Anda di halaman 1dari 10

Modul Hukum Perlindungan Konsumen Program Studi Hukum

PERTEMUAN 2
ASAS DAN TUJUAN HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti perkuliahan ini diharapkan mahasiswa mampu :

1. Menjelaskan Azas dan Tujuan Hukum Perlindungan Konsumen


2. Menjelaskan Tujuan Hukum Perlindungan Konsumen

B. URAIAN MATERI
1. Azas Perlindungan Konsumen
Pasal 2
“Perlindungan konsumen berasaskan manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan, dan
keselamatan konsumen, serta kepastian hukum.”
Penjelasan
“Perlindungan konsumen diselenggarakan sebagai usaha bersama berdasarkan 5 (lima)
asas yang relevan dalam pembangunan nasional, yaitu:
1. Asas manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam
menyelenggarakan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar-besarnya
bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan.
2. Asas keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara
maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk
memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil.
3. Asas keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara kepentingan
konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti materiil dan spiritual.
4. Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan untuk memberikan jaminan
atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan
pemanfaatan barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan.
5. Asas kepastian hukum dimaksudkan agar pelaku usaha maupun konsumen menaati
hukum dan memperoleh keadilan dalam menyelenggarakan perlindungan konsumen,
serta negara menjamin kepastian hukum.”

S1 Hukum Universitas Pamulang 17


Modul Hukum Perlindungan Konsumen Program Studi Hukum

Memerhatikan substansi Pasal 2 Undang-Undang Perlindungan Konsumen


demikian pula penjelasannya, tampak bahwa perumusannya mengacu pada filosofi
pembangunan nasional yaitu pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang
berlandaskan pada falsafah negara Republik Indonesia.
Kelima asas yang disebutkan dalam pasal tersebut, bila diperhatikan
substansinya, dapat dibagi menjadi 3 (tiga) asas yaitu:
1. asas kemanfaatan yang di dalamnya meliputi asas keamanan dan keselamatan
konsumen,
2. asas keadilan yang di dalamnya meliputi asas keseimbangan, dan
3. asas kepastian hukum.
Radbruch menyebut keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum sebagai “tiga
ide dasar hukum” atau “tiga nilai dasar hukum”,’ yang berarti dapat dipersamakan dengan
asas hukum. Di antara ketiga asas tersebut yang sering menjadi sorotan utama adalah
masalah keadilan, di mana Friedman menyebutkan bahwa: “In terms of law, justice will be
judged as how law treats people and how it distributes its benefits and cost,” dan dalam
hubungan ini Friedman juga menyatakan bahwa “every function of law, general or specific,
is allocative”.
Sebagai asas hukum, dengan sendirinya menempatkan asas ini yang menjadi
rujukan pertama baik dalam pengaturan perundang-undangan maupun dalam berbagai
aktivitas yang berhubungan dengan gerakan perlindungan konsumen oleh semua pihak
yang terlibat di dalamnya.
Keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum juga oleh banyak jurist menyebut
sebagai tujuan hukum. Persoalannya, sebagai tujuan hukum, baik Radbruch maupun
Achmad Ali menyatakan adanya kesulitan dalam mewujudkan secara bersamaan. Achmad
Ali mengatakan, kalau dikatakan tujuan hukum sekaligus mewujudkan keadilan,
kemanfaatan, dan kepastian hukum, apakah hal itu tidak menimbulkan masalah? Dalam
kenyataan sering antara tujuan yang satu dan lainnya terjadi benturan. Dicontohkannya,
dalam kasus hukum tertentu bila hakim menginginkan putusannya “adil” menurut
persepsinya, maka akibatnya sering merugikan kemanfaatan bagi masyarakat luas,
demikian pula sebaliknya.? Dalam hubungan ini, Radbruch mengajarkan:*
“bahwa kita harus menggunakan asas prioritas di mana prioritas pertama selalu
jatuh pada keadilan, baru kemanfaatan, dan terakhir kepastian hukum.”

S1 Hukum Universitas Pamulang 18


Modul Hukum Perlindungan Konsumen Program Studi Hukum

Achmad Ali tidak dapat menyetujui sepenuhnya pendapat Radbruch tersebut,


sebagaimana dikatakannya:
“Penulis sendiri sependapat untuk menganut asas Pprioritas, tetapi tidak dengan
telah menetapkan urutan prioritas seperti apa yang diajarkan Radbruch, yakni
berturut-turut keadilan dulu baru kemanfaatan barulah terakhir kepastian hukum.
Penulis sendiri menganggap hal yang lebih realistis jika kita menganut asas
prioritas yang kasuistis. Yang penulis maksudkan, ketiga tujuan hukum kita
diprioritaskan sesuai kasus yang kita hadapi, sehingga pada kasus A mungkin
prioritasnya pada kemanfaatan, Sedang untuk kasus B prioritasnya pada kepastian
hukum.”
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa melalui asas Prioritas yang kasuistis,
tujuan hukum untuk mencapai keadilan, kemanfaatan, atau kepastian hukum semuanya
tergantung dari kondisi yang ada atau dihadapi di dalam Setiap kasus.
Asas keseimbangan yang dikelompokkan ke dalam asas keadilan, mengingat hakikat
keseimbangan yang dimaksud adalah juga keadilan bagi kepentingan masing-masing
pihak, yaitu konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah. Kepentingan pemerintah dalam
hubungan ini tidak dapat dilihat dalam hubungan transaksi dagang secara langsung
menyertai pelaku usaha dan konsumen. Kepentingan pemerintah dalam rangka mewakili
kepentingan publik yang kehadirannya tidak secara langsung di antara para pihak tetapi
melalui berbagai pembatasan dalam bentuk kebijakan yang dituangkan dalam berbagai
peraturan perundang-undangan.
Keseimbangan perlindungan antara pelaku usaha dan konsumen menampakkan
fungsi hukum yang menurut Rescoe Pound sebagai sarana pengendalian hidup
bermasyarakat dengan menyeimbangkan kepentingan-kepentingan yang ada dalam
masyarakat atau dengan kata lain sebagai sarana kontrol sosial.
Keseimbangan perlindungan hukum terhadap pelaku usaha dan konsumen tidak
terlepas dari adanya pengaturan tentang hubungan-hubungan hukum yang terjadi antara
para pihak. Menurut Bellefroid, secara umum hubungan-hubungan hukum baik yang
bersifat publik maupun privat dilandaskan pada prinsip-prinsip atau asas kebebasan,
persamaan dan solidaritas. Dengan prinsip atau asas kebebasan, subyek hukum bebas
melakukan apa yang diinginkannya dengan dibatasi oleh keinginan orang lain dan
memelihara akan ketertiban sosial. Dengan prinsip atau asas kesamaan, setiap individu
mempunyai kedudukan yang sama di dalam hukum untuk melaksanakan dan meneguhkan

S1 Hukum Universitas Pamulang 19


Modul Hukum Perlindungan Konsumen Program Studi Hukum

hak-haknya. Dalam hal ini hukum memberikan perlakuan yang sama terhadap individu.
Sedangkan prinsip atau asas solidaritas sebenarnya merupakan sisi balik dari asas
kebebasan. Apabila dalam prinsip atau asas kebebasan yang menonjol adalah hak, maka di
dalam prinsip atau asas solidaritas yang menonjol adalah kewajiban, dan seakan-akan
setiap individu sepakat untuk tetap mempertahankan kehidupan bermasyarakat yang
merupakan modus survival bagi manusia. Melalui prinsip atau asas solidaritas
dikembangkan kemungkinan negara mencampuri urusan yang sebenarnya bersifat privat
dengan alasan tetap terpeliharanya kehidupan bersama.’” Dalam hubungan inilah
kepentingan pemerintah sebagaimana dimaksudkan dalam asas keseimbangan di atas, yang
sekaligus sebagai karakteristik dari apa yang dikenal dalam kajian hukum ekonomi.
Sejak masuknya paham welfare state, negara telah ikut campur dalam
perekonomian rakyatnya melalui berbagai kebijakan yang terwujud dalam bentuk
peraturan perundangundangan, termasuk dalam hubungan kontraktual antara pelaku usaha
dan konsumen. Pengaturan hal-hal tertentu yang berkaitan dengan masuknya paham negara
modern melalui welfare state, kita tidak menemukan lagi pengurusan kepentingan ekonomi
oleh rakyat tanpa melibatkan
pemerintah sebagai lembaga eksekutif di dalam suaty negara. Sesuai fungsi kehadiran
negara, maka pemerintah sebagai lembaga eksekutif bertanggung jawab memajukan
kesejahteraan rakyatnya yang diwujudkan dalam suaty pembangunan nasional. Campur
tangan Pemerintah dj Indonesia sendiri dapat diketahui dari isi Pembukaan dan Pasal 33
Undang-Undang Dasar 1945, serta dalam GBHN dan dalam berbagai peraturan perundang-
undangan yang menjadi aturan pelaksanaannya, termasuk Undang-Undang Perlindungan
Konsumen. Dalam Pasal 2 Undang-Undang Perlindungan Konsumen secara jelas dapat
diketahui bahwa perlindungan konsumen diselenggarakan dalam rangka pembangunan
nasional, yang menjadi tanggung jawab pemerintah.
Menyangkut asas keamanan dan keselamatan konsumen yang dikelompokkan ke
dalam asas manfaat oleh karena keamanan dan keselamatan konsumen itu sendiri
merupakan bagian dari manfaat penyelenggaraan perlindungan yang diberikan kepada
konsumen di samping kepentingan pelaku usaha secara keseluruhan.
Memerhatikan uraian tentang asas-asas Hukum Perlindungan Konsumen tersebut,
demikian pula hubungannya dengan komentar kami tentang substansi Pasal 1 angka 1
dalam bab sebelumnya, maka tidak dapat diragukan bidang hukum ini berada dalam
lingkup kajian hukum ekonomi.

S1 Hukum Universitas Pamulang 20


Modul Hukum Perlindungan Konsumen Program Studi Hukum

Hukum ekonomi yang dimaksud, mengakomodasi dua aspek hukum sekaligus yaitu
aspek hukum publik dan aspek hukum privat (perdata), dalam hubungan ini, maka hukum
ekonomi mengandung berbagai asas hukum yang bersumber dari kedua aspek hukum
dimaksud. Di dalamnya mengandung nilai-nilai untuk melindungi berbagai aspek
kehidupan kemanusiaan di dalam kegiatan ekonomi. Asasasas utama dari hukum ekonomi
yang bersumber dari asas-asas hukum publik antara lain; asas keseimbangan kepentingan,
asas pengawasan publik, dan asas campur fangan negara terhadap kegiatan ekonomi.
Sedangkan asasasas hukum yang bersumber dari hukum perdata dan/atau pukum dagang
yaitu khusus mengenai hubungan hukum para pihak di dalam suatu kegiatan atau
perjanjian tertentu atau perbuatan hukum tertentu di mana harus menghormati “hak dan
kepentingan pihak lain”
Oleh karena hukum ekonomi mempersoalkan hubungan antara hukum dan
kegiatan-kegiatan ekonomi, maka asas Jain yang juga patut mendapat perhatian adalah
asas-asas yang berlaku dalam aspek kegiatan ekonomi tersebut. Dalam kegiatan ekonomi
yang sangat terkenal yaitu upaya mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dengan
biaya yang sekecil-kecilnya. Berangkat dari hal ini, maka dalam hukum ekonomi juga
berlaku asas “maksimalisasi” dan asas “efisiensi”. Melalui asas ini suatu aturan yang
hendak diambil/diterapkan harus mempertimbangkan sesuatu yang lebih menguntungkan
secara maksimal bagi semua pihak, demikian pula harus menghindari suatu prosedur yang
panjang dalam rangka efisiensi waktu, biaya, dan tenaga.
Himawan mengatakan, dua konsep ekonomi yang menjadi dasar yaitu; konsep
maximization (maksimalisasi) dan konsep equilibrium (keseimbangan). Disamping kedua
konsep ini, konsep efisiensi juga merupakan dasar pemikiran.? Sebagai contoh, dampak
negatif tidak digunakannya konsep maksimalisasi tampak pada dampak
tindakan moneter pemerintah Indonesia pada bulan Pebruarj 1991 yang telah meningkatkan
bunga kredit sekitar 30% pada taraf permulaan, hingga menyukarkan dilakukannya
investasi. Alternatif lain, mencari dana dari luar negerj dengan suku bunga yang relatif
rendah yang banyak beredar di pasar dunia, tetapi Indonesia gagal memanfaatkannya
karena pranata hukum tentang pinjam meminjam tidak dimanfaatkan semaksimal mungkin
oleh badan peradilan Indonesia. Sebaliknya, apabila konsep maksimalisasi tidak
dikendalikan dengan baik, maka akan membawa ekses-ekses yang membahayakan tatanan
kehidupan manusia. Oleh karena itu, konsep maksimalisasi yang dibutuhkan agar pranata

S1 Hukum Universitas Pamulang 21


Modul Hukum Perlindungan Konsumen Program Studi Hukum

hukum dapat berperan dalam proses pembangunan, memerlukan mekanisme pengendalian


yang berupa konsep keseimbangan. Konsep keseimbangan dalam hal ini tidak berusaha
menghilangkan sama sekali benturan (gangguan), tetapi berusaha menekan serendah
mungkin benturan tersebut. Secara relatif keseimbangan sudah tercapai apabila gangguan
(disequilibrium) berada pada tingkat minimum.”
Menyangkut konsep efisiensi, suatu proses dikatakan telah mencapai efisiensi
apabila proses yang bersangkutan menghasilkan output maksimal dengan input minimum.
Di bidang ekonomi konsep tersebut menjelma dalam bentuk; efficient production, efficient
exchange, dan utilitarian efficiency. Dalam hubungan ini, maka pranata hukum juga perlu
dilihat sebagai “faktor produksi”, yang baru menjadi efisien apabila nilai ekonomi barang
dan jasa telah dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh pranata hukum bersangkutan."
Lebih dari itu, ahli hukum yang dapat menerapkan konsepkonsep maximization,
equilibrium, dan efficiency akan lebih mudah melihat pranata hukum sebagai suatu
“komoditi”. Namun bukan berarti hukum dapat diperdagangkan, tetapi terus dibina dan
dijaga kualitasnya, sehingga selalu dapat bersaing di “pasar pranata hukum” dalam dan luar
negeri. Dalam negeri pranata hukum bersaing dengan pranata nonhukum, seperti pranata
ekonomi. Di luar negeri pranata hukum Indonesia bersaing dengan pranata hukum asing.
Asas-asas Hukum Perlindungan Konsumen yang dikelompokkan dalam 3 (tiga)
kelompok di atas yaitu asas keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum. Dalam hukum
ekonomi keadilan disejajarkan dengan asas keseimbangan,
kemanfaatan disejajarkan dengan asas maksimalisasi, dan kepastian hukum disejajarkan
dengan asas efisiensi. Asas kepastian hukum yang disejajarkan dengan asas efisiensi
karena menurut Himawan bahwa: “Hukum yang berwibawa berarti hukum yang efisien, di
bawah naungan mana seseorang dapat melaksanakan hak-haknya tanpa ketakutan dan
melaksanakan kewajibannya tanpa penyimpangan”.
Pasal 3
“Perlindungan konsumen bertujuan:
a. meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk melindungi
diri;
b. mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari ekses
negatif pemakaian barang dan/atau jasa;
c. meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan menuntut
hak-haknya sebagai konsumen.

S1 Hukum Universitas Pamulang 22


Modul Hukum Perlindungan Konsumen Program Studi Hukum

d. menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum


dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi;
e. menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen
sehingga tumbuh stkap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha;
f meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha
produksi barang dan/ atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan
konsumen”.

Pasal 3 Undang-Undang Perlindungan Konsumen ini, merupakan isi


pembangunan nasional sebagaimana disebutkan dalam Pasal 2 sebelumnya, karena tujuan
perlindungan konsumen yang ada itu merupakan sasaran akhir yang harus dicapai dalam
pelaksanaan pembangunan di bidang hukum perlindungan konsumen.
Achmad Ali mengatakan masing-masing undangundang memiliki tujuan
khusus.!* Hal itu juga tampak dari pengaturan Pasal 3 Undang-Undang Perlindungan
Konsumen, yang mengatur tujuan khusus perlindungan konsumen, sekaligus membedakan
dengan tujuan umum sebagaimana dikemukakan berkenaan dengan ketentuan Pasal 2 di
atas.
Keenam tujuan khusus perlindungan konsumen yang disebutkan di atas bila
dikelompokkKan ke dalam tiga tujuan hukum secara umum, maka tujuan hukum untuk
mendapatkan keadilan terlihat dalam rumusan huruf c, dan huruf e. Sementara tujuan untuk
memberikan kemanfaatan dapat terlihat dalam rumusan huruf a, dan b, termasuk huruf c,
dan d, serta huruf f. Terakhir tujuan khusus yang diarahkan untuk tujuan kepastian hukum
terlihat dalam rumusan huruf d. Pengelompokan ini tidak berlaku mutlak, oleh karena
seperti yang dapat kita lihat dalam rumusan pada huruf a sampai dengan huruf f terdapat
tujuan yang dapat dikualifikasi sebagai tujuan ganda.
Kesulitan memenuhi ketiga tujuan hukum (umum) sekaligus sebagaimana dikemukakan
sebelumnya, menjadikan sejumlah tujuan khusus dalam huruf a sampai dengan huruf f dari
Pasal 3 tersebut hanya dapat tercapai secara maksimal, apabila didukung oleh keseluruhan
subsistem perlindungan yang diatur dalam undang-undang jini, tanpa mengabaikan fasilitas
penunjang dan kondisi masyarakat. Termasuk dalam hal ini substansi ketentuan pasal demi
pasal yang akan diuraikan dalam bab selanjutnya. Unsur masyarakat sebagaimana
dikemukakan berhubungan dengan persoalan kesadaran hukum dan ketaatan hukum, yang
seterusnya menentukan efektivitas Undang-Undang Perlindungan Konsumen, sebagaimana

S1 Hukum Universitas Pamulang 23


Modul Hukum Perlindungan Konsumen Program Studi Hukum

dikemukakan oleh Achmad Ali bahwa kesadaran hukum, ketaatan hukum, dan efektivitas
perundang-undangan adalah tiga unsur yang saling berhubungan.’°

C. LATIHAN DAN TUGAS


1. Jelaskan Azas Perlindungan Konsumen
2. Jelaskan Tujuan Hukum Perlindungan Konsumen

D. DAFTAR PUSTAKA

Ahmdi Mira dan Sutarman Yodo, 2004, Hukum PerlindunganKonsumen, PT.


Raja Grafindo Persada, Jakarta
Ali, Achmad. 1998. Menjelajahi Kajian Empiris terhadap Hukum. Jakarta: Yarsif
Watampone.
Badrulzaman, Meriam Darus. 1994. Aneka Hutum Bisnis. Bandung: Alumni.
----------1986. “Perlindungan Terhadap Konsumen Dilihat dari Sudut Perjanjian Baku“,
dalam Hasil Simpostum Aspek-aspek Hukum Masalah Perlindungan Konsumen yang
diselenggarakan oleh BPHN. Jakarta: Bina Cipta.
Bintang, Sanusi dan Dahlan. 2000. Pokok-pokok Hukum Ekonomi dan Bisnis. Bandung:
Citra Aditya Bakti.
Bodenheimer, Edgar. 1962. Jurisprudence, The Method and Philosophy of Law, Harvard
University. Cambridge.
Brotosusilo, Agus. 1992. Hak Produsen dalam Hukum Perlindungan Konsumen. dalam
Majalah Hukum dan Pembangunan. No. 5, Tahun XXiq, Oktober 1992. Jakarta:
Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
Dunne, J.M. van. 1989. “Pertanggungjawaban Khusus Tanggung Jawab Produk”.
Terjemahan Agnes M. Toar. Bahan Penataran Hukum Perikatan Il, Dewan Kerja Sama
Iimu Hukum Belanda dengan Indonesia. 17-29 Juli 1989. Ujung Pandang: Proyek
Hukum Perdata.
Fuady, Munir. 1999. Hukum Perusahaan dalam Paradigma Bisnis. Bandung: Citra Aditya
Bakti.
Gautama, Sudarga. 1994. Hak Milik Intelektual Indonesia dan Perjanjian Internasional,
TRIPs, GATT Putaran Paraguay (1994). Bandung: Citra Aditya Bakti.

S1 Hukum Universitas Pamulang 24


Modul Hukum Perlindungan Konsumen Program Studi Hukum

Goodpaster, Gary. 1995. “Tinjauan terhadap Penyelesaian Sengketa”, dalam Arbitrase di


Indonesia—Seri Dasar-dasar Hukum Ekonomi 2. Jakarta: Ghalia Indonesia.
----------dkk. 1995. “Tinjauan terhadap Arbitrase Dagang secara Umum dan Arbitrase
Dagang di Indonesia”, dalam Arbitrase di Indonesia—Seri Dasar-Dasar Hukum
Ekonomi 2. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Gunawan, Johannes. 1994, “Product Liability” dalam “Hukum Bisnis Indonesia”, dalam
Pro Justitia. Tahun XII, Nomor 2, April 1994.
Hadad, Tini (YLKI). 2000. “Peranan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI)
dalam Perlindungan Hukum Konsumen Pada Era Perdagangan Bebas”, dalam Husni
Syawali dan Neni Sri Imaniyati. Penyunting. Hukum Perlindungan Konsumen.
Bandung: Mandar Maju.
Harahap, Yahya. 1997. Beberapa Tinjauan Mengenai Sistem Peradilan dan Penyelesaian
Sengketa. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Hartono, Sri Redjeki. 2000. “Aspek-Aspek Hukum Perlindungan Konsumen dalam
Kerangka Era Perdagangan Bebas”, dalam Husni Syawali dan Neni Sri Imaniyati,
Penyunting, Hukum Perlindungan Konsumen. Bandung. Mandar Maju.
----- 2000, Menyongsong Sistem Hukum Ekonomi yang Berwawasan Asay
Keseimbangan, dalam Kapita Selekta Hukum Ekonomi, Bandung: Mandar Maju.
Himawan, Ch.. 1996. Pendekatan Ekonomi terhadap Hukum Sebagai Saran Pengembalian
Wibawa Hukum, dalam Majalah Hukum dan Pembangunan, No. 5. Tahun XXI,
Oktober 1991, Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
Hondius. 1992. Konsumentenrecht. Kluwer-Deventer: Praeadvis in Nederlanse Vereniging
voor Rechtsverlijking.
Kertadjoemena, H. S., GATT dan WTO, Sistem, Forum, dan Lembaga Internasional di
Bidang Perdagangan.
Knottembelt, Johannes. 1990. Productaansprakelijkheid. Disertasi. Rotterdam: Erasmus
Universiteit.
Kovach. 1994. Mediation, Principles and Practice. Paul, Minn: West Publishing Co,S.
Liliweri, Alo. 1992. Dasar-dasar Komunikasi Periklanan. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Marzuki, H.M. Laica. 1996. “Aspek Hukum Administrasi dari Perseroan
Marzuki, Peter Mahmud. tanpa tahun. Pembaharuan Hukum Ekonomi Indonesia.
Surabaya: Universitas Airlangga.

S1 Hukum Universitas Pamulang 25


Modul Hukum Perlindungan Konsumen Program Studi Hukum

Masjchun Sofwan. Sri Soedewi. tanpa tahun. Hukum Perikatan. Yogyakarta: Badan
Penerbit Gadjah Mada.
Miru, Ahmadi. 2000. “Prinsip-prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen di Indonesia”.
Disertasi. Surabaya: Program Pascasarjana Universitas Airlangga.
Nasution, Az. 1988. “Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Dalam Kontrak Pembelian
Rumah Murah“. Makalah. Disampaikan dalam Seminar Sehari tentang Pertanggungan
Jawab Produk dan Kontrak Bangunan. Jakarta.
Nieuwenhuis. 1985. Pokok-pokok Hukum Perikatan. Terjemahan Djasadin Saragih.
Surabaya: Universitas Airlangga.
Nurmadjito. 2000. “Kesiapan Perangkat Peraturan Perundang-undangan tentang
Perlindungan Konsumen di Indonesia“, dalam Husni Syawali dan Neni Sri Imaniyati.
Penyunting. Hukum Perlindungan Konsumen. Bandung: Mandar Maju.
Toar, Agnes M. 1989. “Tanggung Jawab Produk dan Sejarah Perkembangannya di
Beberapa Negara”. Makalah. Ujung Pandang: Dewan Kerja Sama Ilmu Hukum
Belanda dengan Indonesia—Proyek Hukum Perdata.
Universitas Indonesia dan Departemen Perdagangan. 1992. Rancangan Akademik Undang-
Undang tentang Perlindungan Konsumen. Jakarta.
Widjaja, Gunawan dan Ahmad Yani. 2000. Hukum tentang Perlindungan Konsumen.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Yayasan Lembaga Konsumen. 1981. Perlindungan Konsumen Indonesia. Suatu
Sumbangan Pemikiran tentang Rancangan Undang-Undang Perlindungan Konsumen.
Jakarta: Yayasan Lembaga Konsumen.
Yodo, Sutarman. 2001. “Eksistensi Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen di
Dalam Pengaturan Undang-Undang Perlindungan Konsumen“, Makalah Program
Pascasarjana Universitas Hasanuddin. Makassar: November 2001.

S1 Hukum Universitas Pamulang 26

Anda mungkin juga menyukai