Psikoanalisis Klasik
Psikoanalisis Klasik
1
Nabila, dkk, “Psikoanalisis Sigmund Freud Dalam Penerapan Pembinaan Akhlak Siswa Di Kelas VII MTsN 1
Langkat”, Jurnal Educational Research and Social Studies, Volume 4, No. 1, halaman 207
2
Syamsu Yusuf, dan Juntika Nurihsan, Teori Kepribadian, PT Remaja Rosdakarya: Bandung, 2008, hal. 120
Melalui pengamatan klinisnya, Freud mulai membangun teori yang revolusioner
tentang struktur mental, tahapan perkembangan, dan mekanisme pertahanan diri yang
membentuk dasar psikoanalisis. Dia menggunakan metode klinis yang inovatif, termasuk
teknik asosiasi bebas dan analisis mimpi, untuk membongkar kompleksitas pikiran
manusia dan membawa kesadaran terhadap masalah-masalah yang tersembunyi di alam
bawah sadar.
Meskipun menerima banyak kritik dan penolakan pada masanya, psikoanalisis Freud
akhirnya menjadi salah satu pendekatan dominan dalam psikologi modern. Pengaruhnya
meluas ke berbagai bidang, termasuk psikoterapi, sastra, seni, dan bahkan teori politik.
Meskipun banyak teori-teorinya telah dipertanyakan dan diperdebatkan, warisannya tetap
relevan dalam memahami kompleksitas pikiran manusia dan memperluas cakrawala
pemikiran di bidang psikologi.
Sigmund Freud lahir pada 6 Mei 1856, di Freiberg, Moravia (sekarang Republik
Ceko), dalam keluarga berkebangsaan Yahudi. Pada usia empat tahun, keluarganya
pindah ke Wina, Austria, di mana Freud menghabiskan sebagian besar hidupnya. Dia
mengejar pendidikan kedokteran di Universitas Wina dan lulus pada tahun 1881.
Awalnya, ia berfokus pada bidang neurologi dan mendapatkan pengakuan atas
penelitiannya tentang saraf pusat. Namun, ketertarikannya pada bidang psikologi semakin
meningkat ketika dia mulai memperhatikan pola-pola perilaku yang tidak dapat dijelaskan
dengan pemahaman medis konvensional pada saat itu.
Freud bekerja sebagai dokter di Rumah Sakit Umum Wina, di mana dia terpapar pada
kasus-kasus neurosis dan gangguan mental lainnya. Pengalaman klinisnya inilah yang
membentuk dasar bagi pengembangan teori-teori psikoanalisisnya. Pada tahun 1895, ia
bersama dengan koleganya, Josef Breuer, menerbitkan karyanya yang terkenal, "Studi
tentang Histeria", yang memperkenalkan metode klinis baru yang dikenal sebagai
hipnosis dan pengamatan terhadap fenomena-fenomena yang terkait dengan alam bawah
sadar.
Freud kemudian mengembangkan teorinya yang revolusioner tentang struktur mental,
yang terdiri dari id, ego, dan superego. Dia juga menguraikan konsep-konsep seperti
insting, kompleks Oedipus, serta mekanisme pertahanan diri seperti represi dan proyeksi.
Karya-karya ini membentuk dasar bagi psikoanalisis klasik yang menjadi landasan bagi
pemahaman kita tentang pikiran dan perilaku manusia. Selain karyanya dalam bidang
psikologi, Freud juga terkenal karena kontribusinya dalam bidang sastra, seni, dan
filsafat. Dia menafsirkan karya sastra dan seni sebagai ekspresi dari konflik-konflik batin
dan dorongan-dorongan yang tersembunyi dalam alam bawah sadar manusia. 3
Meskipun karyanya sering kali diperdebatkan dan dikritik, pengaruh Freud dalam
psikologi modern tetap tak terbantahkan. Dia adalah salah satu tokoh paling berpengaruh
dalam sejarah psikologi, dan warisannya terus memengaruhi berbagai bidang
pengetahuan dan kehidupan manusia hingga saat ini. Freud meninggal pada tanggal 23
September 1939, tetapi pengaruhnya masih terasa kuat dalam pemikiran psikologis dan
budaya populer.
3
Ardiansyah, dkk, “Kajian Psikoanalisis Sigmund Freud”, Jurnal Kependidikan, Volume 7, No. 1, halaman 26
4
Ibid, halaman 212
2) Proses primer, seperti kalau orang lapar lalu membayangkan makanan.
5
Arnianti, “Teori Perkembangan Psikoanalisis”, Jurnal Tsaqofah, Volume 1, No. 2, halaman 3
6
Pizaro, Teori Seksualitas Sigmund Freud Tentang Kepribadian, UIN Syarif Hidayatullah: Jakarta, 2008, halaman
55
Freud juga memperkenalkan berbagai mekanisme pertahanan diri yang digunakan
oleh ego untuk melindungi individu dari kecemasan dan konflik psikologis. Mekanisme
pertahanan diri ini termasuk represi, proyeksi, penyangkalan, dan sublimasi. Represi
melibatkan penghilangan pikiran atau perasaan yang tidak menyenangkan dari kesadaran,
sedangkan proyeksi melibatkan menyalahkan orang lain untuk perasaan atau dorongan
yang tidak diinginkan.
Terakhir, alam bawah sadar adalah konsep sentral dalam teori Freudian. Menurut
Freud, banyak aspek dari pikiran dan perasaan manusia tersembunyi di lapisan-lapisan
yang tidak sadar dari pikiran, dan dapat muncul dalam bentuk mimpi, tindakan tak
terkendali, atau slip lidah. Alam bawah sadar ini menjadi tempat di mana konflik internal
dan dorongan-dorongan tidak sadar berkembang.
Keseluruhan, konsep-konsep ini membentuk kerangka kerja yang kompleks namun
menyeluruh dalam memahami pikiran dan perilaku manusia dalam psikoanalisis klasik.
Dengan menggunakan konsep-konsep ini, Freud membuka jalan bagi pemahaman yang
lebih dalam tentang kompleksitas manusia dan memberikan landasan bagi pengembangan
psikologi modern.
7
Atrup, Mintorowulan, dan Paini, Teori Kepribadian Psikoanalisis Klasik dan Penerapannya dalam Proses
Konseling di Sekolah, Universitas Nusantara: Kediri, 2023, halaman
3. Rekonstruksi Sejarah Hidup: Terapis psikoanalisis tertarik pada sejarah hidup klien,
terutama pengalaman masa kecil yang mungkin telah membentuk pola pikir dan
perilaku saat ini. Dengan memahami bagaimana pengalaman masa lalu berkontribusi
terhadap konflik internal saat ini, terapis dapat membantu klien memahami dan
mengatasi masalah yang mereka hadapi.
4. Transference dan Countertransference: Konsep transference mengacu pada
pemindahan perasaan dan emosi yang tidak terpecahkan dari masa lalu klien ke
terapis. Sementara itu, countertransference adalah respons emosional terapis terhadap
klien. Dalam konseling psikoanalisis, kedua fenomena ini dipandang sebagai sumber
informasi yang berharga tentang dinamika psikologis klien dan hubungan terapeutik.
5. Interpretasi: Terapis psikoanalisis memberikan interpretasi tentang konflik internal
dan pola pikir klien berdasarkan pengamatan dan analisis mereka terhadap
pengalaman klien. Ini bertujuan untuk membawa kesadaran terhadap aspek-aspek
yang tidak disadari dari pikiran dan perasaan klien, yang kemudian dapat membantu
mereka mengatasi masalah yang mereka hadapi.
Daftar Pustaka
Nabila, dkk. 2023. Psikoanalisis Sigmund Freud Dalam Penerapan Pembinaan Akhlak Siswa
Di Kelas VII MTsN 1 Langkat. Jurnal Educational Research and Social Studies.
Volume 4. No. 1. halaman 207
Yusuf, Syamsu, dan Juntika Nurihsan. 2008. Teori Kepribadian. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Ardiansyah, dkk. 2022. Kajian Psikoanalisis Sigmund Freud. Jurnal Kependidikan. Volume
7. No. 1. halaman 26
Arnianti. 2021. Teori Perkembangan Psikoanalisis. Jurnal Tsaqofah. Volume 1. No. 2.
halaman 3
Pizaro. 2008. Teori Seksualitas Sigmund Freud Tentang Kepribadian. Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah
Atrup, Mintorowulan, dan Paini. 2023. Teori Kepribadian Psikoanalisis Klasik dan
Penerapannya dalam Proses Konseling di Sekolah. Kediri:Universitas Nusantara