Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ULAMA-ULAMA KONTEMPORER BERMAZHAB


HAMBALI, BIOGRAFI DAN KARYANYA
“Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perbandingan Mazhab”
Dosen Pengampu, Marzuki Made Ali, S.Sos.I.,M.H.

Disusun Oleh
Risna Astagina (22.01.025.123)
Riski Gunawan (22.01.024.0122)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


STIT AL-HADY BOMBANA
BOMBANA
2023
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puji dan syukur marilah kita haturkan ke hadirat Allah SWT atas berkat
limpahan rahmat, karunia serta hidayahNya jualah sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas makalah Membahas ulama/imam kontemporer yang
bermazhab Hambali.Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada Baginda Nabi
Muhammad SAW karena berkat beliaulah sehingga saat ini dapat merasakan
indahnya Islam dan nikmatnya Iman.

Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
bapak Marzuki Made Ali, S.Sos.I.,M.H selaku dosen mata kuliah “Perbandingan
mazhab” yang telah memberikan arahan kepada saya sebagai penulis sehingga
saya dapat menyelesaikan penulisan makalah ini. Saya juga mengucapkan terima
kasih kepada teman-teman sekalian yang telah sudi membantu saya dalam
penyelesaian penulisan makalah ini.

Saya menyadari bahwa penulisan makalah ini tak lepas dari kesalahan dan
kekurangan, maka dari itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari dosen
pembimbing maupun dari teman-teman sekalian. Agar saya bisa memperbaiki
kekurangan saya agar lebih baik lagi untuk masa yang akan datang.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bombana, 18 November 2023

Penulis,
Risna Astagina
Riski Gunawan
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ ii


DAFTAR ISI ............................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1


A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................. 1
C. Tujuan Makalah.................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................... 2


A.Imam An-Nasa’i ....................................................................... 2
B.Imam Abu Daud..................................................................... 9

BAB III PENUTUP .................................................................................. 14


A. Kesimpulan ........................................................................... 14
B. Saran .................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 15


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Mengenal para ulama-ulama kontemperor sangat memiliki banyak manfaat


dan sangat penting dalam kehidupan seorang muslim, baik itu ulama-ulama yang
bermazhab hanafi, bermazhab maliki, bermazhab syafi”i, maupun bermazhab
hambali. Pada pembahasan kali ini kami selaku penulis akan membahas tentang
ulama-ulama kontemporer yang bermashab hambali.

Adapun imam/ ulama besar yang akan kami bahas pada pembahasan dalam
makalah ini adalah Imam An-Nasai dan Imam Abu Daud. Kedua Imam ini
merupakan ulama yang bermazhab hambali dan mereka berdua juga cukup
terkenal dengan berbagai karya-karya nya. Untuk lebih jelasnya akan di bahas
pada makalah yang telah dibuat oleh penulis.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut maka dapat disimpulkan bahwa rumusan
masalahnya adalah:
1. Siapakah Imam An-Nasai?
2. Siapakah Imam Abu Daud?

C. Tujuan
Dari rumusan masalahn tersebut maka tujuan pembuatan makalah ini
adalah:

1. Untuk mengetahui siapakah Imam An-Nasa‟i


2. Untuk mengetahui siapakah Imam Abu Daud

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Imam An-Nasai
1. Biografi Imam An-Nasa’i
Nama Imam An-Nasa`i adalah Ahmad bin Syu‟aib bin Ali bin Sinan bin
Bahr. Kuniyah Imam An-Nasa`i: Abu Abdirrahman. Nasab Imam an-Nasa`i: An
Nasa`i dan An-Nasawi, yaitu nisbah kepada negeri asal Imam An-Nasa`i, tempat
Imam an-Nasa`i dilahirkan. Satu kota bagian dari Khurasan. Beliau diahirkan pada
tahun 215 H.

2. Sifat-sifat Imam An-Nasa’i


An-Nasa`i merupakan seorang lelaki yang ganteng, berwajah bersih dan
segar, wajahnya seakan-akan lampu yang menyala. Beliau adalah sosok yang
kharismatik dan tenang, berpenampilan yang sangat menarik.

Kondisi itu karena beberapa faktor, diantaranya; dia sangat memperhatikan


keseimbangan dirinya dari segi makanan, pakaian, dan kesenangan, minum sari
buah yang halal dan banyak makan ayam.

3. Aktifitas Imam An-Nasa’i dalam Menimba Ilmu


Pada awalnya, beliau tumbuh dan berkembang di daerah Nasa‟. Beliau
berhasil menghafal Al-Qur‟an di Madrasah yang ada di desa kelahirannya. 1 Imam
Nasa`i memulai menuntut ilmu lebih dini, karena Imam an-Nasa`i mengadakan
perjalanan ke Qutaibah bin Sa‟id pada tahun 230 H, pada saat itu Imam an-Nasa`i
berumur 15 tahun. Beliau tinggal di samping Qutaibah di negerinya Baghlan
selama setahun dua bulan, sehingga Imam an-Nasa`i dapat menimba ilmu darinya
begitu banyak dan dapat meriwayatkan hadits-haditsnya.

1 Shabri Shaleh Anwar dan Ade Jamaruddin, Takhrij Hadis (TEMBILAHAN: PT. Indragiri
Dot Com, 2018), hlm. 104.

2
Imam Nasa`i mempunyai hafalan dan kepahaman yang jarang dimiliki oleh
orang-orang pada zamannya, sebagaimana Imam an-Nasa`i memiliki kejelian dan
keteliatian yang sangat mendalam. Imam an-Nasa`i dapat meriwayatkan hadits-
hadits dari ulama-ulama besar, berjumpa dengan para imam huffazh dan yang
lainnya, sehingga Imam an-Nasa`i dapat menghafal banyak hadits,
mengumpulkannya dan menuliskannya, sampai akhirnya Imam an-Nasa`i
memperoleh derajat yang tinggi dalam disiplin ilmu ini.

Beliau telah menulis hadits-hadits dha‟if, sebagaimana Imam an-


Nasa`ipun telah menulis hadits-hadits shahih, padahal pekerjaan ini hanya di
lakukan oleh ulama pengkritik hadits, tetapi imam Nasa`i mampu untuk
melakukan pekerjaan I ni, bahkan Imam an-Nasa`i memiliki kekuatan kritik yang
detail dan akurat, sebagaimana yang digambarkan oleh al Hafizh Abu Thalib
Ahmad bin Sazhr; „ siapa yang dapat bersabar sebagaimana kesabaran An Nasa`i?
dia memiliki hadits Ibnu Lahi‟ah dengan terperinci – yaitu dari Qutaibah dari Ibnu
Lahi‟ah-, maka dia tidak meriwayatkan hadits darinya.‟ Maksudnya karena
kondisi Ibnu Lahi‟ah yang dha‟if.

Dengan ini menunjukkan, bahwa tendensi Imam an-Nasa`i bukan hanya


memperbanyak riwayat hadits semata, akan tetapi Imam an-Nasa`i berkeinginan
untuk memberikan nasehat dan menseterilkan syarea‟at (dari bid‟ah dan hal-hal
yang diada-adakan).

Imam Nasa`i selalu berhati-hati dalam mendengar hadits dan selalu selektif
dalam meriwayatkannya. Maka ketika Imam an-Nasa`i mendengar dari Al Harits
bin Miskin, dan banyak meriwayatkan darinya, akan tetapi Imam an-Nasa`i tidak
mengatakan; „telah menceritakan kepada kami,‟ atau „telah mengabarkan kepada
kami,‟ secara serampangan, akan tetapi dia selalu berkata; „dengan cara
membacakan kepadanya dan aku mendengar.‟

Para ulama menyebutkan, bahwa faktor imam Nasa`i melakukan hal


tersebut karena terdapat kerenggangan antara imam Nasa`i dengan Al Harits, dan
tidak memungkinkan baginya untuk menghadiri majlis Al Harits, kecuali Imam
an-Nasa`i mendengar dari belakang pintu atau lokasi yang memungkinkan

3
baginya untuk mendengar bacaan qari` dan Imam an-Nasa`i tidak dapat
melihatnya.
Para ulama memandang bahwa kitab hadits Imam an-Nasa`i “Sunan
anNasa`i” sebagai kitab kelima dari Kutubussittah setelah Shahih al-Bukhari,
Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud dan Jami‟ at-Tirmidzi.

4. Rihlah Imam an-Nasa’i


Imam Nasa`i mempunyai lawatan ilmiah cukup luas, Imam an-Nasa`i
berkeliling ke negeri-negeri Islam, baik di timur maupun di barat, sehingga Imam
an-Nasa`i dapat mendengar dari banyak orang yang mendengar hadits dari para
hafizh dan syaikh.

Di antara negeri yang Imam an-Nasa`i kunjungi adalah sebagai berikut;


Khurasan, Iraq; Baghdad, Kufah dan Bashrah, Al Jazirah; yaitu Haran, Maushil
dan sekitarnya, Syam, Perbatasan; yaitu perbatasan wilayah negeri islam dengan
kekuasaan Ramawi, Hijaz, Mesir.

5. Guru-Guru Imam an-Nasa’i


Kemampuan intelektual Imam Nasa‟i menjadi matang dan berisi dalam
masa lawatan ilmiahnya. Namun demikian, awal proses pembelajarannya di
daerah Nasa‟ tidak bisa dikesampingkan begitu saja, karena di daerah inilah,
Imam an-Nasa`i mengalami proses pembentukan intelektual, sementara masa
lawatan ilmiahnya dinilai sebagai proses pematangan dan perluasan pengetahuan.

Di antara guru-guru Imam an-Nasa`i, yang teradapat didalam kitab


sunannya adalah sebagai berikut;

- Qutaibah bin Sa‟id


- Ishaq bin Ibrahim
- Hisyam bin „Ammar
- Suwaid bin Nashr
- Ahmad bin „Abdah Adl Dabbi
- Abu Thahir bin as Sarh

4
- Yusuf bin „Isa Az Zuhri
- Ishaq bin Rahawaih
- Al Harits bin Miskin
- Ali bin Kasyram
- Imam Abu Dawud
- Imam Abu Isa at Tirmidzi, dan yang lainnya.

6. Murid-Murid Imam An-Nasa`i


Murid-murid yang mendengarkan majlis Imam an-Nasa`i dan pelajaran
hadits Imam an-Nasa`i adalah;

- Abu al Qasim al Thabarani


- Ahmad bin Muhammad bin Isma‟il An Nahhas an Nahwi
- Hamzah bin Muhammad Al Kinani
- Muhammad bin Ahmad bin Al Haddad asy Syafi‟i
- Al Hasan bin Rasyiq
- Muhmmad bin Abdullah bin Hayuyah An Naisaburi
- Abu Ja‟far al Thahawi
- Al Hasan bin al Khadir Al Asyuti
- Muhammad bin Muawiyah bin al Ahmar al Andalusi
- Abu Basyar ad Dulabi
- Abu Bakr Ahmad bin Muhammad as Sunni, dan yang lainnya.

7. Kesaksian Para Ulama terhadap Imam an-Nasa’i


Dari kalangan ulama seperiode Imam an-Nasa`i dan murid-muridnya
banyak yang memberikan pujian dan sanjungan kepada Imam an-Nasa`i, di antara
mereka yang memberikan pujian kepada Imam an-Nasa`i adalah;

1. Abu „Ali An Naisaburi menuturkan; „Imam an-Nasa`i adalah tergolong dari


kalangan imam kaum muslimin.‟ Sekali waktu dia menuturkan; Imam
anNasa`i adalah imam dalam bidang hadits dengan tidak ada pertentangan.‟

5
2. Abu Bakr Al Haddad Asy Syafi‟I menuturkan; „aku ridla dia sebagai hujjah
antara aku dengan Allah Ta‟ala.‟

3. Manshur bin Isma‟il dan At Thahawi menuturkan; „Imam an-Nasa`i adalah


salah seorang imam kaum muslimin.‟
4. Abu Sa‟id bin yunus menuturkan; „ Imam an-Nasa`i adalah seorang imam
dalam bidang hadits, tsiqah, tsabat dan hafizh.‟

5. Al Qasim Al Muththarriz menuturkan; „Imam an-Nasa`i adalah seorang


imam, atau berhak mendapat gelar imam.‟

6. Ad Daruquthni menuturkan; „Abu Abdirrahman lebih di dahulukan dari


semua orang yang di sebutkan dalam disiplin ilmu ini pada masanya.‟

7. Al Khalili menuturkan; „Imam an-Nasa`i adalah seorang hafizh yang kapabel,


di ridlai oleh para hafidzh, para ulama sepakat atas kekuatan hafalannya,
ketekunannya, dan perkataannya bisa dijadikan sebagai sandaran dalam
masalah jarhu wa ta‟dil.‟

8. Ibnu Nuqthah menuturkan; „Imam an-Nasa`i adalah seorang imam dalam


disiplin ilmu ini.‟

9. Al Mizzi menuturkan; „Imam an-Nasa`i adalah seorang imam yang menonjol,


dari kalangan para hafizh, dan para tokoh yang terkenal.‟

8. Hasil karya Imam an-Nasa`i


Imam Nasa`i mempunyai beberapa hasil karya, di antaranya adalah;
- As Sunan Ash Shughra
- As Sunan Al Kubra
- Al Kuna
- Khasha`isu „Ali
- „Amalu Al Yaum wa Al Lailah
- At Tafsir
- Adl Dlu‟afa wa al Matrukin
- Tasmiyatu Fuqaha`i Al Amshar

6
- Tasmiyatu man lam yarwi „anhu ghaira rajulin wahid
- Dzikru man haddatsa „anhu Ibnu Abi Arubah
- Musnad „Ali bin Abi Thalib
- Musnad Hadits Malik
- Asma`u ar ruwah wa at tamyiz bainahum
- Al Ikhwah
- Al Ighrab
- Musnad Manshur bin Zadzan
- Al Jarhu wa ta‟dil

9. Wafatnya Imam an-Nasa’i


Setahun menjelang wafatnya, Imam an-Nasa`i pindah dari Mesir ke
Damsyik. Dan tampaknya tidak ada konsensus ulama tentang tempat meninggal
Imam an-Nasa`i. Al-Daruqutni mengatakan, Imam an-Nasa`i di Makkah dan
dikebumikan di antara Shafa dan Marwah. Pendapat yang senada dikemukakan
oleh Abdullah bin Mandah dari Hamzah al-‟Uqbi al-Mishri.

Sementara ulama yang lain, seperti Imam al-Dzahabi, menolak pendapat


tersebut. Ia mengatakan, Imam al-Nasa‟i meninggal di Ramlah, suatu daerah di
Palestina. Pendapat ini didukung oleh Ibn Yunus, Abu Ja‟far al-Thahawi (murid
al-Nasa‟i) dan Abu Bakar al-Naqatah.

Menurut pandangan terakhir ini, Imam al-Nasa‟i meninggal pada tahun


303 H dan dikebumikan di Bait al-Maqdis, Palestina. Semoga jerih payahnya
dalam mengemban wasiat Rasullullah SAW guna menyebarluaskan hadis
mendapatkan balasan yang setimpal di sisi Allah. Amiiin.

makan sahur bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, kemudian kami


berdiri untuk melaksanakan shalat." Aku bertanya; "Berapa jarak antara
keduanya? Ia menjawab, "Seukuran orang membaca lima puluh ayat.".2

2 Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar, FAJAR & SYAFAK DALAM KESARJANAAN


ASTRONOMI ISLAM DAN ULAMA NUSANTARA

7
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Imam An-Nasa‟I yang memiliki nama lengkap Abu Abdirrahman Ahmad
bin Syu‟aib bin Ali bin Bahar bin Sinan bin Dinar An-Nasa‟I adalah seorang
ulama hadits terkenal. Dilahirkan di satu desa yang bernama Nasa‟I di daerah
Khurasan pada tahun 215 H. Imam An-Nasa‟I wafat pada tahun 303 H. Beliau
adalah periwayat hadits yang terkenal. Banyak hadits yang beliau tulis di bukunya
dan beliau merupakan seorang yang pengembara dalam menimba ilmu, baik
dalam negeri mapun di luar negeri.

Imam abu daud dilahirkan pada tahun 202 H di kota sajistaan, menurut
kesepakatan referensi yang memuatkan biografi beliau. Beliau merupakan salah
satu imam / ulama yang cuku terkenal yang bermazhab Hambali. Beliau di
perkirakan wafat pada 16 syawal 275 H yaitu saat berusia 73 tahun.

B. Saran
Kita sebagai manusia ciptaan Allah yang sama-sama haus akan ilmu
pengetahuan, betapa mulianya jika kita mengikuti jejak para ulama-ulama dan
imam-imam besar dalam menimba ilmu. Semoga Allah memberi hidayah untuk
kita yang enggan menuntut ilmu. Aamiin.

14
DAFTAR PUSTAKA

Juli Rakhmadi Butar-Butar, Arwin. 2018. Fajar & Syafak Dalam Kesarjanaan
Dan Ulama Nusantara. Yogyakarta: LKIS.

Shaleh Anwar, Shabri dan Ade Jamaruddin. 2018. TAKHRIJ HADIS.


TEMBILAHAN: PT. Indragiri Dot Com.

15

Anda mungkin juga menyukai