Anda di halaman 1dari 24

BAB II

PERCOBAAN ALIRAN DALAM JARINGAN PIPA

2.1 Tujuan
a. Memberikan visualisasi pada mahasiswa akan fenomena-fenomena
dalam aliran jaringan pipa secara lebih nyata.
b. Mempelajari pengaruh-pengaruh dari kehilangan energi akibat gesekan
sepanjang aliran didalam pipa, perubahan luas penampang pipa, belokan
pipa dan katup/ kran.
c. Mempelajari pengaruh dari looping network pada debit aliran.
d. Mempelajari unjuk kerja dan kelakuan hidrolika aliran pada jaringan
pipa akibat dari pengaruh-pengaruh kehilangan energi dan looping
diatas.

2.2 Peralatan dan Perlengkapan


a. Instalasi pompa beserta instalasi aliran balik.
b. Model aliran disaluran tertutup dalam bentuk jaringan pipa dan
deskripsi model.
c. Papan pengukur kehilangan tekanan/ manometer.
d. Stopwatch
e. Ember
f. Gelas ukur
g. Alat tulis

2.3 Bagian – Bagian Alat


Bagian-bagian dari pipa flow Apparatus (alat pengukur kehilangan
energi aliran dalam pipa) dapat dilihat seperti gambar 2.3 dibawah ini. Alat
pengukur kehilangan energi dalam pipa ini terdiri dari beberapa macam
bagian antara lain pipa PVC Wafin dengan diameter 2”, diameter 1” dan
diameter ½”.
Disamping itu juga digunakan fitting-fitting antara lain Sock, Tee,
Knee, Sock Draat, ball valve kitz dan stop kran merk Onda.

4
Dari gambar 2.3 di bawah ini dapat diuraikan bagian-bagian dari model
pipa flow apparatus sebagai berikut :
1. Pipa A mempunyai diameter 2” dengan permukaan bagian dalam pipa
halus.
2. Pipa B mempunyai diameter 2” dengan permukaan bagian dalam pipa
dibuat kasar dengan jalan dilapisi pasir kwarsa.
3. Pipa C mempunyai diameter 1” dengan permukaan bagian dalam tetap
halus.
4. Pipa D mempunyai diameter 1” dengan permukaan bagian dalam
dibuat kasar dengan cara dilapisi pasir kwarsa.
5. Pipa E mempunyai diameter ½” dengan permukaan bagian dalam tetap
halus.
6. Pipa F mempunyai diameter ½” dengan permukaan bagian dalam
dibuat kasar dengan cara dilapisi pasir kwarsa.
7. Katup yang dipakai ball valve yang berdiameter ½”, 1” dan 2”.
8. Titik-titik penempatan selang manometer berjumlah 26 titik yang
diberi nomor secara berurutan.

2.4 Penggunaan Alat


Prinsip simulasi airan air dalam pipa baik loop maupun tidak pada
model pipa flow apparatus ini adalah membuat variasi simulasi baik untuk
bukaan katup pada beberapa node yang berbeda, maupun variasi jenis
kekasaran pipa sehingga dapat dilihat perbedaan kehilangan anergi aliran
pipa yang disebabkan oleh gesekan atau friksi dengan dinding pipa
(kehilangan energi utama). Disamping itu, kehilangan energi selain karena
gesekan juga karena harus membelok sehingga terjadi turbulensi.
Kehilangan energi aliran didalam pipa ini dapat dilihat pada bagian
papan manometer, sehingga kehilangan energi aliran didalam pipa baik
karena gesekan, belokan, penyempitan, pembesaran dan katup dapat dilihat
pada papan manometer. Oleh karena itu titk-titik pengukuran dipasang
dengan berbagai kondisi untuk mengetahui kehilangan energi aliran
didalam pipa karena gesekan dengan pipa maka selang manometer
diletakkan di ujung-ujung pipa halus atau kasar, sedangkan untuk
5
mengetahui kehilangan energy aliran di dalam pipa karena belokan maka
manometer di pasang pada titik-titik sebelum reducer. Adapun titik lubang
pada pipa untuk menancapkan selang manometer terdiri dari 26 titik, yang
diberi nomor berurutan. Sehingga pada waktu simulasi ujung selang
manometer terpasang dengan baik yang tersambung ke pipa maupun
tersambung ke papan manometer.
Dari jaringan pipa yang ada, kita buat variasi bukaan katup pada
diameter pipa yang akan kita pilih, baik itu katup yang terletak pada pipa
maupun stop kran pada tiap ujung pipa pada diameter pipa yang berbeda-
beda diameter nominalnya, sehingga dihasilkan debit yang berbeda-beda
yang keluar dari stop kran.
Untuk lebih jelasnya, akan diuraikan berbagai contoh simulasi yang
bertujuan mencari kehilangan energi aliran didalam pipa akibat gesekan
dengan dinding pipa, belokan pipa, penyempitan/pelebaran maupun
pemasangan katup.

1. Simulasi dengan tujuan mencari kehilangan energi aliran didalam pipa karena
gesekan pada pipa.
Untuk simulasi ini, air dialirkan melalui pipa diameter 1” yang
permukaan bagian dalam pipa dibuat kasar. Pada simulasi ini semua debit
air yang mengalir ke jaringan dikeluarkan melalui kran nomor 3, ball valve
yang dibuka hanya di sepanjang pipa yang melalui aliran air seperti terlihat
gambar 2.3 di bawah ini, sedangkan aliran ke pipa diameter 2” dan
diameter ½” ditutup. Untuk selang manometer dipasang dititik disepanjang
pipa diameter 1” (kasa) yaitu pada titik nomor 11 dan nomor 12.

2. Simulasi dengan tujuan mencari kehilangan energi karena belokan pada pipa.
Untuk simulasi ini, aliran air dialirkan melalui belokan 90° yang
terletak pada belokan pada pipa diameter ½”. Ujung-ujung selang
manometer diletakkan pada titik-titik pengukur yaitu pada titik nomor 19
dan titik nomor 20.

6
3. Simulasi dengan tujuan mencari kehilangan energi aliran karena penyempitan atau
pelebaran (Reducer ).
Untuk simulasi ini, aliran air dialirkan melalui pipa diameter 1/2”
(kasar) yang sebelumnya dilewatkan melalui katup-katup, juga dilewatkan
melalui reducer dari pipa 2”. Untuk selang manometer diletakkan pada
titik-titik sebelum Reducer maupun sesudah Reducer. Air dikeluarkan ke
bak sirkulasi melalui stop kran nomor 4.

4. Simulasi dengan tujuan mencari kehilangan energi karena pemasangan ball valve
(katup).
Untuk simulasi ini, aliran air dialirkan melalui pipa diameter 1”, kemudian
dialirkan menuju ke pipa diameter ½” yang permukaan bagian dalam halus, tetapi
sebelumnya dilewatkan melalui katup (ball Valve) 1”. Untuk selang manometer
diletakkan pada titik-titik sebelum maupun sesudah ball valve yaitu pada titik nomor
6 dan titik nomor 7. Air yang mengalir, semua dialirkan ke stop kran nomor 2.
Simulasi ini dapat dibuat dengan variasi bukaan yang berbeda pada stop kran agar
didapat beda tekanan relativeyang berbeda.

2.5 Landasan Teori


Pipe flow apperatus (alat ukur kehilangan tenaga pada pipa) merupakan alat
yang dapat dipakai untuk melakukan simulasi dengan variasi aliran dalam pipa.
Pengoperasiannya dilakukan dengan membuka dan menutup katup (kran atau stop
kran) yang telah dipasang, sehingga beda energy yang terjadi pada beberapa
pengukuran dapat terukur atau terlihat pada papan manometer (papan pengukur
kehilangan energi).
Berkurangnya energi atau tinggi tekanan merupakan fungsi debit, panjang pipa,
diameter pipa dan koefisien gesek pipa yang disebut kehilangan energi mayor.
Secara matematis dapat ditulis sebagai Darcy-Weisbach :

7
Dengan :
hf = kehilangan energi atau tekanan (major atau utama) (m)
Q = debit pipa (m3/dt)
f = koefisien gesek
L = panjang pipa (m)
D = diameter pipa (m)
g = percepatan gravitasi bumi (m/dt2)

Gambar 2.1 Aliran Dalam Pipa dan Kehilangan Energi Mayor Maupun Minor

Gambar 2.1 kehilangan energi ditunjukkan oleh posisi titik-titik yang


membentuk garis yang disebut EGL. Energi awal adalah setinggi muka air,
kemudian turun sepanjang aliran dan akhirnya minimum di ujung pipa. Tinggi
tekanan energi diukur dari suatu datum tertentu. Datum adalah garis atau bidang
horizontal (datar) yang dapat dipilih sesuka kita. Selain garis energi, terdapat pula
garis HGL yang merupakan garis yang menunjukkan teknan air di setiap titik yang
ditinjau. Perbedaaan tinggi antara EGL dan HGL adalah V2/2g.
Selain kehilangan energi akibat gesekan dengan pipa terjadi pula kehilangan
energi akibat sambungan pipa dengan tangki dan pada saat air keluar dari pipa. Pada
saat air mulai masuk pipa EGL turun tajam walaupun dalam kualitas yang tidak
begitu besar. Kehilangan anergi ini disebut kehilangan energi minor.
Kehilangan energi minor dapat disebabkan oleh sambungan antar pipa,
konstruksi tiba-tiba (penyempitan dan pembesaran), dan belokan yang meyebabkan
8
adanya turbulensi. Kehilangan energi minor juga dapat terjadi jika air harus melalui
katup (kran / stop kran). Seperti diketahui, katup mengganggu aliran sehingga dapat
mengurangi atau bahkan menghentikan aliran sama sekali. Walaupun disebut minor,
kehilangan di tempat-tempat tersebut mungkin saja jauh lebih besar dibandingkan
dengan kehilangan energi akibat gesekan dengan pipa. Dengan demikian,
kehilangan energi tersebut harus diperhatikan dalam perhitungan. Kehilangan energi
minor dalam bahasa matematika ditulis sebagai berikut :

Dengan :
k = koefisien kehilangan energi minor
V = kecepatan aliran
Koefisien k bervariasi tergantung pada bentuk fisik bangunan, penyempitan
katus dan sebagainya. Harga k ini (selain katup) biasanya berkisar antara 0 s/d 1
harga k fitting sangat variatif, tergantung pada berbagai faktor. Selain itu pengaruh
manusia (man work) terutama dalam pelaksanaan penyambungan pipa kadang
sangat berpengaruh terhadap kehilangan tenaga pada fitting, terutama untuk
berbagai macam sambungan. Pipa telah direncanakan dan diproduksi oleh pabrik
dengan memperhitungkan kehilangan energi yang sekecil-kecilnya. Misalnya,
penyambungan pipa dibuat dengan ukuran diameter yang tepat dapat
mengakomodasi diameter luar pipa yang akan disambung dan panjang pipa yang
masuk kedalam sambungan tertentu. Jika yang menyambung tidak memasukkan
pipa yang akan disambung secara sempurna sesuai yang dimaksud oleh pabrik pipa,
maka akan terjadi ekspansi tiba-tiba pada sambungan tersebut beberapa kali
sehingga menambah kehilangan energi. Gambar tentang hal tersebut dapat dilihat
pada gambar 1. Sulit kiranya untuk menguji harga k untuk setiap bentuk belokan
dan katup yang akan dipakai dalam jaringan penyedia air. Biasanya jenis-jenis
belokan yang digunakan sudah baku, sehingga pengujian koefisien tidak terlalu
banyak.
Katup agak lain dengan belokan dan penyempitan (perubahan diameter pipa).
Katup dapat diatur menutup dan membuka, yang berarti mengubah diameter pipa
9
secara variatif. Dengan demikian, kehilangan energi yang disebabkan oleh katup
sangat variatif atau k sangat bervariasi tergantung pada posisi katup. Pada
hakikatnya harga k katup dapat berkisar antara 0 hingga tak terhingga. Kejadian
fisik pada fittingditunjukkan seperti gambar 2 dibawah ini:

Gambar 2.2 Turbulensi pada Fitting yang Menyebabkan Kehilangan Energi Minor

Tangki untuk simulasi ini nantinya terletak pada elevasi ± 3 m dari lantai,
sedangkan untuk jaringan pipa elevasinya 1m di atas lantai terletak diatas meja yang
berfungsi sebagai tempat perletakan pipa. Diharapkan dengan perbedaan elevasi
sekitar 2m ini, akan dihasilkan perbedaan tekanan relative pada node di sepanjang
pipa yang tidak terlalu tinggi.
Alat-alat lain yang diperlukan untuk simulasi selain yang sudah disebutkan
sebelumnya adalah pompa untuk menaikkan air ke tangki dan bak air untuk
menampung air yang keluar dari kran sehingga dapat dipakai kembali untuk
mengisi tangki dengan mempergunakan pompa.

10
L = 160 cm, D=5,37cm

L = 161 cm, D=5,31cm

L = 161,5 cm, D=2,55cm

L = 162 cm, D=2,50cm

L = 163 cm, D=1,88m

L = 177,5 cm, D=1,7m

Gambar 2.3 Diagram Jaringan Pipa


11
2.6 Langkah Kerja
a. Jalankan mesin pompa air untuk mengisi bak air (reservoir).
b. Buka kran air yang menghubungkan jaringan pipa percobaan.
c. Biarkan terlebih dahulu air mengalir dengan stabil dengan membuka semua kran
pembuang yang ada di ujung.
d. Tutup kran dengan yang ada pada pipa dengan ø 1” dan ø ½”
e. Buka slang penutup yang ada dititik 1, 2, 3, dan 4, biarkan air mengalir terlebih
dahulu untuk menghilangkan gelembung udara yang ada di dalam pipa.
f. Bila sudah tidak ada gelembung, titik-titik selang 1, 2, 3, dan 4 dihubungkan
dengan papan manometer, biarkan sebentar agar tekanan air bisa stabil terlebih
dahulu, baru setelah stabil baca ukuran masing-masing titik slang pipa tersebut
dengan jalan membaca ukuran yang ada di papan manometer, diperoleh tinggi
tekanan untuk titik nomor 1 = 66 cm, titik nomor 2 = 65,9 cm , titik nomor 3 =
65,4 cm dan titik nomor 4 = 65,3 cm.
g. Berikutnya kita pindah ke slang plastik yang menghubungkan titik-titik nomor 5,
6, 7, dan 8, tutup terlebih dahulu slang dari titik nomor 1, 2, 3, dan 4, lalu buka
slang titik nomor 5, 6, 7, dan 8, biarkan air mengalir terlebih dahulu untuk
menghilangkan gelembung udara yang ada di slang plastik tersebut.
h. Bila sudah tidak ada gelembung, titik-titik selang 5, 6, 7, dan 8 dihubungkan
dengan papan manometer, biarkan sebentar agar tekanan air bisa stabil terlebih
dahulu, baru setelah stabil baca ukuran masing-masing titik slang pipa tersebut
dengan jalan membaca ukuran yang ada di papan manometer, diperoleh tinggi
tekanan untuk titik nomor 5 = 29,6 cm , titik nomor 6 = 29,4 cm, titik nomor 7 =
29,2 cm dan titik nomor 8 = 29,1 cm.
i. Langkah selanjutnya, mengukur debit air yang keluar dari pipa.
j. Persiapkan peralatan ember, gelas ukur, dan stopwatch.
k. Dengan bersamaan menekan tombol stopwatch, ember diletakkan pada saluran
air pembuang, ditunggu sampai air yang ada diember penuh, stopwatch
dimatikan dan ember dipindah, setelah diukur diperoleh data pada pipa halus ø2”
= 5,5 liter/ 30 detik dan pada pipa kasar ø2” = 5,5 liter/ 27 detik.
l. Berikutnya kita pindah ke slang plastik yang menghubungkan titik-titik nomor 9,
10, 11, dan 12, tutup terlebih dahulu slang dari titik nomor 5, 6, 7, dan 8, lalu
buka slang titik nomor 9, 10, 11, dan 12, biarkan air mengalir terlebih dahulu
untuk menghilangkan gelembung udara yang ada di slang plastik tersebut.
12
m. Bila sudah tidak ada gelembung titik-titik selang 9, 10, 11, dan 12 dihubungkan
dengan papan manometer, biarkan sebentar agar tekanan air bisa stabil terlebih
dahulu, baru setelah stabil baca ukuran masing-masing titik slang pipa tersebut
dengan jalan membaca ukuran yang ada di papan manometer, diperoleh tinggi
tekanan untuk titik nomor 9 = 29,7 cm, titik nomor 10 = 29,6 cm, titik nomor 11
= 29,5 cm dan titik nomor 12 = 29,4 cm.
n. Berikutnya kita pindah ke slang plastik yang menghubung kan titik-titik nomor
13, 14,15 dan 16, tutup terlebih dahulu slang dari titik nomor 9, 10, 11, dan 12,
lalu buka slang titik nomor 13, 14,dan 15, biarkan air mengalir terlebih dahulu
untuk menghilangkan gelembung udara yang ada di slang plastik tersebut.
o. Bila sudah tidak ada gelembung titik-titik selang 13, 14, dan 15 dihubungkan
dengan papan manometer, biarkan sebentar agar tekanan air bisa stabil terlebih
dahulu, baru setelah stabil baca ukuran masing-masing titik slang pipa tersebut
dengan jalan membaca ukuran yang ada dipapan manometer, diperoleh tinggi
tekanan untuk titik nomor 13 = 91,9 cm, titik nomor 14 = 91,8 cm, dan titik
nomor 15 = 91,0 cm
p. Langkah selanjutnya, mengukur debit air yang keluar dari pipa.
q. Persiapkan peralatan ember, gelas ukur dan stopwatch.
r. Dengan bersamaan menekan tombol stopwatch, ember diletakkan pada saluran
air pembuang, ditunggu sampai air yang ada diember penuh, stopwatch
dimatikan dan ember dipindah, setelah diukur diperoleh data pada pipa halus
ø1”= 2,3 liter/ 60 detik dan pada pipa kasar ø1”= 2,14 liter/ 60 detik.
s. Berikutnya kita pindah ke slang plastik yang menghubungkan titik-titik nomor
18, 19, dan 20, tutup terlebih dahulu slang dari titik nomor 13, 14, dan 15, lalu
buka slang titik nomor 18, 19, dan 20, biarkan air mengalir terlebih dahulu untuk
menghilangkan gelembung udara yang ada di slang plastik tersebut.
t. Bila sudah tidak ada gelembung titik titik selang 18, 19, dan 20 dihubungkan
dengan papan manometer, biarkan sebentar agar tekanan air bisa stabil terlebih
dahulu, baru setelah stabil baca ukuran masing-masing titik slang pipa tersebut
dengan jalan membaca ukuran yang ada di papan manometer, diperoleh tinggi
tekanan untuk titik nomor 18 = 90,4 cm, titik nomor 19 = 88,5 cm, dan titik
nomor 20 = 88,4 cm.

13
u. Berikutnya kita pindah ke slang plastik yang menghubungkan titik-titik nomor 21, dan
24, tutup terlebih dahulu slang dari titik nomor 18, 19, dan 20, lalu buka slang titik
nomor 21 dan 24, biarkan air mengalir terlebih dahulu untuk menghilangkan gelembung
udara yang ada di slang plastik tersebut.
v. Bila sudah tidak ada gelembung titik-titik selang 21 dan 24, dihubungkan dengan papan
manometer, biarkan sebentar agar tekanan air bisa stabil terlebih dahulu, baru setelah
stabil baca ukuran masing-masing titik slang pipa tersebut dengan jalan membaca ukuran
yang ada di papan manometer, diperoleh tinggi tekanan untuk titik nomor 21 = 88,2 cm
, titik nomor 24 = 87,9 cm.
w. Langkah selanjutnya, mengukur debit air yang keluar dari pipa.
x. Persiapkan peralatan ember, gelas ukur dan stopwatch.
y. Dengan bersamaan menekan tombol stopwatch, ember diletakkan pada saluran air
pembuang, ditunggu sampai air yang ada diember penuh, stopwatch dimatikan dan
ember dipindah, setelah diukur diperoleh data pada pipa halus ø1/2” = 2,68 liter/ 60 detik
dan pada pipa kasar ø1/2”= 2,2 liter/60 detik.
z. Setelah selesai bersihkan tempat dan peralatan, simpan peralatan di tempat semula dan
Menghitung jumlah debit air.

14
2.7 Data Praktikum

15
2.8 Hasil Percobaan
a. Percobaan 1
Nama Volume (Liter) Waktu (Detik) Debit (lt/detik)
Kran A 5,50 30 0,183
Kran B 5,50 27 0,203

Titik 1 2 3 4
Tinggi Tekanan (cm) 66 65,9 65,4 65,3

b. Percobaan 2
Nama Volume (Liter) Waktu (Detik) Debit (lt/detik)
Kran C 2,30 60 0,038
Kran D 2,14 60 0,035

Titik 5 6 7 8 9 10 11 12
Tinggi Tekanan (cm) 29,6 29,4 29,2 29,1 29,7 29,6 29,5 29,4

16
c. Percobaan 3

Nama Volume (Liter) Waktu (Detik) Debit (lt/detik)


Kran E 2,68 60 0,044
Kran F 2,20 60 0,036

Titik 13 14 15 18 19 20 21 24
Tinggi Tekanan (cm) 91,9 91,8 91,0 90,4 88,5 88,4 88,2 87,9

17
2.9 Perhitungan
2.9.1 Kehilangan Energi Aliran dalam pipa karena gesekan pada Pipa
a. Percobaan 1
 Pipa Halus Ø 2” (1 – 2)
QA = 0,183 lt/dt = 0,000183 m³/dt
Hf = 66 – 65,9
Hf = 0,1 cm = 0,001 m
D = 53,7 mm = 0,0537 m
L = 160 cm = 1,60 m

QA
V=
A
QA
V=
1
xπ xD²
4
0,000183
V=
1
x 3 , 14 x 0 , 0537²
4
V =0,0808 m/dt

L V²
Hf =F ( a ) x x
D 2g
1 , 60 0 , 0808²
0,001=F ( a ) x x
0,0537 2 x 9 ,81
0,001=F ( a ) x 30 , 2 x 0,00032
0,001=F ( a ) x 0,0096
F ( a )=0,104

 Pipa Kasar Ø 2” (3 – 4)
QB = 0,203 lt/dt = 0,000203 m³/dt
Hf = 65,4 – 65,3
Hf = 0,1 cm = 0,001 m
D = 52,1 mm = 0,0521 m
L = 161 cm = 1,61 m

18
QB
V=
A
QB
V=
1
xπ xD²
4
0,000203
V=
1
x 3 , 14 x 0 , 0521²
4
V =0,095 m/dt

L V²
Hf =F ( b ) x x
D 2g
1 , 61 0 , 095²
0,001=F ( b ) x x
0,0521 2 x 9 ,81
0,001=F ( b ) x 30 , 90 x 0,00045
0,001=F ( b ) x 0,014
F ( b )=0 , 07

b. Percobaan 2
 Pipa Halus Ø 1” (9 – 10)
QC = 0,038 lt/dt = 0,000038 m³/dt
Hf = 29,7 – 29,6
Hf = 0,1 cm = 0,001 m
D = 25,5 mm = 0,0255 m
L = 161,5 cm = 1,615 m

QC
V=
A
QC
V=
1
xπ xD²
4
0,000038
V=
1
x 3 , 14 x 0 , 0255²
4
V =0,074 m/dt

19
L V²
Hf =F ( c ) x x
D 2g
1,615 0 ,074²
0,001=F ( c ) x x
0,0255 2 x 9 , 81
0,001=F ( c ) x 63 , 30 x 0,00028
0,001=F ( c ) x 0,017
F ( c ) =0,058

 Pipa Kasar Ø 1” (11 – 12)


QD = 0,035 lt/dt = 0,000035 m³/dt
Hf = 29,5 – 29,4
Hf = 0,1 cm = 0,001 m
D = 25,0 mm = 0,025 m
L = 162 cm = 1,62 m

QD
V=
A
QD
V=
1
xπ xD²
4
0,000035
V=
1
x 3 , 14 x 0 , 025²
4
V =0 ,071 m/dt

L V²
Hf =F ( d ) x x
D 2g
1 , 62 0 , 071²
0 , 00 1=F ( d ) x x
0 , 02 5 2 x 9 , 81
0 , 00 1=F ( d ) x 6 4 ,8 x 0,000 25
0 , 00 1=F ( d ) x 0 , 016
F ( d )=0 , 0 62

20
c. Percobaan 3
 Pipa Halus Ø 1/2” (15 – 18)
QE = 0,044 lt/dt = 0,000044 m³/dt
Hf = 91,0 – 90,4
Hf = 0,6 cm = 0,006 m
D = 18,8 mm = 0,0188 m
L = 163,0 cm = 1,630 m

QE
V=
A
QE
V=
1
xπ xD²
4
0,0000 44
V=
1
x 3 , 14 x 0 , 0188 ²
4
V =0 ,158 m/dt

L V²
Hf =F ( e ) x x
D 2g
1 , 63 0 , 158 ²
0 , 00 6=F ( e ) x x
0 ,01 88 2 x 9 , 81
0 , 00 6=F ( e ) x 8 6 , 70 x 0 , 00 12
0 , 00 6=F ( e ) x 0 , 11
F ( e )=0 ,0 54

 Pipa Kasar Ø 1/2” (20 – 24)


QF = 0,036 lt/dt = 0,000036 m³/dt
Hf = 88,4 – 87,9
Hf = 0,5 cm = 0,005 m
D = 17,0 mm = 0,017 m
L = 177,5 cm = 1,775 m

21
QF
V=
A
QF
V=
1
xπ xD²
4
0,0000 36
V=
1
x 3 , 14 x 0 , 017 ²
4
V =0 ,1 58 m/dt

L V²
Hf =F ( f ) x x
D 2g
1 ,775 0 ,1 58 ²
0,004=F ( f ) x x
0 , 017 2 x 9 , 81
0,004=F ( f ) x 10 4 , 4 x 0 ,00 12
0,004=F ( f ) x 0 , 13
F ( f )=0 , 0 30

2.9.2 Kehilangan Energi Aliran Penyempitan secara mendadak


a. Penyempitan Pipa dari Ø 2”- Ø 1” (5 – 6)
 Pada Tabel
AC
y=
AA
1
x π x DC ²
4
y=
1
x π x DA ²
4
1
x 3 , 14 x 0 , 0255 ²
4
y=
1
x 3 , 14 x 0 , 0537 ²
4
0,000 510
y=
0,002 26
y=0 ,225

Y 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1


X 0,5 0,44 0,43 0,41 0,36 0,21 0,13 0,07 0,01 0

22
1 ( y− y 1 )
k =x + .(x ₂−x ₁)
( y 2− y 1)
(0 , 225−0 , 2)
k =0 , 44 + .(0 , 43−0 , 44)
(0 , 3−0 , 2)
0 ,0 25
k =0 , 44 + .−0 , 01
0 ,1
k =0 , 44 +0 , 25 .−0 , 01
k =0 , 44 +(−0 ,00 25)
k =0 , 43 7

 Pada Praktikum
hf =tinggi tekanan5−tinggi tekanan 6
hf =29 ,6−29 , 4
hf =0 , 2 cm
hf =0 , 00 2m

QC +QD
V=
A
QC +QD
V=
1
xπ xD²
4
0,0000 38+0,0000 35
V=
1
x 3 , 14 x 0,0255 ²
4
0,000 073
V=
0,00051 0
V =0 ,143 m/dt


hf =k x
2g
0 , 143 ²
0 , 00 2=k x
2 x 9 ,81
0 , 00 2=k x 0 , 00 104
k =1 , 92

23
b. Penyempitan Pipa dari Ø 1”- Ø 1/2” (13 – 14)
 Pada Tabel
AE
y=
AC
1
x π x DE ²
4
y=
1
x π x DC ²
4
1
x 3 , 14 x 0 , 0188 ²
4
y=
1
x 3 , 14 x 0,0255 ²
4
0,0002 77
y=
0,00051 0
y=0 ,5 43

Y 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1


X 0,5 0,44 0,43 0,41 0,36 0,21 0,13 0,07 0,01 0

1 ( y− y 1 )
k =x + .(x ₂−x ₁)
( y 2− y 1)
(0 , 5 43−0 , 5 0)
k =0 , 36+ .(0 , 21−0 , 36)
(0 , 6−0 , 5)
0 , 04 3
k =0 , 36+ .−0 , 15
0,1
k =0 , 36+0 , 43 .−0 , 15
k =0 , 36+(−0 , 0 645)
k =0 , 295

 Pada Praktikum
hf =tinggi tekanan13−tinggi tekanan 14
hf =91 , 9−91 , 8
hf =0 , 1cm
hf =0,001 m

24
QE +QF
V=
A
QE+ QF
V=
1
xπ xD²
4
0,0000 44+0,0000 36
V=
1
x 3 ,14 x 0 , 01 88 ²
4
0,0000 8
V=
0,0002 77
V =0 ,288 m/dt


hf =k x
2g
0 , 288 ²
0,001=k x
2 x 9 , 81
0,001=k x 0,004 22
k =0 , 23

c. Kehilangan Energi karena Belokan pada Pipa (19-20)


 Pada Tabel
90 ° 90²
k =sin ² x + 2sin ⁴ x
2 2
k =sin ² 45 ° +2 sin ⁴ x 45
k =0 , 5+0 , 5
k =1

 Pada Praktikum
hf =tinggi tekanan19−tinggi tekanan 20
hf =8 8 , 5−8 8 , 4
hf =0 , 1cm
hf =0 , 00 1m

25
QF
V=
A
QF
V=
1
xπ xD²
4
0,0000 36
V=
1
x 3 , 14 x 0 , 017 ²
4
0,0000 36
V=
1
x 3 , 14 x 0 , 017 ²
4
0,0000 36
V=
0,00022
V =0 ,1 63 m/dt


hf =k x
2g
0 , 163 ²
0 , 00 1=k x
2 x 9 ,81

0 , 00 1=k x 0 , 00135
k =0 , 74

26
2.10Dokumentasi

27

Anda mungkin juga menyukai