Catatan Neurologi - Randy Richter
Catatan Neurologi - Randy Richter
Råñdÿ Rïçhtër
Catatan Koas | Neurologi
Muffmengkerat
seningga pupil
lebin Kecil
m.itm
tanpaadarefle Cahaya
Pusat refleks pupil nukleus Edinger Westphal fungsinya merelay /
menghantarkan impuls ke mata kontralateral
Contoh ketika mata kanan disinari cahaya maka impuls akan masuk
ke nukleus menggunakan n. II kanan, kemudian akan menghantarkan
impuls ke mata sendiri dengan n. III kanan untuk konstriksi, dia juga akan
menghantarkan impuls ke mata kontralateral kiri dengan n. III kiri untuk
konstriksi juga
Cahaya masuk ke mata kanan diinput ke nukleus dengan n. II kanan lalu
dihantarkan ke mata yang sama oleh n. III kanan Refleks Cahaya
Langsung (RCL) mata kanan (+) konstriksi mata kiri oleh n. III kiri
Refleks Cahaya Tidak Langsung (RCTL) mata kiri (+) Normal
Lesi n. II dextra mata kanan dan mata kiri midriasis
- RCL mata kanan (-)
- RCTL mata kiri (-)
- RCL mata kiri (+)
- RCTL mata kanan (+)
Lesi n. III dextra mata kanan midriasis dan mata kiri konstriksi
- RCL mata kanan (-)
- RCTL mata kiri (+)
- RCL mata kiri (+)
- RCTL mata kanan (-)
Cara mudah :
- Lesi n. II dextra RCL mata kanan (-) dan RCTL mata kanan (+)
berlawanan (begitu juga lesi n. II sinistra)
- Lesi n. III dextra RCL mata kanan (-) dan RCTL mata kanan (-)
sama (begitu juga lesi n. III sinistra)
Pemeriksaan refleks kornea berkedip (+) Normal
Pemeriksaan sensibilitas wajah (raba halus, nyeri dan suhu) pada
dermatom V1, V2 dan V3 bagian kanan dan kiri wajah
Pemeriksaan kekuatan otot-otot temporal dan maseter :
- Pasien mengatup rahang sekuat-kuatnya nilai otot temporal dan
maseter
- Membuka rahang nilai apakah ada deviasi rahang
- Refleks mandibula mulut sedikit terbuka dan dalam keadaan
lemas, telunjuk ditempatkan di apeks mandibula, nilai apakah ada
kontraksi
Lest Sentral
yaitu lesi yangterdapatpada bag an bawanpada wagon
Lesi perifer
yaltu yang lumpun adalahsemuabag an wajahyangdapat
mengaklbatkan saraf pengecap dan saliva
Kiri
Sentral
Kanan
Inspeksi palatum
Pemeriksaan refleks muntah
Pemeriksaan kemampuan menelan
Batas :
Pada nervus kranialis
N.1
batas(Olfaktorius)
pada nukleusnyaSensorik Hidung
N.2 (Optikus)
Pada nervus perifer Sensorik
Mata
kornu anterior medulla Otot-otot mata (selain m. oblique
N.3 (Okulomotor) Motorik
spinalis superior dan m. rektus lateral)
N.4
Lesi(Troklearis)
terjadi di atas plexusMotorik
Muskulus oblique superior
Sensorik Wajah, sinus, gigi, dan lain-lain
lesi(Trigeminal)
N.5 UMN
Motorik Otot mastikasi
Lesi terjadi tepat di level
N.6 (Abdusens) Motorik Muskulus rektus lateral
plexus lesi LMN
N.7 (Fasialis) Sensorik
Rangsang anterior lidah (pengecapan)
Plexus brachialis (C5-T1) Motorik Otot-otot wajah (ekspresi)
Plexus lumbosakral (L2-S1)
N.8 (Vestibulokoklearis) Sensorik Telinga bagian dalam
Motorik Otot di faringeal
N.9 (Glossofaringeal) Bagian posterior lidah, tonsil dan
Sensorik
faring
Hipertonus Paralisis
Motorik
Jantung,
tipe paru-paru, bronkhi, traktus
spastik (clasp-knife gastrointestinal
Hipotonus Paralisis tipe
N.10 (Vagus) phenomenon) awal
Tonus Jantung,
ada paru-paru, bronkhi, trakea,
flaccid
tahananSensorik
dan akhirnyalaring,
tidakfaring, traktus gastrointestinal,
ada tahanan telinga luar
Refleks Muskulus sternokleidomastoideus dan
N.11fisiologis
(Aksesorius) Meningkat
Motorik Menurun
muskulus trapezius
Refleks patologis (+) (-)
N.12 (Hipoglossus) Motorik Otot di lidah
Atrofi otot Disuse atrofi Atrofi (+) wasting
tidakada cepat
0 = negatif
1 = hipotonus
2 = normal
3 = meningkat tanpa klonus
4 = meningkat dengan klonus
Gerak + / menurun / -
Kekuatan 0 / 1 / 2 / 3 / 4- / 4+ / 5
Contoh 5555/5555 (extremitas kanan dimulai dari
sendi distal ke proximal / extremitas kiri dimulai dari
sendi proximal ke distal) dilakukan pada extremitas atas
dan bawah
Tonus Normal / Menurun / Meningkat
Trofi Eutrofi / Atrofi / Disuse atrofi / sulit dinilai
Refleks fisiologis - /+/++/+++/++++
Refleks patologis (+) atau (-)
Klonus (+) atau (-)
Paralisis, tidak ada kontraksi otot sama
0 Tonus (-)
sekali
Terlihat atau teraba getaran kontraksi
1 Tonus (+)
otot tetapi tidak ada gerak sama sekali
Dapat menggerakkan anggota gerak
2 Geser tanpa gravitasi (hanya bisa ke kanan dan
ke kiri)
Dapat menggerakkan anggota gerak
Lawan
3 untuk melawan gravitasi, tetapi tidak bisa
Gravitasi (+)
melawan tahanan ringan
Dapat menggerakkan sendi aktif dan
Tahanan
4 melawan tahanan ringan, tetapi tidak bisa
ringan (+)
melawan tahanan berat
Tahanan
5 Kekuatan normal
berat (+)
Pada kasus kelemahan ringan, paresis tidak selalu dapat terdeteksi
dengan pemeriksaan standar
Dilakukan pemeriksaan pronator drift / barre’s sign pasien awal
tangan dalam keadaan supinasi lalu tahan 30 detik, positif jika tangan
terputar ke medial
Interpretasi :
- Positif dengan mata terbuka defisit motorik
- Positif dengan mata tertutup defisit sensorik (proprioseptif
dorsal collum)
- Pasien tangan naik ke atas kerusakan pada serebelum (cerebellar
drift)
Susunan Saraf
Pusat
Saraf
Simpatik
Saraf Otonom
Saraf
Parasimpatik
Catatan tambahan :
Otak telensefalon, diensefalon, mesensefalon, metensefalon dan
mielensefalon
Telensefalon :
- Cerebral cortex kedua hemisfer (korteks serebri 4 lobus,
substansia alba 3 komisura, ganglia basalis nukleus caudatus,
putamen, globus palidus dan amigdala) dan inti n. I
- Rinensefalon sistem limbik
- Gyrus precentralis korteks motorik primer
- Gyrus postcentralis korteks sensorik primer
Diensefalon :
- Thalamus
- Hipothalamus
Mesensefalon :
- Bagian dari batang otak di atas pons dan inti n. II dan III
- Tektum (kolikulus superior refleks penglihatan) dan (kolikulus
inferior refleks pendengaran)
- Pedunculus serebri berkas serabut motorik desendens dari
serebrum, substansia nigra dan nukleus ruber
Metensefalon :
- Pons pengaturan pernapasan dan inti n. IV, V, VI dan VII
- Cerebellum terdiri 3 pedunkulus (superior, media dan inferior),
pusat koordinasi atau keseimbangan
Mielensefalon :
- Struktur dibawah mesensefalon
- Medulla oblongata refleks jantung, vasokonstriktor, muntah,
pernapasan, menelan dan inti n. VIII, IX, X, XI dan XII
Epilepsi serangan kejang paroksimal berulang tanpa provokasi (baik
penyebab
N.1 intrakranial dan
(Olfaktorius) ekstrakranial) dengan interval
Sensorik Hidung> 24 jam tanpa
penyebab yang jelas Sensorik
N.2 (Optikus) Mata
Epilepsi ≠ Kejang Otot-otot mata (selain m. oblique
N.3 (Okulomotor)
Kejang Umum melibatkanMotorikkedua hemisfer :
superior dan m. rektus lateral)
N.4 1. Tonik spasme Motorik
(Troklearis) otot (termasuk otot pernapasan)
Muskulus oblique superior
2. Klonik fleksi-ekstensi
Sensorikdari ekstremitas
Wajah, sinus, gigi, dan lain-lain
N.5 (Trigeminal)
3. Tonik-klonik spasme
Motorikotot baru klonik Otot
(grand mastikasi
mal seizure)
N.6 4. Absans normalMotorik
(Abdusens) Muskulus rektus lateral
baru tiba-tiba bengong
N.7 (Fasialis)
- Tipikal absans Sensorik Rangsang
(usia anak-anak, IQanterior
normal,lidah
spike(pengecapan)
& wave 2,5
– 3 Hz) Motorik Otot-otot wajah (ekspresi)
N.8 (Vestibulokoklearis)
- Atipikal absans Sensorik
(usia remaja, IQ Telinga
menurun, bagian
spikedalam
& wave 2 –
2,5 Hz) Motorik Otot di faringeal
N.9 (Glossofaringeal)
5. Mioklonik kedutan otot saja Bagian posterior lidah, tonsil dan
Sensorik
6. Atonik tiba-tiba mengalami hilangnya seluruh faring tonus otot dan
pasien akan terjatuh (astatik)Jantung, paru-paru, bronkhi, traktus
Motorik
gastrointestinal
Kejang Parsial / Fokal melibatkan satu hemisfer saja :
N.10 (Vagus) Jantung, paru-paru, bronkhi, trakea,
1. Kejang parsial sederhana kejang fokal tanpa
Sensorik laring, faring, traktusdisertai gangguan
gastrointestinal,
kesadaran telinga luar
2. Kejang parsial kompleks kejang fokal disertai hilang atau
Muskulus sternokleidomastoideus dan
N.11 (Aksesorius) Motorik
perubahan kesadaran muskulus trapezius
- Dengan gangguan
N.12 (Hipoglossus) Motorikkesadaran pada awalOtotserangan
di lidah
- Diawali parsial sederhana lalu diikuti dengan gangguan
kesadaran
3. Kejang parsial menjadi umum diikuti dengan kejang fokal yang
diikuti kejang umum
- Parsial sederhana menjadi kejang tonik-klonik
- Parsial kompleks menjadi kejang tonik-klonik
Catatan tambahan :
- Hanya kejang mioklonik yang tidak mengalami gangguan kesadaran
- Durasi kejang :
- Absans < 30 detik
- Mioklonik 1-5 detik
- Tonik-klonik 1-3 menit
- Atonik beberapa detik
- Hanya kejang absans yang memiliki gambaran EEG khas Spike
and wave (gambaran paku-ombak) dan ada gejala khas yaitu
automatisme (gerakan involunter yang repetitif contoh
mengunyah)
Gerakan automatisme
Durasi <1 menit (biasanya 15-20
Durasi sampai beberapa menit
detik)
Frekuensi dalam 1 hari kejang bisa Frekuensi dalam 1 minggu kejang
beberapa kali bisa beberapa kali
Setelah kejang pasien langsung sadar Setelah kejang pasien tampak
penuh bingung
Kejang umum :
- 1st line Fenitoin, Fenobarbital, Asam Valproat
- 2nd line Lamotrigin
Kejang parsial :
- 1st line Carbamazepine
- 2nd line Levetiracetam
Absans :
- Tipikal absans Ethosuximide
- Atipikal absans Asam Valproat
Fenobarbital 4-6 mg/kg/hari dibagi 2 dosis
Fenitoin 5-7 mg/kg/hari dibagi 2 dosis
Asam Valproat 15-40 mg/kg/hari dibagi 2 dosis
Carbamazepine 10-30 mg/kg/hari dibagi 2-3 dosis
Perdarahan
Subaraknoid
2 Stroke
Hemoragik
Kase sparme Perdarahan
Intraserebral
diluardinding
Pem datah Infante Sab
pok bis
SAB SC Ateneo
Pdhr infark
up
wades Kelainan panting Yo bbabin
day stroke
Galina AE bradikardi
gantung kroner
Ada gejala peningkatan TIK (nyeri
Tidak ada gejala peningkatan TIK kepala, muntah menyemprot dan
penurunan kesadaran)
Thrombosis Perdarahan Intraserebral (ICH)
- Kekuatan motorik ada - Terutama karena hipertensi
perubahan yang awalnya mengakibatkan kematian
masih bagus lama mendadak karena herniasi
kelamaan menurun otak
akibat agregasi platelet - CT Scan perdarahan di
yang makin lama makin dalam parenkim otak
menutup Perdarahan Subaraknoid
Emboli - Pecahnya aneurisma berry
- Kekuatan motorik dari sirkulasi Willisi
permanen karena dari awal - CT Scan perdarahan di
sudah tertutup semuanya sulcus-sulcus otak dan di
tengah otak (sisterna
basalis)
- Karena perdarahan di
sulcus tanda rangsang
meningeal (+)
Lesi hiperdens
pada parenkim
otak (panah
merah)
Lesi hiperdens
pada sulcus
(panah kuning)
dan sisterna
basalis (panah
merah)
gambaran bintang
/ stellata sign
Paling ringan
Terkena di gyrus cingulate
Subfalcine Defisit motorik dan sensorik pada
ekstremitas bawah ipsilateral dengan lesi
Inkontinensia urine
Terkena pada bagian pons
Menyerang n. II dan III
Central
Deviasi mata kebawah dan dilatasi kedua
pupil
Dilatasi pupil ipsilateral dari lesi
Deviasi mata kebawah
Transtentorial (uncal)
Hemiparesis kontralateral atau ipsilateral
(Kernohan notch phenomenon)
Paling berat
Terkena di medulla oblongata
Tonsillar
Penurunan kesadaran
Gangguan pernapasan Cheyne-stokes
Komplikasi SAH Communicating Hydrocephalus
Hidrosefalus :
1. Communicating (non obstruktif)
- Produksi cairan terganggu
- Penyerapan terganggu Subarachnoid hemorrhage
(SAH) akibat darah banyak
2. Non-communicating (obstruktif) tumor pada otak
Alert 0
Tingkat kesadaran Stupor 1 (x2,5)
Coma / Semi coma 2
Tidak 0
Muntah (x2)
Ya 1
Tidak 0
Nyeri kepala (x2)
Ya 1
Tekanan darah diastolik (x0,1)
Penanda aterosklerosis (DM, Tidak 0
nyeri dada, atau klaudikasio (x3)
Ya 1
intermiten nyeri pada kaki)
Jika ada penurunan kesadaran, nyeri kepala, dan refleks babinski (+)
pikirkan pertama stroke hemoragik
Jika penurunan kesadaran (-), nyeri kepala (-) tetapi refleks babinski (+)
pikirkan stroke iskemia
Stroke di korteks yang besar pada a. cerebri anterior
dan media
Semua gejala harus ada :
Total Anterior
Gangguan fungsi luhur
Circulation Syndrome
Hemianopia homonim
(TACS)
Defisit motorik atau sensorik kontralateral
yang mengenai 2 dari 3 daerah (wajah,
lengan dan tungkai)
Yes
Afasia
No konduksi
Yes Afasia
Yes transkortikal
No sensorik
Afasia
No sensorik
(Wernicke)
Afasia
Yes transkortikal
motorik
Yes Afasia
No motorik
No (Brocca)
Afasia
Yes transkortikal
No campuran
Afasia
No global
Lesi di traktus kortikospinalis
Plegia kekuatan otot 0
N.1 (Olfaktorius)
Paresis kekuatan ototSensorik
1-4 Hidung
N.2 (Optikus)
Normal kekuatan otot 5 Sensorik Mata
Otot-otot mata (selain m. oblique
N.3 (Okulomotor) Motorik
superior dan m. rektus lateral)
N.4 (Troklearis) Motorik Muskulus oblique superior
Sensorik Wajah, sinus, gigi, dan lain-lain
N.5 (Trigeminal)
Motorik Otot mastikasi
N.6 (Abdusens) Motorik Muskulus rektus lateral
N.7 (Fasialis) Sensorik Rangsang anterior lidah (pengecapan)
Motorik Otot-otot wajah (ekspresi)
N.8 (Vestibulokoklearis) Sensorik Telinga bagian dalam
Motorik Otot di faringeal
N.9 (Glossofaringeal) Bagian posterior lidah, tonsil dan
Sensorik
faring
Jantung, paru-paru, bronkhi, traktus
Motorik
gastrointestinal
N.10 (Vagus) Jantung, paru-paru, bronkhi, trakea,
Sensorik laring, faring, traktus gastrointestinal,
telinga luar
Muskulus sternokleidomastoideus dan
N.11 (Aksesorius) Motorik
muskulus trapezius
N.12 (Hipoglossus) Motorik Otot di lidah
Dermatom penting :
N.1 (Olfaktorius) Sensorik Hidung
N.2 (Optikus) Sensorik Mata biceps
C5,C6
Otot-otot mataC7,C8 triceps
(selain m. oblique
N.3 (Okulomotor) Motorik T4 mammae
superior dan m. rektus lateral)
N.4 (Troklearis) Motorik MuskulusT10 umbilikal
oblique superior
Sensorik L1 inguinal
Wajah, sinus, gigi, dan lain-lain
N.5 (Trigeminal) L3,L4 lutut
Motorik Otot mastikasi
N.6 (Abdusens) Motorik Muskulus medial
L5 rektus kaki
lateral
N.7 (Fasialis) Sensorik S1
Rangsang anterior lateral
lidah kaki
(pengecapan)
Motorik wajah
Otot-ototS1-S5 (ekspresi)
bokong dan
N.8 (Vestibulokoklearis) Sensorik Telinga bagian dalam
perianal
Motorik Otot di faringeal
N.9 (Glossofaringeal) Bagian posterior lidah, tonsil dan
Sensorik
faring
Jantung, paru-paru, bronkhi, traktus
Motorik
gastrointestinal
N.10 (Vagus) Jantung, paru-paru, bronkhi, trakea,
Sensorik laring, faring, traktus gastrointestinal,
telinga luar
Muskulus sternokleidomastoideus dan
N.11 (Aksesorius) Motorik
muskulus trapezius
N.12 (Hipoglossus) Motorik Otot di lidah
N.1 (Olfaktorius)
Gejala utama berupa TRAPSensorik
: Hidung
Gejala parkinsonism (TRAP)
N.2 (Optikus)
- Tremor (resting tremor)Sensorik Mata
dibuktikan dengan degenerasi
Rigiditas (cogwheel rigidity)
- (Okulomotor) Otot-otot
gangliamata (selain
basalis m. oblique
substansia
N.3 Motorik
- Akinesia / bradikinesia superior dankompakta
nigra pars m. rektusdan
lateral)
hasil
N.4 (slow
(Troklearis)
movement) Motorik Muskulus oblique
PA ditemukan Lewy Body superior
- Postural inability Sensorik Wajah, sinus, gigi, dan lain-lain
N.5 (Trigeminal)
Disebabkan oleh penyebab Motorik
lain Otot mastikasi
N.6 (Abdusens)
seperti : Motorik Muskulus rektus lateral
- N.7 (Fasialis)
Obat Sensorik
antipsikotik (misalnya Rangsang anterior lidah (pengecapan)
haloperidol) Motorik Otot-otot wajah (ekspresi)
N.8 (Vestibulokoklearis)
- Anti muntah Sensorik Telinga bagian dalam
(metoclorpramide) Motorik Otot di faringeal
N.9- (Glossofaringeal)
Riwayat stroke Bagian posterior lidah, tonsil dan
Sensorik
faring
Jantung, paru-paru, bronkhi, traktus
Motorik
gastrointestinal
N.10 (Vagus) Jantung, paru-paru, bronkhi, trakea,
Sensorik laring, faring, traktus gastrointestinal,
telinga luar
Muskulus sternokleidomastoideus dan
N.11 (Aksesorius) Motorik
muskulus trapezius
N.12 (Hipoglossus) Motorik Otot di lidah
Slowed movement (bradikinesia) langkahnya kecil-kecil Petit
March Gait atau shuffling steps
Ayunan lengan tidak lebar
Gerakan pasien kaku-kaku cog-wheel phenomenon
Pasien cenderung gampang jatuh
Tremor saat istirahat (resting tremor) yang awalnya asimetris (awal
unilateral akhirnya bilateral) pill rolling tremor
Pasien tidak ada ekspresi mask like face
Meyerson sign mengetuk glabella pasien (+) jika persistent
blinking (mengedip-ngedip mata)
Retropulsion test jagaian pasien dari belakang, kita dorong pasien
dari belakang untuk melihat apakah pasien bisa mempertahankan posisi
atau jatuh
Elektromiografi (EMG) :
Repetitive Nerve Stimulation (RNS) / Harvey Masland Test suatu
otot dirangsang terus-menerus, lama-kelamaan amplitudo dari otot
tersebut akan menurun paling sensitif
Tes Serologis :
Mendeteksi antibodi pada reseptor asetilkolin (Achr-Ab) paling
spesifik, tetapi tidak sensitif 100%
Pasien MG Achr-Ab (-) / seronegatif MG (SNMG) tes antibodi anti-
MuSK (muscle specific tyrosine kinase) dapat positif
Krisis myasthenia :
- Sangat kekurangan asetilkolin
- Cenderung mengalami gangguan pernapasan
- Tes tensilon edrophonium membaik (+)
Krisis kolinergik :
- Sangat kelebihan asetilkolin
- Cenderung mengalami gangguan traktus gastrointestinal
- Tes tensilon edrophonium pasien memburuk penting
adanya atropin sulfas (antidot)
Meningitis Absolut
Subaraknoid hemoragik - Infeksi di daerah lumbal pungsi
(SAH) (di area antara L3 dan L4 atau
Ensefalitis L4 dan L5)
Guillain-Barre Syndrome - Perbedaan tekanan
(GBS) supratentorial dan infratentorial
(CT scan kepala midline
shift > 5 mm)
Relatif
- Peningkatan TIK edema
otak dexametason IV
- Koagulopati
- Abses otak
1. Cuci luka cuci dibawah air mengalir + air sabun / detergen (10-15
menit), dilakukan debridement dan desinfektan alkohol 70% (semua
jenis vulnus morsum)
2. Pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR) :
Ketika digigit anjing, kucing, monyet, kelelawar, serigala yang liar
bukan peliharaan
Pemberian dalam waktu 10 hari infeksi post-exposure
prophylaxis
Pemberian 3x yaitu hari 0, 7 dan 21 sebanyak 0,5 ml secara IM
pada otot deltoid atau otot anterolateral paha
3. Pemberian Serum Anti Rabies (SAR) :
Diberikan pada luka risiko tinggi :
- Vulnus morsum multiple
- Vulnus morsum diatas bahu
- Vulnus morsum pada ujung-ujung jari tangan atau kaki dan
pada genitalia
- Jilatan pada mukosa (seperti mata atau mulut)
- Luka yang lebar (> 1 cm) dan dalam (sampai dasar otot)
Jenis serum :
- Serum homolog (dari manusia) 20 IU/kgBB
- Serum heterolog (dari kuda) 40 IU/kgBB
Pemberian SAR ½ - ¾ dosis diberikan infiltrasi pada daerah
luka sedangkan ¼ - ½ dosis sisanya diberikan IM
4. Luka risiko tinggi :
Segera diberi VAR + SAR
Hewan mati lanjutkan VAR
Hewan hidup stop VAR
5. Luka risiko rendah :
Hewan penggigit lari / tidak bisa ditangkap / mati berikan VAR
Hewan penggigit dapat ditangkap tidak diberi VAR + tunggu
hasil observasi
Etiologi Clostridium tetani (gram positif dan anaerob) dihasilkan
oleh tetanospasmin (toksin yang bertanggung jawab terhadap
N.1 (Olfaktorius)
manifestasi Sensorik
klinis tetanus) Hidung
Masa
N.2 (Optikus) Sensorik
inkubasi 8-12 hari, tetanus sefalik 2 hariMata
N.3
Manifestasi klinis : Otot-otot mata (selain m. oblique
(Okulomotor) Motorik
- Trismus tegang dan kaku pada otot superior dan m. rektus lateral)
rahang
N.4 (Troklearis) Motorik Muskulus oblique superior
- Opistotonus posisi tubuh mengalami kaku dan melengkung ke
Sensorik Wajah, sinus, gigi, dan lain-lain
belakang
N.5 (Trigeminal)
Motorik Otot mastikasi
- Risus sardonikus spasme otot wajah (otot bibir retraksi, mata
N.6 (Abdusens) Motorik Muskulus rektus lateral
tertutup sebagian dan elevasi alis) tampak menyeringai
N.7 (Fasialis) Sensorik Rangsang anterior lidah (pengecapan)
- Chvostek sign (+) mengetuk pipi Otot-otot
Motorik pasien sebelah kiri dan kanan
wajah (ekspresi)
dengan palu refleksSensorik
N.8 (Vestibulokoklearis) sambil membuka mulutTelingasedikit.
bagianInterpretasi
dalam
(+) jika kedutan satu Motorik
sisi atau beberapa otot wajah
Otot sesisi
di faringeal
Trousseau sign (+) salah satu Bagian
N.9 -(Glossofaringeal) lengan atas diikatlidah,
posterior selama 4 menit.
tonsil dan
Sensorik
Interpretasi (+) jika jari atau tangan memperlihatkan sikap khas
faring
yaitu main d’accoucheur atau main d’obstetrique
Jantung, paru-paru, (seperti jari traktus
bronkhi, dokter
Motorik
kandungan ingin melakukan pemeriksaan dalam) gastrointestinal
N.10 (Vagus) Jantung, paru-paru, bronkhi, trakea,
Sensorik laring, faring, traktus gastrointestinal,
Rahang kaku, spasme fokal, disfagia dan telinga luar otot
kekakuan
belakang Muskulus sternokleidomastoideus dan
N.11 (Aksesorius) Motorik
Spasme, tanpa mempertimbangkan muskulus
frekuensitrapezius
maupun derajat
N.12 (Hipoglossus)
keparahan Motorik Otot di lidah
Masa inkubasi < 7 hari
Tatalaksana komplikasi
oportunistik intrakranial
pada neuro-AIDS
dengan imaging
Tatalaksana komplikasi
oportunistik intrakranial
pada neuro-AIDS
tanpa imaging
Tidak N.1
ada(Olfaktorius)
penyebab organik : Sensorik Ada penyebab organik Hidung:
N.2 (Optikus)
Migraine Sensorik Ekstrakranial Mata
sakit gigi,
N.3
Tension type headache (TTH) Otot-otot mata
sinusitis, (selaincold,
common m. oblique
dan
(Okulomotor) Motorik
Cluster type headache superior dan m. rektus lateral)
lain sebagainya
N.4 (Troklearis) Motorik Muskulus oblique
Intrakranial infeksisuperior
SSP,
Sensorik Wajah, sinus, gigi,
stroke, tumor otak dan lain-lain
N.5 (Trigeminal)
Motorik Otot mastikasi
N.6 (Abdusens) Motorik Muskulus rektus lateral
N.7 (Fasialis) Sensorik Rangsang anterior lidah (pengecapan)
Nyeri kepala primer dengan Motorik kualitas Otot-otot
vaskular wajah (ekspresi)
(berdenyut), diawali
N.8 (Vestibulokoklearis)
unilateral (tidak selaluSensorik Telingaoleh
unilateral) yang diikuti bagian
mual,dalam
fotofobia,
fonofobia gangguan tidur Motorik
dan depresi Otot di faringeal
N.9 (Glossofaringeal)
Diagnosis migraine : (54321) Bagian posterior lidah, tonsil dan
Sensorik
- Pasien sudah merasakan nyeri yang sama minimal faring
5 kali
- Durasi sakit kepala berlangsung Jantung, paru-paru,
4 jam – 3 hari bronkhi, traktus
Motorik
gastrointestinal
- Ditemukan 2 dari 4 gejala unilateral, berdenyut, diperparah
N.10 (Vagus) Jantung, paru-paru, bronkhi, trakea,
aktivitas dan intensitas sedang hingga berat
Sensorik laring, faring, traktus gastrointestinal,
- Ditemukan 1 dari 2 gejala fotofobia/fonofobia (lebihluar
telinga nyaman dalam
keadaan gelap/sunyi) dan mual/muntah
Muskulus sternokleidomastoideus dan
N.11
Jenis (Aksesorius)
migraine : Motorik
muskulus trapezius
N.12 Dengan aura classic
- (Hipoglossus) migraine
Motorik Otot di lidah
- Tanpa aura common migraine
Migraine klasik terdiri atas 4 fase :
- Prodromal 1 hari sebelum terjadi gejala adanya gangguan
suasana perasaan (mood)
- Aura 1 jam sebelum terjadi nyeri kepala muncul aura :
1. Aura visual melihat kilatan-kilatan cahaya (scintillating
scotoma)
2. Aura sensorik adanya baal/kesemutan ditangan atau dikaki
3. Aura otonom nyeri epigsatrium yang berat, keringat
berlebih, tremor, gangguan bicara (disfasia) dan lain
sebagainya
- Nyeri kepala berdasarkan diagnosis migraine (54321)
- Postdromal 1 hari setelah gejala, pasien ada letih, lesu, lemah,
konsentrasi menurun
Faktor risiko :
- Menstruasi hari pertama/sebelumnya atau perubahan hormonal
- Puasa dan terlambat makan
- Pencetus makanan alkohol, coklat, susu, keju (kandungan
teobromin)
Unilateral Gambaran nyeri kepala
Berdenyut menyerupai tanpa aura
Intensitas sedang-berat Timbul sesudah gejala aura (5-
Bertambah berat oleh aktivitas 20 menit)
fisik Aura :
Mual/muntah - Aura visual
Fotofobia dan fonofobia - Aura sensorik
- Aura otonom
Edukasi :
Hindari teobromin
Hindari alkohol
Tidur teratur
Kontrol 1 minggu
Diagnosis TTH :
Pasien sudah merasakan nyeri yang sama minimal 10 kali
Durasi sakit kepala berlangsung 30 menit – 7 hari
Ditemukan 2 dari 4 gejala bilateral, rasa terikat / tegang di leher, tidak
diperparah aktivitas dan intensitas ringan hingga sedang
Ditemukan 1 dari 2 gejala tidak ada fotofobia/fonofobia dan tidak ada
mual/muntah
Penilaian presentase :
0% (zero) asimetris komplit, tidak ada gerakan volunter
30% (poor) asimetris sedang, kesembuhan cenderung ke asimetris,
ada gerakan volunter
70% (fair) asimetris ringan, kesembuhan cenderung normal
100% (normal) simetris komplit
Skor normal 80-90% setelah pengobatan
’
1. Sinkinesis otonom (crocodile tears) ketika mengunyah atau
tersenyum, akan mengeluarkan air mata ipsilateral
2. Sinkinesis motorik (jaw-winking) ketika membuka rahang, akan
menutupnya kelopak mata ipsilateral
3. Post paralytic hemifacial spasm seluruh sebelah wajahnya
kontraksi penuh (harus di operasi)
4. Epifora air mata keluar terus
Komplikasi okular :
Dini lagoftalmus, keratitis exposure dan konjungtivitis sikka
Lanjut sinkinesis otonom dan epifora
Edukasi :
Fisioterapi
Masase wajah
Rutin menggunakan artificial tears
(pagi hingga siang)
Menggunakan penutup mata saat
tidur di malam hari
Tanda peningkatan intrakranial nyeri kepala, muntah proyektil,
papiledema
N.1 (Olfaktorius) Sensorik Hidung
Tanda klasik
N.2 (Optikus) nyeri kepala akibat
Sensorik tumor kronik progresif
Mata (> 1 bulan),
memburuk pada pagi hari dan manuver Valsava
Otot-otot mata (selain m. oblique
N.3 (Okulomotor) Motorik
Nyeri kepala kronis yang tidak membaik dengan analgesik
superior dan m. rektussederhana
lateral)
N.4
Tanda(Troklearis)
lokal SOL : Motorik Muskulus oblique superior
1. Lobus oksipital
N.5 (Trigeminal)
Sensorik
defek lapanganWajah, sinus, gigi, dan lain-lain
pandang
Motorik gangguan perilaku,
2. Lobus frontal anosmia, Otot mastikasi
hemiparesis (kaki
N.6 (Abdusens)
lebih berat) Motorik Muskulus rektus lateral
N.73.(Fasialis)
Lobus parietal Sensorik
gangguanRangsang anterior
fungsi luhur lidah (pengecapan)
(astereognosis/agnosia,
apraksia, dan lainMotorik
sebagainya) Otot-otot wajah (ekspresi)
N.8 (Vestibulokoklearis) Sensorikbitemporal Telinga bagian dalam
4. Pituitari hemianopsia
Motorik Otot di faringeal
N.9 (Glossofaringeal) Bagian posterior lidah, tonsil dan
Sensorik
faring
Jantung, paru-paru, bronkhi, traktus
Motorik
gastrointestinal
N.10 (Vagus) Jantung, paru-paru, bronkhi, trakea,
Sensorik laring, faring, traktus gastrointestinal,
HNP SOL yang terjadi di vertebra telinga luar
95% HNP terjadi di L4-L5 dan L5-S1 dan dapat menekan radiks saraf
Muskulus sternokleidomastoideus dan
N.11
N.1 (Aksesorius)
dibawahnya HNP pada
(Olfaktorius) Motorik
Sensorik
L5-S1 dapat menyebabkan Hidung radikulopati S1
muskulus trapezius
N.12N.2
Daerah cervical paling
(Optikus)
(Hipoglossus) Sensorik
Motorik OtotMata
sering terkena discus intervertebralis
di lidah (bantalan
diantara
N.3 C6-C7 akan Otot-otot
vertebra) pda Motorik
(Okulomotor) menekanmataradiks(selain
sarafm.pada
oblique
level
yang sama superior dan m. rektus lateral)
N.4 (Troklearis) Motorik Muskulus oblique superior
Nukleus pulposus Sensorik
N.5 (Trigeminal)
Wajah, sinus, gigi, dan lain-lain
Motorik Otot mastikasi
N.6 (Abdusens) Motorik Muskulus rektus lateral
N.7 (Fasialis) Sensorik Rangsang anterior lidah (pengecapan)
Motorik Otot-otot wajah (ekspresi)
N.8 (Vestibulokoklearis)
Annulus fibrosus
Sensorik Telinga bagian dalam
Motorik Otot di faringeal
N.9 (Glossofaringeal) Bagian posterior lidah, tonsil dan
Sensorik
faring
Jantung, paru-paru, bronkhi, traktus
Motorik
gastrointestinal
N.10 (Vagus) Jantung, paru-paru, bronkhi, trakea,
Sensorik laring, faring, traktus gastrointestinal,
telinga luar
Muskulus sternokleidomastoideus dan
N.11 (Aksesorius) Motorik
muskulus trapezius
N.12 (Hipoglossus) Motorik Otot di lidah
1. Lhermitte sign (+)
Pemeriksaan fleksi dari leher, (+) akan timbul nyeri menjalar seperti
listrik ke punggung
2. Spurling test (+)
Pemeriksaan ekstensi kepala kemudian miringkan ke salah satu arah
kemudian didorong dari atas ke bawah, (+) apabila ada nyeri menjalar
sampai bahu
’
Trias Meniere :
- Vertigo
- Tinnitus
- Tuli sensorineural
Etiologi hydrops endolimfe
Terapi :
- Obat anti vertigo
- Diuretik hidrochlorothiazide 50 mg + kalium
- Kortikosteroid Prednison 80 mg selama 7 hari, tappering off
- Diet tinggi protein dan diet rendah garam
N.1 (Olfaktorius) Sensorik
Pingsan (-) Hidung
N.2 (Optikus)
Minimal 15 Sensorik
Amnesia pasca trauma (-) Mata Normal
N.3 (Okulomotor) Motorik Otot-otot
Defisit neurologis (-) mata (selain m. oblique
superior dan m. rektus lateral)
N.4 (Troklearis) Pingsan
Motorik <10 menit
Muskulus oblique superior
Sensorik
Amnesia pasca trauma
Wajah, <24gigi, dan lain-lain
sinus,
Ringan 13-15
N.5 (Trigeminal) Normal
jam
Motorik Otot mastikasi
N.6 (Abdusens) Motorik
Defisit neurologisMuskulus
(-) rektus lateral
N.7 (Fasialis) Sensorik
Pingsan 10 menit – 6anterior
Rangsang jam lidah (pengecapan)
Motorik
Amnesia pasca Otot-otot
trauma 6 wajah
jam (ekspresi)
Sedang 9-12 Abnormal
– 7 hari
N.8 (Vestibulokoklearis) Sensorik Telinga bagian dalam
Motorik
Defisit neurologis (-/+)
Otot di faringeal
N.9 (Glossofaringeal) Bagian posterior lidah, tonsil dan
Sensorik
Pingsan >6 jam
faring
Berat 3-8 Amnesia pasca trauma 7 hari Abnormal
Jantung, paru-paru, bronkhi, traktus
Motorik
Defisit neurologis (+) gastrointestinal
N.10 (Vagus) Jantung, paru-paru, bronkhi, trakea,
Sensorik laring, faring, traktus gastrointestinal,
telinga luar
Perdarahan diantara tabula interna
Perdarahan
Muskulus diantara duramater dan
sternokleidomastoideus dan
dan
N.11duramater robeknyaMotorik
(Aksesorius) a.
araknoid
muskulus trapezius
meningen media
N.12 (Hipoglossus) Motorik Otot dan
Lesi hiperdens di lidah
membentuk
Lesi hiperdens dan membentuk
gambaran bulan sabit / crescent
gambaran bikonveks (cembung)
shape / bikonkaf (cekung)
Terapi konservatif jika : Terapi konservatif jika :
Ketebalan perdarahan <1 cm Kesadaran stabil
dan volume <40 ml Defisit neurologis (-)
Tanpa pergeseran midline shift CT Scan tidak memperlihatkan
Sisterna ambiens normal massa yang besar
Fungsi batang otak masih baik Sisterna ambiens normal
Volume darah = panjang x lebar x jarak antar slice x jumlah perdarahan x 0,52