Anda di halaman 1dari 3

Metode Penelitian Trisa Aprillia Hapsari ____________________________________________________________________________________

ANALISIS HUKUM TERHADAP KEJAHATAN PEMERKOSAAN JENAZAH: KAJIAN PIDANA KEKERASAN SEKSUAL DAN
IMPLIKASINYA PADA UU-TPKS

Trisa Aprillia Hapsari,Universitas Pasundan, trisaah@gmail.com

ABSTRACT: All articles should be accompanied by an abstract between 250-300 words in 11 pt, single space. The abstract should be clear, concise,
and descriptive. This abstract should provide a brief introduction to the problem, objective of the paper, followed by a statement regarding the
methodology and a brief summary of results.

KEYWORDS: please mention at least three keywords that describe the manuscript.

ABSTRAK: Seluruh artikel harus memiliki abstrak dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris yang terdiri dari 250 – 300 kata dengan format ukuran
font 11 dan spasi single. Abstrak harus jelas, padat dan deskriptif. Abstrak harus memberikan pengantar kepada masalah, tujuan penelitian, dan diikuti
oleh penjelasan terkait metodologi serta hasil penelitian.

KATA KUNCI: harap memberikan minimal 3 kata kunci yang terasosiasi dengan naskah.
2

I. PENDAHULUAN

Dalam era modern ini, kita sering menyaksikan banyak peristiwa yang tak terduga terjadi di tengah masyarakat. Fenomena-fenomena tersebut kadang-

kadang tidak banyak diketahui orang. Masyarakat yang semakin individualistik dan perubahan kebudayaan lokal yang terabaikan menjadi faktor utama

dalam meningkatnya peristiwa-peristiwa yang di luar nalar manusia. Seiring dengan perkembangan zaman, manusia kini terlibat dalam berbagai jenis

hubungan yang tidak sesuai dengan kodratnya, seperti hubungan sesama jenis (homoseksualitas), hubungan dengan hewan (zoofilia), dan bahkan

hubungan dengan mayat (nekrofilia). Nekrofilia, juga dikenal sebagai thanatophilia atau necrolagnia, adalah gangguan psikologis yang menyebabkan

seseorang merasa tertarik secara seksual terhadap mayat. Istilah ini pertama kali muncul sekitar tahun 1850 dalam literatur ilmiah oleh Joseph Guislain,

seorang ahli kejiwaan asal Belgia. Penyebabnya bervariasi, tetapi kebanyakan dialami oleh individu yang mengalami trauma tertentu, seperti takut
(Abdullah, 2022)
ditolak oleh pasangan atau memiliki kekhawatiran akan kematian .

Di Indonesia, salah satu bentuk perilaku yang melanggar hukum adalah nekrofilia, suatu bentuk penyimpangan seksual di mana seseorang merasa
(Kowland Hawary, n.d.)
tertarik secara seksual terhadap mayat dan mungkin melakukan hubungan seksual dengan mereka .

Meskipun tidak diatur secara jelas dalam hukum pidana di Indonesia hanya mengatur tindakan pemerkosaan terhadap perempuan yang dilakukan oleh

pelaku laki-laki, sesuai dengan Pasal 285 KUHP. Namun, hukum pidana belum mengatur secara khusus tentang pemerkosaan yang melibatkan mayat

perempuan. Hal ini menunjukkan adanya kekosongan hukum yang perlu diatasi dalam sistem hukum Indonesia.

Tindakan pemerkosaan terhadap mayat saat ini tidak dikenai pidana karena belum diatur dalam hukum. Prinsip legalitas hukum pidana menyatakan

bahwa tidak ada tindak pidana tanpa aturan hukum yang mengatur terlebih dahulu. Oleh karena itu, masalah ini menimbulkan tantangan baru bagi

sistem hukum dan masyarakat Indonesia.

Pemerkosaan sendiri berasal dari kata Latin "rapere" yang berarti mencuri, memaksa, merampas, atau membawa pergi. Tindakan pemerkosaan ditandai

dengan penetrasi vagina dengan penis secara paksa atau melalui kekerasan. Dalam bahasa Indonesia, pemerkosaan diartikan sebagai tindakan

menggagahi atau melanggar dengan kekerasan.

(Abdullah, 2022)Menyatakan bahwa dulu, pandangan mengenai pemerkosaan hanya terbatas pada tindakan yang dilakukan oleh manusia hidup. Namun,

dengan perkembangan zaman, pemerkosaan dapat terjadi terhadap mayat. Namun demikian, hukum pidana di Indonesia belum mengatur hal tersebut,

sehingga menjadi isu yang perlu diperhatikan lebih lanjut mengingat pelanggaran terhadap norma dan nilai-nilai agama yang berlaku di masyarakat

Indonesia. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut mengenai masalah ini menjadi penting.

II. METODE

Metode penelitian yang diterapkan dalam studi ini adalah pendekatan yuridis normatif atau penelitian hukum normatif. Pendekatan ini melibatkan

analisis peraturan perundang-undangan, konsep-konseptual, serta perbandingan, termasuk pembandingan dengan hukum di Inggris terkait Sexual

Penetration of a Corpse sebagaimana diatur dalam Section 70 of Sexual Offences Act 2003.

Sumber bahan hukum terbagi menjadi tiga kategori, yakni primer, sekunder, dan non-hukum. Bahan hukum primer meliputi Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia tahun 1945, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, UU Nomor 1 Tahun 2023 tentang Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana, PP No. 9 Tahun 1987 tentang Penyediaan Penggunaan Tanah untuk Keperluan Tempat Pemakaman, dan Perda DKI Jakarta No. 3 Tahun 2007

tentang Pemakaman. Sedangkan, bahan hukum sekunder mencakup literatur seperti buku, teks, kamus hukum, skripsi, tesis, disertasi, dan putusan

hakim yang relevan dengan isu hukum yang dibahas.


3

Pengumpulan materi hukum dilakukan melalui metode studi kepustakaan, yang melibatkan pencarian peraturan perundang-undangan serta penelusuran

literatur seperti buku, skripsi, tesis, berita, jurnal, artikel, dan makalah. Penulis juga melakukan penelusuran berita melalui situs web resmi pemerintah

dan media online.

Teknik analisis bahan hukum dilakukan dengan pendekatan deskriptif kualitatif, dengan tujuan memberikan solusi terhadap isu yang sedang diselidiki.

Fokus analisis hukum dalam studi ini adalah ketidakjelasan dalam perumusan Pasal 271 KUHP Baru. Oleh karena itu, analisis bahan hukum dalam

penelitian ini menggunakan metode interpretasi, termasuk interpretasi gramatikal untuk memahami makna tindak pidana memperlakukan jenazah secara

tidak beradab. Selain itu, digunakan pula interpretasi sistematis dengan merujuk pada PP No. 9 Tahun 1987 dan Perda DKI Jakarta No. 3 Tahun 2007,
(Deswira Pratiwi & Ahmad, 2024)
serta interpretasi komparatif dengan merujuk pada Sexual Offences Act 2003 .

III. HASIL

IV. PEMBAHASAN

VI. CONCLUSION

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan Terimakasih terhadap semua yang telah berpartisipasi membantu dalam menyusun Artikel ini, oleh karena itu saya selaku penulis mengucapkan

Terimakasih Dosen Pembimbing saya yaitu Bapak Maman Abdurahman,S.H.,M.H. dan Bapak Deden Fauzi Firman,S.H.,M.H lalu tidak lupa saya

ucapkan terimakasih terhadap Dosen pengampu Metode Penelitian dan Teknik Penulisan Hukum yaitu Bapak Alvi Pratama S.Fil., M.phil.yang telah

mengajarkan kepada kami arti dari sebuah ketelitian dan manajemen waktu agar senantiasa selalu berada pada koridor dijalan yang benar dalam

menyelesaikan kuliah sampai akhir.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, F. M. (2022). Aspek Hukum Pidana Terhadap Pelaku Persetubuhan Terhadap Mayat di Indonesia. Jurist-Diction, 5(3), 847–864.

https://doi.org/10.20473/jd.v5i3.35244

Deswira Pratiwi, E., & Ahmad, G. A. (2024). ANALISIS YURIDIS TINDAKAN PERKOSAAN TERHADAP JENAZAH DI INDONESIA.
Kowland Hawary, D. A. M. (n.d.). GAGASAN PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU KEJAHATAN PEMERKOSAAN MAYAT (NEKROFILIA)
DALAM HUKUM POSITIF INDONESIA. http://1.next.westlaw.com/Document/,

Anda mungkin juga menyukai