2 - Pertemuan Ke-2 - Azas Dan Tujuan Hukum Perlindungan Konsumen
2 - Pertemuan Ke-2 - Azas Dan Tujuan Hukum Perlindungan Konsumen
PERTEMUAN 2
ASAS DAN TUJUAN HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti perkuliahan ini diharapkan mahasiswa mampu :
B. URAIAN MATERI
1. Azas Perlindungan Konsumen
Pasal 2
“Perlindungan konsumen berasaskan manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan, dan
keselamatan konsumen, serta kepastian hukum.”
Penjelasan
“Perlindungan konsumen diselenggarakan sebagai usaha bersama berdasarkan 5 (lima)
asas yang relevan dalam pembangunan nasional, yaitu:
1. Asas manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam
menyelenggarakan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar-besarnya
bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan.
2. Asas keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara
maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk
memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil.
3. Asas keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara kepentingan
konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti materiil dan spiritual.
4. Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan untuk memberikan jaminan
atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan
pemanfaatan barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan.
5. Asas kepastian hukum dimaksudkan agar pelaku usaha maupun konsumen menaati
hukum dan memperoleh keadilan dalam menyelenggarakan perlindungan konsumen,
serta negara menjamin kepastian hukum.”
hak-haknya. Dalam hal ini hukum memberikan perlakuan yang sama terhadap individu.
Sedangkan prinsip atau asas solidaritas sebenarnya merupakan sisi balik dari asas
kebebasan. Apabila dalam prinsip atau asas kebebasan yang menonjol adalah hak, maka di
dalam prinsip atau asas solidaritas yang menonjol adalah kewajiban, dan seakan-akan
setiap individu sepakat untuk tetap mempertahankan kehidupan bermasyarakat yang
merupakan modus survival bagi manusia. Melalui prinsip atau asas solidaritas
dikembangkan kemungkinan negara mencampuri urusan yang sebenarnya bersifat privat
dengan alasan tetap terpeliharanya kehidupan bersama.’” Dalam hubungan inilah
kepentingan pemerintah sebagaimana dimaksudkan dalam asas keseimbangan di atas, yang
sekaligus sebagai karakteristik dari apa yang dikenal dalam kajian hukum ekonomi.
Sejak masuknya paham welfare state, negara telah ikut campur dalam
perekonomian rakyatnya melalui berbagai kebijakan yang terwujud dalam bentuk
peraturan perundangundangan, termasuk dalam hubungan kontraktual antara pelaku usaha
dan konsumen. Pengaturan hal-hal tertentu yang berkaitan dengan masuknya paham negara
modern melalui welfare state, kita tidak menemukan lagi pengurusan kepentingan ekonomi
oleh rakyat tanpa melibatkan
pemerintah sebagai lembaga eksekutif di dalam suaty negara. Sesuai fungsi kehadiran
negara, maka pemerintah sebagai lembaga eksekutif bertanggung jawab memajukan
kesejahteraan rakyatnya yang diwujudkan dalam suaty pembangunan nasional. Campur
tangan Pemerintah dj Indonesia sendiri dapat diketahui dari isi Pembukaan dan Pasal 33
Undang-Undang Dasar 1945, serta dalam GBHN dan dalam berbagai peraturan perundang-
undangan yang menjadi aturan pelaksanaannya, termasuk Undang-Undang Perlindungan
Konsumen. Dalam Pasal 2 Undang-Undang Perlindungan Konsumen secara jelas dapat
diketahui bahwa perlindungan konsumen diselenggarakan dalam rangka pembangunan
nasional, yang menjadi tanggung jawab pemerintah.
Menyangkut asas keamanan dan keselamatan konsumen yang dikelompokkan ke
dalam asas manfaat oleh karena keamanan dan keselamatan konsumen itu sendiri
merupakan bagian dari manfaat penyelenggaraan perlindungan yang diberikan kepada
konsumen di samping kepentingan pelaku usaha secara keseluruhan.
Memerhatikan uraian tentang asas-asas Hukum Perlindungan Konsumen tersebut,
demikian pula hubungannya dengan komentar kami tentang substansi Pasal 1 angka 1
dalam bab sebelumnya, maka tidak dapat diragukan bidang hukum ini berada dalam
lingkup kajian hukum ekonomi.
Hukum ekonomi yang dimaksud, mengakomodasi dua aspek hukum sekaligus yaitu
aspek hukum publik dan aspek hukum privat (perdata), dalam hubungan ini, maka hukum
ekonomi mengandung berbagai asas hukum yang bersumber dari kedua aspek hukum
dimaksud. Di dalamnya mengandung nilai-nilai untuk melindungi berbagai aspek
kehidupan kemanusiaan di dalam kegiatan ekonomi. Asasasas utama dari hukum ekonomi
yang bersumber dari asas-asas hukum publik antara lain; asas keseimbangan kepentingan,
asas pengawasan publik, dan asas campur fangan negara terhadap kegiatan ekonomi.
Sedangkan asasasas hukum yang bersumber dari hukum perdata dan/atau pukum dagang
yaitu khusus mengenai hubungan hukum para pihak di dalam suatu kegiatan atau
perjanjian tertentu atau perbuatan hukum tertentu di mana harus menghormati “hak dan
kepentingan pihak lain”
Oleh karena hukum ekonomi mempersoalkan hubungan antara hukum dan
kegiatan-kegiatan ekonomi, maka asas Jain yang juga patut mendapat perhatian adalah
asas-asas yang berlaku dalam aspek kegiatan ekonomi tersebut. Dalam kegiatan ekonomi
yang sangat terkenal yaitu upaya mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dengan
biaya yang sekecil-kecilnya. Berangkat dari hal ini, maka dalam hukum ekonomi juga
berlaku asas “maksimalisasi” dan asas “efisiensi”. Melalui asas ini suatu aturan yang
hendak diambil/diterapkan harus mempertimbangkan sesuatu yang lebih menguntungkan
secara maksimal bagi semua pihak, demikian pula harus menghindari suatu prosedur yang
panjang dalam rangka efisiensi waktu, biaya, dan tenaga.
Himawan mengatakan, dua konsep ekonomi yang menjadi dasar yaitu; konsep
maximization (maksimalisasi) dan konsep equilibrium (keseimbangan). Disamping kedua
konsep ini, konsep efisiensi juga merupakan dasar pemikiran.? Sebagai contoh, dampak
negatif tidak digunakannya konsep maksimalisasi tampak pada dampak
tindakan moneter pemerintah Indonesia pada bulan Pebruarj 1991 yang telah meningkatkan
bunga kredit sekitar 30% pada taraf permulaan, hingga menyukarkan dilakukannya
investasi. Alternatif lain, mencari dana dari luar negerj dengan suku bunga yang relatif
rendah yang banyak beredar di pasar dunia, tetapi Indonesia gagal memanfaatkannya
karena pranata hukum tentang pinjam meminjam tidak dimanfaatkan semaksimal mungkin
oleh badan peradilan Indonesia. Sebaliknya, apabila konsep maksimalisasi tidak
dikendalikan dengan baik, maka akan membawa ekses-ekses yang membahayakan tatanan
kehidupan manusia. Oleh karena itu, konsep maksimalisasi yang dibutuhkan agar pranata
dikemukakan oleh Achmad Ali bahwa kesadaran hukum, ketaatan hukum, dan efektivitas
perundang-undangan adalah tiga unsur yang saling berhubungan.’°
D. DAFTAR PUSTAKA
Masjchun Sofwan. Sri Soedewi. tanpa tahun. Hukum Perikatan. Yogyakarta: Badan
Penerbit Gadjah Mada.
Miru, Ahmadi. 2000. “Prinsip-prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen di Indonesia”.
Disertasi. Surabaya: Program Pascasarjana Universitas Airlangga.
Nasution, Az. 1988. “Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Dalam Kontrak Pembelian
Rumah Murah“. Makalah. Disampaikan dalam Seminar Sehari tentang Pertanggungan
Jawab Produk dan Kontrak Bangunan. Jakarta.
Nieuwenhuis. 1985. Pokok-pokok Hukum Perikatan. Terjemahan Djasadin Saragih.
Surabaya: Universitas Airlangga.
Nurmadjito. 2000. “Kesiapan Perangkat Peraturan Perundang-undangan tentang
Perlindungan Konsumen di Indonesia“, dalam Husni Syawali dan Neni Sri Imaniyati.
Penyunting. Hukum Perlindungan Konsumen. Bandung: Mandar Maju.
Toar, Agnes M. 1989. “Tanggung Jawab Produk dan Sejarah Perkembangannya di
Beberapa Negara”. Makalah. Ujung Pandang: Dewan Kerja Sama Ilmu Hukum
Belanda dengan Indonesia—Proyek Hukum Perdata.
Universitas Indonesia dan Departemen Perdagangan. 1992. Rancangan Akademik Undang-
Undang tentang Perlindungan Konsumen. Jakarta.
Widjaja, Gunawan dan Ahmad Yani. 2000. Hukum tentang Perlindungan Konsumen.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Yayasan Lembaga Konsumen. 1981. Perlindungan Konsumen Indonesia. Suatu
Sumbangan Pemikiran tentang Rancangan Undang-Undang Perlindungan Konsumen.
Jakarta: Yayasan Lembaga Konsumen.
Yodo, Sutarman. 2001. “Eksistensi Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen di
Dalam Pengaturan Undang-Undang Perlindungan Konsumen“, Makalah Program
Pascasarjana Universitas Hasanuddin. Makassar: November 2001.