Anda di halaman 1dari 15

HARMONIA: JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

Estetika Ketidaksadaran: Konsep Seni menurut Psikoanalisis


Sigmund Freud (1856-1939)
(Aesthetics of Unconsciousness: Art Concept according Sigmund Freud
Psychoanalysis)

Ahmad Zaenuri
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Pascasarjana Universitas Negeri Semarang

Abstrak

Psikoanalisis Sigmund Freud mendasarkan pemikirannya pada ketidaksadaran sebagai


analisis ilmiah. Ketidaksadaran dalam perilaku digambatkan sebagai kesalahan-ke-
salahan perilaku, keseleo lidah, kelupaan, imajinasi, fantasi dan mimpi yang disebab-
kan karena dorongan psikis tidak sadat yang disebut sebagai libido. Libido, dalam
psikoanalisis merupakan energi psikis yang mendasari segala perilaku manusia sejak
keberadaan manusia di dunia. Libido sebagai energi yang paling dalam pada individu
bersifat naluriah, instinktif dan primitif yang mendorong makhluk hidup untuk ber-
tahan hidup, memiliki hasrat seksual dan naluri kematian. Libido (id), mendorong
manusia untuk melakukan segala sesuatu yang berprinsip pada kesenangan, namun
dorongan ini dibatasi oleh ego yang berprinsip pada realitas sehingga perilaku yang
dimunculkan adalah super ego. Dorongan yang terpendam karena represi menekan
psikis sehingga muncul perilaku tidak sadar sebagai manifestasinya. Ketidaksadaran,
oleh seniman Surealisme bermanfaat sebagai ide untuk menciptakan karya seni yang
imajinatif dan fantastik. Seni Surealisme merupakan bentuk estetika ketidaksadaran
dalam kesadaran manusia yang menggambarkan mimpi-mimpi sebagai produk fantasi
dari dorongan energi psikis yang direpresi. Surealisme adalah otomatisme murni dari
perilaku yang terlepas dari kontrol kesadaran dan masuk dalam permainan pikiran.

Kata kunci: Psikoanalisis, Seni, Surealisme, Esatetika

A. Pendahuluan ciple) sebagai dorongan primitif. Ego meru-


pakan perantara antara dorongan naluriah
Pemikiran Freud tentang kepribadian
id dengan realitas. Ego berfungsi sebagai
menyatakan bahwa manusia terdiri dari
pengontrol terhadap munculnya do-
tiga sistem, yaitu id, ego, dan super ego. Id se-
rongan id dengan prinsip realitas (reality
bagai dorongan psikis yang paling men-
principle), agar tuntutan id dapat diterima
dasar pada manusia, dorongan ini berupa
masyarakat. Super ego berfungsi sebagai
naluri, instink, dorongan untuk makan,
pembatas atas semua dorongan dengan
minum, dan dorongan seks. Dorongan id
berprinsip pada norma. Dorongan-do-
berprinsip pada kesenangan (pleasure prin-
rongan psikis ini digambarkan seperti
Vol. VI No. 3/September-Desember 2005
HARMONIA: JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

gunung es dan id sebagai dorongan yang mengenai topik-topik teknis seperti sistem
mendapat tekanan dan terpendam dalam saraf ikan. la hampir saja menciptakan
lautan, sementara yang muncul di sebuah reputasi kontroversial bagi dirinya
permukaan adalah super ego. sendiri ketika mempelopori penggunaan
Dorongan id merupakan dorongan kokain untuk keperluan medis.
yang murni, belum dipengaruhi oleh ke- Freud memerlukan pekerjaan yang
budayaan, dan dorongan ini berada dalam memberikan jaminan keuangan lebih baik
ketidaksadaran. Dorongan id meliputi do- sehingga dengan rasa malas ia mulai be-
rongan untuk bertahan hidup (life instinct) kerja sebagai dokter di Rumah Sakit
yang disebut denganErros, yaitu dorongan Umum Wina, agar dapat menikahi tu-
seksual atau libido dan dorongan kematian nangannya, Martha Bernays. Pada tahun
(death instinct) yang disebut Thanatos. 1886, ia memulai praktek pribadi dalam
Ketidaksadaran, dalam analisis Freud penyakit-penyakit saraf. Kebanyakan
dikemukakan dalam bentuk keseleo lidah, pasien awalnya adalah wanita-wanita
kekeliruan perilaku, fantasi, lamunan, dan Wina yang menderita gangguan kejiwa-
mimpi. Pandangan Freud yang determi- an yang kemudian disebut "histeria",
nistik menganggap bahwa perilaku tidak dan kemudian melanjutkannya dengan
sadar dipengaruhi oleh sesuatu yang men- merawat bermacam-macam masalah
dasarinya. Freud dengan keyakinan biolo- psikologis sampai akhir hidupnya.
gisnya menganggap bahwa manusia 2. Karier dan Karya Intelektual Sigmund
adalah salah satu spesies binatang dengan Freud
keistimewaan tertentu sebagaimana
dikemukakan Darwin dalam teori Karier Freud dapat dibagi menjadi
evolusinya. tiga bagian utama. Pada fase pertama, ia
bergulat dengan hipotesis-hipotesis asli-
B. Riwayat Hidup Sigmund Freud nya mengenai hakikat masalah-masalah
neurotik dan membangun sebuah teori dan
1. Riwayat Hidup perawatan yang berbeda dengan yang ada
Sigmund Freud lahir di Moravia sebelumnya, sekarang dikenal dengan
pada tahun 1856, namun pada tahun 1860 nama "psikoanalisis". Ketertarikannya
keluarganya pindah ke Wina tempat ia kepada psikologi manusia dan masalah-
hidup dan bekerja sampai akhir hayatnya. masalah kejiwaan semakin dikobarkan
Semasa bersekolah, ia sudah tertarik pada dengan sebuah kunjungan ke Paris pada
seluruh kehidupan manusia yang luas dan tahun 1885-1886 untuk belajar di bawah
ketika memasuki Universitas Wina bimbingan Charcot, seorang ahli saraf
sebagai mahasiswa kedokteran, ia tidak Francis yang menggunakan hipnotis untuk
merasa cocok dengan ilmu pengobatan, merawat pasien-pasien "histeria". Histeria
malah mengikuti kuliah-kuliah lain seperti kebanyakan diderita wanita yang memiliki
kuliahnya filsuf yang berpengaruh di kegilaan misterius, kehilangan kemam-
bidang pikiran manusia pada waktu itu, puan berbicara, atau kehilangan sensasi
Franz Brentano. Freud yang sangat dalam beberapa wilayah tubuh, namun
tertarik pada biologi dan menghabiskan bukan diakibatkan kelemahan atau luka
waktu enam tahun melakukan riset di pada saraf mereka, melainkan hanya
laboratorium milik fisiolog besar masa beberapa konsep umum mengenai ba-
itu, Brucke, menulis banyak naskah gian-bagian tubuh seperti "tangan" atau
Vol. VI No. 3/September-Desember 2005
HARMONIA: JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

"lengan". Secara erimologis, kata "his- seksual anak-anak. Mula-mula ia percaya


teria" berhubungan dengan penjelasan cerita-cerita ini, namun kemudian arah
kuno mengenai beberapa gejala gangguan teorinya berubah secara dramatis yang ia
rahim dan sekarang kata ini umum- sadari sebagai sebuah penemuan krusial.
nya dimaknai sebagai kondisi emosi ir- la sampai pada pikiran bahwa cerita-cerita
rasional namun pada zaman Freud kata ini tersebut memiliki dasar yang besar pada
memiliki arti sebuah sindrom yang rumit fantasi yang merefleksikan keinginan-kei-
sehingga pengobatan ortodoks tidak dapat nginan bawah sadar dalam subjek
menyembuhkannya (tentu saja orang melebihi memori-memori atas apa yang
mungkin heran bahwa penyakit ini sebenarnya terjadi. Pada tahun 1895, ia
berhubungan dengan wanita-wanita bor- menerbit-kan Studi tentang Histeria
juis akhir abad kesembilan belas yang bersama Breuer, namun tak lama
situasi sosialnya tertekan). Pada awalnya, kemudian kolaborasi ini pecah, dan Freud
Freud terkesan oleh metode hipnotisme mulai membuat teorinya sendiri.
psikologis murni Charcot yang kelihatan- (Perpisahan ini mempakan perpisahannya
nya dapat membawa kesetubuhan ini. yang pertama dari sekian banyak
Freud, menghadapi gejala-gejala yang perpisahan yang akan dialami dengan
sama pada pasiennya sendiri menangani- kolega-koleganya.)
nya dengan mempergunakan elektroterapi Freud, pada tahun-tahun akhir
dan hipnotis sugestif, namun hasilnya ti- abad kesembilan belas mulai memfor-
dak memuaskan sehingga ia mulai menco- mulasikan teorinya yang kontroversial
ba metode lain yang dipelajarinya dari mengenai seksualitas infantil dan inter-
Breuer, seorang konsultan senior dari pretasi mimpi, keduanya merupakan
Wina yang menjadi temannya. Pendekatan pusat teori psikoanalisis. la memper-
Breuer didasarkan pada asumsi bahwa kenalkan konsep-konsep teoretis yang
histera disebabkan oleh beberapa penga- berbeda mengenai resistansi, represi,
laman emosional yang kuat yang disebut dan transferensi. Pada saat itu, ia sedang
"trauma", yang telah dilupakan sehingga menulis (dan melakukan surat menyurat
perawatannya adalah berusaha memanggil dengan Fliess, seorang dokter yang ba-
kembali pengalaman tersebut dan "mele- nyak memberikan spekulasi yang tidak
paskan"nya dengan emosi yang serupa. ortodoks dan dengen kuat mempenga-
Hipotesis bahwa orang dapat menderita ruhinya pada periode ini) Proyek bagi
dari sebuah "konsep"; memori atau emosi Sebuah Psikolagi Ilmiah. Dalam karya ini,
yang tidak disadari, namun dapat dihi- Freud mencoba menghubungkan teori
langkan dengan membawanya pada kesa- psikologi yang dikembangkannya kemu-
daran merupakan dasar Freud mengem- dian dengan basis fisik sel-sel saraf otak,
bangkan psikoanalisis. sebuah topik yang telah dipelajarinya
Freud menemukan ide-ide relevan dalam penelitian fisiologi sebelumnya.
yang dimiliki pasien secara khas memiliki Meskipun proyek ini membawa banyak
beberapa bentuk seksual tertentu, dan ia kesenangan, namun ia terlalu banyak
berspekulasi bahwa neurosis selalu memi- menimbang-nimbang sehingga tidak
liki akar seksual. Dalam banyak kasus pa- mencoba menerbitkannya. Manuskrip
sien-pasiennya datang melaporkan "goda- ini hilang dan tidak ditemukan serta
an seksual masa bayi" yang dialaminya tidak diterbitkan hingga tahun 1950.
sekarang kita menyebutnya pelecehan
Vol. VI No. 3/September-Desember 2005
HARMONIA: JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

Pemikiran Freud pada fase kedua (1926), disebut demikian karena di sana ia
yang mulai menunjukkan kematangan mendiskusikan apakah kualifikasi medis
teorinya terlihat jelas melalui penerbitan perlu bagi praktek psikoanalisis, ia
Interpretation of Dream pada tahun 1900, menguraikan ide-ide dasarnya dalam
sebuah buku yang diakuinya sebagai terma-terma tiga struktur jiwa manusia
bukunya yang terbaik. Buku ini diikuti yang baru ini.
Psikopatologi Everyday Life pada tahun Freud, pada sebagian besar tahun-
1901 yang di dalamnya ia menganalitis tahun akhir hidupnya lebih memusatkan
kesalahan-kesalahan tingkah laku seha- diri pada teori sosial psikoanalisis (pada
ri-hari yang disebabkan oleh bawah sa- tahun 1913, ia sebenamya telah mencoba
dar kita, seperti keseleo lidah, dan tahun menetapkan teorinya pada antropologi
1905 terbit Tiga Esai Teori Seksualitas dalam Totem dan Tabu. Dalam Masa
yang menerapkan teori psikoanalitis atas Depan Sebuah Ilusi (1927), ia
seluruh kehidupan kejiwaan nomal manu- memperlakukan agama sebagai sistem
sia, bukan hanya kasus-kasus neutosis. kepercayaan yang keliru yang kedalaman
Pengakuan internasional dan penyebaran akarnya pada pikiran manusia hanya
psikoanalitis dimulai: pada tahun 1909 dapat dijelaskan secara psikoanalisis.
Freud diundang ke Amerika tempat ia Dalam Peradaban dan Ketidakpuasannya
memberikan Lima Kuliah tentang (1930), ia mendiskusikan konflik-konflik
Psikoanalisis, sebuah pemaparan ide- antara tujuan-tujuan masyarakat beradab
idenya secara pendek yang pertama kali dengan naluri-naluri manusia, dan dalam
dilakukan dan paling terkenal. Pada tahun Musa dan Monoteisme (1939), ia
1915-1917, ia memberikan Pengantar menawarkan sebuah interpretasi
Kuliah tentang Psikoanalitis lebih lama & psikoanalitik yang kontroversial mengenai
Universitas Wina yang di dalamnya ia sejarah Yahudi. Pada tahun 1938, Nazi
menguraikan teorinya secara lengkap dan mengambil alih Austria dan orang-orang
siap dikembangkan lagi. Yahudi berada dalam bahaya, namun
Freud, pada fase ketiga sejak akhir karena hubungan internasionalnya yang
Perang Dunia I sampai kematiannya, besar Freud di-izinkan terbang ke
membuat beberapa perubahan penting London, tempat ia menghabiskan tahun-
dalam teori-teori fundamentalnya dan tahun kehidupan-nya dengan menulis
mencoba membuat spekulasi yang luas sebuah karangan yang berani mengenai
agar dapat mengaplikasikan idenya bagi Kerangka Kerja Psikoanalisis.
pertanyaan-pertanyaan sosial. Pada tahun
1920 terbit Di Luar Prinsip Kesenangan, C. Psikoanalisis dan Estetika
berisi pengenalannya yang pertama atas
konsep "naluri kematian" (untuk menje- 1. Psikoanalisis
laskan agresi dan destruksi diri), sebuah Pemikiran Freud timbul dipenga-
konsep yang sama kuatnya dengan "naluri ruhi Descrates yang berpangkal pada
kehidupan" (pemeliharaandan seksualitas) semboyan cogito ergo sum menetapkan
perkembangan akhir yang lain adalah tiga objek psikologi adalah kesadaran
struktur jiwa manusia — id, ego, dan (Suryabrata, 1988:141). Psikoanalisis
super ego yang ditampilkan pertama kali memberikan gagasan yang mendasar
dalam Id dan Ego (1923). Dalam karya bahwa semua pikiran dan tindakan sa-
populemya, Permasalahan Analisis Awam dar adalah proses yang tidak disadari
Vol. VI No. 3/September-Desember 2005
HARMONIA: JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

yang diringkas dalam frase pikiran yang stabilisasi dalam masyarakat (Osborn,
tidak sadar. Perilaku dalam kehidupan 2005:80).
sehari-hari merupakan perilaku sadar
dalam ketidaksadaran, karena dalam pe- ...ego manusia lambat laun terlatih
dengan pengaruh kepentingan
rilaku sadar terpendam perilaku yang
eksternal untuk menghargai realita
tidak disadari yang akhirnya mempe- dan meng-ejar prinsip realita, dan
ngaruhi perilaku sadar. Freud (1983:47) dalam berbuat itu, harus
menjelaskan: melepaskan untuk sementara atau
Tugas pertama yang diserah- selamanya bermacam objek dan
kan psikoanalisis adalah men- tujuannya -tidak hanya secara
jelaskan neurosa-neurosa. De- seksual—keinginan untuk mem-
ngan berpangkal pada re- peroleh kenikmatan. Tetapi
sistensi serta transferensi dan meninggalkan kenikmatan adalah
mengikutsertakan amnesia se- selalu merupakan hal yang sulit
bagai fakta yang ketiga, psi- bagi manusia ia tak dapat berhasil
koanalisis berhasil menyusun tanpa suatu kompensasi (Freud
suatu teori tentang represi dan dalam Rader [ed.], 1962:127).
memperlihatkan peranan yang
dimainkan oleh naluri-naluri Manusia, meskipun sudah membatasi
seksual dan ketidaksadaran perilakunya dengan prinsip realitas, usaha
dalam neurosa-neurosa. mencari kesenangan masih tetap menjadi
dorongan psikis dalam ketidaksadaran
Manusia memiliki dorongan-dorong- yang kuat dan menuntut untuk
an psikis yang berprinsip pada dipenuhi. Dorongan-dorongan naluriah
kesenangan (pleasure principle) yang ada dalam setiap makhluk hidup yang
mendasar yang bersarang dalam id atau berprinsip pada kesenangan yang dibatasi
das Es, namun dorongan ini mendapat oleh ego dan super ego. Kuatnya
hambatan atas prinsip realitas, yaitu ego dorongan id menekan ego, sehingga
atau das Ich yang bertugas membatasi memunculkan konflik dalam kehidupan
dorongan primitif sesuai dengan prinsip psikis manusia. Konflik yang tidak
realitas dan das Uber Ich yang biasa teratasi akan membentuk neurosa yang
disebut super ego yang berprinsip pada berakibat terjadinya gangguan mental.
norma. Dorongan psikis id merupakan Perilaku yang disadari merupakan
dorongan yang paling besar yang produk interaksi antara dorongan naluriah
membentuk energi psikis sehingga segala dan realitas luar yang cenderung
bentuk perilaku berasal dari ide. membatasi dan menyangkal ekspresi.
Manusia yang mendasarkan perilaku- Naluri, pada umumnya dianggap sebagai
nya pada id sebagai dorongan primitif dan dorongan bawaan dari lahir yang men-
mengekspresikannya tanpa batas, dalarn dasar yang berhubungan dengan peles-
lingkungan sosial tidak akan diterima dan tarian individu dan spesies. Menurut
mendapat kecaman. Semakin manusia di- Freud (dalam Osborn, 2005:17), naluri
kuasai oleh dorongan seksual maka dapat digambarkan memiliki sumber,
manusia tidak akan dapat bertahan hidup objek, dan tujuan. Sumber adalah kea-
lebih lama dalam lingkungan masyarakat. daan eksitasi atau keadaan yang mudah
Represi, dalam hal ini mempunyai dipicu dalam tubuh. Naluri yang men-
peranan penting dalam menciptakan dasari manusia adalah naluri seksual.
Vol. VI No. 3/September-Desember 2005
HARMONIA: JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

Naluri seksual pada kehidupan awal yang si pemimpi pada kehancuran (Freud,
dikenal dengan naluri komponen 2001:3).
merupakan eksistensi yang mandiri,
Mimpi yang menggambarkan masa
dengan cara-cara mencari penghargaan
depan adalah mimpi sebagai gambaran
sendiri dan masih mendominasi.
yang menjadi harapan pemimpi yang
Dinamika kepribadian, menurut direpres dalam ketidaksadaran. Materi
Freud (dalam Suryabrata, 1988:149) yang menyusun sebuah mimpi berasal
bahwa organisme manusia sebagai suatu dari pengalaman yang direproduksi atau
kompleks sistem energi, yang memper- diingat lagi di dalam mimpi. Sumber
oleh energinya dari makanan dan mem- materi yang direproduksi bisa berasal dari
pergunakannya untuk bermacam-ma- masa kanak-kanak. Mimpi tidak hanya
cam hal. Freud menamakannya sebagai memasukkan hal-hal paling signifikan
"energi psikis". Energi psikis dapat di- yang layak untuk diingat, seperti dalam
pindahkan ke energi fisiologis dan se- alam sadar, tetapi juga detail-detail yang
baliknya. Jembatan antara energi tubuh tidak menarik dan tidak signifikan
dengan kepribadian ialah das Es atau id (Freud, 2001: 20). Mimpi merupakan
dengan instink-instinknya. Sumber ins- simbolisasi dari realitas kehidupan yang
tink adalah suatu proses perangsangan perlu pemahaman dan interpretasi agar
terhadap organ tertentu, dan tujuan dapat dimaknai.
instink adalah pelepasan atau pemuasan Psikologi kesalahan mengungkap ke-
dari stimulus organis ini (Freud, 2003:41). salahan-kesalahan pengucapan, perilaku
Energi psikis dikatakan sebagai libido dan proses lupa terhadap sesuatu. Keti-
yang kemudian mendapat represi oleh daksadaran dalam perilaku dimotivasi
ego. oleh dorongan-dorongan psikis yang
Ketidaksadaran yang dianalisis lewat direpres untuk tidak dimunculkan dalam
tafsir mimpi, untuk menginterpretasikan perilaku namun secara tidak sengaja
terhadap mimpi sebagai suatu bangunan muncul dengan sendirinya yang dianggap
psikologis yang menunjuk pada aktivitas sebagai sebuah kesalahan. Kesalahan
psikis dalam alam bawah sadar yang sarat pada perilaku pada dasarnya memiliki
makna dalam alam sadar. Menurut Freud tendensi bawah sadar yang muncul tanpa
(2001:3), mimpi didefinisikan sebagai disadari.
aktivitas psikis seseorang ketika ia berada Psikoanalisis, mendasarkan pemi-
dalam kondisi tidak sadar atau sedang kirannya pada proses bawah sadar yang
tidur. Kemudian dilanjutkan: membentuk perilaku dan segala pe-
nyimpangan perilaku sebagi akibat proses
Manusia zaman purba membedakan tak sadar. Psikoanalisis tidak ber-
mimpi sebagai berikut: pertama, mim-- tujuan atau mencari apapun kecuali
pi yang nyata dan berharga, yang penemuan tentang alam bawah sadar
diturunkan kepada si pemimpi seba-
dalam kehidupan mental (Freud, 2002:
gai peringatan atau untuk meramal-
kan kejadian-kejadian di masa de- 424). Proses ketidaksadaran sebagai
pan. Kedua, mimpi yang tak bernilai, energi psiskis yang mendapatkan repre-
kosong, dan menipu, yang bertujuan si yang terus-menerus tanpa sublimasi
untuk menyesatkan atau menuntun akan memunculkan gejala yang bera-kibat
pada neurosa dan berlanjut pada

Vol. VI No. 3/September-Desember 2005


HARMONIA: JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

gangguan mental. Freud, baginya im-pian dipecahkan oleh audiens tentang apa yang
adalah suatu pemenuhan (tersem-bunyi) terkandung dalam karya seni.
dari suatu keinginan (yang di-tekan atau Libido, saat frustrasi bergerak mun-
diabaikan) atau dengan kata lain, impian dur, kembali pada posisi semula dan
merupakan sejenis kode. Simbol-simbol menarik fantasi agar memuka jalan jalan
yang dimunculkan da-lam mimpi ke arah fiksasi yang tertutup. Dengan ma-
merupakan simbol dari ketidaksadaran suknya libido ke dalam fantasi penyaluran
yang mendapatkan represi. energi oleh fantasi semakin besar
2. Estetika Ketidaksadaran (Aesthetics sehingga mendesak untuk terwujud dalam
of Unconsciousness) realitas sehingga terjadi konflik antara
fantasi dan ego dan ditarik ke alam bawah
Kesadaran yang muncul dalam du- sadar. Sumber fantasi yang tidak disadari
nia realitas hanya merupakan bagian ke- kembali pada titik fiksasinya, hal ini oleh
cil dari dorongan psikis yang ada dalam C. G. Jung dinamai introversi (Freud,
diri manusia. Dorongan psikis yang ter- 2002:406). Setiap manusia memiliki
pendam sebagai energi psikis atau dise- dorongan energi psikis sejak permulaan
but libido, sebuah kata lain dari dorongan kehidupan sesuai dengan tahap-tahap
seksual yang sangat mempengaruhi perkembangan usia dan berlanjut pada
kehidupan seseorang sehingga muncul usia dewasa. Dorongan-dorongan libido
dalam perilaku tidak sadar. Libido seba- muncul dalam perilaku yang "ekslusif'
gai energi psikis merupakan faktor uta- yang dapat diterima oleh realitas dunia
ma yang penting dalam berperilaku. Pe- eksternal. Dorongan libido dalam
rilaku yang didasarkan pada libido men- perkembangan dari masa kanak-kanak,
dapatkan filter sebagai bentuk penye- anak-anak, latensi dan usia dewasa hingga
suaian terhadap dunia realitas eksternal tua berorientasi pada pe-menuhan
sehingga perilaku merupakan reduksi dan kebutuhan akan erotis yang berujung pada
deformasi dari dorongan libido. kesenangan akan pemuasan kebutuhan
Kesadaran perilaku sebagai bagian seksual. Orientasi libido dalam
kecil dari libido yang sudah mendapatkan perkembangan usia bervariatif sesuai
"ijin" atas ego untuk dimunculkan dalam dengan perkembangan psikisnya.
realitas perilaku. Represi atas ketidak- Pada wanita muda kehendak
sadaran akan termanifestasikan dalam erotik mendominasi fantasi
perilaku tidak sadar seperti pada keseleo hampir secara ekslusif, karena
lidah, kekeliruan perilaku, fantasi dan ambisinya pada umumnya di-
mimpi. Mimpi, dalam bentuk realitas bagi padukan dalam kerinduan ero-
tisnya; pada pemuda kehendak
seniman merupakan ide yang imajinatif egoistik dan ambisius sangat
untuk dituangkan dalam karya seni karena jelas terungkap bersamaan
mimpi seperti halnya yang dilakukan dengan kehendak erotiknya
seniman terutama seniman aliran (Freud dalam Rader [ed.], 1962:
Surealisme dalam menuangkannya 131).
sebagai simbol-simbol bagi karya Tampilan-tampilan dalam perilaku
seninya. Simbol-simbol yang tertuang dan bentuk keindahan yang muncul
dalam karya seni surealis merupakan merupakan manifestasi kecil dari do-
gambaran sederhana dari dorongan libido rongan libido dan sebagian besar ter-
dan merupakan kode yang perlu sembunyi karena represi oleh realitas
Vol. VI No. 3/September-Desember 2005
HARMONIA: JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

ekternal. Energi psikis yang memper- suatu tekanan psikologis yang


oleh pemuasan atasnya, akan menja- memerlukan cara tertentu untuk
dikan kehidupan individu seimbang mengungkapkannya sehingga da-
pat diterima oleh lingkungan ma-
karena dorongan-dorongan yang men-
syarakat.
dasarinya dapat terpenuhi sehingga ti-
dak menimbulkan konflik psikis dan Karya seni, bagi seniman merupakan
tidak menimbulkan ketegangan. Pele- media berekspresi bebas dalam meng-
pasan energi psikis bervariasi, tergan- ungkapkan segala dorongan psikis. Objek
tung pada individu dalam mengarahkan seni dalam karya merupakan bentuk nyata
kelebihan energi yang ada dalam dirinya dari impian, imajinasi, dan fantasi yang
sehingga mampu menyublimasi dalam tidak memperoleh ruang dalam dunia
bentuk perilaku yang adaptif. Proses nyata sehingga dalam proses berkarya
represi terhadap libido oleh fiksasi seni, seniman merasa sedang berko-
terendap dalam alam bawah sadar oleh munikasi dengan dunia luar dan berbicara
seniman energinya diubah dalam proses sebebas-bebasnya dengan menggunakan
berkarya seni. Tekanan-tekanan psiko- simbolisasi media seni. Simbolisasi dalam
logis dalam diri seniman dapat berupa karya seni mendapatkan kebebasan tak
harapan, impian, cita-cita, keinginan, terbatas pada seni aliran Surealisme
perasaan senang atau tidak senang, pe- sebagaimana alam mimpi yang menam-
ngalaman traumatis, kecemasan neuro- pilkan simbol-simbol imajinatif dan
tik (anxiety), ketakutan (pobhid), fantastik sehingga perlu in-
baik dalam kehidupan pribadi maupun da- terpretasi mendalam atas simbol tersebut.
lam kehidupan sosialnya. Perasaan yang Pembebasan dorongan id atau libido
menjadi tekanan dalam psikis seniman mendapatkan tempat dalam Surealisme.
dijadikan ide yang kreatif dan imajinatif Proses kesadaran, dalam hal ini ba-
guna menciptakan karya seni yang es- hwa yang dilakukan adalah merupakan
tetis. Proses sublimasi yang kreatif ini usaha sadar sehingga perilakunya dapat
merupakan proses penyampaian tekan-- diterima dalam masyarakat namun disisi
an yang dapat diterima oleh masyarakat lain, isi atau makna yang terkandung
dan bahkan mendapat penghargaan dari dalam karya merupakan proses
masyarakat. Pengungkapan tekanan seba- ketidaksadaran dari dunia psikis yang
gai mekanisme pertahanan ego (defense diolah secara kreatif dan imajinatif yang
ego mechanism) yang mengalami represi, fantastik sehingga dapat dimunculkan
diolah secara imajinatif menjadi ide menjadi sebuah karya seni surealis.
dalam karya seni. Freud (Freud dalam Simbolisme-simbolisme dalam
Kirsner, 2003: 188) menjelaskan sebagai karya seni sama dengan bentuk simbol-
berikut: simbol dalam mimpi, karena mimpi
merupakan produk dari ketidaksadaran
Pikiran, kita terdiri dari id, ego, dan
superego (istilah bahasa Jerman itu
yang menekan dan mendapat represi
bisa diterjemahkan menjadi it, I, namun muncul dengan sendirinya da--
dan overme "dia", "aku", dan "yang lam ketidaksadaran yang terdistorsi oleh
mengatasiku1). Dorongan Id yang proses sensor dan terjadi perubahan arah
tidak bisa diterima oleh masya- oleh proses regresi sehingga inter-
rakat akan direpres, sehingga la- pretasi mimpi melewati proses yang
ma-kelamaan akan membentuk rumit. Seni merupakan objek fantasi yang
Vol. VI No. 3/September-Desember 2005
HARMONIA: JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

dibuat dengan kesadaran mencip- Psikoanalisis mengamati alam bawah


takan karya seni namun secara tidak sa- sadar yang tidak mendapatkan
dar dalam karya seni memunculkan ob- perwujudannya sehingga menjadi gejala
jek dari dorongan terdalam dunia psikis neurosis. Neurosis merupakan tanda suatu
yang tidak terungkapkan di dunia luar. konflik, yaitu dorongan naluriah libido
Produk fantasi yang berupa la- yang menuntut untuk dipenuhi dan ego
munan merupakan pemenuhan semu dari yang membatasi dan merepres. Seniman
ambisi dan hasrat erotis. Dalam lamunan surealis, dalam hal ini merupakan
memperlihatkan kebahagiaan semu dan individu yang mampu memberikan jalan
pemenuhan keinginan pada kondisi keluar atas dorongan-dorongan libido
terlepas dari sanksi realitas. Lamunan dengan cara sublimasi melalui karya
adalah inti dan model mimpi pada saat seninya.
tidur. Mimpi adalah lamunan yang Freud mengatakan bahwa seni tidak
terdistorsi oleh bentuk aktivitas mental lebih dari sekedar pengetahuan yang
pada saat tidur dan dimungkin- awam; dirinya bukanlah seorang ahli baik
kan untuk terbentuk karena kebebasan dalam sikapnya maupun pengalaman ke-
atas kenikmatan instingtual pada saat tertarikannya terhadap seni (Wollheim
tidur. Mimpi memberikan kebebasan dalam Neu, 1992:249). Karya seni yang
pada libido untuk mengungkapkan se- dibuat oleh seniman merupakan karya
gala dorongan terdalam meskipun do- yang dapat dinikmati oleh audiens dari
rongan tersebut merupakan dorongan berbagai kalangan tanpa pembatasan yang
yang tidak bisa diterima dalam dunia pasti. Pemahaman, apresiasi dan interpre-
realitas eksternal, seperti hasrat seksual, tasi terhadap karya seni memberikan
agresi dan lain sebagainya baik yang kebebasan kepada audiens sesuai dengan
bersifat indah, jorok, destruktif maupun pengalaman estetiknya untuk memberikan
konstruktif. Alam mimpi merupakan apresiasi dan interpretasi terhadap karya
bagian ketidaksadaran manusia yang seni.
memberikan kebebasan tak terbatas Seni merupakan bentuk komunikasi
meski simbolisasi dalam mimpi menda- antara seniman dan audiens dengan me-
patkan pertentangan oleh dunia realitas, lalui karyanya, sehingga ekspresi, ide, dan
karena dalam mimpi, si pemimpi tidak segala bentuk pesan baik pesan mendalam
dapat membatasi impian yang akan dari dalam diri seniman, seperti tekanan-
dimunculkan. Mimpi sebagai perilaku tekanan psikis yang sedang dialami oleh
ketidaksadaran, dalam kesadaran muncul seniman maupun pesan sosial bahwa
dalam bentuk lamunan. Lamunan tidak seniman dengan segala kepekaan
harus selalu tidur karena lamunan bawah sosialnya menyampaikan segala bentuk
sadar juga ada. Lamunan bawah sadar tekanan-tekanan sosial, kehidupan
serupa dengan sumber mimpi dari gejala masyarakat, sistem budaya dan lain
neurosis (Freud, 2002:405). sebagainya yang ingin disampaikan dalam
Fantasi, lamunan, harapan, dan do- karya seni dari dalam diri seniman dapat
rongan libido yang disublimasi oleh se- diterima oleh audiens dengan mem-
niman menjadi sebuah karya seni meru- berikan kebebasan kepada audiens se-
pakan usaha seniman dalam mengalihkan suai dengan pengalaman seninya dalam
energi psikis dan pencapaian kepuasan memahaminya.
yang dapat diterima oleh dunia eksternal.
Vol. VI No. 3/September-Desember 2005
HARMONIA: JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

Psikoanalisis dengan berbagai Karya seni memiliki nilai estetis sehingga


teorinya berusaha memberikan pemahamannya tergantung pada
penjelasan bahwa karya seni pengalaman estetis individu dalam
sebagaimana halnya dengan
menafsirkan setiap pananda yang muncul
impian dan mitologi merup-
akan perwujudan dari keinginan dalam karya seni hingga membentuk
manusia terdalam yang' mem- petanda yang arbritrer.
peroleh kepuasan lebih besar Konflik antara dorongan libido dan
dalam bentuk seni ketimbang ego memberikan energi psikis bagi kreati-
dalam penghidupan sehari-hari vitas untuk megolah dan berimajinasi.
(The Liang Gie, 1996:27). Freud (Wollheim dalam Neu [ed..], 1992:
249) selanjutnya mengatakan:
Tekanan-tekanan psikis yang dire-
pres oleh seniman memperoleh perwu- Sejumlah penulis estetika telah
judannya dalam bentuk karya seni, tahu bahwa keadaan kebingungan
sehingga karya seni merupakan simbol- intelektual tersebut merupakan
simbol dari bahasa seniman dalam me- kondisi yang harus ada apabila
nyampaikan pesan-pesannya kepada au- suatu karya seni ingin menda-
patkan daya pengaruh yang hebat.
diens. Pesan-pesan dapat berupa impian
Hanya dengan keengganan yang
dan harapan seniman yang mempe- besar saya dapat memaksa diri
ngaruhi perilaku tidak sadar sehingga percaya pada keharusan itu.
terwujud karya seni. Penanda yang di-
munculkan seniman dalam karya akan Nilai-nilai estetika yang tampak dal-
memunculkan petanda yang bervariatif am karya seni memiliki daya yang kuat
dan signifikan. untuk memunculkan penfsiran akan tanda
yang dihadirkan dengan perasaan.
.. .bertumpu pada hasil-hasil Ekspresi yang dituangkan seniman dalam
penelaahan psikoanalisis telah
karya seni merupakan gambaran
dikemukakan teori bahwa
proses penciptaan seni adalah imajinatif dari alam pikkan tidak sadar
pemenuhan-pemenuhan ba- dalam simbol dan dituangkan dengan
wah sadar dari seorang seni- bentuk simbol karya seni.
man, sedangkan karya seninya Perilaku tidak sadar yang disublima-
merupakan bentuk terse- sikan dalam karya seni, memberikan pe-
lubung atau diperhalus yang ngalaman batin yang mendalam bagi
diwujudkan ke luar dari kei-
dunia perasaan untuk berapresiasi
nginan-keinginan itu (The Liang
Gie, 1996:27-28). terhadap karya seni dan
menginterpretsikan bahasa pe-nanda
dalam petanda. Kesewenang-wenangan
Karya seni mampu membangkitkan sistem tanda yang ada dalam karya seni
emosi pelaku dan pcngamat dengan pe- merupakan bentuk komunikasi atau
resapan atas dunia karya seni. Freud bahasa yang terstruktur dalam atomisasi
(Wollheim dalam Neu [ed.], 1992:249) yang bermakna sebagai objek fantasi bagi
berkata, "...karya seni sungguh memberi- dunia mimpi. Freud (dalam Rader [ed],
kan pengaruh yang kuat pada saya, ter- 1962:127) mengatakan bahwa dalam
utama karya-karya sastra dan patung, dan fantasi, orang tetap dapat menikmati
kadang-kadang saja karya seni lukis". suatu kebebasan dari cengkeraman dunia

Vol. VI No. 3/September-Desember 2005


HARMONIA: JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

eksternal, sesuatu yang telah lama niman merupakan otomatisasi dari do-
ia lepaskan dalam reality. rongan energi psikis seniman yang ter-
Pembebasan dunia psikis dorong- konstruk secara sempurna dengan
an libido mengharapkan sebuah kemer- kebebasannya sehingga menjadi objek
dekaan yang tidak terbatas seperti hal- keindahan. Surealisme lahir pertama kali
nya dunia mimpi yang mengungkapkan dalam bentuk sastra sebagai sebuah judul
segala dorongan psikis yang terpendam drama oleh Appolinaire pada tahun 1917.
dalam bentuk simbol-simbol yang Dua tahun kemudian, yaitu tahun 1919,
mungkin lain dari kenyataan sehingga Andre Breton dan Phillipe Soupault
perlu adanya interpretasi atas mimpi. mengambilnya untuk eksperimen dan
Pada prinsipnya, dorongan libido meng- metode penulisannya yang spontan.
arah pada kesenangan, yaitu pelepasan Breton (dalam Juan, 2005)
dorongan psikis sehingga mencapai ke- mempublikasikannya tahun 1924 dalam
puasan. Bentuk perilaku dalam mencapai "First Manifesto of Surrealism" yang
kepuasan masih berprinsip pada didefinisikan, sebagai berikut:
kesenangan baik dalam bentuk pemuas-
Pure psychic automatism by which it is
an libido yang masih dapat diterima oleh intended to express, either verbally or
masyarakat namun pada prinipnya sama. in writing, the real function of thought,
Dorongan seks lebih dominan bagi in the absence of any control exercised
individu yang berakibat pada by the reason and outside of all
pembentukan perilaku. Dorongan seks aesthetic and moral preoccupations.
menjadi energi psikis yang penting dalam Surrealism is based on the belief in the
aktivitas manusia. Keindahan yang superior reality of certain forms of
ditampilkan dalam perilaku manusia associations neglected until now, in the
seringkali tidak terlepas dari gambaran omnipotence of the dream, and in the
seksual yang ambigu. Simbolisasi dalam disinterested play of thought. It leads to
the destruction of all other psychic
perilaku menghadapi dunia eksternal
mechanisms and substitutes itself for
akan mendapatkan filter dari ego sehing- them in solving the principal problems
ga sesuai dengan super ego, namun di- of life.
balik perilaku tersebut menyimpan
banyak misteri yang tidak terungkapkan. Ketidaksadaran dalam Surealisme
Sebagaimana dikatakan Freud (2003: tertuang dalam proses berkarya seni
27) tentang keindahan yang mengha- dalam bentuk otomatisme ketika
dirkan dorongan seks bahwa pembang- menciptakan karya seni. Kebebasan
kitan birahi melalui kesan optis dan dalam karya seni surealis dalam mencapai
proses seleksi akan dijalankan pada kea- kepuasan libido merupakan permainan
daan ini dengan menjadikan objek seksual dari pikiran yang imajinatif tanpa terikat
sebagai sebentuk keindahan. apapun dalam penyampaian simbol
sebagai sebuah asosiasi bebas sehingga
tercipta keindahan dalam seni.
Surealiseme mengungkapkan objek
D. Pengaruh: Surealisme dari kesadaran yang masuk dalam
Surealisme merupakan aliran seni ketidaksadaran dan diolah secara
yang menghadirkan ketidaksadaran da- imajinatif oleh seniman sehingga
lam seni. Karya seni yang diciptakan se- membentuk objek realitas ketidaksadaran
Vol. VI No. 3/September-Desember 2005
HARMONIA: JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

dalam simbolisasi melalui media karya 2. Seni Rupa: Lukis


seni. Proses simbolisasi ketidaksadaran Seni rupa aliran Surealisme membe-
berasal dari objek kesadaran yang rikan gambaran yang terlepas dari alam
direduksi dan didistorsi sehingga muncul realitas, yaitu alam mimpi yang menam-
objek ketidaksadaran. pilkan simbol-simbol objek dalam karya
1. Sastra seni yang tersusun secara imajinatif dan
Karya sastra memiliki kebebasan fantastik. Objek yang ditampilkan dalam
mengungkapkan segala bentuk dorong- karya seni rupa surealis dapat berupa
an psikis dari seniman dengan meng- adopsi murni dari dunia realitas yang di-
gunakan media bahasa yang tinggi. deformasi atau bentuk dari objek alam
Karya sastra menampilkan simbolisasi yang mengalami dekonstruksi sesuai de-
bahasa yang terstruktur sedemikian ru- ngan keinginan dan harapan seniman se-
pa sehingga menjadi karya yang ima- hingga mampu mewakili dorongan psikis
jinatif. Karya sastra merupakan bentuk yang ingin dimunculkan.
penanda dalam bahasa yang mengha- Alam bawah sadar dalam karya seni
rupa surealis hadir dalam pandangan
dirkan petanda dalam imajinasi audiens.
semiotika mampu memunculkan mitos
Kesewenang-wenangan tanda dalam
bahasa, yaitu bahwa objek penanda
sastra muncul dalam bentuk oposisi- dengan petanda pertama yang terkadang
oposisi bahasa yang menyatu, sebagai- berubah menjadi dari petanda pertama
mana dikatakan oleh Malan (1995:vii), menjadi penanda pada tingkatan kedua
seorang penyair surealis, "..seperti puisi sehingga menjadi semacam mitos pada
lahir memperlihatkan adanya ikatan dan tingkatan kedua ini. Objek yang tampil
oposisi lain, kemudian menyusun hu- tampak se-bagai objek yang mengalami
bungannya sendiri dalam ikatan ini". deformasi dan memunculkan objek lain
Bahasa sastra memunculkan mi- dalam objek tersebut. Kebebasan
os yang simbolik dari bentuk bahasa yang berkarya seni rupa surealis adalah proses
arbriter. Kebebasan seniman dalam ketidaksadaran dalam kesadaran berkarya
bahasa sebagai simbol dari ungkap- seni. Pencapaian kepuasan dengan
an atas dorongan libido sebagai bagian menghadirkan simbol-simbol yang
yang terpisahkan dengan realitas eks- tersembunyi namun memiliki makna
ternal yang diadopsi sebagai konstruksi sebagai dorongan libido menjadi
baru. Ketidaksadaran, oleh sastra muncul ketidaksadaran dalam kesadaran membuat
dalam bentuk bahasa yang memiliki karya seni.
struktur tanda arbriter sehingga me- Seni rupa surealis menghadirkan ke-
munculkan makna baru atas penanda bebasan yang tak terbatas dalam simbol
tersebut. dari mimpi yang terlepas dari sanksi rea-
Puisi dalam sastra menampilkan litas. Objek dalam seni lukis surealis
bahasa yang intuitif dan mendalam se- adalah objek mimpi, yaitu sebuah
bagai kemunculan dari dorongan psikis penggambaran objek yang tidak nyata
individu yang unik dan khas dalam ke- namun sarat makna yang nyata dalam
tidaksadaran. Puisi seperti datang dari realitas. Surealisme menciptakan dunia
belakang pikiran mereka, melakukan yang absurd dari realitas yang terdistorsi
mobilisasi teks di luar pelembagaan ka- sehingga membentuk objek yang
ta, dan membuat lingkungan permain- menampilkan estetika dalam seni.
annya sendiri di situ (Malna, 1995:viii).
Vol. VI No. 3/September-Desember 2005
HARMONIA: JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

Nietzsche dengan "Nihilisme" nya dan bentuk pada karya-karyanya. Seni-


menggambarkan kehidupan menjadi tidak man surealis murni menggunakan tek-
nyata, memalsukan dan mendepresiasikan nik akademis dalam menciptakan ilusi
dalam fiksi untuk mencapai nilai-nilai yang absurd.
yang lebih tinggi dengan kehendak un-
tuk menolak dan meniadakan kehidup- 3. Film
an. Menurut Nietzsche (dalam Deleuze, Surealisme dalam film menggambar-
2002:145): kan alam mimpi yang tidak mungkin di-
Bagi seniman, penampilan ti- jangkau dalam dunia realitas. Film
dak lagi berarti negasi atas Surealis adalah fantasi dan imajinasi dari
yang nyata dari dunia ini, na- seniman dalam mengungkapkan dorongan
mun semacam seleksi, korek- naluriah untuk mencapai kepuasan
si, penggandaan kembali, dan dengan memunculkan harapan, impian,
penegasan. Dengan demikian, dan tekanan-tekanan psikis dalam bentuk
kebenaran mungkin memiliki
objek yang imajinatif.
arti baru. Kebenaran adalah
penampilan. Kebenaran ber-- Film Surealisme seringkali mengha-
arti menggunakan kekuatan dirkan sesuatu harapan dan keinginan
atau kekuasaan tertinggi. ' yang tidak nyata yang mengadopsi dari
objek nyata yang mengalami deformasi
Seniman, dapat menganggap bah-wa objek, misalnya harapan manusia untuk
kehidupan sebagai sebuah mimpi atau bisa terbang tanpa alat, seperti dalam film
alam yang abstrak dari harapan dan cita- Superman; harapan manusia untuk
cita akan realitas kebenaran. Seni-man menjadi kuat, seperti dalam film Hulk dan
mengharapkan adanya kebenaran yang lain sebagainya. Sebaliknya dorongan
nyata dalam kehidupan bukan ha-nya libido yang berupa kecemasan (anxiety),
kebenaran yang fiktif, dan kebenaran ketakutan (phobia) akan dunia realitas
yang nyata hanya dalam dunia me- sekitar yang muncul dalam film-film
tafisika. Chernyshevsky (2005:12) me- drama, keluarga, horor dan lain
ngatakan bahwa keindahan dalam rea- sebagainya yang didramatisir se-
litas cuma suatu khayalan, yang kita demikian rupa dan realitas sebenarnya
julukkan pada realitas dengan imajinasi tidak ada. Hal-hal yang demikian cukup
kita. jelas bahwa film-film merupakan simbo-
Pelukis-pelukis yang termasuk alir- lisasi dari dorongan libido atau energi psi-
an Surealisme adalah Arp Jean, Max kis seniman penulis naskah skenario yang
Ernst, Andre Masson, Dahane Magritte, mengalami represi dan supresi oleh ego.
Yves Tanguy, Salvador Dali, Pierre Raja,
Paul Delvaux, dan Joan Miro. Ber- E. Simpulan
landaskan keyakinan realitas yang su-
perior, maka timbul dua tendensi dalam Ketidaksadaran adalah bentuk peri-
Surealisme, yaitu Surealisme ekspresif laku manusia yang terlepas dari kontrol
dan Surealisme murni. Seniman Surea- kesadaran. Ketidaksadaran merupakan
lisme ekspresif dalam berkarya seni me- dorongan psikis murni dan naluriah yang
lalui "masa tertentu" semacam kondisi kemudian dalam psikoanalisis disebut se-
tidak sadar untuk melahirkan sirnbol bagai libido yang membentuk energi psi-
kis. Energi psikis merupakan faktor
Vol. VI No. 3/September-Desember 2005
HARMONIA: JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

utama dalam pembentukan perilaku Fleming, William, 1979, Arts and Ideas.
individu se-jak manusia hadir di dunia. New York, Chicago, San Francisco,
Ketidaksadaran dalam perilaku muncul Atlanta, Dallas, treal Toronto,
berupa kelupaan, kesalahan perilaku, London, Sidney: t, Rinehart and
keseleo lidah, imajinasi, lamunan, fantasi, Winston.
dan mimpi. Fichner-Rathus, Lois, 1992, Under-
Estetika ketidaksadaran yang diha- standing Art. Englewood Cliffs, New
dirkan dalam karya seni Surealisme me- Jersey: Prentice Hall, Inc.
rupakan manifestasi dari mimpi, ha- Freud, Sigmund. 1983. Sekelumit Sejarah
rapan, kecemasan (anxiety), ketakutan Psikoanalisis, diterjemahkan oleh K.
(phobia), dan fantasi dari dorongan libido Bartens. Jakarta: PT. Gramedia.
sebagai energi psikis yang tidak men-
_________. 1962. "WishFulfillment
dapatkan tempat dalam dunia realitas
and Unconscious". Dalam Malvin
eksternal. Estetika ketidaksadaran mun-
Rader (ed.), A Modern Books of
cul berupa simbol-simbol dari kesada-
Esthetics. New York: Holt, Renehart
ran yang direduksi dan dideformasi
andWinston. Him. 127-140.
dengan sintaksis tanda yang arbritrer
sehingga tercipta karya seni Surealisme. _________. 2003. Teori Seks, diterje-
Surealisme merupakan otomatis- mahkan oleh Apri Danarto. Yogya-
me murni dari perilaku individu dengan karta: Jendela.
proses pemikiran yang sebenarnya dan _________. 2001. Sigmund Freud:
diekspresikan secara verbal, tertulis, TafsirMimpi, diterjemahkan oleh Apri
ataupun dengan cara lain yang tidak Danarto, Ekandari Sulistyaningsih,
terkontrol oleh kesadaran hingga masuk Evita. Yogyakarta: Jendela.
dalam dunia bebas norma dan etika. _______. 2002. General Introduction
Surealisme berdasarkan pada realitas to Psychoanalysis: Psikoanalisis Sigmund
yang superior menuju kebebasan aso- Freud, diterjemahkan oleh Ira
siasi dan mencapai keserbabisaan mimpi Puspitorini. Yogyakarta: Ikon Terali-
dalam permainan alam pikiran yang tera.
fantastik.  Juan, E. San Jr., 2005, Antonio Gramsci on
Surrealism and the Avantgarde. Interna-
Daftar Pustaka
tional Gramsci Society Online Arti-
Chernyshevsky, N. G., 2005, Hubungan cle, http:// www. italnet.nd.edu/
Estetika Seni dengan Realitas, diter- gramsci/resources/online_article$/ar
jemahkan oleh Samanjaya. Bandung: ticles/san_juan_01 .shtml#_ednref27.
CV. Ultimus. January.
Deleuze, Gilles, 2002, Filsafat Nietzche, Malna, Afrizal. 1995. Arsitektur Hujan:
diterjemahkan oleh Basuki Heri Empat Kumpulan Sajak Afrizal Malna.
Winarno. Yogyakarta: Ikon Tera- Yogyakarta: Yayasan Bentara Budaya.
litera. Osborn, Reuben, 2005, Marxisme dan
Descharnes, Robert dan Gilles Neret, Psikoanalisis, diterjemahkan oleh Tim
1992, Salvador Dali, translated by Alenia. Yogyakarta: Alenia.
Michael Hulse. Kohl: Benedikt Smith, Linda dan William Raeper, 2005,
Taschen. Ide-ide Filsafat dan Agama Dulu dan
Vol. VI No. 3/September-Desember 2005
HARMONIA: JURNAL PENGETAHUAN DAN PEMIKIRAN SENI

Sekarang, diterjemahkan oleh P.


Hardono Hadi, Yogyakarta: Kanisius.
Freud Him. 95-99; C.G.Jung
Hlm.100-103.
Stevenson, Leslie dan David L.
Huberman, 2001, Sepuluh Teori Hake-
kat Manusia, diterjemahkan oleh Yudi
Santoso dan Saut Pasaribu, Yogya-
karta: Yayasan Bentang Budaya.
The Liang Gie, 1996. Filsafat Seni: Se-
buah Pengantar. Yogyakarta: Pusat
Belajar Ilmu Berguna (PUBIB).
Wollheim, Richard, "Freud and the
Understanding of Art", in Jerome
Neu (ed), 1992, The Cambridge Com-
panion to Freud. Cambridge: Cam-
bridge University Press. Hlm. 249-
266.

Vol. VI No. 3/September-Desember 2005

Anda mungkin juga menyukai