Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

BIOGRAFI UTSMAN BIN AFFAN


Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Akhir Kelas 6 Di Pondok
Pesantren Nurul Fitri

Oleh :

HANIF IBRAHIM
VI (ENAM)

PONDOK PESANTREN NURUL FITRI


PURWAKARTA
2023
LEMBAR PENGESAHAN

pembimbing

Ustadz Fikri Zaki Imaduddien,S.Sos

penguji 1 penguji 2

(................................) (................................)

Direktur Pondok

Ust.H.Muhammad Hafidz Basyirudin Lc.

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.`Wb
Alhamdulillahirobbil Alamin segala puji milik Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas akhir ini.Shalawat serta salam tak lupa senantiasa kami sanjungkan kepada
Nabi Muhammad SAW yang akan sangat kita harapkan syafaatNya di yaumil
qiyamah nanti, aamiin.
Tiada kalimat yang pantas penulis sampaikan kecuali rasa syukur kepada
Allah SWT atas selesainya makalah yang berjudul “BIOGRAFI UTSMAN BIN
AFFAN RA.” Tak lupa pula dukungan baik secara material dan non material yang
diberikan kepada penulis dalam penyusunan makalah ini.oleh karena itu, izinkan
penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada:
1. Bpk. Ir.H.Nanang Suharna selaku Ketua Yayasan Pendidikan dan Sosial.
2. Ust.H. Muhammad Hafidz Basyirudin Lc. selaku pimpinan Pondok
pesantren Nurul Fitri, serta pembimbing makalah bahasa arab,yang selalu
membimbing dan mengarahkan penulis selama penyusunan tugas akhir ini.
3. Ust. Muhammad Amiruddin S.Pdi selaku ketua panitia ujian akhir.
4. Ust. Fikri Zaki Imaduddien S.Sos selaku pembimbing makalah bahasa
Indonesia,yang memberikan bimbingan dan arahan serta masukan dalam
penyelesaian tugas akhir ini.
5. Ustadz/ustadzah………….. selaku penguji 1 pada sidang ujian akhir yang
memberikan masukan dan revisi baik dari sisi isi maupun sisi penulisan.
6. ustadz/ustadzah…………… selaku penguji 2 pada sidang ujian akhir yang
memberikan masukan dan revisi baik dari sisi isi maupun sisi penulisan.
7. Ust. Fikri Zaki Imaduddien S.Sos selaku Pembimbing Akademik yang
selalu memberikan bimbingan,arahan dan motivasi selama proses
pembelajaran.
8. Kedua Orang Tua yang selalu menjadi penyemangat, sumber inspirasi,
mendukung dalam do’a dan dukungan materil.

iii
9. Seluruh Bpk, Ust/Ustadzah dan para guru di pondok pesantren Nurul Fitri
atas segala bantuan dan kerjasamanya selama ini.
10. kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu selama
penyusunan tugas akhir ini, sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
penulis menyadari penyusunan tugas akhir ini jauh dari kata sempurna,
Oleh sebab itu penulis memohon kepada pembaca atas kritik dan saran yang
membangun guna melengkapi dan memperbaiki tugas akhir ujian ini. semoga
tugas akhir ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan bagi pembaca dan
penulis sendiri.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Purwakarta,12 Februari 2023


penulis

Hanif Ibrahim

iii
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................3
1.3 Tujuan dan manfaat.......................................................................................4
1.3.1 Tujuan....................................................................................................4
1.3.2 Manfaat..................................................................................................4
BAB 2 ISI................................................................................................................5
2.1 Kedua Orangtua Utsman bin Affan RA..........................................................5
2.2 Utsman bin Affan Ra., Menjadi Khalifah.......................................................6
1. Anggota Majelis dan Nama-Nama Mereka.................................................7
2. Cara Pemilihan Khalifah..............................................................................7
3. Masa Pemilihan atau Musyawarah.............................................................8
4. Jumlah Suara Yang Cukup Untuk Memilih Khalifah...................................8
5. Hakim Dalam Perselisihan..........................................................................9
6. Majelis Syura Adalah Lembaga Politik tertinggi..........................................9
7. Proses Musyawarah dalam Pemilihan Khalifah........................................10
8. Sepakat Membaiat Utsman bin Affan........................................................10
2.3 Keutamaan Utsman bin Affan RA................................................................11
BAB 3 PENUTUP.................................................................................................15
3.1 Kesimpulan..................................................................................................15
3.2 Saran...........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Utsman bin Affan Ra. memiliki nama lengkap Utsman bin Affan Ra. bin
Abil Ash bin Amaiyah bin Abdusy Syams bin Abdul Manaf bin Qushai bin Kilab
bin Murrah bin Ka’ab bin Luwa’ib bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin An-Nadhr
bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin
Ma’addu bin Adnan.
Utsman bin Affan Ra. lahir dari keluarga kaya dan berpengaruh suku
Quraisy dari silsilah Bani Umayyah. Ayahnya, Affan bin Abil Ash, adalah
seorang saudagar kaya Di Makkah. Sedangkan, Ibunya bernama Arwa binti
Kuraiz bin Rabi’ah dan neneknya bernama Ummu Hakim Baidha’binti Abdul
Muthalib. Dari sang Ayah, Nasabnya bertemu dengan nasab Rasulullah SAW.
Pada kakek yang keempat, Yaitu Abdul Manaf. Dari sisi ibu, Nasab keduanya
bertemu pada bunda Urwa, Yaitu Baidha Binti Abdul Muthalib (bibi Rasulullah
SAW).
Utsman bin Affan Ra. Lahir enam tahun setelah tahun Gajah, tepatnya
pada 47 tahun sebelum Hijrah (579 M). Usianya enam tahun lebih muda dari
Rasulullah SAW. Ia dilahirkan di Thaif, Daerah subur di kawasan Hijaz. Ia
memiliki satu saudari perempuan, yaitu Aminah binti Affan. Sejak kecil, Ia sudah
mendapatkan pendidikan yang baik, Ia telah belajar membaca dan menulis pada
usia dini. Itulah sebabnya, Ia tercatat sebagai salah satu dari 22 orang Makkah
yang pandai membaca dan menulis.
Affan bin Abil Ash, Ayah Utsman Ra, adalah seorang saudagar kaya dan
pembesar kaum Quraisy, Dan termasuk orang terpandang di kaumnya. Sang ayah
meninggal dunia dalam usia yang masih muda, Sebelum datangnya islam.
Kemudian, Ibunya menikah lagi dengan Uqbah bin Abi Muayyat. Dari pernikahan
ini, Lahir tiga putra dan seorang putri, yang merupakan saudara seibu Utsman bin
Affan Ra., yaitu Walid bin Uqbah, Khalid bin Uqbah, Imara bin Uqbah, dan
Ummu Kaltsum binti Uqbah.
Setelah menyatakan dirinya memeluk islam, Utsman bin Affan Ra. Juga
mengajak ibu dan saudara-saudaranya untuk juga mengimani ajaran Rasulullah
SAW. Namun, Hanya ibunya serta Aminah binti Affan dan Ummu Kaltsum binti
Uqbah yang bersedia mengikuti Utsman Ra, Untuk memeluk agama islam.
Sedangkan, Saudara-saudara Utsman Ra. yang lain baru menerima ajaran islam
setelah peristiwa penaklukan Kota Makkah (fathu makkah) pada tahun 8H/630M.
Adapun Ayah tirinya, Uqbah bin Abi Muayyat tetap menjadi penentang
Rasulullah SAW. Bahkan, Menurut riwayat[1], Ia adalah orang yang mencekik
Rasulullah Saw. Ketika shalat di halaman Ka’bah. Uqbah sendiri akhirnya tewas
dalam perang Badar.
Menurut Ibnu Jarir Ath-Thabari dalam Tarikh Ar-Rusul Wal Muluk,
Utsman bin Affan Ra. Dikenal sebagai sosok yang pemalu, berwajah rupawan,
lembut dan perawakan sedang, mempunyai tulang persendian yang besar, berbahu
bidang, berambut lebat, bentuk mulut bagus yang berwarna sawo matang.
Dikatakan bahwa pada wajahnya terdapat bekas cacar.
Meskipun hidup diantara orang-orang yang kebanyakan menyembah
berhala, Utsman bin Affan RA, tidak pernah sekalipun bersujud atau menyembah
berhala. Ia juga tidak meminum khamar, tidak berzina, dan sangat menjaga aurat
karena sifat pemalu yang ada dalam dirinya.
Utsman bin Affan RA. merupakan teman akrab Abu Bakar RA, keduanya
adalah saudagar sukses, dan merupakan orang terpandang di kalangan penduduk
Kota Makkah. Di Kemudian hari, melalui perantara Abu Bakar RA inilah, Utsman
bin Affan RA. mendapatkan cahaya islam. Utsman RA. yang telah mengetahui
kebaikan dan sifat terpuji Abu Bakar RA., tanpa ragu menerima islam ketika sang
sahabat memberitahunya.
Utsman bin Affan adalah seorang sahabat yang berbeda dari sahabat
lainnya, hanya dia yang dapat membuat malaikat malu kepada nya. Bahkan
Rasulullah SAW sendiri mempunyai sikap yang berbeda kepada utsman, Tidak
seperti kepada sahabat lain seperti diterangkan dalam hadits ini:
Diriwayatkan[2]. Oleh Ummu Aisyah RA suatu hari Ayahanda (Abu
Bakar Ash Shiddiq) meminta izin untuk bertemu dengan Rasulullah SAW, saat itu,
Nabi Muhammad SAW sedang berbaring. Demi menyambut Abu Bakar beliau
pun menjawab salamnya, posisinya tetap di atas tempat tidur, tetapi bagian
gamisnya terangkat, sehingga menampakkan betis nya, usai berbincang-bincang
Abu Bakar pun pamit, tak lama kemudian, Umar bin Khattab izin untuk bertemu
dengan Nabi, setelah menyampaikan maksud kedatangannya, Umar pun pamit
dari rumah Nabi Muhammad SAW, tak lama kemudian Utsman datang dan ingin
bertemu dengan Rasulullah SAW, setelah memberi izin, Aisyah RA
memperhatikan suaminya mengubah posisi duduk nya, sehingga betisnya yang
tadinya tersingkap, menjadi tertutup. Aisyah RA pun berkata:“Wahai Rasulullah,
Engkau tidak bersiap ketika Ayahku (Abu Bakar) dan Umar,tanya Aisyah”?
Rasulullah menjawab“Utsman merupakan seorang yang pemalu, bila dia masuk,
sedangkan aku masih berbaring, pasti dia malu untuk masuk dan akan cepat-
cepat pulang, padahal dia belum menyelesaikan keperluannya. Wahai Aisyah
tidakkah aku patut kepada seseorang yang disegani oleh para malaikat? jelas
Rasulullah SAW. demikianlah, Nabi SAW menerangkan, bahkan para malaikat
pun bersikap malu kepada Utsman bin Affan RA.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas Dalam makalah ini, penulis


memfokuskan rumusan masalah mengenai:
1. Bagaimana sejarah kedua orang tua Utsman bin Affan Ra.?
2. Mengapa Utsman diangkat terpilih menjadi khalifah?
3. Apa keutamaan Utsman bin Affan RA.?
1.3 Tujuan dan manfaat

1.3.1 Tujuan
Dari latar belakang dan Rumusan masalah diatas, maka tujuan dari
makalah ini adalah :
1. Untuk menjelaskan mengenai kehidupan Kedua orang tua Utsman bin
Affan Ra.
2. Untuk menjelaskan mengapa Utsman terpilih menjadi khalifah Ra.
3. Untuk menambah pengetahuan kita tentang sejarah islam.
1.3.2 Manfaat
Adapun yang menjadi kegunaan/manfaat dalam penelitian adalah :
1. Secara teoritis, hasil penelitian diharapkan berguna untuk meningkatkan
khazanah intelektual dan mendisiplinkan ilmu berkenaan dengan sejarah
Utsman bin Affan Ra.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan atau
rujukan bagi para pelajar sejarah islam di dalam mengkaji atau menelaah
suatu fakta sejarah dengan tanpa mengaburkan apa yang sebenarnya terjadi
dalam sebuah peristiwa sejarah.
BAB 2
ISI

2.1 Kedua Orangtua Utsman bin Affan RA.

Utsman bin Affan RA. Memiliki seorang ayah bernama Affan bin Abil
Ash, Affan bin Abil Ash merupakan saudagar kaya raya di Makkah ia juga
termasuk orang yang terpandang di sana, ia adalah saudagar yang selalu
berpergian jauh dari kampung halaman nya, ia mendidik anaknya Utsman dengan
segala pendidikan yang ada, sampai Utsman bin Affan RA. bisa termasuk
kedalam 22 orang Makkah[3]. yang pandai membaca dan menulis, karena pada
masa jahiliyah pendidikan itu sangat sulit untuk ditemukan, dengan kepintaran
seorang saudagar Affan bin Abil Ash ini ingin anak lebih baik darinya. Affan bin
Abil Ash meninggal dalam usianya yang relatif masih muda, ia memberikan
banyak harta warisannya kepada anak-anaknya termasuk salah satunya yaitu
Utsman bin Affan RA.
Ibu Utsman bin Affan RA. bernama Arwa binti Kurayz bin Rabi'ah bin
Habib bin Abd Syams bin Abd Manaf bin Qushai. Beliau termasuk kedalam
kategori sahabat dari kalangan perempuan, kenapa beliau termasuk kedalam
kategori sahabat nabi, karena ia memenuhi syaratnya yaitu “orang yang berjumpa
dengan nabi dalam keadaan islam dan meninggal dalam keadaan islam“
Ia diajak masuk islam oleh putranya sendiri yaitu Utsman bin Affan RA.
dan Utsman pun tak luput mengajak saudara-saudaranya untuk mengimani ajaran
Rasulullah SAW, Namun saat itu ajakan utsman hanya diterima oleh ibunya dan
saudari perempuannya yaitu Aminah binti Affan dan saudara ibunya yaitu Ummu
Kaltsum binti Uqbah, saudara-saudaranya Utsman yang lain dapat menerima
ajaran Nabi SAW Saat setelah peristiwa penaklukan kota makkah (fathu makkah)
pada tahun 8 H/ 630 M.
Ibunda Utsman bin Affan RA. ketika sang suami (Affan bin Abil Ash)
meninggal, tak lama dari situ ia pun menikah lagi dengan Uqbah bin Abi
Muayyat. dari pernikahan Arwa binti Kurayz dan Uqbah bin Abi Muayyat, lahir
tiga putra dan seorang perempuan, yang menjadi saudara seibu bagi Utsman bin
Affan RA., yaitu Walid bin Uqbah, Khalid bin Uqbah, Imara bin Uqbah dan
Ummu Kaltsum binti Uqbah, dan hampir semua saudara dari ibunya itu dapat
menerima Islam setelah penaklukan Mekkah (fathul makkah) kecuali Ummu
Kaltsum binti Uqbah.

2.2 Utsman bin Affan Ra., Menjadi Khalifah

Utsman bin Affan RA. adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW
termasuk 10 orang yang dijamin masuk surga, dalam riwayat Ibnu Majah
No.130[4] yakni:
“ ‫َح َّد َثَنا ِه َش اُم ْبُن َع َّم اٍر َح َّد َثَنا ِع يَس ى ْبُن ُي وُنَس َح َّد َثَنا َص َد َقُة ْبُن اْلُم َثَّنى َأُب و اْلُم َثَّن الَّنَخ ِع ُّي َع ْن َج ِّد ِه ِر َي اِح ْبِن‬
‫اْلَح اِر ِث َسِمَع َسِع يَد ْبَن َزْيِد ْبِن َع ْم ِر و ْبِن ُنَفْيٍل َيُقوُل َك اَن َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم َعاِش َر َع َش َرٍة َفَق اَل‬
‫َأُبو َبْك ٍر ِفي اْلَج َّنِة َو ُع َم ُر ِفي اْلَج َّن ِة َو ُع ْثَم اُن ِفي اْلَج َّن ِة َو َع ِلٌّي ِفي اْلَج َّن ِة َو َطْلَح ُة ِفي اْلَج َّن ِة َو الُّز َبْي ُر ِفي اْلَج َّن ِة‬
‫”َو َس ْعٌد ِفي اْلَج َّنِة َو َع ْبُد الَّرْح َمِن ِفي اْلَج َّنِة َفِقيَل َلُه َم ْن الَّتاِس ُع َقاَل َأَنا‬
yang artinya:
Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin 'Ammar berkata, telah
menceritakan kepada kami Isa bin Yunus berkata, telah menceritakan kepada
kami Shadaqah bin Mutsanna Abul Mutsanna An Nakha'i dari kakeknya
Riyah bin Ibnul Harits ia mendengar Sa'id bin Zaid bin 'Amru bin Nufail
berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah kesepuluh dari sepuluh
orang." Sa'id berkata:"Abu Bakar di surga, Umar di surga, Utsman di surga, Ali di
surga, Thalhah di surga, Zubair di surga, Sa'd di surga dan Abdurrahman di
surga." Lalu dikatakan kepadanya,"Siapa yang kesembilan? "ia menjawab:"Saya."
Umar bin Khattab RA, adalah khalifah sebelum Utsman bin Affan RA,
Umar RA, ia selalu memperhatikan persatuan umat dan masa yang akan datang
bagi umat nya sampai detik-detik terakhir hidupnya. Sebelumnya Rasulullah
SAW meninggal tanpa menentukan secara jelas siapa penggantinya. Ketika Abu
Bakar RA akan meninggal beliau menentukan pengganti setelah nya, yaitu Umar
bin Khattab RA setelah bermusyawarah dengan para sahabat.
Pada saat Umar bin Khattab sedang sakit, akibat ditusuk oleh Abu Lu’luah
pada saat mengerjakan sholat subuh. Lalu Umar berpikir sejenak, kemudian ia
menetapkan cara yang baru dalam pemilihan khalifah selanjutnya sesuai dengan
kondisi. Ketika Rasulullah SAW meninggal, umat islam dan semua semuanya
mengakui keutamaan Abu Bakar RA, daripada yang lain. Kemudian terjadi
perselisihan kecil. Terlebih lagi Rasulullah SAW telah mengarahkan para sahabat
dengan ucapan dan perbuatan untuk mengutamakan Abu Bakar setelahnya.
Abu Bakar RA ketika menunjuk Umar bin Khattab RA menjadi khalifah
selanjutnya mengetahui bahwa para sahabat para sahabat yakin adalah orang yang
paling kuat dan orang yang palin utama dalam memikul tanggung jawab
setelahnya. Maka pada saat itu Abu Bakar RA mengangkat Umar bin Khattab RA
menjadi khalifah setelahnya dari hasil musyawarah dengan para sahabat senior.
Tidak ada seorang pun yang menentang pendapat dari Abu Bakar, maka
tercapailah hasil musyawarah dengan terpilihnya Umar bin Khattab menjadi
Khalifah[5].
Adapun metode yang digunakan Umar bin Khattab yaitu gagasan yang
beliau buat sendiri, dengan cara musyawarah yang dilakukan oleh orang-orang
terbatas. kemudian Umar bin Khattab RA memilih enam sahabat Rasulullah SAW
yang pantas menjadi pemimpin, meskipun masing-masing berbeda dari yang lain.
1. Anggota Majelis dan Nama-Nama Mereka

Jumlah anggota majelis syura ada enam orang. Mereka adalah Ali bin Abi
Thalib, Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Sa'ad bin Abi Waqqash, Az-
Zubair bin Al-Awwam, Thalhah bin Ubaidillah[6]. Said bin Zaid yang termasuk
orang yang pandai memimpin tidak dimasukan oleh Umar bin Khattab karena ia
berasal dari kabilah Bani Ady, Umar berusaha menjauhkan kerabat nya dari
kekuasaan, meskipun Said bin Zaid adalah seorang yang pandai memegang
kekuasaan, tetapi tetap Umar ingin keluarga jauh dari kekuasaan.
2. Cara Pemilihan Khalifah

Umar bin Khattab RA memerintahkan supaya tempat untuk


bermusyawarah di salah satu rumah seorang dari mereka. Abdullah bin Umar ikut
hadir bersama mereka. Ia datang hanya untuk memberi saran, dan ia tidak
memiliki hak untuk memilih. Yang menjadi imam saat adanya musyawarah
pemilihan khalifah atau majelis syura yaitu adalah Shuaib Ar-Rumi. Umar
berkata, ”Kamu yang mengimami shalat selama tiga hari ini”. Tujuannya agar
salah satu dari enam orang ini yang mengimami shalat sehingga hal ini dapat
dianggap dukungan untuk menjadi khalifah. ia memerintahkan kepada Al-Miqdad
bin Aswad dan Abu Thalhah Al-Anshari untuk jalannya pemilihan.

3. Masa Pemilihan atau Musyawarah

Khalifah Umar bin Khattab RA memerintahkan penentuannya selama tiga


hari[7], suatu masa yang cukup meskipun mereka menambahinya. Hal ini
memberikan arti bahwa pembahasan mereka akan sangat meluas. Oleh karena itu,
Umar berkata kepada mereka,“tidak ada hari keempat kecuali seseorang telah
menjadi khalifah.

4. Jumlah Suara Yang Cukup Untuk Memilih Khalifah

Ibnu sa'ad meriwayatkan dengan sanad perawi yang tsiqah bahwa Umar
RA, berkata kepada Shuhaib,”Hendaknya kamu menjadi imam shalat selama tiga
hari”. Hendaknya sekelompok itu (majelis syura) melakukan pembahasan tersebut
di suatu tempat yang mereka pilih, jika mereka telah bersepakat memilih
seseorang, dan ada yang melawannya, maka tebaslah leher orang tersebut[8].
Riwayat ini adalah mungkar. Bagaimana mungkin seorang Umar bin
Khattab RA, berkata demikian, padahal beliau mengetahui bahwa kelompok
sahabat tersebut adalah orang-orang pilihan diantara sahabat Rasulullah SAW, dia
memilih mereka karena Umar RA tahu akan keutamaan dan keistimewaan
mereka.
Ibnu sa’ad juga meriwayatkan bahwa Umar berkata kepada kaum Anshar,
“Masukkanlah mereka kedalam rumah selama tiga hari, jika mereka lurus,
biarkanlah dan jika mereka bersengketa, maka masukilah mereka dan tebaslah
leher mereka.” Riwayat hadits ini terputus sanadnya, diantara perawinya adalah
Sammak bin Harb, perawi yang dhaif dan telah berubah akalnya pada akhir
hidupnya.
5. Hakim Dalam Perselisihan

Khalifah Umar bin Khattab RA, telah berwasiat kepada Abdullah bin
Umar agar menghadiri majelis tersebut, namun dia tidak boleh ikut dalam
musyawarah mereka. Umar berkata kepadanya “Jika tiga orang menentukan
pilihan dan tiga orang lain menentukan pilihan yang lain, Maka jadikanlah
Abdullah bin Umar sebagai hakim[9].”
Jika Abdullah bin Umar menetapkan salah satu kelompok, maka
hendaknya mereka memilih yang satu orang dari kelompok tersebut. Jika mereka
tidak setuju dengan Abdullah bin Umar, maka hendaklah kalian bersama
kelompok yang berada Abdurrahman bin Auf, bahwa ia adalah orang yang
mendapat pertolongan dan pandai. Umar berkata:”Sebaik-baik orang yang
memiliki pendapat adalah Abdurrahman bin Auf, dia mendapat pertolongan dan
pandai dan ia mendapatkan penjagaan dari Allah SWT, maka dengarkan lah ia”.

6. Majelis Syura Adalah Lembaga Politik tertinggi

Sesungguhnya Khalifah Umar bin Khattab RA hanya memilih enam orang


untuk menentukan siapa khalifah selanjutnya, dan ketika enam orang tersebut
dipilih mereka langsung menerima amanah tersebut dan sahabat yang lain pun
menyetujuinya. Kita dapat mengatakan bahwa khalifah Umar bin Khattab RA,
telah menciptakan lembaga politik tertinggi yang tugas nya memilih pemimpin
negara atau khalifah.
Sistem politik yang baru ini tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip
islam, terlebih prinsip musyawarah. Hal itu karena hasil keputusan enam orang
dibaiat oleh kaum muslimin di masjid jami. Oleh karena itu, tidaklah tepat
pertanyaan yang sering dilontarkan sebagian orang. Mereka berkata: “Siapakah
yang memberikan hak kepada Umar? Apa landasan Umar dalam mengambil
kebijakan ini?”Cukuplah kita mengetahui bahwa jamaah kaum muslimin telah
mengakui kebijakan ini.
7. Proses Musyawarah dalam Pemilihan Khalifah

Musyawarah Majelis Syura berlangsung tiga hari. Dimulai dari pagi hari
ahad dan selesai pada Rabu dini hari. Sebelum Khalifah Umar bin Khattab RA,
memberikan batasan waktu tiga hari. Abdurrahman bin Auf memulai perundingan
dengan Ali. Ia berkata kepada Ali bin Abi Thalib: ”jika aku tidak membaiat mu,
siapakah yang kamu calonkan untuk menjadi Khalifah?” Ali menjawab, “Utsman
bin Affan RA. ”Abdurrahman bin Auf pergi menuju Utsman dan berkata
kepadanya, “Jika aku tidak membaiatmu, siapakah yang akan kamu calonkan
untuk menjadi khalifah?” Utsman berkata:”Ali bin Abi Thalib[10].”
Kemudian Abdurrahman bin Auf mendatangi sahabat-sahabat yang lain
dan bermusyawarah dengan mereka. Ia merundingkan masalah ini dengan para
pembesar sahabat, tokoh-tokoh, para pemimpin pasukan dan orang yang datang ke
madinah. Bahkan kaum perempuan, anak-anak dan budak-budak pun diminta
pendapatnya tentang masalah ini. Hasil dari jajak pendapat ini, mayoritas kaum
muslimin memilih Utsman bin Affan sebagai khalifah dan sebagian kaum
muslimin memilih Ali bin Abi Thalib.
Dikatakan juga dalam keterangan lain[13]: Setelah penikaman yang
dialami oleh khalifah Umar Bin Khattab oleh Abu Lu’luah al Majusi yang
kemudian menyebabkan sakit parah dan sebab kematian Umar, sebagian besar
kalangan sahabat pada saat itu menginstruksikan agar Umar menunjuk langsung
suksesi kepemimpinan setelahnya, namun Umar tidak melakukan itu dengan
pertimbangan kondisi umat pada saat itu tidak sama dengan kondisi ketika Abu
Bakar menunjuk dirinya karena pada saat pemerintahan Umar kondisi masyarakat
islam pada saat itu sudah stabil dan tentara islam sudah memperoleh kemenangan.
Tapi karena desakan yang dilakukan oleh para sahabat yang begitu khawatir akan
terjadinya perpecahan maka Umar pada saat itu tidak menunjuk langsung
penggantinya namun hanya menunjuk suatu formatur atau majelis Syura.
Menjelang wafatnya, Umar bin Khattab berpesan selama tiga hari dan
diantara pesannya adalah imam masjid hendaknya diserahkan pada Suhaib al-
Rumi. Namun pada hari keempat hendaknya telah dipilih seorang pemimpin
penggantinya. Umar memberikan enam nama. Mereka adalah Ali bin Abu Thalib,
Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Saad bin Abi Waqqas, Abdurrahman bin
Auf dan Thalhah bin Ubaidillah ra.. Keenam orang itu berkumpul, Abdurrahman
bin Auf memulai pembicaraan dengan mengatakan siapa diantara mereka yang
bersedia mengundurkan diri. Ia lalu menyatakan dirinya mundur dari pencalonan.
Tiga orang lainnya menyusul. Tinggallah Utsman, dan Ali, maka Abdurrahman
ditunjuk menjadi penentu. Ia lalu menemui banyak orang meminta pendapat
mereka. Namun pendapat masyarakat pun terbelah. Imar anak Yasir mengusulkan
Ali. Begitu pula Miqdad. Sedangkan Abdullah bin Abu Sarah berkampanye keras
untuk Utsman. Abdullah dulu masuk Islam, lalu balik menjadi kafir kembali
sehingga dijatuhi hukuman mati oleh Rasul. Atas jaminan Utsman hukuman
tersebut tidak dilaksanakan. Abdullah dan Utsman adalah “saudara susu”.
Disebutkan bahwa, sebagian besar warga memang cenderung memilih Utsman.
Abudurrahman selanjutnya memanggil Ali bin Abi thalib untuk tampil
kedepan umum seraya bertanya “ jika engkau terpilih mejadi khalifah apaha
engkau akan tetap berpegang kepada kitab Allah dan sunnah rasulullah serta tradisi
dua orang khalifah sebelumnya? “ Ali bin Abi talib menjawab “saya berharap
demikian dan akan bertindak sesuai dengan ilmu dan kemampuan saya” setelah
mengulangi pertanyaan ini sebanyak tiga kali Ali menjawab “ Aku akan
memperlakukan kamu sesuai dengan kitab Allah dan Sunnah Rasulullah tanpa
meneladani siapapun”. Karena curiga dibalik motif penekanan abd rahman atas
jawaban kategoris terhadap tuntutannya, Ali berkata sambil menuduh,” kamu tidak
berhak menghalangi dalam merebut hak saya terhadap jabatan ini”.
Selanjutnya Abdurrahman bin Auf memanggil Usman bin Affan tampil
kedepan dan mengajukan pertanyaan yang sama seperti yang diajukan kepada Ali
bin Abi Talib. Dengan tegas Usman bin Affan menjawab : “ya saya akan
melakukannya!” seketika itu juga Abdurrahman bin Auf menengadahkan
tangannya sambil berdoa, Ya Allah, dengar dan saksikanlah, beban beratku telah
aku pindahkan kepada Usman bin Affan. Iapun menyalami Usman bin Affan
sebagai tanda baiat kepadanya.
Tangan kanan yang pertama menjabat tangan kanan Usman untuk
membai’at adalah tangan Ali bin Abi Thalib, baru kemudian diikuti oleh seluruh
kaum muslimin. Demikianlah Usman memikul beban-beban khalifah yang
dipikulnya ketika ia hampir mencapai usia 70 tahun. atau sekitar bulan Muharram
tahun 24 H ketika itu sahabat Umar ra. berusia 68 menurut hitungan masehi atau
70 menurut hitungan hijriyyah.

8. Sepakat Membaiat Utsman bin Affan

Shalat shubuh hari terakhir bulan Dzulhijjah tahun 23 H/6 November 644
M selesai dilakukan. Shuhaib Ar-Rumi yang menjadi imamnya. Abdurrahman bin
Auf dengan memakai sorban pemberian Rasulullah SAW, datang. Para anggota
majelis syura sudah berkumpul di sekitar mimbar masjid. Abdurrahman bin Auf
meminta supaya orang-orang yang ada di sekitar madinah dari kaum Muhajirin,
Anshar, dan para pimpinan pasukan ikut hadir. Diantara para pimpinan pasukan
tersebut adalah Muawiyah bin Abu Sufyan amir atau Gubernur Syam, Umair bin
Sa’ad amir Homsh dan Amr bin Al-Ash amir Mesir[11]. Mereka melakukan haji
bersama Umar dan mereka ikut Umar ke Madinah.
Dalam riwayat Al-Bukhari disebutkan,”Ketika shalat shubuh telah selesai
dilakukan dan majelis syura telah berkumpul di sekitar mimbar, Abdurrahman bin
Auf meminta kaum Muhajirin, Anshar, dan para amir pasukan untuk hadir. Para
amir ini kebetulan pergi haji bersama Umar dan berangkat ke Madinah
bersamanya. Ketika semuanya telah berkumpul, Abdurrahman bin Auf membaca
syahadat, lalu berkata, “Wahai Ali, sesungguhnya kau telah memperhatikan
urusan manusia. Aku melihat mereka tidak berpindah dari mendukung Utsman.
Maka janganlah kamu merasa sedih atas hal itu.” Lalu Abdurrahman berkata
kepada Utsman, “Aku membaiatmu di atas Sunnah Allah SWT, Rasul-Nya dan
kedua khalifah setelahnya.” Abdurrahman bin Auf membaiatnya. Kaum
Muhajirin, kaum Anshar, para amir pasukan, dan kaum muslimin mengikuti
langkah Abdurrahman bin Auf.
2.3 Keutamaan Utsman bin Affan RA.

Utsman bin Affan RA, memiliki sebuah ciri khas dan keutamaan di antara
dengan sahabat lainnya. Ia juga merupakan satu-satunya sahabat yang menikahi
dua anak Nabi Muhammad SAW. diantara keutamaan Utsman bin Affan
RA[12]. :
1. Beliau termasuk ke dalam barisan syuhada. Rasulullah SAW pernah
mendaki Gunung Uhud bersama Abu Bakar RA, Umar bin Khattab RA
dan Utsman bin Affan RA. Tiba-tiba Gunung Uhud bergetar, maka
Rasulullah RA, bersabda: “Diamlah (tenanglah) wahai Uhud, karena
sesungguhnya di atasmu hanyalah seorang Nabi, Shiddiq dan dua orang
syahid.”
2. Utsman bin Affan RA, adalah salah satu sahabat yang paling pemalu,
Utsman bin Affan RA, Memang dikenal sebagai seorang pemalu dan
pendiam. Itulah salah satu karakter yang sangat lekat dengan khalifah
ketiga ini, mestinya. Wajar jika Utsman bin Affan RA. dikenal sebagai
sahabat yang paling sedikit meriwayatkan hadits. Padahal, ia sendiri
merupakan sahabat utama Nabi SAW. Disebutkan bahwa Rasulullah
SAW.bersabda:
”Sesungguhnya, Utsman bin Affan merupakan seorang yang sangat
pemalu. Bila ia masuk, sedangkan aku masih berbaring, pasti ia malu
untuk masuk dan cepat-cepat akan pulang, padahal ia belum
menyelesaikan keperluannya. Wahai Aisyah, tidakkah aku patut malu
kepada seseorang yang malaikat pun malu kepadanya?” Tentang sifat
Utsman bin Affan RA. yang sangat pemalu Rasulullah SAW, juga
bersabda:
“Orang yang paling penyayang diantara umatku adalah Abu Bakar, yang
paling tegas dalam agama Allah SWT adalah Umar bin Khattab RA, yang
paling pemalu adalah Utsman bin Affan RA, yang mengetahui halal dan
haram adalah Mu’adz bin Jabal, yang paling hafal tentang Al-Qur’an
adalah Ubai, dan yang paling mengetahui tentang ilmu waris adalah Zaid
bin Tsabit. Setiap umat mempunyai orang terpercaya, dan orang terpercaya
di kalangan umatku adalah Ubaidah bin Jarrah.”
3. Utsman bin Affan RA merupakan teman karib Rasulullah SAW ketika
nanti di surga, dalam riwayat dijelaskan :
‫َّرْح َمِن ْبِن َأِبي‬QQ‫َح َّد َثَنا َأُبو َم ْر َو اَن ُمَحَّم ُد ْبُن ُع ْثَم اَن اْلُع ْثَم اِنُّي َح َّد َثَنا َأِبي ُع ْثَم اُن ْبُن َخ اِل ٍد َع ْن َع ْب ِد ال‬
‫ٌق‬Q ‫الِّز َناِد َع ْن َأِبيِه َع ْن اَأْلْع َر ِج َع ْن َأِبي ُهَر ْيَر َة َأَّن َر ُسوَل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َق اَل ِلُك ِّل َنِبٍّي َرِفي‬
‫ِفي اْلَج َّنِة َوَرِفيِقي ِفيَها ُع ْثَم اُن ْبُن َع َّفاَن‬
Artinya :
Telah menceritakan kepada kami Abu Marwan Muhammad bin Utsman
Al Utsmani berkata, telah menceritakan kepada kami bapakku Utsman
bin Khalid dari Abdurrahman bin Abu Zinad dari Bapaknya dari Al
A'raj dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Setiap Nabi memiliki teman karib di surga, dan teman karibku
di surga adalah Utsman bin 'Affan."
4. Beliau adalah manusia satu-satunya yang menikahi dua putri Nabi
Muhammad SAW, yaitu Ruqayyah binti Rasulullah dan Ummu Kultsum
binti Rasulullah SAW. Ketika Ruqayyah wafat, Nabi menikahkan Utsman
bin Affan RA dengan putrinya Ummu Kultsum. Dan setelah Ummu
Kultsum wafat, Nabi bersabda: “Kalau seandainya aku masih punya anak
perempuan yang lain niscaya akan aku nikahkan kamu dengan nya.”
karena pernikahan dengan dua putri Nabi Muhammad SAW inilah Utsman
bin Affan RA dijuluki “Dzun Nurain” (pemilik dua cahaya).
5. Sejak kecil Utsman bin Affan RA, telah mendapatkan pendidikan
membaca dan menulis dari keluarganya. Beliau adalah salah satu seorang
dari sepuluh sahabat yang diberitakan masuk surga karena sabar dan
tawakal menghadapi cobaan dan derita dari Allah SWT. Dalam menjalani
hidupnya, beliau sangat takut dengan azab dan siksa Allah SWT. Hingga
suatu ketika Utsman bin Affan RA berkata.”Sekiranya diriku berada
diantara surga dan neraka dan saya tidak tahu mana di antara dua itu saya
akan masuk, niscaya saya akan pilih menjadi abu sebelum aku tahu aku ke
mana saya dimasukan.”
6. Beliau juga adalah salah satu dari empat Khulafaur Rasyidin, yang wajib
dipatuhi dan diteladani. Menurut pendapat dikalangan ulama bahwa
Utsman bin Affan menduduki urutan ketiga sebagai manusia terbaik dan
paling utama setelah Abu Bakar RA, dan Umar bin Khattab RA.
7. Utsman bin Affan RA, termasuk kedalam sepuluh orang yang dijamin
masuk masuk surga[12], Imam Al-Muzani berkata:

“ ‫ َو ُنْخ ِلُص ِلُك ِّل َر ُج ٍل‬, ‫ُثَّم الَباِقْيَن ِم َن الَع َش َرِة اَّلِذ ْيَن َأْو َجَب َلُهْم َر ُسْو ُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم الَج َّنَة‬
‫ ُثَّم ِلَس اِئِر‬, ‫ِم ْنُهْم ِم َن المَح َّب ِة ِبَق ْد ِر اَّل ِذ ي َأْو َجَب َلُهْم َر ُس ْو ُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم ِم َن الَّتْفِض ْيِل‬
‫َأْص َح اِب ِم ْن َبْع ِدِهْم َر ِض َي ُهللا َع ْنُهْم َأْج َم ِع ْيَن‬
‫ َفُهْم ِخَي اُر َأْه ِل‬, ‫ َو ُنْمِس ُك َع ِن الَخ ْو ِض ِفْيَم ا َش َجَر َبْيَنُهْم‬, ‫َو ُيَقاُل ِبَفْض ِلِه ْم َو ُيْذ َك ُرْو َن ِبَم َح اِس ِن َأْفَع اِلِهْم‬
‫اَألْر ِض َبْع َد َنِبِّيِه ْم ِاْر َتَض اُهُم ُهللا ِلَنِبِّيِه َو َجَع َلُهْم َأْنَص اًرا ِلِد ْيِنِه َفُهْم َأِئَّم ُة الِّدْيِن َو َأْعَالُم المْس ِلِم ْيَن َر ِض َي‬
‫ُهللا َع ْنُهْم َأْج َم ِع ْيَن‬
Artinya:
Kemudian sepuluh sahabat lainnya yang Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam katakana tentang mereka bahwa mereka dijamin masuk
surga. Kita pun diperintahkan untuk mencintai mereka dengan kadar yang
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tetapkan karena keutamaan yang
ada pada mereka. Kemudian sahabat yang lain selain itu. Semoga Allah
meridhai mereka semua.
Keutamaan dan kebaikan perbuatan mereka disebut-sebut. Kita tahan diri
dari membicarakan perselisihan di antara mereka. Karena mereka adalah
sebaik-baik manusia di muka bumi sepeninggal Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Allah ridha kepada mereka karena nabi-Nya. Allah menjadikan
mereka penolong untuk agama ini. Mereka adalah para imam dalam agama
ini. Mereka yang paling berilmu di antara kaum muslimin. Semoga Allah
meridhai mereka semuanya.
Dalam riwayat lain dikatakan, dari Sa’id bin Zaid radhiyallahu‘anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫َّرْح َمِن‬QQ‫َع َش َر ٌة ِفى اْلَج َّنِة َأُبو َبْك ٍر ِفى اْلَج َّنِة َو ُع َم ُر ِفى اْلَج َّنِة َو ُع ْثَم اُن َو َع ِلٌّى َو الُّز َبْي ُر َو َطْلَح ُة َو َع ْب ُد ال‬
‫َو َأُبو ُع َبْيَد َة َو َس ْعُد ْبُن َأِبى َو َّقاٍص‬

“Ada sepuluh orang yang dijamin masuk surga: Abu Bakar di surga, Umar
di surga, Utsman, ‘Ali, Az-Zubair, Thalhah, ‘Abdurrahman (bin ‘Auf),
Abu Ubaidah (bin Al-Jarrah), dan Sa’ad (bin Abi Waqqash).”
‫َقاَل َفَع َّد َهُؤَالِء الِّتْس َع َة َو َس َكَت َع ِن اْلَع اِش ِر َفَق اَل اْلَق ْو ُم َنْنُش ُد َك َهَّللا َي ا َأَب ا اَألْع َو ِر َمِن اْلَع اِش ُر َق اَل‬
‫ َقاَل َأُبو ِع يَس ى َأُب و اَألْع َو ِر ُه َو َس ِع يُد ْبُن َزْي ِد ْبِن َع ْم ِر و ْبِن‬.‫َنَش ْدُتُم وِنى ِباِهَّلل َأُبو اَألْع َو ِر ِفى اْلَج َّنِة‬
‫ َو َسِم ْع ُت ُمَحَّم ًدا َيُقوُل ُهَو َأَص ُّح ِم َن اْلَحِد يِث اَألَّو ِل‬. ‫ُنَفْيٍل‬.
Artinya:
Anak Sa’id berkata, “Kalau dihitung mereka tadi ada sembilan, lantas
tidak disebutkan yang kesepuluh.” Orang-orang berkata, “Kami berdoa
kepada Allah, wahai Abul A’war siapakah yang termasuk yang
kesepuluh.” Sa’id (bin Zaid) berkata, “Kalian mohon berdoa kepada Allah
untukku semoga termasuk yang kesepuluh tersebut yang berada di surga.”
Abu ‘Isa berkata, “Abul A’war itu adalah Sa’id bin Zaid bin ‘Amr bin
Nufail. Aku mendengar Muhammad sedang berkata bahwa hadits ini lebih
sahih dari hadits pertama.” (HR. Tirmidzi, no. 3748. Al-Hafizh Abu
Thahir mengatakan bahwa hadits ini sahih).
Dari ‘Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫َأُبو َبْك ٍر ِفى اْلَج َّن ِة َو ُع َم ُر ِفى اْلَج َّن ِة َو ُع ْثَم اُن ِفى اْلَج َّن ِة َو َع ِلٌّى ِفى اْلَج َّن ِة َو َطْلَح ُة ِفى‬
‫اْلَج َّنِة َو الُّز َبْيُر ِفى اْلَج َّنِة َو َع ْبُد الَّرْح َمِن ْبُن َعْو ٍف ِفى اْلَج َّنِة َو َس ْعٌد ِفى اْلَج َّنِة َو َس ِع يٌد ِفى‬
‫اْلَج َّنِة َو َأُبو ُع َبْيَد َة ْبُن اْلَج َّراِح ِفى اْلَج َّن ِة‬
Artinya:
“Abu Bakar di surga, ‘Umar di surga, ‘Utsman di surga, ‘Ali di surga,
Thalhah di surga, Az-Zubair di surga, ‘Abdurrahman bin ‘Auf di surga,
Sa’ad (bin Abi Waqqash) di surga, Sa’id (bin Zaid) di surga, Abu
‘Ubaidah bin Al-Jarrah di surga.” (HR. Tirmidzi, no. 3747 dan Ahmad,
1:193. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).
8.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Utsman bin Affan RA, merupakan seorang yang sangat pemalu dan begitu
hebatnya ia hingga menjadi seorang khalifah ketiga umat muslim yang namanya
selalu bersinar di setiap zaman. Ia lahir pada tahun 579 M. Beliau merupakan
salah satu diantara lainya yang menjadi contoh ataupun motivator dalam segi
keislaman bagi umat muslim di dunia ini. pelajaran yang bisa diambil dalam
makalah ini yaitu:

1. Dapat menambah wawasan baru tentang sejarah ataupun biografi Utsman


bin Affan RA, yang mana bisa kita contoh atau praktekkan dalam kegiatan
sehari-hari kita.
2. Dengan lebih mengenal Utsman bin Affan RA, kita sebagai umat muslim
di zaman ini mestilah melihat para pejuang di masa lalu yang mana
mereka sangat patuh dan taat kepada Allah SWT dan Rasul nya.
3. Dalam semasa hidupnya, setelah ia masuk islam dengan kekayaan nya
yang sangat banyak, beliau tidak sekalipun sombong atas apa yang ia
punya, karena ia tahu bahwa semua itu hanyalah titipan Allah SWT.
4. Setiap apa yang kita lakukan pasti ada pertanggungjawabannya, itulah
yang dicontohkan oleh Utsman bin Affan RA selama hidupnya.
Menggunakan waktu sebaik mungkin dan beliau tidak pernah
menggunakan waktu nya untuk hal yang sia-sia.

3.2 Saran
Makalah berjudul “BIOGRAFI UTSMAN BIN AFFAN” ini memiliki
banyak kekurangan. Oleh karena itu disarankan bagi yang ingin melanjutkan
pembahasan ini untuk:
1. Menambahkan isi yang lebih detail lagi.
2. Memberikan penulisan yang lebih mudah dipahami.
3. Membuat cara agar pembaca dapat termotivasi oleh karya tulis ini

DAFTAR PUSTAKA

[1] abdul syukur Al-azizi, Utsman bin Affan Ra. Kedermawanan hati pemilik
dua cahaya cinta nabi saw. yogyakarta: DIVApress, 2021.

[2] I. Katsir, Kitab Sejarah Lengkap Khulafaur Rasyidin Kitab Rujukan Paling
Terkenal dan Fenomenal Sepanjang Masa. yogyakarta: DIVAPRESS,
2022.

[3] A. Baladuri, “17 orang yang pandai baca tulis pra islam,”
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6092006/17-orang-arab-yang-
bisa-baca-tulis-pra-islam-nabi-termasuk, 2022. .

[4] I. Majah, “Hadits Ibnu Majah Nomor 130,” ilmu islam portal beljar agama
islam. https://ilmuislam.id/hadits/18425/hadits-ibnu-majah-nomor-130.

[5] P. D. A. M. Ash-Shalabi, Biografi Utsman bin Affan Ra. pustaka Al-kautsar.

[6] M. Imran, U. Bin Khothob, U. Bin, B. Abu, T. Kepala, and N. Khalifah,


“ISLAM SYURO ’ SYSTEM ‘ IN THE ORGANIZATION OF THE ISLAMIC
Abstrak,” 2015.

[7] A. Kasdi, “Genealogi Dan Sejarah Perkembangan Politik Islam,” Addin,


vol. 9, no. 2, pp. 277–308, 2015, doi: 10.21043/addin.v9i2.616.

[8] P. D. A. M. Ash-Shalabi, “Biografi Ustman Bin Affan,” 2013.


www.kautsar.go.id.

[9] S. Nurmala Rahmawati, Sugiyanto, “Sistem Pemerintahan Islam Di Bawah


Kepemimpinan Khalifah Utsman Bin Affan Tahun 644-656,” Artik. Ilm.
Mhs., pp. 1–12, 2015.

[10] M. D. (2018) Alauwiyah, “Proses Pemilihan Khalifah Usman bin Affan,”


Pap. Knowl. . Towar. a Media Hist. Doc., no. 181420014, pp. 12–26, 2020.

[11] Zubir, “Konflik Politik Pada Masa Khalifah Ustman Bin Affan,” J. Sintesa,
vol. 18, no. 1, pp. 111–122, 2018.

[12] M. Moshinsky, No Title ‫یلیب‬, vol. 13, no. 1. 1959.

[13] https://www.google.com/search?client=firefox-b-
d&q=proses+permusyawarahan+dalam+pemilihan+khalifah+utsman+bin+
affan

Anda mungkin juga menyukai