354-Article Text-620-1-10-20180326
354-Article Text-620-1-10-20180326
(ch_manurung@yahoo.co.id)
ABSTRAK
Latar Belakang : Karakteristik kepribadian pekerja seks komersial (PSK) memiliki cara berpikir yang
tidak terorganisir dengan baik dan kurang realistis. Di Kota Bitung terjaring 625 PSK menjajakan diri
dilokasi tertentu dan tidak langsung seperti di café dan pub. Laporan pada tahun 2012 terdapat 523 kasum
PMS yaitu rasio laki-laki 128 orang dan perempuan 395 orang.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran karakteristik PSK dengan kejadian PMS
MetodePenelitian : Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian yang bersifat deskriptif
yaitu untuk melihat karakteristk PMS dengan kejadian PSK di Kota Bitung. Populasi penelitian ini adalah
keseluran PSK di Kta Bitung berjumlah 625 dan sampel cara pengambilan sampel dengan accidental
sampling
Hasil Penelitian : Kejadian PMS dari PSK yang positif menurut umur terbanyak adalah 20-35 tahun
(23%), responden yang positif PMS menurut pendidikan terbanyak pada SMA (16%) sedangkan
responden negative PMS terbanyak berpendidikan SMP (35%) dan SMA (37%), responden positif PMS
menurut pengetahuan yang baik (18 %) dan kurang (5 %) sedangkan yang negative PMS berpengetahuan
baik (77%) dan responden yang tingkat pendapatan tinggi yang terkena positif PMS pada tingkat yaitu 3
responden (7%) tingkat pendapatan yang rendah yaitu 7 responden (16 %) dan responden yang negative
PMS yang berdapatan tinggi yaitu 5 responden (7 %) dan rendah 28 responden (70%).
Kesimpulan : Bagi PSK untuk selalu dapat melakukan pemeriksaan kesehatan atau check up secara rutin
pada fasilitas kesehatan agar terhindar dari PMS, bagi petugas kesehatan untuk dapat melakukan
pemeriksaan continue untuk semua PSK sekaligus melakukan inspeksi mendadak pada tempat-tempat
yang dicurigai adanya prostitusi yang terselubung dan perlu dilakukan komunikasi, informasi, dan
edukasi oleh berbagai pihak agar para PSK dapat kembali kejalan kehidupan yang normal.
Kata kunci : Karakteristik PSK, Pekerja Seksual Komesial, Penyakit Menular Seksual
PENDAHULUAN
Pekerja seks komersial adalah komersial (PSK) memiliki cara berpikir
profesi yang dilakukan seseorang (pria atau yang tidak terorganisir dengan baik dan
wanita) dengan cara menjual jasa dengan kurang realistis. Dalam hali ini memiliki
memuaskan kebutuhan seksual para ketergantungan secara emosi, mudah cemas,
pelanggannya secara bebas yang dilakukan frustasi dan merasa tidak aman. Sedangkan
diluar pernikahan dengan imbalan berupa dalam berhubungan sosial, mereka tidak
uang. Lama bekerja sebagai PSK merupakan mampu menyesuaikan diri dengan baik
faktor penting, karena makin lama masa dilingkungan luas. Hal ini dikarenakan
kerja seorang PSK, makin besar perasaan tidak mampu, perasaan tidak
kemungkinan ia telah melayani pelanggan berdaya dan perasaan rendah diri sehingga
yang mengidap penyakit menular seksual (1) menarik diri dari lingkungan yang luas.
Karakteristik kepribadian pekerja seks Selain itu, mereka cenderung mencari kasih
saying dan perhatian oran lain dengan cara laki 128orang (14,1%) dan perempuan 395
apapun walaupun mereka harus melanggar orang (75,5%). Untuk mendapatkan
norma-norma yang ada dilingkungan gambaran karakteristik PSK dengan
sekitarnya (2). di Kota Bitung terjaring 625 kejadian PMS di Kota Bitung.tujan
PSK melalui hasil pendataan langsung PSK penelitian ini untuk mendapatkn gambaran
menjajakan diridilokasi tertentu dan tidak karateristik (PSK) dengan kejadian (PMS) di
langsung seperti di café dan pub. Kota Bitung.
Penjaringan belum termasuk semua karena METODE
PSK tidak menetap (datang dan pergi dan Jenis penelitian yang digunakan adalah
ada yang datang hanya pada saat malam Deskriptif yaitu untuk melihat karakteristik
minggu dan kembali ke kota lain). Hasil PMS dengan kejadian PSK di Kota Bitung.
pemeriksaan terdapat 102 orang yang Variabel penelitian yang digunakan adalah
negatif PMS dan 523 orang positif terkena monovariabel yaitu karakteristik pekerja
PMS yang di tangani diklinik 275 orang seks komersial dengan penyakit menular
kemudian yang dirujuk untuk mendapatkan seksualdi Kota Bitung. Populasi penelitian
pemeriksaan lanjutan di puskesmas dan ini adalah seluruh PSK di kota Bitung dan
rumah sakit ada 248 orang. Hasil informasi menjadi Sampel berjumlah 43 orang
yang didapat dari klinik Bougenvile diambil secara accidental sampling.
penjaringan PSK di Kota Bitung melalui Instrumen yan digunakan dalam penelitian
pembagian lokasi pendataan oleh tenaga ini adalah kuesioner.
kesehatan pada PSK di tempat-tempat kost
dan harus dilakukan pada siang hari, HASIL
Gambaran Umum Responden
kemudian di tempat-tempat pub dan café
yang dilakukan pada malam hari biasanya Karakteristik respoden adalah sebagai
dilakukan bersamaan dengan pembagian berikut :
stiker dan kondom. Kegiatan penjaringan ini Responden menurut kejadian PMS umumya
dilakukan setiap 3 bulan sekali biasanya di positif PMS 23 %, berumur antara 20 – 35
temukan sekitar 20-25 PSK di setiap lokasi tahun. Menurut pendidikan responden
tempat PSK berada. Laporan Dinas terbanyak positif PMS berpendidikan SMA
Kesehatan Kota Bitung pada tahun 2011 =16 %, pengetahuan baik positif PMS =
terdapat 256 kasus PMS yang didapat dari 33%, dari tingkat pendapatan positif PMS =
klinik Bougenvile dimana rasio laki-laki 74 28%. Selanjutnya dapat dilihat pada tabel 1.
kasus (28,9%) dan perempuan 182 kasus
(71%), sedangkan laporan pada tahun 2012
terdapat 523 kasus PMS yaitu rasio laki –
PMS
No Variabel + - Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1. Umur :
< 20 tahun - - 2 5 2 5
20 – 35 tahun 10 23 30 70 43 93
> 35 tahun - - 1 2 1 2
2. Pendidikan
- SD - - 2 5 2 5
- SMP 3 7 15 35 18 42
- SMA 7 16 16 37 23 53
3. Pengetahuan
- Baik 8 18 33 77 41 95
- Kurang 2 5 - - 2 5
4. Tingkat Pendapatan
- Tinggi 3 7 5 7 8 14
- Rendah 7 16 28 70 35 86
PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini umur responden tingkat pendidikan berpengaruh terhadap
yang positif terinfeksi PMS terbanyak antara perubahan dan sikap seorang PSK.
20-35 tahun berjumlah 10 responden (23%) sedangkan responden negative PMS
karena dalam umur ini tingkat kematangan berpendidikan SD berjumlah 2 responden
seorang PSK dan lebih berani mengambil (5%) dan berpendidikan pendidikan SMP 15
keputusan dan responden dan yang negative responden (35%) berpendidikan SMA
PMS umur < 20 tahun berjumlah 2 berjumlah 16 responden (37%).menurut
responden (5%) dan > 35 tahun 1 responden teori bahwa tingkat pendidikan yang lebih
(2%), Dari tingkatan umur ini dapat dilihat tinggi akan memudahkan seseorang atau
bahwa rata-rata umur resp onden berada masyarakat untuk menyerap informasi dan
pada umur produktif sehat dimana usia mengimplementasikan dalam perilaku dan
reproduktif sehat yang baik adalah umur 20- gaya hidup sehari-hari, khususnya dalam hal
35 tahun(3). Pada wanita PSK yang berusia kesehatan. Sebaliknya pendidikan yang
16-24 tahun lebih berpeluang untuk rendah menjadi faktor penyulit untuk
terinfeksi PMS dibandingkan yang berusia mendapatkan pekerjaan yang lebih layak(4).
lebih dari 24 tahun. Dari tingkat pendidikan Demikian juga bahwa pendidikan dapat
responden yang terinfeksi PMS sebagian meningkatkan kualitas hidup dan
besar berpendidikan pendidikan responden memperdayakan manusia dalam
yang positif PMS adalah SMP yaitu 3 mengemban semua masalah sosial dan
responden (7%) yang diikuti SMA lingkungan karena pendidikan merupakan
berjumlah 7 responden (16%) dimana proses untuk mempengaruhi sejumlah aspek
tingkat pendapatan tinggi 5 orang (7%) 2. Bagi petugas kesehatan untuk dapat
dan tingkat pendapatan rendah 28 orang melakukan pemeriksaan continue untuk
(70%). semua PSK sekaligus melakukan
inspeksi mendadak pada tempat-tempat
SARAN yang dicurigai adanya prostitusi yang
1. Bagi PSK untuk selalu dapat melakukan terselubung.
pemeriksaan kesehatan atau check up 3. Perlu dilakukan komunikasi, informasi,
secara rutin pada fasilitas kesehatan dan edukasi oleh berbagai pihak agar
agar terhindar dari PMS. para PSK dapat kembali kejalan
kehidupan yang normal.
DAFTAR PUSTAKA
1. Buski. Infeksi Menular Seksual pada PSK. Jurnal Infokes. 2012.
2. Pembriyanti. Karakteristik Kepribadian Pekerja Seks Komersia. 2011 [cited 27 Maret 2014];
Diakses dari: htpp://www.slideshare.net
3. Syaifuddin. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka; 2002.
4. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta; 2010.
5. Notoatmodjo S. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010.
6. Conyers. Perencanaan sosial di Dunia ke Tiga. Suatu Pengantar (Edisi terjemahan Susetiawan).
Yogyakarta: UGM Press; 1991.