Anda di halaman 1dari 3

ANTROPOLOGI ARSITEKTUR

DISUSUN OLEH :

VELYA MAYA TRISANI/16.A1.0078

GILANG YUDHA D/16.A1.0084

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

FAKULTAS ARSITEKTUR DAN DESAIN

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

2022
- Memiliki teras tanpa sekat yang cukup luas sebagai sarana membangun
silaturahmi dengan tetangga sekitar demi menciptakan kehidupan sosial yang
baik
- Pintu Joglo umumnya terletak di tengah ruangan sebagai simbol keharmonisan
dan keterbukaan antar pemilik rumah
- Umumnya terdapat pagar dari tanaman perdu yang memiliki tinggi kurang dari
1 meter, agar interaksi antar tetangga menjadi lebih mudah
- Dikarenakan biaya pembuatan rumah Joglo yang tidak sedikit, seringkali
menggambarkan status sosial pemiliknya ( menengah keatas )

- Jika rumah adat kampung memiliki tiang penyangga kelipatan 4, maka rumah
adat Panggang Pe memiliki tiang sebanyak 6 buah
- Berdasarkan sejarah, rumah ini dulu digunakan sebagai tempat berjualan atau
disebut rumah sembako.
- Pada tiang bagian depan dibuat lebih pendek dibanding bagian belakang.
Sehingga inilah yang membuat rumah adat ini lebih indah dan menarik.

- Memiliki fungsi sebagai tempat tinggal rakyat biasa atau kalangan menengah
kebawah seperti, petani, pekerja kasar, dan peternak
- Memiliki aturan tersendiri, tiang yang digunakan harus berkelipatan 4, dengan
jumlah tiang kecilnya harus berjumlah 8
- Biasanya rumah ini terbuat dari kayu nangka atau kayu mahoni
- ciri khas dari rumah Kampung ini yaitu terdapat dua teras, satu di depan rumah
dan satunya lagi di belakang rumah

- Arti nama Panggang Pe sendiri terdiri atas dua kata, yaitu panggang dan ape yang secara harfiah memiliki arti
dijemur. Lantaran pada zaman dahulu Rumah Panggang Pe berfungsi untuk menjemur barang-barang komoditas
hasil pertanian, seperti daun teh, ketela, dll
- Umumnya rumah adat ini mempunyai bentuk persegi serta mempunyai 4 sampai 6 tiang penyangga tiang utama
atau yang dinamakan dengan Saka.

- Sesuai dengan tradisi dan budaya Jawa, rumah adat Tajug lebih dikhususkan
untuk beribadah dan mengadakan kegiatan sakral. Sehingga rumah adat ini
tidak boleh dibangun sembarangan
- Memiliki ciri khas pada bagian atapnya dengan memiliki bentuk bujur sangkar
yang berlapis dan ujung atapnya yang lancip/runcing (pada bagian ini biasanya
dihiasi kubah ramping dan kecil) dan membentuk segitiga yang melambangkan
keabadian dan keesaan Tuhan
- Pendopo : Teras rumah yang berfungsi sebagai pendopo atau ruang jamu tamu
- Pinggitan : Ruang tengah yang memiliki bentuk atap berupa limas, biasanya
digunakan untuk menjamu saudara dekat atau kerabat pemilik rumah
- Omah : Ruang kumpul keluarga yang letaknya di bagian dalam atau disebut
juga dengan omah ndalem. Mempunyai bentuk limasan dengan lantai yang
lebih tinggi. Senthong: Ruang dalam seperti dapur, kamar, kamar mandi, serta
gudang untuk menyimpan hasil tani. Senthong ini biasanya terletak di sisi
kanan, kiri, dan tengah rumah.
- Gandhok : bangunan yang letaknya di kiri dan kanan rumah, digunakan sebagai
tempat tidur keluarga dan tamu yang berkunjung

Anda mungkin juga menyukai