Råñdÿ Rïçhtër
Catatan Koas | Neurologi
x Inspeksi palatum
x Pemeriksaan refleks muntah
x Pemeriksaan kemampuan menelan
0 = negatif
1 = hipotonus
2 = normal
3 = meningkat tanpa klonus
4 = meningkat dengan klonus
Gerak + / menurun / -
Kekuatan 0 / 1 / 2 / 3 / 4- / 4+ / 5
Contoh Æ 5555/5555 (extremitas kanan dimulai dari
sendi distal ke proximal / extremitas kiri dimulai dari
sendi proximal ke distal) dilakukan pada extremitas atas
dan bawah
Tonus Normal / Menurun / Meningkat
Trofi Eutrofi / Atrofi / Disuse atrofi / sulit dinilai
Refleks fisiologis - /+/++/+++/++++
Refleks patologis (+) atau (-)
Klonus (+) atau (-)
Paralisis, tidak ada kontraksi otot sama
0 Tonus (-)
sekali
Terlihat atau teraba getaran kontraksi
1 Tonus (+)
otot tetapi tidak ada gerak sama sekali
Dapat menggerakkan anggota gerak
2 Geser tanpa gravitasi (hanya bisa ke kanan dan
ke kiri)
Dapat menggerakkan anggota gerak
Lawan
3 untuk melawan gravitasi, tetapi tidak bisa
Gravitasi (+)
melawan tahanan ringan
Dapat menggerakkan sendi aktif dan
Tahanan
4 melawan tahanan ringan, tetapi tidak bisa
ringan (+)
melawan tahanan berat
Tahanan
5 Kekuatan normal
berat (+)
x Pada kasus kelemahan ringan, paresis tidak selalu dapat terdeteksi
dengan pemeriksaan standar
x 'LODNXNDQ SHPHULNVDDQ SURQDWRU GULIW EDUUHڕV VLJQ Æ pasien awal
tangan dalam keadaan supinasi lalu tahan 30 detik, positif jika tangan
terputar ke medial
x Interpretasi :
- Positif dengan mata terbuka Æ defisit motorik
- Positif dengan mata tertutup Æ defisit sensorik (proprioseptif Æ
dorsal collum)
- Pasien tangan naik ke atas Æ kerusakan pada serebelum (cerebellar
drift)
Ensefalon Mesensefalon
Susunan Saraf
Pusat
Medulla Serebellum
Spinalis
Medulla
Oblongata
Sistem Saraf
Manusia 12 pasang
saraf tepi
kranial
Saraf Sadar
31 pasang
saraf tepi
spinal
Susunan Saraf
Pusat
Saraf
Simpatik
Saraf Otonom
Saraf
Parasimpatik
Catatan tambahan :
x Otak Æ telensefalon, diensefalon, mesensefalon, metensefalon dan
mielensefalon
x Telensefalon :
- Cerebral cortex Æ kedua hemisfer (korteks serebri Æ 4 lobus,
substansia alba Æ 3 komisura, ganglia basalis Æ nukleus caudatus,
putamen, globus palidus dan amigdala) dan inti n. I
- Rinensefalon Æ sistem limbik
- Gyrus precentralis Æ korteks motorik primer
- Gyrus postcentralis Æ korteks sensorik primer
x Diensefalon :
- Thalamus
- Hipothalamus
x Mesensefalon :
- Bagian dari batang otak di atas pons dan inti n. II dan III
- Tektum (kolikulus superior Æ refleks penglihatan) dan (kolikulus
inferior Æ refleks pendengaran)
- Pedunculus serebri Æ berkas serabut motorik desendens dari
serebrum, substansia nigra dan nukleus ruber
x Metensefalon :
- Pons Æ pengaturan pernapasan dan inti n. IV, V, VI dan VII
- Cerebellum Æ terdiri 3 pedunkulus (superior, media dan inferior),
pusat koordinasi atau keseimbangan
x Mielensefalon :
- Struktur dibawah mesensefalon
- Medulla oblongata Æ refleks jantung, vasokonstriktor, muntah,
pernapasan, menelan dan inti n. VIII, IX, X, XI dan XII
x Epilepsi Æ serangan kejang paroksimal berulang tanpa provokasi (baik
penyebab intrakranial dan ekstrakranial) dengan interval > 24 jam tanpa
penyebab yang jelas
x (SLOHSVLݫ.HMDQJ
x Kejang Umum Æ melibatkan kedua hemisfer :
1. Tonik Æ spasme otot (termasuk otot pernapasan)
2. Klonik Æ fleksi-ekstensi dari ekstremitas
3. Tonik-klonik Æ spasme otot baru klonik (grand mal seizure)
4. Absans Æ normal baru tiba-tiba bengong
- Tipikal absans (usia anak-anak, IQ normal, spike & wave 2,5
ڏ3 Hz)
- Atipikal absans (usia remaja, IQ menurun, spike & wave 2 ڏ
2,5 Hz)
5. Mioklonik Æ kedutan otot saja
6. Atonik Æ tiba-tiba mengalami hilangnya seluruh tonus otot dan
pasien akan terjatuh (astatik)
x Kejang Parsial / Fokal Æ melibatkan satu hemisfer saja :
1. Kejang parsial sederhana Æ kejang fokal tanpa disertai gangguan
kesadaran
2. Kejang parsial kompleks Æ kejang fokal disertai hilang atau
perubahan kesadaran
- Dengan gangguan kesadaran pada awal serangan
- Diawali parsial sederhana lalu diikuti dengan gangguan
kesadaran
3. Kejang parsial menjadi umum Æ diikuti dengan kejang fokal yang
diikuti kejang umum
- Parsial sederhana menjadi kejang tonik-klonik
- Parsial kompleks menjadi kejang tonik-klonik
x Catatan tambahan :
- Hanya kejang mioklonik yang tidak mengalami gangguan kesadaran
- Durasi kejang :
- Absans Æ < 30 detik
- Mioklonik Æ 1-5 detik
- Tonik-klonik Æ 1-3 menit
- Atonik Æ beberapa detik
- Hanya kejang absans yang memiliki gambaran EEG khas Æ Spike
and wave (gambaran paku-ombak) dan ada gejala khas yaitu
automatisme (gerakan involunter yang repetitif Æ contoh
mengunyah)
Gerakan automatisme
Durasi Æ <1 menit (biasanya 15-20
Durasi Æ sampai beberapa menit
detik)
Frekuensi Æ dalam 1 hari kejang bisa Frekuensi Æ dalam 1 minggu kejang
beberapa kali bisa beberapa kali
Setelah kejang pasien langsung sadar Setelah kejang pasien tampak
penuh bingung
x Kejang umum :
- 1st line Æ Fenitoin, Fenobarbital, Asam Valproat
- 2nd line Æ Lamotrigin
x Kejang parsial :
- 1st line Æ Carbamazepine
- 2nd line Æ Levetiracetam
x Absans :
- Tipikal absans Æ Ethosuximide
- Atipikal absans Æ Asam Valproat
Fenobarbital 4-6 mg/kg/hari dibagi 2 dosis
Fenitoin 5-7 mg/kg/hari dibagi 2 dosis
Asam Valproat 15-40 mg/kg/hari dibagi 2 dosis
Carbamazepine 10-30 mg/kg/hari dibagi 2-3 dosis
Emboli
Kriptogenik
Stroke Lainnya
Perdarahan
Subaraknoid
Stroke
Hemoragik
Perdarahan
Intraserebral
Aliran Us
plexus choroidens lateral or Intraventriker Foramen monroe 0 Ventrikel o melewatr
3
amaduttut
Foramen a Ventriker y a arehrilyin
Magendi media
funny
drabsorsi
filliarachnoid subarachnoid
foramen lucha
lateral
Ada gejala peningkatan TIK (nyeri
Tidak ada gejala peningkatan TIK kepala, muntah menyemprot dan
penurunan kesadaran)
x Thrombosis x Perdarahan Intraserebral (ICH)
- Kekuatan motorik ada - Terutama karena hipertensi
perubahan yang awalnya Æ mengakibatkan kematian
masih bagus lama mendadak karena herniasi
kelamaan menurun Æ otak
akibat agregasi platelet - CT Scan Æ perdarahan di
yang makin lama makin dalam parenkim otak
menutup x Perdarahan Subaraknoid
x Emboli - Pecahnya aneurisma berry
- Kekuatan motorik dari sirkulasi Willisi
permanen karena dari awal - CT Scan Æ perdarahan di
sudah tertutup semuanya sulcus-sulcus otak dan di
tengah otak (sisterna
basalis)
- Karena perdarahan di
sulcus Æ tanda rangsang
meningeal (+)
Lesi hiperdens
pada parenkim
otak (panah
merah)
Lesi hiperdens
pada sulcus
(panah kuning)
dan sisterna
basalis (panah
merah) Æ
gambaran bintang
/ stellata sign
Æ
x Paling ringan
x Terkena di gyrus cingulate
Subfalcine x Defisit motorik dan sensorik pada
ekstremitas bawah ipsilateral dengan lesi
x Inkontinensia urine
x Terkena pada bagian pons
x Menyerang n. II dan III
Central
x Deviasi mata kebawah dan dilatasi kedua
pupil
x Dilatasi pupil ipsilateral dari lesi
x Deviasi mata kebawah
Transtentorial (uncal)
x Hemiparesis kontralateral atau ipsilateral
(Kernohan notch phenomenon)
x Paling berat
x Terkena di medulla oblongata
Tonsillar
x Penurunan kesadaran
x Gangguan pernapasan Æ Cheyne-stokes
x Komplikasi SAH Æ Communicating Hydrocephalus
x Hidrosefalus :
1. Communicating (non obstruktif)
- Produksi cairan terganggu
- Penyerapan terganggu Æ Subarachnoid hemorrhage
(SAH) Æ akibat darah banyak
2. Non-communicating (obstruktif) Æ tumor pada otak
Alert 0
Tingkat kesadaran Stupor 1 (x2,5)
Coma / Semi coma 2
Tidak 0
Muntah (x2)
Ya 1
Tidak 0
Nyeri kepala (x2)
Ya 1
Tekanan darah diastolik (x0,1)
Penanda aterosklerosis (DM, Tidak 0
nyeri dada, atau klaudikasio (x3)
Ya 1
intermiten Æ nyeri pada kaki)
x Jika ada penurunan kesadaran, nyeri kepala, dan refleks babinski (+) Æ
pikirkan pertama stroke hemoragik
x Jika penurunan kesadaran (-), nyeri kepala (-) tetapi refleks babinski (+)
Æ pikirkan stroke iskemia
Stroke di korteks yang besar pada a. cerebri anterior
dan media
Semua gejala harus ada :
Total Anterior
x Gangguan fungsi luhur
Circulation Syndrome
x Hemianopia homonim
(TACS)
x Defisit motorik atau sensorik kontralateral
yang mengenai 2 dari 3 daerah (wajah,
lengan dan tungkai)
Afasia :
x Motorik Æ perkataannya apakah lancar (fluency) Æ lobus parietal
bagian anterior (Brocca)
x Sensorik Æ memahami pembicaraan (comprehensive) Æ lobus
parietal bagian posterior (Wernicke)
x Apakah pasien bisa mengulang pembicaraan (repetition) Æ serabut-
serabut antara Brocca dan Wernicke (Fasikulus Arkuatus)
Jika menyebutkan Afasia
nama objek tidak bisa, Yes anomik
jika bisa Æ normal
Yes
Afasia
No konduksi
Yes Afasia
Yes transkortikal
No sensorik
Afasia
No sensorik
(Wernicke)
Afasia
Yes transkortikal
motorik
Yes Afasia
No motorik
No (Brocca)
Afasia
Yes transkortikal
No campuran
Afasia
No global
x Lesi di traktus kortikospinalis
x Plegia Æ kekuatan otot 0
x Paresis Æ kekuatan otot 1-4
x Normal Æ kekuatan otot 5
Dermatom penting :
C5,C6 Æ biceps
C7,C8 Æ triceps
T4 Æ mammae
T10 Æ umbilikal
L1 Æ inguinal
L3,L4 Æ lutut
L5 Æ medial kaki
S1 Æ lateral kaki
S1-S5 Æ bokong dan
perianal
x Gejala utama berupa TRAP : x Gejala parkinsonism (TRAP)
- Tremor (resting tremor) dibuktikan dengan degenerasi
- Rigiditas (cogwheel rigidity) ganglia basalis substansia
- Akinesia / bradikinesia nigra pars kompakta dan hasil
(slow movement) PA ditemukan Lewy Body
- Postural inability
x Disebabkan oleh penyebab lain
seperti :
- Obat antipsikotik (misalnya
haloperidol)
- Anti muntah
(metoclorpramide)
- Riwayat stroke
x Slowed movement (bradikinesia) Æ langkahnya kecil-kecil Æ Petit
March Gait atau shuffling steps
x Ayunan lengan tidak lebar
x Gerakan pasien kaku-kaku Æ cog-wheel phenomenon
x Pasien cenderung gampang jatuh
x Tremor Æ saat istirahat (resting tremor) yang awalnya asimetris (awal
unilateral Æ akhirnya bilateral) Æ pill rolling tremor
x Pasien tidak ada ekspresi Æ mask like face
x Meyerson sign Æ mengetuk glabella pasien Æ (+) jika persistent
blinking (mengedip-ngedip mata)
x Retropulsion test Æ jagaian pasien dari belakang, kita dorong pasien
dari belakang untuk melihat apakah pasien bisa mempertahankan posisi
atau jatuh
Elektromiografi (EMG) :
x Repetitive Nerve Stimulation (RNS) / Harvey Masland Test Æ suatu
otot dirangsang terus-menerus, lama-kelamaan amplitudo dari otot
tersebut akan menurun Æ paling sensitif
Tes Serologis :
x Mendeteksi antibodi pada reseptor asetilkolin (Achr-Ab) Æ paling
spesifik, tetapi tidak sensitif 100%
x Pasien MG Achr-Ab (-) / seronegatif MG (SNMG) Æ tes antibodi anti-
MuSK (muscle specific tyrosine kinase) dapat positif
x Krisis myasthenia :
- Sangat kekurangan asetilkolin
- Cenderung mengalami gangguan pernapasan
- Tes tensilon Æ edrophonium Æ membaik Æ (+)
x Krisis kolinergik :
- Sangat kelebihan asetilkolin
- Cenderung mengalami gangguan traktus gastrointestinal
- Tes tensilon Æ edrophonium Æ pasien memburuk Æ penting
adanya atropin sulfas (antidot)
x Meningitis x Absolut
x Subaraknoid hemoragik - Infeksi di daerah lumbal pungsi
(SAH) (di area antara L3 dan L4 atau
x Ensefalitis L4 dan L5)
x Guillain-Barre Syndrome - Perbedaan tekanan
(GBS) supratentorial dan infratentorial
(CT scan kepala Æ midline
shift > 5 mm)
x Relatif
- Peningkatan TIK Æ edema
otak Æ dexametason IV
- Koagulopati
- Abses otak
1. Cuci luka Æ cuci dibawah air mengalir + air sabun / detergen (10-15
menit), dilakukan debridement dan desinfektan alkohol 70% (semua
jenis vulnus morsum)
2. Pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR) :
x Ketika digigit anjing, kucing, monyet, kelelawar, serigala yang liar
bukan peliharaan
x Pemberian dalam waktu 10 hari infeksi Æ post-exposure
prophylaxis
x Pemberian 3x yaitu hari 0, 7 dan 21 sebanyak 0,5 ml secara IM
pada otot deltoid atau otot anterolateral paha
3. Pemberian Serum Anti Rabies (SAR) :
x Diberikan pada luka risiko tinggi :
- Vulnus morsum multiple
- Vulnus morsum diatas bahu
- Vulnus morsum pada ujung-ujung jari tangan atau kaki dan
pada genitalia
- Jilatan pada mukosa (seperti mata atau mulut)
- Luka yang lebar (> 1 cm) dan dalam (sampai dasar otot)
x Jenis serum :
- Serum homolog (dari manusia) Æ 20 IU/kgBB
- Serum heterolog (dari kuda) Æ 40 IU/kgBB
x Pemberian SAR Æ ½ - ¾ dosis diberikan infiltrasi pada daerah
luka sedangkan ¼ - ½ dosis sisanya diberikan IM
4. Luka risiko tinggi :
x Segera diberi VAR + SAR
x Hewan mati Æ lanjutkan VAR
x Hewan hidup Æ stop VAR
5. Luka risiko rendah :
x Hewan penggigit lari / tidak bisa ditangkap / mati Æ berikan VAR
x Hewan penggigit dapat ditangkap Æ tidak diberi VAR + tunggu
hasil observasi
x Etiologi Æ Clostridium tetani (gram positif dan anaerob) Æ dihasilkan
oleh tetanospasmin (toksin yang bertanggung jawab terhadap
manifestasi klinis tetanus)
x Masa inkubasi Æ 8-12 hari, tetanus sefalik Æ 2 hari
x Manifestasi klinis :
- Trismus Æ tegang dan kaku pada otot rahang
- Opistotonus Æ posisi tubuh mengalami kaku dan melengkung ke
belakang
- Risus sardonikus Æ spasme otot wajah (otot bibir retraksi, mata
tertutup sebagian dan elevasi alis) Æ tampak menyeringai
- Chvostek sign (+) Æ mengetuk pipi pasien sebelah kiri dan kanan
dengan palu refleks sambil membuka mulut sedikit. Interpretasi Æ
(+) jika kedutan satu sisi atau beberapa otot wajah sesisi
- Trousseau sign (+) Æ salah satu lengan atas diikat selama 4 menit.
Interpretasi Æ (+) jika jari atau tangan memperlihatkan sikap khas
\DLWXPDLQGڕDFFRXFKHXUDWDXPDLQGڕREVWHWULTXHVHSHUWLMDULGRNWHU
kandungan ingin melakukan pemeriksaan dalam)
Tatalaksana komplikasi
oportunistik intrakranial
pada neuro-AIDS Æ
dengan imaging
Tatalaksana komplikasi
oportunistik intrakranial
pada neuro-AIDS Æ
tanpa imaging
Tidak ada penyebab organik : Ada penyebab organik :
x Migraine x Ekstrakranial Æ sakit gigi,
x Tension type headache (TTH) sinusitis, common cold, dan
x Cluster type headache lain sebagainya
x Intrakranial Æ infeksi SSP,
stroke, tumor otak
Edukasi :
x Hindari teobromin
x Hindari alkohol
x Tidur teratur
x Kontrol 1 minggu
Diagnosis TTH :
x Pasien sudah merasakan nyeri yang sama minimal 10 kali
x Durasi sakit kepala berlangsung 30 menit ڏ7 hari
x Ditemukan 2 dari 4 gejala Æ bilateral, rasa terikat / tegang di leher, tidak
diperparah aktivitas dan intensitas ringan hingga sedang
x Ditemukan 1 dari 2 gejala Æ tidak ada fotofobia/fonofobia dan tidak ada
mual/muntah
Penilaian presentase :
x 0% (zero) Æ asimetris komplit, tidak ada gerakan volunter
x 30% (poor) Æ asimetris sedang, kesembuhan cenderung ke asimetris,
ada gerakan volunter
x 70% (fair) Æ asimetris ringan, kesembuhan cenderung normal
x 100% (normal) Æ simetris komplit
Skor normal Æ 80-90% setelah pengobatan
¶ Æ
1. Sinkinesis otonom (crocodile tears) Æ ketika mengunyah atau
tersenyum, akan mengeluarkan air mata ipsilateral
2. Sinkinesis motorik (jaw-winking) Æ ketika membuka rahang, akan
menutupnya kelopak mata ipsilateral
3. Post paralytic hemifacial spasm Æ seluruh sebelah wajahnya
kontraksi penuh (harus di operasi)
4. Epifora Æ air mata keluar terus
Komplikasi okular :
x Dini Æ lagoftalmus, keratitis exposure dan konjungtivitis sikka
x Lanjut Æ sinkinesis otonom dan epifora
Edukasi :
x Fisioterapi
x Masase wajah
x Rutin menggunakan artificial tears
(pagi hingga siang)
x Menggunakan penutup mata saat
tidur di malam hari
x Tanda peningkatan intrakranial Æ nyeri kepala, muntah proyektil,
papiledema
x Tanda klasik nyeri kepala akibat tumor Æ kronik progresif (> 1 bulan),
memburuk pada pagi hari dan manuver Valsava
x Nyeri kepala kronis yang tidak membaik dengan analgesik sederhana
x Tanda lokal SOL :
1. Lobus oksipital Æ defek lapangan pandang
2. Lobus frontal Æ anosmia, gangguan perilaku, hemiparesis (kaki
lebih berat)
3. Lobus parietal Æ gangguan fungsi luhur (astereognosis/agnosia,
apraksia, dan lain sebagainya)
4. Pituitari Æ hemianopsia bitemporal
Nukleus pulposus
Annulus fibrosus
1. Lhermitte sign (+)
Pemeriksaan Æ fleksi dari leher, (+) akan timbul nyeri menjalar seperti
listrik ke punggung
2. Spurling test (+)
Pemeriksaan Æ ekstensi kepala kemudian miringkan ke salah satu arah
kemudian didorong dari atas ke bawah, (+) apabila ada nyeri menjalar
sampai bahu
Saturday
night palsy
x TTS Æ nyeri sensoris pada bagian plantar kaki akibat kompresi nervus
tibialis pada posterior malleolus medialis
x Kondisi diperberat dengan orang gemuk dan sering berdiri
x Saraf pada kaki :
- N. peroneus Æ dorsofleksi kaki (letak sarafnya di anterior)
- N. tibialis Æ plantarfleksi kaki (letak sarafnya di posterior)
x Gejala Æ tidak bisa plantarfleksi (tidak bisa jinjit), kalau gangguan pada
n. peroneus Æ fraktus os fibula Æ tidak bisa dorsofleksi (drop foot)
x Parasat :
- Tinnel test Æ mengetuk pada ligamen fleksor retinakulum kaki
- Dorsofleksi-eversi test Æ melakukan dorsofleksi dan eversi
(telapak kaki menghadap ke luar)
¶ ¶
Cedera pada C5-C6 (trunkus
Cedera pada C8-T1 (trunkus inferior)
superior)
Terjadi karena : Terjadi karena :
x Bayi dilahirkan akibat tarikan x Bayi dilahrikan akibat tarikan
leher lengan
x Terjatuh dari ketinggian x Pasien mau jatuh kemudian
dengan posisi terkilir bertahan dengan 1 tangan
Gejala :
Gejala :
x Endorotasi bahu
x Eksorotasi bahu
x Ekstensi siku
x Fleksi siku
x Pronasi (bagian dorsal tangan
x Supinasi (bagian fleksor tangan
yang dominan)
yang dominan)
x :DLWHUڕVWLS phenomenon
Refleks : Refleks :
x Biceps (C5,C6) Æ refleks x Biceps (C5,C6) Æ normal
menurun x Genggam (C8,T1) Æ refleks
x Genggam (C8,T1) Æ normal menurun
x Horner syndrome Æ lesi pada ganglion cervicalis superior
(mempersarafi saraf otonom)
x Etiologi Æ pancoast tumor Æ tumor apex paru
x Gejala (trias) :
- Ptosis
- Anhidrosis Unilateral
- Miosis
x Vertigo Æ subtipe dizziness yang secara definitif merupakan ilusi
gerakan dan perasaan atau sensasi tubuh yang berputar terhadap
lingkungan atau sebaliknya
x Etiologi :
- Abnormalitas organ vestibuler, visual ataupun sistem proprioseptif
- Neoplasma
- Infeksi
- Tumor pada cerebello-pontine
- Iskemia atau infark
- Proses demielinisasi
Vertigo /
Dizziness
¶
x Trias Meniere :
- Vertigo
- Tinnitus
- Tuli sensorineural
x Etiologi Æ hydrops endolimfe
x Terapi :
- Obat anti vertigo
- Diuretik Æ hidrochlorothiazide 50 mg + kalium
- Kortikosteroid Æ Prednison 80 mg selama 7 hari, tappering off
- Diet tinggi protein dan diet rendah garam
x Pingsan (-)
Minimal 15 x Amnesia pasca trauma (-) Normal
x Defisit neurologis (-)
x Pingsan <10 menit
x Amnesia pasca trauma <24
Ringan 13-15 Normal
jam
x Defisit neurologis (-)
x Pingsan 10 menit ڏ6 jam
x Amnesia pasca trauma 6 jam
Sedang 9-12 Abnormal
ڏ7 hari
x Defisit neurologis (-/+)
x Pingsan >6 jam
Berat 3-8 x Amnesia pasca trauma 7 hari Abnormal
x Defisit neurologis (+)