TESIS
Oleh :
TESIS
Oleh :
TESIS
Oleh :
Mengetahui
Ketua Program Studi Magister Kenotariatan
Fakultas Hukum UNTAN,
Tesis Ini Telah Diuji Dan Berhasil Dipertahankan Di Hadapan Tim Penguji
Yang Ditetapkan Berdasarkan Keputusan Dekan Nomor : 3713/UN22.1/TD.06/2023
Pada Hari Kamis Tanggal, 22 Juni 2023
Mengetahui
Ketua Program Studi Magister Kenotariatan
Fakultas Hukum UNTAN,
NIM : A2031211028
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
i
ANALISIS YURIDIS KEKUATAN PEMBUKTIAN PERJANJIAN JUAL
BELI HAK ATAS TANAH DIBAWAH TANGAN (Studi Kasus Putusan
Pengadilan Negeri Pontianak Nomor 92/Pdt.G/2021/PN.Ptk)
ABSTRAK
Perjanjian Pengikatan Jual Beli atau yang biasa dikenal dengan istilah PPJB
merupakan suatu bentuk perjanjian yang muncul dari kebutuhan hukum yang
berkembang dalam masyarakat. Perjanjian Pengikatan Jual Beli digolongkan pada
perjanjian obligatoir. Perjanjian Pengikatan Jual Beli yang dibuat dihadapan
Notaris/Pejabat Pembuat Akta Tanah memiliki kekuatan pembuktian yang lebih
kuat, sebaliknya Perjanjian Pengikatan Jual Beli yang dibuat dibawah tangan tidak
memiliki kekuatan pembuktian yang sama kuatnya seperti Perjanjian Pengikatan
Jual Beli yang dibuat dihadapan Notaris/Pejabat Pembuat Akta Tanah. Kendati
demikian, Perjanjian Pengikatan Jual Beli yang dibuat dibawah tangan tetap
memiliki kekuatan hukum yang sah selama dokumen tersebut memenuhi
persyaratan hukum yang berlaku. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan
menganalisis pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara Nomor
92/Pdt.G/2021/PN.Ptk dan kedudukan hukum PPJB yang dibuat dibawah tangan
berdasarkan Putusan Pengadilan Nomor 92/Pdt.G/2021/PN.Ptk.
Metode penelitian yang penulis gunakan pada penelitian ini adalah penelitian
hukum normatif (yuridis normatif). Penelitian ini menggunakan Pendekatan
perundang-undangan (statute approach) dan pendekatan kasus (case approach)
dan akan di Analisis menggunakan metode analisis yang bersifat kuantitatif.
Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa kedudukan hukum
Perjanjian Pengikatan Jual Beli yang dibuat dibawah tangan berdasarkan Putusan
Pengadilan Nomor 92/Pdt.G/2021/PN.Ptk sama dengan akta autentik,
dikarenakan sudah terpenuhinya syarat sahnya jual beli menurut UUPA yakni
syarat materiil dan formil yang bersifat tunai, terang, dan riil. Kekuatan mengikat
jual beli tersebut juga sudah memenuhi syarat sahnya suatu perjajian yang termuat
dalam Pasal 1320 KUHPer dan peralihan hak atas tanah berdasarkan Perjanjian
Pengikatan Jual Beli secara hukum terjadi jika pembeli telah membayar lunas
harga tanah serta telah menguasai objek jual beli dan dilakukan dengan itikad
baik. Dalam melaksanakan proses jual beli haruslah didaftarkan dan dilakukan
dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah yang dibuktikan dengan adanya Akta Jual
Beli sehingga memiliki kekuatan hukum dan menjadi alat bukti yang kuat
sepanjang tidak dibuktikan sebaliknya.
Kata kunci : Perjanjian Pengikatan Jual Beli, Akta dibawah Tangan, Kekuatan
Hukum, Peralihan Hak Atas Tanah
ii
ANALYSIS OF THE POWER OF LEGAL EVIDENCE OF PPJB (SALE
BINDING AGREEMENTS) MADE UNDER THE HANDS (Case Study of
Pontianak Court Decision Number 92/Pdt.G/2021/PN.Ptk)
ABSTRACT
The Sale and Purchase Binding Agreement, commonly known as the PPJB, is
a form of agreement that arises from legal needs that develop in society. The
binding sale and purchase agreement is classified as an obligatory agreement. The
binding sale and purchase agreement made before a notary or land deed official
has stronger evidentiary power, on the other hand, a binding sale and purchase
agreement made underhand does not have the same strong evidentiary force as the
binding sale and purchase agreement made before a notary or land deed official.
Nevertheless, a binding sale and purchase agreement made underhand still has
legal force as long as the document meets the applicable legal requirements. This
study aims to find out and analyze the judge's considerations in deciding case
number 92/Pdt.G/2021/PN.Ptk and the legal position of PPJB, which was made
privately based on Court Decision Number 92/Pdt.G/2021/PN.Ptk.
The research method that the authors use in this study is normative legal
research (normative juridical). This study uses a statutory approach (statute
approach) and a case approach (case approach) and will be analyzed using
quantitative analytical methods.
The results of the research and discussion show that the legal position of the
sale and purchase binding agreement made underhand based on Court Decision
Number 92/Pdt.G/2021/PN.Ptk is the same as an authentic deed due to the
fulfillment of the legal requirements of buying and selling according to the
UUPA, namely the material and formal requirements of cash, clear, and real. The
binding power of the sale and purchase also fulfills the legal requirements of an
agreement contained in Article 1320 of the code of civil law, and the transfer of
land rights based on a legally binding sale and purchase agreement occurs if the
buyer has paid the land price in full, has taken control of the object of the sale and
purchase, and is carried out in good faith. In carrying out the sale and purchase
process, it must be registered and carried out before the Land Deed Making
Officer, as evidenced by the existence of the sale and purchase deed, so that it has
legal force and becomes strong evidence as long as it is not proven otherwise.
Keywords : sale and purchase binding agreement, deed under the hand, legal
force, transfer of land rights
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penelitian yang dilakukan pada penulisan
tesis ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya. Judul tesis ini adalah
Dalam penulisan tesis ini, penulis sadar bahwa tanpa bantuan dari berbagai
pihak, tesis ini tidak akan terwujud sebagaimana adanya sekarang ini. Oleh karena
itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan
penyelesaian tesis ini. Penulis mengucapkan banyak terima kasih yaitu kepada
yang terhormat :
1. Prof. Dr. H. Garuda Wiko, S.H., M.Si, FCBArb, selaku Rektor Universitas
Tanjungpura Pontianak.
2. Ibu Dr. Hj. Sri Ismawati, S.H., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum
3. Bapak Dr. Rommy Patra, S.H., M.H, selaku Ketua Program Studi Magister
iv
4. Ibu Chandra Maharani, S.H., M.H, selaku Sekretaris Program Studi Magister
6. Ibu Rachmawati, S.H., M.H selaku Pembimbing II, yang penuh kesabaran
7. Bapak Dr. Ibrahim Sagio, S.H., M.Hum, selaku Penguji I, yang penuh
8. Ibu Hj. Erni Djun’atuti, S.H., M.H , selaku Penguji II, yang penuh kesabaran
9. Ibu Irma Nur’afifah, S.H., selaku Penguji III, yang penuh kesabaran telah
10. Bapak dan Ibu Dosen pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas
v
11. Bapak dan Ibu Staf administrasi dan akademik pada Program Studi Magister
13. Orang tua dan saudara penulis yang banyak memberikan doa serta dorongan
14. Pihak-pihak lainnya yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu, yang telah
Tanjungpura Pontianak.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan saran dan masukan yang membangun dari pihak
manapun demi kesempurnaan tesis ini agar lebih bermanfaat bagi pembaca
khususnya penulis.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
ABSTRAK.....................................................................................................ii
ABSTRACT...................................................................................................iii
KATA PENGANTAR.................................................................................iv
DAFTAR ISI...............................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
vii
1.7.3 Sumber dan Jenis Data Penelitian................................28
BELI.............................................................................................................33
Tanah...............................................................49
Tanah...............................................................64
viii
3.1 Analisis Pertimbangan Hukum Hakim Pengadilan Negeri dalam
92/Pdt.G/2021/PN.Ptk.............................................................97
BAB IV PENUTUP.......................................................................109
4.1 Kesimpulan............................................................................109
4.2 Saran......................................................................................111
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
Budaya jual beli di Indonesia bukanlah hal yang baru, karena jual
beli telah dilakukan sejak zaman dahulu kala. Jual beli biasanya dilakukan
dengan adanya perjanjian atau yang dikenal dengan perjanjian jual beli. Jual
beli tidak tunduk pada hukum perdata tetapi tunduk pada hukum adat yang
Perjanjian Jual Beli Hak Atas Tanah atau biasa disebut juga
dengan perjanjian pengikatan jual beli, yaitu suatu perjanjian bantuan yang
dengan kehendak para pihak. Pada umumnya suatu perjanjian pengikatan jual
beli mengandung janji-janji yang harus dipenuhi terlebih dahulu oleh para
Hukum Perdata yang berbunyi “jual beli adalah suatu perjanjian, dengan
kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah
dijanjikan”.1
1
Kitab Undang-Undang Pidana dan Perdata, hlm. 397.
1
2
kali para pihak tidak benar-benar menyadari bahwa apa yang dilakukan
kecurangan dari salah satu pihak atau salah satu pihak dapat mengingkari
perjanjian tersebut. Unsur pokok dalam suatu perjanjian jual beli adalah
barang dan harga, dimana antara penjual dan pembeli harus ada kesepakatan
yang sudah dilakukan dengan harga dan barang yang menjadi objek jual beli.
Perjanjian Jual Beli Hak Atas Tanah yang sah, lahir apabila kedua
belah pihak telah setuju dengan harga dan barang yang sudah disepakati. Jika
tersebut dapat dibatalkan begitu pula dengan perjanjian yang tidak memenuhi
syarat Objektif maka perjanjian itu juga dapat dianggap batal. Dapat
dibatalkan dalam hal ini yang dimaksud adalah salah satu pihak dapat
kedua belah pihak selama tidak dibatalkan oleh hakim atas permintaan pihak
Secara teori dan doktrin, Perjanjian Jual Beli Hak Atas Tanah
harus dipenuhi.2 Perjanjian Jual Beli Hak Atas Tanah antara para pihak dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu perjanjian yang dibuat di bawah tangan atau
dapat pula dilakukan melalui suatu akta yang dibuat dihadapan Notaris atau
Notaris atau Pejabat Pembuat Akta Tanah disebut akta autentik, pengertian
Perdata yang berbunyi “suatu akta autentik ialah suatu akta yang di dalam
dibuatnya”.3
urusan rumah tangga dan lain-lain tulisan yang dibuat tanpa peran-taraan
Notaris atau Pejabat Pembuat Akta Tanah atau dibawah tangan, tergantung
2
Herlien Budiono, 2018, Demikian Akta Ini: Tanya Jawab Mengenai Pembuatan
Akta Notaris Di Dalam Praktik, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, hlm 115.
3
Kitab Undang-Undang Pidana dan Perdata, hlm. 456.
4
Kitab Undang-Undang Pidana dan Perdata, hlm. 456.
4
pembuktian hukum terkait kekuatan Perjanjian Jual Beli yang dibuat dibawah
tangan.
yang lebih kuat dibandingkan dengan Perjanjian Jual Beli Hak Atas Tanah
yang dibuat dibawah tangan. Hal ini dikarenakan Notaris atau Pejabat
seperti Perjanjian Jual Beli Hak Atas Tanah yang dibuat dihadapan
Notaris atau Pejabat Pembuat Akta Tanah. Kendati demikian, Perjanjian Jual
Beli Hak Atas Tanah yang dibuat dibawah tangan tetap memiliki kekuatan
yang berlaku.
Oleh karena itu, dalam tesis ini akan dilakukan analisis terhadap
kekuatan pembuktian dari Perjanjian Jual Beli Hak Atas Tanah yang dibuat
undangan yang mengatur tentang Perjanjian Jual Beli Hak Atas Tanah yang
menawarkan tanah dan bangunan rumahnya agar dibeli oleh JP, lalu JP
membuat Perjanjian jual beli/ Penyerahan Sertifikat Hak Guna Bangunan No.
nama RS Yang terletak di Jalan Mat Sainin, Gang Pajajaran VI No. 122,
dalam proses kredit pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang
Rp.2.000.000,- (dua juta rupiah) dengan ketentuan sisa angsuran di bank BTN
kredit sertifikat HGB 1547/sungai jawi luar dengan luas 90 m2 gambar situasi
6
3834/1987 terdaftar an. RS. JP telah melunasi angsuran kredit sertifikat Hak
Guna Bangunan Nomor 1547/Sungai Jawi Luar, luas 90 m2, gambar situasi
dari Bank BTN dan JP ingin melakukan balik nama sertifikat ke Badan
Pontianak Karena jual beli Tersebut hanya di bawah tangan dan Pihak BPN
menyarankan untuk mencari JP supaya bisa melakukan Jual beli dengan AJB
di PPAT.
Hukum kepemilikan agar BPN Kota Pontianak Bisa melakukan balik nama
Sertifikat HGB 1547/Sungai Jawi Luar dengan luas 90 m2 ke atas nama JP.
Tanah dan bangunan dengan sertifikat HGB 1547/Sungai Jawi Luar terdaftar
92/Pdt.G/2021/PN.Ptk)”.
7
92/Pdt.G/2021/PN.Ptk ?
berikut :
1) Tesis atas nama Nur Susanti yang berjudul “Praktek Jual Beli Tanah Di
menjadi obyek penelitian dalam tesis ini adalah mengapa pada saat ini
masih ada jual beli tanah di bawah tangan di Kecamatan Bae Kabupaten
penyelesaian terhadap jual beli tanah di bawah tangan dan caranya untuk
memperoleh alat bukti berupa sertipikat.5 Hasil dari penelitian tesis ini
5
Nur Susanti, 2008, Praktek Jual Beli Tanah Di Bawah Tangan Dan Akibat
Hukumnya Di Kecamatan Bae Kabupaten Kudus, , UNDIP INSTITUTIONAL
8
yaitu di Kecamatan Bae yang masih terdapat praktek jual beli tanah di
bawah tangan yaitu Desa Bacin dan Desa Gondangmanis. Kedua desa
tangan. Hal ini dikarenakan keterbatasan biaya, waktunya lebih cepat dan
prosesnya tidak memakan waktu yang lama. Akibat hukum dari jual beli
legalitasnya belum sah karena tidak ada sertipikat serta cara penyelesaian
PPAT membuat akta jual beli terlebih dahulu. Kemudian dibuat sertipikat
2) Tesis atas nama Firdansyah yang berjudul “Pelaksanaan Jual Beli Tanah
Kabupaten Tanah Datar dan apakah akibat hukum terhadap pembeli yang
penelitian tesis ini yaitu masyarakat masih melakukan jual beli tanah
bersertipikat; prosedur jual beli tanah dibawah tangan, mudah, cepat dan
sertipikat hak atas tanahnya terlebih dahulu. Hal ini menurut mereka akan
membutuhkan waktu yang cukup lama dan biaya yang lebih besar
melakukan jual beli di bawah tangan yang sah menurut hukum adat saja;
jual beli tanah secara dibawah tangan berdasarkan ketentuan hukum adat
Keterangan Jual Beli tanah oleh Para Pihak, Para saksi penjual dan
pembeli dan diketahui oleh Ketua KAN dan Wali Nagari; pencatatan dan
registrasi surat keterangan jual beli tanah oleh Sekretariat KAN. Serta
beli di bawah tangan yaitu jual beli tanah di bawah tangan yang
Hukum Perdata dan telah memenuhi pula syarat-syarat riil, tunai dan
lemah. Walaupun jual beli di bawah tangan itu, sah menurut hukum.
tercantum dalam surat tersebut itu diakui dan dibenarkan, maka surat di
92/Pdt.G/2021/PN.Ptk.
kekuatan hukum dalam perjanjian jual beli hak atas tanah, kemudian
jual beli dalam hal perjanjian jual beli hak atas tanah.
kekuatan pembuktian dalam perjanjian jual beli hak atas tanah. Hasil
spesifik atau proses tertentu terjadi. Suatu teori harus diuji dengan
ketidakbenarannya.
memberikan suatu filsafat ilmu dari ilmu hukum dan suatu ajaran
a. Teori Pembuktian
bukti yang sah menurut hukum kepada hakim yang memeriksa suatu
dikemukakan.11
9
B.Arif Sidharta, Meuwissen, 2007, Tentang Pengembanan Hukum, Ilmu Hukum,
Teori Hukum, dan Filsafat Hukum, Bandung: PT. Refika Aditama, hlm. 31.
10
Kamus Pusat Bahasa, 2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta Pusat:
Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, hlm. 229.
11
H. Riduan Syahrani, 2004, Buku Materi Dasar Hukum Acara Perdata, Bandung:
PT. Citra Aditya Bakti, hlm. 83.
14
Jadi dapat dikatakan bahwa dalam suatu proses perdata, salah satu
dalam arti yuridis tidak lain hanya memberi dasar-dasar yang cukup
Sebagai tujuan akhir dari pembuktian ini tidak lain adalah putusan
12
Sudikno Mertokusumo, 2002, Hukum Acara Perdata Indonesia, Edisi enam,
Yogyakarta: Liberty, hlm. 127.
13
M. Yahya Harahap, 2002, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHP
Penyidikan dan Penuntutan, Jakarta: Sinar Grafika, hlm.76.
15
manusia.15
hak asasi manusia, teori ini berpendapat bahwa sistem hukum harus
dari hukum, terutama untuk norma hukum tertulis. Hukum tanpa nilai
14
Satijipto Raharjo, 2000, Ilmu Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, hlm. 53.
15
Setiono, 2004, Supremasi Hukum, Surakarta: UNS, hlm. 3.
16
dilaksanakan.16
16
Sudikno Mertokusumo, 2007, Mengenal Hukum Suatu Pengntar, Yogyakarta:
Liberty, hlm. 160.
17
Fernando M Manulang, 2007, Hukum Dalam Kepastian, Bandung: Prakarsa, hlm.
95.
18
Achmad Ali, 2010, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) & Teori Peradilan
(Judicialprudence) Termasuk Undang- Undang (Legisprudence) Volume I Pemahaman
Awal, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, hlm. 292-293.
17
hukum dapat dilihat dan diukur dari tingkat kepatuhan masyarakat dan
tersebut.
19
Peter Mahmud Marzuki, 2008, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, hlm.137.
20
Jimly Asshiddiqie, 2006, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jilid I, Jakarta:
Sekretariat Jendral dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, hlm. 330.
21
Satjipto Rahardjo, 2006, Hukum dalam Jagat Ketertiban, Jakarta: UKI Press, hlm.
100.
18
e. Teori Perjanjian
orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau
22
Subekti, 2005, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta: Intersema, hlm. 122.
23
Syahmin AK, 2006, Hukum Kontrak Internasional, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, hlm.1.
24
Kitab Undang-Undang Pidana dan Perdata, hlm. 381.
25
Kitab Undang-Undang Pidana dan Perdata, hlm. 383.
19
belah pihak. Tanpa adanya kesepakatan antara kedua belah pihak tidak
ada yang dirugikan. Terdapat pihak yang menuntut hak, dan juga
f. Jual Beli
perbuatan pemindahan hak yang sifatnya tunai, rill dan terang. Sifat
pada saat yang sama. Jual beli dianggap telah terjadi dengan penulisan
26
Op. Cit, Syahmin AK, hlm. 66.
20
Perdata pasal 1457 adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang
pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan. Jual beli
berbunyi “jual beli itu dinggap telah terjadi antara kedua belah pihak,
27
Andrian Sutedi, 2009, Peralihan Hak atas Tanah, Jakarta: Sinar Grafika, hlm. 3
28
Kitab Undang-Undang Pidana dan Perdata, hlm. 397.
21
bahwa ada perbedaan prinsip antara sale dan agreement sell. Sale
terdiri atas perjanjian jual dan pemindahan hak milik, agreement to
sell belum tentu ada penyerahan hak milik.31
beli ialah suatu perjanjian yang dibuat antara pihak penjual dan
dalam perjanjian jual beli adalah adanya subjek hukum (yaitu penjual
adanya hak dan kewajiban yang timbul antara pihak penjual dan
pembeli.
judul tersebut telah dibuat 2 (dua) variabel penelitian yang akan dikaji
Beli Hak Atas Tanah Dibawah Tangan akan dikaji mengenai kekuatan
yang jelas mengenai variabel yang dikaji. Pada variabel kedua ini,
32
Fred N, Kerlinger, 2000, Asas-Asas Penelitian Behavioral (terjemahan),
Yogyakarta: Gajah Mada University Press, hlm. 17
33
Moh. Nazir, 2003, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, hlm. 13.
34
Peter Mahmud Marzuki, 2006, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana, hlm. 35.
25
yaitu :
terhadap suatu tanda untuk menambah ilmu pengetahuan. Dengan kata lain
metode penelitian dapat dikatakan sebagai proses prinsip-prinsip dan tata cara
penelitian.
35
Sorjoeno Soekanto, 2000, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, hlm.
42.
36
Ibid,hlm.13-14
37
Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: Citra
Aditya Bakti, hlm. 52-54.
26
hukum.
43
Ibid, hlm. 14.
28
approach).
Pendaftaran Tanah;
2) Jurnal Hukum;
dipakai.
sekunder, yaitu:
masalah penelitian.
49
Op. Cit. Abdulkadir Muhammad, hlm. 81-84.
50
Op.Cit, Muhaimin, hlm. 65.
31
diolah.
yang dihadapi.
sebagai berikut :
51
Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, 2013, Penerapan Teori Hukum Pada
Penelitian Tesis dan Disertasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, hlm. 19.
32
92/Pdt.G/2021/PN.Ptk.
Penulis.
juga termasuk sumber dari perikatan. Hal ini diatur dalam ketentuan
undang-undang”.52
disini dapat lahir perikatan antara orang atau pihak yang satu dengan
mereka.53
52
Kitab Undang-Undang Pidana dan Perdata, hlm. 378.
53
J. Satrio, 2001, Hukum Perikatan: Perikatan pada Umumnya, Bandung: Alumni,
hlm. 40.
34
35
dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu
54
orang lain atau lebih”. Definisi perjanjian yang dirumuskan di dalam
seorang berjanji kepada seorang lain, atau dimana dua orang itu saling
kata sepakat diantara dua orang atau lebih untuk menimbulkan akibat-
lebih.57
hukum antara dua pihak atau lebih yang menimbulkan hak dan
orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap orang lain atau lebih.
syarat sah suatu perjanjian dimana dalam Pasal 1320 Kitab Undang-
sahnya perjanjian.
undang;
59
Kitab Undang-Undang Pidana dan Perdata, hlm. 381.
38
Hukum Perdata.
Kata sepakat harus timbul dari hati nurani setiap pihak yang
adanya paksaan dan hal hal lain yang disebutkan diatas bisa
dibatalkan.
pihak yang telah dewasa usianya yaitu usia 21 tahun, apabila usia
Syarat Obyektif
Perdata)
Hukum Perdata)
Jika syarat objektif tidak dipenuhi, maka perjanjian itu batal demi
ada. Dan jika yang tidak dipenuhi syarat subjektif, maka akibat hukum
hak-hak yang dimiliki oleh para pihak sebelum perjanjan yang dibuat
menjadi perikatan yang mengikat bagi para pihak, dalam Kitab Undang-
dan patokan, serta menjadi batasan atau rambu dalam mengatur dan
berikut :
untuk para pihak yang membuatnya saja. Pihak ketiga tidak akan
yang dibuat oleh para pihak hanya berlaku bagi mereka yang
membuatnya.
64
Kitab Undang-Undang Pidana dan Perdata, hlm. 381.
65
Kitab Undang-Undang Pidana dan Perdata, hlm. 383.
43
2. Asas Konsensualisme
66
Kitab Undang-Undang Pidana dan Perdata, hlm. 381.
67
I Ketut Oka Setiawan, 2015, Hukum Perikatan, Jakarta: Sinar Grafika, Hlm. 47.
68
Ibid, hlm. 47.
44
perjanjian.70
69
Hernoko Agus Yudha, 2008, Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas Dalam
Kontrak Komersial Laksbang, Yogyakarta: Mediatama, hlm. 106.
70
Ibid, hlm. 111.
45
sepakat saja.
72
Salim H.S, 2003, Hukum Kontrak (Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak,
Jakarta: Sinar Grafika, hlm. 9.
73
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, 2003, Perikatan Yang Lahir Dari
Perjanjian, Jakarta: Raja Grafindo Persada, hlm. 46.
74
C.S.T. Kansil, 2003, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum (Jilid 2), Jakarta:
Balai Pustaka, hlm. 22.
75
Riduan Syahrani, 2004, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, Bandung:
Alumni, hlm. 15.
47
dan kepatutan. Asas ini tercermin jelas dalam Pasal 1338 Kitab
unsur, yaitu :
perjanjian;
siapapun juga;
menentukan.
76
Kitab Undang-Undang Pidana dan Perdata, hlm. 383.
48
apapun asalkan dibuat secara sah seperti yang diatur dalam Pasal
77
A. Qiram Syamsudin Meliala, 2010, Pokok-Pokok Hukum Perjanjian Beserta
Perkembangannya, Yogyakarta,: Liberty, hlm. 19.
49
merugikan satu sama lain. Asas itikad baik dapat disimpulkan dari
akan dibuat. Itikad baik dalam arti subyektif diatur dalam pasal
dengan itikad baik dalam arti obyektif ini terdapat pada pasal 1338
dan keadilan.
78
Kitab Undang-Undang Pidana dan Perdata, hlm. 383.
50
79
Kitab Undang-Undang Pidana dan Perdata, hlm. 397.
80
Kitab Undang-Undang Pidana dan Perdata, hlm. 397.
81
Kitab Undang-Undang Pidana dan Perdata, hlm. 397.
51
ditentukan. Pada saat kedua pihak itu telah mencapai kata sepakat,
terjadi, namun hak atas tanah itu belum berpindah kepada pembeli.
Perdata terdiri dari atas dua bagian yaitu perjanjian jual belinya dan
dengan akta notaris, tapi kalau hal yang kedua belum dilakukan,
sistem dan asas hukum adat maka perbuatan jual beli tersebut
adalah merupakan jual beli yang riil yang tunai. Akan tetapi
pelaksanaan dari jual beli itu sendiri sudah tidak lagi dihadapan
Kepala Desa karena setiap peralihan hak atas tanah harus dilakukan
oleh Menteri Agraria tersebut, maka jual beli itu selesai, dan
82
Pasal 5 Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria
53
83
Pasal 23 Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria
84
Wiryono Projodikoro, 2000, Hukum antar golongan di Indonesia, Bandung:
Sumur, hlm.73.
85
Ibid, hlm 84.
54
sebagai berikut :
86
Ibid, hlm 85.
55
Perdata);
2. Harga
56
pembeli dalam bentuk uang karena dalam sistem jual beli merupak
terang dan tunai yang mana terang yaitu barang yang dijual beli
jual beli langsung dilakukan secara lunas dalam pelaksaan jual beli.
lunas.
Agraria (UUPA)
Tanah (PPAT) meminta sertipikat hak atas tanah yang akan dijual
87
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, 2004, Perikatan Pada Umumnya Cet-2,
Jakarta: PT Grafindo Persada, hlm. 19.
59
pelaksanaan jual beli yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah
melakukan jual beli atau kuasa yang sah dari penjual dan
2) Akta dibuat dalam bentuk asli dalam dua lembar, yaitu lembar
88
Pasal 40 ayat 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1997
Tentang Pendaftaran Tanah
89
Pasal 40 ayat 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1997
Tentang Pendaftaran Tanah
60
90
Op.Cit, Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, hlm.21.
61
Perjanjian Jual Beli dibutuhkan untuk mengikat kata sepakat yang telah
hukum jual beli. Kedua belah pihak sepakat untuk melakukan jual beli
suatu objek yang telah disepakati. Dalam hal ini para pihak belum
sebagai akhir dari hubungan yang mereka lakukan. Oleh karena itu
subjek dari Perjanjian Jual Beli adalah penjual dan calon pembeli yang
sepakat untuk membeli dan menjual objek dari perbuatan hukum jual
beli. Tentunya, penjual dan calon pembeli yang mengikatkan diri dalam
kepentingan salah satu pihak. Objek perjanjian jual beli dapat berupa
91
C.S.T Kansil, 2003, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia:
Pengantar Hukum Indonesia Jilid 2, Jakarta: Balai Pustaka, hlm. 118.
62
benda bergerak maupun benda tetap. Benda adalah segala sesuatu yang
jadi bagian alam kebendaan yang dapat dikuasai dan bernilai bagi
manusia serta yang oleh hukum dianggap sebagai sesuatu yang utuh.
dapat dituangkan dalam suatu akta tertulis maupun tidak tertulis. Akan
lebih baik apabila Perjanjian Jual Beli ditulis dalam suatu akta atau
surat perjanjian yang dibuat dan ditandatangani oleh para pihak. Pihak
berikut :
berisikan hal-hal yang disepakati oleh para pihak dan apa yang
1. Akta biasa
Akta biasa adalah akta yang dibuat oleh para pihak tanpa
merupakan akta yang dibuat diatas putih dan hitam tanpa ada
2. Waarmerking
sendiri.
3. Legalisasi
Perdata).
acten, procesverbal acta, acta relaas); dan (b) Akta yang dibuat
yang dibuat di bawah tangan ialah grosse dari akta otentik dalam
33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang kemudian diatur secara garis
97
G.H.S Lumban Tobing, 2012, Peraturan Jabatan Notaris, Cetakan 4, Jakarta:
Erlangga, hlm. 54.
98
Urip Santoso, 2014, Pendaftaran dan Peralihan Hak-hak Atas Tanah, Jakarta:
Prenamedia Group, hlm. 1.
68
tahun 1961.
sudah ada haknya dan milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu
yang membebaninya”.99
Adapun tujuan pendaftaran tanah menurut Pasal 3 Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 1997 adalah :
1) Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada
pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan bidang rumah susun dan
hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan
dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan.
2) Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang brekentingan
termasuk pemerintah agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya
sebagai pemegang hak yang bersangkutan.
3) Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.100
Di Indonesia setiap hak atas tanah, termasuk hak milik atas tanah didaftar
dengan membukukannya dalam buku tanah, yang memuat data fisik dan data
yuridis bidang tanah yang bersangkutan, yang dicatat pada surat ukur.
merupakan bukti bahwa hak atas tanah serta pemegang haknya dan bidang
tanah yang diuraikan dalam surat ukur telah terdaftar berdasarkan Peraturan
perlindungan hukum kepada pemeghang hak atas tanah, dengan alat bukti
yang dihasilkan pada proses pendaftaran tanah berupa buku tanah dan
sertifikat tanah yang terdiri dari salinan buku tanah dan surat ukur.102
Peralihan hak atas tanah merupakan perpindahan hak atas tanah dari
pemegang hak yang lama kepada pemegang hak yang baru secara sah
mengenai peralihan hak atas tanah dapat kita temui dalam ketentuan Pasal 37
Pasal 37 ayat (1) menyatakan sebagai berikut “Peralihan hak atas tanah
dan hak milik atas satuan rumah susun melalui jual beli, tukar menukar,
hibah, pemasukan dalam perusahaan dan perbuatan hukum pemindahan hak
lainnya, kecuali pemindahan hak melalui lelang hanya dapat didaftarkan jika
101
Pasal 19 Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria
102
Arie S. Hutagalung, 2005, Tebaran Pemikiran Seputar Masalah Hukum Tanah,
Jakarta: Lembaga Pemberdayaan Hukum Indonesia, hlm. 8.
103
Op.Cit., Urip Santoso, Pendaftaran Tanah dan Peralihan Hak Atas Tanah,
Prenamedia Group, Jakarta, 2014, hlm. 5.
71
dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh PPAT yang berwenang menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.”104
(1) Dasar Hukum Peralihan Hak Atas Tanah Melalui Akta PPAT (Pejabat
termasuk peralihan hak atas tanah. PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah)
tanggungan, serta akta-akta lain yang berkaitan dengan hak atas tanah.
Pada dasarnya, peralihan hak atas tanah melalui Akta PPAT (Pejabat
yang terlibat dalam transaksi, yang kemudian direkam dan dibuatkan akta
oleh PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah). Akta PPAT (Pejabat Pembuat
Akta Tanah) ini merupakan bukti sah yang menunjukkan peralihan hak
atas tanah dari penjual ke pembeli atau dari pemberi hak kepada
penerima hak.
prosedur dan tata cara pembuatan akta tanah oleh PPAT (Pejabat
membuat akta tanah yang sah dan mengatur persyaratan, prosedur, serta
ketentuan lain yang berkaitan dengan peralihan hak atas tanah melalui
(2) Dasar Hukum Peralihan Hak Atas Tanah Karena Risalah Lelang
Indonesia, termasuk peralihan hak atas tanah. Pasal 16 ayat (2) Undang-
hasil lelang.
73
tanah karena risalah lelang juga dapat diatur oleh peraturan perundang-
hukum bagi proses lelang yang dilakukan secara transparan dan adil.
Peralihan hak atas tanah karena risalah lelang juga dapat diatur dalam
wilayah masing-masing.
(3) Dasar Hukum Peralihan Hak Atas Tanah Karena Putusan Pengadilan
guna usaha, hak pakai, dan hak sewa atas tanah. Ketika terjadi putusan
mengikat dan dapat menjadi dasar untuk peralihan hak atas tanah.
peralihan hak atas tanah kepada pihak yang berhak. Pihak yang
dokumen yang memuat data fisik dan data yuridis yang diterbitkan
dalam bentuk sertipikat tanah sebagai surat tanda bukti sah tentang hak
yang didaftar.
a. Sistem Positif
yang mutlak maksudnya data yang terdaftar dalam buku tanah tidak
105
Boedi Harsono, 2004, Hukum Agraria Indonesia Himpunan Peraturan-
peraturan Hukum Tanah Edisi Revisi, Jakarta:Penerbit Djambatan, hlm. 474-476.
106
Ibid, Halaman 477
76
menciptakan suatu hak yang tidak dapat diganggu gugat dan untuk
hak atas tanah adalah menjamin dengan sempurna bahwa nama yang
menurut sistem politik ini hubungan hukum antara hak dari orang
107
Adrian Sutedi, 2006, Kekuatan Hukum Berlakunya Sertifikat Sebagai Tanda
Bukti Hak Atas Tanah, Jakarta: BP. Cipta Jaya, hlm. 121.
108
Bachtiar Effendi, 2013, Pendaftaran Tanah di Indonesia dan Peraturan
Pelaksanaannya, Bandung: Penerbit Alumni, hlm. 32
77
tidak benar.
yang lama;
administratif.109
b. Sistem Negatif
keterangan yang benar, selama dan sepanjang tidak ada alat bukti
Ciri pokok sistem negatif yaitu asas Nemo Plus Juris yaitu
hak sebenarnya. Ciri pokok lainnya dari sistem negatif ini bahwa
109
Ibid, hlm. 33.
78
awam.110
itu jika ternyata tidak benar masih dapat diubah dan dibetulkan
110
Ibid, hlm. 34.
79
kata “right” diartikan hak yang legal, atau dasar untuk melakukan
sesuatu tindakan secara hukum.111
Akta Tanah (PPAT). Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 6 ayat (2)
peralihan hak atas tanah. Hal ini dapat dimaklumi karena peralihan
Kekuatan hukum akta peralihan hak atas tanah yang dibuat oleh PPAT
peralihan hak atas tanah dihadapan PPAT termasuk syarat sah yang
kuat dan akta dari PPAT tersebut merupakan alat bukti untuk suatu
114
Ibid, hlm. 51.
BAB III
kepada Tergugat.
membuat Perjanjian jual beli/ Penyerahan Sertifikat Hak Guna Bangunan No.
nama RAMLI SINAGA (Tergugat) Yang terletak di Jalan Mat Sainin, Gang
Pajajaran VI No. 122, PERUMNAS II, RT. 003, RW 012, Kelurahan Sungai
83
84
masih dalam proses kredit pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang
sisa angsuran kredit sertifikat HGB 1547/sungai jawi luar dengan luas 90 m2
Luar maka Penggugat mengambil sertifiakt tersebut dari Bank BTN dan
Nasional Kota Pontianak namun di tolak oleh BPN kota Pontianak Karena
jual beli Tersebut hanya di bawah tangan dan Pihak BPN menyarankan untuk
mencari Tergugat supaya bisa melakukan Jual beli dengan AJB di PPAT.
Bisa melakukan balik nama Sertifikat HGB 1547/Sungai Jawi Luar dengan
Penguasaan Penggugat.
atau Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini, berkenan
3. Menyatan bahwa Penggugat adalah pembeli yang sah dan beritikad baik
atas sebidang tanah berikut bangunan rumah yang berdiri diatasnya yang
terletak di Jalan Mat Sainin, Gang Pajajaran VI No. 122, PERUMNAS II,
tidak datang menghadap persidangan dan tidak pula menyuruh wakil atau
kuasanya yang sah untuk itu dan ternyata tidak hadirnya Tergugat tersebut
dipersidangan bukan disebabkan oleh suatu halangan yang sah maka terhadap
Tergugat harus dinyatakan tidak hadir dan perkara ini diputus dengan
Verstek;
berdiri diatasnya yang terletak di Jalan Mat Sainin, Gang Pajajaran VI No.
122, Perumnas II, RT. 003, RW 012, Kelurahan Sungai Beliung, Kecamatan
Tergugat;
telah mengajukan bukti surat P-1 sampai dengan P-8 dan 2 (dua) orang saksi
No. 122, Perumnas II, RT. 003, RW 012, Kelurahan Sungai Beliung,
- Bahwa jual beli tersebut disertai dengan Penyerahan Sertifikat Hak Guna
kepada Penggugat;
- Bahwa jual beli tersebut dibuat dan diketahui oleh Djaya Manaf Djolang,
pemindahan hak dengan cara jual-beli, warisan, hibah, tukar menukar, lelang,
lainnya. Setiap peralihan hak milik atas tanah wajib didaftarkan pada kantor
bertujuan agar pihak ketiga mengetahui bahwa sebidang tanah tersebut telah
Menimbang, bahwa ada 2 (dua) cara peralihan hak atas tanah, yaitu
melalui jual beli. Bahwa ketentuan hukum tentang peralihan hak atas tanah
Pendaftaran Tanah (PP No. 10 Tahun 1961) sebagaimana telah diubah dengan
Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) secara hukum terjadi jika pembeli
telah membayar lunas harga tanah serta telah menguasai objek jual beli dan
membayar lunas harga tanah tersebut serta telah juga menguasai tanah
tersebut dan dilakukan dengan itikad baik, maka secara hukum peralihan hak
maka menurut Majelis fakta fakta hukum yang diperoleh dari pembuktian
Tanah (PP No. 10 Tahun 1961) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Tahun 1997) serta isi Rumusan Hukum Kamar Perdata, Perdata Umum pada
Penggugat;
oleh karena jangka waktu dan formalitas panggilan menurut hukum telah
dan beralasan, maka Tergugat yang telah dipanggil dengan patut akan tetapi
menghadap sebagai wakilnya, harus dinyatakan tidak hadir dan gugatan a quo
seluruhnya dengan verstek maka Tergugat ada di pihak yang kalah sehingga
Tergugat patut dihukum untuk membayar seluruh biaya yang timbul dalam
MENGADILI
91
1) Menyatakan Tergugat telah dipanggil secara sah dan patut akan tetapi
tidak hadir;
4) Menyatan bahwa Penggugat adalah pembeli yang sah dan beritikad baik
atas sebidang tanah berikut bangunan rumah yang berdiri diatasnya yang
terletak di Jalan Mat Sainin, Gang Pajajaran VI No. 122, PERUMNAS II,
tergugat sejumlah Rp. 335.000,- (tiga ratus tiga puluh lima ribu rupiah).
Dalam suatu proses perdata, salah satu tugas hakim adalah menyelediki
apakah suatu hubungan hukum yang menjadi dasar gugatan benar-benar ada
atau tidak. Membuktikan dalam arti yuridis tidak lain hanya memberi dasar-
dasar yang cukup kepada hakim yang memeriksa perkar yang bersangkutan
tujuan akhir dari pembuktian ini tidak lain adalah putusan hakim yang
a. Syarat-syarat umum bagi sahnya suatu perbuatan hukum (Pasal 1320 Kitab
orang lain, maka ia diwajibkan membuktikan adanya hak tersebut atau adanya
peristiwa tersebut.
baik, maka hal ini mengakibatkan suatu perikatan menjadi tidak memiliki
kekuatan hukum mengikat, dalam arti seketika batal demi hukum dan
dianggap tidak pernah ada perikatan tersebut karena tidak lagi memenuhi
ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak, atau karena
Dipandang dari segi pihak yang berperkara, alat bukti adalah alat
pengadilan. Menurut sistem HIR dan RBg. Hakim terikat dengan alat-alat
bukti yang sah, yang diatur oleh undang-undang, ini berarti hakim hanya
boleh mengambil keputusan berdasarkan alat-alat bukti yang telah diatur oleh
undang-undang.
Menurut ketentuan Pasal 164 HIR-284 RBg, ada lima macam alat
1) Bukti Surat
berkas yaitu foto copy Surat Jual Beli/Penyerahan, foto copy Surat
123, foto copy Surat Sertifikat Hak Guna Bangunan No. 1574, foto copy
seorang saksi yang ikut menandatangani surat perjanjian jual beli antara
maka surat dibawah tangan tersebut setara dengan akta otentik yang
alat bukti maka harus memenuhi syarat formil dan materiil. Menurut M.
Yahya Harahap syarat formil dan materiil akta di bawah tangan sebagai
berikut :
a) Bersifat partai;
c) Harus bermaterai;
(a) Isi akta di bawah tangan berkaitan langsung dengan apa yang
diperkarakan;
(b) Isi akta di bawah tangan itu tidak bertentangan dengan hukum,
akta otentik, jika isi dan tandatangan diakui oleh pihak lawan. Hanya
paksaan dalam pembuatan atau ada penipuan. Jika isi dan tandatangan
yang ada dalam akta di bawah tangan itu disangkal oleh pihak lawan,
maka akta di bawah tangan itu mempunyai nilai kekuatan yang sama
dengan alat bukti yang lain seperti saksi atau sumpah tambahan.
3) Persangkaan
alat bukti lainnya dengan demikian juga satu persangkaan saja bukanlah
4) Pengakuan
5) Sumpah
dengan mengingat sifat maha kuasa dari Tuhan, dan percaya bahwa siapa
yang memberi keterangan atau janji atau keterangan yang tidak benar
Akta di bawah tangan merupakan akta yang dibuat oleh para pihak
membutuhkan pengakuan kebenaran atas tulisan tersebut dari para pihak dan
saksi-saksi lain. Namun jika tanda tangan dalam tulisan di bawah tangan itu
sudah diakui oleh para pihak, maka tulisan tersebut berkekuatan mengikat dan
Perdata menyatakan “Jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak
yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu barang, dan pihak
yang lain untuk membayar harga yang dijanjikan”, dan pasal 1458 Kitab
terjadi antara kedua belah pihak, segera setelah orang-orang itu mencapai
Beli pada dasarnya perjanjian bawah tangan tersebut sudah sama dengan akta
serta kekuatan hukum dengan menggunakan pasal 1457 dan Pasal 1458 Kitab
maka biasanya di dalam Perjanjian Jual Beli tersebut akan termuat janji janji
dipenuhi maka jual beli hak atas tanah yang disepakati dalam perjanjian jual
pembeli dalam perjanjian jual beli yang dilakukan di bawah tangan, Pihak
pemenuhan hak semua pihak dalam jual beli selain sesuai perlindungan
hukum yang diberikan oleh kekuatan akta otentik juga dapat berlandaskan
Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, serta niat baik dari para
dalam perjanjian jual beli tersebut secara aktif melakukan upaya hukum
peralihan hak atas tanah dapat terjadi melalui pemindahan hak dengan cara
jual-beli, setiap peralihan hak milik atas tanah wajib didaftarkan pada kantor
bertujuan agar pihak ketiga mengetahui bahwa sebidang tanah tersebut telah
dilakukannya jual beli. Ketentuan hukum tentang peralihan hak atas tanah
Hasil Rapat Pleno Kamar Mahkamah Agung Tahun 2016 Sebagai Pedoman
“Peralihan hak atas tanah berdasarkan Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB)
secara hukum terjadi jika pembeli telah membayar lunas harga tanah serta
telah menguasai objek jual beli dan dilakukan dengan itikad baik.” Bahwa
Perjanjian Jual Beli selama pembeli telah membayar lunas harga tanah
tersebut serta telah juga menguasai tanah tersebut dan dilakukan dengan
itikad baik, maka secara hukum peralihan hak atas tanah dari penjual kepada
Mengenai akta di bawah tangan, ada beberapa hal yang perlu diketahui,
bahwa, jika seseorang memungkiri tulisan atau tanda tangannya, maka hakim
dengan akta di bawah tangan adalah cara pembuatan atau terjadinya akta
tersebut.
Pengertian dari akta di bawah tangan ini dapat diketahui dari beberapa
akta di bawah tangan, yaitu surat yang dibuat dan ditandatangani oleh
sebagai alat bukti tentang peristiwa atau peristiwa hukum yang tercantum
di dalamnya;
pejabat umum.
100
tangan yaitu pertama, ketiadaan saksi yang membuat akta di bawah tangan
Jual beli yang tidak dibuat dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah
(PPAT) tetap sah meskipun hanya berdasarkan kwitansi. Hal itu didasarkan
April 1978 yang memutuskan bahwa “untuk sahnya jual beli tanah, tidak
mutlak harus dengan akta yang dibuat oleh dan dihadapan Pejabat Pembuat
tersebut dari para pihak dan saksi-saksi lain. Namun jika tanda tangan dalam
tulisan di bawah tangan itu sudah diakui oleh para pihak, maka tulisan
tersebut berkekuatan mengikat dan sempurna sebagai alat bukti, akan tetapi
oleh sebab itu pada ketentuan mendasarnya pasal 37 ayat (1) Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 yang berbunyi ”peralihan hak atas tanah
dan hak milik atas satuan rumah susun melalui jual beli, tukar-menukar,
karena lelang hanya dapat didaftarkan jika dibuktikan dengan akta yang
undangan yang berlaku”. Hal ini diberlakukan demi menjaga kepastian dan
Peraturan Pemerintah, jual beli tanah yang dianggap sah yaitu jual beli tanah
dilakukan di hadapan pejabat pembuat akta tanah atau jual beli dengan akta
Pasal 1313 yang menyatakan bahwa “suatu perjanjian adalah suatu perbuatan
dengan mana satu orang lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain
atau lebih”. Sumber terpenting perikatan yang dilakukan melaui kegiatan jual
Perdata.
syarat adanya kesepakatan adalah hal yang sangat penting untuk terpenuhi.
dan akta dibawah tangan. Akta dibawah tangan adalah suatu akta yang dibuat
102
oleh para pihak tanpa dilakukan di hadapan notaris atau pejabat umum.
Kekuatan mengikat para pihak dalam akta dibawah tangan adalah sama
dengan akta autentik, jadi perjanjian tersebut sah dalam arti tidak
Jadi apabila suatu perjanjian telah memenuhi syarat- syarat tersebut, maka
adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya
untuk meyerahkan suatu kebendaan, dari pihak yang lain untuk membayar
harga yang telah dijanjikan.” Dari Pasal 1457 tersebut maka dapatlah ditarik
suatu kesimpulan bahwa jual beli adalah suatu perjanjian konsensuil, artinya
harga, biarpun jual beli itu mengenai barang yang tak bergerak. Sifat
konsensuil jual beli ini ditegaskan dalam Pasal 1458 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata yang berbunyi : “Jual beli dianggap telah terjadi kedua belah
pihak sewaktu mereka telah mencapai sepakat tentang barang dan harga
Salah satu sifat yang penting lagi dari jual beli menurut sistem Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata, adalah bahwa perjanjian jual beli itu hanya
“Obligatoir” saja, artinya, jual beli itu belum memindahkan hak milik, ia baru
103
memberikan hak dan kewajiban pada kedua belah pihak, yaitu memberikan
kepada si pembeli hak untuk menuntut diserahkannya hak milik atas barang
yang dijual. Berbeda dengan jual beli menurut hukum tanah nasional yang
bersumber pada hukum adat, dimana apa yang dimaksud dengan jual beli
Jual beli (tanah) dalam hukum adat merupakan perbuatan hukum pemindahan
1) Harus bersifat tunai, artinya harga yang disetujui bersama dibayar penuh
perbuatan hukum.
3) Bersifat riil atau nyata, artinya dengan ditanda tangani akta pemindahan
hak tersebut, maka akta tersebut menunjukkan secara nyata dan sebagai
Dalam hal jual beli tanah, jual beli telah dianggap terjadi walapun tanah belum
diserahkan atau harganya belum dibayar. Untuk pemindahan hak itu masih
dapat ditarik kembali tanpa persetujuan kedua belah pihak atau karena alasan
sehingga diberi akibat hukum tertentu. Pengertian tidak dapat ditarik kembali
berarti bahwa perjanjian itu dengan tanpa alasan yang cukup menurut undang-
undang tidak dapat ditarik dibatalkan secara sepihak tanpa persetujuan para
Perjanjian Jual Beli jika dilihat dari sudut pandang hukum perdata bahwa
suatu perjanjian yang telah dibuat dan telah disepakati para pihak, maka
perjanjian tersebut sudah menjadi hukum bagi kedua pihak yang berkaitan.
Perjanjian ketika sudah disepakati bersama maka akan menimbulkan hak dan
kewajiban kepada para pihak yang telah sepakat. Dalam kaitannya dengan
Perjanjian Jual Beli juga mengikat para pihak yang bertandatangan dalam
dilakukannya transaksi jual beli tanah, tetapi dibuatkan Perjanjian Jual Beli
Terkait jual beli yang dilakukan dengan Perjanjian Jual Beli baik secara
melakukan jual beli, akan tetapi substansi pemindahan hak belum tertera
Tetapi terkait dengan Perjanjian Jual Beli yang dimaksud dalam tulisan
ini ialah Perjanjian Jual Beli dengan pembayaran cicilan berdasarkan asas
sah berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuatnya. Suatu
perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah
diterima terhadap perjanjian dengan objek hak atas tanah. Salah satu sifat
yang penting dari jual beli menurut sistem Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata, adalah bahwa perjanjian jual beli itu hanya bersifat obligatoir saja,
artinya jual beli itu belum memindahkan hak milik, ia baru memberikan hak
dan kewajiban pada kedua belah pihak, yaitu memberikan kepada si pembeli
hak untuk menuntut diserahkannya hak milik atas barang yang dijual.
Sifat ini nampak jelas dari Pasal 1459 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata, yang menerangkan bahwa hak milik atas barang yang dijual tidaklah
penjelasan pasal ini dapat dikatakan bahwa perjanjian jual beli tanah dibawah
tangan pada akta itu diakui (dan ini sebenarnya sudah merupakan bukti
pengakuan) yang berarti pernyataan yang tercantum dalam akta itu diakui dan
dibenarkan.
Berdasarkan hal tersebut maka isi akta yang diakui, adalah sungguh
sungguh pernyataan pihak pihak yang bersangkutan, apa yang masih dapat
disangkal ialah bahwa pernyataan itu diberikan pada tanggal yang tertulis
didalam akta itu, sebab tanggal tidak termasuk isi pernyataan pihak pihak
yang bersangkutan.
dalam setiap peralihan hak atas tanah para pihak haruslah mendapatkan
hukum kepada para pemegang hak atas tanah dalam Peraturan Pemerintah ini
sebaliknya, data fisik dan data yuridis yang dicantumkan dalam sertipikat
harus diterima sebagai data yang benar, baik dalam pembuatan hukum sehari-
107
hari maupun dalam sengketa di Pengadilan. Oleh karena itu perlu adanya
pihak.
Tentang Pendaftaran Tanah telah menegaskan bahwa dalam hal atas suatu
bidang tanah sudah diterbitkan sertipikat secara sah atas nama orang atau
badan hukum yang memperoleh tanah tersebut dengan itikad baik dan secara
nyata menguasainya, maka pihak lain yang merasa mempunyai hak atas tanah
itu tidak dapat lagi menuntut pelaksanaan hak tersebut dalam waktu 5 (lima)
Akta di bawah tangan adalah akta yang sengaja dibuat tidak di hadapan
pejabat yang berwenang. Akta ini yang dibuat dan ditandatangani oleh para
pihak yang membuatnya. Apabila suatu akta di bawah tangan tidak disangkal
oleh para pihak, maka berarti mereka mengakui dan tidak menyangkal
kebenaran apa yang tertulis pada akta di bawah tangan tersebut, sehingga
akta otentik.
108
Pada dasarnya terdapat dua cara peralihan hak atas tanah yaitu beralih dan
menunjuk pada berpindahnya hak atas tanah melalui perbuatan hukum yang
Contoh peralihan hak atas tanah karena beralih misalnya yaitu pewarisan,
sedangkan untuk peralihan hak atas tanah karena dialihkan misalnya yaitu
melalui jual beli. Peralihan hak atas tanah melalui jual beli biasanya
kewajiban sebagaimana Perjanjian Jual Beli maka dibuatlah Akta Jual Beli
(AJB).
Dalam jual beli tanah dikenal dengan asas terang dan tunai sebagai syarat
dalam proses jual beli tanah. Syarat terang yaitu perjanjian jual beli harus
dilakukan di hadapan pejabat yang berwenang dan disaksikan oleh dua orang
saksi. Sedangkan, syarat tunai yaitu adanya dua perbuatan yang dilakukan
secara bersamaan yaitu pemindahan hak dari penjual kepada pembeli dan
Perjanjian Jual Beli adalah perjanjian yang dibuat antara penjual dan
pembeli dalam rangka menjual dan membeli suatu properti, seperti rumah
atau tanah. Perjanjian Jual Beli merupakan salah satu tahap dalam proses jual
Dalam Kasus ini dapat diambil kesimpulan bahwa jika dilihat dari syarat
sahnya perjanjian maka Perjanjian Jual Beli tersebut dapat dikatakan sah dan
109
yaitu:
b. Kecakapan, dalam Perjanjian Jual Beli tersebut para pihak selain cakap
dalam arti dewasa (umur) akan tetapi juga cakap dalam arti mempunyai
c. Suatu Hal Tertentu, dalam Perjanjian Jual Beli tersebut terdapat hal
tersebut;
d. Kausa yang halal, dalam Perjanjian Jual Beli tersebut kausa yang halal
juga terpenuhi. Karena di dalam pengikatan jual beli tersebut tidak ada
Berdasarkan amar putusan diatas maka Perjanjian Jual Beli telah dianggap
sah dan memiliki kekuatan hukum yang tetap dan bisa dilakukan balik nama
Hal ini juga didukung ketentuan dalam Perdata Umum Angka 7 Surat
Rumusan Hasil Rapat Pleno Kamar Mahkamah Agung Tahun 2016 Sebagai
4/2016) yang menyatakan bahwa peralihan hak atas tanah berdasarkan PPJB
secara hukum terjadi jika pembeli telah membayar lunas harga tanah serta
telah menguasai objek jual beli dan dilakukan dengan itikad baik.
dibuat AJB, selama pembeli telah membayar lunas harga tanah serta
menguasai tanah, maka secara hukum peralihan hak atas tanah telah terjadi,
sehingga hak atas tanah tersebut telah menjadi hak dari pembeli. Hal ini
selaras dengan asas tunai sebagai syarat dalam proses jual beli tanah, dimana
pembayaran maka secara otomatis hak atas tanah berpindah kepada pembeli.
Dengan demikian akta di bawah tangan pada Perjanjian Jual Beli yang
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
pemindahan hak dengan cara jual-beli, setiap peralihan hak milik atas
109
110
(PPJB) secara hukum terjadi jika pembeli telah membayar lunas harga
tanah serta telah menguasai objek jual beli dan dilakukan dengan itikad
membayar lunas harga tanah tersebut serta telah juga menguasai tanah
tersebut dan dilakukan dengan itikad baik, maka secara hukum peralihan
sahnya jual beli menurut UUPA yakni syarat materiil dan formil yang
bersifat tunai, terang, dan riil. Kekuatan mengikat jual beli tersebut sudah
memenuhi syarat sahnya suatu perjajian yang termuat dalam Pasal 1320
hak atas tanah berdasarkan Perjanjian Pengikatan Jual Beli secara hukum
terjadi jika pembeli telah membayar lunas harga tanah serta telah
menguasai objek jual beli dan dilakukan dengan itikad baik. Selain itu,
Perjanjian Pengikatan Jual Beli juga dapat diatur dalam bentuk perjanjian
111
lain, seperti perjanjian jual beli atau perjanjian pengikatan jual beli yang
4.2 Saran
adanya Akta Jual Beli (AJB) yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta
satu pengalihan hak atas tanah kepada pihak lain, yaitu dari penjual
tanah yang dilakukan dihadapan PPAT dibuktikan dengan Akta jual beli
dapat dilakukannya Perjanjian Jual Beli dan dalam hal apa saja Perjanjian
Jual Beli dapat dilakukan, serta mengenai kedudukan sertipikat hak atas
aturan khusus, paling tidak dapat memberikan rasa aman bagi para pihak
A. BUKU
Achmad Ali, 2010, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) & Teori Peradilan
(Judicialprudence) Termasuk Undang-Undang (Legisprudence)
Volume I Pemahaman Awal, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
C.S.T Kansil, 2003, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia:
Pengantar Hukum Indonesia Jilid 2, Balai Pustaka, Jakarta.
Djaja S. Meliala, 2013, Hukum Perdata Dalam Perspektif BW, Nuansa Aulia,
Bandung.
H. Riduan Syahrani, 2004, Buku Materi Dasar Hukum Acara Perdata, PT.
Citra Aditya Bakti, Bandung.
Johny Ibrahim, 2008, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayu
Media Publishing, Malang.
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, 2003, Perikatan Yang Lahir Dari
Perjanjian, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Munir Fuady, 2003, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis)
Buku Kedua, Citra Aditya Bakti, Bandung.
Riduan Syahrani, 2004, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, Alumni,
Bandung.
Salim H.S, 2003, Hukum Kontrak (Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak),
Sinar Grafika, Jakarta.
Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, 2013, Penerapan Teori Hukum Pada
Penelitian Tesis dan Disertasi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
---------------, 2014, Aneka Perjanjian Cetakan Ke XI, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung.
Tan Thong Kie, 2011, Studi Notariat & Serba-Serbi Praktek Notaris, PT
Intersema, Jakarta.
B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
C. JURNAL
Herlien Budiono, 2004, Pengikat Jual Beli Dan Kuasa Mutlak, Majalah
Renvoi edisi tahun I No 10, tanggal 09 Februari 2023..