Anda di halaman 1dari 37

0

ANALISIS SANKSI PIDANA BAGI ANAK SEBAGAI KURIR NARKOBA


STUDI KASUS WILAYAH HUKUM KOTA MAKASSAR

PROPOSAL

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Gelar Sarjana Hukum (SH)
Jurusan Ilmu Hukum
Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Alauddin Makassar
Oleh:
1

ABIZAR ALGIFARI
NIM: 10400120034

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2023

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tindak pidana narkotika adalah suatu perbuatan yang melanggar hukum

serta merupakan kejahatan yang terorganisir. Tindak pidana narkotika merupakan

suatu kejahatan transnasional yang merupakan suatu bentuk kejahatan lintas batas

Negara

Membahas masalah tindak pidana tidak dapat dipisahkan dari pokok

bahasan peraturan tindak pidana itu sendiri. Adapun yang termasuk dalam

kategori subyek hukum tindak pidana narkotika adalah manusia atau orang

perorangan (individu). Dan yang kedua adalah korporasi atau (Badan hukum).

Manusia sebagai subjek hukum yang sah dikarenakan manusia memiliki hak
2

subyektif dan kewenangan hukum yakni sebagai pendukng hak serta kewajiban.

Sejak dalam kandungan manusia telah memiliki hak, namun hanya orang dewasa

atau yang berumur (21 tahun atau sudah kawin saja) yang bisa melakukan

perbuatan hukum, dan batas minimal usia seseorang yang bisa dimintai

pertanggung jawaban hukum adalah usia (12 tahun.

Perlu diketahui bahwa penentuan batas usia anak dalam kaitan dengan

pertanggung jawaban pidana yang dapat diajukan ke hadapan persidangan yaitu

12 (dua belas) tahun samapai dengan 18 (delapan belas) tahun sesuai dengan

putusan Mahkamah Konstitusi No. 1/PUUVIII/201/021 dan sebagaimana yang

ditentukan dalam pasal 69 ayat (2) juga menegaskan bahwa “anak yang belum

berusia 14 (empat belas) tahun hanya dapat dikenai tindakan, sehingga dengan

demikian bahwa anak yang berumur 12 (dua belas) tahun sampai 13 (tiga belas)

tahun itu hanya boleh dijatuhi sanksi tindakan, sedangkan yang berumur 14

(empat belas) tahun sampai dengan 18 (delapan belas) tahun itu bisa dijatuhi

sanksi pidana.1

Dalam upaya untuk menurunkan angka penyalahgunaan dan peredaran

narkotika, pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 tentang Narkotika, yang ditetapkan pada tanggal 12 Oktober 2009, sebagai

pengganti Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Narkotika, yang

sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan situasi dan kondisi sekarang2

1 Hidayat Asep Syarifuddin dkk., Perlindungan Hukum Terhadap Anak


Sebagai Kurir Narkotika: Jurnal Sosial & Budaya Syar-I, Vol. 5 No. 3 (2018):12.
2 Pasal 1 angka 13 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
3

Undang-undang baru ini mempunyai cakupan yang lebih luas dalam

mengikuti perkembangan kebutuhan dan kenyataan sebagai sarana efektif untuk

mencegah dan mengatasi serta memberantas penyalahgunaan dan peredaran

narkotika.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat ada 1,6 juta anak

Indonesia yang dimanfaatkan sebagai kurir narkoba.3 Angka ini dinilai

memperihatinkan mengingat anak merupakan generasi penerus bangsa, Dalam hal

ini anak dapat perlindungan hukum secara umum. Kemudian Komisi

Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pusat, Putu Elvina, mengatakan banyak

kasus anak berhadapan dengan hukum termasuk narkoba. Ia menyebutkan,

jumlahnya cukup lumayan, yakni pada semester pertama di tahun 2023 sekitar 22

kasus anak yang menjadi kurir narkoba. Kemudian ditahun yang sama, ada sekitar

46 anak yang menjadi korban penyalahguaan narkoba.4 Dokumen Internasional

disebutkan bahwa perlindungan hukum bagi anak dapat diartikan sebagai upaya

perlindungan hukum terhadap berbagai kebebasan dan hak asasi anak

(fundamental rights and freedoms of children) serta berbagai kepentingan yang

berhubungan dengan kesejahteraan anak di Indonesia tentang perlindungan anak

diatur dalam Undang — Undang no. 35 tahun 2014 pasal 1 ayat 2 disebutkan

bahwa perlindungan anak merupakan segala kegiatan untuk menjamin dan

melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan

berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan,

serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Penerapan


3 Setiawan Davit,KPAI Catat Anak Dimanfaatkan Jadi Kurir Narkoba (03
februari 2020),h.1.
4 https://www.kpai.go.id/publikasi/kpai-catat-anak-dimanfaatkan-jadi-kurir-

narkoba . diakses pada tanggal 15 September 2023 pukul 17.42 Wita


4

pemidanaan terhadap anak sering menimbulkan perdebatan, karena hal ini

mempunyai konsekuensi yang sangat luas baik menyangkut perilaku maupun

stigma dalam masyarakat dan juga dalam diri anak tersebut, tetapi dengan

dikeluarkannya UndangUndang Nomor 11 tahun 2012 tentang sistem peradilan

pidana anak yang telah di berlakukan sejak 30 Juli 2014, yang dimana penerapan

dan pemidanaan lebih bersifat membina dan melindungi seorang anak,

dibandingkan dengan Undang-Undang Nomor 3 tahun 1997 tentang pengadilan

anak yang sudah tidak relevan lagi karena tidak sesuai dengan perkembangan

zaman. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana

anak menganut double track system yang dimaksud dengan double track system

adalah sistem dua jalur dimana selain mengatur sanksi pidana juga mengatur

tindakan.

Double track system merupakan system dua jalur mengenai sanksi dalam

hukuman pidana, yakni jenis sanksi pidana dari satu pihak dan jenis sanksi

tindakan di pihak lain. Keduanya bersumber pada ide dasar; “Mengapa diadakan

pemidanaan” sedangkan sanksi tindakan bertolak dari ide dasar: “Untuk apa

diadakan pemidanaan itu” Dengan kata lain, sanksi pidana sesungguhnya bersifat

reaktif terhadap suatu perbuatan, sedangkan sanksi tindakan lebih bersifat

antisipatif terhadap pelaku perbuatan tersebut. Fokus sanksi pidana ditujukan pada

perbuatan salah yang telah dilakukan seseorang melalui pengenaan penderitaan

agar yang bersangkutan menjadi jera.5

5 Fasichatus sadkiyah “Model double track system pidana terhadap pelaku


penyalahgunaan narkotika menurut Undang-undang nomor 35 Tahun 2009 ”Jurnal
online unira Vol.22 No. 1 (Januari 2021), h.1.
5

Pada tahun 2018 seorang pelajar SD berinisial RS diserahkan oleh orang

tuanya ke Polsek Tallo, Makassar. Selama sebulan RS diburu polisi karena

menjadi Bandar narkoba jenis sabu. Sebelumnya, Polsek Tallo juga pernah

mengamankan bocah SMP berusia 14 tahun ini dengan dugaan pengedaran

narkoba jenis sabu.

Dari hasil introgasi, anak tersebut mengaku mendapatkan barang haram

tersebut dari rekannya yang merupakan pelajar SD di Makassar. Polisi menyebut

kawasan tempat tinggal anak tersebut (Pannampu & Tallo) lokasi bocah tersebut

tinggal adalah rawan peredaran narkoba.6

Meskipun benda-benda terlarang seperti narkotika atau sejenisnya secara

khusus dalam Islam belum ada sanksinya, namun benda-benda tersebut masuk

dalam kategori khamar, karena sama-sama dapat mengakibatkan terganggunya

kerja urat syaraf dan dapat menyebabkan ketergantungan. Dasar hukum

pengharaman narkotika terdapat di dalam al-Qurān, surat al-Maidah ayat 90,

yaitu:

‫يَٰٓاُّيَها اَّلِذ ْيَن اَٰم ُنْو ٓا ِاَّنَم ا اْلَخ ْم ُر َو اْلَم ْيِس ُر َو اَاْلْنَص اُب َو اَاْلْز اَل ُم ِر ْج ٌس ِّم ْن‬
‫َع َم ِل الَّش ْيطِٰن َفاْج َتِنُبْو ُه َلَع َّلُك ْم ُتْفِلُحْو ن‬
Terjemahan:

Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi,


(berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah
perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-
perbuatan) itu agar kamu beruntung.

Kompas.com https://regional.kompas.com/read/2023/06/14/061000378/5-
6

kasus-narkoba-yang-libatkan-anak-ada-yang-dicekoki-sabu-dan-jadi-pengedar
diakses pada tanggal 15 September pukul 19.34 Wita
6

Dengan demikian berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk


meneliti lebih jauh dan menulis skripsi dengan judul “Analisis Sanksi Pidana
Bagi Anak Sebagai Kurir Narkoba Studi Kasus Wilayah Hukum Kota
Makassar”.

B. Deskripsi Fokus dan Fokus Penelitian

1. Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi fokus permasalahan yakni dengan

fokus penelitian pada analisis sanksi pidana bagi anak sebagai kurir narkoba studi

kasus wilayah hukum Kota Makassar.

2. Deskripsi Fokus

Dalam mendefinisikan dan memahami penelitian ini agar tidak terjadi

kesalahpahaman maka penulis akan mendeskripksikan pengertian judul yang

dianggap penting:

a. Tindak Pidana Narkotika Tindak pidana narkotika adalah suatu

perbuatan yang melanggar ketentuan-ketentuan hukum narkotika,

dalam hal ini adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22

Tahun 1997 dan ketentuan-ketentuan lain yang termasuk dan atau

tidak bertentangan dengan undang-undang tersebut. 7

b. Pengedar adalah orang yang mengedarkan, yakni orang yang

membawa (menyampaikan) sesuatu dari orang yang satu kepada yang

lainnya. pengedaran narkotika itu sendiri meliputi setiap kegiatan

7Moh. Taufik Makarao, Suhasril dan Moh.Zakky ,” Tindak Pidana


Narkotika” (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), h. 41.
7

atau serangkaian kegiatan penyaluran atau penyerahan narkotika,

baik dalam rangka perdagangan, bukan perdagangan maupun

pemindahtanganan, untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

c. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman baik sintesis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi

sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan

ketergantungan, yang dibedakan kedalam golongangolongan

sebagaimana terlampir dalam undang-undang ini atau yang kemudian

ditetapkakn dengan keputusan Menteri Kesehatan.12 d. Anak Tidak

ada keseragaman mengenai defenisi anak dalam berbagai ketentuan

hukum. Oleh karena itu pengertian anak secara nasional didasarkan

pada batasan usia anak menurut hukum pidana maupun hukum

perdata. Untuk menetapkan ketentuan hukum yang lebih prospek

dalam meletakkan batas usia maksimum dari seorang anak, terdapat

pendapat yang sangat beraneka ragam. Untuk mengetahui pengertian

anak, dapat diperoleh dari beberapa ketentuan yang berkaitan dengan

anak, yaitu: 8

1) Konvensi hak-hak anak tahun 1989 Konvensi Hak Anak (KHA)

Pasal 1 menyebutkan bahwa untuk digunakan dalam Konvensi


8 Abdul Rahman, “Perlindungan Hukum dan Pemenuhan Hak Konstitusional
Anak Pesrspektif Hukum Internasional Hukum Positif ” (Cet. 1; Makassar: Alauddin
University Press, 2011), h. 39-43. diakses pada tanggal 16 September pukul 08.28
8

yang sekarang ini, anak berarti setiap manusia yang berusia

dibawah 17 (tujuh belas) tahun, kecuali berdasarkan Undang-

Undang yang berlaku bagi anak ditentukan bahwa usia dewasa

dicapai lebih awal.

2) Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi

Manusia pada Pasal 1 bagian 5 berbunyi: “anak adalah setiap

manusia yang berusia di bawah 18 tahun dan belum menikah,

termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut

demi kepentingannya”

3) Undang-Undang Nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak

Dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 Pasal 1 ayat (92)

secara jelas dinyatakan bahwa “anak adalah seseorang yang belum

mencapai umur 21 tahun dan belum pernah kawin”.

4) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak

Pasal 1 ayat (1) berbunyi: “Anak adalah seseorang yang belum

berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam

kandungan”1

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang diangkat berdasarkan masalah yang dibahas di

atas adalah:
9

1. Bagaimana bentuk sanksi pidana bagi anak sebagai kurir narkotika di

wilayah hukum Kota Makassar ?

2. Bagaimana hubungan antara sanksi pidana dan teori pemidanaan pada

anak yang menjadi kurir narkoba ?

C. Kajian Pustaka

Setelah peneliti melakukan penelusuran ditemukan beberapa hasil

penelitian terlebih dahulu yang membahas terkait analisis sanksi pidana bagi anak

sebagai kurir narkoba yang dapat dijadikan referensi, ialah:

1. Buku Prof. Dr. Koesto Adi, SH., MS. berjudul “Diversi tindak pidana

Narkotika Anak”9 Buku ini membahas tentang perspektif baru dalam

merespon tindak kejahatan anak secara detail dan mendalam. Selama

ini secara konvensional proses hukum terhadap kejahatan anak melalui

peradilan pidana dinilainya belum bersifat, rehabilitatif, brutal,mahal

dan cenderung bersifat kriminogen. Sama halnya dengan kasus yang

saya angkat di dalam penelitian saya ini, sedangkan mengenai letak

perbedaanya terdapat pada fokus penelitian yang dimana dalam Buku

Prof. Dr. Koesto Adi, SH., MS. berjudul “Diversi tindak pidana

Narkotika Anak” lebih berfokus pada proses penyelesaian perkara atau

dengan kata lain sistem beracara dari proses dalam peradilan menuju ke

mediasi, sedangkan Penelitian saya berfokus pada sanksi yang akan

diberikan atau diterapkan kepada anak yang melakukan pekerjaan

sebagai Kurir Narkoba.


9Buku Prof. Dr. Koesto Adi, SH,MS. “Diversi tindak pidana narkotika anak ”
(Vol.1 Malang, Setara Press Oktober 2014), h. 193-195
10

2. Jurnal Asep syarifuddin hidayat, Samul anam, Muhammad ishar helmi

yang berjudul “Perlindungan hukum terhadap anak sebagai kurir

narkotika”10 Jurnal ini bercerita tentang kapasitas anak yang dijadikan

kurir narkotika merupakan suatu hal yang begitu memprihatinkan

dimana anak tersebut berhadapan dengan hukum dan tergolong telah

melakukan tindak pidana narkotika. Dengan keterbatasan anak dan

ketidaksempurnaannya, maka perlu menjadi perhatian aparat penegak

hukum dalam penerapan pemidanaan bagi anak pelaku tindak pidana

narkotika tersebut sama halnya dengan kasus yang akan saya teliti

mengenai dampak pidana terhadap anak sebagai kurir Narkotika namun

memiliki perbedaan diantaranya jurnal dari Asep syarifuddin hidayat,

Samul anam, Muhammad ishar helmi yang berjudul “Perlindungan

hukum terhadap anak sebagai kurir narkotika” berfokus pada

Perlindungan hukum yang dapat diperoleh oleh anak yang melakukan

tindak pidana tersebut sedangkan focus penelitian saya terdapat pada

sanksi pidana yang akan diterima oleh anak.

3. Jurnal Amiruddin pabbu, Arry wirawan, Andi tanwir mappanyukki

yang berjudul “Tinjauan yuridis terhadap tindak pidana kepemilikan

narkotika”11 yang menjelaskan tentang bagaimana penerapan hukum

materil terhadap pelaku tindak pidana kepemilikan narkotika dan untuk

10 Jurnal Asep Syarifuddin Hidayat, Samul anam, Muhammad sihar helmi


“Perlindungan hukum anak sebagai kurir narkoba ” (Vol. 5 No. 3, Jurnal Sosial dan
Budaya SyarI 12 Desember 2018) h. 307-310. Diakses pada tanggal 16 september
2023 pukul 11.41
11 Amiruddin pabbu, Arry wirawan, Andi tanwir mappanyukki “Tinjauan

yuridis terhadap tindak pidana kepemilikan narkotika ” ( Vol. 5 No. 1 Aldev Maret
2023), h. 105-108. Diakses pada tanggal 16 September 2023 pukul 17.15
11

mengetahui apa saja pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan

terhadap pelaku tindak pidana kepemilikan narkotika, yang dimana juga

pada jurnal ini itu cukup berkaitan dengan penelitian penulis. Sama

halnya dengan focus penelitian yang akan saya kaji mengenai sanksi

terhadap anak yang memiliki atau bekerja sebagai kurir Narkotika,

sedangkan perbedaanya terletak pada subjek penerapan hukumnya

4. Buku Moh. Taufik Makarao, SH., MH yang berjudul “ Tindak pidana

narkotika”12 yang dimana pada buku ini penulis menjelaskan tentang

kejahatan / tindak pidana narkotika, jenis dan golongan serta peraturan

perundang undangannya yang dilengkapi dengan contoh kasus, yang

dimana hal tersebut sangat membantu penulis dalam menyelesaikan

penelitian ini sama halnya dengan penelitian yang saya lakukan yang

bersangkut paut dengan Narkotika namun memiliki perbedaan pada

Fokus penelitian yang diteliti.

5. Jurnal I Wayan Gavinda Tantra, I Made Minggu Widyantara, Luh Putu

Suryani yang berjudul “Pertanggungjawaban Pidana Anak Sebagai

Kurir Dalam Tindak Pidana Narkotika”13 yang membahas tentang,

Keterlibatan seorang anak dalam tindak pidana narkotika yang kian hari

semakin mengkhawatirkan, dan tidak terlepas dari adanya persaingan

— persaingan yang menimbulkan tindak pidana narkotika.

12 Buku Moh. Taufik Makarao, SH., MH “Tindak pidana narkotika” (Vol. 7


Jakarta, Ghalia Indonesia 2004) h. 98
1 3 Jurnal I Wayan Govinda Tantra “Pertanggungjawaban Pidana Anak

Sebagai Kurir Dalam Tindak Pidana Narkotika ” (Vol. 2, No. 2, Denpasar. Jurnal
Analogi Hukum, 2020) h. 215-217. Diakses pada tanggal 16 September 2023 pukul
20.00 Wita
12

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada uraian rumusan masalah, tujuan dilakukan penelitian ini

adalah:

1. Untuk mengetahui apa sanksi yang dikenakan bagi anak-anak yang

menjadi perantara pengedar narkoba.

2. Untuk mencari tahu penyelesaian apa yang digunakan dalam kasus

tersebut.

3. Untuk mencari tahu pendekatan dan sampai tahap mana kasus ini bisa

ditangani.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan akan dapat memberikan manfaat

antara lain:

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

a. Memperkaya kajian akademik dalam pengembangan Ilmu Hukum,

terutama yang berkaitan dengan studi tentang Hukum Pidana.

b. Sangat besar harapan semoga siapapun yang membaca ini, akan

memiliki pengetahuan yang lebih mengenai kasus tindak pidana yang

terlebih mensorot di aspek hukum tindak pidana narkotika.

2. Manfaat Praktis
13

Manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk memberikan jawaban dari masalah yang menjadi pertanyaan

tentang apa analisis sanksi pidana bagi anak sebagai kurir narkoba.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan atau arahan

potensial bagi para mahasiswa hukum dan masyarakat sekitar tentang

bagaimana cara kita mencegah dan memberikan himbauan bagi anak-

anak disekitar kita agar terhindar dari penyalahgunaan narkotika.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Teori Anak

1. Pengertian Anak

Terdapat beberapa jenis-jenis pengertian anak menurut beberapa aspek

penilaian hukum di indonesia antara lain:

a. Pengertian anak Secara sosiologis anak sebagai makhluk

ciptaan Tuhan yang senantiasa berinteraksi dalam lingkungan

masyarakat bangsa dan negara. Dalam hal ini anak


14

diposisikan sebagai kelompok sosial yang mempunyai status

sosial yang lebih rendah dari masyarakat dilingkungan

tempat

b. anak merupakan manusia laki-laki atau perempuan yang

belum mencapai tahap dewasa secara fisik dan mental, atau

setidaknya belum mencapai masa pubertas. Anak

dikategorikan berada pada usia-usia masa bayi hingga masa-

masa sekolah dasar, atau bahkan hingga masa remaja

tergantung penggolongannya .

c. Ditinjau dari aspek yuridis, maka pengertian “anak” dimata

hukum positif di Indonesia lazim diartikan sebagai orang

yang belum dewasa (minderjaring atau person under age),

orang yang dibawah umur atau keadaan dibawah umur

(minderjaringheid atau inferionity) atau kerap juga disebut

sebagai anak yang dibawah pengawasan

B. Tindak pidana narkotika

Tindak pidana narkotika adalah suatu perbuatan melanggar hukum dan

merupakan kejahatan yang terorganisir. Tindak pidana narkotika

merupakan suatu kejahatan transnasional yang merupakan suatu bentuk

kejahatan lintas batas negara. Hal ini menyebabkan perkembangan


15

kejahatan narkotika yang terjadi di negara-negara didunia perlu untuk

diberantas secara tuntas. 14

1. Pengertian tindak pidana

Ada beberapa istilah yang terkait dengan perilaku kriminal. Istilah

"strafbaar feit" sendiri adalah bahasa Belanda dan terdiri dari tiga kata,

yaitu straf (untuk hukuman (kejahatan), baar (untuk kemungkinan

(mungkin) dan feit (untuk tindakan, kejadian, pelanggaran dan perilaku).

Pengertian legislator tentang tindak pidana yang terdapat dalam Hukum

Pidana (KUHP) biasa disebut strafbaarfeit. Legislator tidak memberikan

penjelasan lebih lanjut tentang strafbaarfeit, sehingga para ahli hukum

pidana sering menggunakan maksud dan tujuan strafbaarfeit dalam tindak

pidana, tindak pidana, peristiwa pidana dan tindak pidana. Oleh karena

itu, istilah "strafbaarfeit" adalah peristiwa yang dapat dihukum atau

tindakan yang dapat dihukum. 15

2. Pengertian dan jenis jenis narkotika

Narkotika menurut Undang — undang No. 35 Tahun 2009 adalah zat atau

obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun

semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

14

https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/jphi/article/view/6167/textAbstract-Tindak
pidana narkotika. Diakses pada tanggal 17 September pukul 00. 21 Wita
1 5 Ade Widnyana,”Asas- Asas Hukum Pidana, Fikahati Aneska ”, (Jakarta:

Fikahati aneska, 2010). h.32. Diakses pada tanggal 17 September 2023 pukul 13.35
Wita
16

kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri,

dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam

golongan-golongan. 16

Umumnya, narkotika dapat diartikan berupa satu zat yang bisa bertindak

sebagai obat-obatan atau dapat juga mempengaruhi kesadaran.

Penyalahgunaan zat tersebut dapat merusak tubuh pengguna (seperti

kecanduan) dan jiwa (kehilangan kesadaran, perilaku, dorongan /

keinginan). Berikut beberapa ahli yang memiliki pendapat tentang

narkotika:

Hari Sasangka (2003: 33-34) Jelaskan bahwa definisi lain dari Bea

Cukai AS termasuk mengatakan bahwa narkotika berarti opium,

mariyuana, kokain, dan zat yang diekstrak dari benda tersebut, yaitu

morfin, heroin, kodein, mariyuana, dan kokain. Ini termasuk anestesi

sintetis yang menghasilkan zat, obat yang diklasifikasikan sebagai

halusinogen, depresan, dan stimulan.

Smith Kline dan frenchClinicalstaff (Taufik Makarao, dkk; 2003,18)

mendefenisikan narkotika sebagai berikut : “Narkotika adalah zat (obat-

obatan) yang menyebabkan pembiusan atau ketidaksadaran, karena zat

tersebut mempengaruhi susunan saraf pusat. Dalam pengertian narkotika

16Rahman Syamsuddin, Ahmad Taufik, “ Pemusnahan Barang bukti Tindak


Penyalahgunaan Narkotika di Kejaksaan Makassar ”, Alauddin Law Develovment
(ALDEV), vol 3 no 2 (Agustus 2021), h. 70. Diakses pada tanggal 17 September
2023 pukul 16.00 Wita
17

yang termasuk jenis opium (morfin, kodein, heroin) dan opium sintetis

(mepiperidine, metadon). Istilah "narkotika" yang digunakan di sini tidak

berarti "narkotika" dalam farmakologi (apotek), tetapi "obat-obatan",

yaitu zat yang mempunyai efek tertentu pada tubuh pengguna saat

digunakan, seperti:

a. Mempengaruhi kesadaran;

b. Berikan dorongan yang dapat mempengaruhi perilaku manusia.

Pengaruh ini termasuk menyebabkan halusinasi, penenang

(pemakainya tidak dapat membedakan fantasi dengan kenyataan,

dan kehilangan kesadaran akan tempat dan waktu). 17

Menurut Undang Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

membagi narkotika menjadi tiga golongan, sesuai dengan pasal 6:

1. Narkotika sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 digolongkan ke

dalam:

a. Narkotika Golongan I:

Dalam penggolongan Narkotika zat atau obat golongan I

mempunyai potensi yang sangat tinggi mengakibatkan

ketergantungan. Oleh karena itu di dalam penggunaannya

hanya diperuntukkan untuk tujuan pengembangan ilmu

pengetahuan dan tidak dipergunakan dalam terapi,

17 Moh.Taufik Makarao,”Tindak Pidana Narkotika”,(2003).h.17-18.


18

Pengertian pengembangan ilmu pengetahuan termasuk

didalamnya untuk kepentingan pendidikan pelatihan,

keterampilan dan penelitian serta pengembangan dalam

penelitian dapat digunakan untuk kepentingan medis yang

sangat terbatas.

b. Narkotika Golongan II

Narkotika pada golongan ini adalah narkotika yang

berkhasiat terhadap pengobatan dan digunakan sebagai

pilihan terakhir dan dapat dipergunakan dalam terapi

dan/atau untuk tujuan pengembngan ilmu pengetahuan.

Narkotika golongan ini mempunyai potensi tinggi

mengakibatkan ketergantungan

c. Narkotika Golongan III

Narkotika golongan ini adalah Narkotika yang berkhasiat

dalam pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi

dan/atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta

mempunyai potensi ringan menyebabkan ketergantungan

1. Penggolongan Narkotika sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

untuk pertama kali ditetapkan sebagaimana tercantum dalam

Lampiran I dan merupakan bagian yang terpisahkan dari Undang-

Undang ini
19

2. Ketentuan mengenai perubahan pengelolaan Narkotika

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan peraturan

menteri 18

Dan adapun beberapa macam bentuk dari golongan-golongan

narkotika tersebut yakni sebagai berikut:

A. Narkotika Golongan I

1) Papaver adalah tanaman Papaver somniferum L. Selain

bijinya, semua bagian lainnya termasuk buah-buahan dan

jerami.

2) Opium yang belum diolah diperoleh dari buah tanaman

opium, yaitu sari buah yang membeku dengan sendirinya.

Terlepas dari kadar morfinnya, tanaman tersebut hanya

dikemas dan diangkut.

3) Opium masak terdiri dari (a) Candu, yakni hasil yang

diperoleh dari opium mentah melalui suatu rentetan

pengolahan, khususnya dengan pelarutan,pemansan, dan

peragian dengan atau tanpa penambahan bahanbahan lain

dengan maksud mengubahnya menjadi suatu ekstrak yang

cocok untuk pemadatan. (b) Jicing, yakni sisa-sisa dari

18 Amiruddin pabbu, Arry wirawan, Andi tanwir mappanyukki. Tinjauan


yuridis terhadap tindak pidana kepemilikan narkotika (Studi putusan Nomor
1187/Pid.sus/2020/PN.Mks) (Hal 107-108 ALDEV). Diakses pada tanggal 17
September 2023 pukul 19.39 Wita
20

candu setelah diisap, tanpa memperhatikan apakah candu

itu dicampur dengan daun atau bahan lain. (c) Jicingko,

yakni hasil yang diperoleh dari 28 pengolahan jicing.

4) Morfina, adalah alkaloida utama dari opium dengan

rumusan kimia C17H19NO3.

5) Koka, ialah tanaman dari semua genus (Erythroxylon) dari

keluarga

6) Erythoroxylacea termasuk buah dan bijinya.

7) Daun koka, yaitu daun yang belum atau sudah dikeringkan

atau dalam bentuk serbuk dari semua tanaman genus

Erythroxylon dari keluarga Erythoroxylaceae yang

menghasilkan kokain secara langsung atau melaui

perubahan kimia.

8) Bahan baku kokain adalah semua produk yang diperoleh

dari daun koka yang dapat langsung diolah menjadi kokain.

9) Kokaina, adalah metil ester-I-bensoil ekgonia dengan rumus

kimia C17H21NO4.

10) Ekgonia, adalah lekgonia dengan rumus kimia

C9H15NO3H2O dn ester Selain turunannya, mereka dapat

diubah menjadi ecgonine dan kokain.

11) Ganja, ialah semua tanaman genus cannabis dan semua

bagian dari tanaman termsuk biji, buah, jerami, hasil olahan


21

tanaman ganja atau bagian tanaman ganja termsuk damar

ganja dan hashis.

12) Damar ganja merupakan resin yang diekstrak dari tanaman

ganja termasuk teknik pengolahannya yang menggunakan

resin sebagai bahan dasarnya.

B. Narkotika Golongan ll

1) Alfasetilmetadol

2) Alfameprodina

3) Alfametadol

4) Alfaprodina

5) Alfentanil

6) Alilprodina

7) Anileridina

8) Ekgonina

9) Morfin

10)Garam-garam

C. Narkotika golongan III

1) Etilmorfina

2) Kodeina

3) Nikokodina

4) Polkodina
22

5) Garam-garam dari Narkotika dalam golongan tersebut

diatas

6) Campuran atau sediaan difenoksin dengan bahan lain bukan

narkoba

7) Campuran atau sediaan difenoksilat dengan bahan lain

bukan Narkotika 19

3. Pemidanaan terhadap anak

Pasal 45 KUHP menyatakan bahwa:

“Dalam menuntut orang yang belum cukup umur (minderjarig)

karena melakukan perbuatan sebelum umur 16 (enam belas) tahun,

hakim dapat menentukan: memerintahkan supaya yang bersalah

dikembalikan kepada orang tua, walinya atau pemeliharanya,

tanpa pidana apapun, atau memerintahkan supaya yang bersalah

diserahkan kepada pemerintah, tanpa pidana apa pun, yaitu jika

perbuatan merupakan kejahatan atau salah satu pelanggaran

tersebut pasal 489, 490, 492, 496, 497, 503, 505, 514, 517-519,

526, 532, 536 dan 540 serta belum lewat 2 (dua) tahun sejak

dinyatakan salah karena melakukan kejahatan atau salah satu

pelanggaran tersebut diatas, dan putusannya menjadi tetap; atau

menjatuhkan pidana” (Moeljatno, 2003: 22).

19http://bnnp-diy.com/posting-94-jenisjenis-narkotika-menurut-undang-
undang-no35- tahun2009.html. diakses pada tanggal 18 September Pukul 17.09 Wita
23

Dari ketentuan tersebut berarti seseorang yang umurnya

telah lebih dari enam belas tahun, maka ia dapat dikenakan sanksi

sesuai dengan ketentuan pidana yang diberlakukan bagi orang

dewasa. 20

Sementara dalam Pasal 47 KUHP ancaman pidana bagi anak

yang belum berumur 16 tahun dapat berupa:

1. Jika hakim menjatuhkan pidana, maka maksimum pidana pokok

terhadap perbuatan pidananya dikurangi sepertiga.

2. Jika perbuatan merupakan kejahatan yang diancam dengan

pidana mati atau pidana seumur hidup, maka dijatuhkan pidana

penjara paling lama 15 (lima belas) tahun.

3. Pidana tambahan yang tersebut dalam Pasal 10 sub b, nomor 1

dan 3, tidak dapat dijatuhkan terhadap anak nakal yang berumur

12 (dua belas) tahun dan melakukan tindak pidana sebagaimana

yang dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 huruf a Undang-Undang

Nomor 3 Tahun 1997 yang diancam dengan hukuman mati atau

seumur hidup.

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak

tidak mengikuti ketentuan pidana pada Pasal 10 KUHP, dan

membuat sanksinya secara tersendiri. Pidana pokok yang dapat

20 Buku kesatu kitab undang-undang hukum pidana (KUHP) Pasal 45


24

dijatuhkan kepada anak nakal terdapat dalam Pasal 23 ayat (2)

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 ialah:

a. pidana penjara

b. pidana kurungan

c. pidana denda

d. pidana pengawasan

Terhadap anak nakal tidak dapat dijatuhkan pidana mati,

maupun pidana seumur hidup, akan tetapi pidana penjara bagi

anak nakal maksimal sepuluh tahun. Jenis pidana baru dalam

undang— undang ini adalah pidana pengawasan yang tidak

terdapat dalam KUHP. Pidana tambahan bagi anak nakal dapat

berupa:

a. perampasan barang tertentu; dan/atau

b. pembayaran ganti rugi.

Khusus mengenai sanksi terhadap anak dalam undang—

undang ini ditentukan berdasarkan perbedaan umur anak, yaitu

bagi anak yang masih berumur 8 sampai 12 tahun hanya dikenakan

tindakan, sedangkan terhadap anak yang telah mencapai umur 12

sampai 18 tahun dijatuhkan pidana. Pembedaan perlakuan tersebut

didasarkan atas pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan

sosial anak (Soetodjo, 2005: 29). Dalam Pasal 24 Undang —


25

Undang Nomor 3 Tahun 1997 ditentukan bahwa tindakan yang

dapat dijatuhkan kepada anak nakal ialah:

a. mengembalikan kepada orang tua, wali, atau orang tua asuh; b.

menyerahkan kepada negara untuk mengikuti pendidikan,

pembinaan, dan latihan kerja; atau

c. menyerahkan kepada Departemen Sosial, atau organisasi

kemasyarakatan yang bergerak di bidang pendidikan, pembinaan

dan latihan kerja.

Di bawah ini akan dikemukakan beberapa Pasal dalam

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 yang berkaitan dengan

ancaman pidana yang dapat dijatuhkan kepada anak nakal.

Pasal 26

a. Pidana penjara yang dapat dijatuhkan kepada anak nakal


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 huruf a, paling lama
setengah dari maksimum ancaman pidana penjara bagi orang
dewasa.
b. Apabila anak nakal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka
2 huruf a, melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana
mati atau pidana penjara seumur hidup, maka pidana penjara yang
dapat dijatuhkan kepada anak tersebut paling lama 10 (sepuluh)
tahun.
c. Apabila anak nakal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka
2 huruf a, belum mencapai umur 12 (dua belas) tahun melakukan
tindak pidana yang diancam pidana mati atau pidana penjara
seumur hidup, maka terhadap anak nakal tersebut hanya dapat
dijatuhkan tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat
(1) huruf b.
d. Apabila anak nakal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka
2 huruf a, belum mencapai umur 12 (dua belas) tahun melakukan
tindak pidana yang diancam pidana mati atau pidana penjara
26

seumur hidup, maka terhadap anak nakal tersebut dijatuhkan salah


satu tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24.

Pasal 27

Pidana kurungan yang dapat dijatuhkan kepada anak nakal


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 huruf a, paling lama
setengah dari maksimum ancaman pidana kurungan bagi orang
dewasa.

Pasal 28

a. Pidana denda yang dapat dijatuhkan kepada anak nakal paling


besar setengah dari maksimum ancaman pidana bagi orang
dewasa.
b. Apabila denda sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1)
ternyata tidak dapat dibayar, maka diganti dengan wajib latihan
kerja.
Pasal 30

a. Pidana pengawasan yang dapat dijatuhkan kepada anak nakal


sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 huruf a, paling
singkat 3 (tiga) bulan dan paling lama 2 (dua) tahun.
b. Apabila terhadap anak nakal sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1 angka 2 huruf a, dijatuhkan pidana pengawasan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), maka anak tersebut
ditempatkan di bawah pengawasan Jaksa dan Bimbingan
Pembimbing Kemasyarakatan.

Dalam Pasal 26, 27 dan 28 di atas terdapat istilah ancaman

pidana maksimum. Dalam konteks hukum pidana ada dua macam

ancaman pidana maksimum, yakni ancaman pidana maksimum

umum dan ancaman pidana maksimum khusus. Maksimum umum

disebut dalam Pasal 12 ayat (2) KUHP, yakni pidana penjara


27

selama waktu tertentu paling pendek 1 (satu) hari dan paling lama

15 (lima belas) tahun berturut — turut. Jadi pidana maksimum

umum adalah maksimum lamanya pidana bagi semua perbuatan

pidana. Adapun maksimum lamanya pidana bagi tiap — tiap

perbuatan pidana adalah maksimum khusus. Misalnya Pasal 362

KUHP tentang pencurian diancam dengan pidana penjara paling

lama 5 (lima) tahun.

Adapun yang dimaksud dengan maksimum pidana dalam

Pasal 26, 27, dan 28 tersebut di atas adalah pidana maksimum

khusus, yaitu apabila hakim menjatuhkan pidana, maka paling

lama setengah dari maksimum pokok pidana terhadap perbuatan

pidananya (dalam hal ini maksimum pidana khusus).

Upaya terakhir Pemidanaan anak (Ultimum Remedum)

Pemidanaan ialah upaya untuk menyadarkan terpidana agar

menyesali perbuatannya, dan mengembalikannya menjadi warga

masyarakat yang baik, taat pada hukum, menjunjung tinggi nilai-

nilai moral, sosial dan keagamaan, sehingga tercapai kehidupan

masyarakat yang aman, tertib dan damai.

Mengingat kekhususan yang dimiliki anak, baik dari segi

rohani dan jasmani, maupun dari segi pertanggungan jawab pidana

atas perilaku dan tindakannya, maka haruslah diusahakan agar

pemidanaan terhadap anak terutama pidana perampasan


28

kemerdekaan merupakan upaya terakhir (ultimum remedium)

bilamana upaya lain tidak berhasil.

Undang-undang tentang perlindungan anak dan undang-

undang tentang hak asasi manusia telah mengatur mengenai

konsep ini. Pasal 14 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002

mengatakan bahwa setiap anak berhak untuk diasuh oleh orang

tuanya sendiri, kecuali jika ada alasan dan/atau aturan hukum yang

sah menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah demi kepentingan

terbaik bagi anak dan merupakan pertimbangan terakhir.

Selanjutnya penegasan tentang hal ini juga diatur dalam Pasal 16

ayat (3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 dan Pasal 66 ayat

(4) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi

Manusia. Peraturan-peraturan tersebut mengatakan bahwa

penangkapan, penahanan, atau tindak pidana penjara anak hanya

dilakukan apabila sesuai dengan hukum yang berlaku. 21

Dalam menetapkan sanksi pidana dalam putusan pidana kita

harus mampu memberikan putusan yang memang sesuai dengan

beban pertanggungjawaban pidana oleh anak yang berkonflik

dengan hukum.

Pemahaman dalam penaganan tindak pidana anak harus

dilandaskan pada asas ultimum remedium, artinya penjatuhan


21 ? https://jurnal.komisiyudisial.go.id //-penerapan-sanksi-pidana-bagi- pelaku-
tindak-pidana-anak Jurnal Yudisial Vol. 6 No. 1 April 2013: 64 — 79. Diakses pada
tanggal 17 November 2023 pukul 20.16 Wita
29

sanksi pidana dijatuhkan dan diterapkan sebagai bentuk upaya

terakhir yang dilakukan. Selain itu adanya Restorative Justice

memberikan tawaran terkait dengan penyelesaian kasus kejahatan

yakni dengan mengutamakan pada inti permasalahan yang

memberikan keadilan bagi korban dan pelaku. Bahkan sistem

peradilan pidana anak wajib mengutamakan pendekatan keadilan

restorative, untuk tercapainya diversi bagi anak yang berhadapan

dengan hukum, dalam hal ini anak yang menjadi kurir narkoba.

Perlu kita ketahui bahwa perkara anak yang menjadi kurir

narkotika merupakan sebagai pelaku namun untuk melibatkan

korban terhadap perkara anak yang menjadi kurir narkoba masih

menjadi pertanyaan bahawa siapa korban yang akan dilibatkan

dalam perkara ini. 22

Dengan demikian menurut saya selaku penulis, anak yang menjadi

kurir narkotika walaupun sebagai pelaku dalam tindak pidana

narkotika, namun juga anak tersebut menjadi korban, sehingga

dapat diberlakukan pendekatan dengan Restorative Justice guna

tercapainya diversi.

Sesuai dengan salah satu teori pemidanaan yang berlaku yaitu

Teori Relatif/teori Tujuan yang berpokok pangkal pada dasar

22Jurnal I Wayan Govinda Tantra “Pertanggungjawaban Pidana Anak


Sebagai Kurir Dalam Tindak Pidana Narkotika ” (Vol. 2, No. 2, Denpasar, Jurnal
Analogi Hukum, 2020) h. 215-217 Diakses pada tanggal 16 September 2023 pukul
20.00 Wita
30

bahwa pidana adalah alat untuk menegakkan tata tertib (hukum)

dalam Masyarakat, dimana dasar pemikiran dari teori ini menitik

beratkan pada kejahatan dapat dijatuhi hukuman artinya

penjatuhan pidana mempunyai tujuan tertentu, misalnya

memperbaiki sikap atau mental pelaku serta memberikan efek jera

kepada pelaku sehingga membuat pelaku tidak berbahaya lagi.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan yaitu berdasarkan penelitian empiris atau

penelitian lapangan (field Research). Penelitian empiris salah satu metode

penelitian dengan mengumpulkan data langsung dari sumbernya, baik itu dari

objek penelitian, responden, atau informan. Penelitian lapangan sangat penting

dilakukan karena mampu memberikan data yang valid dan dapat diandalkan,

sehingga hasil penelitian yang diperoleh memiliki kualitas yang baik dan dapat

digunakan untuk pengembangan teori atau praktik dalam bidang tertentu.

Penelitian lapangan umumnya dilakukan dengan cara mengamati, wawancara,

ataupun melakukan survei langsung terhadap objek penelitian di tempat yang


31

sesuai dengan konteks penelitian. Melalui observasi dan wawancara dengan

pihak-pihak yang berkepentingan sehinnga mendapatkan informasi yang di

inginkan.23

B. Pendekatan Penelitian

Ada lima pendekatan dalam penelitian hukum, kelima pendekatan tersebut

yaitu pendekatan normatif, pendekatan sejarah, pendekatan komparatif,

pendekatan empiris, dan pendekatan filosofis.24

Penelitian ini menggunakan pendekatan empiris, yang dimana pendekatan

empiris adalah penelitian yang berfokus untuk meneliti fenomena atau keadaan

objek penelitian secara rinci. Caranya adalah dengan mengumpulkan fakta dan

bukti yang terjadi, serta mengembangkan rancangan yang sudah ada. Sedangkan

pendekatan sosiologis menekankan pada penelitian yang bertujuan untuk

memperoleh pengetahuan hukum empiris secara langsung melalui hukum positif.

C. Sumber Data

Adapun sumber data yang digunakan sebagai dasar menunjang penelitian

ini yaitu:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber langsung, yang

dihasilkan melalui pengumpulan data langsung dan sumber yang asli yaitu

23 Suteki, Metode Penelitian Hukum, (Semarang: PT.Raja Grafindo 2017),


h.213. Diakses pada tanggal 20 September 2023 Pukul 09.10 Wita
2 4 Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum. Cet 2, Jakarta : Kencana ,

h.93. Diakses pada tanggal 20 September 2023 pukul 11.35 Wita


32

melalui wawancara dengan Narapidana Anak dan Sipir di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas 1 Makassar.

2. Data Sekunder

Bahan hukum sekunder didapatkan melalui studi pustaka seperti, skripsi,

buku buku, jurnal, makalah, dan media yang berkaitan dengan materi ditambah

lagi dengan kegiatan pencarian data melalui internet.

D. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Observasi

Observasi adalah suatu metode pengumpulan data dalam penelitian yang

dilakukan dengan cara mengamati, mencatat semua informasi yang terkait dengan

fenomena yang di mana objeknya yaitu, Tinjauan hukum pidana terhadap anak

sebagai kurir narkoba. Oleh karena itu, penelitian metode ini digunakan peneliti

agar mampu mendapatkan data sebagai pelengkap.

2. Studi wawancara (interview)

Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan

informasi yang di gali melalui percakapan atau tanya jawab berisi pertanyaan

yang relevan dengan rumusan masalah penelitian kepada narapidana anak dan

sipir lapas di Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Makassar

E. Instrumen Penelitian
33

Dalam instrumen penelitian yang digunakan peneliti dalam pengumpulan

data yang disesuaikan berdasarkan jenis penelitian berupa:

1. Olah Data

Olah data adalah suatu tahap dalam pengelolaan data mentah (raw data)

menjadi format yang lebih berguna dan bermakna dengan keabsahan kualitatif

untuk memastikan keakuratan, keabsahan,dan keandalan data yang digunakan

dalam penelitian. Instrumen atau alat pemeriksaannya adalah pelaku penelitian itu

sendiri.

2. Analisis Data

Analisis data adalah proses pengorganisasian dan pengelompokan data ke

dalam pola, kategori, dan unit uraian dasar, sehingga tema dapat ditemukan dan

dirumuskan hipotesis kerja. Oleh karena itu, tujuan dari analisis data adalah untuk

mengatur data yang telah diperoleh. Setelah mengumpulkan data dari lapangan

dengan menggunakan metode pengumpulan data di atas, penulis akan

menggunakan analisis deskriptif kualitatif untuk mengelola dan menganalisis

data25.

Tri Suhendra Arbani, Abd. Rais Asmar, Nurfaika Ishak, Jurnal Hukum,
25

Volume 1, Tahun 2022, h.30. Diakses pada tanggal 20 September Pukul 23.50 Wita
34

DAFTAR PUSTAKA

Buku
35

Abdul Rahman, Perlindungan Hukum dan Pemenuhan Hak


Konstitusional Anak Pesrspektif Hukum Internasional Hukum
Positif , Cet. 1, Makassar: Alauddin University Press, 2011.

Ade Widnyana, Asas- Asas Hukum Pidana, Fikahati Aneska, Jakarta,


Fikahati aneska, 2010.

Moh. Taufik Makarao, Suhasril dan Moh.Zakky, Tindak Pidana


Narkotika, Jakarta, Ghalia Indonesia, 2003.

Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum. Cet 2, Jakarta, Kencana,


2017.

Prof. Dr. Koesto Adi, SH,MS, Diversi tindak pidana narkotika anak, Vol.1,
Malang, Setara Press, Oktober 2014.
Suteki, Metode Penelitian Hukum, Semarang, PT.Raja Grafindo, 2017.

Peraturan Perundang-Undangan
Buku kesatu kitab undang-undang hukum pidana (KUHP) Pasal 45

Pasal 1 angka 13 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

Putusan Nomor 50/Pid.B/2009/PN.Btg

Jurnal
Amiruddin pabbu, Arry wirawan, Andi tanwir mappanyukki. Tinjauan
yuridis terhadap tindak pidana kepemilikan narkotika (Studi
putusan Nomor 1187/Pid.sus/2020/PN.Mks) (Hal 107-108 ALDEV)

Fasichatus sadkyiah, Model double track system pidana terhadap pelaku


penyalahgunaan narkotika menurut Undang-undang nomor 35
Tahun 2009, Jurnal online unira, Volume 22, No. 1, 2021), h. 1.

Hidayat Asep Syarifuddin dkk., Perlindungan Hukum Terhadap Anak


Sebagai Kurir Narkotika: Jurnal Sosial & Budaya Syar-I, Vol. 5
No. 3 (2018).
36

Rahman Syamsuddin, Ahmad Taufik, “ Pemusnahan Barang bukti Tindak


Penyalahgunaan Narkotika di Kejaksaan Makassar”, Alauddin
Law Develovment (ALDEV), vol 3 no 2 (Agustus 2021) .

Tri Suhendra Arbani, Abd. Rais Asmar, Nurfaika Ishak, Jurnal Hukum,
Volume 1, Tahun 2022, h.30.

Internet
Web: https://www.kpai.go.id/publikasi/kpai-catat-anak-dimanfaatkan-
jadi-kurir narkoba diakses pada tanggal 15 September 2023 pukul 17.42 Wita

Web: http://bnnp-diy.com/posting-94-jenisjenis-narkotika-menurut-undang-
undang-no35-%20tahun2009.html. diakses pada tanggal 18 September Pukul 17.09
Wita

Web: https://jurnal.komisiyudisial.go.id/index.php/jy/article/download/119/103
Diakses pada tanggal 17 November 2023 pukul 20.16 Wita

Web: https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/jphi/article/view/6167
Diakses pada tanggal 17 September pukul 00. 21 Wita

Web: https://regional.kompas.com/read/2023/06/14/061000378/5-kasus-
narkoba-yang-libatkan-anak-ada-yang-dicekoki-sabu-dan-jadi-
pengedar?page=all diakses pada tanggal 15 September pukul 19.34 Wita

Anda mungkin juga menyukai