Anda di halaman 1dari 86

neurologi

Råñdÿ Rïçhtër
Catatan Koas | Neurologi

N.1 (Olfaktorius) Sensorik Hidung


N.2 (Optikus) Sensorik Mata
Otot-otot mata (selain m. oblique
N.3 (Okulomotor) Motorik
superior dan m. rektus lateral)
N.4 (Troklearis) Motorik Muskulus oblique superior
Wajah, sinus, gigi, 2/3 anterior lidah
Sensorik
N.5 (Trigeminal) raba (suhu dan nyeri)
Motorik Otot mastikasi (menutup mulut)
N.6 (Abdusens) Motorik Muskulus rektus lateral
Sensorik 2/3 anterior lidah rasa (pengecapan)
N.7 (Fasialis)
Motorik Otot-otot wajah (ekspresi)
N.8 (Vestibulokoklearis) Sensorik Telinga bagian dalam
Motorik Gerakan menelan
N.9 (Glossofaringeal) 1/3 posterior lidah (rasa dan raba),
Sensorik
tonsil dan faring
Jantung, paru-paru, bronkhi, traktus
Motorik
gastrointestinal
N.10 (Vagus) Jantung, paru-paru, bronkhi, trakea,
Sensorik laring, faring, traktus gastrointestinal,
telinga luar
Muskulus sternokleidomastoideus dan
N.11 (Aksesorius) Motorik
muskulus trapezius
N.12 (Hipoglossus) Motorik Otot di lidah
x Memeriksa dengan botol berisi bubuk kopi, teh dan tembakau satu per
satu didekatkan pada satu lubang hidung lalu lubang hidung sebelahnya
saat menutup mata
x Interpretasi :
- Hiperosmia Æ peningkatan sensitivitas indera penghidu
- Hiposmia Æ penurunan kemampuan indera penghidu
- Anosmia Æ hilang kemampuan indera penghidu
- Kakosmia Æ sensasi menghidu bau busuk
- Parosmia Æ salah persepsi bau
- Halusinasi olfaktorius Æ fenomena menghidu bau-bauan yang tidak
enak
x Tersering pada kasus adenoma hipofisis
x Hemianopsia homonim sinistra/dextra Æ selalu berlawanan dengan
traktus yang rusak
x Penglihatan temporal akan menyilang ke sebelah sedangkan
penglihatan nasal tidak akan menyilang ke sebelah
x Kerusakan :
- Rusak di nervus optikus (misalnya kanan) Æ maka penglihatan
temporal dan nasal mata kanan akan mengalami kebutaan (anopsia
dextra), mata kiri baik saja
- Rusak di chiasma optikum (dekat hipofisis) Æ maka penglihatan
temporal mata kanan dan mata kiri akan mengalami kebutaan
(hemianopsia bitemporalis Æ heteronimus)
- Rusak di traktus optikus (misalnya kanan) Æ maka penglihatan
nasal mata kanan dan penglihatan temporal mata kiri akan
mengalami kebutaan (hemianopsia homonimus sinistra) Æ jika
traktus optikus dextra
- Rusak di radiosea optika (misalnya kanan) di lobus parietal Æ
maka penglihatan nasal mata kanan bawah dan penglihatan
temporal mata kiri bawah akan mengalami kebutaan (quadranopsia
inferior sinistra)
- Rusak di radiosea optika (misalnya kanan) di lobus temporal Æ
maka penglihatan nasal mata kanan atas dan penglihatan temporal
mata kiri atas akan mengalami kebutaan (quadranopsia superior
sinistra)
- Rusak di korteks oksipital (misalnya kanan) Æ kerusakan seperti
hemianopsia homonimus (kerusakan di traktus optikus) tetapi di
bagian tengah/sentral tidak terjadi kebutaan (lesi macular sparing)
x Pusat refleks pupil Æ nukleus Edinger Westphal Æ fungsinya merelay /
menghantarkan impuls ke mata kontralateral
x Contoh Æ ketika mata kanan disinari cahaya maka impuls akan masuk
ke nukleus menggunakan n. II kanan, kemudian akan menghantarkan
impuls ke mata sendiri dengan n. III kanan untuk konstriksi, dia juga akan
menghantarkan impuls ke mata kontralateral kiri dengan n. III kiri untuk
konstriksi juga
x Cahaya masuk ke mata kanan diinput ke nukleus dengan n. II kanan lalu
dihantarkan ke mata yang sama oleh n. III kanan Æ Refleks Cahaya
Langsung (RCL) mata kanan (+) Æ konstriksi mata kiri oleh n. III kiri Æ
Refleks Cahaya Tidak Langsung (RCTL) mata kiri (+) Æ Normal
x Lesi n. II dextra Æ mata kanan dan mata kiri midriasis
- RCL mata kanan (-)
- RCTL mata kiri (-)
- RCL mata kiri (+)
- RCTL mata kanan (+)
x Lesi n. III dextra Æ mata kanan midriasis dan mata kiri konstriksi
- RCL mata kanan (-)
- RCTL mata kiri (+)
- RCL mata kiri (+)
- RCTL mata kanan (-)
x Cara mudah :
- Lesi n. II dextra Æ RCL mata kanan (-) dan RCTL mata kanan (+)
Æ berlawanan (begitu juga lesi n. II sinistra)
- Lesi n. III dextra Æ RCL mata kanan (-) dan RCTL mata kanan (-)
Æ sama (begitu juga lesi n. III sinistra)
x Pemeriksaan refleks kornea Æ berkedip (+) Æ Normal
x Pemeriksaan sensibilitas wajah (raba halus, nyeri dan suhu) pada
dermatom V1, V2 dan V3 bagian kanan dan kiri wajah
x Pemeriksaan kekuatan otot-otot temporal dan maseter :
- Pasien mengatup rahang sekuat-kuatnya Æ nilai otot temporal dan
maseter
- Membuka rahang Æ nilai apakah ada deviasi rahang
- Refleks mandibula Æ mulut sedikit terbuka dan dalam keadaan
lemas, telunjuk ditempatkan di apeks mandibula, nilai apakah ada
kontraksi

x Nukleus dari n.VII ada 2 yaitu Æ supranuklear dan infranuklear :


- Supranuklear Æ mempersarafi otot wajah bagian atas :
1. Kerutan dahi
2. Kemampuan menutup mata
- Infranuklear Æ mempersarafi otot wajah bagian bawah :
1. Sudut nasolabialis, kalau gangguan lebih vertikal
2. Mulut turun/drooping (ke sisi sakit), jika mulut mencong (ke sisi
sehat)
x Penjalaran traktus :
- Korteks kanan akan mempersarafi nukleus infranuklear kontralateral
(kiri) dan kedua nukleus supranuklear (kanan dan kiri)
- Korteks kiri akan mempersarafi nukleus infranuklear kontralateral
(kanan) dan kedua nukleus supranuklear (kanan dan kiri)
x Misalnya lesi stroke di hemisfer kanan Æ infranuklear kiri (korteks kanan)
mengalami kelumpuhan total Æ wajah bagian kiri bawah lumpuh, tetapi
wajah bagian atasnya normal karena masih dipersarafi korteks kiri
x Kesimpulan :
- Paresis n. VII kanan sentral Æ gejala hanya terjadi di bagian bawah
wajah kanan (begitu pun dibagian kiri) Æ Stroke
- Paresis n. VII kanan perifer Æ gejala terjadi di bagian atas dan
bawah wajah kanan (begitu pun dibagian kiri) Æ %HOO‫ڕ‬V3DOV\
x Pemeriksaan pendengaran Æ lateralisasi, konduksi udara dan konduksi
tulang

x Inspeksi palatum
x Pemeriksaan refleks muntah
x Pemeriksaan kemampuan menelan

x Pemeriksaan otot sternokleidomastoideus (menoleh ke kanan dan ke


kiri)
x Pemeriksaan otot trapezius (mengangkat bahu)

x Pemeriksaan otot lidah Æ jika ada gangguan Æ Disartria (bicara pelo)


x Tipe disatria :
- Spastik Æ tidak jelas, pasien sulit membuka mulut
- Ekstrapiramidal Æ monoton, tanpa irama, memulai dan
menghentikan bicara tiba-tiba
- Serebelar Æ tidak jelas seperti orang mabuk, irama tak bersambung
- Kelumpuhan LMN Æ bindeng seperti flu, lidah bicara pelo
- Miastenik Æ suara makin parau saat diminta berhitung keras-keras
Batas :
x Pada nervus kranialis Æ
batas pada nukleusnya
x Pada nervus perifer Æ
kornu anterior medulla
spinalis
x Lesi terjadi di atas plexus Æ
lesi UMN
x Lesi terjadi tepat di level
plexus Æ lesi LMN
x Plexus brachialis (C5-T1)
x Plexus lumbosakral (L2-S1)

Hipertonus Æ Paralisis tipe


spastik (clasp-knife
Hipotonus Æ Paralisis tipe
Tonus phenomenon) Æ awal ada
flaccid
tahanan dan akhirnya tidak
ada tahanan
Refleks fisiologis Meningkat Menurun
Refleks patologis (+) (-)
Atrofi otot Disuse atrofi Atrofi (+) Æ wasting

Refleks Biceps C5, C6


Refleks Triceps C6-C8
Refleks Patella L2-L4
Refleks Achilles S1, S2

0 = negatif
1 = hipotonus
2 = normal
3 = meningkat tanpa klonus
4 = meningkat dengan klonus

Klonus (+) Æ ketika dorsofleksi kaki


kemudian dilepas kaki akan tremor
Menurun + bisa disertai
Kekuatan otot Menurun
gangguan motorik halus
Tonus Hipertonus Hipotonus / Atonia
Refleks fisiologis Hiperrefleks + klonus Hiporefleks / Arefleks
Hipoakivitas / absen dari
refleks abdominal,
Refleks eksteroseptif Dalam batas normal
refleks plantar, refleks
kremaster
Refleks patologis (+) (-)
Atrofi otot Preserved Muscle Bulk Atrofi (+)

Resistensi yang diikuti kelenturan Peningkatan resistensi otot yang


pada ekstremitas yang digerakkan dirasakan pada seluruh rentang gerak
cepat dan pasif ketika digerakkan perlahan
Contoh Æ lead pipe (awal tidak ada
Contoh Æ clasp knife phenomenon
tahanan dan akirnya ada tahanan),
(awal ada tahanan dan akhirnya tidak
cog-wheel phenomenon (gerakan
ada tahanan)
terbata-bata seperti roda gigi)
Kerusakan traktus piramidalis (rusak Kerusakan traktus ekstrapiramidalis
di traktur kortikospinalis) (rusak di ganglia basalis)
Lesi UMN

Gerak + / menurun / -
Kekuatan 0 / 1 / 2 / 3 / 4- / 4+ / 5
Contoh Æ 5555/5555 (extremitas kanan dimulai dari
sendi distal ke proximal / extremitas kiri dimulai dari
sendi proximal ke distal) dilakukan pada extremitas atas
dan bawah
Tonus Normal / Menurun / Meningkat
Trofi Eutrofi / Atrofi / Disuse atrofi / sulit dinilai
Refleks fisiologis - /+/++/+++/++++
Refleks patologis (+) atau (-)
Klonus (+) atau (-)
Paralisis, tidak ada kontraksi otot sama
0 Tonus (-)
sekali
Terlihat atau teraba getaran kontraksi
1 Tonus (+)
otot tetapi tidak ada gerak sama sekali
Dapat menggerakkan anggota gerak
2 Geser tanpa gravitasi (hanya bisa ke kanan dan
ke kiri)
Dapat menggerakkan anggota gerak
Lawan
3 untuk melawan gravitasi, tetapi tidak bisa
Gravitasi (+)
melawan tahanan ringan
Dapat menggerakkan sendi aktif dan
Tahanan
4 melawan tahanan ringan, tetapi tidak bisa
ringan (+)
melawan tahanan berat
Tahanan
5 Kekuatan normal
berat (+)
x Pada kasus kelemahan ringan, paresis tidak selalu dapat terdeteksi
dengan pemeriksaan standar
x 'LODNXNDQ SHPHULNVDDQ SURQDWRU GULIW  EDUUH‫ڕ‬V VLJQ Æ pasien awal
tangan dalam keadaan supinasi lalu tahan 30 detik, positif jika tangan
terputar ke medial
x Interpretasi :
- Positif dengan mata terbuka Æ defisit motorik
- Positif dengan mata tertutup Æ defisit sensorik (proprioseptif Æ
dorsal collum)
- Pasien tangan naik ke atas Æ kerusakan pada serebelum (cerebellar
drift)

x Pada ekstremitas atas dilakukan pemeriksaan Hoffman-Tromner Æ jari


tengah disentil ke atas dan ke bawah Æ positif jika keempat jari lainnya
fleksi (seperti mencengkram)
x Pada ekstremitas bawah :
- Babinski group Æ positif jika dorsofleksi ibu jari kaki dan abduksi
keempat jari kaki (Babinski, Chaddok, Schaeffer, Openheim,
Gonda, Gordon, Bing)
- Non-babinski group Æ positif jika plantarfleksi (Rossolimo dan
Mandel-Becthrew)
Telapak kaki lateral dilakukan perabaan dari lateral
ke medial
Punggung kaki lateral dilakukan goreskan dari lateral
ke medial
Pencet di tendon Achilles

Penekanan pada tibia, kemudian diurut ke bawah


Tekan otot gastrocnemius
Jari ke-4 kaki tarik keluar dan kebawah
Perabaan dengan benda tajam ditusuk dikit-dikit
pada lateral punggung kaki

Bagian punggung kaki diketuk pakai hammer

Bagian telapak kaki diketuk pakai hammer

x Raba halus Æ dorsal collum x Vibrasi (128 Hz) Æ dorsal


x Nyeri Æ traktus spinotalamikus collum
lateral x Rasa posisi dan sikap Æ dorsal
x Suhu Æ traktus spinotalamikus collum
lateral
Catatan tambahan :
x Traktus spinothalamikus anterior Æ raba kasar
x Glove & stocking phenomenon Æ rasa baal dari ujung-ujung tangan dan
ujung-ujung kaki terlebih dahulu Æ jika iya (neuropati perifer) Æ jika tidak
tetapi level sensorik jelas (lesi medulla spinalis)
x Posterior collumn (kolumna posterior) Æ dari medulla spinalis dia naik
dulu baru menyilang di medulla oblongata lalu naik sampai thalamus lalu
masuk ke korteks somatosensorik (gyrus postsentralis)
x Spinothalamikus anterior dan lateral Æ dari medulla spinalis dia
langsung menyilang lalu naik ke medulla oblongata lalu ke thalamus dan
masuk ke korteks somatosensorik (gyrus postsentralis)
Orientasi baik
Membuka spontan (menyebutkan
4 5 6 Menuruti perintah
tanpa stimulus nama, tempat dan
tanggal)
Membuka setelah
rangsangan suara Mampu melokalisir
3 4 Orientasi tidak baik 5
atau perintah nyeri
(verbal)
Gerakan lengan
Membuka setelah
2 3 Kata-kata jelas 4 menjauhi arah
rangsangan nyeri
sumber nyeri
Tidak membuka Fleksi tidak normal
mata sama sekali, (dekortikasi) Æ
1 2 Mengerang 3
tanpa faktor seluruh korteks
penghalang otak
Ekstensi tidak
Tidak ada respon
normal
1 suara, tanpa faktor 2
(deserebrasi) Æ
pengganggu
rusak batang otak
1 Tidak ada respon

x Skor terendah GCS Æ 3 dan skor tertinggi GCS Æ 15


x Respon verbal dan nyeri :
Eye Æ respon verbal (4 dan 3), respon nyeri (2 dan 1)
Verval Æ respon verbal (5, 4 dan 3), respon nyeri (2 dan 1)
Motorik Æ respon verbal (6), respon nyeri (5 sampai 1)
x Cedera Kepala :
Ringan Æ GCS 13-15
Sedang Æ GCS 9-12
Berat Æ GCS 3-8
x Kualitatif :
Compos mentis
Somnolen
Stupor/Sopor
Koma
Serebrum

Ensefalon Mesensefalon
Susunan Saraf
Pusat
Medulla Serebellum
Spinalis

Medulla
Oblongata

Sistem Saraf
Manusia 12 pasang
saraf tepi
kranial
Saraf Sadar
31 pasang
saraf tepi
spinal

Susunan Saraf
Pusat

Saraf
Simpatik
Saraf Otonom
Saraf
Parasimpatik
Catatan tambahan :
x Otak Æ telensefalon, diensefalon, mesensefalon, metensefalon dan
mielensefalon
x Telensefalon :
- Cerebral cortex Æ kedua hemisfer (korteks serebri Æ 4 lobus,
substansia alba Æ 3 komisura, ganglia basalis Æ nukleus caudatus,
putamen, globus palidus dan amigdala) dan inti n. I
- Rinensefalon Æ sistem limbik
- Gyrus precentralis Æ korteks motorik primer
- Gyrus postcentralis Æ korteks sensorik primer
x Diensefalon :
- Thalamus
- Hipothalamus
x Mesensefalon :
- Bagian dari batang otak di atas pons dan inti n. II dan III
- Tektum (kolikulus superior Æ refleks penglihatan) dan (kolikulus
inferior Æ refleks pendengaran)
- Pedunculus serebri Æ berkas serabut motorik desendens dari
serebrum, substansia nigra dan nukleus ruber
x Metensefalon :
- Pons Æ pengaturan pernapasan dan inti n. IV, V, VI dan VII
- Cerebellum Æ terdiri 3 pedunkulus (superior, media dan inferior),
pusat koordinasi atau keseimbangan
x Mielensefalon :
- Struktur dibawah mesensefalon
- Medulla oblongata Æ refleks jantung, vasokonstriktor, muntah,
pernapasan, menelan dan inti n. VIII, IX, X, XI dan XII
x Epilepsi Æ serangan kejang paroksimal berulang tanpa provokasi (baik
penyebab intrakranial dan ekstrakranial) dengan interval > 24 jam tanpa
penyebab yang jelas
x (SLOHSVL‫ݫ‬.HMDQJ
x Kejang Umum Æ melibatkan kedua hemisfer :
1. Tonik Æ spasme otot (termasuk otot pernapasan)
2. Klonik Æ fleksi-ekstensi dari ekstremitas
3. Tonik-klonik Æ spasme otot baru klonik (grand mal seizure)
4. Absans Æ normal baru tiba-tiba bengong
- Tipikal absans (usia anak-anak, IQ normal, spike & wave 2,5
‫ ڏ‬3 Hz)
- Atipikal absans (usia remaja, IQ menurun, spike & wave 2 ‫ڏ‬
2,5 Hz)
5. Mioklonik Æ kedutan otot saja
6. Atonik Æ tiba-tiba mengalami hilangnya seluruh tonus otot dan
pasien akan terjatuh (astatik)
x Kejang Parsial / Fokal Æ melibatkan satu hemisfer saja :
1. Kejang parsial sederhana Æ kejang fokal tanpa disertai gangguan
kesadaran
2. Kejang parsial kompleks Æ kejang fokal disertai hilang atau
perubahan kesadaran
- Dengan gangguan kesadaran pada awal serangan
- Diawali parsial sederhana lalu diikuti dengan gangguan
kesadaran
3. Kejang parsial menjadi umum Æ diikuti dengan kejang fokal yang
diikuti kejang umum
- Parsial sederhana menjadi kejang tonik-klonik
- Parsial kompleks menjadi kejang tonik-klonik
x Catatan tambahan :
- Hanya kejang mioklonik yang tidak mengalami gangguan kesadaran
- Durasi kejang :
- Absans Æ < 30 detik
- Mioklonik Æ 1-5 detik
- Tonik-klonik Æ 1-3 menit
- Atonik Æ beberapa detik
- Hanya kejang absans yang memiliki gambaran EEG khas Æ Spike
and wave (gambaran paku-ombak) dan ada gejala khas yaitu
automatisme (gerakan involunter yang repetitif Æ contoh
mengunyah)
Gerakan automatisme
Durasi Æ <1 menit (biasanya 15-20
Durasi Æ sampai beberapa menit
detik)
Frekuensi Æ dalam 1 hari kejang bisa Frekuensi Æ dalam 1 minggu kejang
beberapa kali bisa beberapa kali
Setelah kejang pasien langsung sadar Setelah kejang pasien tampak
penuh bingung

x Kejang umum :
- 1st line Æ Fenitoin, Fenobarbital, Asam Valproat
- 2nd line Æ Lamotrigin
x Kejang parsial :
- 1st line Æ Carbamazepine
- 2nd line Æ Levetiracetam
x Absans :
- Tipikal absans Æ Ethosuximide
- Atipikal absans Æ Asam Valproat
Fenobarbital 4-6 mg/kg/hari dibagi 2 dosis
Fenitoin 5-7 mg/kg/hari dibagi 2 dosis
Asam Valproat 15-40 mg/kg/hari dibagi 2 dosis
Carbamazepine 10-30 mg/kg/hari dibagi 2-3 dosis

Fenobarbital Gangguan kognitif


Fenitoin Hipertrofi ginggiva, anemia megaloblastik
Penambahan berat badan, kegagalan hepar,
Asam Valproat
teratogenik
Carbamazepine Leukopenia dan agranulositosis

Syarat pemberhentian OAE :


x Setelah minimal 3 tahun bebas bangkitan dan gambaran EEG normal
x Penghentian OAE disetujui oleh penyandang atau keluarganya
x Harus dilakukan secara bertahap, 25% dari dosis semula tiap bulan
dalam jangka waktu 3-6 bulan
x Bisa dilakukan lebih dari 1 OAE, maka penghentian dimulai dari 1 OAE
yang bukan utama

x Status epileptikus (SE) Æ bangkitan yang berlangsung > 30 menit,


atau adanya 2 bangkitan atau lebih dan diantara bangkitan-bangkitan
tadi tidak terdapat pemulihan kesadaran
x Klasifikasi SE :
1. Klinis
- SE fokal
- SE general
2. Durasi
- SE dini (5-30 menit)
- SE menetap (> 30 menit)
- SE refrakter (> 60 menit atau bangkitan tetap ada setelah
mendapat 2 atau 3 jenis antikonvulsan awal dengan dosis
adekuat)
x Status epileptikus Æ kejang > 2 kali diantara kejang pasien tidak
sadar, serial seizure Æ diantara 2 kejang pasien sadar
x Awal di rumah saat kejang diberikan diazepam rektal / suppositoria
(max 2 kali jarak 5 menit), 5 mg Æ <12 kg dan 10 mg Æ >12 kg
x Ketika di RS / IGD diberikan OAE 1st line Æ diazepam IV 0,2-0,5
mg/kgBB (dosis max 10 mg)
x Jika kejang berlanjut diberikan OAE 2nd line Æ fenitoin IV 20 mg/kg Æ
diencerkan dalam 50 ml NaCl 0,9% selama 20 menit (jangan dulu
diberikan fenobarbital karena ada efek samping gangguan kognitif) Æ
dosis max 1000 mg
x Jika kejang berlanjut diberikan OAE 3rd line Æ fenobarbital IV 20
mg/kg Æ dosis max 1000 mg
x Jika kejang berlanjut atau kejang > 60 menit atau SE refrakter Æ masuk
ICU Æ diberikan Midazolam, Propofol atau Pentobarbital (dosis di
tabel)
x Jika kejang sudah berhenti bisa diberikan (maintenance) :
- Fenitoin 5-10 mg/kg dibagi 2 dosis, atau
- Fenobarbital 3-5 mg/kg/hari dibagi 2 dosis
Stroke Æ sindrom klinis yang terdiri dari defisit neurologis baik fokal maupun
global (kelumpuhan, gangguan sensorik, gangguan saraf kranialis atau
lainnya), yang terjadi secara tiba-tiba, dengan progresivitas yang cepat dan
berlangsung 24 jam atau lebih
Sumbatan arteri
kecil (lacunar)

Emboli

Stroke Trombus Jantung


Iskemik (aterosklerosis)

Kriptogenik

Stroke Lainnya

Perdarahan
Subaraknoid
Stroke
Hemoragik
Perdarahan
Intraserebral
Aliran Us
plexus choroidens lateral or Intraventriker Foramen monroe 0 Ventrikel o melewatr
3
amaduttut
Foramen a Ventriker y a arehrilyin
Magendi media
funny
drabsorsi
filliarachnoid subarachnoid
foramen lucha
lateral
Ada gejala peningkatan TIK (nyeri
Tidak ada gejala peningkatan TIK kepala, muntah menyemprot dan
penurunan kesadaran)
x Thrombosis x Perdarahan Intraserebral (ICH)
- Kekuatan motorik ada - Terutama karena hipertensi
perubahan yang awalnya Æ mengakibatkan kematian
masih bagus lama mendadak karena herniasi
kelamaan menurun Æ otak
akibat agregasi platelet - CT Scan Æ perdarahan di
yang makin lama makin dalam parenkim otak
menutup x Perdarahan Subaraknoid
x Emboli - Pecahnya aneurisma berry
- Kekuatan motorik dari sirkulasi Willisi
permanen karena dari awal - CT Scan Æ perdarahan di
sudah tertutup semuanya sulcus-sulcus otak dan di
tengah otak (sisterna
basalis)
- Karena perdarahan di
sulcus Æ tanda rangsang
meningeal (+)

Transient Ischemic Attack Sempurna (dengan atau


<24 jam
(TIA) tanpa pengobatan)
Reversible Ischemic
>24 jam Sempurna < 3 hari
Neurological Deficit (RIND)
Prolonged RIND >24 jam Sempurna < 7 hari
Complete (Emboli)
Menetap (-) Æ karena sudah infark
Stroke in evolution
(Thrombus)

Usia tua, DM, hipertensi, Saat bangun tidur dan


Thrombosis
merokok, aterosklerosis istirahat
Riwayat penyakit jantung dan
Emboli Disertai EKG abnormal
penyakit katup jantung
ICH Hipertensi maligna Aktifitas fisik

Aneurisma, AVM dan Muncul kapan saja, aktifitas


SAH
gangguan koagulasi berat menjadi pemicu
Defisit lokal Berat Ringan Berat / ringan
Onset Menir / jam 1-2 menit Pelan (jam / hari)
Nyeri kepala Hebat Sangat hebat Ringan
Muntah pada Tidak (kecuali lesi
Sering Sering
awal di batang otak)
Hipertensi Hampir selalu Biasanya tidak Sering kali
Penurunan
Ada Ada Tidak ada
kesadaran
Kaku kuduk Jarang Ada Tidak ada
Permulaan tidak
Hemiparesis Sering dari awal Sering dari awal
ada
Gangguan
Bisa ada Jarang Sering
bicara
Paresis /
Tidak ada Bisa ada Tidak ada
gangguan n.III

Hemiparesis kaki kontralateral (kaki lebih buruk),


a. Cerebri Anterior
perubahan perilaku, anosmia
Hemiparesis pada wajah dan ekstremitas atas
a. Cerebri Media kontralateral (tangan lebih buruk), afasia, disartria,
hemianopsia
a. Cerebri Posterior Defisit penglihatan (hemianopsia)
Pada batang otak Æ buta kortikal (buta tetapi
refleks pupil masih bagus Æ rusak n.II), diplopia
a. Vertebrobasiler
(rusak n.III, IV dan VI), vertigo dan nistagmus (n.
VIII)

Cabang a. Cerebri media Æ arteri yang paling


a. Lenticulostriata
sering terkena pada stroke hemoragik
x CT Scan merupakan gold standard, tetapi inti dari penggunaan CT
Scan digunakan untuk melihat apakah ada perdarahan atau tidak pada
otak
x Onset stroke iskemia :
- Hiperakut Æ 0-6 jam
- Akut Æ 6-24 jam
- Subakut Æ 1 hari ‫ ڏ‬2 minggu
- Kronis Æ > 2 minggu

Hipodensitas (daerah lebih gelap)


Æ dalam warna kuning, dan
hilangnya diferensiasi dari
substansia grisea dan alba
MCA dense sign Æ panah merah,
ada gambaran hiperdens (lebih
putih) tetapi hanya sedikit area saja
Æ menandakan adanya emboli
yang terjadi pada a. Cerebri Media

Insular ribbon sign Æ panah


merah, daerah hitam lebih luas Æ
menandakan adanya edema pada
gyrus insula (kurangnya pasokan
nutrisi dan oksigen karena
thrombus)

Zona Edematosa Zona Degenerasi Æ Zona Nekrotik


(bersifat revesibel) Æ warna biru tua Æ (bersifat ireversibel)
warna biru muda Æ area penumbra Æ Æ warna merah Æ
terserap sendiri 1-2 masih bisa area umbra Æ
minggu diselamatkan 6-8 residual lebih dari 6
bulan bulan atau permanen
tahunan
x Stroke lakunar Æ trombosis yang terjadi di dalam pembuluh-pembuluh
ini menyebabkan daerah-daerah infark yang kecil, lunak dan disebut
lacuna
x 4 tipe stroke lakunar :
1. Pure motorik Æ hemiparesis motorik murni akibat infark di
kapsula interna
2. Pure sensorik Æ hemihipestesi sensorik murni akibat infark
thalamus
3. Ataxic hemiparesis Æ hemiparesis + gangguan keseimbangan
akibat infark di batang otak
4. Clumsy hand dysarthria Æ tangan kelemahan otot sehingga
tulisan jelek atau pegang barang sering jatuh + disartria (bicara
pelo) akibat infark di batang otak
x Stroke kriptogenik Æ stroke akibat oklusi mendadak pembuluh
intrakranium besar tanpa penyebab yang jelas

x Berhubungan dengan x Gejala berupa thunderclap


hipertensi headache, penurunan
x Mendadak terutama saat kesadaran, muntah, takikardi,
beraktivitas diplopia
x Gejala peningkatan TIK serta x Pemeriksaan fisik didapatkan
nyeri kepala dan muntah meningeal sign
proyektil x Pada lumbal pungsi didapatkan
darah

Lesi hiperdens
pada parenkim
otak (panah
merah)

Lesi hiperdens
pada sulcus
(panah kuning)
dan sisterna
basalis (panah
merah) Æ
gambaran bintang
/ stellata sign
Æ

x Paling ringan
x Terkena di gyrus cingulate
Subfalcine x Defisit motorik dan sensorik pada
ekstremitas bawah ipsilateral dengan lesi
x Inkontinensia urine
x Terkena pada bagian pons
x Menyerang n. II dan III
Central
x Deviasi mata kebawah dan dilatasi kedua
pupil
x Dilatasi pupil ipsilateral dari lesi
x Deviasi mata kebawah
Transtentorial (uncal)
x Hemiparesis kontralateral atau ipsilateral
(Kernohan notch phenomenon)
x Paling berat
x Terkena di medulla oblongata
Tonsillar
x Penurunan kesadaran
x Gangguan pernapasan Æ Cheyne-stokes
x Komplikasi SAH Æ Communicating Hydrocephalus
x Hidrosefalus :
1. Communicating (non obstruktif)
- Produksi cairan terganggu
- Penyerapan terganggu Æ Subarachnoid hemorrhage
(SAH) Æ akibat darah banyak
2. Non-communicating (obstruktif) Æ tumor pada otak

Prinsip tatalaksana stroke iskemik :


x Anti thrombus
x Perbaiki perfusi
x Neuroprotektor
x Perbaikan faktor sistemik
Obat stroke iskemik (anti thrombus) :
1. Trombolitik Æ rTPA (tissue plasminogen activator)
x Fase akut Æ < 4,5 jam
x Trombosit >100.000
x Usia >18 tahun dan <60 tahun
x Tidak ada riwayat perdarahan otak / operasi otak
x Skor NIHSS 4-25 (normalnya skor NIHSS 0-42)
x Pemberian IV rTPA (alteplase) dosis 0,9 mg/kgBB (max 90 mg)
dalam 60 menit, 10% dosis total diberikan bolus Æ 9 mg bolus
baru 81 mg diberikan drips selama 1 jam
x Pasien tidak memenuhi Æ diberikan antiplatelet
x Kegunaan Æ mencegah trombus yang sudah dibentuk
(streptokinase, urokinase)
2. Antikoagulan Æ untuk emboli
x Heparin Æ risiko perdarahan otak
x LMWH
x Warfarin Æ 10 mg/hari (selama 2-4 bulan)
x Menghambat faktor koagulasi (heparin dan warfarin)
3. Antiplatelet Æ untuk thrombus
x Aspirin 160 ‫ ڏ‬325 mg/hari
x Clopidogrel 75 mg
x Menghambat agregasi platelet (aspirin, clopidogrel)
Obat stroke iskemik (perbaiki perfusi) :
1. Citicolin Æ asetilkolin (mempertahankan sinaps otak agar tidak
banyak yang rusak)
x 2-4 x 250 mg/IV/hari
x Dilanjutkan dengan oral 2x500 mg ‫ ڏ‬1 gram (hari selanjutnya)
2. Piracetam Æ mempertahankan membran dari sel neuron agar tidak
gampang pecah
x 4x3 gr/IV/hari
x Dilanjutkan degan oral 2-4 x 1200 mg (hari selanjutnya)
3. Tekanan darahnya tinggi tetapi masih sistole < 220 dan diastole <120
Æ Nimodipine 30 mg/tablet oral
Obat stroke iskemik (faktor sistemik) :
1. Tekanan darahnya tinggi tetapi masih sistole > 220 dan diastole >120
Æ Nicardipine IV dimulai 5 mg bisa ditingkatkan / dititrasi 2,5 mg
setiap 15 menit sampai mencapai target yaitu menurunkan MAP pasien
sampai 15% dalam 24 jam pertama
2. Kontrol gula darah Æ GDS 100-200 gr/dl
3. Kontrol hiperlipidemia Æ jika tinggi pakai statin

Prinsip tatalaksana stroke hemoragik :


x Turunkan tensi
x Kontrol TIK
x Waspada kejang Æ fenitoin 5-10 mg/kgBB
x Neuroprotektor Æ citicolin atau piracetam
x Cegah infeksi, dekubitus, stress ulcer, obstipasi
x Operasi
Turunkan tekanan darah apabila :
x Sistole >220 atau MAP >150 mmHg
x Sistole >180 + gejala TIK meningkat
x Sistole >180 atau MAP >130 mmHg dengan target 160/90 atau MAP
110 mmHg
x Maksimal diturunkan 25% MAP
x Diberikan obat Æ Nicardipine IV dimulai 5 mg/jam, dititrasi 2,5 mg/jam
tiap 15 menit (max 15 mg/jam) sampai mencapai target 25% MAP
Kontrol TIK :
x Tindakan umum
1. Elevasi kepala 300
Meningkatkan venous return Æ CBV menurun Æ TIK menurun
2. Hiperventilasi ringan
Menyebabkan PCO2 menurun Æ vasokonstriksi Æ CBV
menurun Æ TIK menurun
3. Pertahankan perfusi otak
Perfusi darah otak atau CPP > 70 mmHg Æ CPP = MAP ‫ ڏ‬ICP,
ICP = TIK
x Pemberian medikamentosa
1. Mannitol 20% loading dose 1 gr/kgBB dilanjutkan 0,25 ‫ ڏ‬0,5
gr/kgBB selama >20 menit. Kemudian dilanjutkan setiap 4-6 jam
dengan dosis setengahnya
2. Furosemide IV dosis inisial 1 mg/kgBB Æ cairan berkurang

Alert 0
Tingkat kesadaran Stupor 1 (x2,5)
Coma / Semi coma 2
Tidak 0
Muntah (x2)
Ya 1
Tidak 0
Nyeri kepala (x2)
Ya 1
Tekanan darah diastolik (x0,1)
Penanda aterosklerosis (DM, Tidak 0
nyeri dada, atau klaudikasio (x3)
Ya 1
intermiten Æ nyeri pada kaki)

x Contoh kasus Æ pasien datang dengan hemiparesis dengan kesadaran


stupor (1x2,5 = 2,5), ada muntah (1x2 = 2), ada nyeri kepala (1x2 = 2),
tekanan darah 200/110 mmHg (0,1x110 = 11), didapatkan juga ada nyeri
pada kaki (1x3 = 3, disini harus dikurangi jadi -3) lalu total skor = 2,5
+ 2 + 2 + 11 + (-3) = 14,5. Kemudian hasil akhir dikurangi konstanta
Siriraj yaitu -12 jadi Æ skor akhir 14,5 ± 12 = 2,5
x Interpretasi :
- Skor < -1 = Stroke Iskemik
- Skor > +1 = Stroke Hemoragik
- Skor -1 sampai +1 = sulit ditentukan Æ perlu CT Scan
Æ

x Jika ada penurunan kesadaran, nyeri kepala, dan refleks babinski (+) Æ
pikirkan pertama stroke hemoragik
x Jika penurunan kesadaran (-), nyeri kepala (-) tetapi refleks babinski (+)
Æ pikirkan stroke iskemia
Stroke di korteks yang besar pada a. cerebri anterior
dan media
Semua gejala harus ada :
Total Anterior
x Gangguan fungsi luhur
Circulation Syndrome
x Hemianopia homonim
(TACS)
x Defisit motorik atau sensorik kontralateral
yang mengenai 2 dari 3 daerah (wajah,
lengan dan tungkai)

Stroke di korteks yang besar pada a. cerebri anterior


dan media
Partial Anterior 1 gejala saja harus ada :
Circulation Syndrome x 2 dari 3 komponen TACS
(PACS) x Gangguan fungsi luhur saja
x Defisit motorik dan sensorik yang lebih
terbatas daripada LACS

1 gejala saja harus ada :


x Kelumpuhan nervus kranialis ipsilateral +
defisit motorik dan/atau sensorik
kontralateral
x Defisit motorik dan/atau sensorik bilateral
Posterior Circulation
x Gangguan gerakan mata
Syndrome (POCS)
x Defek lapang pandang homonim atau buta
kortikal
x Gangguan serebelum
x Penurunan kesadaran berat (gangguan
ARAS pada batang otak)

1 gejala saja harus ada :


x Hemiparesis murni
x Hemihipestesi murni
Lacunar Syndrome x Hemiparesis ataxic
(LACS) x Clumsy hand dysarthria
x Tidak ada gejala (defisit visual, gangguan
fungsi luhur, gangguan di batang otak dan
hanya ada gangguan proprioseptif saja)
Pasien tidak bisa berbahasa
(sensorik Æ pasien memahami pembicaraan orang lain)
(motorik Æ dapat mengeluarkan kata-kata dengan baik)
Awal bisa menulis, akibat suatu lesi di otak jadi tidak bisa
menulis
Tidak bisa membaca lagi
Tidak bisa berhitung lagi
Tidak bisa melakukan gerakan motorik (misalnya tidak bisa
lagi mengambil botol)
Tidak bisa mengenali objek, suara, orang, bentuk dan bau
spesifik

Afasia :
x Motorik Æ perkataannya apakah lancar (fluency) Æ lobus parietal
bagian anterior (Brocca)
x Sensorik Æ memahami pembicaraan (comprehensive) Æ lobus
parietal bagian posterior (Wernicke)
x Apakah pasien bisa mengulang pembicaraan (repetition) Æ serabut-
serabut antara Brocca dan Wernicke (Fasikulus Arkuatus)
Jika menyebutkan Afasia
nama objek tidak bisa, Yes anomik
jika bisa Æ normal

Yes
Afasia
No konduksi

Yes Afasia
Yes transkortikal
No sensorik

Afasia
No sensorik
(Wernicke)

Afasia
Yes transkortikal
motorik

Yes Afasia
No motorik
No (Brocca)

Afasia
Yes transkortikal
No campuran

Afasia
No global
x Lesi di traktus kortikospinalis
x Plegia Æ kekuatan otot 0
x Paresis Æ kekuatan otot 1-4
x Normal Æ kekuatan otot 5

x Lesi di A Æ hemiplegia ekstremitas inferior dan superior sinistra


(kontralateral)
x Lesi di B Æ hemiplegia ekstremitas inferior dan superior dextra
(ipsilateral)
x Lesi di C Æ lateral medulla oblongata Æ hemiplegia ekstremitas inferior
sinistra dan ekstremitas superior dextra Æ hemiplegia cruciata (seperti
menyilang)
x Lesi di D Æ medial medulla oblongata Æ tetraplegia
Klasifikasi ditegakkan dalam waktu 72 jam ‫ ڏ‬7 hari post trauma, berdasarkan
American Spinal Injury Association (ASIA) :

A Motorik 0, sensorik terganggu hingga S4-S5


B Motorik 0, fungsi sensorik baik
C Motorik 1-2, fungsi sensorik baik
D Motorik 3-4, fungsi sensorik baik
E Motorik 5, fungsi sensorik baik

Cervical Æ C1 ‫ ڏ‬C8 Cervical Æ Parasimpatik


Thorakal Æ T1 ‫ ڏ‬T12 Thorakal Æ Simpatik
Lumbal Æ L1 ‫ ڏ‬L5 Lumbal Æ Simpatik
Sakral Æ S1 ‫ ڏ‬S5 Sakral Æ Parasimpatik
Coccygeal Æ 1 tulang Columna vertebra Æ 31 vertebra
x 3 jaras yang penting :
1. Dorsal collum Æ proprioseptif Æ (raba halus dan vibrasi)
2. Kortikospinalis Æ motorik
3. Spinothalamikus Æ eksteroseptif (nyeri dan suhu)
x Anterior Cord Syndrome :
- Rusak pada bagian anterior Æ traktus kortikospinalis dan traktus
spinothalamikus
- Paresis bilateral
- Kaki kanan dan kiri tidak bisa merasakan nyeri, suhu dan defisit
motorik
- Pasien hanya bisa merasakan raba halus, getaran dan proprioseptif
x Posterior Cord Syndrome :
- Rusak pada bagian posterior Æ traktus dorsal collum
- Paresis bilateral
- Kaki kanan dan kiri tidak bisa merasakan raba halus, getaran,
proprioseptif
- Pasien hanya bisa merasakan nyeri, suhu dan motorik yang masih
bagus
x Central Cord Syndrome :
- Rusak di bagian tengah medulla spinalis
- Paresis bilateral
- Rusak pada traktus kortikospinalis bagian cervical Æ Kedua tangan
akan mengalami kelemahan yang lebih buruk dibandingkan kedua
kaki (contoh Æ tangan 2222/2222, kaki 4444/4444)
- Rusak pada traktus spinothalamikus bagian cervical sampai lumbal
Æ adanya sacral sparing (badannya baal, tetapi daerah perianalnya
masih intak)
x Brown Sequard Syndrome :
- Lesi setengah bagian medulla spinalis Æ hemisection cord syndrome
- Paresis unilateral
- Terjadi kelainan pada ketiga traktus, tetapi hanya pada sebelah kaki
saja
- Jika terjadi lesi di medulla spinalis kiri :
1. Defisit Motorik Æ lesi ipsilateral (kaki kiri)
2. Rusak traktus dorsal collum Æ lesi ipsilateral (kaki kiri)
3. Rusak traktus spinothalamikus Æ lesi kontralateral (kaki
kanan)
x Lesi motorik, sensorik dan
Lesi transversal medulla spinalis
proprioseptif pada kanan dan kiri
x Lesi ipsilateral dan kontralateral
pada motorik, sensorik dan suhu
Anterior Cord Syndrome
x Satu-satunya yang sehat
proprioseptif
x Kerusakan pada proprioseptif,
vibrasi dan diskriminasi 2 titik
Posterior Cord Syndrome ipsilateral dan kontralateral
x Satu-satunya yang rusak
proprioseptif
x Kelainan sensorik dan motorik
Central cord lesion extremitas atas lebih buruk dari
extremitas bawah
x Lesi motorik dan proprioseptif
ipsilateral, lesi sensorik dan
Brown Sequard Syndrome
eksteroseptif (nyeri dan suhu)
kontralateral Æ berlawanan
x Tatalaksana di IGD :
- Primary Survey Æ stabilisasi ABCDE
- Analgetik kuat bila perlu (seperti tramadol, morfin sulfat)
- Pemberian kortikosteroid
x Diagnosis ditegakkan < 8 jam post trauma Æ metilprednisolon 30
mg/kgBB bolus IV selama 15 menit Æ tunggu 45 menit Æ lanjutkan infus
metilprednisolon 5,4 mg/kgBB/jam selama 23 jam
x Diagnosis ditegakkan > 8 jam post trauma Æ tidak dianjurkan pemberian
kortikosteroid

Dermatom penting :

C5,C6 Æ biceps
C7,C8 Æ triceps
T4 Æ mammae
T10 Æ umbilikal
L1 Æ inguinal
L3,L4 Æ lutut
L5 Æ medial kaki
S1 Æ lateral kaki
S1-S5 Æ bokong dan
perianal
x Gejala utama berupa TRAP : x Gejala parkinsonism (TRAP)
- Tremor (resting tremor) dibuktikan dengan degenerasi
- Rigiditas (cogwheel rigidity) ganglia basalis substansia
- Akinesia / bradikinesia nigra pars kompakta dan hasil
(slow movement) PA ditemukan Lewy Body
- Postural inability
x Disebabkan oleh penyebab lain
seperti :
- Obat antipsikotik (misalnya
haloperidol)
- Anti muntah
(metoclorpramide)
- Riwayat stroke
x Slowed movement (bradikinesia) Æ langkahnya kecil-kecil Æ Petit
March Gait atau shuffling steps
x Ayunan lengan tidak lebar
x Gerakan pasien kaku-kaku Æ cog-wheel phenomenon
x Pasien cenderung gampang jatuh
x Tremor Æ saat istirahat (resting tremor) yang awalnya asimetris (awal
unilateral Æ akhirnya bilateral) Æ pill rolling tremor
x Pasien tidak ada ekspresi Æ mask like face
x Meyerson sign Æ mengetuk glabella pasien Æ (+) jika persistent
blinking (mengedip-ngedip mata)
x Retropulsion test Æ jagaian pasien dari belakang, kita dorong pasien
dari belakang untuk melihat apakah pasien bisa mempertahankan posisi
atau jatuh

1 dari 4 gejala 2 dari 4 gejala 3 dari 4 gejala


TRAP TRAP TRAP

0 Belum ada gejala apapun


1 Tremor unilateral
1,5 Tremor unilateral + kaku di badannya
2 Tremor bilateral tanpa gangguan keseimbangan apapun
Tremor bilateral + terganggu keseimbangan tetapi masih bisa
2,5
dipertahankan (retropulsion test Æ negatif)
Tremor bilateral + terganggu keseimbangan (retropulsion test
3
Æ positif)
Aktivitas jadi sangat-sangat terhambat, semua aktivitas perlu
4
dibantu, kecuali berdiri dan jalan masih bisa sendiri
5 Sehari-hari di kursi roda
x Patofisiologi Æ ketidakseimbangan neurotransmitter antara dopamine
dan asetilkolin
x Dopamin terlalu rendah Æ gerakan pasien lambat-lambat Æ
menaikkan dopamine dengan cara penggunaan levodopa
x Asetilkolin terlalu tinggi Æ manifestasi tremor Æ menurunkan
asetilkolin dengan cara penggunaan muscarinic antagonist / asetilkolin
antagonist
x Jika tidak ada gangguan fungsional (gangguan aktivitas setiap hari) Æ
neuroprotektif
x Jika ada gangguan fungsional dan gejala dominannya tremor Æ
antikolinergik Æ Triheksifenidil 3-15 mg/hari
x Jika ada gangguan fungsional dan gejala dominannya bukan tremor,
tetapi rigiditas atau bradikinesia atau postural instability :
- Usia > 60 tahun Æ Levodopa 100 mg/hari atau Carbidopa 25 mg/hari
- Usia < 60 tahun Æ Dopamin agonis Æ Pramipexole 1,5 ‫ ڏ‬4,5 mg/hari
atau Ropinirole 0,75 ‫ ڏ‬24 mg/hari
x Jika respon terhadap pengobatan :
- Baik Æ pertahankan dosis rendah
- Tidak respon Æ tingkatkan dosis
- Wearing off Æ COMT inhibitor Æ Entacapone 20 mg/hari
bersamaan dengan setiap dosis levodopa (max 1600 mg/hari)
- Tardive dyskinesia Æ kurangi dosis levodopa, tingkatkan dopamin
agonis
Lesi striatum Æ nukleus Lesi nukleus
Lesi putamen
caudatus + putamen subthalamikus
Gerakan lambat
Gerakan cepat pada Gerakan cepat di sendi
biasanya pada
ujung-ujung jari distal proximal
pergelangan tangan
Gerakan seperti orang Gerakan tidak terarah Gerakan seperti orang
menari Æ dance-like dan aneh Æ violent menulis Æ writing
phenomenon flinging phenomenon phenomenon

x Polio Æ kelumpuhan LMN dengan topis paling proximal Æ pada kornu


anterior
x Etiologi Æ virus polio (enterovirus) transmisi fekal-oral
x 3 jenis polio :
1. Abortif Æ gejala flu biasa, mialgia, nyeri kepala, sakit tenggorokan
(sudah pernah vaksinasi)
2. Aseptik meningitis Æ bisa menyebabkan meningitis tetapi tidak
ada bakteri disana
3. Paralitik Æ kelumpuhan
x Kelemahan LMN unilateral Æ terjadi hemiparesis/hemiplegia selalu
unilateral
x Manifestasi klinis :
- Gejala kelemahan LMN
- Refleks tendon menurun
- Atrofi otot Æ 3-5 minggu lalu menetap selama 3 bulan
- Tidak akan pernah mengalami gejala sensorik
- Hanya kerusakan motorik dan bisa terjadi gangguan otonom Æ
retensi urin
- Tanda rangsang meningeal
- Gangguan saraf kranialis (poliomielitis bulbar) Æ kerusakan n.IX
(difagia), n.X (disfonia) dan n.XII (disartria)
- Pasien bisa mengalami gangguan pernapasan
x Tatalaksana polio :
- Belum ada antivirus yang efektif terhadap virus polio
- Suportif Æ penting dilakukan vaksinasi (pada saat bayi lahir atau
pada saat bayi dipulangkan harus diberikan vaksin polio oral.
Selanjutnya untuk polio-1, polio-2 dan polio-3 serta booster dapat
diberikan vaksin OPV atau IPV (sebaiknya paling sedikit mendapat 1
vaksin IPV)
- Analgesia
- Ventilasi
- Trakeostomi
- Mobilisasi dini Æ cegah ulkus dekubitus
x GBS Æ kelumpuhan LMN bilateral
x Pasien GBS onset cepat (<14 hari) + inflamasi selubung mielin di akson
(mimikri molekular Æ proses bakteri menyerupai mielin Æ adanya infeksi
yang didahului diare atau ISPA Æ konduksi hantar saraf lambat) +
polineuropati (gangguan pada neuron motorik + sensorik + otonom) Æ
Acute Inflammatory Demyelinating Polyneuropathy
x Kelumpuhan dan gangguan sensorik dimulai dari paling distal
ekstremitas, kemudian lama-kelamaan akan naik Æ glove and stocking
phenomenon
x Manifestasi klinis :
- Gejala LMN
- Kelemahan tubuh simetris progresif yang bersifat ascending
- Hilangnya refleks tendon
- Diplegia fasialis Æ paresis n.VII tipe LMN sifat bilateral
- Paresis otot pernapasan
- Parestesia pada tangan dan kaki
x Diagnosis :
- Berdasarkan gejala klinis + pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan penunjang :
1. Kadar elektrolit
2. Fungsi hepar
3. Kadar kreatinin fosfokinase Æ jika ada lisis otot
4. EMG Æ tanda demielinisasi dari perlambatan konduksi,
perpanjangan latensi distal, perpanjangan gelombang F, blok
konduksi atau berkurangnya respon terhadap rangsang
5. Pemeriksaan fungsi paru
6. LCS / CSF Æ peningkatan protein (peningkatan kurva
disosiasi sitoalbumin Æ protein meningkat tetapi sel leukosit
tidak meningkat karena tidak ada bakteri di CSF) serta jumlah
sel <10 mononuklear sel/mm3
x Tatalaksana :
- Perawatan intensif Æ berkurangnya forced vital capacity / FVC (<20
ml/kg) atau kelemahan otot bulbar Æ rawat ICU
- Plasma exchange / plasmaferesis 200 ‫ ڏ‬500 ml/kgBB 5 kali dalam 2
minggu Æ antibodi yang sudah diprogram tubuh untuk menyerang
mielin Æ dicuci
- Immunoglobulin intravena (IVIG) 0,4 gr/kgBB/hari (1 vial 2,5 gr/50 cc)
- Plasmaferesis atau IVIG Æ imunoterapi paling baik dilakukan pada 2
minggu pertama
Kelemahan neuron motorik saja Makrofag menyerang selubung
AIDP sifatnya bilateral ascending, mielin utuh dan meniadakan
sensorik dan otonom jarang terjadi akson
Makrofag menyerang nodus
Ranvier dimana disisipkan
Lebih menyerang otot-otot diantara akson dan axolemma
AMAN
pernapasan sel Schwann di sekitarnya dan
meninggalkan selubung mielin
utuh
Kelemahan dapat motorik
Sama dengan AMAN +
(kelemahan), sensorik (parestesia)
AMSAN keterlibatan akar ventral dan
bisa juga dengan gangguan
dorsal
pernapasan
Trias Æ ataxia (gangguan
keseimbangan), areflexia
Kelainan konduksi sensorik,
(kelemahan tipe LMN Æ
MFS meskipun patologi yang
menurun), oftalmoplegia
mendasari belum jelas
(gangguan pada saraf kranialis
untuk pergerakan bola mata)

Gagal sistem otonom pasien (tensi


Terjadi kegagalan simpatis dan
APN naik turun, heart rate menurun,
parasimpatis yang meluas
respirasi menurun Æ ensefalopati)

AIDP Æ Acute Inflammatory Demyelinating Polyradiculoneuropathy


AMAN Æ Acute Motor Axonal Neuropathy
AMSAN Æ Acute Motor and Sensory Axonal Neuropathy
MFS Æ Miller Fisher Syndrome
APN Æ Acute Pandysautonomic Neuropathy
Spesifik pada
saraf tertentu Seluruh medulla
Simetris dan Æ gejala spinalis terkena
Asimetris
Gejala dimulai dari sensorik, lesi / inflamasi Æ
dan atrofi
khas distal lalu motorik dan komplit sehingga
sangat jelas
naik ke atas otonom pada tonus otot sangat
penjalaran jelek
saraf tertentu
Disfungsi
kandung Bisa terjadi Sementara Tidak pernah Sangat jelas
kemih
Kecepatan
konduksi Abnormal Normal
saraf
EMG Abnormal Normal

x Myasthenia gravis Æ kelemahan yang diakibatkan oleh gangguan


transmisi sinyal pada neuromuscular junction (NMJ) Æ akibat
autoantibodi IgG pada reseptor asetilkolin Æ kekurangan asetilkolin
secara relatif
x Penyakit autoimun Æ dimediasi hipersensitivitas tipe II
x Etiologi Æ Thymoma (tumor pada kelenjar thymus) Æ fungsi maturasi
sel T Æ jika sudah matang menjadi sel T helper Æ memanggil sel B Æ
menghasilkan antibodi
x Gejala khas Æ kelemahan yang berfluktuasi pada otot rangka dan
kelemahan ini akan meningkat apabila sedang beraktivitas atau sudah
sore hari
x Manifestasi klinik :
- Kelemahan tubuh asimetris Æ kelemahan LMN unilateral lama
kelamaan akan bilateral Æ yang memburuk dengan aktivitas dan
membaik dengan istirahat
- Pertama-tama menyerang otot-otot kecil seperti m. levator palpebra
dan otot ekstraokular Æ ptosis
- Wajah datar, disartria, kesulitan menelan dan ketidakmampuan
menjaga postur kepala
Menyerang m. levator palpebra dan otot-otot
Myasthenia okular
ekstraokular Æ ptosis dan diplopia
Menyerang batang otak bagian bawah Æ
Myasthenia bulbar saraf kranialis IX,X dan XI Æ disfagia,
disfonia dan disarthria
Myasthenia okular + bulbar + kelemahan
Myasthenia generalisata
ekstremitas
Myasthenia krisis Terserang otot-otot pernapasan Æ dispneu
Riwayat konsumsi obat (misalnya
Drug-induced myasthenia aminoglikosida, makrolida, MgSO4, obat anti
epilepsi)

Pasien memandang objek diatas bidang antara


Tes Wartenberg kedua bola mata selama + 30 detik Æ (+) bila
terjadi ptosis
Pasien dengan myasthenia gravis Æ (+) akan
Tes Tensilon mengalami perbaikan pasca pemberian
derivat asetilkolin (edrophonium/tensilon IV)
Prostigmin 0,5-1 mg (asetilkolin esterase
Tes inhibitor) + atrofin sulfas 0,1 mg IM/SC Æ (+)
Prostigmin/Neostigmin bila gejala-gejala menghilang dan tenaga
membaik
Penderita disuruh menghitung 1-100 Æ (+)
Tes pita suara
suara akan menghilang secara bertahap
Penderita diminta untuk melihat ke samping
Tes diplopia stress secara maksimal selama 30 detik Æ (+) muncul
diplopia

Elektromiografi (EMG) :
x Repetitive Nerve Stimulation (RNS) / Harvey Masland Test Æ suatu
otot dirangsang terus-menerus, lama-kelamaan amplitudo dari otot
tersebut akan menurun Æ paling sensitif
Tes Serologis :
x Mendeteksi antibodi pada reseptor asetilkolin (Achr-Ab) Æ paling
spesifik, tetapi tidak sensitif 100%
x Pasien MG Achr-Ab (-) / seronegatif MG (SNMG) Æ tes antibodi anti-
MuSK (muscle specific tyrosine kinase) dapat positif
x Krisis myasthenia :
- Sangat kekurangan asetilkolin
- Cenderung mengalami gangguan pernapasan
- Tes tensilon Æ edrophonium Æ membaik Æ (+)
x Krisis kolinergik :
- Sangat kelebihan asetilkolin
- Cenderung mengalami gangguan traktus gastrointestinal
- Tes tensilon Æ edrophonium Æ pasien memburuk Æ penting
adanya atropin sulfas (antidot)

x Simptomatik dengan antikolinesterase inhibitor :


- Piridostigmine Æ dosis awal pada orang dewasa bekisar antara 30-
60 mg tiap 4-8 jam (biasanya 3x30 mg)
- Neostigmine Æ jarang digunakan
x Immunomodulator
- Kortikosteroid Æ jika belum membaik diberikan terapi adjuvan,
kegagalan dengan antikolinesterase inhibitor atau persiapan
timektomi Æ Prednison 1,5 -2 mg/kgBB/hari
- Azathioprine Æ bekerja dengan cara menghambat proliferasi sel T
Æ dimulai dengan dosis 50 mg/hari
x Plasmaferesis dan IVIG Æ krisis myasthenia (dosis sama seperti GBS)
x Thymektomi Æ kontraindikasi pada balita
x Multiple sclerosis Æ salah satu penyakit demielinisasi SSP yang sifatnya
kronik dan cenderung menyerang dewasa muda (onset 15-50 tahun)
x Etiologi Æ belum jelas, faktor gen Æ kerusakan lokus DR di kromosom
6
x Gambaran patologi Æ lesi-lesi berbatas tegas di substansia alba yang
disebut plak
x Patogenesis Æ sensitisasi sel T menimbulkan suatu fenomena yaitu
mimikri molekular
x Manifestasi klinis :
- Defisit neurologis Æ sensorik dan/atau motorik (parestesia)
- Neuritis optik
- Mielitis transversa
- Ataksia serebelar
- Sindrom batang otak Æ vertigo, rasa baal di wajah, disarthria dan
diplopia)
- Lhermitte sign (+)
x Pemeriksaan Penunjang :
- MRI Æ Plak MS kronik terlihat hiperintens (putih) pada sekuens T2
weighted image (T2WI) dan bahkan lebih jelas pada sekuens fluid
attenuated inverse recovery (FLAIR), hipointens pada T1 weighted
image (T1WI)
- Lesi hiperintens multipel, asimetris, batas tegas dan berlokasi
di periventrikular Æ 'DZVRQ‫ڕ‬VILQJHU
x Tatalaksana :
- Jangka pendek Æ kortikosteroid (hati-hati penggunaan jangka
panjang)
- Jangka panjang Æ interferon-̫1A dan 1B Æ tipe relaps-remitting MS

Gejala muncul dan menghilang, serangan


Relapsing remitting MS
tiba-tiba lalu menghilang kembali, relaps Æ
(RRMS)
pasien stabil selama > 30 hari
Progresif sekunder Æ ada perburukan
Secondary progressive MS
kedua, gejala bertahan lama, dapat terjadi
(SPMS)
20 tahun post diagnosis
Progresif primer Æ perburukan terjadi
Primary progressive MS
awal, muncul saat usia tua, berlangsung 1
(PPMS)
tahun atau lebih
Progressive relapsing MS Progresif berulang Æ gejala terjadi secara
(PRMS) perlahan dan bertahap bertambah buruk
Kecacatan minimal Æ berlangsung > 20
Benign MS
tahun selama sakit
x Inflamasi pada meninges x Inflamasi parenkim otak
x Tidak ada defisit neurologis x Berkaitan dengan inflamasi
x Trias : meninges Æ
- Demam meningoencephalitis dan
- Nyeri kepala medulla spinalis Æ
- Kaku kuduk / tanda ensefalomielitis
rangsang meningeal (+) x Terdapat defisit neurologis
x Meningitis + defisit neurologis x Trias :
Æ meningoencephalitis - Demam
- Penurunan kesadaran /
kejang
- Defisit neurologis

x Kontraindikasi pada bukti adanya atau curiga fraktur


servikal
x Sebelum melakukan kaku kuduk dilakukan
pemeriksaan kudu kakuk untuk menyingkirkan
penyebab muskuloskeletal agar tidak positif palsu
x Pemeriksaan kuduk kaku :
- Palingkan wajah ke kanan dan kiri secara pasif Æ
(+) jika ada tahanan
- Angkat sedikit bahu Æ (+) kepala pasien ikut
terangkat
x Pemeriksaan kaku kuduk Æ satu tangan diletakkan
didepan dada pasien untuk menahan dada dan tangan
yang satu ditempatkan di bawah kepala pasien yang
sedang berbaring Æ (+) jika ada tahanan dan dagu tidak
mencapai dada
x Pemeriksaan Æ pasien baring terlentang dengan
kedua kaki lurus, kemudian pemeriksa mengangkat
salah satu tungkai dengan keadaan ekstensi hingga
membentuk sudut 700 terhadap sendi panggul, lakukan
pada kaki sebelah
x Interpretasi Æ (+) ada tahanan atau nyeri, sudut <700
x Pemeriksaan Æ pasien baring terlentang dengan
kedua kaki lurus, kemudian pemeriksa mengangkat
salah satu tungkai dengan keadaan fleksi maksimal
membentuk 900 terhadap sendi panggul lalu lanjutkan
ekstensi pada sendi bagian lutut hingga membentuk
minimal 1350
x Interpretasi Æ (+) ada tahanan atau nyeri, sudut <1350
x Pemeriksaan Æ satu tangan diletakkan didepan dada
pasien untuk menahan dada dan tangan yang satu
ditempatkan di bawah kepala pasien yang sedang
berbaring
x Interpretasi Æ (+) kedua tungkai terangkat / fleksi
x Pemeriksaan Æ dilakukan fleksi secara maksimal
pada satu tungkai
x Interpretasi Æ (+) tungkai yang lain ikut terangkat /
fleksi
x Pemeriksaan Æ menekan tekanan pada os
zygomaticus kanan dan kiri
x Interpretasi Æ (+) kedua tangan terangkat / fleksi
x Pemeriksaan Æ melakukan penekanan pada simfisis
pubis
x Interpretasi Æ (+) kedua tungkai terangkat / fleksi

x Meningitis x Absolut
x Subaraknoid hemoragik - Infeksi di daerah lumbal pungsi
(SAH) (di area antara L3 dan L4 atau
x Ensefalitis L4 dan L5)
x Guillain-Barre Syndrome - Perbedaan tekanan
(GBS) supratentorial dan infratentorial
(CT scan kepala Æ midline
shift > 5 mm)
x Relatif
- Peningkatan TIK Æ edema
otak Æ dexametason IV
- Koagulopati
- Abses otak

Blood brain barrier Æ permeabilitas


Pembuluh darah
kapiler meningkat

Penyakit Æ stroke dan trauma Penyakit Æ infeksi dan neoplasma

Imaging Æ tidak perlu kontras Imaging Æ perlu kontras

Tatalaksana Æ Mannitol Tatalaksana Æ Dexametason IV


Dominasi
Tipe Warna Leukosit Protein Glukosa
leukosit
45-80 Æ
0-3
Jernih (-) 15-45 (2/3
sel/mm3
GDS)
Sangat
Keruh meningkat PMN Meningkat Menurun
(>1000)
Meningkat
(puluhan Normal /
Jernih MN (limfosit) Normal
sampai meningkat
ratusan)
Meningkat
Xantochrome
(ratusan Meningkat
(kuning MN (limfosit) Menurun
tetapi < (ratusan)
keemasan)
1000)
Meningkat
(ratusan Meningkat
Kuning keruh MN (limfosit) Normal
tetapi < (ratusan)
1000)

x Neonatus Æ biasanya Streptococcus agalactiae Æ grup B


x Anak-anak 1-23 bulan Æ Streptococcus pneumoniae
x Anak-anak 2 tahun ‫ ڏ‬dewasa 50 tahun Æ Neisseria meningitidis (khas
Æ ada ruam)
x Orang dewasa + immunocompromised Æ Listeria monocytogenes
x Terapi empiris di Indonesia Æ Ceftriaxon 2x2 gr IV / Cefotaxime 3x2
gr IV + Metronidazole 3x500 mg IV
Meningitis TB Æ gambaran klinis berdasarkan BMRC :
1. Stadium 1 Æ fase prodromal + tanpa gejala neurologis (GCS 15)
2. Stadium 2 Æ tanda rangsan meningeal (+) + defisit neurologis minimal
+ kesadaran cenderung masih baik (GCS 11-14)
3. Stadium 3 Æ penurunan kesadaran berat + kejang + gerakan
involunter + defisit neurologis berat (GCS < 10)
CT Scan Æ ada penyengatan pada sulcus-sulcus di otak dan sisterna basalnya
Funduskopi Æ ada tuberkel pada retina pasien
Tatalaksana Æ OAT 12 bulan + dexametasone

x Etiologi Æ Cryptococcus neoformans


x Infeksi yang sering ditemukan pada HIV stadium IV
x Diagnosis Æ lumbal pungsi Æ kemudian cairannya diwarnai dengan
tinta India Æ pada mikroskop ada halo sign
x Gejala Æ mengeluhkan nyeri kepala yang sangat hebat dan sudah
kronis
x Tatalaksana Æ Amfoterisin B IV 0,7-1 mg/kgBB/hari dalam infus
dextrose 5% tiap 4-6 jam + Flukonazole oral 800 mg/hari
x Gejala trias ensefalitis + gejala peningkatan TIK
x Penyakit :
1. Toksoplasma Æ gangguan imun (HIV)
2. Neurosistiserkosis Æ riwayat mengonsumsi makanan yang
mengandung telur taenia solium (pada babi)
3. Tuberkuloma Æ riwayat TB
4. Abses otak Æ SRUW G‫ڕ‬HQWU\ VLQXVLWLV EHUXODQJ RWLWLV PHGLD
berulang, pneumonia berulang, endokarditis infektif, trauma
kapitis, selulitis)
x Gambaran CT Scan :
- Toksoplasma, neurosistiserkosis, dan tuberkuloma Æ multiple ring
enhancement
- Abses otak Æ single ring enhancement
x Jenis toksoplasmosis cerebri :
- Kongenital (trias)
1. Hidrosefalus Æ CT Scan ada gambaran ventrikel membesar
2. Kalsifikasi periventrikel Æ sekitar ventrikel ada kalsifikasi
3. Korioretinitis Æ mengalami infeksi dan inflamasi pada retina
dan koroid
- Didapat
x Tatalaksana :
- Standar terapi Æ Pirimetamin + Sulfadiazin
- Pirimetamin loading dose 200 mg, dilanjutkan :
1. Jika BB <50 kg Æ 2x25 mg/hari/oral
2. Jika BB >50 kg Æ 3x25 mg/hari/oral
- Sulfadiazin 50 mg/hari, karena di Indonesia tidak ada sulfadiazin Æ
diganti Klindamisin 4x600 mg
- Ditambah asam folinat Æ mencegah toksisitas karena pemberian
pirimetamin (efek samping Æ meningkatkan metabolisme purin)
x Gejala khas Æ GLWHPXNDQIRNXVDWDXSRUWG‫ڕ‬HQWU\VHSHUWLVLQXVLWLVRWLWLV
media, pneumonia, endokarditis infektif, trauma kapitis, selulitis)
x CT Scan kepala dengan kontras Æ lesi atau massa hipodens yang
dikelilingi struktur hiperdens seperti cincin (ring enhancement)
x Terapi empirik :
Sefalosporin generasi III intravena (Ceftriaxone 2x2 gr/12 jam IV atau
Cefotaxime 3x2 gr/8 jam IV) + Metronidazole 3x500 mg/8 jam IV

x Ditularkan melalui gigitan hewan yang terinfeksi (anjing, monyet,


kelelawar, kucing, serigala yang liar)
x Inkubasi virus Æ 2 minggu ‫ ڏ‬2 tahun (umumnya 3-8 minggu)
x Mortalitas Æ mencapai 100% apabila telah menginfeksi SSP Æ
pencegahan penting
x Fase rabies :
1. Prodromal
- Demam
- Nyeri kepala
- Sakit tenggorokan
- Mialgia
2. Sensoris
- Disekitar luka akan muncul seperti baal dan kesemutan
- Hiperalgesia (memberi rangsang nyeri ringan seperti ditusuk)
dan/atau alodinia (stimulus rabaan Æ tetapi dirasakan nyeri)
3. Eksitasi
- Hiperhidrosis Æ keluar keringat terus
- Hipersalivasi Æ keluar air liur terus
- Hiperlakrimasi Æ keluar air mata terus
- Halusinasi
- Hidrofobia Æ takut air karena alodinia
- Penurunan kesadaran
4. Paralitik
- Kelumpuhan seluruh otot tubuh
- Kelumpuhan otot jantung Æ meninggal

1. Cuci luka Æ cuci dibawah air mengalir + air sabun / detergen (10-15
menit), dilakukan debridement dan desinfektan alkohol 70% (semua
jenis vulnus morsum)
2. Pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR) :
x Ketika digigit anjing, kucing, monyet, kelelawar, serigala yang liar
bukan peliharaan
x Pemberian dalam waktu 10 hari infeksi Æ post-exposure
prophylaxis
x Pemberian 3x yaitu hari 0, 7 dan 21 sebanyak 0,5 ml secara IM
pada otot deltoid atau otot anterolateral paha
3. Pemberian Serum Anti Rabies (SAR) :
x Diberikan pada luka risiko tinggi :
- Vulnus morsum multiple
- Vulnus morsum diatas bahu
- Vulnus morsum pada ujung-ujung jari tangan atau kaki dan
pada genitalia
- Jilatan pada mukosa (seperti mata atau mulut)
- Luka yang lebar (> 1 cm) dan dalam (sampai dasar otot)
x Jenis serum :
- Serum homolog (dari manusia) Æ 20 IU/kgBB
- Serum heterolog (dari kuda) Æ 40 IU/kgBB
x Pemberian SAR Æ ½ - ¾ dosis diberikan infiltrasi pada daerah
luka sedangkan ¼ - ½ dosis sisanya diberikan IM
4. Luka risiko tinggi :
x Segera diberi VAR + SAR
x Hewan mati Æ lanjutkan VAR
x Hewan hidup Æ stop VAR
5. Luka risiko rendah :
x Hewan penggigit lari / tidak bisa ditangkap / mati Æ berikan VAR
x Hewan penggigit dapat ditangkap Æ tidak diberi VAR + tunggu
hasil observasi
x Etiologi Æ Clostridium tetani (gram positif dan anaerob) Æ dihasilkan
oleh tetanospasmin (toksin yang bertanggung jawab terhadap
manifestasi klinis tetanus)
x Masa inkubasi Æ 8-12 hari, tetanus sefalik Æ 2 hari
x Manifestasi klinis :
- Trismus Æ tegang dan kaku pada otot rahang
- Opistotonus Æ posisi tubuh mengalami kaku dan melengkung ke
belakang
- Risus sardonikus Æ spasme otot wajah (otot bibir retraksi, mata
tertutup sebagian dan elevasi alis) Æ tampak menyeringai
- Chvostek sign (+) Æ mengetuk pipi pasien sebelah kiri dan kanan
dengan palu refleks sambil membuka mulut sedikit. Interpretasi Æ
(+) jika kedutan satu sisi atau beberapa otot wajah sesisi
- Trousseau sign (+) Æ salah satu lengan atas diikat selama 4 menit.
Interpretasi Æ (+) jika jari atau tangan memperlihatkan sikap khas
\DLWXPDLQG‫ڕ‬DFFRXFKHXUDWDXPDLQG‫ڕ‬REVWHWULTXH VHSHUWLMDULGRNWHU
kandungan ingin melakukan pemeriksaan dalam)

Rahang kaku, spasme fokal, disfagia dan kekakuan otot


belakang
Spasme, tanpa mempertimbangkan frekuensi maupun derajat
keparahan
Masa inkubasi < 7 hari

Waktu awitan < 48 jam


Peningkatan suhu rektal > 400C atau aksila > 37,60C

Terdapat 1 kriteria (kriteria 1 atau kriteria 2)


Terdapat 2 kriteria (kriteria 1 + kriteria 2), inkubasi > 7 hari
dan awitan > 48 jam
Terdapat 3 kriteria, inkubasi < 7 hari atau awitan < 48 jam
Terdapat 4 kriteria
Terdapat 5 kriteria Æ puerperium dan tetanus neonatorum
1. Imunoglobulin tetanus manusia (HTIG)
x Pencegahan Æ dewasa (250 IU secara IM), anak-anak (125 IU
secara IM)
x Terapi Æ dosis 3000 ‫ ڏ‬6000 IU secara IM 1x/hari (3-5 hari
berturut-turut)
x Jika HTIG tidak ada, gunakan serum antitetanus (ATS)
2. Serum antitetanus (ATS)
x Kerjakan skin test terlebih dahulu
x Pencegahan Æ dewasa(1500 IU secara IM), anak-anak (750 IU
secara IM)
x Terapi Æ 40.000 IU (20.000 IU dimasukkan kedalam 200 ml
cairan NaCl 0,9% lalu diberikan IV dalam 30-45 menit, lalu
setengah dosis sisanya diberikan IM) Æ 3-5 hari berturut-turut
3. Tetanus Toksoid (TT)
x Luka ringan dan bersih Æ jika belum lengkap (mulai melengkapi
imunisasi aktif TT 0,5 ml hingga lengkap), jika sudah imunisasi
lengkap (< 5 tahun Æ tidak usah diberikan apa-apa, > 5 tahun Æ
TT 0,5 ml)
x Luka berat, bersih dan cenderung tetanus Æ jika belum lengkap
(ATS 1500 IU + TT 0,5 ml), jika sudah imunisasi lengkap (1-10
tahun Æ TT 0,5 ml, >10 tahun ditambah ATS 1500 IU)
x Cenderung tetanus, debridement terlambat atau tidak bersih Æ
jika belum lengkap (ATS 1500 IU + TT 0,5 ml + antibiotik), jika
sudah imunisasi lengkap (1-5 tahun Æ TT 0,5 ml, 5-10 tahun Æ
ditambah antibiotik, > 10 tahun ditambah ATS 1500 IU)
4. Antibiotik
x Metronidazole (dosis awal Æ 15 mg/kgBB IV, dosis max 4 gr/hari)
dilanjutkan dosis rumatan Æ 7,5 mg/kgBB/hari IV drips (tiap 6-8
jam selama 7-10 hari)
x Peniciliine G 1,2 juta tiap 8 jam IV (selama 10-14 hari)
5. Antikonvulsan
x Diazepam Æ 10-40 mg IV tiap 1-8 jam (hati-hati asidosis
metabolik)
x Neuro-AIDS Æ gangguan neurologis yang ditemukan pada pasien HIV
x Etiologi Æ virus HIV-1 dan HIV-2
x Patogenesis :
- Limfosit T / sel T dan imunitas diperantai sel
- Replikasi dan budding HIV
- Penurunan populasi dan disfungsi sel T CD4+ dalam infeksi HIV-
AIDS
- Mikroorganisme penyebab infeksi oportunistik
x Gambaran klinis :
- Demam
- Ruam makulopapular
- Sariawan
- Limfadenopati
- Atralgia
- Nyeri tenggorokan
- Penurunan berat badan
- Mialgia
- Khas Æ defisit neurologis (paling sering neuropati sensorik) +
sel T CD4+ < 200/mm 3
x Tatalaksana Æ ARV

Tatalaksana komplikasi
oportunistik intrakranial
pada neuro-AIDS Æ
dengan imaging

Tatalaksana komplikasi
oportunistik intrakranial
pada neuro-AIDS Æ
tanpa imaging
Tidak ada penyebab organik : Ada penyebab organik :
x Migraine x Ekstrakranial Æ sakit gigi,
x Tension type headache (TTH) sinusitis, common cold, dan
x Cluster type headache lain sebagainya
x Intrakranial Æ infeksi SSP,
stroke, tumor otak

x Nyeri kepala primer dengan kualitas vaskular (berdenyut), diawali


unilateral (tidak selalu unilateral) yang diikuti oleh mual, fotofobia,
fonofobia gangguan tidur dan depresi
x Diagnosis migraine : (54321)
- Pasien sudah merasakan nyeri yang sama minimal 5 kali
- Durasi sakit kepala berlangsung 4 jam ‫ ڏ‬3 hari
- Ditemukan 2 dari 4 gejala Æ unilateral, berdenyut, diperparah
aktivitas dan intensitas sedang hingga berat
- Ditemukan 1 dari 2 gejala Æ fotofobia/fonofobia (lebih nyaman dalam
keadaan gelap/sunyi) dan mual/muntah
x Jenis migraine :
- Dengan aura Æ classic migraine
- Tanpa aura Æ common migraine
x Migraine klasik terdiri atas 4 fase :
- Prodromal Æ 1 hari sebelum terjadi gejala adanya gangguan
suasana perasaan (mood)
- Aura Æ 1 jam sebelum terjadi nyeri kepala muncul aura :
1. Aura visual Æ melihat kilatan-kilatan cahaya (scintillating
scotoma)
2. Aura sensorik Æ adanya baal/kesemutan ditangan atau dikaki
3. Aura otonom Æ nyeri epigsatrium yang berat, keringat
berlebih, tremor, gangguan bicara (disfasia) dan lain
sebagainya
- Nyeri kepala Æ berdasarkan diagnosis migraine (54321)
- Postdromal Æ 1 hari setelah gejala, pasien ada letih, lesu, lemah,
konsentrasi menurun
x Faktor risiko :
- Menstruasi hari pertama/sebelumnya atau perubahan hormonal
- Puasa dan terlambat makan
- Pencetus makanan Æ alkohol, coklat, susu, keju (kandungan
teobromin)
x Unilateral x Gambaran nyeri kepala
x Berdenyut menyerupai tanpa aura
x Intensitas sedang-berat x Timbul sesudah gejala aura (5-
x Bertambah berat oleh aktivitas 20 menit)
fisik x Aura :
x Mual/muntah - Aura visual
x Fotofobia dan fonofobia - Aura sensorik
- Aura otonom

Pasien lagi mengalami migraine Pencegahan perkembangan penyakit


Nonspesifik Æ analgesik (NSAID) Diberikan jika serangan 2-3 kali/bulan
Spesifik (kemampuan vasokonstriksi): atau terdapat serangan berat (kronik
x Sumatriptan 2x50-100 migraine Æ > 3 kali/bulan atau > 8
mg/hari hari) :
x Ergotamin 1 mg, ulangi tiap ½ x Beta blocker Æ propanolol
jam, max 3 mg/hari, 6 2x40 mg/hari (simpatolitik)
mg/minggu x CCB Æ verapamil, flunarizine
x SSRI Æ fluoxetine
x Antidepresan Æ amitriptilin
x Asam valproat (migraine
aura)

Edukasi :
x Hindari teobromin
x Hindari alkohol
x Tidur teratur
x Kontrol 1 minggu
Diagnosis TTH :
x Pasien sudah merasakan nyeri yang sama minimal 10 kali
x Durasi sakit kepala berlangsung 30 menit ‫ ڏ‬7 hari
x Ditemukan 2 dari 4 gejala Æ bilateral, rasa terikat / tegang di leher, tidak
diperparah aktivitas dan intensitas ringan hingga sedang
x Ditemukan 1 dari 2 gejala Æ tidak ada fotofobia/fonofobia dan tidak ada
mual/muntah

Frekuensi Serangan TTH :


x Episodik infrekuen Æ mengalami TTH < 1x/bulan (misalnya 3 bulan
sekali)
x Episodik frekuen Æ mengalami TTH > 1 x/bulan (misalnya 3 kali dalam
1 bulan)
x Kronik Æ nyeri kepala timbul > 15 x/bulan (misalnya 17 kali dalam 1
bulan)
Drug of choice : Drug of choice :
x Ibuprofen 800 mg/hari Æ 2 x x Antidepressan Æ Amitriptilin
400 mg 3 x 25 mg
x Paracetamol 1000 mg/hari Æ x Antiasietas Æ Alprazolam
2 x 500 mg atau Diazepam (kalau ada
cemas)

Diagnosis Cluster Type Headache :


x Nyeri hebat yang pasti unilateral yang melibatkan daerah supraorbital
atau temporal
x Durasi sakit berlangsung 10 menit ‫ ڏ‬3 jam
x Intensitas nyeri sangat berat, tiap hari bisa beberapa kali nyeri
x Ditemukan 1 dari 5 gejala berikut :
- Injeksi konjungtiva / lakrimasi ipsilateral
- Kongesti nasal ipsilateral dan rhinorea
- Edema orbita ipsilateral
- Keringat pada daerah frontal pada ipsilateral
- Miosis atau ptosis pada ipsilateral
x Oksigen 12 L/menit Æ gejala x CCB non dihidropiridin Æ
menghilang dalam 15 menit Diltiazem atau Verapamil
x Bisa ditambahkan obat :
- Ergotamine
- Sumatriptan
- Ocreotide
- Vasopressin

x Episodik cluster type headache :


- Lama menderita nyeri Æ < 365 hari (< 1 tahun)
- Remisi (periode normal) Æ > 1 bulan
x Kronik cluster type headache :
- Lama menderita nyeri Æ > 365 hari (> 1 tahun)
- Remisi (periode normal) Æ < 1 bulan

x Neuralgia trigeminal (tic douloureux) merupakan tipe nyeri neuropatik


yaitu :
- Nyerinya paroksismal (tiba-tiba)
- Karakteristik nyeri bersifat tajam, seperti ditusuk atau terbakar pada
n. V
- Nyeri hilang timbul
x Untuk nyeri nosiseptif Æ konstan, kontinu dan nyeri bersifat tumpul
x Khas Æ diperparah dengan gerakan-gerakan wajah (berbicara,
mengunyah, kondisi dingin, menguap, tersentuh, terpapar angin)
x Etiologi :
- Kompresi dari n. V / trigeminal Æ a. Cerebellaris superior
- Demielinisasi pada nervus trigeminal
x Tatalaksana :
- Pemeriksaan lanjutan dengan CT Scan untuk eksklusi cerebello-
pontine angle (biasanya tumor Æ Schwanoma / Neurofibramatosis 2)
- Carbamazepine 100-200 mg 2-3 x/hari
- Anti kejang lainnya (fenitoin, oxcarbazepine dan lamotrigine)
- Block saraf
- Trigeminal ganglion block
- Operasi Æ dekompresi mikrovaskular
- Dibakar Æ radiofrekuensi thermokoagulasi (agar nyeri tidak refrakter)
x Migraine Æ topis x Trauma x Trigeminal
vaskular x Gangguan neuralgia
x TTH Æ topis Cranial-cervical - Classic
muskular vaskular - Sekunder
x Trigeminal x Gangguan non- - Idiopatik
autonomic vaskular x Painful
cephalgia (cluster x Zat lain trigeminal
headache) Æ topis x Infeksi neuralgia
n. trigeminal ordo 2 x Gangguan
(interneuron) homeostasis
x Gangguan
struktur
x Gangguan
psikiatri

x Ada entitas yang tidak bisa masuk ke nyeri


kepala yang diatas Æ perlu penelitian yang
lebih lanjut
x Contoh :
Æ - Menstrual migraine
- Vestibular migraine
- Migraine aura status (auranya terus
menerus)
x %HOO‫ڕ‬VSDOV\Æ paresis n. VII akut
x Etiologi Æ idiopatik (hipotesa Æ polineuritis akibat virus HSV-1/HZV),
autoimun, inflamasi atau iskemik
x Manifestasi klinis :
- Paresis n. VII perifer Æ gejala terjadi di bagian atas dan bawah wajah
- Kelumpuhan muskulus fasialis
- Lagoftalmus
- Nyeri tajam pada telinga dan mastoid Æ n. auricularis posterior
- Hiperakusis Æ n. stapedius Æ stethoscope loud test (pasien
memakai stetoskop lalu ketuk diafragma, tanyakan telinga mana
yang lebih keras, sisi sakit akan memberikan rasa yang lebih keras)
- Gangguan pengecapan Æ paresis n. VII (2/3 anterior lidah Æ rasa)
- Peningkatan produksi saliva Æ n. sublingual
- Penurunan produksi air mata Æ n. vidianus
x Prognosis :
- Baik Æ 80-90% perbaikan dalam 6 bulan
- Jelek Æ usia tua, DM, hipertensi, House and Breckmann grade VI
Kata kunci :
x Grade 1 Æ normal semua
x Grade 2 Æ kelumpuhan wajah minimal, adanya sinkinesis (gerakan
involunter wajah karena gerakan volunter wajah lainnya) contoh Æ saat
menguap, mata akan ikut menutup
x Grade 3 Æ memejamkan mata secara maksimal (menutup sempurna
dengan kerja ekstra)
x Grade 4 Æ memejamkan mata secara maksimal (tidak menutup
sempurna walaupun sudah dengan kerja ekstra)
x Grade 5 Æ dalam keadaan istirahat wajahnya asimetris
x Grade 6 Æ total paralisis (tidak ada pergerakan sama sekali)

Diberikan < 72 jam pertama onset :


1. Prednison 60 mg/hari atau 1 mg/kgBB (6 hari pertama) Æ tappering-
off 10 mg/hari (4 hari selanjutnya)
Jadi Æ 1 tablet Prednison Æ 5 mg Æ butuh 12 tablet
Hari ke 1 sampai 7 Æ 3 x 4 tablet
Hari ke 8 Æ 3 x 3 tablet
Hari ke 9 Æ 3 x 2 tablet
Hari ke 10 Æ 3 x 1 tablet
2. Acyclovir
- HSV (herpes simplex) Æ 5 x 400 mg/hari (10 hari)
- HZV (herpes zoster) Æ 5 x 800 mg/hari (10 hari)
3. Artificial tears (pagi sampai siang), occluder / penutup mata (malam
hari)
Saat istirahat 20
Mengerutkan dahi 10
Menutup mata 30
Tersenyum 30
Bersiul 10

Penilaian presentase :
x 0% (zero) Æ asimetris komplit, tidak ada gerakan volunter
x 30% (poor) Æ asimetris sedang, kesembuhan cenderung ke asimetris,
ada gerakan volunter
x 70% (fair) Æ asimetris ringan, kesembuhan cenderung normal
x 100% (normal) Æ simetris komplit
Skor normal Æ 80-90% setelah pengobatan

¶ Æ
1. Sinkinesis otonom (crocodile tears) Æ ketika mengunyah atau
tersenyum, akan mengeluarkan air mata ipsilateral
2. Sinkinesis motorik (jaw-winking) Æ ketika membuka rahang, akan
menutupnya kelopak mata ipsilateral
3. Post paralytic hemifacial spasm Æ seluruh sebelah wajahnya
kontraksi penuh (harus di operasi)
4. Epifora Æ air mata keluar terus
Komplikasi okular :
x Dini Æ lagoftalmus, keratitis exposure dan konjungtivitis sikka
x Lanjut Æ sinkinesis otonom dan epifora

Edukasi :
x Fisioterapi
x Masase wajah
x Rutin menggunakan artificial tears
(pagi hingga siang)
x Menggunakan penutup mata saat
tidur di malam hari
x Tanda peningkatan intrakranial Æ nyeri kepala, muntah proyektil,
papiledema
x Tanda klasik nyeri kepala akibat tumor Æ kronik progresif (> 1 bulan),
memburuk pada pagi hari dan manuver Valsava
x Nyeri kepala kronis yang tidak membaik dengan analgesik sederhana
x Tanda lokal SOL :
1. Lobus oksipital Æ defek lapangan pandang
2. Lobus frontal Æ anosmia, gangguan perilaku, hemiparesis (kaki
lebih berat)
3. Lobus parietal Æ gangguan fungsi luhur (astereognosis/agnosia,
apraksia, dan lain sebagainya)
4. Pituitari Æ hemianopsia bitemporal

x HNP Æ SOL yang terjadi di vertebra


x 95% HNP terjadi di L4-L5 dan L5-S1 dan dapat menekan radiks saraf
dibawahnya Æ HNP pada L5-S1 dapat menyebabkan radikulopati S1
x Daerah cervical Æ paling sering terkena discus intervertebralis (bantalan
diantara vertebra) pda C6-C7 akan menekan radiks saraf pada level
yang sama

Nukleus pulposus

Annulus fibrosus
1. Lhermitte sign (+)
Pemeriksaan Æ fleksi dari leher, (+) akan timbul nyeri menjalar seperti
listrik ke punggung
2. Spurling test (+)
Pemeriksaan Æ ekstensi kepala kemudian miringkan ke salah satu arah
kemudian didorong dari atas ke bawah, (+) apabila ada nyeri menjalar
sampai bahu

x Nyeri diperberat dengan batuk, bersin atau mengejan (manuver


Valsava)
x Gerakan punggung terbatas (bungkuk Æ antefleksi)
x Kelemahan motorik + penurunan refleks fisiologis patella (lesi L2-L4) dan
achilles (lesi L5-S1), berat Æ gangguan otonom (retensi urin)
x Tanda tegangan radiks :
- Straight leg raise / laseque test Æ angkat kakinya 700, timbul nyeri
di kaki yang diangkat (lesi L5-S1)
- Crossed straight leg raise Æ angkat kaki kanan, nyeri kaki kirinya
(lesi L5-S1)
- Femoral stretch test Æ pasien tengkurap kemudian kaki ditekuk ke
atas, lalu pemeriksa mengangkat paha ke atas, (+) timbul nyeri di
paha depan (lesi L2-L4)
x Modifikasi test HNP lumbal :
- Braggard test Æ dorsofleksi pada kaki, (+) timbul nyeri yang
menjalar ke kaki
- Siccard test Æ dorsofleksi ibu jari kaki, (+) timbul nyeri yang
menjalar ke kaki
Cervical
Nyeri diperberat dengan batuk, bersin atau
Manuver Valsava
mengedan
Ketika leher diangkat ke atas dan ke depan, nyeri
Tes Distraksi Leher
leher akan mereda
fleksi dari leher maka akan timbul nyeri menjalar
Lhermitte
seperti listrik ke punggung
ekstensi kepala kemudian miringkan ke salah satu
Spurling arah kemudian didorong dari atas ke bawah maka
akan ada nyeri menjalar sampai bahu
Shoulder abduction Ketika abduksi bahu, nyeri pada segmen servikal
relief sign akan mereda
Lumbal
Nyeri pada ekstremitas bawah <700 saat mengangkat
SLR / Laseque
kaki
Dorsofleksi kaki Æ nyeri menjalar pada ekstremitas
Bragard-Siccard
bawah
Adduksi kaki, paha di endorotasi ke kaki sebelah, lalu
Bonnet phenomenon diangkat keatas Æ nyeri menjalar pada ekstremitas
bawah (lebih sakit dari laseque)
Melakukan laseque test + fleksi leher Æ nyeri
+\QGPDQQ¶VVLJQ menjalar pada ekstremitas bawah (lebih sakit dari
laseque)
Nyeri pada ekstremitas bawah <1350 saat
Kernig
mengangkat kaki
Kontralateral SLR Æ angkat kaki kanan, nyeri kaki
Fajersztajn sign
kirinya

x Foto polos lumbosakral Æ eksklusi DD seperti :


- Spondilosis Æ degenerasi os vertebra sehingga timbul osteofit
(timbul tulang) dia menekan reseptor nyeri (ligamentum flavum)
- Spondilolisis Æ fraktur vertebrae (antara vertebra atas dan vertebra
bawah ada sambungan / facet joint yang patah)
- Spondilolistesis Æ spondilolisis yang menyebabkan vertebra atas
dislokasi ke arah anterior
x CT Scan Æ menilai struktur tulang lebih jauh, tetapi tidak bisa evaluasi
radiks saraf
x MRI Æ gold standard (dapat memvisualisasi soft tissue lebih baik)
x Elektrodiagnosis -> nerve conduction study (NCS) dan elektromiografi
(EMG)
Dilakukan selama 3 bulan yaitu : x Jika belum membaik selama 3
x Analgesik golongan NSAID bulan
(natrium diklofenak, ibuprofen, x Defisit neurologis yang
dan lain-lain) progresif (makin lama makin
x Modifikasi aktivitas (kurangi memburuk)
duduk terlalu lama, x EMG Æ terdapat kompresi
membungkuk dan mengangkat radiks
barang) x Operasi :
x Fisioterapi - Anterior (HNP cervical) Æ
x Collar neck (HNP cervical) atau discectomy anterior cervical
korset lumbal (HNP lumbal) - Posterior (HNP lumbal) Æ
x Injeksi kortikosteroid epidural laminektomi
pada kasus nyeri radikular
hebat di lumbal

x Usia >50 atau <20 tahun


x Demam >380C
x Riwayat kanker
x Penurunan BB tanpa sebab yang jelas
x Terapi imunosupresan
x ISK
x Penggunaan narkoba suntik
x Nyeri punggung tidak membaik dengan
istirahat
x Nyeri yang sangat hebat
x Riwayat trauma yang bermakna
x Penggunaan steroid jangka panjang
x Usia >70 tahun
x Retensi urin akut / overflow incontinence
x Inkontinensia alvi / atonia sfingter ani
x Saddle anestesia
x Paraparesis progresif atau paraplegia
Level vertebra Gejala sakral Gejala lumbal + sakral

Motorik Simetris (3333/3333) Asimetris (4444/3333)

Saddle anesthesia (baal di


Perianal anesthesia (baal di
Sensorik daerah bokong + sekitar
daerah bokong)
paha)
Langsung dapat diawal
Otonom Dapat agak lama (late)
(early)
x CTS Æ Kelainan neuropati perifer lokal yang sering terjadi akibat
tertekannya nervus medianus
x Gejala :
- Gangguan sensorik (baal/parestesia) pada jari 1, 2, 3 dan setengah
jari 4
- Memburuk pada malam hari, membaik ketika tangan dikibas-
kibaskan (flick sign)
- Gangguan motorik Æ ape like hand deformity / hand of
EHQHGLFWLRQSULHVWKDQGSRSH¶VEOHVVLQJKDQG
- Gangguan motorik Æ atrofi daerah thenar (m. abductor pollicis
brevis, m. flexor pollicis brevis dan m. opponens pollicis)
x Etiologi Æ gerakan repetitif (mencuci, mengetik, menjahit, dan lain
sebagainya), obesitas, DM dan kehamilan
x Parasat CTS :
- 3KDOHQ¶VWHVW Æ kedua pergelangan didekatkan lalu ditekuk dengan
jari menghadap ke bawah Æ (+) merasakan baal dan nyeri pada jari
1, 2, 3 dan setengah jari ke 4
- 5HYHUVHSKDOHQ¶VWHVW Æ kedua telapak tangan didekatkan dengan
jari menghadap ke atas (seperti lagi posisi salam) Æ (+) merasakan
baal dan nyeri pada jari 1, 2, 3 dan setengah jari ke 4
- 7LQQHO¶V WHVW Æ ketuk-ketuk daerah fleksor retinaculum (daerah
pergelangan tangan) Æ (+) merasakan baal dan nyeri pada jari 1, 2,
3 dan setengah jari ke 4
- Durkan compression test Æ tekan selama 30 detik pada daerah
fleksor retinaculum (daerah pergelangan tangan) Æ (+) merasakan
baal dan nyeri pada jari 1, 2, 3 dan setengah jari ke 4
x Gold standard Æ nerve conduction velocity dan EMG Æ adanyaa
penurunan konduksi saraf medianus
x Tatalaksana :
- Konservatif Æ istirahatkan pergelangan tangan, NSAID,
pemasangan bidai (wrist support) pada posisi netral pada tangan (2-
3 minggu), injeksi steroid dan vitamin B6 (piridoksin)
- Operatif Æ tidak ada perbaikan pada terapi konservatif selama 3
bulan / gangguan sensorik berat / atrofi otot-otot thenar Æ neurolisis
nervus medianus
x GTS Æ kompresi dari nervus ulnaris saat melewati guyon tunnel yang
biasanya terhimpit oleh os hamatum
x Gejala :
- Nyeri dan kesemutan pada setengah jari 4 dan jari 5
- Atrofi otot hipotenar
- Atrofi otot adductor pollicis Æ adduksi ibu jari tangan
- Atrofi otot interosseus Æ abduksi-adduksi jari-jari tangan
- Gambaran claw hand

x Cubital tunnel syndrome Æ kompresi nervus ulnaris di dalam cubital


tunnel (proximal)
x Gejala Æ sama seperti GTS + atrofi otot-otot fleksor antebrachi
x Parasat pada kompresi nervus ulnaris :
- )URPHQW¶V WHVW Æ ketika diletakkan kertas kemudian ibu jari
menahan kertas tersebut lalu ditarik Æ (+) tidak ada tahanan pada
ibu jari sehingga terjadi fleksi pada ibu jari tangan
- -HDQQH¶VWHVW Æ ibu jari menyentuh telunjuk Æ (+) hiperekstensi dari
ibu jari tangan

Saturday
night palsy
x TTS Æ nyeri sensoris pada bagian plantar kaki akibat kompresi nervus
tibialis pada posterior malleolus medialis
x Kondisi diperberat dengan orang gemuk dan sering berdiri
x Saraf pada kaki :
- N. peroneus Æ dorsofleksi kaki (letak sarafnya di anterior)
- N. tibialis Æ plantarfleksi kaki (letak sarafnya di posterior)
x Gejala Æ tidak bisa plantarfleksi (tidak bisa jinjit), kalau gangguan pada
n. peroneus Æ fraktus os fibula Æ tidak bisa dorsofleksi (drop foot)
x Parasat :
- Tinnel test Æ mengetuk pada ligamen fleksor retinakulum kaki
- Dorsofleksi-eversi test Æ melakukan dorsofleksi dan eversi
(telapak kaki menghadap ke luar)

¶ ¶
Cedera pada C5-C6 (trunkus
Cedera pada C8-T1 (trunkus inferior)
superior)
Terjadi karena : Terjadi karena :
x Bayi dilahirkan akibat tarikan x Bayi dilahrikan akibat tarikan
leher lengan
x Terjatuh dari ketinggian x Pasien mau jatuh kemudian
dengan posisi terkilir bertahan dengan 1 tangan
Gejala :
Gejala :
x Endorotasi bahu
x Eksorotasi bahu
x Ekstensi siku
x Fleksi siku
x Pronasi (bagian dorsal tangan
x Supinasi (bagian fleksor tangan
yang dominan)
yang dominan)
x :DLWHU‫ڕ‬VWLS phenomenon
Refleks : Refleks :
x Biceps (C5,C6) Æ refleks x Biceps (C5,C6) Æ normal
menurun x Genggam (C8,T1) Æ refleks
x Genggam (C8,T1) Æ normal menurun
x Horner syndrome Æ lesi pada ganglion cervicalis superior
(mempersarafi saraf otonom)
x Etiologi Æ pancoast tumor Æ tumor apex paru
x Gejala (trias) :
- Ptosis
- Anhidrosis Unilateral
- Miosis
x Vertigo Æ subtipe dizziness yang secara definitif merupakan ilusi
gerakan dan perasaan atau sensasi tubuh yang berputar terhadap
lingkungan atau sebaliknya
x Etiologi :
- Abnormalitas organ vestibuler, visual ataupun sistem proprioseptif
- Neoplasma
- Infeksi
- Tumor pada cerebello-pontine
- Iskemia atau infark
- Proses demielinisasi

Vertigo /
Dizziness

Vertigo Non Vertigo Disekuilibrium Presinkop


vestibular Vestibular

Vertigo Vestibular Vertigo Vestibular


Sentral Perifer

Rasa berputar, kontinu,


Vertigo non vestibular
tidak ada mual/muntah, Sistem somatosensoris /
(non-specific
tidak ada gangguan proprioseptif dan visual
lightheadedness)
pendengaran
Rasa berputar, episodik,
Vertigo vestibular mual/muntah, bisa ada Sistem vestibular
gangguan pendengaran
Rasa goyah dan tidak
Disekuilibrium Sistem somatosensoris /
stabil, rasa hendak jatuh
(imbalance / proprioseptif dan
dan membaik saat
unsteadiness) serebelum
duduk/berbaring
Perasaan hendak
Presinkop Sistem kardiovaskular
pingsan
Gradual (kecuali pada
Onset Mendadak (akut)
stroke)
Dipicu oleh gerakan kepala Tidak Ya
Gangguan pendengaran Tidak Ya
Gejala otonom Tidak Ya
Romberg tes (mata terbuka) Abnormal Normal
Romberg tes (mata tertutup Jatuh satu sisi Jatuh segala arah
Nystagmus Sentral Perifer

x Pemeriksaan pendengaran (Rinne, Weber dan


Auditori
Swabach)
x Head impulse test
x Nistagmus spontan
Vestibulo-Ocular
x Skew deviation
Reflex (VOR)
x Head shaking nystagmus
x Nistagmus positional
x Past pointing
Vestibulo-Spinal x Fukuda stepping test
Reflex (VSR) x Romberg test
x Romberg dipertajam test
x Past pointing
x Finger to nose
x Finger to finger
x Disdiadokokinesis (pronasi-supinasi tangan)
x Romberg test
Serebelum Berdiri tegak dengan kedua kaki berdekatan
selama 30 detik Æ (+) mata terbuka jatuh
x Romberg dipertajam test
Hampir sama dengan romberg tetapi satu kaki
berada di depan kaki yang lain Æ (+) mata terbuka
jatuh
x Romberg test
Berdiri tegak dengan kedua kaki berdekatan
selama 30 detik Æ (+) mata terbuka tidak jatuh,
tetapi saat mata tertutup jatuh
Proprioseptif
x Romberg dipertajam test
Hampir sama dengan romberg tetapi satu kaki
berada di depan kaki yang lain Æ (+) mata terbuka
tidak jatuh, tetapi saat mata tertutup jatuh
Manuver dix hallpike Æ pasien diturunkan dengan cepat ke posisi terlentang
(berbaring horizontal dengan wajah dan dada menghadap ke atas) dengan
leher diperpanjang 300 di bawah horizontal oleh pemeriksa Æ mengetahui
lokasi canalithiasis di semisircularis kanan atau kiri
Interpretasi Æ (+) jika timbul vertigo dan nistagmus (gerakan mata yang
involunter)

Latensi 1-15 detik Tidak ada atau <5 detik


Vertigo Tipikal
Durasi serangan 5-40 detik 5 detik - >1 menit
Arah tidak sesuai
Arah nistagmus Ke sisi lesi (ipsilateral lesi)
(kontralateral lesi)
Fatigue Ya Tidak
Mual dan muntah Jarang Sering

x Terapi Æ supressant vestibular Æ benzodiazepine (diazepam) +


antihistamin (difenhidramin)
x Benzodiazepine Æ mengurangi sensasi berputar
x Antihistamin Æ efek supresif pada pusat muntah sehingga mengurangi
motion sickness Æ Difenhidramin HCl 25-50 mg, 4x sehari oral
x Efek samping dua obat diminum Æ kompensasi sentral pada kondisi
vestibular perifer Æ penggunaan harus diminimalkan
x Terapi :
- Brand-Daroff Æ home remedy
- Epley Manuver Æ reposisi canalithiasis
- Semont Manuver Æ reposisi canalithiasis
Periode laten (2-20
Tidak Ada
detik)
Durasi >2 menit <2 menit
Tanda vertigo Bisa ada atau tidak Ada
Kelelahan (fatigue) Tidak Ada
Arah Vertikal Horizontal


x Trias Meniere :
- Vertigo
- Tinnitus
- Tuli sensorineural
x Etiologi Æ hydrops endolimfe
x Terapi :
- Obat anti vertigo
- Diuretik Æ hidrochlorothiazide 50 mg + kalium
- Kortikosteroid Æ Prednison 80 mg selama 7 hari, tappering off
- Diet tinggi protein dan diet rendah garam
x Pingsan (-)
Minimal 15 x Amnesia pasca trauma (-) Normal
x Defisit neurologis (-)
x Pingsan <10 menit
x Amnesia pasca trauma <24
Ringan 13-15 Normal
jam
x Defisit neurologis (-)
x Pingsan 10 menit ‫ ڏ‬6 jam
x Amnesia pasca trauma 6 jam
Sedang 9-12 Abnormal
‫ ڏ‬7 hari
x Defisit neurologis (-/+)
x Pingsan >6 jam
Berat 3-8 x Amnesia pasca trauma 7 hari Abnormal
x Defisit neurologis (+)

Perdarahan diantara tabula interna


Perdarahan diantara duramater dan
dan duramater Æ robeknya a.
araknoid
meningen media
Lesi hiperdens dan membentuk
Lesi hiperdens dan membentuk
gambaran bulan sabit / crescent
gambaran bikonveks (cembung)
shape / bikonkaf (cekung)
Terapi konservatif jika : Terapi konservatif jika :
x Ketebalan perdarahan <1 cm x Kesadaran stabil
dan volume <40 ml x Defisit neurologis (-)
x Tanpa pergeseran midline shift x CT Scan tidak memperlihatkan
x Sisterna ambiens normal massa yang besar
x Fungsi batang otak masih baik x Sisterna ambiens normal
Volume darah = panjang x lebar x jarak antar slice x jumlah perdarahan x 0,52

Anda mungkin juga menyukai