  mempersarafi otot wajah bagian atas :
1. Kerutan dahi
2. Kemampuan menutup mata
- Infranuklear  mempersarafi otot wajah bagian bawah :
1. Sudut nasolabialis, kalau gangguan lebih vertikal
2. Mulut turun/drooping (ke sisi sakit), jika mulut mencong (ke sisi
sehat)
 Penjalaran traktus :
- Korteks kanan akan mempersarafi nukleus infranuklear kontralateral
(kiri) dan kedua nukleus supranuklear (kanan dan kiri)
- Korteks kiri akan mempersarafi nukleus infranuklear kontralateral
(kanan) dan kedua nukleus supranuklear (kanan dan kiri)
 Misalnya lesi stroke di hemisfer kanan  infranuklear kiri (korteks kanan)
mengalami kelumpuhan total  wajah bagian kiri bawah lumpuh, tetapi
wajah bagian atasnya normal karena masih dipersarafi korteks kiri
 Kesimpulan :
- Paresis n. VII kanan sentral  gejala hanya terjadi di bagian bawah
wajah kanan (begitu pun dibagian kiri)  Stroke
- Paresis n. VII kanan perifer  gejala terjadi di bagian atas dan
bawah wajah kanan (begitu pun dibagian kiri)  Bell’s Palsy

Lest Sentral
yaitu lesi yangterdapatpada bag an bawanpada wagon
Lesi perifer
yaltu yang lumpun adalahsemuabag an wajahyangdapat
mengaklbatkan saraf pengecap dan saliva
Kiri

Sentral
Kanan

 Pemeriksaan pendengaran  lateralisasi, konduksi udara dan konduksi


tulang

 Inspeksi palatum
 Pemeriksaan refleks muntah
 Pemeriksaan kemampuan menelan

 Pemeriksaan otot sternokleidomastoideus (menoleh ke kanan dan ke


kiri)
 Pemeriksaan otot trapezius (mengangkat bahu)

 Pemeriksaan otot lidah  jika ada gangguan  Disartria (bicara pelo)


 Tipe disatria :
- Spastik  tidak jelas, pasien sulit membuka mulut
- Ekstrapiramidal  monoton, tanpa irama, memulai dan
menghentikan bicara tiba-tiba
- Serebelar  tidak jelas seperti orang mabuk, irama tak bersambung
- Kelumpuhan LMN  bindeng seperti flu, lidah bicara pelo
- Miastenik  suara makin parau saat diminta berhitung keras-keras
UperMotorNeuron Jaraspiramidal
Can
Lower Motor Neuron

Batas :
 Pada nervus kranialis 
N.1
batas(Olfaktorius)
pada nukleusnyaSensorik Hidung
N.2 (Optikus)
 Pada nervus perifer Sensorik
 Mata
kornu anterior medulla Otot-otot mata (selain m. oblique
N.3 (Okulomotor) Motorik
spinalis superior dan m. rektus lateral)
 N.4
Lesi(Troklearis)
terjadi di atas plexusMotorik
 Muskulus oblique superior
Sensorik Wajah, sinus, gigi, dan lain-lain
lesi(Trigeminal)
N.5 UMN
Motorik Otot mastikasi
 Lesi terjadi tepat di level
N.6 (Abdusens) Motorik Muskulus rektus lateral
plexus  lesi LMN
N.7 (Fasialis) Sensorik
Rangsang anterior lidah (pengecapan)
 Plexus brachialis (C5-T1) Motorik Otot-otot wajah (ekspresi)
 Plexus lumbosakral (L2-S1)
N.8 (Vestibulokoklearis) Sensorik Telinga bagian dalam
Motorik Otot di faringeal
N.9 (Glossofaringeal) Bagian posterior lidah, tonsil dan
Sensorik
faring
Hipertonus  Paralisis
Motorik
Jantung,
tipe paru-paru, bronkhi, traktus
spastik (clasp-knife gastrointestinal
Hipotonus  Paralisis tipe
N.10 (Vagus) phenomenon)  awal
Tonus Jantung,
ada paru-paru, bronkhi, trakea,
flaccid
tahananSensorik
dan akhirnyalaring,
tidakfaring, traktus gastrointestinal,
ada tahanan telinga luar
Refleks Muskulus sternokleidomastoideus dan
N.11fisiologis
(Aksesorius) Meningkat
Motorik Menurun
muskulus trapezius
Refleks patologis (+) (-)
N.12 (Hipoglossus) Motorik Otot di lidah
Atrofi otot Disuse atrofi Atrofi (+)  wasting
tidakada cepat

Refleks Biceps C5, C6


Refleks Triceps C6-C8
Refleks Patella L2-L4
Refleks Achilles S1, S2

0 = negatif
1 = hipotonus
2 = normal
3 = meningkat tanpa klonus
4 = meningkat dengan klonus

Klonus (+)  ketika dorsofleksi kaki


kemudian dilepas kaki akan tremor
Menurun + bisa disertai
Kekuatan otot Menurun
gangguan motorik halus
Tonus Hipertonus Hipotonus / Atonia
Refleks fisiologis Hiperrefleks + klonus Hiporefleks / Arefleks
Hipoakivitas / absen dari
refleks abdominal,
Refleks eksteroseptif Dalam batas normal
refleks plantar, refleks
kremaster
Refleks patologis (+) (-)
Atrofi otot Preserved Muscle Bulk Atrofi (+)

Resistensi yang diikuti kelenturan Peningkatan resistensi otot yang


pada ekstremitas yang digerakkan dirasakan pada seluruh rentang gerak
cepat dan pasif ketika digerakkan perlahan
Contoh  lead pipe (awal tidak ada
Contoh  clasp knife phenomenon
tahanan dan akirnya ada tahanan),
(awal ada tahanan dan akhirnya tidak
cog-wheel phenomenon (gerakan
ada tahanan)
terbata-bata seperti roda gigi)
Kerusakan traktus piramidalis (rusak Kerusakan traktus ekstrapiramidalis
di traktur kortikospinalis) (rusak di ganglia basalis)
Lesi UMN

Gerak + / menurun / -
Kekuatan 0 / 1 / 2 / 3 / 4- / 4+ / 5
Contoh  5555/5555 (extremitas kanan dimulai dari
sendi distal ke proximal / extremitas kiri dimulai dari
sendi proximal ke distal) dilakukan pada extremitas atas
dan bawah
Tonus Normal / Menurun / Meningkat
Trofi Eutrofi / Atrofi / Disuse atrofi / sulit dinilai
Refleks fisiologis - /+/++/+++/++++
Refleks patologis (+) atau (-)
Klonus (+) atau (-)
Paralisis, tidak ada kontraksi otot sama
0 Tonus (-)
sekali
Terlihat atau teraba getaran kontraksi
1 Tonus (+)
otot tetapi tidak ada gerak sama sekali
Dapat menggerakkan anggota gerak
2 Geser tanpa gravitasi (hanya bisa ke kanan dan
ke kiri)
Dapat menggerakkan anggota gerak
Lawan
3 untuk melawan gravitasi, tetapi tidak bisa
Gravitasi (+)
melawan tahanan ringan
Dapat menggerakkan sendi aktif dan
Tahanan
4 melawan tahanan ringan, tetapi tidak bisa
ringan (+)
melawan tahanan berat
Tahanan
5 Kekuatan normal
berat (+)
 Pada kasus kelemahan ringan, paresis tidak selalu dapat terdeteksi
dengan pemeriksaan standar
 Dilakukan pemeriksaan pronator drift / barre’s sign  pasien awal
tangan dalam keadaan supinasi lalu tahan 30 detik, positif jika tangan
terputar ke medial
 Interpretasi :
- Positif dengan mata terbuka  defisit motorik
- Positif dengan mata tertutup  defisit sensorik (proprioseptif 
dorsal collum)
- Pasien tangan naik ke atas  kerusakan pada serebelum (cerebellar
drift)

 Pada ekstremitas atas dilakukan pemeriksaan Hoffman-Tromner  jari


tengah disentil ke atas dan ke bawah  positif jika keempat jari lainnya
fleksi (seperti mencengkram)
 Pada ekstremitas bawah :
- Babinski group  positif jika dorsofleksi ibu jari kaki dan abduksi
keempat jari kaki (Babinski, Chaddok, Schaeffer, Openheim,
Gonda, Gordon, Bing)
- Non-babinski group  positif jika plantarfleksi (Rossolimo dan
Mandel-Becthrew)
Telapak kaki lateral dilakukan perabaan dari lateral
ke medial
Punggung kaki lateral dilakukan goreskan dari lateral
ke medial
Pencet di tendon Achilles

Penekanan pada tibia, kemudian diurut ke bawah


Tekan otot gastrocnemius
Jari ke-4 kaki tarik keluar dan kebawah
Perabaan dengan benda tajam ditusuk dikit-dikit
pada lateral punggung kaki

Bagian punggung kaki diketuk pakai hammer

Bagian telapak kaki diketuk pakai hammer

 Raba halus  dorsal collum  Vibrasi (128 Hz)  dorsal


 Nyeri  traktus spinotalamikus collum
lateral  Rasa posisi dan sikap  dorsal
 Suhu  traktus spinotalamikus collum
lateral
Catatan tambahan :
 Traktus spinothalamikus anterior  raba kasar
 Glove & stocking phenomenon  rasa baal dari ujung-ujung tangan dan
ujung-ujung kaki terlebih dahulu  jika iya (neuropati perifer)  jika tidak
tetapi level sensorik jelas (lesi medulla spinalis)
 Posterior collumn (kolumna posterior)  dari medulla spinalis dia naik
dulu baru menyilang di medulla oblongata lalu naik sampai thalamus lalu
masuk ke korteks somatosensorik (gyrus postsentralis)
 Spinothalamikus anterior dan lateral  dari medulla spinalis dia
langsung menyilang lalu naik ke medulla oblongata lalu ke thalamus dan
masuk ke korteks somatosensorik (gyrus postsentralis)
N.1 (Olfaktorius) Sensorik
Orientasi baik Hidung
N.2 (Optikus)
Membuka spontan Sensorik
(menyebutkan Mata
4 5 Otot-otot 6 Menuruti
mata (selain m. perintah
oblique
tanpa
N.3 stimulus
(Okulomotor) nama,
Motorik tempat dan
tanggal)superior dan m. rektus lateral)
N.4 (Troklearis)
Membuka setelah Motorik Muskulus oblique superior
rangsangan suara Sensorik Wajah, sinus, gigi,
Mampu danmelokalisir
lain-lain
3 N.5 (Trigeminal) 4 Motorik
Orientasi tidak baik Otot 5 mastikasi
atau perintah nyeri
N.6 (Abdusens)
(verbal) Motorik Muskulus rektus lateral
N.7 (Fasialis) Sensorik Rangsang anterior lidah Gerakan (pengecapan)
lengan
Membuka setelah
2 3 Motorik Otot-otot
Kata-kata jelas 4 wajah (ekspresi)
menjauhi arah
rangsangan nyeri
N.8 (Vestibulokoklearis) Sensorik Telinga bagian sumber
dalamnyeri
Tidak membuka Motorik Otot di Fleksi
faringeal tidak normal
N.9mata sama sekali,
(Glossofaringeal) Bagian posterior (dekortikasi)
lidah, tonsil dan
1 2 SensorikMengerang 3
tanpa faktor seluruh korteks
faring
penghalang Jantung, paru-paru, bronkhi, otak traktus
Motorik
Ekstensi tidak
gastrointestinal
Tidak ada respon
N.10 (Vagus) Jantung, normaltrakea,
1 suara, tanpa faktor paru-paru,
2 bronkhi,
Sensorik laring, faring, traktus(deserebrasi) 
gastrointestinal,
pengganggu
rusak
telinga luarbatang otak
Muskulus sternokleidomastoideus
1 Tidak ada respon dan
N.11 (Aksesorius) Motorik
muskulus trapezius
N.12 (Hipoglossus) Motorik Otot di lidah
 Skor terendah GCS  3 dan skor tertinggi GCS  15
 Respon verbal dan nyeri :
Eye  respon verbal (4 dan 3), respon nyeri (2 dan 1)
Verval  respon verbal (5, 4 dan 3), respon nyeri (2 dan 1)
Motorik  respon verbal (6), respon nyeri (5 sampai 1)
 Cedera Kepala :
Ringan  GCS 13-15
Sedang  GCS 9-12
Berat  GCS 3-8
 Kualitatif :
Compos mentis
Somnolen
Stupor/Sopor
Koma
Serebrum

N.1 (Olfaktorius) Sensorik Hidung


N.2 (Optikus) Sensorik Mata
Ensefalon Mesensefalon
Otot-otot mata (selain m. oblique
N.3 (Okulomotor) Motorik
Susunan Saraf superior dan m. rektus lateral)
N.4 (Troklearis)
Pusat Motorik Muskulus oblique superior
Sensorik Medulla
Wajah, sinus, gigi, dan lain-lain
Serebellum
N.5 (Trigeminal)
Motorik Spinalis Otot mastikasi
N.6 (Abdusens) Motorik Muskulus rektus lateral
N.7 (Fasialis) Sensorik Rangsang anterior lidah (pengecapan)
Motorik Medulla
Otot-otot wajah (ekspresi)
N.8 (Vestibulokoklearis) Sensorik Telinga bagian Oblongata
dalam
Motorik Otot di faringeal
N.9 (Glossofaringeal) Bagian posterior lidah, tonsil dan
Sensorik
Sistem Saraf faring
Manusia Jantung, paru-paru, bronkhi, traktus
12 pasang
Motorik
gastrointestinal
saraf tepi
N.10 (Vagus) Jantung, paru-paru, bronkhi, trakea,
kranial
Sensorik laring, faring, traktus gastrointestinal,
Saraf Sadar telinga luar
Muskulus sternokleidomastoideus dan
N.11 (Aksesorius) Motorik 31 pasang
muskulus trapezius
N.12 (Hipoglossus) Motorik Otot di lidahsaraf tepi
spinal

Susunan Saraf
Pusat

Saraf
Simpatik
Saraf Otonom
Saraf
Parasimpatik
Catatan tambahan :
 Otak  telensefalon, diensefalon, mesensefalon, metensefalon dan
mielensefalon
 Telensefalon :
- Cerebral cortex  kedua hemisfer (korteks serebri  4 lobus,
substansia alba  3 komisura, ganglia basalis  nukleus caudatus,
putamen, globus palidus dan amigdala) dan inti n. I
- Rinensefalon  sistem limbik
- Gyrus precentralis  korteks motorik primer
- Gyrus postcentralis  korteks sensorik primer
 Diensefalon :
- Thalamus
- Hipothalamus
 Mesensefalon :
- Bagian dari batang otak di atas pons dan inti n. II dan III
- Tektum (kolikulus superior  refleks penglihatan) dan (kolikulus
inferior  refleks pendengaran)
- Pedunculus serebri  berkas serabut motorik desendens dari
serebrum, substansia nigra dan nukleus ruber
 Metensefalon :
- Pons  pengaturan pernapasan dan inti n. IV, V, VI dan VII
- Cerebellum  terdiri 3 pedunkulus (superior, media dan inferior),
pusat koordinasi atau keseimbangan
 Mielensefalon :
- Struktur dibawah mesensefalon
- Medulla oblongata  refleks jantung, vasokonstriktor, muntah,
pernapasan, menelan dan inti n. VIII, IX, X, XI dan XII
 Epilepsi  serangan kejang paroksimal berulang tanpa provokasi (baik
penyebab
N.1 intrakranial dan
(Olfaktorius) ekstrakranial) dengan interval
Sensorik Hidung> 24 jam tanpa
penyebab yang jelas Sensorik
N.2 (Optikus) Mata
 Epilepsi ≠ Kejang Otot-otot mata (selain m. oblique
 N.3 (Okulomotor)
Kejang Umum  melibatkanMotorikkedua hemisfer :
superior dan m. rektus lateral)
N.4 1. Tonik  spasme Motorik
(Troklearis) otot (termasuk otot pernapasan)
Muskulus oblique superior
2. Klonik  fleksi-ekstensi
Sensorikdari ekstremitas
Wajah, sinus, gigi, dan lain-lain
N.5 (Trigeminal)
3. Tonik-klonik  spasme
Motorikotot baru klonik Otot
(grand mastikasi
mal seizure)
N.6 4. Absans  normalMotorik
(Abdusens) Muskulus rektus lateral
baru tiba-tiba bengong
N.7 (Fasialis)
- Tipikal absans Sensorik Rangsang
(usia anak-anak, IQanterior
normal,lidah
spike(pengecapan)
& wave 2,5
– 3 Hz) Motorik Otot-otot wajah (ekspresi)
N.8 (Vestibulokoklearis)
- Atipikal absans Sensorik
(usia remaja, IQ Telinga
menurun, bagian
spikedalam
& wave 2 –
2,5 Hz) Motorik Otot di faringeal
N.9 (Glossofaringeal)
5. Mioklonik  kedutan otot saja Bagian posterior lidah, tonsil dan
Sensorik
6. Atonik  tiba-tiba mengalami hilangnya seluruh faring tonus otot dan
pasien akan terjatuh (astatik)Jantung, paru-paru, bronkhi, traktus
Motorik
gastrointestinal
 Kejang Parsial / Fokal  melibatkan satu hemisfer saja :
N.10 (Vagus) Jantung, paru-paru, bronkhi, trakea,
1. Kejang parsial sederhana  kejang fokal tanpa
Sensorik laring, faring, traktusdisertai gangguan
gastrointestinal,
kesadaran telinga luar
2. Kejang parsial kompleks  kejang fokal disertai hilang atau
Muskulus sternokleidomastoideus dan
N.11 (Aksesorius) Motorik
perubahan kesadaran muskulus trapezius
- Dengan gangguan
N.12 (Hipoglossus) Motorikkesadaran pada awalOtotserangan
di lidah
- Diawali parsial sederhana lalu diikuti dengan gangguan
kesadaran
3. Kejang parsial menjadi umum  diikuti dengan kejang fokal yang
diikuti kejang umum
- Parsial sederhana menjadi kejang tonik-klonik
- Parsial kompleks menjadi kejang tonik-klonik
 Catatan tambahan :
- Hanya kejang mioklonik yang tidak mengalami gangguan kesadaran
- Durasi kejang :
- Absans  < 30 detik
- Mioklonik  1-5 detik
- Tonik-klonik  1-3 menit
- Atonik  beberapa detik
- Hanya kejang absans yang memiliki gambaran EEG khas  Spike
and wave (gambaran paku-ombak) dan ada gejala khas yaitu
automatisme (gerakan involunter yang repetitif  contoh
mengunyah)
Gerakan automatisme
Durasi  <1 menit (biasanya 15-20
Durasi  sampai beberapa menit
detik)
Frekuensi  dalam 1 hari kejang bisa Frekuensi  dalam 1 minggu kejang
beberapa kali bisa beberapa kali
Setelah kejang pasien langsung sadar Setelah kejang pasien tampak
penuh bingung

 Kejang umum :
- 1st line  Fenitoin, Fenobarbital, Asam Valproat
- 2nd line  Lamotrigin
 Kejang parsial :
- 1st line  Carbamazepine
- 2nd line  Levetiracetam
 Absans :
- Tipikal absans  Ethosuximide
- Atipikal absans  Asam Valproat
Fenobarbital 4-6 mg/kg/hari dibagi 2 dosis
Fenitoin 5-7 mg/kg/hari dibagi 2 dosis
Asam Valproat 15-40 mg/kg/hari dibagi 2 dosis
Carbamazepine 10-30 mg/kg/hari dibagi 2-3 dosis

Fenobarbital Gangguan kognitif


Fenitoin Hipertrofi ginggiva, anemia megaloblastik
Penambahan berat badan, kegagalan hepar,
Asam Valproat
teratogenik
Carbamazepine Leukopenia dan agranulositosis

Syarat pemberhentian OAE :


 Setelah minimal 3 tahun bebas bangkitan dan gambaran EEG normal
 Penghentian OAE disetujui oleh penyandang atau keluarganya
 Harus dilakukan secara bertahap, 25% dari dosis semula tiap bulan
dalam jangka waktu 3-6 bulan
 Bisa dilakukan lebih dari 1 OAE, maka penghentian dimulai dari 1 OAE
yang bukan utama

 Status epileptikus (SE)  bangkitan yang berlangsung > 30 menit,


atau adanya 2 bangkitan atau lebih dan diantara bangkitan-bangkitan
N.1 (Olfaktorius) Sensorik Hidung
tadi tidak terdapat pemulihan kesadaran
N.2 (Optikus) Sensorik Mata
 Klasifikasi SE : Otot-otot mata (selain m. oblique
N.3 (Okulomotor)
1. Klinis Motorik
superior dan m. rektus lateral)
- SE
N.4 (Troklearis) fokal Motorik Muskulus oblique superior
- SE general Sensorik Wajah, sinus, gigi, dan lain-lain
N.5 (Trigeminal)
2. Durasi Motorik Otot mastikasi
- SE
N.6 (Abdusens) dini (5-30 menit)
Motorik Muskulus rektus lateral
- SE menetap Sensorik
N.7 (Fasialis) (> 30 menit)Rangsang anterior lidah (pengecapan)
- SE refrakter (> 60 menit atau bangkitan
Motorik tetap ada
Otot-otot wajah setelah
(ekspresi)
N.8 (Vestibulokoklearis) Sensorik
mendapat 2 atau Telingaawal
3 jenis antikonvulsan bagian dalam
dengan dosis
adekuat) Motorik Otot di faringeal
 Status
N.9 (Glossofaringeal)
epileptikus  kejang > 2 kaliBagian
Sensorik
posterior
diantara lidah, tonsil
kejang pasien tidak dan
sadar, serial seizure  diantara 2 kejang pasien sadar faring
Jantung, paru-paru, bronkhi, traktus
Motorik
 Awal di rumah saat kejang diberikan diazepam rektal / suppositoria
(max 2 kali jarak 5 menit), 5 mg  <12 kg dan 10 mg  >12 kg
 Ketika di RS / IGD diberikan OAE 1st line  diazepam IV 0,2-0,5
mg/kgBB (dosis max 10 mg)
 Jika kejang berlanjut diberikan OAE 2nd line  fenitoin IV 20 mg/kg 
diencerkan dalam 50 ml NaCl 0,9% selama 20 menit (jangan dulu
diberikan fenobarbital karena ada efek samping gangguan kognitif) 
dosis max 1000 mg
 Jika kejang berlanjut diberikan OAE 3rd line  fenobarbital IV 20
mg/kg  dosis max 1000 mg
 Jika kejang berlanjut atau kejang > 60 menit atau SE refrakter  masuk
ICU  diberikan Midazolam, Propofol atau Pentobarbital (dosis di
tabel)
 Jika kejang sudah berhenti bisa diberikan (maintenance) :
- Fenitoin 5-10 mg/kg dibagi 2 dosis, atau
- Fenobarbital 3-5 mg/kg/hari dibagi 2 dosis
Stroke  sindrom klinis yang terdiri dari defisit neurologis baik fokal maupun
global (kelumpuhan, gangguan sensorik, gangguan saraf kranialis atau
lainnya), yang terjadi secara tiba-tiba, dengan progresivitas yang cepat dan
N.1 (Olfaktorius) Sensorik Hidung
berlangsung 24 jam atau lebih
N.2 (Optikus) Sensorik Mata
Sumbatan
Otot-otot mata (selain arteri
m. oblique
N.3 (Okulomotor) Motorik
superior dan m. kecil
rektus(lacunar)
lateral)
Itnleararero
N.4 (Troklearis) Motorik Muskulus oblique superior
Sensorik Wajah, sinus, gigi, dan lain-lain
N.5 (Trigeminal)
Motorik Otot mastikasiEmboli
N.6 (Abdusens) Motorik Muskulus rektus lateral
Kur N.7 (Fasialis) Sensorik Rangsang anterior lidah (pengecapan)
Motorik Otot-otot wajah (ekspresi)
1 Stroke Trombus Jantung
N.8 (Vestibulokoklearis) Sensorik Iskemik Telinga bagian dalam
(aterosklerosis)
Motorik Otot di faringeal
N.9 (Glossofaringeal) Bagian posterior lidah, tonsil dan
Sensorik
faring
Kriptogenik
Jantung, paru-paru, bronkhi, traktus
Motorik
gastrointestinal
N.10 (Vagus) Jantung, paru-paru, bronkhi, trakea,
Stroke Sensorik laring, faring, traktus gastrointestinal,
Lainnya
telinga luar
Muskulus sternokleidomastoideus dan
N.11 (Aksesorius) Motorik
muskulus trapezius
N.12 (Hipoglossus) Motorik Otot di lidah

Perdarahan
Subaraknoid
2 Stroke
Hemoragik
Kase sparme Perdarahan
Intraserebral
diluardinding
Pem datah Infante Sab
pok bis
SAB SC Ateneo
Pdhr infark
up
wades Kelainan panting Yo bbabin
day stroke
Galina AE bradikardi
gantung kroner
Ada gejala peningkatan TIK (nyeri
Tidak ada gejala peningkatan TIK kepala, muntah menyemprot dan
penurunan kesadaran)
 Thrombosis  Perdarahan Intraserebral (ICH)
- Kekuatan motorik ada - Terutama karena hipertensi
perubahan yang awalnya  mengakibatkan kematian
masih bagus lama mendadak karena herniasi
kelamaan menurun  otak
akibat agregasi platelet - CT Scan  perdarahan di
yang makin lama makin dalam parenkim otak
menutup  Perdarahan Subaraknoid
 Emboli - Pecahnya aneurisma berry
- Kekuatan motorik dari sirkulasi Willisi
permanen karena dari awal - CT Scan  perdarahan di
sudah tertutup semuanya sulcus-sulcus otak dan di
tengah otak (sisterna
basalis)
- Karena perdarahan di
sulcus  tanda rangsang
meningeal (+)

Transient Ischemic Attack Sempurna (dengan atau


<24 jam
(TIA) tanpa pengobatan)
Reversible Ischemic
>24 jam Sempurna < 3 hari
Neurological Deficit (RIND)
Prolonged RIND >24 jam Sempurna < 7 hari
Complete (Emboli)
Menetap (-)  karena sudah infark
Stroke in evolution
(Thrombus)

Usia tua, DM, hipertensi, Saat bangun tidur dan


Thrombosis
merokok, aterosklerosis istirahat
Riwayat penyakit jantung dan
Emboli Disertai EKG abnormal
penyakit katup jantung
intracranial
hemoragik ICH Hipertensi maligna Aktifitas fisik

Aneurisma, AVM dan Muncul kapan saja, aktifitas


SAH
subarachnoid gangguan koagulasi berat menjadi pemicu
Hemoragik
Defisit lokal Berat Ringan Berat / ringan
Onset Menir / jam 1-2 menit Pelan (jam / hari)
Nyeri kepala Hebat Sangat hebat Ringan
Muntah pada Tidak (kecuali lesi
Sering Sering
awal di batang otak)
Hipertensi Hampir selalu Biasanya tidak Sering kali
Penurunan
Ada Ada Tidak ada
kesadaran
Kaku kuduk Jarang Ada Tidak ada
Permulaan tidak
Hemiparesis Sering dari awal Sering dari awal
ada
Gangguan
Bisa ada Jarang Sering
bicara
Paresis /
Tidak ada Bisa ada Tidak ada
gangguan n.III

Hemiparesis kaki kontralateral (kaki lebih buruk),


a. Cerebri Anterior
perubahan perilaku, anosmia
Hemiparesis pada wajah dan ekstremitas atas
a. Cerebri Media kontralateral (tangan lebih buruk), afasia, disartria,
hemianopsia
a. Cerebri Posterior Defisit penglihatan (hemianopsia)
Pada batang otak  buta kortikal (buta tetapi
refleks pupil masih bagus  rusak n.II), diplopia
a. Vertebrobasiler
(rusak n.III, IV dan VI), vertigo dan nistagmus (n.
VIII)

Cabang a. Cerebri media  arteri yang paling


a. Lenticulostriata
sering terkena pada stroke hemoragik
 CT Scan merupakan gold standard, tetapi inti dari penggunaan CT
Scan digunakan untuk melihat apakah ada perdarahan atau tidak pada
otak
 Onset stroke iskemia :
- Hiperakut  0-6 jam
- Akut  6-24 jam
- Subakut  1 hari – 2 minggu
- Kronis  > 2 minggu

Hipodensitas (daerah lebih gelap)


 dalam warna kuning, dan
hilangnya diferensiasi dari
substansia grisea dan alba
MCA dense sign  panah merah,
ada gambaran hiperdens (lebih
putih) tetapi hanya sedikit area saja
 menandakan adanya emboli
yang terjadi pada a. Cerebri Media

Insular ribbon sign  panah


merah, daerah hitam lebih luas 
menandakan adanya edema pada
gyrus insula (kurangnya pasokan
nutrisi dan oksigen karena
thrombus)

Zona Edematosa Zona Degenerasi  Zona Nekrotik


(bersifat revesibel)  warna biru tua  (bersifat ireversibel)
warna biru muda  area penumbra   warna merah 
terserap sendiri 1-2 masih bisa area umbra 
minggu diselamatkan 6-8 residual lebih dari 6
bulan bulan atau permanen
tahunan
 Stroke lakunar  trombosis yang terjadi di dalam pembuluh-pembuluh
ini menyebabkan daerah-daerah infark yang kecil, lunak dan disebut
lacuna
 4 tipe stroke lakunar :
1. Pure motorik  hemiparesis motorik murni akibat infark di
kapsula interna
2. Pure sensorik  hemihipestesi sensorik murni akibat infark
thalamus
3. Ataxic hemiparesis  hemiparesis + gangguan keseimbangan
akibat infark di batang otak
4. Clumsy hand dysarthria  tangan kelemahan otot sehingga
tulisan jelek atau pegang barang sering jatuh + disartria (bicara
pelo) akibat infark di batang otak
 Stroke kriptogenik  stroke akibat oklusi mendadak pembuluh
intrakranium besar tanpa penyebab yang jelas

 Berhubungan dengan  Gejala berupa thunderclap


hipertensi headache, penurunan
 Mendadak terutama saat kesadaran, muntah, takikardi,
beraktivitas diplopia
 Gejala peningkatan TIK serta  Pemeriksaan fisik didapatkan
nyeri kepala dan muntah meningeal sign
proyektil  Pada lumbal pungsi didapatkan
darah

Lesi hiperdens
pada parenkim
otak (panah
merah)

Lesi hiperdens
pada sulcus
(panah kuning)
dan sisterna
basalis (panah
merah) 
gambaran bintang
/ stellata sign

 Paling ringan
 Terkena di gyrus cingulate
Subfalcine  Defisit motorik dan sensorik pada
ekstremitas bawah ipsilateral dengan lesi
 Inkontinensia urine
 Terkena pada bagian pons
 Menyerang n. II dan III
Central
 Deviasi mata kebawah dan dilatasi kedua
pupil
 Dilatasi pupil ipsilateral dari lesi
 Deviasi mata kebawah
Transtentorial (uncal)
 Hemiparesis kontralateral atau ipsilateral
(Kernohan notch phenomenon)
 Paling berat
 Terkena di medulla oblongata
Tonsillar
 Penurunan kesadaran
 Gangguan pernapasan  Cheyne-stokes
 Komplikasi SAH  Communicating Hydrocephalus
 Hidrosefalus :
1. Communicating (non obstruktif)
- Produksi cairan terganggu
- Penyerapan terganggu  Subarachnoid hemorrhage
(SAH)  akibat darah banyak
2. Non-communicating (obstruktif)  tumor pada otak

Prinsip tatalaksana stroke iskemik :


 Anti thrombus
 Perbaiki perfusi
 Neuroprotektor
 Perbaikan faktor sistemik
Obat stroke iskemik (anti thrombus) :
1. Trombolitik  rTPA (tissue plasminogen activator)
 Fase akut  < 4,5 jam
 Trombosit >100.000
 Usia >18 tahun dan <60 tahun
 Tidak ada riwayat perdarahan otak / operasi otak
 Skor NIHSS 4-25 (normalnya skor NIHSS 0-42)
 Pemberian IV rTPA (alteplase) dosis 0,9 mg/kgBB (max 90 mg)
dalam 60 menit, 10% dosis total diberikan bolus  9 mg bolus
baru 81 mg diberikan drips selama 1 jam
 Pasien tidak memenuhi  diberikan antiplatelet
 Kegunaan  mencegah trombus yang sudah dibentuk
(streptokinase, urokinase)
2. Antikoagulan  untuk emboli
 Heparin  risiko perdarahan otak
 LMWH
 Warfarin  10 mg/hari (selama 2-4 bulan)
 Menghambat faktor koagulasi (heparin dan warfarin)
3. Antiplatelet  untuk thrombus
 Aspirin 160 – 325 mg/hari
 Clopidogrel 75 mg
 Menghambat agregasi platelet (aspirin, clopidogrel)
Obat stroke iskemik (perbaiki perfusi) :
1. Citicolin  asetilkolin (mempertahankan sinaps otak agar tidak
banyak yang rusak)
 2-4 x 250 mg/IV/hari
 Dilanjutkan dengan oral 2x500 mg – 1 gram (hari selanjutnya)
2. Piracetam  mempertahankan membran dari sel neuron agar tidak
gampang pecah
 4x3 gr/IV/hari
 Dilanjutkan degan oral 2-4 x 1200 mg (hari selanjutnya)
3. Tekanan darahnya tinggi tetapi masih sistole < 220 dan diastole <120
 Nimodipine 30 mg/tablet oral
Obat stroke iskemik (faktor sistemik) :
1. Tekanan darahnya tinggi tetapi masih sistole > 220 dan diastole >120
 Nicardipine IV dimulai 5 mg bisa ditingkatkan / dititrasi 2,5 mg
setiap 15 menit sampai mencapai target yaitu menurunkan MAP pasien
sampai 15% dalam 24 jam pertama
2. Kontrol gula darah  GDS 100-200 gr/dl
3. Kontrol hiperlipidemia  jika tinggi pakai statin

Prinsip tatalaksana stroke hemoragik :


 Turunkan tensi
 Kontrol TIK
 Waspada kejang  fenitoin 5-10 mg/kgBB
 Neuroprotektor  citicolin atau piracetam
 Cegah infeksi, dekubitus, stress ulcer, obstipasi
 Operasi
Turunkan tekanan darah apabila :
 Sistole >220 atau MAP >150 mmHg
 Sistole >180 + gejala TIK meningkat
 Sistole >180 atau MAP >130 mmHg dengan target 160/90 atau MAP
110 mmHg
 Maksimal diturunkan 25% MAP
 Diberikan obat  Nicardipine IV dimulai 5 mg/jam, dititrasi 2,5 mg/jam
tiap 15 menit (max 15 mg/jam) sampai mencapai target 25% MAP
Kontrol TIK :
 Tindakan umum
1. Elevasi kepala 300
Meningkatkan venous return  CBV menurun  TIK menurun
2. Hiperventilasi ringan
Menyebabkan PCO2 menurun  vasokonstriksi  CBV
menurun  TIK menurun
3. Pertahankan perfusi otak
Perfusi darah otak atau CPP > 70 mmHg  CPP = MAP – ICP,
ICP = TIK
 Pemberian medikamentosa
1. Mannitol 20% loading dose 1 gr/kgBB dilanjutkan 0,25 – 0,5
gr/kgBB selama >20 menit. Kemudian dilanjutkan setiap 4-6 jam
dengan dosis setengahnya
2. Furosemide IV dosis inisial 1 mg/kgBB  cairan berkurang

 dapat dinilai 48 datang

Alert 0
Tingkat kesadaran Stupor 1 (x2,5)
Coma / Semi coma 2
Tidak 0
Muntah (x2)
Ya 1
Tidak 0
Nyeri kepala (x2)
Ya 1
Tekanan darah diastolik (x0,1)
Penanda aterosklerosis (DM, Tidak 0
nyeri dada, atau klaudikasio (x3)
Ya 1
intermiten  nyeri pada kaki)

 p seblah dengan kesadaran


Contoh kasus  pasien datang dengan hemiparesis
stupor (1x2,5 = 2,5), ada muntah (1x2 = 2), ada nyeri kepala (1x2 = 2),
sopor t tekanan darah 200/110 mmHg (0,1x110 = 11), didapatkan juga ada nyeri
tidur pada kaki (1x3 = 3, disini harus dikurangi jadi -3) lalu total skor = 2,5
+ 2 + 2 + 11 + (-3) = 14,5. Kemudian hasil akhir dikurangi konstanta
Siriraj yaitu -12 jadi  skor akhir 14,5 – 12 = 2,5
 Interpretasi :
- Skor < -1 = Stroke Iskemik PIS
- Skor > +1 = Stroke Hemoragik in Fark
- Skor -1 sampai +1 = sulit ditentukan  perlu CT Scan

 Jika ada penurunan kesadaran, nyeri kepala, dan refleks babinski (+) 
pikirkan pertama stroke hemoragik
 Jika penurunan kesadaran (-), nyeri kepala (-) tetapi refleks babinski (+)
 pikirkan stroke iskemia
Stroke di korteks yang besar pada a. cerebri anterior
dan media
Semua gejala harus ada :
Total Anterior
 Gangguan fungsi luhur
Circulation Syndrome
 Hemianopia homonim
(TACS)
 Defisit motorik atau sensorik kontralateral
yang mengenai 2 dari 3 daerah (wajah,
lengan dan tungkai)

Stroke di korteks yang besar pada a. cerebri anterior


dan media
Partial Anterior 1 gejala saja harus ada :
Circulation Syndrome  2 dari 3 komponen TACS
(PACS)  Gangguan fungsi luhur saja
 Defisit motorik dan sensorik yang lebih
terbatas daripada LACS

1 gejala saja harus ada :


 Kelumpuhan nervus kranialis ipsilateral +
defisit motorik dan/atau sensorik
kontralateral
 Defisit motorik dan/atau sensorik bilateral
Posterior Circulation
 Gangguan gerakan mata
Syndrome (POCS)
 Defek lapang pandang homonim atau buta
kortikal
 Gangguan serebelum
 Penurunan kesadaran berat (gangguan
ARAS pada batang otak)

1 gejala saja harus ada :


 Hemiparesis murni
 Hemihipestesi murni
Lacunar Syndrome  Hemiparesis ataxic
(LACS)  Clumsy hand dysarthria
 Tidak ada gejala (defisit visual, gangguan
fungsi luhur, gangguan di batang otak dan
hanya ada gangguan proprioseptif saja)
Pasien tidak bisa berbahasa
(sensorik  pasien memahami pembicaraan orang lain)
N.1 (Olfaktorius) Sensorik
(motorik  dapat mengeluarkan kata-kata Hidung
dengan baik)
N.2 (Optikus) Sensorik Mata
Awal bisa menulis, akibat suatu lesi di otak jadi tidak bisa
menulis Otot-otot mata (selain m. oblique
N.3 (Okulomotor) Motorik
superior dan m. rektus lateral)
Tidak bisa membaca lagi
N.4 (Troklearis) Motorik Muskulus oblique superior
Tidak bisa berhitung
Sensorik lagi Wajah, sinus, gigi, dan lain-lain
N.5 (Trigeminal)
Motorik Otot mastikasi
Tidak bisa melakukan gerakan motorik (misalnya tidak bisa
N.6 (Abdusens) Motorik
lagi mengambil botol) Muskulus rektus lateral
N.7 (Fasialis) Sensorik Rangsang anterior lidah (pengecapan)
Tidak bisa mengenali
Motorik objek, suara, orang,
Otot-otot wajahbentuk dan bau
(ekspresi)
spesifik
N.8 (Vestibulokoklearis) Sensorik Telinga bagian dalam
Motorik Otot di faringeal
N.9 (Glossofaringeal) Bagian posterior lidah, tonsil dan
Afasia : Sensorik
faring
 Motorik  perkataannya apakah Jantung, lancar (fluency)
paru-paru, bronkhi,
lobus parietal
traktus
bagian anterior (Brocca)Motorik gastrointestinal
 Sensorik  memahami pembicaraan
N.10 (Vagus) Jantung,(comprehensive)
paru-paru, bronkhi,trakea,
lobus
parietal bagian posteriorSensorik
(Wernicke)laring, faring, traktus gastrointestinal,
 Apakah pasien bisa mengulang pembicaraan (repetition)
telinga luar  serabut-
serabut antara Brocca dan Wernicke Muskulus
(Fasikulus
sternokleidomastoideus
Arkuatus) dan
N.11 (Aksesorius) Motorik
muskulus trapezius
N.12 (Hipoglossus) Motorik Otot di lidah
Jika menyebutkan
Afasia
nama objek tidak bisa, Yes anomik
jika bisa  normal

Yes
Afasia
No konduksi

Yes Afasia
Yes transkortikal
No sensorik

Afasia
No sensorik
(Wernicke)

Afasia
Yes transkortikal
motorik

Yes Afasia
No motorik
No (Brocca)

Afasia
Yes transkortikal
No campuran

Afasia
No global
 Lesi di traktus kortikospinalis
 Plegia  kekuatan otot 0
 N.1 (Olfaktorius)
Paresis  kekuatan ototSensorik
1-4 Hidung
N.2 (Optikus)
 Normal  kekuatan otot 5 Sensorik Mata
Otot-otot mata (selain m. oblique
N.3 (Okulomotor) Motorik
superior dan m. rektus lateral)
N.4 (Troklearis) Motorik Muskulus oblique superior
Sensorik Wajah, sinus, gigi, dan lain-lain
N.5 (Trigeminal)
Motorik Otot mastikasi
N.6 (Abdusens) Motorik Muskulus rektus lateral
N.7 (Fasialis) Sensorik Rangsang anterior lidah (pengecapan)
Motorik Otot-otot wajah (ekspresi)
N.8 (Vestibulokoklearis) Sensorik Telinga bagian dalam
Motorik Otot di faringeal
N.9 (Glossofaringeal) Bagian posterior lidah, tonsil dan
Sensorik
faring
Jantung, paru-paru, bronkhi, traktus
Motorik
gastrointestinal
N.10 (Vagus) Jantung, paru-paru, bronkhi, trakea,
Sensorik laring, faring, traktus gastrointestinal,
telinga luar
Muskulus sternokleidomastoideus dan
N.11 (Aksesorius) Motorik
muskulus trapezius
N.12 (Hipoglossus) Motorik Otot di lidah

 Lesi di A  hemiplegia ekstremitas inferior dan superior sinistra


(kontralateral)
 Lesi di B  hemiplegia ekstremitas inferior dan superior dextra
(ipsilateral)
 Lesi di C  lateral medulla oblongata  hemiplegia ekstremitas inferior
sinistra dan ekstremitas superior dextra  hemiplegia cruciata (seperti
menyilang)
 Lesi di D  medial medulla oblongata  tetraplegia
Klasifikasi ditegakkan dalam waktu 72 jam – 7 hari post trauma, berdasarkan
American Spinal Injury Association (ASIA) :
N.1 (Olfaktorius) Sensorik Hidung
N.2 (Optikus) Sensorik Mata
A Motorik 0, sensorik terganggu hingga S4-S5
Otot-otot mata (selain m. oblique
N.3 (Okulomotor)
B Motorik
Motorik 0, fungsi superior
sensorik dan
baikm. rektus lateral)
C
N.4 (Troklearis) Motorik 1-2, fungsi sensorik
Motorik Muskulus baik
oblique superior
D Motorik 3-4,
Sensorik fungsi sensorik baik
Wajah, sinus, gigi, dan lain-lain
N.5 (Trigeminal)
E Motorik 5, fungsi sensorikOtot
baikmastikasi
Motorik
N.6 (Abdusens) Motorik Muskulus rektus lateral
N.7 (Fasialis) Sensorik Rangsang anterior lidah (pengecapan)
Motorik Otot-otot wajah (ekspresi)
N.8 (Vestibulokoklearis) Sensorik Telinga bagian dalam
Motorik Otot di faringeal
N.9 (Glossofaringeal) Bagian posterior lidah, tonsil dan
Sensorik
faring
Jantung, paru-paru, bronkhi, traktus
Motorik
gastrointestinal
N.10 (Vagus) Jantung, paru-paru, bronkhi, trakea,
Sensorik laring, faring, traktus gastrointestinal,
telinga luar
Muskulus sternokleidomastoideus dan
N.11 (Aksesorius) Motorik
muskulus trapezius
N.12 (Hipoglossus) Motorik Otot di lidah

Cervical  C1 – C8 Cervical  Parasimpatik


Thorakal  T1 – T12 Thorakal  Simpatik
Lumbal  L1 – L5 Lumbal  Simpatik
Sakral  S1 – S5 Sakral  Parasimpatik
Coccygeal  1 tulang Columna vertebra  31 vertebra
 3 jaras yang penting :
1. Dorsal collum  proprioseptif  (raba halus dan vibrasi)
2. Kortikospinalis  motorik
3. Spinothalamikus  eksteroseptif (nyeri dan suhu)
 Anterior Cord Syndrome :
- Rusak pada bagian anterior  traktus kortikospinalis dan traktus
spinothalamikus
- Paresis bilateral
- Kaki kanan dan kiri tidak bisa merasakan nyeri, suhu dan defisit
motorik
- Pasien hanya bisa merasakan raba halus, getaran dan proprioseptif
 Posterior Cord Syndrome :
- Rusak pada bagian posterior  traktus dorsal collum
- Paresis bilateral
- Kaki kanan dan kiri tidak bisa merasakan raba halus, getaran,
proprioseptif
- Pasien hanya bisa merasakan nyeri, suhu dan motorik yang masih
bagus
 Central Cord Syndrome :
- Rusak di bagian tengah medulla spinalis
- Paresis bilateral
- Rusak pada traktus kortikospinalis bagian cervical  Kedua tangan
akan mengalami kelemahan yang lebih buruk dibandingkan kedua
kaki (contoh  tangan 2222/2222, kaki 4444/4444)
- Rusak pada traktus spinothalamikus bagian cervical sampai lumbal
 adanya sacral sparing (badannya baal, tetapi daerah perianalnya
masih intak)
 Brown Sequard Syndrome :
- Lesi setengah bagian medulla spinalis  hemisection cord syndrome
- Paresis unilateral
- Terjadi kelainan pada ketiga traktus, tetapi hanya pada sebelah kaki
saja
- Jika terjadi lesi di medulla spinalis kiri :
1. Defisit Motorik  lesi ipsilateral (kaki kiri)
2. Rusak traktus dorsal collum  lesi ipsilateral (kaki kiri)
3. Rusak traktus spinothalamikus  lesi kontralateral (kaki
kanan)
 Lesi motorik, sensorik dan
Lesi transversal medulla spinalis
proprioseptif pada kanan dan kiri
 Lesi ipsilateral dan kontralateral
pada motorik, sensorik dan suhu
Anterior Cord Syndrome
 Satu-satunya yang sehat
proprioseptif
 Kerusakan pada proprioseptif,
vibrasi dan diskriminasi 2 titik
Posterior Cord Syndrome ipsilateral dan kontralateral
 Satu-satunya yang rusak
proprioseptif
 Kelainan sensorik dan motorik
Central cord lesion extremitas atas lebih buruk dari
extremitas bawah
 Lesi motorik dan proprioseptif
ipsilateral, lesi sensorik dan
Brown Sequard Syndrome
eksteroseptif (nyeri dan suhu)
kontralateral  berlawanan
 Tatalaksana di IGD :
- Primary Survey  stabilisasi ABCDE
- Analgetik kuat bila perlu (seperti tramadol, morfin sulfat)
- Pemberian kortikosteroid
 Diagnosis ditegakkan < 8 jam post trauma  metilprednisolon 30
mg/kgBB bolus IV selama 15 menit  tunggu 45 menit  lanjutkan infus
metilprednisolon 5,4 mg/kgBB/jam selama 23 jam
 Diagnosis ditegakkan > 8 jam post trauma  tidak dianjurkan pemberian
kortikosteroid

Dermatom penting :
N.1 (Olfaktorius) Sensorik Hidung
N.2 (Optikus) Sensorik Mata biceps
C5,C6
Otot-otot mataC7,C8  triceps
(selain m. oblique
N.3 (Okulomotor) Motorik T4  mammae
superior dan m. rektus lateral)
N.4 (Troklearis) Motorik MuskulusT10  umbilikal
oblique superior
Sensorik L1  inguinal
Wajah, sinus, gigi, dan lain-lain
N.5 (Trigeminal) L3,L4  lutut
Motorik Otot mastikasi
N.6 (Abdusens) Motorik Muskulus  medial
L5 rektus kaki
lateral
N.7 (Fasialis) Sensorik S1 
Rangsang anterior lateral
lidah kaki
(pengecapan)
Motorik wajah
Otot-ototS1-S5 (ekspresi)
bokong dan
N.8 (Vestibulokoklearis) Sensorik Telinga bagian dalam
perianal
Motorik Otot di faringeal
N.9 (Glossofaringeal) Bagian posterior lidah, tonsil dan
Sensorik
faring
Jantung, paru-paru, bronkhi, traktus
Motorik
gastrointestinal
N.10 (Vagus) Jantung, paru-paru, bronkhi, trakea,
Sensorik laring, faring, traktus gastrointestinal,
telinga luar
Muskulus sternokleidomastoideus dan
N.11 (Aksesorius) Motorik
muskulus trapezius
N.12 (Hipoglossus) Motorik Otot di lidah
 N.1 (Olfaktorius)
Gejala utama berupa TRAPSensorik
:  Hidung
Gejala parkinsonism (TRAP)
N.2 (Optikus)
- Tremor (resting tremor)Sensorik Mata
dibuktikan dengan degenerasi
Rigiditas (cogwheel rigidity)
- (Okulomotor) Otot-otot
gangliamata (selain
basalis m. oblique
substansia
N.3 Motorik
- Akinesia / bradikinesia superior dankompakta
nigra pars m. rektusdan
lateral)
hasil
N.4 (slow
(Troklearis)
movement) Motorik Muskulus oblique
PA ditemukan Lewy Body superior
- Postural inability Sensorik Wajah, sinus, gigi, dan lain-lain
N.5 (Trigeminal)
 Disebabkan oleh penyebab Motorik
lain Otot mastikasi
N.6 (Abdusens)
seperti : Motorik Muskulus rektus lateral
- N.7 (Fasialis)
Obat Sensorik
antipsikotik (misalnya Rangsang anterior lidah (pengecapan)
haloperidol) Motorik Otot-otot wajah (ekspresi)
N.8 (Vestibulokoklearis)
- Anti muntah Sensorik Telinga bagian dalam
(metoclorpramide) Motorik Otot di faringeal
N.9- (Glossofaringeal)
Riwayat stroke Bagian posterior lidah, tonsil dan
Sensorik
faring
Jantung, paru-paru, bronkhi, traktus
Motorik
gastrointestinal
N.10 (Vagus) Jantung, paru-paru, bronkhi, trakea,
Sensorik laring, faring, traktus gastrointestinal,
telinga luar
Muskulus sternokleidomastoideus dan
N.11 (Aksesorius) Motorik
muskulus trapezius
N.12 (Hipoglossus) Motorik Otot di lidah
 Slowed movement (bradikinesia)  langkahnya kecil-kecil  Petit
March Gait atau shuffling steps
 Ayunan lengan tidak lebar
 Gerakan pasien kaku-kaku  cog-wheel phenomenon
 Pasien cenderung gampang jatuh
 Tremor  saat istirahat (resting tremor) yang awalnya asimetris (awal
unilateral  akhirnya bilateral)  pill rolling tremor
 Pasien tidak ada ekspresi  mask like face
 Meyerson sign  mengetuk glabella pasien  (+) jika persistent
blinking (mengedip-ngedip mata)
 Retropulsion test  jagaian pasien dari belakang, kita dorong pasien
dari belakang untuk melihat apakah pasien bisa mempertahankan posisi
atau jatuh

1 dari 4 gejala 2 dari 4 gejala 3 dari 4 gejala


TRAP TRAP TRAP

0 Belum ada gejala apapun


1 Tremor unilateral
1,5 Tremor unilateral + kaku di badannya
2 Tremor bilateral tanpa gangguan keseimbangan apapun
Tremor bilateral + terganggu keseimbangan tetapi masih bisa
2,5
dipertahankan (retropulsion test  negatif)
Tremor bilateral + terganggu keseimbangan (retropulsion test
3
 positif)
Aktivitas jadi sangat-sangat terhambat, semua aktivitas perlu
4
dibantu, kecuali berdiri dan jalan masih bisa sendiri
5 Sehari-hari di kursi roda
 Patofisiologi  ketidakseimbangan neurotransmitter antara dopamine
dan asetilkolin
 Dopamin terlalu rendah  gerakan pasien lambat-lambat 
menaikkan dopamine dengan cara penggunaan levodopa
 Asetilkolin terlalu tinggi  manifestasi tremor  menurunkan
asetilkolin dengan cara penggunaan muscarinic antagonist / asetilkolin
antagonist
 Jika tidak ada gangguan fungsional (gangguan aktivitas setiap hari) 
neuroprotektif
 Jika ada gangguan fungsional dan gejala dominannya tremor 
antikolinergik  Triheksifenidil 3-15 mg/hari
 Jika ada gangguan fungsional dan gejala dominannya bukan tremor,
tetapi rigiditas atau bradikinesia atau postural instability :
- Usia > 60 tahun  Levodopa 100 mg/hari atau Carbidopa 25 mg/hari
- Usia < 60 tahun  Dopamin agonis  Pramipexole 1,5 – 4,5 mg/hari
atau Ropinirole 0,75 – 24 mg/hari
 Jika respon terhadap pengobatan :
- Baik  pertahankan dosis rendah
- Tidak respon  tingkatkan dosis
- Wearing off  COMT inhibitor  Entacapone 20 mg/hari
bersamaan dengan setiap dosis levodopa (max 1600 mg/hari)
- Tardive dyskinesia  kurangi dosis levodopa, tingkatkan dopamin
agonis
N.1 (Olfaktorius)
Lesi striatum  nukleus Sensorik
Lesi nukleus Hidung
N.2 (Optikus) Sensorik Lesi putamen
Mata
caudatus + putamen subthalamikus
Otot-otot mata (selain m. oblique
N.3 (Okulomotor) Motorik
Gerakan cepat pada superior danGerakan
Gerakan cepat di sendi m. rektuslambat
lateral)
biasanya pada
N.4 (Troklearis)
ujung-ujung jari distal Motorik
proximal Muskulus oblique superior
pergelangan tangan
Sensorik Wajah, sinus, gigi, dan lain-lain
N.5 (Trigeminal)
Gerakan seperti orang Gerakan
Motoriktidak terarah Otot Gerakan seperti orang
mastikasi
N.6(Abdusens)
menari dance-like dan aneh  violentMuskulus
Motorik rektus
menulis writing
lateral
phenomenon
N.7 (Fasialis) flinging phenomenon
Sensorik Rangsang anteriorphenomenon
lidah (pengecapan)
Motorik Otot-otot wajah (ekspresi)
N.8 (Vestibulokoklearis) Sensorik Telinga bagian dalam
Motorik Otot di faringeal
N.9 (Glossofaringeal) Bagian posterior lidah, tonsil dan
Sensorik
faring
Jantung, paru-paru, bronkhi, traktus
Motorik
gastrointestinal
 Polio  kelumpuhan
N.10 (Vagus) LMN dengan topis paling  padatrakea,
proximalbronkhi,
Jantung, paru-paru, kornu
anterior Sensorik laring, faring, traktus gastrointestinal,
 N.1 (Olfaktorius)
Etiologi Sensorik transmisi fekal-oral
 virus polio (enterovirus) Hidung
telinga luar
N.2 (Optikus)
 3 jenis polio : Sensorik Mata
Muskulus sternokleidomastoideus dan
N.11 (Aksesorius) Motorik Otot-otot mata (selain m. oblique
1. Abortif  gejala flu
N.3 (Okulomotor) biasa, mialgia,
Motorik muskulus
nyeri kepala, trapezius
sakit tenggorokan
N.12 (Hipoglossus) Motorik
(sudah pernah vaksinasi) superior dan
Ototm. rektus lateral)
di lidah
N.4 2.
(Troklearis) Motorik Muskulusmeningitis
oblique superior
Aseptik meningitis  bisa menyebabkan tetapi tidak
Sensorik Wajah, sinus, gigi, dan lain-lain
ada bakteri disana
N.5 (Trigeminal)
Motorik Otot mastikasi
3. Paralitik  kelumpuhan
N.6 (Abdusens) Motorik Muskulus rektus lateral
 Kelemahan
N.7 (Fasialis) LMN unilateral  terjadi hemiparesis/hemiplegia
Sensorik Rangsang anterior lidah (pengecapan) selalu
unilateral Motorik Otot-otot wajah (ekspresi)
 Manifestasi klinis :
N.8 (Vestibulokoklearis) Sensorik Telinga bagian dalam
- Gejala kelemahan LMN Motorik Otot di faringeal
Refleks tendon menurun
N.9-(Glossofaringeal) Bagian posterior lidah, tonsil dan
Sensorik
- Atrofi otot  3-5 minggu lalu menetap selama 3faring bulan
- Tidak akan pernah mengalami gejala sensorik
Jantung, paru-paru, bronkhi, traktus
Motorik
- Hanya kerusakan motorik dan bisa terjadi gangguan otonom 
gastrointestinal
N.10 (Vagus)
retensi urin Jantung, paru-paru, bronkhi, trakea,
- Tanda rangsang meningeal Sensorik laring, faring, traktus gastrointestinal,
- Gangguan saraf kranialis (poliomielitis bulbar) telinga
 luar
kerusakan n.IX
Muskulus sternokleidomastoideus dan
N.11 (difagia), n.X (disfonia)
(Aksesorius) dan n.XII (disartria)
Motorik
muskulus trapezius
- Pasien bisa mengalami gangguan pernapasan
N.12 (Hipoglossus) Motorik Otot di lidah
 Tatalaksana polio :
- Belum ada antivirus yang efektif terhadap virus polio
- Suportif  penting dilakukan vaksinasi (pada saat bayi lahir atau
pada saat bayi dipulangkan harus diberikan vaksin polio oral.
Selanjutnya untuk polio-1, polio-2 dan polio-3 serta booster dapat
diberikan vaksin OPV atau IPV (sebaiknya paling sedikit mendapat 1
vaksin IPV)
- Analgesia
- Ventilasi
- Trakeostomi
- Mobilisasi dini  cegah ulkus dekubitus
 GBS  kelumpuhan LMN bilateral
 N.1
Pasien GBS onset cepat
(Olfaktorius) (<14 hari) + inflamasi selubung
Sensorik Hidungmielin di akson
(mimikri molekular  proses
N.2 (Optikus) bakteri menyerupai mielin
Sensorik Mata  adanya infeksi
yang didahului diare atau ISPA  Otot-otot konduksimata
hantar sarafm.lambat)
(selain oblique +
N.3 (Okulomotor) Motorik
polineuropati (gangguan pada neuron superiormotorik +dansensorik lateral) 
+ otonom)
m. rektus
Acute
N.4 Inflammatory Demyelinating
(Troklearis) Motorik Polyneuropathy
Muskulus oblique superior
 Kelumpuhan dan gangguan Sensorik sensorikWajah,dimulai dari dan
sinus, gigi, paling distal
lain-lain
N.5 (Trigeminal)
Motorik
ekstremitas, kemudian lama-kelamaan akan naik  mastikasi
Otot glove and stocking
N.6 (Abdusens)
phenomenon Motorik Muskulus rektus lateral
 Manifestasi
N.7 (Fasialis) klinis : Sensorik Rangsang anterior lidah (pengecapan)
- Gejala LMN Motorik Otot-otot wajah (ekspresi)
N.8 (Vestibulokoklearis)
- Kelemahan tubuh simetrisSensorikprogresif yangTelinga
bersifatbagian dalam
ascending
- Hilangnya refleks tendonMotorik Otot di faringeal
N.9 -(Glossofaringeal)
Diplegia fasialis  paresis Bagian
n.VII tipe LMN posterior lidah, tonsil dan
sifat bilateral
Sensorik
faring
- Paresis otot pernapasan
Jantung, paru-paru, bronkhi, traktus
- Parestesia pada tangan Motorik
dan kaki
gastrointestinal
 Diagnosis
N.10 (Vagus) : Jantung, paru-paru, bronkhi, trakea,
- Berdasarkan gejala Sensorik
klinis + pemeriksaan fisik traktus gastrointestinal,
laring, faring,
- Pemeriksaan penunjang : telinga luar
1. Kadar elektrolit Muskulus sternokleidomastoideus dan
N.11 (Aksesorius) Motorik
2. Fungsi hepar muskulus trapezius
3. Kadar kreatinin
N.12 (Hipoglossus) fosfokinase  jika adaOtot
Motorik lisisdiotot
lidah
4. EMG  tanda demielinisasi dari perlambatan konduksi,
perpanjangan latensi distal, perpanjangan gelombang F, blok
konduksi atau berkurangnya respon terhadap rangsang
5. Pemeriksaan fungsi paru
6. LCS / CSF  peningkatan protein (peningkatan kurva
disosiasi sitoalbumin  protein meningkat tetapi sel leukosit
tidak meningkat karena tidak ada bakteri di CSF) serta jumlah
sel <10 mononuklear sel/mm3
 Tatalaksana :
- Perawatan intensif  berkurangnya forced vital capacity / FVC (<20
ml/kg) atau kelemahan otot bulbar  rawat ICU
- Plasma exchange / plasmaferesis 200 – 500 ml/kgBB 5 kali dalam 2
minggu  antibodi yang sudah diprogram tubuh untuk menyerang
mielin  dicuci
- Immunoglobulin intravena (IVIG) 0,4 gr/kgBB/hari (1 vial 2,5 gr/50 cc)
- Plasmaferesis atau IVIG  imunoterapi paling baik dilakukan pada 2
minggu pertama
Kelemahan neuron motorik saja Makrofag menyerang selubung
AIDP sifatnya bilateral ascending, mielin utuh dan meniadakan
sensorik dan otonom jarang terjadi akson
Makrofag menyerang nodus
Ranvier dimana disisipkan
Lebih menyerang otot-otot diantara akson dan axolemma
AMAN
pernapasan sel Schwann di sekitarnya dan
meninggalkan selubung mielin
utuh
Kelemahan dapat motorik
Sama dengan AMAN +
(kelemahan), sensorik (parestesia)
AMSAN keterlibatan akar ventral dan
bisa juga dengan gangguan
dorsal
pernapasan
Trias  ataxia (gangguan
keseimbangan), areflexia
Kelainan konduksi sensorik,
(kelemahan tipe LMN 
MFS meskipun patologi yang
menurun), oftalmoplegia
mendasari belum jelas
(gangguan pada saraf kranialis
untuk pergerakan bola mata)

Gagal sistem otonom pasien (tensi


Terjadi kegagalan simpatis dan
APN naik turun, heart rate menurun,
parasimpatis yang meluas
respirasi menurun  ensefalopati)

AIDP  Acute Inflammatory Demyelinating Polyradiculoneuropathy


AMAN  Acute Motor Axonal Neuropathy
AMSAN  Acute Motor and Sensory Axonal Neuropathy
MFS  Miller Fisher Syndrome
APN  Acute Pandysautonomic Neuropathy
Spesifik pada
saraf tertentu Seluruh medulla
Simetris dan  gejala spinalis terkena
Asimetris
Gejala dimulai dari sensorik, lesi / inflamasi 
dan atrofi
khas distal lalu motorik dan komplit sehingga
sangat jelas
naik ke atas otonom pada tonus otot sangat
penjalaran jelek
saraf tertentu
Disfungsi
kandung Bisa terjadi Sementara Tidak pernah Sangat jelas
kemih
Kecepatan
konduksi Abnormal Normal
saraf
EMG Abnormal Normal

 Myasthenia gravis  kelemahan yang diakibatkan oleh gangguan


transmisi sinyal pada neuromuscular junction (NMJ)  akibat
N.1 (Olfaktorius) Sensorik Hidung
autoantibodi
N.2 (Optikus) IgG pada reseptor
Sensorik asetilkolin  kekurangan
Mata asetilkolin
secara relatif Otot-otot mata (selain m. oblique
 N.3 (Okulomotor)
Penyakit Motorik hipersensitivitas tipe II
autoimun  dimediasi superior dan m. rektus lateral)
 N.4
Etiologi  Thymoma (tumor
(Troklearis) pada kelenjar
Motorik thymus)
Muskulus  fungsi
oblique maturasi
superior
sel T  jika sudah matang menjadi selWajah,
Sensorik T helper  memanggil
sinus, sel B 
gigi, dan lain-lain
N.5 (Trigeminal)
menghasilkan antibodi Motorik Otot mastikasi
 N.6
Gejala khas  kelemahan
(Abdusens) Motorik Muskulus
yang berfluktuasi pada rektus
otot lateral
rangka dan
N.7 (Fasialis)
kelemahan Sensorikapabila
ini akan meningkat Rangsang
sedang anterior lidah (pengecapan)
beraktivitas atau sudah
sore hari Motorik Otot-otot wajah (ekspresi)
N.8
 (Vestibulokoklearis)
Manifestasi klinik : Sensorik Telinga bagian dalam
Motorik  kelemahan
- Kelemahan tubuh asimetris OtotLMN
di faringeal
unilateral lama
N.9 (Glossofaringeal)
kelamaan akan bilateral Bagian posterior
 yang memburuk dengan aktivitaslidah, tonsil dan
dan
Sensorik
membaik dengan istirahat faring
Jantung, paru-paru, bronkhi, traktus
- Pertama-tama menyerangMotorikotot-otot kecil seperti m. levator palpebra
gastrointestinal
dan otot ekstraokular  ptosis
N.10 (Vagus) Jantung, paru-paru, bronkhi, trakea,
- Wajah datar, disartria, kesulitan
Sensorik laring,menelan dan ketidakmampuan
faring, traktus gastrointestinal,
menjaga postur kepala telinga luar
Muskulus sternokleidomastoideus dan
N.11 (Aksesorius) Motorik
muskulus trapezius
Menyerang m. levator palpebra dan otot-otot
Myasthenia okular
ekstraokular  ptosis dan diplopia
Menyerang batang otak bagian bawah 
Myasthenia bulbar saraf kranialis IX,X dan XI  disfagia,
disfonia dan disarthria
Myasthenia okular + bulbar + kelemahan
Myasthenia generalisata
ekstremitas
Myasthenia krisis Terserang otot-otot pernapasan  dispneu
Riwayat konsumsi obat (misalnya
Drug-induced myasthenia aminoglikosida, makrolida, MgSO4, obat anti
epilepsi)

Pasien memandang objek diatas bidang antara


Tes Wartenberg kedua bola mata selama + 30 detik  (+) bila
terjadi ptosis
Pasien dengan myasthenia gravis  (+) akan
Tes Tensilon mengalami perbaikan pasca pemberian
derivat asetilkolin (edrophonium/tensilon IV)
Prostigmin 0,5-1 mg (asetilkolin esterase
Tes inhibitor) + atrofin sulfas 0,1 mg IM/SC  (+)
Prostigmin/Neostigmin bila gejala-gejala menghilang dan tenaga
membaik
Penderita disuruh menghitung 1-100  (+)
Tes pita suara
suara akan menghilang secara bertahap
Penderita diminta untuk melihat ke samping
Tes diplopia stress secara maksimal selama 30 detik  (+) muncul
diplopia

Elektromiografi (EMG) :
 Repetitive Nerve Stimulation (RNS) / Harvey Masland Test  suatu
otot dirangsang terus-menerus, lama-kelamaan amplitudo dari otot
tersebut akan menurun  paling sensitif
Tes Serologis :
 Mendeteksi antibodi pada reseptor asetilkolin (Achr-Ab)  paling
spesifik, tetapi tidak sensitif 100%
 Pasien MG Achr-Ab (-) / seronegatif MG (SNMG)  tes antibodi anti-
MuSK (muscle specific tyrosine kinase) dapat positif
 Krisis myasthenia :
- Sangat kekurangan asetilkolin
- Cenderung mengalami gangguan pernapasan
- Tes tensilon  edrophonium  membaik  (+)
 Krisis kolinergik :
- Sangat kelebihan asetilkolin
- Cenderung mengalami gangguan traktus gastrointestinal
- Tes tensilon  edrophonium  pasien memburuk  penting
adanya atropin sulfas (antidot)

 Simptomatik dengan antikolinesterase inhibitor :


- Piridostigmine  dosis awal pada orang dewasa bekisar antara 30-
60 mg tiap 4-8 jam (biasanya 3x30 mg)
- Neostigmine  jarang digunakan
 Immunomodulator
- Kortikosteroid  jika belum membaik diberikan terapi adjuvan,
kegagalan dengan antikolinesterase inhibitor atau persiapan
timektomi  Prednison 1,5 -2 mg/kgBB/hari
- Azathioprine  bekerja dengan cara menghambat proliferasi sel T
 dimulai dengan dosis 50 mg/hari
 Plasmaferesis dan IVIG  krisis myasthenia (dosis sama seperti GBS)
 Thymektomi  kontraindikasi pada balita
 Multiple sclerosis  salah satu penyakit demielinisasi SSP yang sifatnya
kronik dan cenderung menyerang dewasa muda (onset 15-50 tahun)
 N.1 (Olfaktorius)
Etiologi  belum jelas,Sensorik
faktor gen  kerusakan lokus Hidung DR di kromosom
6N.2 (Optikus) Sensorik Mata
 N.3
Gambaran patologi  Motorik Otot-otot
lesi-lesi berbatas tegasmata (selain m.alba
di substansia oblique
yang
(Okulomotor)
disebut plak superior dan m. rektus lateral)
N.4 (Troklearis) Motorik Muskulus oblique superior
 Patogenesis  sensitisasi sel T menimbulkan suatu fenomena yaitu
Sensorik Wajah, sinus, gigi, dan lain-lain
mimikri
N.5 molekular
(Trigeminal)
Motorik Otot mastikasi
 N.6
Manifestasi
(Abdusens) klinis : Motorik Muskulus rektus lateral
-N.7Defisit neurologis
(Fasialis)  sensorik dan/atau
Sensorik Rangsang motorik (parestesia)
anterior lidah (pengecapan)
- Neuritis optik Motorik Otot-otot wajah (ekspresi)
- Mielitis transversa
N.8 (Vestibulokoklearis) Sensorik Telinga bagian dalam
- Ataksia serebelar Motorik Otot di faringeal
- Sindrom batang
N.9 (Glossofaringeal) otak  vertigo, rasa baal di wajah,
Bagian posterior disarthria
lidah, dan
tonsil dan
diplopia) Sensorik
faring
- Lhermitte sign (+) Jantung, paru-paru, bronkhi, traktus
Motorik
 Pemeriksaan Penunjang : gastrointestinal
-N.10MRI(Vagus) Jantung, paru-paru,
 Plak MS kronik terlihat hiperintens (putih) pada bronkhi, trakea,
sekuens T2
weighted image (T2Sensorik
WI) dan bahkanlaring,lebih
faring, traktus
jelas padagastrointestinal,
sekuens fluid
telinga
attenuated inverse recovery (FLAIR), hipointens pada T1 weighted luar
Muskulus sternokleidomastoideus dan
N.11 image (T1WI)
(Aksesorius) Motorik
muskulus trapezius
- Lesi hiperintens multipel, asimetris, batas tegas dan berlokasi
N.12 (Hipoglossus) Motorik Otot di lidah
di periventrikular  Dawson’s finger
 Tatalaksana :
- Jangka pendek  kortikosteroid (hati-hati penggunaan jangka
panjang)
- Jangka panjang  interferon-β 1A dan 1B  tipe relaps-remitting MS

Gejala muncul dan menghilang, serangan


Relapsing remitting MS
tiba-tiba lalu menghilang kembali, relaps 
(RRMS)
pasien stabil selama > 30 hari
Progresif sekunder  ada perburukan
Secondary progressive MS
kedua, gejala bertahan lama, dapat terjadi
(SPMS)
20 tahun post diagnosis
Progresif primer  perburukan terjadi
Primary progressive MS
awal, muncul saat usia tua, berlangsung 1
(PPMS)
tahun atau lebih
Progressive relapsing MS Progresif berulang  gejala terjadi secara
(PRMS) perlahan dan bertahap bertambah buruk
Kecacatan minimal  berlangsung > 20
Benign MS
tahun selama sakit
 N.1
Inflamasi pada meninges
(Olfaktorius) Sensorik 
Inflamasi parenkim
Hidung otak
 Tidak ada defisit
N.2 (Optikus) neurologis
Sensorik 
Berkaitan denganMata inflamasi
 Trias : meninges
Otot-otot mata (selain m. oblique
N.3
- (Okulomotor) Motorik meningoencephalitis
Demam superior dan m. rektus danlateral)
- Nyeri
N.4 kepala
(Troklearis) Motorik medulla spinalis 
Muskulus oblique superior
- Kaku kuduk / tanda Sensorik ensefalomielitis
Wajah, sinus, gigi, dan lain-lain
N.5 rangsang
(Trigeminal)
meningeal Motorik
(+)  Terdapat Ototdefisit neurologis
mastikasi
 N.6
Meningitis + defisit neurologis
(Abdusens) Motorik  Trias :
Muskulus rektus lateral
 meningoencephalitis
N.7 (Fasialis) Sensorik - Demam
Rangsang anterior lidah (pengecapan)
- Penurunan kesadaran /
Motorik Otot-otot wajah (ekspresi)
kejang
N.8 (Vestibulokoklearis) Sensorik Telinga bagian dalam
- Defisit neurologis
Motorik Otot di faringeal
N.9 (Glossofaringeal) Bagian posterior lidah, tonsil dan
Sensorik
faring
 Kontraindikasi Jantung, paru-paru, bronkhi, traktus
Motorik pada bukti adanya atau curiga fraktur
servikal gastrointestinal
N.10 (Vagus)
 Sebelum Jantung,kaku
melakukan paru-paru,kudukbronkhi, trakea,
dilakukan
Sensorik kudu
pemeriksaan laring, faring, untuk
kakuk traktus gastrointestinal,
menyingkirkan
telinga luar
penyebab muskuloskeletal agar tidak positif palsu
 Pemeriksaan Muskulus sternokleidomastoideus dan
N.11 (Aksesorius) Motorikkuduk kaku :
- Palingkan wajah ke kanan muskulus
dan kiri trapezius
secara pasif 
N.12 (Hipoglossus) (+) jika
Motorik
ada tahanan Otot di lidah
- Angkat sedikit bahu  (+) kepala pasien ikut
terangkat
 Pemeriksaan kaku kuduk  satu tangan diletakkan
didepan dada pasien untuk menahan dada dan tangan
yang satu ditempatkan di bawah kepala pasien yang
sedang berbaring  (+) jika ada tahanan dan dagu tidak
mencapai dada
 Pemeriksaan  pasien baring terlentang dengan
kedua kaki lurus, kemudian pemeriksa mengangkat
salah satu tungkai dengan keadaan ekstensi hingga
membentuk sudut 700 terhadap sendi panggul, lakukan
pada kaki sebelah
 Interpretasi  (+) ada tahanan atau nyeri, sudut <700
 Pemeriksaan  pasien baring terlentang dengan
kedua kaki lurus, kemudian pemeriksa mengangkat
salah satu tungkai dengan keadaan fleksi maksimal
membentuk 900 terhadap sendi panggul lalu lanjutkan
ekstensi pada sendi bagian lutut hingga membentuk
minimal 1350
 Interpretasi  (+) ada tahanan atau nyeri, sudut <1350
 Pemeriksaan  satu tangan diletakkan didepan dada
pasien untuk menahan dada dan tangan yang satu
ditempatkan di bawah kepala pasien yang sedang
berbaring
 Interpretasi  (+) kedua tungkai terangkat / fleksi
 Pemeriksaan  dilakukan fleksi secara maksimal
pada satu tungkai
 Interpretasi  (+) tungkai yang lain ikut terangkat /
fleksi
 Pemeriksaan  menekan tekanan pada os
zygomaticus kanan dan kiri
 Interpretasi  (+) kedua tangan terangkat / fleksi
 Pemeriksaan  melakukan penekanan pada simfisis
pubis
 Interpretasi  (+) kedua tungkai terangkat / fleksi

 Meningitis  Absolut
 Subaraknoid hemoragik - Infeksi di daerah lumbal pungsi
(SAH) (di area antara L3 dan L4 atau
 Ensefalitis L4 dan L5)
 Guillain-Barre Syndrome - Perbedaan tekanan
(GBS) supratentorial dan infratentorial
(CT scan kepala  midline
shift > 5 mm)
 Relatif
- Peningkatan TIK  edema
otak  dexametason IV
- Koagulopati
- Abses otak

Blood brain barrier  permeabilitas


Pembuluh darah
kapiler meningkat

Penyakit  stroke dan trauma Penyakit  infeksi dan neoplasma

Imaging  tidak perlu kontras Imaging  perlu kontras

Tatalaksana  Mannitol Tatalaksana  Dexametason IV


Dominasi
Tipe Warna Leukosit Protein Glukosa
leukosit
45-80 
0-3
Jernih (-) 15-45 (2/3
sel/mm3
GDS)
Sangat
Keruh meningkat PMN Meningkat Menurun
(>1000)
Meningkat
(puluhan Normal /
Jernih MN (limfosit) Normal
sampai meningkat
ratusan)
Meningkat
Xantochrome
(ratusan Meningkat
(kuning MN (limfosit) Menurun
tetapi < (ratusan)
keemasan)
1000)
Meningkat
(ratusan Meningkat
Kuning keruh MN (limfosit) Normal
tetapi < (ratusan)
1000)

 Neonatus  biasanya Streptococcus agalactiae  grup B


 Anak-anak 1-23 bulan  Streptococcus pneumoniae
 Anak-anak 2 tahun – dewasa 50 tahun  Neisseria meningitidis (khas
 ada ruam)
 Orang dewasa + immunocompromised  Listeria monocytogenes
 Terapi empiris di Indonesia  Ceftriaxon 2x2 gr IV / Cefotaxime 3x2
gr IV + Metronidazole 3x500 mg IV
Meningitis TB  gambaran klinis berdasarkan BMRC :
1. Stadium 1  fase prodromal + tanpa gejala neurologis (GCS 15)
2. Stadium 2  tanda rangsan meningeal (+) + defisit neurologis minimal
+ kesadaran cenderung masih baik (GCS 11-14)
3. Stadium 3  penurunan kesadaran berat + kejang + gerakan
involunter + defisit neurologis berat (GCS < 10)
CT Scan  ada penyengatan pada sulcus-sulcus di otak dan sisterna basalnya
Funduskopi  ada tuberkel pada retina pasien
Tatalaksana  OAT 12 bulan + dexametasone

 Etiologi  Cryptococcus neoformans


 Infeksi yang sering ditemukan pada HIV stadium IV
 Diagnosis  lumbal pungsi  kemudian cairannya diwarnai dengan
tinta India  pada mikroskop ada halo sign
 Gejala  mengeluhkan nyeri kepala yang sangat hebat dan sudah
kronis
 Tatalaksana  Amfoterisin B IV 0,7-1 mg/kgBB/hari dalam infus
dextrose 5% tiap 4-6 jam + Flukonazole oral 800 mg/hari
 Gejala trias ensefalitis + gejala peningkatan TIK
 N.1
Penyakit :
(Olfaktorius) Sensorik Hidung
1. Toksoplasma
N.2 (Optikus)  gangguan
Sensorik imun (HIV) Mata
2. Neurosistiserkosis  riwayat mengonsumsi
Otot-otot mata (selain makanan yang
m. oblique
N.3 (Okulomotor) Motorik
mengandung telur taenia soliumsuperior
(pada babi)
dan m. rektus lateral)
3. Tuberkuloma
N.4 (Troklearis)  riwayat
Motorik TB Muskulus oblique superior
4. Abses otak Sensorik port d’entry Wajah,
(sinusitis berulang,
sinus, otitis
gigi, dan media
lain-lain
N.5 (Trigeminal)
berulang, pneumonia Motorikberulang, endokarditis infektif, trauma
Otot mastikasi
N.6 (Abdusens)
kapitis, selulitis) Motorik Muskulus rektus lateral
 Gambaran
N.7 (Fasialis)
CT Scan : Sensorik Rangsang anterior lidah (pengecapan)
Motorik
- Toksoplasma, neurosistiserkosis, danOtot-otot
tuberkulomawajah(ekspresi)
multiple ring
N.8 (Vestibulokoklearis)
enhancement Sensorik Telinga bagian dalam
- Abses otak  singleMotorik ring enhancement Otot di faringeal
N.9 (Glossofaringeal)
 Jenis toksoplasmosis cerebri : Bagian posterior lidah, tonsil dan
Sensorik
faring
- Kongenital (trias)
Jantung, paru-paru, bronkhi, traktus
 CT Scan ada gambaran ventrikel membesar
1. Hidrosefalus Motorik
gastrointestinal
2. Kalsifikasi periventrikel  sekitar ventrikel ada kalsifikasi
N.10 (Vagus) Jantung, paru-paru, bronkhi, trakea,
 mengalami
3. KorioretinitisSensorik infeksi
laring, dan
faring, inflamasi
traktus pada retina
gastrointestinal,
dan koroid telinga luar
- Didapat Muskulus sternokleidomastoideus dan
N.11 (Aksesorius)
 Tatalaksana : Motorik
muskulus trapezius
Standar terapi  Pirimetamin
- (Hipoglossus)
N.12 Motorik + Sulfadiazin Otot di lidah
- Pirimetamin loading dose 200 mg, dilanjutkan :
1. Jika BB <50 kg  2x25 mg/hari/oral
2. Jika BB >50 kg  3x25 mg/hari/oral
- Sulfadiazin 50 mg/hari, karena di Indonesia tidak ada sulfadiazin 
diganti Klindamisin 4x600 mg
- Ditambah asam folinat  mencegah toksisitas karena pemberian
pirimetamin (efek samping  meningkatkan metabolisme purin)
 Gejala khas  ditemukan fokus atau port d’entry seperti sinusitis, otitis
media, pneumonia, endokarditis infektif, trauma kapitis, selulitis)
 N.1
CT(Olfaktorius)
Scan kepala dengan Sensorik
kontras  lesi atau massa Hidunghipodens yang
N.2 (Optikus)
dikelilingi Sensorik
struktur hiperdens Mata
seperti cincin (ring enhancement)
 N.3
Terapi empirik : Otot-otot mata (selain m. oblique
(Okulomotor) Motorik
superior dan
Sefalosporin generasi III intravena (Ceftriaxone 2x2m.gr/12
rektus lateral)
jam IV atau
N.4 (Troklearis) Motorik Muskulus oblique
Cefotaxime 3x2 gr/8 jam IV) + Metronidazole 3x500 mg/8 jam IV superior
Sensorik Wajah, sinus, gigi, dan lain-lain
N.5 (Trigeminal)
Motorik Otot mastikasi
N.6 (Abdusens) Motorik Muskulus rektus lateral
N.7 (Fasialis) Sensorik Rangsang anterior lidah (pengecapan)
Motorik Otot-otot wajah (ekspresi)
N.8 (Vestibulokoklearis) Sensorik Telinga bagian dalam
Motorik Otot di faringeal
N.9 (Glossofaringeal) Bagian posterior lidah, tonsil dan
Sensorik
faring
Jantung, paru-paru, bronkhi, traktus
Motorik
gastrointestinal
N.10 (Vagus) Jantung, paru-paru, bronkhi, trakea,
Sensorik laring, faring, traktus gastrointestinal,
telinga luar
Muskulus sternokleidomastoideus dan
N.11 (Aksesorius) Motorik
muskulus trapezius
N.12 (Hipoglossus) Motorik Otot di lidah

 Ditularkan melalui gigitan hewan yang terinfeksi (anjing, monyet,


kelelawar, kucing, serigala yang liar)
 N.1 (Olfaktorius)
Inkubasi Sensorik
virus  2 minggu – 2 tahun (umumnya 3-8 Hidung
minggu)
N.2 (Optikus)
 Mortalitas  mencapai Sensorik
100% apabila telah menginfeksiMataSSP 
pencegahan penting Otot-otot mata (selain m. oblique
N.3 (Okulomotor) Motorik
 Fase rabies : superior dan m. rektus lateral)
N.4 (Troklearis) Motorik Muskulus oblique superior
1. Prodromal
Sensorik Wajah, sinus, gigi, dan lain-lain
N.5 (Trigeminal)
- Demam
Motorik Otot mastikasi
- Nyeri kepala
N.6 (Abdusens) Motorik Muskulus rektus lateral
- Sakit
N.7 (Fasialis) tenggorokan
Sensorik Rangsang anterior lidah (pengecapan)
- Mialgia Motorik Otot-otot wajah (ekspresi)
2. Sensoris
N.8 (Vestibulokoklearis) Sensorik Telinga bagian dalam
- Disekitar luka Motorik
akan muncul seperti baal
Ototdan kesemutan
di faringeal
- Hiperalgesia (memberi rangsang
N.9 (Glossofaringeal) Bagiannyeri ringanlidah,
posterior seperti ditusuk)
tonsil dan
Sensorik
dan/atau alodinia (stimulus rabaan  tetapi dirasakan nyeri)
faring
Jantung, paru-paru, bronkhi, traktus
Motorik
gastrointestinal
N.10 (Vagus) Jantung, paru-paru, bronkhi, trakea,
Sensorik laring, faring, traktus gastrointestinal,
3. Eksitasi
- Hiperhidrosis  keluar keringat terus
- Hipersalivasi  keluar air liur terus
- Hiperlakrimasi  keluar air mata terus
- Halusinasi
- Hidrofobia  takut air karena alodinia
- Penurunan kesadaran
4. Paralitik
- Kelumpuhan seluruh otot tubuh
- Kelumpuhan otot jantung  meninggal

1. Cuci luka  cuci dibawah air mengalir + air sabun / detergen (10-15
menit), dilakukan debridement dan desinfektan alkohol 70% (semua
jenis vulnus morsum)
2. Pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR) :
 Ketika digigit anjing, kucing, monyet, kelelawar, serigala yang liar
bukan peliharaan
 Pemberian dalam waktu 10 hari infeksi  post-exposure
prophylaxis
 Pemberian 3x yaitu hari 0, 7 dan 21 sebanyak 0,5 ml secara IM
pada otot deltoid atau otot anterolateral paha
3. Pemberian Serum Anti Rabies (SAR) :
 Diberikan pada luka risiko tinggi :
- Vulnus morsum multiple
- Vulnus morsum diatas bahu
- Vulnus morsum pada ujung-ujung jari tangan atau kaki dan
pada genitalia
- Jilatan pada mukosa (seperti mata atau mulut)
- Luka yang lebar (> 1 cm) dan dalam (sampai dasar otot)
 Jenis serum :
- Serum homolog (dari manusia)  20 IU/kgBB
- Serum heterolog (dari kuda)  40 IU/kgBB
 Pemberian SAR  ½ - ¾ dosis diberikan infiltrasi pada daerah
luka sedangkan ¼ - ½ dosis sisanya diberikan IM
4. Luka risiko tinggi :
 Segera diberi VAR + SAR
 Hewan mati  lanjutkan VAR
 Hewan hidup  stop VAR
5. Luka risiko rendah :
 Hewan penggigit lari / tidak bisa ditangkap / mati  berikan VAR
 Hewan penggigit dapat ditangkap  tidak diberi VAR + tunggu
hasil observasi
 Etiologi  Clostridium tetani (gram positif dan anaerob)  dihasilkan
oleh tetanospasmin (toksin yang bertanggung jawab terhadap
N.1 (Olfaktorius)
manifestasi Sensorik
klinis tetanus) Hidung
 Masa
N.2 (Optikus) Sensorik
inkubasi  8-12 hari, tetanus sefalik  2 hariMata
 N.3
Manifestasi klinis : Otot-otot mata (selain m. oblique
(Okulomotor) Motorik
- Trismus  tegang dan kaku pada otot superior dan m. rektus lateral)
rahang
N.4 (Troklearis) Motorik Muskulus oblique superior
- Opistotonus  posisi tubuh mengalami kaku dan melengkung ke
Sensorik Wajah, sinus, gigi, dan lain-lain
belakang
N.5 (Trigeminal)
Motorik Otot mastikasi
- Risus sardonikus  spasme otot wajah (otot bibir retraksi, mata
N.6 (Abdusens) Motorik Muskulus rektus lateral
tertutup sebagian dan elevasi alis)  tampak menyeringai
N.7 (Fasialis) Sensorik Rangsang anterior lidah (pengecapan)
- Chvostek sign (+)  mengetuk pipi Otot-otot
Motorik pasien sebelah kiri dan kanan
wajah (ekspresi)
dengan palu refleksSensorik
N.8 (Vestibulokoklearis) sambil membuka mulutTelingasedikit.
bagianInterpretasi
dalam 
(+) jika kedutan satu Motorik
sisi atau beberapa otot wajah
Otot sesisi
di faringeal
Trousseau sign (+)  salah satu Bagian
N.9 -(Glossofaringeal) lengan atas diikatlidah,
posterior selama 4 menit.
tonsil dan
Sensorik
Interpretasi  (+) jika jari atau tangan memperlihatkan sikap khas
faring
yaitu main d’accoucheur atau main d’obstetrique
Jantung, paru-paru, (seperti jari traktus
bronkhi, dokter
Motorik
kandungan ingin melakukan pemeriksaan dalam) gastrointestinal
N.10 (Vagus) Jantung, paru-paru, bronkhi, trakea,
Sensorik laring, faring, traktus gastrointestinal,
Rahang kaku, spasme fokal, disfagia dan telinga luar otot
kekakuan
belakang Muskulus sternokleidomastoideus dan
N.11 (Aksesorius) Motorik
Spasme, tanpa mempertimbangkan muskulus
frekuensitrapezius
maupun derajat
N.12 (Hipoglossus)
keparahan Motorik Otot di lidah
Masa inkubasi < 7 hari

Waktu awitan < 48 jam


Peningkatan suhu rektal > 400C atau aksila > 37,60C

Terdapat 1 kriteria (kriteria 1 atau kriteria 2)


Terdapat 2 kriteria (kriteria 1 + kriteria 2), inkubasi > 7 hari
dan awitan > 48 jam
Terdapat 3 kriteria, inkubasi < 7 hari atau awitan < 48 jam
Terdapat 4 kriteria
Terdapat 5 kriteria  puerperium dan tetanus neonatorum
1. Imunoglobulin tetanus manusia (HTIG)
 Pencegahan  dewasa (250 IU secara IM), anak-anak (125 IU
secara IM)
 Terapi  dosis 3000 – 6000 IU secara IM 1x/hari (3-5 hari
berturut-turut)
 Jika HTIG tidak ada, gunakan serum antitetanus (ATS)
2. Serum antitetanus (ATS)
 Kerjakan skin test terlebih dahulu
 Pencegahan  dewasa(1500 IU secara IM), anak-anak (750 IU
secara IM)
 Terapi  40.000 IU (20.000 IU dimasukkan kedalam 200 ml
cairan NaCl 0,9% lalu diberikan IV dalam 30-45 menit, lalu
setengah dosis sisanya diberikan IM)  3-5 hari berturut-turut
3. Tetanus Toksoid (TT)
 Luka ringan dan bersih  jika belum lengkap (mulai melengkapi
imunisasi aktif TT 0,5 ml hingga lengkap), jika sudah imunisasi
lengkap (< 5 tahun  tidak usah diberikan apa-apa, > 5 tahun 
TT 0,5 ml)
 Luka berat, bersih dan cenderung tetanus  jika belum lengkap
(ATS 1500 IU + TT 0,5 ml), jika sudah imunisasi lengkap (1-10
tahun  TT 0,5 ml, >10 tahun ditambah ATS 1500 IU)
 Cenderung tetanus, debridement terlambat atau tidak bersih 
jika belum lengkap (ATS 1500 IU + TT 0,5 ml + antibiotik), jika
sudah imunisasi lengkap (1-5 tahun  TT 0,5 ml, 5-10 tahun 
ditambah antibiotik, > 10 tahun ditambah ATS 1500 IU)
4. Antibiotik
 Metronidazole (dosis awal  15 mg/kgBB IV, dosis max 4 gr/hari)
dilanjutkan dosis rumatan  7,5 mg/kgBB/hari IV drips (tiap 6-8
jam selama 7-10 hari)
 Peniciliine G 1,2 juta tiap 8 jam IV (selama 10-14 hari)
5. Antikonvulsan
 Diazepam  10-40 mg IV tiap 1-8 jam (hati-hati asidosis
metabolik)
 Neuro-AIDS  gangguan neurologis yang ditemukan pada pasien HIV
 Etiologi  virus HIV-1 dan HIV-2
 N.1 (Olfaktorius)
Patogenesis : Sensorik Hidung
-N.2Limfosit
(Optikus) Sensorik
T / sel T dan imunitas diperantai sel Mata
Replikasi dan budding
- (Okulomotor) HIV Otot-otot mata (selain m. oblique
N.3 Motorik
- Penurunan populasi dan disfungsi sel superior
T CD4+ dan m. rektus
dalam lateral)
infeksi HIV-
N.4 (Troklearis) Motorik Muskulus oblique superior
AIDS
Sensorik Wajah, sinus, gigi, dan lain-lain
N.5 Mikroorganisme penyebab infeksi oportunistik
- (Trigeminal)
Motorik Otot mastikasi
 N.6
Gambaran klinis
(Abdusens) : Motorik Muskulus rektus lateral
-N.7Demam
(Fasialis) Sensorik Rangsang anterior lidah (pengecapan)
- Ruam makulopapularMotorik Otot-otot wajah (ekspresi)
- Sariawan
N.8 (Vestibulokoklearis) Sensorik Telinga bagian dalam
- Limfadenopati Motorik Otot di faringeal
- Atralgia
N.9 (Glossofaringeal) Bagian posterior lidah, tonsil dan
- Nyeri tenggorokan Sensorik
faring
- Penurunan berat badan Jantung, paru-paru, bronkhi, traktus
Motorik
- Mialgia gastrointestinal
-N.10 (Vagus)
Khas Jantung,
 defisit neurologis (paling paru-paru,
sering neuropati bronkhi, trakea,
sensorik) +
sel T CD4+ < 200/mm Sensorik laring, faring, traktus gastrointestinal,
3

 Tatalaksana  ARV telinga luar


Muskulus sternokleidomastoideus dan
N.11 (Aksesorius) Motorik
muskulus trapezius
N.12 (Hipoglossus) Motorik Otot di lidah

Tatalaksana komplikasi
oportunistik intrakranial
pada neuro-AIDS 
dengan imaging

Tatalaksana komplikasi
oportunistik intrakranial
pada neuro-AIDS 
tanpa imaging
Tidak N.1
ada(Olfaktorius)
penyebab organik : Sensorik Ada penyebab organik Hidung:
N.2 (Optikus)
 Migraine Sensorik  Ekstrakranial Mata
 sakit gigi,
 N.3
Tension type headache (TTH) Otot-otot mata
sinusitis, (selaincold,
common m. oblique
dan
(Okulomotor) Motorik
 Cluster type headache superior dan m. rektus lateral)
lain sebagainya
N.4 (Troklearis) Motorik Muskulus oblique
 Intrakranial  infeksisuperior
SSP,
Sensorik Wajah, sinus, gigi,
stroke, tumor otak dan lain-lain
N.5 (Trigeminal)
Motorik Otot mastikasi
N.6 (Abdusens) Motorik Muskulus rektus lateral
N.7 (Fasialis) Sensorik Rangsang anterior lidah (pengecapan)
 Nyeri kepala primer dengan Motorik kualitas Otot-otot
vaskular wajah (ekspresi)
(berdenyut), diawali
N.8 (Vestibulokoklearis)
unilateral (tidak selaluSensorik Telingaoleh
unilateral) yang diikuti bagian
mual,dalam
fotofobia,
fonofobia gangguan tidur Motorik
dan depresi Otot di faringeal
N.9 (Glossofaringeal)
 Diagnosis migraine : (54321) Bagian posterior lidah, tonsil dan
Sensorik
- Pasien sudah merasakan nyeri yang sama minimal faring
5 kali
- Durasi sakit kepala berlangsung Jantung, paru-paru,
4 jam – 3 hari bronkhi, traktus
Motorik
gastrointestinal
- Ditemukan 2 dari 4 gejala  unilateral, berdenyut, diperparah
N.10 (Vagus) Jantung, paru-paru, bronkhi, trakea,
aktivitas dan intensitas sedang hingga berat
Sensorik laring, faring, traktus gastrointestinal,
- Ditemukan 1 dari 2 gejala  fotofobia/fonofobia (lebihluar
telinga nyaman dalam
keadaan gelap/sunyi) dan mual/muntah
Muskulus sternokleidomastoideus dan
N.11
 Jenis (Aksesorius)
migraine : Motorik
muskulus trapezius
N.12 Dengan aura  classic
- (Hipoglossus) migraine
Motorik Otot di lidah
- Tanpa aura  common migraine
 Migraine klasik terdiri atas 4 fase :
- Prodromal  1 hari sebelum terjadi gejala adanya gangguan
suasana perasaan (mood)
- Aura  1 jam sebelum terjadi nyeri kepala muncul aura :
1. Aura visual  melihat kilatan-kilatan cahaya (scintillating
scotoma)
2. Aura sensorik  adanya baal/kesemutan ditangan atau dikaki
3. Aura otonom  nyeri epigsatrium yang berat, keringat
berlebih, tremor, gangguan bicara (disfasia) dan lain
sebagainya
- Nyeri kepala  berdasarkan diagnosis migraine (54321)
- Postdromal  1 hari setelah gejala, pasien ada letih, lesu, lemah,
konsentrasi menurun
 Faktor risiko :
- Menstruasi hari pertama/sebelumnya atau perubahan hormonal
- Puasa dan terlambat makan
- Pencetus makanan  alkohol, coklat, susu, keju (kandungan
teobromin)
 Unilateral  Gambaran nyeri kepala
 Berdenyut menyerupai tanpa aura
 Intensitas sedang-berat  Timbul sesudah gejala aura (5-
 Bertambah berat oleh aktivitas 20 menit)
fisik  Aura :
 Mual/muntah - Aura visual
 Fotofobia dan fonofobia - Aura sensorik
- Aura otonom

Pasien lagi mengalami migraine Pencegahan perkembangan penyakit


Nonspesifik  analgesik (NSAID) Diberikan jika serangan 2-3 kali/bulan
Spesifik (kemampuan vasokonstriksi): atau terdapat serangan berat (kronik
 Sumatriptan 2x50-100 migraine  > 3 kali/bulan atau > 8
mg/hari hari) :
 Ergotamin 1 mg, ulangi tiap ½  Beta blocker  propanolol
jam, max 3 mg/hari, 6 2x40 mg/hari (simpatolitik)
mg/minggu  CCB  verapamil, flunarizine
 SSRI  fluoxetine
 Antidepresan  amitriptilin
 Asam valproat (migraine
aura)

Edukasi :
 Hindari teobromin
 Hindari alkohol
 Tidur teratur
 Kontrol 1 minggu
Diagnosis TTH :
 Pasien sudah merasakan nyeri yang sama minimal 10 kali
 Durasi sakit kepala berlangsung 30 menit – 7 hari
 Ditemukan 2 dari 4 gejala  bilateral, rasa terikat / tegang di leher, tidak
diperparah aktivitas dan intensitas ringan hingga sedang
 Ditemukan 1 dari 2 gejala  tidak ada fotofobia/fonofobia dan tidak ada
mual/muntah

Frekuensi Serangan TTH :


 Episodik infrekuen  mengalami TTH < 1x/bulan (misalnya 3 bulan
sekali)
 Episodik frekuen  mengalami TTH > 1 x/bulan (misalnya 3 kali dalam
1 bulan)
 Kronik  nyeri kepala timbul > 15 x/bulan (misalnya 17 kali dalam 1
bulan)
Drug of choice : Drug of choice :
 Ibuprofen 800 mg/hari  2 x  Antidepressan  Amitriptilin
400 mg 3 x 25 mg
 Paracetamol 1000 mg/hari   Antiasietas  Alprazolam
2 x 500 mg atau Diazepam (kalau ada
cemas)

Diagnosis Cluster Type Headache :


 Nyeri hebat yang pasti unilateral yang melibatkan daerah supraorbital
atau temporal
 Durasi sakit berlangsung 10 menit – 3 jam
 Intensitas nyeri sangat berat, tiap hari bisa beberapa kali nyeri
 Ditemukan 1 dari 5 gejala berikut :
- Injeksi konjungtiva / lakrimasi ipsilateral
- Kongesti nasal ipsilateral dan rhinorea
- Edema orbita ipsilateral
- Keringat pada daerah frontal pada ipsilateral
- Miosis atau ptosis pada ipsilateral
 Oksigen 12 L/menit  gejala  CCB non dihidropiridin 
menghilang dalam 15 menit Diltiazem atau Verapamil
 Bisa ditambahkan obat :
- Ergotamine
- Sumatriptan
- Ocreotide
- Vasopressin

 Episodik cluster type headache :


- Lama menderita nyeri  < 365 hari (< 1 tahun)
- Remisi (periode normal)  > 1 bulan
 Kronik cluster type headache :
- Lama menderita nyeri  > 365 hari (> 1 tahun)
- Remisi (periode normal)  < 1 bulan

 Neuralgia trigeminal (tic douloureux) merupakan tipe nyeri neuropatik


yaitu :
- Nyerinya paroksismal (tiba-tiba)
- Karakteristik nyeri bersifat tajam, seperti ditusuk atau terbakar pada
n. V
- Nyeri hilang timbul
 Untuk nyeri nosiseptif  konstan, kontinu dan nyeri bersifat tumpul
 Khas  diperparah dengan gerakan-gerakan wajah (berbicara,
mengunyah, kondisi dingin, menguap, tersentuh, terpapar angin)
 Etiologi :
- Kompresi dari n. V / trigeminal  a. Cerebellaris superior
- Demielinisasi pada nervus trigeminal
 Tatalaksana :
- Pemeriksaan lanjutan dengan CT Scan untuk eksklusi cerebello-
pontine angle (biasanya tumor  Schwanoma / Neurofibramatosis 2)
- Carbamazepine 100-200 mg 2-3 x/hari
- Anti kejang lainnya (fenitoin, oxcarbazepine dan lamotrigine)
- Block saraf
- Trigeminal ganglion block
- Operasi  dekompresi mikrovaskular
- Dibakar  radiofrekuensi thermokoagulasi (agar nyeri tidak refrakter)
 Migraine  topis  Trauma  Trigeminal
vaskular  Gangguan neuralgia
 TTH  topis Cranial-cervical - Classic
muskular vaskular - Sekunder
 Trigeminal  Gangguan non- - Idiopatik
autonomic vaskular  Painful
cephalgia (cluster  Zat lain trigeminal
headache)  topis  Infeksi neuralgia
n. trigeminal ordo 2  Gangguan
(interneuron) homeostasis
 Gangguan
struktur
 Gangguan
psikiatri

 Ada entitas yang tidak bisa masuk ke nyeri


kepala yang diatas  perlu penelitian yang
lebih lanjut
 Contoh :
 - Menstrual migraine
- Vestibular migraine
- Migraine aura status (auranya terus
menerus)
 Bell’s palsy  paresis n. VII akut
 N.1
Etiologi  idiopatik (hipotesa
(Olfaktorius) Sensorik polineuritis akibat virus HSV-1/HZV),
Hidung
autoimun, inflamasi atau
N.2 (Optikus) iskemik
Sensorik Mata
 Manifestasi klinis : Otot-otot mata (selain m. oblique
N.3
- (Okulomotor)
Paresis n. VII perifer Motorik
 gejala terjadisuperior
di bagian atas
dan m.dan bawah
rektus wajah
lateral)
- Kelumpuhan
N.4 (Troklearis) muskulus fasialis
Motorik Muskulus oblique superior
- Lagoftalmus Sensorik Wajah, sinus, gigi, dan lain-lain
N.5 (Trigeminal)
- Nyeri tajam pada telinga dan mastoid  n. Otot
Motorik auricularis posterior
mastikasi
N.6 (Abdusens)  n. Motorik
- Hiperakusis stapedius  stethoscope
Muskulus rektus lateral(pasien
loud test
N.7memakai
(Fasialis)stetoskopSensorik
lalu ketukRangsang
diafragma, anterior
tanyakanlidahtelinga
(pengecapan)
mana
yang lebih keras, sisiMotorik Otot-ototrasa
sakit akan memberikan wajah (ekspresi)
yang lebih keras)
N.8 (Vestibulokoklearis) Sensorik Telinga bagian
- Gangguan pengecapan  paresis n. VII (2/3 anterior lidah  rasa) dalam
- Peningkatan produksi Motorik
saliva  n. sublingual Otot di faringeal
N.9 -(Glossofaringeal) air mata  n.Bagian
Penurunan produksiSensorik vidianusposterior lidah, tonsil dan
 Prognosis : faring
Jantung, paru-paru, bronkhi, traktus
- Baik  80-90% perbaikan Motorikdalam 6 bulan
gastrointestinal
- Jelek  usia tua, DM, hipertensi, House and Breckmann grade VI
N.10 (Vagus) Jantung, paru-paru, bronkhi, trakea,
Sensorik laring, faring, traktus gastrointestinal,
telinga luar
Muskulus sternokleidomastoideus dan
N.11 (Aksesorius) Motorik
muskulus trapezius
N.12 (Hipoglossus) Motorik Otot di lidah
Kata kunci :
 Grade 1  normal semua
 Grade 2  kelumpuhan wajah minimal, adanya sinkinesis (gerakan
involunter wajah karena gerakan volunter wajah lainnya) contoh  saat
menguap, mata akan ikut menutup
 Grade 3  memejamkan mata secara maksimal (menutup sempurna
dengan kerja ekstra)
 Grade 4  memejamkan mata secara maksimal (tidak menutup
sempurna walaupun sudah dengan kerja ekstra)
 Grade 5  dalam keadaan istirahat wajahnya asimetris
 Grade 6  total paralisis (tidak ada pergerakan sama sekali)

Diberikan < 72 jam pertama onset :


1. Prednison 60 mg/hari atau 1 mg/kgBB (6 hari pertama)  tappering-
off 10 mg/hari (4 hari selanjutnya)
Jadi  1 tablet Prednison  5 mg  butuh 12 tablet
Hari ke 1 sampai 7  3 x 4 tablet
Hari ke 8  3 x 3 tablet
Hari ke 9  3 x 2 tablet
Hari ke 10  3 x 1 tablet
2. Acyclovir
- HSV (herpes simplex)  5 x 400 mg/hari (10 hari)
- HZV (herpes zoster)  5 x 800 mg/hari (10 hari)
3. Artificial tears (pagi sampai siang), occluder / penutup mata (malam
hari)
Saat istirahat 20
Mengerutkan dahi 10
Menutup mata 30
Tersenyum 30
Bersiul 10

Penilaian presentase :
 0% (zero)  asimetris komplit, tidak ada gerakan volunter
 30% (poor)  asimetris sedang, kesembuhan cenderung ke asimetris,
ada gerakan volunter
 70% (fair)  asimetris ringan, kesembuhan cenderung normal
 100% (normal)  simetris komplit
Skor normal  80-90% setelah pengobatan

’ 
1. Sinkinesis otonom (crocodile tears)  ketika mengunyah atau
tersenyum, akan mengeluarkan air mata ipsilateral
2. Sinkinesis motorik (jaw-winking)  ketika membuka rahang, akan
menutupnya kelopak mata ipsilateral
3. Post paralytic hemifacial spasm  seluruh sebelah wajahnya
kontraksi penuh (harus di operasi)
4. Epifora  air mata keluar terus
Komplikasi okular :
 Dini  lagoftalmus, keratitis exposure dan konjungtivitis sikka
 Lanjut  sinkinesis otonom dan epifora

Edukasi :
 Fisioterapi
 Masase wajah
 Rutin menggunakan artificial tears
(pagi hingga siang)
 Menggunakan penutup mata saat
tidur di malam hari
 Tanda peningkatan intrakranial  nyeri kepala, muntah proyektil,
papiledema
N.1 (Olfaktorius) Sensorik Hidung
 Tanda klasik
N.2 (Optikus) nyeri kepala akibat
Sensorik tumor  kronik progresif
Mata (> 1 bulan),
memburuk pada pagi hari dan manuver Valsava
Otot-otot mata (selain m. oblique
N.3 (Okulomotor) Motorik
 Nyeri kepala kronis yang tidak membaik dengan analgesik
superior dan m. rektussederhana
lateral)
 N.4
Tanda(Troklearis)
lokal SOL : Motorik Muskulus oblique superior
1. Lobus oksipital 
N.5 (Trigeminal)
Sensorik
defek lapanganWajah, sinus, gigi, dan lain-lain
pandang
Motorik gangguan perilaku,
2. Lobus frontal  anosmia, Otot mastikasi
hemiparesis (kaki
N.6 (Abdusens)
lebih berat) Motorik Muskulus rektus lateral
N.73.(Fasialis)
Lobus parietal Sensorik
gangguanRangsang anterior
fungsi luhur lidah (pengecapan)
(astereognosis/agnosia,
apraksia, dan lainMotorik
sebagainya) Otot-otot wajah (ekspresi)
N.8 (Vestibulokoklearis) Sensorikbitemporal Telinga bagian dalam
4. Pituitari  hemianopsia
Motorik Otot di faringeal
N.9 (Glossofaringeal) Bagian posterior lidah, tonsil dan
Sensorik
faring
Jantung, paru-paru, bronkhi, traktus
Motorik
gastrointestinal
N.10 (Vagus) Jantung, paru-paru, bronkhi, trakea,
Sensorik laring, faring, traktus gastrointestinal,
 HNP  SOL yang terjadi di vertebra telinga luar
 95% HNP terjadi di L4-L5 dan L5-S1 dan dapat menekan radiks saraf
Muskulus sternokleidomastoideus dan
N.11
N.1 (Aksesorius)
dibawahnya  HNP pada
(Olfaktorius) Motorik
Sensorik
L5-S1 dapat menyebabkan Hidung radikulopati S1
muskulus trapezius
N.12N.2
Daerah cervical  paling
(Optikus)
(Hipoglossus) Sensorik
Motorik OtotMata
sering terkena discus intervertebralis
di lidah (bantalan
diantara
N.3 C6-C7 akan Otot-otot
vertebra) pda Motorik
(Okulomotor) menekanmataradiks(selain
sarafm.pada
oblique
level
yang sama superior dan m. rektus lateral)
N.4 (Troklearis) Motorik Muskulus oblique superior
Nukleus pulposus Sensorik
N.5 (Trigeminal)
Wajah, sinus, gigi, dan lain-lain
Motorik Otot mastikasi
N.6 (Abdusens) Motorik Muskulus rektus lateral
N.7 (Fasialis) Sensorik Rangsang anterior lidah (pengecapan)
Motorik Otot-otot wajah (ekspresi)
N.8 (Vestibulokoklearis)
Annulus fibrosus
Sensorik Telinga bagian dalam
Motorik Otot di faringeal
N.9 (Glossofaringeal) Bagian posterior lidah, tonsil dan
Sensorik
faring
Jantung, paru-paru, bronkhi, traktus
Motorik
gastrointestinal
N.10 (Vagus) Jantung, paru-paru, bronkhi, trakea,
Sensorik laring, faring, traktus gastrointestinal,
telinga luar
Muskulus sternokleidomastoideus dan
N.11 (Aksesorius) Motorik
muskulus trapezius
N.12 (Hipoglossus) Motorik Otot di lidah
1. Lhermitte sign (+)
Pemeriksaan  fleksi dari leher, (+) akan timbul nyeri menjalar seperti
listrik ke punggung
2. Spurling test (+)
Pemeriksaan  ekstensi kepala kemudian miringkan ke salah satu arah
kemudian didorong dari atas ke bawah, (+) apabila ada nyeri menjalar
sampai bahu

 Nyeri diperberat dengan batuk, bersin atau mengejan (manuver


Valsava)
 Gerakan punggung terbatas (bungkuk  antefleksi)
 Kelemahan motorik + penurunan refleks fisiologis patella (lesi L2-L4) dan
achilles (lesi L5-S1), berat  gangguan otonom (retensi urin)
 Tanda tegangan radiks :
- Straight leg raise / laseque test  angkat kakinya 700, timbul nyeri
di kaki yang diangkat (lesi L5-S1)
- Crossed straight leg raise  angkat kaki kanan, nyeri kaki kirinya
(lesi L5-S1)
- Femoral stretch test  pasien tengkurap kemudian kaki ditekuk ke
atas, lalu pemeriksa mengangkat paha ke atas, (+) timbul nyeri di
paha depan (lesi L2-L4)
 Modifikasi test HNP lumbal :
- Braggard test  dorsofleksi pada kaki, (+) timbul nyeri yang
menjalar ke kaki
- Siccard test  dorsofleksi ibu jari kaki, (+) timbul nyeri yang
menjalar ke kaki
Cervical
Nyeri diperberat dengan batuk, bersin atau
Manuver Valsava
mengedan
Ketika leher diangkat ke atas dan ke depan, nyeri
Tes Distraksi Leher
leher akan mereda
fleksi dari leher maka akan timbul nyeri menjalar
Lhermitte
seperti listrik ke punggung
ekstensi kepala kemudian miringkan ke salah satu
Spurling arah kemudian didorong dari atas ke bawah maka
akan ada nyeri menjalar sampai bahu
Shoulder abduction Ketika abduksi bahu, nyeri pada segmen servikal
relief sign akan mereda
Lumbal
Nyeri pada ekstremitas bawah <700 saat mengangkat
SLR / Laseque
kaki
Dorsofleksi kaki  nyeri menjalar pada ekstremitas
Bragard-Siccard
bawah
Adduksi kaki, paha di endorotasi ke kaki sebelah, lalu
Bonnet phenomenon diangkat keatas  nyeri menjalar pada ekstremitas
bawah (lebih sakit dari laseque)
Melakukan laseque test + fleksi leher  nyeri
Hyndmann’s sign menjalar pada ekstremitas bawah (lebih sakit dari
laseque)
Nyeri pada ekstremitas bawah <1350 saat
Kernig
mengangkat kaki
Kontralateral SLR  angkat kaki kanan, nyeri kaki
Fajersztajn sign
kirinya

 Foto polos lumbosakral  eksklusi DD seperti :


- Spondilosis  degenerasi os vertebra sehingga timbul osteofit
(timbul tulang) dia menekan reseptor nyeri (ligamentum flavum)
- Spondilolisis  fraktur vertebrae (antara vertebra atas dan vertebra
bawah ada sambungan / facet joint yang patah)
- Spondilolistesis  spondilolisis yang menyebabkan vertebra atas
dislokasi ke arah anterior
 CT Scan  menilai struktur tulang lebih jauh, tetapi tidak bisa evaluasi
radiks saraf
 MRI  gold standard (dapat memvisualisasi soft tissue lebih baik)
 Elektrodiagnosis -> nerve conduction study (NCS) dan elektromiografi
(EMG)
Dilakukan selama 3 bulan yaitu :  Jika belum membaik selama 3
 Analgesik golongan NSAID bulan
(natrium diklofenak, ibuprofen,  Defisit neurologis yang
dan lain-lain) progresif (makin lama makin
 Modifikasi aktivitas (kurangi memburuk)
duduk terlalu lama,  EMG  terdapat kompresi
membungkuk dan mengangkat radiks
barang)  Operasi :
 Fisioterapi - Anterior (HNP cervical) 
 Collar neck (HNP cervical) atau discectomy anterior cervical
korset lumbal (HNP lumbal) - Posterior (HNP lumbal) 
 Injeksi kortikosteroid epidural laminektomi
pada kasus nyeri radikular
hebat di lumbal

 Usia >50 atau <20 tahun


 Demam >380C
 Riwayat kanker
 Penurunan BB tanpa sebab yang jelas
 Terapi imunosupresan
 ISK
 Penggunaan narkoba suntik
 Nyeri punggung tidak membaik dengan
istirahat
 Nyeri yang sangat hebat
 Riwayat trauma yang bermakna
 Penggunaan steroid jangka panjang
 Usia >70 tahun
 Retensi urin akut / overflow incontinence
 Inkontinensia alvi / atonia sfingter ani
 Saddle anestesia
 Paraparesis progresif atau paraplegia
N.1 (Olfaktorius) Sensorik Hidung
N.2 (Optikus) Sensorik Mata
Otot-otot mata (selain m. oblique
N.3 (Okulomotor) Motorik
superior dan m. rektus lateral)
N.4 (Troklearis) Motorik Muskulus oblique superior
Sensorik Wajah, sinus, gigi, dan lain-lain
N.5 (Trigeminal)
Motorik Otot mastikasi
N.6 (Abdusens) Motorik Muskulus rektus lateral
N.7 (Fasialis) Sensorik Rangsang anterior lidah (pengecapan)
Motorik Otot-otot wajah (ekspresi)
N.8 (Vestibulokoklearis) Sensorik Telinga bagian dalam
Motorik Otot di faringeal
N.9 (Glossofaringeal) Bagian posterior lidah, tonsil dan
Sensorik
faring
Jantung, paru-paru, bronkhi, traktus
Motorik
gastrointestinal
N.10 (Vagus) Jantung, paru-paru, bronkhi, trakea,
Sensorik laring, faring, traktus gastrointestinal,
telinga luar
Muskulus sternokleidomastoideus dan
N.11 (Aksesorius) Motorik
muskulus trapezius
Level vertebra
N.12 (Hipoglossus) Gejala sakral
Motorik Gejala
Otot dilumbal
lidah + sakral

Motorik Simetris (3333/3333) Asimetris (4444/3333)

Saddle anesthesia (baal di


Perianal anesthesia (baal di
Sensorik daerah bokong + sekitar
daerah bokong)
paha)
Langsung dapat diawal
Otonom Dapat agak lama (late)
(early)
 CTS  Kelainan neuropati perifer lokal yang sering terjadi akibat
tertekannya
N.1 nervus medianus
(Olfaktorius) Sensorik Hidung
 Gejala :
N.2 (Optikus) Sensorik Mata
- Gangguan sensorik (baal/parestesia) pada mata
Otot-otot jari 1,(selain
2, 3 dan m. setengah
oblique
N.3 (Okulomotor)
jari 4 Motorik
superior dan m. rektus lateral)
- Memburuk
N.4 (Troklearis)pada malam Motorikhari, membaik
Muskulus ketika tangan
oblique dikibas-
superior
kibaskan (flick sign)Sensorik Wajah, sinus, gigi, dan lain-lain
N.5 (Trigeminal)
- Gangguan motorik Motorik  ape like hand Otot deformity
mastikasi/ hand of
N.6 benediction
(Abdusens) / priestMotorik
hand / pope’s blessing
Muskulus handrektus lateral
-N.7Gangguan  atrofi daerah
(Fasialis) motorik Sensorik Rangsang anterior
thenar (m. lidah (pengecapan)
abductor pollicis
Motorik
brevis, m. flexor pollicis brevis dan m.Otot-otot
opponens wajah (ekspresi)
pollicis)
N.8
 (Vestibulokoklearis) Sensorik
Etiologi  gerakan repetitif Telinga bagian
(mencuci, mengetik, dalam
menjahit, dan lain
sebagainya), obesitas, DM Motorik
dan kehamilan Otot di faringeal
N.9 (Glossofaringeal)
 Parasat CTS : Bagian posterior lidah, tonsil dan
Sensorik
faring
- Phalen’s test  kedua pergelangan didekatkan lalu ditekuk dengan
Jantung, paru-paru, bronkhi, traktus
jari menghadap ke bawahMotorik (+) merasakan baal dan nyeri pada jari
gastrointestinal
1, 2, 3
N.10 (Vagus) dan setengah jari ke 4 Jantung, paru-paru, bronkhi, trakea,
- Reverse phalen’s test  kedua
Sensorik laring,telapak tangan
faring, didekatkan
traktus dengan
gastrointestinal,
jari menghadap ke atas (seperti lagi posisi salam) telingaluar (+) merasakan
baal dan nyeri pada jari 1, 2, 3 dan setengah
Muskulus jari ke 4
sternokleidomastoideus dan
N.11 (Aksesorius) Motorik
- Tinnel’s test  ketuk-ketuk daerah fleksor retinaculum (daerah
muskulus trapezius
N.12 (Hipoglossus)  (+) merasakan baal Otot
pergelangan tangan)Motorik dan nyeri pada jari 1, 2,
di lidah
3 dan setengah jari ke 4
- Durkan compression test  tekan selama 30 detik pada daerah
fleksor retinaculum (daerah pergelangan tangan)  (+) merasakan
baal dan nyeri pada jari 1, 2, 3 dan setengah jari ke 4
 Gold standard  nerve conduction velocity dan EMG  adanyaa
penurunan konduksi saraf medianus
 Tatalaksana :
- Konservatif  istirahatkan pergelangan tangan, NSAID,
pemasangan bidai (wrist support) pada posisi netral pada tangan (2-
3 minggu), injeksi steroid dan vitamin B6 (piridoksin)
- Operatif  tidak ada perbaikan pada terapi konservatif selama 3
bulan / gangguan sensorik berat / atrofi otot-otot thenar  neurolisis
nervus medianus
 GTS  kompresi dari nervus ulnaris saat melewati guyon tunnel yang
biasanya
N.1 terhimpit olehSensorik
(Olfaktorius) os hamatum Hidung
 Gejala :
N.2 (Optikus) Sensorik Mata
- Nyeri dan kesemutan pada setengah jari 4 dan
Otot-otot matajari 5
(selain m. oblique
N.3 (Okulomotor)
- Atrofi otot hipotenar Motorik
superior dan m. rektus lateral)
- Atrofi
N.4 (Troklearis) Motorik adduksiMuskulus
otot adductor pollicis ibu jari tangan
oblique superior
- Atrofi otot interosseus  abduksi-adduksi
Sensorik Wajah, jari-jari tangan
sinus, gigi, dan lain-lain
N.5 (Trigeminal)
- Gambaran claw hand Motorik Otot mastikasi
N.6 (Abdusens) Motorik Muskulus rektus lateral
N.7 (Fasialis) Sensorik Rangsang anterior lidah (pengecapan)
Motorik Otot-otot wajah (ekspresi)
N.8 (Vestibulokoklearis) Sensorik Telinga bagian dalam
Motorik Otot di faringeal
N.9 (Glossofaringeal) Bagian posterior lidah, tonsil dan
Sensorik
faring
 Cubital tunnel syndrome  kompresi Jantung,
nervusparu-paru,
ulnaris dibronkhi,
dalam traktus
cubital
Motorik
gastrointestinal
tunnel
N.1 (proximal)
(Olfaktorius) Sensorik Hidung
N.10 (Vagus) Jantung, paru-paru, bronkhi, trakea,
 Gejala  sama
N.2 (Optikus) seperti GTS + atrofi otot-otot fleksor
Sensorik laring, faring, traktus antebrachi
Mata gastrointestinal,
 Parasat pada kompresi nervus ulnarisOtot-otot : mata
telinga luar m. oblique
(selain
N.3 (Okulomotor) Motorik
- Froment’s test  ketika diletakkan kertas kemudian ibu jari
superior
Muskulus dan m. rektus lateral)
sternokleidomastoideus dan
N.11 (Aksesorius)
menahan
N.4 (Troklearis) kertas Motorik
tersebut
Motoriklalu ditarik  (+)
Muskulus tidak ada
oblique tahanan
superiorpada
muskulus trapezius
ibu jari sehingga terjadi
N.12 (Hipoglossus) fleksi pada Wajah,
Sensorik
Motorik ibu jari sinus,
tangan
Otot gigi, dan lain-lain
di lidah
N.5 (Trigeminal)
- Jeanne’s test  ibuMotorikjari menyentuh telunjukOtot  (+)mastikasi
hiperekstensi dari
N.6 ibu
(Abdusens)
jari tangan Motorik Muskulus rektus lateral
N.7 (Fasialis) Sensorik Rangsang anterior lidah (pengecapan)
Motorik Otot-otot wajah (ekspresi)
N.8 (Vestibulokoklearis) Sensorik Telinga bagian dalam
Motorik Otot di faringeal
Saturday
N.9 (Glossofaringeal) Bagian posterior lidah, tonsil dan
Sensorik
night palsy faring
Jantung, paru-paru, bronkhi, traktus
Motorik
gastrointestinal
N.10 (Vagus) Jantung, paru-paru, bronkhi, trakea,
Sensorik laring, faring, traktus gastrointestinal,
telinga luar
Muskulus sternokleidomastoideus dan
N.11 (Aksesorius) Motorik
muskulus trapezius
N.12 (Hipoglossus) Motorik Otot di lidah
 TTS  nyeri sensoris pada bagian plantar kaki akibat kompresi nervus
tibialis
N.1 pada posteriorSensorik
(Olfaktorius) malleolus medialis Hidung
 Kondisi diperberat
N.2 (Optikus) dengan orang
Sensorik gemuk dan sering berdiri
Mata
 Saraf pada kaki : Otot-otot mata (selain m. oblique
N.3
- (Okulomotor) Motorikkaki (letak sarafnya di anterior)
N. peroneus  dorsofleksi superior dan m. rektus lateral)
- N.
N.4 tibialis  plantarfleksi
(Troklearis) Motorikkaki (letak sarafnya
Muskulusdioblique
posterior)
superior
 Gejala  tidak bisa plantarfleksi
Sensorik (tidak Wajah, sinus,kalau
bisa jinjit), gigi, gangguan
dan lain-lain
pada
N.5 (Trigeminal)
n. peroneus  fraktus os fibula  tidak bisa dorsofleksi
Motorik Otot mastikasi (drop foot)
 N.6 (Abdusens)
Parasat : Motorik Muskulus rektus lateral
-N.7Tinnel
(Fasialis) Sensorik
test  mengetuk Rangsang
pada ligamen anterior
fleksor lidah (pengecapan)
retinakulum kaki
Motorik Otot-otot
- Dorsofleksi-eversi test  melakukan dorsofleksi dan eversi wajah (ekspresi)
N.8 (Vestibulokoklearis)
(telapak kaki menghadap Sensorik
ke luar) Telinga bagian dalam
Motorik Otot di faringeal
N.9 (Glossofaringeal) Bagian posterior lidah, tonsil dan
Sensorik
faring
Jantung, paru-paru, bronkhi, traktus
Motorik
gastrointestinal
N.10 (Vagus) Jantung, paru-paru, bronkhi, trakea,
Sensorik laring, faring, traktus gastrointestinal,
telinga luar
’ ’
Muskulus sternokleidomastoideus dan
N.11 (Aksesorius) Motorik
Cedera pada C5-C6 (trunkus
N.1 (Olfaktorius) Sensorik Cedera pada muskulus Hidungtrapezius
C8-T1 (trunkus inferior)
N.12 superior)
(Hipoglossus) Motorik Otot di lidah
N.2 (Optikus) Sensorik Mata
Terjadi karena : Terjadi karena :
Otot-otot mata (selain m. oblique
 N.3
Bayi(Okulomotor) Motorik
dilahirkan akibat tarikan  superior
Bayi dilahrikan
dan m. rektusakibat lateral)
tarikan
leher
N.4 (Troklearis) Motorik lengan
Muskulus oblique superior
 Terjatuh dari ketinggianSensorik  Wajah,
Pasien mau gigi,
sinus, jatuhdankemudian
lain-lain
N.5 (Trigeminal)
dengan posisi terkilir bertahan dengan 1 tangan
Motorik Otot mastikasi
Gejala :
N.6 (Abdusens) Motorik Gejala : Muskulus rektus lateral
 Endorotasi bahu
N.7 (Fasialis)  Eksorotasi
Sensorik Rangsang anterior lidah (pengecapan)
bahu
 Ekstensi siku Motorik  Fleksi
Otot-otot
sikuwajah (ekspresi)
 Pronasi (bagian dorsal tangan
N.8 (Vestibulokoklearis) Sensorik  Supinasi
Telinga(bagian
bagianfleksor
dalam tangan
yang dominan) Motorik Otot di faringeal
yang dominan)
N.9Waiter’s tip phenomenon
(Glossofaringeal) Bagian posterior lidah, tonsil dan
Refleks : Sensorik Refleks :
faring
 Biceps (C5,C6)  refleks 
Jantung, paru-paru, 
Biceps (C5,C6) normaltraktus
bronkhi,
menurun Motorik  Genggam (C8,T1)  refleks
gastrointestinal
 Genggam
N.10 (Vagus) (C8,T1)  normal menurun
Jantung, paru-paru, bronkhi, trakea,
Sensorik laring, faring, traktus gastrointestinal,
telinga luar
Muskulus sternokleidomastoideus dan
N.11 (Aksesorius) Motorik
muskulus trapezius
N.12 (Hipoglossus) Motorik Otot di lidah
 Horner syndrome  lesi pada ganglion cervicalis superior
(mempersarafi
N.1 saraf otonom)
(Olfaktorius) Sensorik Hidung
 Etiologi  pancoast
N.2 (Optikus) tumor  tumor
Sensorik apex paru Mata
 Gejala (trias) : Otot-otot mata (selain m. oblique
N.3 (Okulomotor) Motorik
- Ptosis superior dan m. rektus lateral)
N.4 (Troklearis)
- Anhidrosis Motorik
Unilateral Muskulus oblique superior
- Miosis Sensorik Wajah, sinus, gigi, dan lain-lain
N.5 (Trigeminal)
Motorik Otot mastikasi
N.6 (Abdusens) Motorik Muskulus rektus lateral
N.7 (Fasialis) Sensorik Rangsang anterior lidah (pengecapan)
Motorik Otot-otot wajah (ekspresi)
N.8 (Vestibulokoklearis) Sensorik Telinga bagian dalam
Motorik Otot di faringeal
N.9 (Glossofaringeal) Bagian posterior lidah, tonsil dan
Sensorik
faring
Jantung, paru-paru, bronkhi, traktus
Motorik
gastrointestinal
N.10 (Vagus) Jantung, paru-paru, bronkhi, trakea,
Sensorik laring, faring, traktus gastrointestinal,
telinga luar
Muskulus sternokleidomastoideus dan
N.11 (Aksesorius) Motorik
muskulus trapezius
N.12 (Hipoglossus) Motorik Otot di lidah

N.1 (Olfaktorius) Sensorik Hidung


N.2 (Optikus) Sensorik Mata
Otot-otot mata (selain m. oblique
N.3 (Okulomotor) Motorik
superior dan m. rektus lateral)
N.4 (Troklearis) Motorik Muskulus oblique superior
Sensorik Wajah, sinus, gigi, dan lain-lain
N.5 (Trigeminal)
Motorik Otot mastikasi
N.6 (Abdusens) Motorik Muskulus rektus lateral
N.7 (Fasialis) Sensorik Rangsang anterior lidah (pengecapan)
Motorik Otot-otot wajah (ekspresi)
N.8 (Vestibulokoklearis) Sensorik Telinga bagian dalam
Motorik Otot di faringeal
N.9 (Glossofaringeal) Bagian posterior lidah, tonsil dan
Sensorik
faring
 Vertigo  subtipe dizziness yang secara definitif merupakan ilusi
gerakan
N.1 dan perasaanSensorik
(Olfaktorius) atau sensasi tubuh yang berputar terhadap
Hidung
lingkungan atau sebaliknya
N.2 (Optikus) Sensorik Mata
 Etiologi : Otot-otot mata (selain m. oblique
N.3
- (Okulomotor) Motorik visual ataupun sistem proprioseptif
Abnormalitas organ vestibuler, superior dan m. rektus lateral)
- Neoplasma
N.4 (Troklearis) Motorik Muskulus oblique superior
- Infeksi Sensorik Wajah, sinus, gigi, dan lain-lain
N.5 (Trigeminal)
Motorik
- Tumor pada cerebello-pontine Otot mastikasi
N.6 (Abdusens)
- Iskemia atau infark Motorik Muskulus rektus lateral
-N.7Proses
(Fasialis)
demielinisasiSensorik Rangsang anterior lidah (pengecapan)
Motorik Otot-otot wajah (ekspresi)
N.8 (Vestibulokoklearis) Sensorik Vertigo / Telinga bagian dalam
Dizziness
Motorik Otot di faringeal
N.9 (Glossofaringeal) Bagian posterior lidah, tonsil dan
Sensorik
faring
Jantung, paru-paru, bronkhi, traktus
Motorik
Vertigo Non Vertigo gastrointestinal
Disekuilibrium Presinkop
N.10 (Vagus) Vestibular
vestibular Jantung, paru-paru, bronkhi, trakea,
Sensorik laring, faring, traktus gastrointestinal,
telinga luar
Muskulus sternokleidomastoideus dan
N.11 (Aksesorius) Motorik
Vertigo Vestibular muskulus trapezius
Vertigo Vestibular
N.12 (Hipoglossus)
Sentral Motorik Perifer Otot di lidah

Rasa berputar, kontinu,


Vertigo non vestibular
tidak ada mual/muntah, Sistem somatosensoris /
(non-specific
tidak ada gangguan proprioseptif dan visual
lightheadedness)
pendengaran
Rasa berputar, episodik,
Vertigo vestibular mual/muntah, bisa ada Sistem vestibular
gangguan pendengaran
Rasa goyah dan tidak
Disekuilibrium Sistem somatosensoris /
stabil, rasa hendak jatuh
(imbalance / proprioseptif dan
dan membaik saat
unsteadiness) serebelum
duduk/berbaring
Perasaan hendak
Presinkop Sistem kardiovaskular
pingsan
Gradual (kecuali pada
Onset Mendadak (akut)
stroke)
Dipicu oleh gerakan kepala Tidak Ya
Gangguan pendengaran Tidak Ya
Gejala otonom Tidak Ya
Romberg tes (mata terbuka) Abnormal Normal
Romberg tes (mata tertutup Jatuh satu sisi Jatuh segala arah
Nystagmus Sentral Perifer

 Pemeriksaan pendengaran (Rinne, Weber dan


Auditori
Swabach)
 Head impulse test
 Nistagmus spontan
Vestibulo-Ocular
 Skew deviation
Reflex (VOR)
 Head shaking nystagmus
 Nistagmus positional
 Past pointing
Vestibulo-Spinal  Fukuda stepping test
Reflex (VSR)  Romberg test
 Romberg dipertajam test
 Past pointing
 Finger to nose
 Finger to finger
 Disdiadokokinesis (pronasi-supinasi tangan)
 Romberg test
Serebelum Berdiri tegak dengan kedua kaki berdekatan
selama 30 detik  (+) mata terbuka jatuh
 Romberg dipertajam test
Hampir sama dengan romberg tetapi satu kaki
berada di depan kaki yang lain  (+) mata terbuka
jatuh
 Romberg test
Berdiri tegak dengan kedua kaki berdekatan
selama 30 detik  (+) mata terbuka tidak jatuh,
tetapi saat mata tertutup jatuh
Proprioseptif
 Romberg dipertajam test
Hampir sama dengan romberg tetapi satu kaki
berada di depan kaki yang lain  (+) mata terbuka
tidak jatuh, tetapi saat mata tertutup jatuh
Manuver dix hallpike  pasien diturunkan dengan cepat ke posisi terlentang
(berbaring horizontal dengan wajah dan dada menghadap ke atas) dengan
leher diperpanjang 300 di bawah horizontal oleh pemeriksa  mengetahui
lokasi canalithiasis di semisircularis kanan atau kiri
Interpretasi  (+) jika timbul vertigo dan nistagmus (gerakan mata yang
involunter)

Latensi 1-15 detik Tidak ada atau <5 detik


Vertigo Tipikal
Durasi serangan 5-40 detik 5 detik - >1 menit
Arah tidak sesuai
Arah nistagmus Ke sisi lesi (ipsilateral lesi)
(kontralateral lesi)
Fatigue Ya Tidak
Mual dan muntah Jarang Sering

 Terapi  supressant vestibular  benzodiazepine (diazepam) +


antihistamin (difenhidramin)
 Benzodiazepine  mengurangi sensasi berputar
 Antihistamin  efek supresif pada pusat muntah sehingga mengurangi
motion sickness  Difenhidramin HCl 25-50 mg, 4x sehari oral
 Efek samping dua obat diminum  kompensasi sentral pada kondisi
vestibular perifer  penggunaan harus diminimalkan
 Terapi :
- Brand-Daroff  home remedy
- Epley Manuver  reposisi canalithiasis
- Semont Manuver  reposisi canalithiasis
Periode laten (2-20
Tidak Ada
detik)
Durasi >2 menit <2 menit
Tanda vertigo Bisa ada atau tidak Ada
Kelelahan (fatigue) Tidak Ada
Arah Vertikal Horizontal


 Trias Meniere :
- Vertigo
- Tinnitus
- Tuli sensorineural
 Etiologi  hydrops endolimfe
 Terapi :
- Obat anti vertigo
- Diuretik  hidrochlorothiazide 50 mg + kalium
- Kortikosteroid  Prednison 80 mg selama 7 hari, tappering off
- Diet tinggi protein dan diet rendah garam
N.1 (Olfaktorius)  Sensorik
Pingsan (-) Hidung
N.2 (Optikus)
Minimal 15  Sensorik
Amnesia pasca trauma (-) Mata Normal
N.3 (Okulomotor)  Motorik Otot-otot
Defisit neurologis (-) mata (selain m. oblique
superior dan m. rektus lateral)
N.4 (Troklearis)  Pingsan
Motorik <10 menit
Muskulus oblique superior
 Sensorik
Amnesia pasca trauma
Wajah, <24gigi, dan lain-lain
sinus,
Ringan 13-15
N.5 (Trigeminal) Normal
jam
Motorik Otot mastikasi
N.6 (Abdusens)  Motorik
Defisit neurologisMuskulus
(-) rektus lateral
N.7 (Fasialis)  Sensorik
Pingsan 10 menit – 6anterior
Rangsang jam lidah (pengecapan)
 Motorik
Amnesia pasca Otot-otot
trauma 6 wajah
jam (ekspresi)
Sedang 9-12 Abnormal
– 7 hari
N.8 (Vestibulokoklearis) Sensorik Telinga bagian dalam
 Motorik
Defisit neurologis (-/+)
Otot di faringeal
N.9 (Glossofaringeal) Bagian posterior lidah, tonsil dan
 Sensorik
Pingsan >6 jam
faring
Berat 3-8  Amnesia pasca trauma 7 hari Abnormal
Jantung, paru-paru, bronkhi, traktus
 Motorik
Defisit neurologis (+) gastrointestinal
N.10 (Vagus) Jantung, paru-paru, bronkhi, trakea,
Sensorik laring, faring, traktus gastrointestinal,
telinga luar
Perdarahan diantara tabula interna
Perdarahan
Muskulus diantara duramater dan
sternokleidomastoideus dan
dan
N.11duramater  robeknyaMotorik
(Aksesorius) a.
araknoid
muskulus trapezius
meningen media
N.12 (Hipoglossus) Motorik Otot dan
Lesi hiperdens di lidah
membentuk
Lesi hiperdens dan membentuk
gambaran bulan sabit / crescent
gambaran bikonveks (cembung)
shape / bikonkaf (cekung)
Terapi konservatif jika : Terapi konservatif jika :
 Ketebalan perdarahan <1 cm  Kesadaran stabil
dan volume <40 ml  Defisit neurologis (-)
 Tanpa pergeseran midline shift  CT Scan tidak memperlihatkan
 Sisterna ambiens normal massa yang besar
 Fungsi batang otak masih baik  Sisterna ambiens normal
Volume darah = panjang x lebar x jarak antar slice x jumlah perdarahan x 0,52

Anda mungkin juga menyukai