Anda di halaman 1dari 32

KAJIAN KETIDAKSESUAIAN OBAT DM TIPE II PADA PASIEN

LANSIA DI RUMAH SAKIT WILAYAH KOTA BENGKULU


DENGAN METODE BEER’S CRITERIA TAHUN 2022

Ditulis Oleh
Anis Akhwan Dhafin U262110543

PEMBIMBING 1 PEMBIMBING 2
Dr. apt. Tri Wijayanti, S. Farm, MPH Dr. apt. Gunawan Pamudji Widodo, M.Si
01201109162138 01199609101058
01
BAB 1
Pendahuluan
Populasi lansia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dan

Latar Belakang lansia adalah kelompok beresiko, lansia mengalami kelemahaan dan
kemunduran fisik, kognitif dan sosial yang memungkinkan lansia
mudah terkena suatu penyakit.

DM salah satu penyakit yang sering muncul dan berbahaya pada


lansia. Indonesia berada di urutan ke 7 untuk kasus DM didunia.
Dan penderita DM di Provinsi Bengkulu pada tahun 2018 mencapai
19.535 orang.

Dengan penurunan fungsi organ dan perubahan fisiologis, pasien


lansia dengan DM Tipe 2 juga memiliki beberapa penyakit penyerta
lainnya. Sehingga mendapat pengobatan yang banyak (polifarmasi).
Polifarmasi merupakan resiko terjadinya penggunaan obat tidak
tepat (PIMs)

Beer’s Criteria bertujuan untuk meningkatkan pelayanan pada


pasien lansia denga mengurangi paparan terhadap obat-obatan yang
tidak tepat, Beer’s Criteria tidak dimaksudkan untuk menghukum
atau menilai pekerjaan profesi tertentu, karena diperlukan
pertimbangan seksama untuk memberikan terapi obat.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik pada pasien lansia DM Tipe 2 di rumah sakit
Wilayah Kota Bengkulu?
2. Apakah terdapat ketidaksesuaian obat pada pasien lansia DM Tipe 2 di
rumah sakit Wilayah Kota Bengkulu?
3. Apakah ada hubungan karakteristik yang mempengaruhi ketidaksesuaian
pemberian dan penggunaan obat pasien dengan kejadian metode Beer’s
Criteria 2019 di rumah sakit Wilayah Kota Bengkulu?
Manfaat Penelitian

1. Dapat digunakan sebagai bahan masukan, pertimbangan dan


evaluasi dalam menerapkan kebijakan terkait penggunaan obat
pada pasien lansia yang menderita DM tipe 2 sehingga dapat
meningkatkan kualitas pelayanan pasien
2. Bagi dunia Pendidikan, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi dalam pengayaan materi ilmu
kefarmasian khususnya dalam bidang farmasi klinik.
3. Memberikan suatu ukuran mutu pelayanan farmasi mengenai
ketidaksesuaian obat sehingga dapat mencegah dan
mengantisipasi kejadian pada pasien yang beresiko tinggi
02
BAB 2
KERANGKA DAN LANDASAN
TEORI
Kerangka Konsep
Pasien Usia lanjut
penderita DM tipe 2
(>60 tahun) yang
dirawat inap

Demografi pasien: Usia,


jenis kelamin, diagnosa Identifikasi PIM (Potentially
utama dan penyerta, data ketidaksesuaian Inappropirate
pengobatan, data obat dengan Beer’s Medicationts)
laboratorium, dan lama Criteria 2019
rawat.

Hubungan
Demografi
Kerangka Empiris

1. Penelitian ini dapat memberikan karakteristik demografi pada


pasien lansia DM tipe 2 di Rumah Sakit wilayah kota Bengkulu.
2. Penelitian ini dapat memberikan karakteristik demografi pada
pasien lansia DM tipe 2 di Rumah Sakit wilayah kota Bengkulu.
3. Penelitian ini dapat memberikan hubungan karakteristik yang
mempengaruhi ketidaksesuaian pemberian dan penggunaan obat
pada pasien lansia DM tipe 2 di rumah sakit wilayah kota
Bengkulu.
Landasan Teori
1. Seseorang dikatakan lansia ketika telah mencapai usia 60 tahun keatas.
Lansia merupakan kelompok yang rentan terhadap penyakit
dikarenakan adanya penurunan.
2. PIMs merupakan obat yang harus dihindari pada lansia dengan kondisi
tertentu dan mungkin terjadi dalam polifarmasi. Ini adalah masalah
klinis penting, karena pasien dengan polifarmasi mempunyai
kecendrungan untuk tidak mendapatkan manfaat pengobatan
dibandingkan dengan pasien yang menerima lebih sedikit obat.
(McGrath et al. 2017)
3. Oleh karena itu, instrumen penilaian telah dikembangkan untuk
mengidentifikasi PIM pada lansia dan untuk pengoptimalan peresepan
03
BAB 3
METODE PENELITIAN
Metode Penelitian
Subjek Penelitian Waktu Penelitian
Subyek pada penelitian ini yaitu data rekam Penelitian ini dilakukan pada bulan April –
medik pasien lansia DM tipe 2 tanpa dan Mei 2023
dengan komorbid yang dirawat inap di
Rumah Sakit wilayah kota Bengkulu pada
periode Januari - Desember 2022

Teknik Pengumpulan
Rancangan Penelitian
Data
Penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif Dokumentasi berupa data rekam medik
analitik. Pengambilan data secara pasien lansia DM tipe 2 dari 3 rumah sakit
retrospektif. Wilayah Kota Bengkulu menggunakan
teknik purposive sampling.
Populasi Dan Sampel
Populasi Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah data Sampel yang diambil dari seluruh populasi
rekam medik berupa penggunaan obat DM dengan menggunakan metode teknik
tipe 2 pasien lansia di Rumah Sakit wilayah purposive sampling yang memenuhi syarat
kota Bengkulu inklusi.
Analisis Data

Univariat Bivariat
Analisis data Univariat. Analisa univariat Analisis data Bivariat Analisa bivariat yaitu
bertujuan untuk menjelaskan atau analisis yang dilakukan terhadap dua variabel
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel yang saling berkaitan atau berhubungan.
penelitian
04
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara rertospektif terhadap data rekam medik pasien lansia
DM tipe 2 yang dirawat inap di rumah sakit wilayah Kota Bengkulu pada periode
Januari 2022 – Desember 2022.
Jumlah pasien yang memenuhi kriteria inklusi dalam penelitian ini total 147 pasien.
Data lengkap yang ditemukan:RSUD M. Yunus 42 Pasien, RS Bhayangkara 74
Pasien, RS Raflesia 31 Pasien.
Sebanyak total 142 pasien mengalami kejadian PIMs, RSUD M. Yunus 39 pasien,
RS Bhayangkara 73 pasien, RS Raflesia 30 pasien.
Tidak termasuk Beer’s criteria: 5 Pasien: RSUD M. Yunus 3 Pasien, RS Bhayagkara
1 Pasien, RS Raflesia 1 Pasien (Tidak ada PIMs).
Karakteristik Pasien Lansia
Karakteristik N=42 N=74   N=31  
RSUD M. Yunus RS Bhayangkara RS Raflesia
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Usia            
60-69 tahun 33 78,57% 55 74,32% 25 80,64%
70-79 tahun 7 16,67% 15 20,27% 5 16,13%
>80 tahun 2 4,76% 4 5,41% 1 3,23%
Jenis Kelamin             Data ini menunjukkan semakin tinggi
Laki-laki 17 40,48% 33 44,59% 16 51,61% rentang usia maka semakin sedikit
Perempuan 25 59,52 41 55,41% 15 48,39% jumlah pasiennya. Kondisi ini juga
Penyakit             sesuai dengan gambaran persentase
Penyerta penduduk lanjut usia berdasarkan rentang
Ada 30 71,43% 65 87,84% 25 80,65% umur menurut Badan Pusat Statistik.
Tidak Ada 12 28,57% 9 12,16% 6 19,35% Pasien dengan kelompok usia 60-69
Jumlah Obat             tahun adalah yang paling banyak
< 10 macam 12 28,57% 38 51,35% 9 29,03%
menderita DM Tipe 2. Karena pada usia
≥ 10 macam 30 71,43% 36 48,65% 22 70,93%
Lama Rawat            
setelah menginjak usia 65 tahun resiko
inap seseorang untuk terkena dibaetes militus
<5 39 92,86% 60 81,08% 24 77,42% akan semakin meninkgat secara drastis
≥5 3 7,14% 14 18,92% 7 22,58%
Karakteristik Pasien Lansia
Jumlah (%)
Diagnosa RSUD M. Yunus RS Bhayangkara RS Raflesia

DM Tipe 2 33,33 29,73 51,60


DM Tipe 2 Tipe 2, Hipertensi 30,95 25,68 16,30
DM Tipe 2, Penyakit Ginjal 4,76 17,57 -
DM Tipe 2, Gagal jantung kongestif 2,38 1,35 6,44
(CHF)
DM Tipe 2, Anemia 4,76 4,05 3,23
DM Tipe 2, Penyakit Pernapasan 4,76 8,11 6,44

DM Tipe 2, ISK 2,38 4,05 3,23


DM Tipe 2, OA - 1,35 -
DM Tipe 2, Penyakit Jantung 4,76 - 6,44
Koroner (CAD)
DM Tipe 2, UAP, CAD & Hipertensi 4,76 1,35 3,23

DM Tipe 2, Hipertensi, Anemia 2,38 - 3,23

DM TIpe 2, CKD & Hipertensi 4,76 2,70 -


DM Tipe 2, CKD & Anemia - 1,35 -
DM Tipe 2, Hipertensi & ISK - 2,70 -
Total 42 74 31
Kajian PIMs

PIMs N=42 N=74   N=31  


Pengkajian Potentially Inappropriate RSUD M. Yunus RS Bhayangkara RS Raflesia
Medications (PIMs) pada penelitian ini
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
menggunakan Beer’s Criteria 2019 yaitu salah
satu metode untuk mengukur ketidaksesuaian Kejadian            
PIMs
pengobatan yang mencakup obat-obat yang
sebaiknya dihindari atau dapat digunakan Ada 39 92,86%% 73 98,65% 30 96,77
dengan perhatian khusus pada pasien lansia %
usia 60 tahun ke atas Tidak Ada 3 7,14^% 1 1,35% 1 3,23%
Kejadian PIMs di rumah sakit
Wilayah Kota Bengkulu
RSUD M. Yunus RS Bhayangkara RS Raflesia
Golongan Obat
Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %
Insulin, sliding scale (Rejimen
insulin yang hanya
mengandung insulin kerja
pendek atau cepat yang diberi
dosis sesuai dengan kadar
glukosa darah saat ini tanpa
penggunaan insulin basal atau 1 20 8 53,33 4 26,67
kerja panjang secara
bersamaan).

Sulfonylureas            
Glimepiride 4 80 5 33,33 11 73,33
Glibenclamide - - 2 13,33 - -
Total 5 100 15 100 15 100
RSUD M. Yunus RS Bhayangkara RS Raflesia
Nama Obat
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Kategori 1            
Omeprazole 29 32,58 59 39,86 21 30
Lansoprazole 10 11,24 10 6,76 8 11,43
Ketorolac 6 6,74 7 4,73 7 10
Clonidine 3 3,37 1 0,68 - -
Na. Diklofenak 1 1,12 2 1,35 1 1,43
Nifedipin 1 1,12 1 0,68 1 1,43
Meloxicam - - - - 2 2,86
Metoclopramide - - 1 0,68 1 1,43
Diazepam - - - - 2 2,86
Alprazolam - - 10 6,76 2 2,86
Digoxin - - - - 1 1,43
Kategori 2            
Asam Mefenamat 1 1,12 7 4,73 1 1,43
Cilostazol 1 1,12 - - 2 2,86
 
           
Kategori 3
Furosemide 12 13,48 20 13,51 4 5,71
Aspirin 8 8,99 4 2,70 2 2,86
Spironolactone 6 6,74 1 0,68 - -
Diphenhydramine 2 2,25 1 0,68 1 1,43
Haloperidol 2 2,25 - - - -
Kategori 4            
Kortikosteroid + Oral
atau Parenteral - - 6 4,05 1 1,43
NSAIDs
Kategori 5            
Ranitidin 4 4,49 4 2,70 3 4,29
Tramadol 2 2,25 - - 1 1,43
Gabapentin 1 1,12 5 3,38 8 11,43
Ciprofloxacin - - 9 6,08 1 1,43
Total 89 100 148 100 70 100
Gambaran Penggunaan PIMs pada pasien lansia
DM Tipe 2 rawat inap di 3 rumah sakit Kota
Bengkulu.
RSUD M. Yunus RS Bhayangkara RS Raflesia
Pengguanaan
PIMs per Jumlah Persentas Jumlah Persentas Jumlah Persenta
pasien Pasien e (%) Pasien e (%) Pasien se (%)
Obat yang tercantum dalam Beer’s
0 3 7,14 1 1,35 1 3,26
Criteria 2019 harus diberikan dengan
1 12 28,57 18 24,32 8 25,81
hati-hati, jika tidak dihindari, karena
2 11 26,19 28 37,84 6 19,34
resiko efek sampingnya lebih besar
3 10 23,81 15 20,27 3 9,68
daripada manfaatnya bila digunakan
4 3 7,14 10 13,51 8 25,81
pada pasien lansia (AGS, 2019).
5 3 7,14 2 2,70 5 16,13
Analisis Bivariat
Identifikasi kejadian PIMs berdasarkan Beer’s Criteria 2019,
analisis data dilakukan dengan uji statistik Chi-squere. Syarat Uji
Chi-squere adalah apabila ada sel yang mempunyai nilai
expected kurang dari 5, maka jumlahnya tidak boleh lebih dari
20% jumlah sel. Syarat uji Chi-squere tidak terpenuhi, maka
alternatifnya yaitu uji Fisher untuk tabel 2x2

Hubungan Antara Jumlah Obat dan Kejadian


PIMs PIMs
 
N %
Variabel p
 

Jumlah Obat      
<10 54 37,76% 0,009
Analisis Bivariat

Hubungan Antara Lama Rawat Inapdan Kejadian


PIMs PIMs
 
Variabel N % P
 

Lama Rawat Inap      


<5 hari 118 82,52% 0,592
≥5 hari 24 16,78%
Analisis Bivariat
Kajian Faktor-faktor Lain Yang berpengaruh Terhadap
Kejadian Potentially Inapropriate Medications (PIMs)
PIMs
Variabel P
N %
Jenis Kelamain      
Laki-laki 65 45,77% 0,380
Perempuan 77 54,23%  
Usia      
60-69 tahun 108 75,52%
0,216
70-79 tahun 27 18,88%
≥80 tahun 7 4,90%
Penyakit Penyerta      
Ada 116 81,12% 1,000
Tidak ada 26 18,18%
PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini, lebih dari 90% pasien lansia DM Tipe 2 menggunakan polifarmasi (5-9 obat
per hari) atau hyper polifarmasi (≥10 obat per hari) selama mereka tinggal di RS. Selain itu, semua
pasien memiliki dua atau lebih penyakit penyerta. Biasanya diperlukan untuk mengambil beberapa
rejimen obat untuk mengontrol kondisi glikemik dan komplikasi terkait DM Tipe 2. Jumlah rata-rata
obat yang diresepkan per resep selama tinggal di rumah sakit adalah 8-9. Di antara obat
antidiabetes, PIM yang paling sering diresepkan adalah insulin kerja pendek, dan glimepiride,
karena obat ini dapat menyebabkan hipoglikemia berkepanjangan yang parah pada orang dewasa
yang lebih tua, sedangkan insulin kerja pendek atau cepat, adalah agen yang disetujui untuk
pasien diabetes. Namun, pasien yang lebih tua mungkin memiliki risiko hipoglikemia yang lebih
tinggi tanpa meningkatkan manajemen hiperglikemia.
PEMBAHASAN
Secara keseluruhan, penghambat pompa proton (PPI) dan loop diuretik adalah PIM yang paling sering diresepkan
terlepas dari kategori diagnosis. PPI, misalnya, lansoprazol dan omeprazole, disetujui untuk mengurangi produksi
asam lambung dan merupakan obat yang paling sering diresepkan di rumah sakit. Penggunaan PPI selama lebih
dari delapan minggu dianggap tidak tepat dan harus dihindari pada orang dewasa yang lebih tua sesuai Beer’s
criteria 2019 karena dikaitkan dengan risiko infeksi clostridium difficile dan peningkatan kemungkinan keropos
tulang dan patah tulang. Menurut Beer’s Criteria, kehati-hatian diperlukan saat memberikan diuretik kepada pasien
berusia 65 tahun ke atas untuk menghindari potensi efek samping dari menginduksi hiponatremia dengan
menyebabkan atau memperburuk sindrom sekresi hormon antidiuretik yang tidak tepat (SIADH).
Dari penelitian ini faktor utama yang berhubungan dengan penggunaan PIM adalah polifarmasi.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa jenis kelamin perempuan, polifarmasi, dan hiper polifarmasi
merupakan faktor risiko penggunaan PIM, karena perempuan lebih sering berkonsultasi dengan profesional
kesehatan dan mengonsumsi lebih banyak obat daripada laki-laki
PEMBAHASAN
American Geriatrics Society menyebutkan bahwa Beer’s criteria dapat berfungsi sebagai alat untuk
mengevaluasi kualitas perawatan, sehingga dapat menyimpulkan bahwa PIM menyebabkan lebih
banyak kerusakan pada kualitas hidup pasien lansia diabetes dan meningkatkan beban ekonomi.
Ada kebutuhan untuk membuat kesadaran tentang Beer’s criteria di antara pasien dan dokter
untuk membenarkan penggunaannya dan meningkatkan perawatan kesehatan lansia. Ada juga
kebutuhan bagi otoritas pengatur untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan terkait
penerapan wajib Beer’s criteria.
Penting untuk dicatat bahwa kami tidak dapat menyiratkan bahwa penggunaan obat yang tidak
tepat selalu dikaitkan dengan hasil negatif, dan dalam beberapa keadaan beberapa obat yang
"tidak tepat" mungkin diindikasikan dengan tepat.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan, yaitu:
1. Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif sehingga peneliti tidak dapat mengetahui pasti
kondisi pasien yang sesungguhnya.
2. Penelitian ini tidak membahas tentang efek samping atau terjadinya reaksi obat yang tidak
diinginkan (ROTD) yang kemungkinan muncul karena kejadian ketidaksesuaian obat / PIMs.
3. Beer’s Crtiera 2019 mungkin belum begitu dikenal luas dikalangan profesional kesehatan,
sehingga perlu waktu untuk adaptasi, mempelajari dan menerapkan metode ini.
05
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
1. Karakteristik pasien lansia DM Tipe 2 di 3 rumah sakit Kota Bengkulu berdasarkan
usia 60-69 tahun (78,57%, 74,32%, 80,64%), usia 70-79 (16,67%, 20,27%, 16,13%)
dan usia ≥80 tahun (4,76%, 5,41%, 3,23%). Jenis kelamin laki-laki 40,48%, 44,59%,
51.61% sedangkan perempuan 59,52%, 55,41%, 48,39%. Pasien lansia DM Tipe 2
dengan penyakit penyerta sebesar 71,43%, 87,84%, 80,65%.
2. Kejadian penggunaan obat yang tidak sesuai pada pasien lansia DM Tipe 2 rawat
inap di 3 rumah sakit Kota Bengkulu yaitu sebesar : RSUD M. Yunus Kota Bengkulu
92,86% (39 pasien) dari 42 pasien, RS Bhayangkara sebesar 98,65% (73 pasien)
dari 74 pasien dan RS Raflesia Kota Bengkulu sebesar 96,77% (30 pasien) dari 31
pasien. Golongan obat antidibates yang masuk Beer’s Criteria 2019 adalah Insulin
sliding scale (20%, 53,37%, 26,67%), glimepiride (80%, 33,33%, 73,33%) dan
glibenklamid (13,33%).
3. Jumlah obat yang diresepkan pada pasien lansia DM Tipe 2 rawat inap di 3 rumah
sakit Kota Bengkulu mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian
ketidaksesuaian obat (p=0,009). Sedangkan lama rawat inap, usia, jenis kelamin dan
penyakit penyerta tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian
ketidaksesuaian obat pada pasien lansia DM Tipe 2 (p>0,05).
SARAN

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut secara prospektif terhadap kejadian


ketidakseuaian obat atau PIMs dengan metode cohort atau case control sehingga
ada kelompok pembanding.
2. Perlu dilakukan diskusi antara klinisi dengan farmasi klinik untuk bersama
menemukan alternatif obat pilihan lain bila terdapat kejadian ketidaksesuaian obat
atau PIMs yang berpotensi merugikan pasien lansia.
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai