2.1 Tujuan
a. Memberikan visualisasi pada mahasiswa akan fenomena-fenomena
dalam aliran jaringan pipa secara lebih nyata.
b. Mempelajari pengaruh-pengaruh dari kehilangan energi akibat gesekan
sepanjang aliran didalam pipa, perubahan luas penampang pipa, belokan
pipa dan katup/ kran.
c. Mempelajari pengaruh dari looping network pada debit aliran.
d. Mempelajari unjuk kerja dan kelakuan hidrolika aliran pada jaringan
pipa akibat dari pengaruh-pengaruh kehilangan energi dan looping
diatas.
4
Dari gambar 2.3 di bawah ini dapat diuraikan bagian-bagian dari model
pipa flow apparatus sebagai berikut :
1. Pipa A mempunyai diameter 2” dengan permukaan bagian dalam pipa
halus.
2. Pipa B mempunyai diameter 2” dengan permukaan bagian dalam pipa
dibuat kasar dengan jalan dilapisi pasir kwarsa.
3. Pipa C mempunyai diameter 1” dengan permukaan bagian dalam tetap
halus.
4. Pipa D mempunyai diameter 1” dengan permukaan bagian dalam
dibuat kasar dengan cara dilapisi pasir kwarsa.
5. Pipa E mempunyai diameter ½” dengan permukaan bagian dalam tetap
halus.
6. Pipa F mempunyai diameter ½” dengan permukaan bagian dalam
dibuat kasar dengan cara dilapisi pasir kwarsa.
7. Katup yang dipakai ball valve yang berdiameter ½”, 1” dan 2”.
8. Titik-titik penempatan selang manometer berjumlah 26 titik yang
diberi nomor secara berurutan.
1. Simulasi dengan tujuan mencari kehilangan energi aliran didalam pipa karena
gesekan pada pipa.
Untuk simulasi ini, air dialirkan melalui pipa diameter 1” yang
permukaan bagian dalam pipa dibuat kasar. Pada simulasi ini semua debit
air yang mengalir ke jaringan dikeluarkan melalui kran nomor 3, ball valve
yang dibuka hanya di sepanjang pipa yang melalui aliran air seperti terlihat
gambar 2.3 di bawah ini, sedangkan aliran ke pipa diameter 2” dan
diameter ½” ditutup. Untuk selang manometer dipasang dititik disepanjang
pipa diameter 1” (kasa) yaitu pada titik nomor 11 dan nomor 12.
2. Simulasi dengan tujuan mencari kehilangan energi karena belokan pada pipa.
Untuk simulasi ini, aliran air dialirkan melalui belokan 90° yang
terletak pada belokan pada pipa diameter ½”. Ujung-ujung selang
manometer diletakkan pada titik-titik pengukur yaitu pada titik nomor 19
dan titik nomor 20.
6
3. Simulasi dengan tujuan mencari kehilangan energi aliran karena penyempitan atau
pelebaran (Reducer ).
Untuk simulasi ini, aliran air dialirkan melalui pipa diameter 1/2”
(kasar) yang sebelumnya dilewatkan melalui katup-katup, juga dilewatkan
melalui reducer dari pipa 2”. Untuk selang manometer diletakkan pada
titik-titik sebelum Reducer maupun sesudah Reducer. Air dikeluarkan ke
bak sirkulasi melalui stop kran nomor 4.
4. Simulasi dengan tujuan mencari kehilangan energi karena pemasangan ball valve
(katup).
Untuk simulasi ini, aliran air dialirkan melalui pipa diameter 1”, kemudian
dialirkan menuju ke pipa diameter ½” yang permukaan bagian dalam halus, tetapi
sebelumnya dilewatkan melalui katup (ball Valve) 1”. Untuk selang manometer
diletakkan pada titik-titik sebelum maupun sesudah ball valve yaitu pada titik nomor
6 dan titik nomor 7. Air yang mengalir, semua dialirkan ke stop kran nomor 2.
Simulasi ini dapat dibuat dengan variasi bukaan yang berbeda pada stop kran agar
didapat beda tekanan relativeyang berbeda.
7
Dengan :
hf = kehilangan energi atau tekanan (major atau utama) (m)
Q = debit pipa (m3/dt)
f = koefisien gesek
L = panjang pipa (m)
D = diameter pipa (m)
g = percepatan gravitasi bumi (m/dt2)
Gambar 2.1 Aliran Dalam Pipa dan Kehilangan Energi Mayor Maupun Minor
Dengan :
k = koefisien kehilangan energi minor
V = kecepatan aliran
Koefisien k bervariasi tergantung pada bentuk fisik bangunan, penyempitan
katus dan sebagainya. Harga k ini (selain katup) biasanya berkisar antara 0 s/d 1
harga k fitting sangat variatif, tergantung pada berbagai faktor. Selain itu pengaruh
manusia (man work) terutama dalam pelaksanaan penyambungan pipa kadang
sangat berpengaruh terhadap kehilangan tenaga pada fitting, terutama untuk
berbagai macam sambungan. Pipa telah direncanakan dan diproduksi oleh pabrik
dengan memperhitungkan kehilangan energi yang sekecil-kecilnya. Misalnya,
penyambungan pipa dibuat dengan ukuran diameter yang tepat dapat
mengakomodasi diameter luar pipa yang akan disambung dan panjang pipa yang
masuk kedalam sambungan tertentu. Jika yang menyambung tidak memasukkan
pipa yang akan disambung secara sempurna sesuai yang dimaksud oleh pabrik pipa,
maka akan terjadi ekspansi tiba-tiba pada sambungan tersebut beberapa kali
sehingga menambah kehilangan energi. Gambar tentang hal tersebut dapat dilihat
pada gambar 1. Sulit kiranya untuk menguji harga k untuk setiap bentuk belokan
dan katup yang akan dipakai dalam jaringan penyedia air. Biasanya jenis-jenis
belokan yang digunakan sudah baku, sehingga pengujian koefisien tidak terlalu
banyak.
Katup agak lain dengan belokan dan penyempitan (perubahan diameter pipa).
Katup dapat diatur menutup dan membuka, yang berarti mengubah diameter pipa
9
secara variatif. Dengan demikian, kehilangan energi yang disebabkan oleh katup
sangat variatif atau k sangat bervariasi tergantung pada posisi katup. Pada
hakikatnya harga k katup dapat berkisar antara 0 hingga tak terhingga. Kejadian
fisik pada fittingditunjukkan seperti gambar 2 dibawah ini:
Gambar 2.2 Turbulensi pada Fitting yang Menyebabkan Kehilangan Energi Minor
Tangki untuk simulasi ini nantinya terletak pada elevasi ± 3 m dari lantai,
sedangkan untuk jaringan pipa elevasinya 1m di atas lantai terletak diatas meja yang
berfungsi sebagai tempat perletakan pipa. Diharapkan dengan perbedaan elevasi
sekitar 2m ini, akan dihasilkan perbedaan tekanan relative pada node di sepanjang
pipa yang tidak terlalu tinggi.
Alat-alat lain yang diperlukan untuk simulasi selain yang sudah disebutkan
sebelumnya adalah pompa untuk menaikkan air ke tangki dan bak air untuk
menampung air yang keluar dari kran sehingga dapat dipakai kembali untuk
mengisi tangki dengan mempergunakan pompa.
10
L = 160 cm, D=5,37cm
13
u. Berikutnya kita pindah ke slang plastik yang menghubungkan titik-titik nomor 21, dan
24, tutup terlebih dahulu slang dari titik nomor 18, 19, dan 20, lalu buka slang titik
nomor 21 dan 24, biarkan air mengalir terlebih dahulu untuk menghilangkan gelembung
udara yang ada di slang plastik tersebut.
v. Bila sudah tidak ada gelembung titik-titik selang 21 dan 24, dihubungkan dengan papan
manometer, biarkan sebentar agar tekanan air bisa stabil terlebih dahulu, baru setelah
stabil baca ukuran masing-masing titik slang pipa tersebut dengan jalan membaca ukuran
yang ada di papan manometer, diperoleh tinggi tekanan untuk titik nomor 21 = 88,2 cm
, titik nomor 24 = 87,9 cm.
w. Langkah selanjutnya, mengukur debit air yang keluar dari pipa.
x. Persiapkan peralatan ember, gelas ukur dan stopwatch.
y. Dengan bersamaan menekan tombol stopwatch, ember diletakkan pada saluran air
pembuang, ditunggu sampai air yang ada diember penuh, stopwatch dimatikan dan
ember dipindah, setelah diukur diperoleh data pada pipa halus ø1/2” = 2,68 liter/ 60 detik
dan pada pipa kasar ø1/2”= 2,2 liter/60 detik.
z. Setelah selesai bersihkan tempat dan peralatan, simpan peralatan di tempat semula dan
Menghitung jumlah debit air.
14
2.7 Data Praktikum
15
2.8 Hasil Percobaan
a. Percobaan 1
Nama Volume (Liter) Waktu (Detik) Debit (lt/detik)
Kran A 5,50 30 0,183
Kran B 5,50 27 0,203
Titik 1 2 3 4
Tinggi Tekanan (cm) 66 65,9 65,4 65,3
b. Percobaan 2
Nama Volume (Liter) Waktu (Detik) Debit (lt/detik)
Kran C 2,30 60 0,038
Kran D 2,14 60 0,035
Titik 5 6 7 8 9 10 11 12
Tinggi Tekanan (cm) 29,6 29,4 29,2 29,1 29,7 29,6 29,5 29,4
16
c. Percobaan 3
Titik 13 14 15 18 19 20 21 24
Tinggi Tekanan (cm) 91,9 91,8 91,0 90,4 88,5 88,4 88,2 87,9
17
2.9 Perhitungan
2.9.1 Kehilangan Energi Aliran dalam pipa karena gesekan pada Pipa
a. Percobaan 1
Pipa Halus Ø 2” (1 – 2)
QA = 0,183 lt/dt = 0,000183 m³/dt
Hf = 66 – 65,9
Hf = 0,1 cm = 0,001 m
D = 53,7 mm = 0,0537 m
L = 160 cm = 1,60 m
QA
V=
A
QA
V=
1
xπ xD²
4
0,000183
V=
1
x 3 , 14 x 0 , 0537²
4
V =0,0808 m/dt
L V²
Hf =F ( a ) x x
D 2g
1 , 60 0 , 0808²
0,001=F ( a ) x x
0,0537 2 x 9 ,81
0,001=F ( a ) x 30 , 2 x 0,00032
0,001=F ( a ) x 0,0096
F ( a )=0,104
Pipa Kasar Ø 2” (3 – 4)
QB = 0,203 lt/dt = 0,000203 m³/dt
Hf = 65,4 – 65,3
Hf = 0,1 cm = 0,001 m
D = 52,1 mm = 0,0521 m
L = 161 cm = 1,61 m
18
QB
V=
A
QB
V=
1
xπ xD²
4
0,000203
V=
1
x 3 , 14 x 0 , 0521²
4
V =0,095 m/dt
L V²
Hf =F ( b ) x x
D 2g
1 , 61 0 , 095²
0,001=F ( b ) x x
0,0521 2 x 9 ,81
0,001=F ( b ) x 30 , 90 x 0,00045
0,001=F ( b ) x 0,014
F ( b )=0 , 07
b. Percobaan 2
Pipa Halus Ø 1” (9 – 10)
QC = 0,038 lt/dt = 0,000038 m³/dt
Hf = 29,7 – 29,6
Hf = 0,1 cm = 0,001 m
D = 25,5 mm = 0,0255 m
L = 161,5 cm = 1,615 m
QC
V=
A
QC
V=
1
xπ xD²
4
0,000038
V=
1
x 3 , 14 x 0 , 0255²
4
V =0,074 m/dt
19
L V²
Hf =F ( c ) x x
D 2g
1,615 0 ,074²
0,001=F ( c ) x x
0,0255 2 x 9 , 81
0,001=F ( c ) x 63 , 30 x 0,00028
0,001=F ( c ) x 0,017
F ( c ) =0,058
QD
V=
A
QD
V=
1
xπ xD²
4
0,000035
V=
1
x 3 , 14 x 0 , 025²
4
V =0 ,071 m/dt
L V²
Hf =F ( d ) x x
D 2g
1 , 62 0 , 071²
0 , 00 1=F ( d ) x x
0 , 02 5 2 x 9 , 81
0 , 00 1=F ( d ) x 6 4 ,8 x 0,000 25
0 , 00 1=F ( d ) x 0 , 016
F ( d )=0 , 0 62
20
c. Percobaan 3
Pipa Halus Ø 1/2” (15 – 18)
QE = 0,044 lt/dt = 0,000044 m³/dt
Hf = 91,0 – 90,4
Hf = 0,6 cm = 0,006 m
D = 18,8 mm = 0,0188 m
L = 163,0 cm = 1,630 m
QE
V=
A
QE
V=
1
xπ xD²
4
0,0000 44
V=
1
x 3 , 14 x 0 , 0188 ²
4
V =0 ,158 m/dt
L V²
Hf =F ( e ) x x
D 2g
1 , 63 0 , 158 ²
0 , 00 6=F ( e ) x x
0 ,01 88 2 x 9 , 81
0 , 00 6=F ( e ) x 8 6 , 70 x 0 , 00 12
0 , 00 6=F ( e ) x 0 , 11
F ( e )=0 ,0 54
21
QF
V=
A
QF
V=
1
xπ xD²
4
0,0000 36
V=
1
x 3 , 14 x 0 , 017 ²
4
V =0 ,1 58 m/dt
L V²
Hf =F ( f ) x x
D 2g
1 ,775 0 ,1 58 ²
0,004=F ( f ) x x
0 , 017 2 x 9 , 81
0,004=F ( f ) x 10 4 , 4 x 0 ,00 12
0,004=F ( f ) x 0 , 13
F ( f )=0 , 0 30
22
1 ( y− y 1 )
k =x + .(x ₂−x ₁)
( y 2− y 1)
(0 , 225−0 , 2)
k =0 , 44 + .(0 , 43−0 , 44)
(0 , 3−0 , 2)
0 ,0 25
k =0 , 44 + .−0 , 01
0 ,1
k =0 , 44 +0 , 25 .−0 , 01
k =0 , 44 +(−0 ,00 25)
k =0 , 43 7
Pada Praktikum
hf =tinggi tekanan5−tinggi tekanan 6
hf =29 ,6−29 , 4
hf =0 , 2 cm
hf =0 , 00 2m
QC +QD
V=
A
QC +QD
V=
1
xπ xD²
4
0,0000 38+0,0000 35
V=
1
x 3 , 14 x 0,0255 ²
4
0,000 073
V=
0,00051 0
V =0 ,143 m/dt
V²
hf =k x
2g
0 , 143 ²
0 , 00 2=k x
2 x 9 ,81
0 , 00 2=k x 0 , 00 104
k =1 , 92
23
b. Penyempitan Pipa dari Ø 1”- Ø 1/2” (13 – 14)
Pada Tabel
AE
y=
AC
1
x π x DE ²
4
y=
1
x π x DC ²
4
1
x 3 , 14 x 0 , 0188 ²
4
y=
1
x 3 , 14 x 0,0255 ²
4
0,0002 77
y=
0,00051 0
y=0 ,5 43
1 ( y− y 1 )
k =x + .(x ₂−x ₁)
( y 2− y 1)
(0 , 5 43−0 , 5 0)
k =0 , 36+ .(0 , 21−0 , 36)
(0 , 6−0 , 5)
0 , 04 3
k =0 , 36+ .−0 , 15
0,1
k =0 , 36+0 , 43 .−0 , 15
k =0 , 36+(−0 , 0 645)
k =0 , 295
Pada Praktikum
hf =tinggi tekanan13−tinggi tekanan 14
hf =91 , 9−91 , 8
hf =0 , 1cm
hf =0,001 m
24
QE +QF
V=
A
QE+ QF
V=
1
xπ xD²
4
0,0000 44+0,0000 36
V=
1
x 3 ,14 x 0 , 01 88 ²
4
0,0000 8
V=
0,0002 77
V =0 ,288 m/dt
V²
hf =k x
2g
0 , 288 ²
0,001=k x
2 x 9 , 81
0,001=k x 0,004 22
k =0 , 23
Pada Praktikum
hf =tinggi tekanan19−tinggi tekanan 20
hf =8 8 , 5−8 8 , 4
hf =0 , 1cm
hf =0 , 00 1m
25
QF
V=
A
QF
V=
1
xπ xD²
4
0,0000 36
V=
1
x 3 , 14 x 0 , 017 ²
4
0,0000 36
V=
1
x 3 , 14 x 0 , 017 ²
4
0,0000 36
V=
0,00022
V =0 ,1 63 m/dt
V²
hf =k x
2g
0 , 163 ²
0 , 00 1=k x
2 x 9 ,81
0 , 00 1=k x 0 , 00135
k =0 , 74
26
2.10Dokumentasi
27