Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Ilmu Psikologi dan Kesehatan

ISSN (e): 2963-8690 | https://publish.ojs-indonesia.com/index.php/SIKONTAN

PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA PERIODE AWAL PERNIKAHAN


PASANGAN YANG MENIKAH MELALUI PROSES TAARUF
MARITAL ADJUSTMENT OF TAARUF MARRIED COUPLES IN THE EARLY YEARS OF
MARRIAGE

Hanna Zakiah Mas’udah1, Nono Hery Yoenanto2


Universitas Airlangga
Email: hanna.zakiah.masudah-2018@psikologi.unair.ac.id

ABSTRAK
Penelitian terdahulu menunjukkan adanya proses penyesuaian yang beragam dialami oleh pasangan
menikah melalui taaruf. Masa-masa awal pernikahan menjadi tantangan tersendiri bagi pasangan taaruf
karena perlu adanya adaptasi dengan kehidupan baru setelah menikah yang rentan terjadi konflik sedangkan
pasangan taaruf baru dapat benar-benar berinteraksi secara bebas untuk mengenal pasangannya ketika
sudah terikat tali pernikahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penyesuaian perkawinan
pasangan yang menikah melalui taaruf. Metode penelitian kualitatif studi kasus dan teknik penggalian data
melalui wawancara digunakan dengan melibatkan 2 pasang suami istri. Partisipan dipilih berdasarkan
kriteria sepasang suami istri dengan usia pernikahan 1-5 tahun serta menjalani proses taaruf sebelum
menikah. Teknik analisis dengan analisis model interaktif Miles Huberman dengan teknik pemantapan
kredibilitas member check. Penyesuaian perkawinan pasangan taaruf diawali dengan adanya penyesuaian
terhadap perbedaan kepribadian pasangan di beberapa bulan pertama setelah menikah. Proses selanjutnya
dapat dilihat dari interaksi yang terjalin antar pasangan dalam melakukan usaha menangani tantangan yang
muncul berdasarkan kondisi atau kehidupan yang dihadapi dalam kehidupan rumah tangga. Dalam proses
penyesuaian perkawinan pasangan taaruf terdapat beberapa faktor yang berperan seperti kepercayaan,
komunikasi, dan agama.
Kata Kunci: Penyesuaian perkawinan, dyadic adjustment, taaruf

ABSTRACT
Previous research has shown that there are various adjustment processes experienced by married couples
who marry through taaruf. The early years of marriage are a challenge for taaruf couples because there is
a need for adaptation to a new life after marriage, which is prone to conflict, while new taaruf couples can
really interact freely to get to know their partners when they are already married. This study aims to
describe the process of marital adjustment for taaruf married couples. Case study qualitative research
methods and data collection techniques through interviews were used, involving two pairs of husband-and-
wife participants. Participants were selected based on the criteria of a husband and wife with a marriage
age of 1–5 years and undergoing a taaruf process before marriage. The analysis technique uses Miles
Huberman's interactive model analysis with the member checking technique to strengthen credibility. The
process of marital adjustment for couples who are married through taaruf begins with adjustments made
by each individual to differences in the habits and personality of the partner in the first few months after
marriage. The next process can be seen from the interactions that exist between partners in making efforts
to deal with challenges that arise based on the conditions or circumstances faced in household life. There
are several factors that play a role in marital adjustment process for taaruf couples such as belief,
communication, and religion.
Keywords: Marital adjustment, dyadic adjustment, taaruf

PENDAHULUAN seseorang yang akan menjadi pasangan


Membangun hubungan romantis seumur hidup, individu perlu melewati proses
menjadi salah satu tugas perkembangan panjang untuk dapat mengenal hingga
psikososial yang akan dilalui setiap individu memahami karakter dari pasangannya. Tidak
dewasa awal. Umumnya, dalam memilih sedikit individu memilih pacaran sebagai

DOI: https://doi.org/10.47353/sikontan.v2i1.1145 87
Sikontan Journal
Volume 2 Nomor 1 (2023)

proses yang dapat dilalui untuk dapat memilih Bahkan beberapa waktu terakhir, terdapat
pasangan yang dinilai tepat. Namun beberapa berita yang cukup viral di sosial media
individu, khususnya muslim memilih proses mengenai seorang wanita yang menikah
ta’aruf sebagai alternatif proses penjajakan melalui proses ta’aruf sebelumnya dan usia
untuk dapat mengenal calon pasangan yang pernikahannya baru menginjak usia 8 hari
akan dinikahinya. namun berujung perceraian, karena
Ta’aruf dapat menjadi pilihan bagi pertengkaran yang sering terjadi akibat emosi
individu muslim yang memang tidak mau suami yang tidak stabil dan perbedaan
melakukan pacaran karena proses yang dilalui kebiasaan suami yang memiliki Obsessive
dalam ta’aruf itu sendiri dinilai sesuai dengan Compulsive Disorder (OCD) (Febriani,
ajaran agama Islam, yakni bertujuan untuk 2022). Adapun data dari Badan Pusat Statistik
menghindari zina dengan membatasi kontak menunjukkan bahwa perselisihan dan
fisik dalam hubungan pranikah. Dalam proses pertengkaran menjadi alasan terbanyak dari
ta’aruf pun melibatkan adanya mediator banyaknya kasus perceraian di Indonesia yang
sebagai perantara yang menghubungkan mengalami peningkatan sejak setahun
kedua belah pihak pasangan (Awaris & terakhir, yakni sebanyak 279.205 kasus
Hidayat, 2015). Meski ta’aruf merupakan (Katadata, 2022). Dari data tersebut, dapat
proses penjajakan agar individu dapat saling dilihat bahwa perselisihan dan pertengkaran
mengenal satu sama lain, namun proses yang sangat mungkin untuk terjadi dalam suatu
singkat dan melibatkan pihak ketiga dalam hubungan perkawinan, dan tidak sedikit
pelaksanannya membuat beberapa individu pasangan suami istri yang menghadapi
terkadang belum benar-benar membagikan konflik tersebut mengambil keputusan
informasi tentang dirinya secara terbuka bercerai sebagai jalan keluar.
terhadap calon pasangannya. Sebagaimana Masa-masa awal pernikahan tentu
hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh menjadi tantangan tersendiri bagi pasangan
Sakinah & Kinanthi (2018) menemukan taaruf mengingat individu baru dapat benar-
bahwa belum banyak pengungkapan diri yang benar mengenal pasangannya ketika sudah
dilakukan oleh individu yang menikah dengan terikat tali pernikahan. Harita & Suryanto
melakukan proses ta’aruf sebelumnya, karena (2020) menemukan bahwa pasangan yang
masa perkenalan dalam proses taaruf yang menikah melalui proses ta’aruf kerap kali
relatif singkat yakni biasanya hanya beberapa dihadapkan pada beberapa permasalahan yang
kali dalam 3-4 bulan. disebabkan oleh singkatnya proses
Terdapat beberapa pernikahan yang komunikasi yang dilakukan oleh pasangan
sebelumnya hanya melakukan proses tersebut selama proses ta’aruf. Permasalahan
perkenalan melalui ta’aruf kemudian berhasil yang muncul pun terjadi pada saat sebelum
atau bertahan hingga saat ini, walaupun hingga setelah menikah, mulai dari (a)
memerlukan adanya proses penyesuaian pada struktur keluarga yang ragu, (b) ketidaksiapan
beberapa hal di periode awal pernikahan finansial, (c) perbedaan-perbedaan terkait
mereka. Namun, tidak semua pernikahan cara berkomunikasi, kebiasaan dan perilaku,
berjalan demikian. Misalnya, terdapat kesepakatan tempat tinggal, prinsip
beberapa pernikahan selebritis yang pengasuhan, dan orientasi seksual, serta (d)
melakukan proses ta’aruf sebelum menikah pembagian peran gender. Hal tersebut tentu
berakhir dengan perceraian (Febrian, 2020). menjadikan pasangan yang menikah melalui

Hanna Zakiah Mas’udah1, Nono Hery Yoenanto2 88


Jurnal Ilmu Psikologi dan Kesehatan
ISSN (e): 2963-8690 | https://publish.ojs-indonesia.com/index.php/SIKONTAN

proses ta’aruf ini perlu untuk melakukan belajar menyesuaikan diri dengan berbagai
penyesuaian perkawinan yang baik guna masalah yang mungkin muncul, ekspektasi
keberlanjutan hubungan rumah tangga yang akan pernikahan yang berlebihan seringkali
sedang dibangun, dan hal tersebut tidaklah membawa kekecewaan dan membuat
mudah untuk dilakukan. penyesuaian terhadap tugas maupun tanggung
Beberapa penelitian terdahulu jawab pada pernikahan menjadi semakin sulit,
menemukan bahwa sebagian besar pasangan serta kurangnya identitas diri
yang menikah melalui ta’aruf menunjukkan
tingkat penyesuaian perkawinan yang sedang TINJAUAN PUSTAKA
hingga rendah. Berdasarkan penelitian yang Taaruf
dilakukan oleh Abbas (2019) diperoleh hasil Menurut Hana (2012) taaruf adalah
bahwa dari 118 responden, sebesar 54,2% proses berkenalan atau pendekatan secara
atau sebanyak 64 individu memperoleh skor islami yang dilakukan antara pria dan wanita
penyesuaian diri yang sedang, dan sebesar yang akan menikah guna mengetahui lebih
15,3% atau sebanyak 18 individu memperoleh dalam informasi mengenai calon pasangan.
skor penyesuaian diri yang rendah. Hasil Taaruf juga didefinisikan oleh Pusparini
serupa diperoleh oleh Marni (2018) dengan (2012) sebagai proses perkenalan yang
penelitian kualitatif yang berjudul tujuannya adalah pernikahan. Dilakukannya
“Penyesuaian Perkawinan dan Kepuasan taaruf bukan karena ingin mencari tahu
Pernikahan Pada Individu yang Menikah semata atau bahkan mencoba peruntungan
Melalui Proses Ta’aruf”. Berdasarkan dalam mencari jodoh, namun ta'aruf memiliki
wawancara mendalam yang dilakukan niat suci dan mulia untuk mewujudkan
terhadap empat partisipan, beberapa pernikahan dengan mengacu pada nilai-nilai
diantaranya mengaku mengalami kesulitan agama dalam menjalin hubungan. proses
dalam penyesuaian perkawinan. taaruf dilaksanakan dengan adanya adab-adab
Berdasarkan hasil penelitian-penelitian tertentu yang harus diikuti serta melibatkan
terdahulu yang telah dijabarkan penulis, dapat adanya wali atau orang lain selaku mediator
diketahui bahwa beberapa pasangan yang (Akbar, 2015).
menikah melalui ta’aruf kerap kali
menemukan kesulitan dalam melakukan Penyesuaian Perkawinan
penyesuaian perkawinan. Hal ini berkaitan Dilansir dari laman American
dengan pendapat Elizabeth B. Hurlock (1980) Psychological Association (2022),
yang menyatakan adanya beberapa faktor penyesuaian perkawinan atau marital
yang mempengaruhi sulitnya penyesuaian adjustment adalah proses pasangan suami istri
pernikahan, diantaranya adalah sedikitnya mencapai kepuasan dan tujuan bersama
persiapan untuk pernikahan, misalnya terkait dengan saling menyesuaikan diri. Menurut
keterampilan rumah tangga, pengasuhan anak, Burgess, Locke & Thomes (1971 dalam
dan manajemen keuangan, menikah dini, Spanier & Cole, 1976) penyesuaian
konsep yang tidak realistis mengenai perkawinan yang baik adalah ketika terdapat
pernikahan, pernikahan yang berbeda ras atau penyatuan kesepakatan suami istri terkait
agama, singkatnya masa pacaran yang persoalan-persoalan utama dalam
membuat pasangan belum begitu banyak perkawinan, seperti pengelolaan finansial dan

DOI: https://doi.org/10.47353/sikontan.v2i1.1145 89
Sikontan Journal
Volume 2 Nomor 1 (2023)

hubungan dengan orang tua, menyesuaikan pasangan menghabiskan waktu bersama


minat, visi, dan nilai-nilai antar pasangan, atau melakukan outside interest, saling
saling menunjukkan kasih sayang dan percaya bertukar pikiran, berdiskusi, tertawa
satu sama lain, serta hanya sedikit atau bahkan bersama, dan menjalankan sesuatu
tidak pernah mengeluh mengenai pernikahan bersama.
mereka. Spanier & Cole (1976) 4. Affectional expression atau ungkapan kasih
mendefinisikan penyesuaian perkawinan sayang, berisi persepsi individu mengenai
sebagai proses yang terus berubah yang kesepakatan keduanya dalam
dievaluasi melalui aspek-aspek kohesivitas, mengekspresikan kasih sayang maupun
konsensus, kepuasan, dan ketegangan memenuhi kebutuhan seksual.
interpersonal. Penyesuaian perkawinan
ditentukan oleh kemampuan suami dan istri Faktor-faktor yang Memengaruhi
dalam hal-hal mengenai kesepakatan bersama Penyesuaian Perkawinan
terkait isu-isu penting bagi fungsi perkawinan 1. Komunikasi
maupun perbedaan-perbedaan yang tidak Hasil penelitian Bayraktaroğlu & Çakici
mudah dalam pernikahan, merasakan (2013) menemukan bahwa kelompok
kebersamaan dalam kehidupan perkawinan, dengan penyesuaian perkawinan yang baik
perasaan cinta dan kasih sayang yang cenderung memiliki kemampuan yang
diungkapkan antara satu sama lain, serta lebih baik dalam hal pemecahan masalah,
perasaan bahagia yang muncul akan empati, dan keterampilan komunikasi.
pernikahannya. Pasangan yang sering mengekspresikan
Spanier (dalam Fitzpatrick & Best, perasaan secara verbal maupun nonverbal
1979) menyebutkan terdapat empat dimensi serta melakukan diskusi terkait pembagian
dalam penyesuaian perkawinan, antara lain: tanggung jawab dan prioritas lebih mampu
1. Dyadic consensus atau kesepakatan antar menyesuaikan diri dalam pernikahannya
pasangan, merupakan aspek-aspek (Tucker & Horowitz, 1981). Komunikasi
mengenai persepsi masing-masing secara positif perlu dilakukan oleh suami
individu terkait kesepakatan bersama pada dan istri agar ketidaksepakatan yang dapat
berbagai hal penting dalam hubungan melemahkan penyesuaian perkawinan
seperti masalah keuangan, agama, serta dapat diatasi (Halford 2011 dalam Lashari,
tugas rumah tangga 2016).
2. Dyadic satisfaction atau kepuasan antar 2. Agama
pasangan, berisi aspek-aspek terkait Religiusitas yang dimiliki pasangan
persepsi individu tentang perasaan bahagia berkaitan dengan sikap pasangan tersebut
yang dirasakan individu dalam hubungan terhadap pernikahan. Hasil penelitian
tersebut, intensitas terjadinya konflik, menunjukkan bahwa struktur agama
pernah tidaknya membahas soal perceraian memengaruhi pasangan yang menikah
dan komitmen masing-masing terhadap melalui taaruf dalam membagi peran
masa depan hubungan mereka gender dalam kehidupan rumah tangganya
3. Dyadic cohesion atau kohesivitas antar (Harita & Suryanto, 2020). Agama yang
pasangan, berisi aspek-aspek terkait dijadikan pedoman dalam berumah tangga
persepsi individu mengenai seberapa erat oleh pasangan taaruf menjadikan mereka
hubungan keduanya, dilihat dari frekuensi mampu menghadapi kesulitan penyesuaian
perkawinannya, misalnya terkait

Hanna Zakiah Mas’udah1, Nono Hery Yoenanto2 90


Jurnal Ilmu Psikologi dan Kesehatan
ISSN (e): 2963-8690 | https://publish.ojs-indonesia.com/index.php/SIKONTAN

penerimaan pasangan, perilaku seksual, HASIL DAN PEMBAHASAN


keuangan dan hubungan keluarga (Nusbah Terkait penyesuaian dengan pasangan,
et al., 2020). Khairiyah & Aulia (2017) pun perbedaan antara kedua pasangan ini terletak
menemukan bahwa tingkat religiusitas pada fokus penyesuaian yang dilakukan. Pada
yang dimiliki oleh pasangan berpengaruh pasangan pertama, penyesuaian lebih banyak
terhadap kepuasan pernikahan pasangan terkait dengan perbedaan kebiasaan dan
tersebut. karakter pasangan. Mereka berusaha untuk
3. Peristiwa dan kondisi kehidupan menyesuaikan diri satu sama lain dan
Peristiwa dan kondisi lingkungan yang menemukan cara untuk mengekspresikan
dihadapi pasangan, seperti peristiwa penuh kasih sayang yang sama. Sementara itu, pada
tekanan (stressful event) maupun transisi pasangan kedua, tidak hanya menyesuaikan
perkembangan dapat berdampak pada dengan perbedaan kepribadian pasangan,
kualitas dan stabilitas pernikahan penyesuaian melibatkan peran baru sebagai
(Bradbury 1995 dalam Schneider, 2007). suami dan istri serta tanggung jawab dalam
Masalah dengan anak-anak, pengasuhan mengurus anak. Mereka juga menghadapi
anak, maupun tuntutan lainnya terkait tantangan dalam mengatur emosi dan mencari
kehidupan keluarga dapat memengaruhi ilmu parenting yang sesuai dengan agama.
kemampuan penyesuaian perkawinan Dalam pernikahan penyesuaian
(Wilson et al., 1997). merupakan proses yang wajar dalam
kehidupan pernikahan. Burgess, Locke &
METODE Thomes (1971 dalam Spanier & Cole, 1976)
Metode kualitatif dengan pendekatan menyebutkan bahwa penyesuaian perkawinan
studi kasus intrinsik digunakan bertujuan yang baik adalah ketika terdapat penyatuan
untuk memahami secara utuh suatu kasus kesepakatan suami istri terkait persoalan-
khusus, dalam hal ini kasus penyesuaian persoalan utama dalam perkawinan, seperti
perkawinan pasangan taaruf yang digali pengelolaan finansial dan hubungan dengan
melalui sudut pandang suami maupun istri. orang tua, menyesuaikan minat, visi, dan
Penggalian data dilakukan dengan melakukan nilai-nilai antar pasangan, saling
wawancara. Analisis penelitian ini menunjukkan kasih sayang dan percaya satu
menggunakan analisis model interaktif Miles sama lain, serta hanya sedikit atau bahkan
Huberman dengan teknik pemantapan tidak pernah mengeluh mengenai pernikahan
kredibilitas member check. mereka. Hurlock (1980) mengungkapkan
Penelitian ini menggunakan teknik adanya pemenuhan kebutuhan individu yang
purposive sampling atau berdasarkan dibantu oleh pasangan, kesamaan latar
pertimbangan-pertimbangan kriteria tertentu belakang dan nilai, konsep peran sebagai
yang sesuai dengan tujuan penelitian. suami atau istri menjadi beberapa hal yang
Partisipan pada penelitian ini adalah sepasang berdampak bagi mudah atau sulitnya suami
suami istri yang menjalani taaruf sebelum istri melakukan penyesuaian terhadap
menikah dengan usia pernikahan 1-5 tahun. pasangan. Pasangan pertama dan pasangan
kedua sama-sama menunjukkan tidak adanya
masalah ataupun hambatan yang signifikan

DOI: https://doi.org/10.47353/sikontan.v2i1.1145 91
Sikontan Journal
Volume 2 Nomor 1 (2023)

dalam melakukan penyesuaian dengan hal mengenai kesepakatan bersama terkait


pasangan. isu-isu penting bagi fungsi perkawinan
Berdasarkan hasil data yang diperoleh, maupun perbedaan-perbedaan yang tidak
menghabiskan waktu bersama diperlukan mudah dalam pernikahan (Spanier & Cole,
dalam membangun kedekatan, keintiman, dan 1976). Adanya kesepakatan bersama antar
hubungan yang harmonis antara pasangan pasangan pada berbagai hal penting dalam
suami dan istri taaruf. Menurut Hurlock hubungan pernikahan seperti masalah
(1980), keluarga yang dapat menghayati keuangan, agama, serta tugas rumah tangga
waktu kebersamaan antara mereka menunjukkan penyesuaian pernikahan pada
menunjukkan penyesuaian perkawinan yang aspek dyadic consesus yang baik (Spanier,
berhasil. RJ dan SY, cenderung dalam Fitzpatrick & Best, 1979). Berdasarkan
menghabiskan waktu bersama mereka di hasil penelitian, kedua pasangan menujukkan
rumah. Mereka menjadwalkan kegiatan- mampu membuat kesepakatan bersama dalam
kegiatan yang akan dilakukan bersama dan pengelolaan kehidupan sehari-hari, meliputi
juga sering melakukan aktivitas spontan di adanya pengelolaan keuangan, pembagian
luar rumah. Pasangan MS dan AF berusaha tugas domestik, hingga kesepakatan pola asuh
menciptakan momen-momen kebersamaan anak. Baik RJ dan SY maupun MS dan AF
antara dirinya dan pasangan setelah menikah. sama-sama mengalami adanya dinamika
Cara mereka menghabiskan waktu bersama dalam pengelolaan keuangan rumah tangga
pun mengalami perubahan setelah kehadiran mereka serta selalu melibatkan adanya diskusi
buah hati dalam rumah tangga mereka. Yang untuk mengambil keputusan secara bersama.
mana sebelumnya banyak waktu mereka Pada penelitian ini, ditemukan adanya
habiskan berdua untuk melakukan berbagai peristiwa dan kondisi kehidupan dalam
kegiatan bersama bahkan sesederhana saling pernikahan mencakup berbagai perubahan
bercengkrama. Namun setelah memiliki anak dan tantangan yang dialami oleh pasangan
dan kesibukannya mengurus anak sehari-hari, yang sering kali menuntut mereka
seringkali sulit bagi AF dan MS menemukan menyesuaikan diri dalam menghadapi situasi
waktu untuk menghabiskan waktu berdua. tersebut. Sebagaimana menurut Duvall &
Meski demikian, AF dan MS tetap mengatur Miller (1985 dalam Herawati, 2016)
waktu mereka secara bijaksana dan penyesuaian perkawinan merupakan proses
memprioritaskan waktu berkualitas bersama. adaptasi terhadap kondisi baru dan berbeda
Hal ini sesuai dengan salah satu dimensi dalam suatu hubungan perkawinan, dengan
penyesuaian perkawinan menurut Spanier adanya tanggung jawab dan peran keduanya
(dalam Fitzpatrick & Best, 1979) bahwa sebagai pasangan suami istri. Perbedaan
penyesuaian perkawinan meliputi persepsi antara kedua pasangan terletak pada jenis
individu mengenai seberapa erat hubungan peristiwa dan kondisi kehidupan yang mereka
keduanya, dilihat dari frekuensi pasangan hadapi. Pasangan pertama lebih fokus pada
menghabiskan waktu bersama atau penyesuaiannya mengatasi kesulitan memiliki
melakukan outside interest, saling bertukar keturunan, sementara pasangan kedua lebih
pikiran, berdiskusi, tertawa bersama, dan banyak menghadapi tantangan dalam
menjalankan sesuatu bersama. menjalani peran barunya sebagai ayah dan
Penyesuaian perkawinan ditentukan ibu, juga mengatur waktu dan emosi selama
oleh kemampuan suami dan istri dalam hal- membesarkan anak. Namun, keduanya

Hanna Zakiah Mas’udah1, Nono Hery Yoenanto2 92


Jurnal Ilmu Psikologi dan Kesehatan
ISSN (e): 2963-8690 | https://publish.ojs-indonesia.com/index.php/SIKONTAN

menunjukkan upaya untuk menyesuaikan diri komunikasi. Pasangan pertama, RJ dan SY,
dengan kondisi kehidupan yang ada. Meski aktif dalam berdiskusi, saling terbuka, dan
begitu, kedua pasangan mengaku mengalami berusaha menyatukan pendapat mereka.
perubahan dalam pengelolaan keuangan Mereka melihat komunikasi sebagai cara
keluarga. untuk mencapai kesepakatan dan menjaga
Periode awal perkawinan menjadi masa keharmonisan pernikahan. Sementara itu,
penyesuaian pasangan suami istri pasangan kedua, AF dan MS, memiliki
sebagaimana krisis muncul saat pertama kali kecenderungan untuk menahan emosi atau
menempuh pernikahan. Terdapat berbagai menunjukkan ketidakpuasan melalui ekspresi
masalah yang mulai dihadapi sehingga wajah. AF kemudian mencoba
membutuhkan pemahaman masing-masing mengungkapkan penyebab kemarahannya
individu terhadap dirinya sendiri dan juga setelah suasana hati mereda. Penting bagi
pasangannya (Clinebell & Clinebell 2005 pasangan untuk memiliki komunikasi yang
dalam Anjani & Suryanto, 2006). Ketegangan efektif dan terbuka dalam hubungan
emosional kerap kali muncul selama pernikahan. Sebagaimana komunikasi yang
melakukan proses penyesuaian pada periode sehat antara suami dan istri berdampak pada
ini (Hurlock, 1980). Berdasarkan hasil kemampuan mereka menghadapi tantangan-
penelitian ini, konflik dalam rumah tangga tantangan dalam pernikahan (Anjani &
mencakup konflik yang disebabkan oleh Suryanto, 2006). Dalam kasus pasangan
adanya perbedaan pendapat, kesalahpahaman, pertama, mereka telah menyadari pentingnya
ataupun terkait dengan tantangan yang sedang komunikasi dan berupaya untuk mencapai
dihadapi oleh pasangan selama menjalani pemahaman yang lebih baik melalui diskusi.
pernikahan. Perbedaan antara kedua pasangan Sementara itu, pasangan kedua masih
terletak pada sumber konflik dalam rumah mengalami penyesuaian dalam komunikasi
tangga yang mereka hadapi. Pasangan dan berusaha untuk meningkatkan interaksi
pertama menghadapi konflik yang berasal dari mereka. Hasil penelitian yang dilakukan
eksternal, yaitu keluarga besar, sedangkan Qaddura et al. (2019) menunjukkan bahwa
pasangan kedua mengalami pertengkaran dan individu yang menikah melalui taaruf dapat
tantangan yang lebih terkait dengan tanggung berkomunikasi secara asertif setelah melalui
jawab dan tugas rumah tangga. Selain itu, proses yang cukup panjang terutama terkait
pendekatan dalam menyelesaikan konflik juga usaha untuk memahami pola pikir pasangan
berbeda antara kedua pasangan. Pasangan yang berdampak pada pemahaman terhadap
pertama cenderung menyelesaikan konflik apa yang pasangan inginkan. Dan kemampuan
secara internal dengan cepat, sedangkan komunikasi secara asertif ini juga berkaitan
pasangan kedua menunjukkan sikap dengan kepribadian individu tersebut yang
menghindari terlebih dahulu masalah yang mengaku tidak malu untuk menginisiasi
muncul lalu membicarakannya ketika suasana komunikasi. Pasangan yang sering
hati masing-masing sudah membaik. mengekspresikan perasaan secara verbal
Berdasarkan hasil data yang diperoleh, maupun nonverbal serta melakukan diskusi
terdapat perbedaan pada masing-masing terkait pembagian tanggung jawab dan
pasangan terkait cara mereka menyampaikan prioritas lebih mampu menyesuaikan diri
emosi dan menghadapi konflik melalui

DOI: https://doi.org/10.47353/sikontan.v2i1.1145 93
Sikontan Journal
Volume 2 Nomor 1 (2023)

dalam pernikahannya (Tucker & Horowitz, SIMPULAN


1981). Pasangan taaruf pada penelitian ini
Berdasarkan hasil penelitian, peran melalui proses penyesuaian terhadap
agama terhadap penyesuaian perkawinan kehidupan rumah tangga yang sifatnya
meliputi peran agama dalam pengambilan dinamis terutama pada periode awal
keputusan, pengaruh religiusitas terhadap pernikahan mereka. Awal-awal menikah,
sikap dan komitmen dalam pernikahan, serta kedua pasangan sama-sama menunjukkan
peran agama sebagai pedoman dalam adanya proses penyesuaian dengan perbedaan
kehidupan rumah tangga. Agama menjadi karakter maupun kebiasaan antar individu.
salah satu aspek dyadic consensus yang Meski pada pasangan MS dan AF, hal tersebut
memerlukan adanya kesepakatan bersama dibarengi dengan tuntutan untuk
atau dengan kata lain kesamaan pandangan menyesuaikan peran sebagai ayah-ibu karena
keduanya dalam memaknai hal tersebut kehadiran anak di tahun pertama pernikahan
(Spanier, dalam Fitzpatrick & Best, 1979). mereka. Terkait waktu yang dihabiskan
Perbedaan utama antara kedua pasangan bersama, RJ dan SY memiliki rutinitas
terletak pada cara mereka mengaitkan agama kegiatan bersama untuk dilakukan pada waktu
dengan kehidupan pernikahan. Pasangan tertentu. Sedangkan pada MS dan AF
pertama, RJ dan SY, melihat agama sebagai mengalami adanya perubahan dalam
tuntunan dalam menjalani kehidupan rumah membagi waktu kebersamaan saat sebelum
tangga dan memaknai situasi dengan dan sesudah memiliki anak. Kedua pasangan
perspektif agama. Sementara itu, pasangan ini juga terlihat tidak mengalami kendala
kedua, AF dan MS, menghubungkan dalam menyepakati hal-hal terkait
religiusitas dengan sikap, komitmen, dan pengelolaan urusan rumah tangga, mulai dari
persepsi mereka terhadap pernikahan. Agama yang sederhana hingga yang fundamental,
memainkan peran dalam memperkuat seperti keuangan dan pola asuh anak.
keyakinan dan memberikan rasa lega, namun Perbedaan terlihat dari cara berkomunikasi
juga memunculkan kekhawatiran terkait masa dan menyelesaikan konflik. Pada pasangan RJ
depan dan tantangan dalam menjalankan dan SY, keduanya saling terbuka untuk
komitmen agama dalam kehidupan sehari- mengkomunikasikan apapun terutama untuk
hari. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian tidak menunda penyelesaian konflik.
Harita & Suryanto (2020) yang menunjukkan Sedangkan pada MS dan AF, kurang
bahwa struktur agama memengaruhi pasangan terbukanya MS cukup berpengaruh pada cara
yang menikah melalui taaruf dalam membagi mereka berkomunikasi dan penyelesaian
peran gender dalam kehidupan rumah konflik yang seringkali tidak langsung
tangganya. Selain itu, agama yang dijadikan diselesaikan saat itu.
pedoman dalam berumah tangga oleh Terdapat beberapa faktor yang berperan
pasangan taaruf menjadikan mereka mampu dalam penyesuaian perkawinan pasangan
menghadapi kesulitan penyesuaian taaruf, meliputi faktor peristiwa dan kondisi
perkawinannya, misalnya terkait penerimaan kehidupan, komunikasi, dan agama. Peristiwa
pasangan, perilaku seksual, keuangan dan dan kondisi kehidupan seperti keputusan
hubungan keluarga (Nusbah et al., 2020). resign maupun berpindah tempat tinggal
dialami oleh kedua pasangan ini dan hal
tersebut berdampak pada proses penyesuaian

Hanna Zakiah Mas’udah1, Nono Hery Yoenanto2 94


Jurnal Ilmu Psikologi dan Kesehatan
ISSN (e): 2963-8690 | https://publish.ojs-indonesia.com/index.php/SIKONTAN

keuangan atau penyesuaian dengan https://dictionary.apa.org/marital-


lingkungan masyarakat di sekitar tempat adjustment
tinggal. Selanjutnya, komunikasi yang positif Awaris, A. F., & Hidayat, N. (2015).
dan terbuka dibutuhkan bagi pasangan taaruf Penyesuaian Pasangan Pernikahan Hasil
untuk dapat meminimalisir terjadinya konflik Ta’aruf (Adjustment Of Married Couple
dalam pernikahan juga mampu menghadapi By Ta’aruf). E-Sospol, 2(1), 59–67.
tantangan kehidupan pernikahan. BAYRAKTAROĞLU, H., & ÇAKICI, E.
Sebagaimana konflik yang biasa terjadi pada (2013). Factors Related with Marital
pasangan taaruf disebabkan oleh adanya Adjustment. Egitim Arastirmalari-
kesalahpahaman antar individu. Selain itu, Eurasian Journal of Educational
pasangan taaruf melibatkan adanya proses Research, 53/A, 297–312.
diskusi untuk menetapkan keputusan bersama Febrian, P. P. (2020). Diawali Taaruf, Sederet
dalam menyelesaikan sesuatu. Agama juga Seleb Ini Akhiri Rumah Tangga.
berperan dalam sikap pasangan taaruf dalam https://hot.detik.com/celeb/d-
menjalani kehidupan pernikahannya. Selain 5151763/diawali-taaruf-sederet-seleb-
digunakan sebagai pedoman dalam tata cara ini-akhiri-rumah-tangga
beribadah sehari-hari dan penyelesaian Febriani, G. A. (2022). Viral Kisah Nikah
konflik, religiusitas RJ dan SY mempengaruhi Setelah Taaruf, Cerai 8 Hari Kemudian,
pandangan maupun sikap keduanya dalam Ini Saran Psikolog.
menghadapi tuntutan memiliki anak dengan https://wolipop.detik.com/wedding-
tetap ikhlas dan bersyukur. Peran agama news/d-6087116/viral-kisah-nikah-
terhadap pernikahan MS dan AF juga meliputi setelah-taaruf-cerai-8-hari-kemudian-
pembentukan trust pada pasangan dan ini-saran-psikolog
memperkuat komitmen menjalani tanggung Fitzpatrick, M. A., & Best, P. (1979). Dyadic
jawabnya sebagai seorang suami maupun istri. adjustment in relational types:
Consensus, cohesion, affectional
DAFTAR PUSTAKA expression, and satisfaction in enduring
Abbas, M. (2019). Pengaruh penyesuaian diri relationships. Communication
terhadap kepuasan pernikahan pada Monographs, 46(3), 167–178.
individu yang menikah melalui proses https://doi.org/10.1080/0363775790937
ta’aruf. Cognicia, 7(1), 112–120. 6004
https://doi.org/10.22219/cognicia.v7i1.8 Hana, L. (2012). Taaruf Proses Perjodohan
461 Sesuai Syari Islam. PT Elex Media
Akbar, E. (2015). Ta’Aruf Dalam Khitbah Komputindo.
Perspektif Syafi’I Dan Ja’Fari. Musãwa Harita, A. N. W., & Suryanto. (2020).
Jurnal Studi Gender Dan Islam, 14(1), Bagaimana Pasangan Ta’aruf Mencapai
55. Kepuasan Pernikahan?: Studi Kasus
https://doi.org/10.14421/musawa.2015.1 Interaksi Struktur Vs Agency. Prosiding
41.55-66 Seminar Nasional 2020 Fakultas
American Psychological Association. (2022). Psikologi UMBY, 76–86.
APA dictionary of Psychology. American Hurlock, E. B. (1980). Developmental
Psychological Association. Psychology (5th ed.). McGraw-Hill.

DOI: https://doi.org/10.47353/sikontan.v2i1.1145 95
Sikontan Journal
Volume 2 Nomor 1 (2023)

Katadata. (2022). Kasus Perceraian https://doi.org/10.36709/sublimapsi.v1i2


Meningkat 53%, Mayoritas karena .12006
Pertengkaran | Databoks. Pusparini, A. (2012). Agar Ta’aruf Cinta
https://databoks.katadata.co.id/datapubli Berbuah Pahala (Pintu Menyemai Cinta
sh/2022/02/28/kasus-perceraian- Menuju Mahligai Rumah Tangga). Pro-
meningkat-53-mayoritas-karena- U Media.
pertengkaran Sakinah, F., & Kinanthi, M. R. (2018).
Khairiyah, U., & Aulia, A. A. (2017). Pengungkapan Diri Dan Kepuasan
Hubungan Religiusitas dengan Kepuasan Pernikahan Pada Individu Yang Menikah
Pernikahan PasanganTa’aruf Kelurahan Melalui Proses Ta’Aruf. Jurnal
Koto Panjang Ikur Koto. Jurnal RAP Psikologi Integratif, 6(1), 29.
UNP, 8(2), 223–234. https://doi.org/10.14421/jpsi.v6i1.1466
Lashari, S. (2016). Environmental and Schneider, B. (2007). Critical Evaluation and
Personal Factors As Predictors of Marital Conceptual Organization of Marital
Adjustment- an Investigation in Functioning Measures. 9, 38–48.
Pakistani Context. Proceedings of The Spanier, G. B., & Cole, C. L. (1976). Toward
ICECRS, 1(1), 991–1002. Clarification and Investigation of
https://doi.org/10.21070/picecrs.v1i1.64 Marital Adjustment. 6(1), 121–146.
2 Tucker, C. M., & Horowitz, J. E. (1981).
Marni. (2018). Penyesuaian Perkawinan Dan Assessment of factors in marital
Kepuasan Pernikahan Pada Individu adjustment. Journal of Behavioral
yang Menikah Melalui Proses Ta’aruf. Assessment, 3(4), 243–252.
Psikoborneo: Jurnal Ilmiah Psikologi, https://doi.org/10.1007/BF01350828
6(3), 317–326. Wilson, S. M., Larson, J. H., Janmcculloch,
https://doi.org/10.30872/psikoborneo.v6 B., & Stone, K. L. (1997). Dyadic
i3.4643 adjustment: An ecosystemic
Nusbah, N. A., Suarni, W., & Herik, E. examination. American Journal of
(2020). Penyesuaian Perkawinan Pada Family Therapy, 25(4), 291–306.
Wanita Yang Menikah Melalui Proses https://doi.org/10.1080/0192618970825
Ta’Aruf. Jurnal Sublimapsi, 1(2), 120– 1074
129.

Hanna Zakiah Mas’udah1, Nono Hery Yoenanto2 96

Anda mungkin juga menyukai