Anda di halaman 1dari 10

RMK AKUNTANSI BISNIS

“Kasus Break Even Point (BEP), Biaya Relevan, dan Biaya Differensial”

KELOMPOK 6
DISUSUN OLEH:

1. I Gede Pande Bagus Saputra (09)


2. I Gusti Ayu Komang Trihita Purnamasari (14)
3. Putu Dila Regina Putri (18)
4. A.A Ngurah Made Hendra Jaya Kusuma (19)
5. Ni Putu Seftiana Dewi (24)
6. Ni Putu Emawati (25)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
DENPASAR
2024
PEMBAHASAN MATERI
A. Kasus Break Even Point (BEP)

PT. Istana Jaya saat menjual 600 DVD per bulan (penjualan bulanan
Rp.300.000.000). Manajer penjualan merasa bahwa peningkatan anggaran
iklan per bulan sebesar Rp. 10.000.000 akan meningkatkan penjualan
bulanan sebesar Rp. 50.000.000 menjadi total 700 unit.Tabel berikut
menunjukkan pengaruh peningkatan yang disarankan dalam anggaran iklan
per bulan:

*Rp 60.000.000 ditambah peningkatan anggaran iklan sebesar Rp


10.000.000 menjadiRp 70.000.000.
1. Perhitungan Titik Impas Metode Persamaan
Untuk PT. Istana Jaya, titik impasnya dihitung sebagai berikut:
Penjualan = Biaya Variabel + Biaya Tetap + Laba
500.000 R = 300.000 R + 60.000.000 + 0
200.000 R = 60.000.000
R = 300 unit DVD Player
Dimana:
R = Jumlah DVD yang terjual/titik impas
Rp. 500.000 = Harga jual per unit
Rp. 300.000 = Biaya Variabel per unit
Rp. 60.000.000 = Biaya tetap
Setelah titik impas dalam unit penjualan diketahui, titik impas
penjualan dalam rupiah bisa dicari dengan mengalikan tingkat unit
penjualan impas dengan harga jual per unit. 300 unit DVD player x Rp.
500.000 = Rp. 150.000.000
2. Perhitungan Titik Impas Metode Kontribusi Unit
Untuk PT. Istana Jaya, margin kontribusi per unitnya adalah Rp. 200.000
(Rp. 500.000 harga jual dikurangi Rp. 300.000 biaya variabel), dengan
biaya tetap adalah Rp.60.000.000, titik impas dapat dihitung sebagai
berikut:
Titik Impas dalam Unit = Beban Tetap
Margin Kontribusi Per Unit
= 60.000.000 = 300 unit
200.000
Variasi dari metode ini mnggunakan rasio CM bukan margin kontribusi
per unit. Hasilnya adalah titik impas dalam Rupiah penjualan bukan unit
yang terjual.
Titik Impas dalam Rupiah = Biaya Tetap
Rasio CM
Dalam contoh PT. Istana Jaya, perhitungannya adalah sebagi berikut:Titik
Impas dalam Rupiah = Biaya Tetap
Rasio CM
= 60.000.000 = 150.000.000
0.4
3. Perhitungan Titik Impas Pendekatan Grafik
Tahap-tahap pembuatan grafik titik impas adalah sebagai berikut:
a. Membuat sumbu vertikal untuk jumlah rupiah penjualan dan biaya
dari PT. Istana Jaya, Sedangkan sumbu horizontal menunjukkan
volume penjualan yang dilakukan oleh perusahaan.
b. Pililah volume penjualan tertentu di atas nol dan berilah titik yang
menunjukkan penjualan dalam rupiah misal pada volume
penjualan 700 unit, maka jumlah penjualan akan sebesar Rp.
350.000.000 (700unit x Rp 500.000) Buatlah garis lurus melalui
titik ini sampai titik nol, garis yang kita buat adalah garis
penjualan total.
c. Menarik garis biaya tetap secara horizontal mulai dari sumbu
vertikal Rp.60.000.000 karena komponen biaya tetapnya Rp.
60.000.000.
d. Garis biaya ditarik mulai dari titik biaya tetap tadi (yaitu Rp.
60.000.000) pada sumbu vertical. Titik kedua ditentukan dengan
mengalikan setiap unit dengan biaya variabel dan lalu
ditambahkan dengan biaya tetap. Sebagai contoh, untuk volume
penjualan sebanyak 700 unit, maka besarnya jumlah biaya
adalah Rp 270.000.000 (yaitu, Rp. 300.000 x 700 unit + Rp
60.000.000). Garis biaya lalu ditarik mulai dari titik pertama
sampai ke titik kedua.
e. Interseksi (perpotomgam antara garis pendapatan dan garis biaya
itulah yang merupakan titik impas. Dalam ilustrasi PT. Istana Jaya,
titik perpotongan kedua garis itu berada pada titik penjualan 300
dengan angka penjualan Rp.150.000.000.
Pada tampilan 7-1 tampak bahwa biaya tetap Rp 60.000.000 dan
biaya variabel Rp.300.000 per unit DVD player. Titik impasnya
pada penjualan 300 unit DVD player, yang nilai penjualan Rp.
150.000.000
B. Kasus Biaya Relevan

Pada saat akan melakukan penggantian (trade off ) mesin, diketahui data
sebagai berikut :
Peralatan Peralatan
Harga Perolehan Lama Baru

200.000.000 165.000.000
Umur Ekonomis 8 3
Umur Saat Ini 5 0
Sisa Umur Ekonomis 3 3
Akumulasi Penyusutan 125.000.000 0
Nilai Buku 75.000.000 -
Harga Jual Saat Ini 40.000.000 -
Biaya O perasional S etahun 70.000.000 30.000.000

Setelah dilakukan proses eliminasi, maka yang tersisa adalah sebagai


berikut :

Biaya Penyusutan
Biaya Peralatan Lama Biaya Peralatan Baru
Mesin Baru

- 165.000.000
Biaya Operasional
3 Tahun
210.000.000 90.000.000
Hasil Penjualan
Mesin Lama
- (40.000.000)
Total Biaya
Selama 3 Tahun
210.000.000 215.000.0000
C. Kasus Biaya Differensial
1. Perhitungan Analisis Differensial
PT. HALU akan membuat keputusan apakah mereka perlu membeli mesin
baru atau tetap mempertahankan mesin lama yang telah digunakan selama
14 tahun, maka diperlukan Teknik analisis ekonomi yang sangat hati-hati
agar dapat diperoleh informasi yang dibutuhkan untuk membuat
keputusan logis, yang selanjutnya dapat memperbaiki efisiensi operasi.
Tabel 1
Mesin Lama (Rp) Mesin Baru (Rp)
Harga Perolehan 46.000.000.000 Harga Perolehan 6.650.000.000
Umur Ekonomis 26 Tahun (Sisa) Umur Ekonomis 40 Tahun
Penjualan Tahunan 17.280.000.000 Penjualan Tahunan 17.280.000.000
Biaya Variabel 1.105.949.612 Biaya Variabel 1.065.600.000
Biaya Pemeliharaan 330.000.000 Biaya Pemeliharaan 274.000.000
Nilai Jual Sesudah 26 Th - Nilai Jual Sesudah 40 Th -
Nilai Jual Saat Ini 2.450.000.000 Nilai Jual Saat Ini -
Nilai Buku 2.990.000.000 Nilai Buku -

Tabel 1 menjelaskan bahwa bahwa perusahaan perlu mengeluarkan biaya


untuk membeli mesin baru sebesar Rp.6.650.000.000, dengan umur
ekonomis yang direncanakan untuk 40 tahun masa manfaat setelah tahun
pembelian. Dengan rata-rata kapasitas produksi setiap bulan yang tetap sama
banyaknya dengan mesin lama yaitu kilogram tepung kelapa dan mampu
mengahasilkan pendapatan Rp.1.440.000.000 per bulannya. Itu berarti
setiap tahunnya mesin ini dapat menghasilkan pendapatan dari penjualan
sebesar Rp.17.280.000.000, baik mesin lama maupun mesin baru. Kemudian
dari data mesin baru berupa harga beli, umur ekonomis dan nilai residu
yang diketahui adalah 0, maka dapat dihitung berapa penyusutan per tahunnya
untuk mesin baru, dengan perhitungan sebagai berikut :
Penyusutan = Harga Perolehan – Nilai Residu
Umur Ekonomis
= Rp. 6.650.000 – 0

40
= Rp. 166.250.000
Tabel 2
Total Biaya dan Pendapatan (Rp)

Keterangan Mempertahankan Mengganti Biaya


Mesin Lama Mesin Baru Differensial

Penjualan 17.280.000.000 17.280.000.000


Biaya Variabel (1.105.949.612) (1.065.600.000) 40.329.621
Penyusutan Mesin Baru - (166.250.000) (166.250.000)
Nilai Buku (2.990.000.000) (2.990.250.000) -
Penjualan Mesin Lama - - -
Laba Bersih Setiap
Tahun 14.564.050.388 16.888.400.000 2.324.099.621

Berdasarkan Tabel 2 analisis biaya differential terhadap total pendapatan


dan biaya setiap tahun, terdapat selisih nilai tunai bersih berupa
differential cost antara mempertahankan mesin lama dengan mengganti
mesin baru sebesar Rp. 2.324.099.621.
2. Analisis Keputusan Menyewakan atau Menjual
PT. KITA mempunyai sebuah mesin giling dengan harga:
Pembelian Rp10.000.000,-
Akumulasi Penyusutan Rp 8.000.000,-
Nilai Residu Rp 2.000.000,-
Mesin giling ini apabila dijual akan laku Rp2.500.000,- dengan
mengeluarkan biaya komisi perantara sebesar Rp100.000,-. Bila
disewakan akan mendapatkan pendapatan sewa Rp3.000.000,-, namun
harus diperbaiki dulu dengan mengeluarkan dana Rp800.000,-. Berikan
pertimbangan kepada pihak manejemen PT. KITA alternatif mana yang
sebaiknya diambil.
3. Analisis Keputusan Menjual atau Memproses Lebih Lanjut
PT. KIYUK memproduksi tempe, untuk memperluas pasar perusahaan
tersebut mengolah lebih lanjut tempenya menjadi kripik tempe dengan
aneka rasa dan kemasan yang menarik. Data-data yang berkaitan dengan
produk tersebut adalah:
Harga Jual Tempe Rp. 2.000/Unit
Harga Jual Kripik Tempe Rp. 6.000/Unit
Biaya Produksi Tempe Rp. 1.500/Unit
Produksi Tempe Rp.10.000/Unit
Perbandingan unit tempe yang diproses dengan hasilnya berupa kripik
tempe adalah 50%
Biaya proses lebih lanjut Rp. 2.000/unit
Berikan penjelasan alternatif mana yang sebaiknya diambil apakah
diproduksi dalam bentuk tempe ataukah diolah lebih lanjut menjadi kripik
tempe? Informasi akuntansi untuk pengambilan keputusan:

4. Analisis Keputusan Meneriman atau Menolak Pesanan Khusus


PT. YUKI mempunyai perhitungan laba/rugi bulan Desember tahun
2021 dengan memproduksi boneka sebanyak 5.000 unit adalah sebagai
berikut:
Hasil Penjualan 5000 unit @ Rp. 10.000 = Rp.50.000.000
Biaya Produksi:
Biaya Variabel 5.000 unit x Rp. 4.000 = Rp. 20.000.000
Biaya Tetap = Rp. 15.000.000
Rp. 35.000.000
Laba Kotor Rp. 15 .000.000
Biaya U saha Rp. 5 .000.000
Laba Bersih Rp. 10.000.000
Data lain: Kemampuan produksi mesin adalah 15.000 unit/hari.
PT. FERYSA mendapat pesanan khusus 5.000 unit produk dengan
harga penawaran @Rp.5.000,-. Apakah pesanan boneka oleh PT.
FERYSA akan ditolak atau diterima?
Penyelesaian:
Untuk pengambilan keputusan tersebut diperlukan analisis dengan
perhitungan sebagai berikut:

Kesimpulan:
Pesanan khusus diatas sebaiknya diterima karena jumlah margin
kontribusinya positif dari Rp.30.000.000,- menjadi Rp.35.000.000,-
terdapat jumlah peningkatan laba jika pesanan tersebut diterima yaitu
sebesar Rp.5.000.000,- dan PT YUKI tidak perlu mengeluarkan biaya
tetap lagi jika mendapat pesanan dengan harga khusus.
Daftar Pustaka
Ayu Cita., Sandrya, Dewi., Dewi, Kusuma. 2021. Akuntansi Manajemen. Bali : UD
Surya Grafika.

Bustami dan Nurlela. 2006. Akuntansi Biaya. Yogyakarta : Graha Ilmu. Garrison.
2006. Akuntansi Manajerial. Jakarta : Salemba Empat.

Horngren dkk. 2008. Akuntansi Biaya. Jakarta : INDEKS.

Mowen, M.M., Hansen, D. R., Heitger, D. L. 2019. Dasar-Dasar Akuntansi


Manajerial. Edisi 5 - Cetakan Kedua. Jakarta : Salemba Empat.

Mulyadi. 2000. Akuntansi Biaya. Yogyakarta : Aditya Media.

Prawironegoro, Darsono dan Ari Purwanti. 2009. Akuntansi Manajemen (Edisi


Ketiga). Jakarta : Mitra Wacana Media.

Simamora, Hendry. 2012. Akuntansi Manajemen (Edisi Ketiga). Riau : Star


GatePublisher.

Anda mungkin juga menyukai