ABSTRAK
Penelitian terdahulu menunjukkan adanya proses penyesuaian yang beragam dialami oleh pasangan
menikah melalui taaruf. Masa-masa awal pernikahan menjadi tantangan tersendiri bagi pasangan taaruf
karena perlu adanya adaptasi dengan kehidupan baru setelah menikah yang rentan terjadi konflik sedangkan
pasangan taaruf baru dapat benar-benar berinteraksi secara bebas untuk mengenal pasangannya ketika
sudah terikat tali pernikahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penyesuaian perkawinan
pasangan yang menikah melalui taaruf. Metode penelitian kualitatif studi kasus dan teknik penggalian data
melalui wawancara digunakan dengan melibatkan 2 pasang suami istri. Partisipan dipilih berdasarkan
kriteria sepasang suami istri dengan usia pernikahan 1-5 tahun serta menjalani proses taaruf sebelum
menikah. Teknik analisis dengan analisis model interaktif Miles Huberman dengan teknik pemantapan
kredibilitas member check. Penyesuaian perkawinan pasangan taaruf diawali dengan adanya penyesuaian
terhadap perbedaan kepribadian pasangan di beberapa bulan pertama setelah menikah. Proses selanjutnya
dapat dilihat dari interaksi yang terjalin antar pasangan dalam melakukan usaha menangani tantangan yang
muncul berdasarkan kondisi atau kehidupan yang dihadapi dalam kehidupan rumah tangga. Dalam proses
penyesuaian perkawinan pasangan taaruf terdapat beberapa faktor yang berperan seperti kepercayaan,
komunikasi, dan agama.
Kata Kunci: Penyesuaian perkawinan, dyadic adjustment, taaruf
ABSTRACT
Previous research has shown that there are various adjustment processes experienced by married couples
who marry through taaruf. The early years of marriage are a challenge for taaruf couples because there is
a need for adaptation to a new life after marriage, which is prone to conflict, while new taaruf couples can
really interact freely to get to know their partners when they are already married. This study aims to
describe the process of marital adjustment for taaruf married couples. Case study qualitative research
methods and data collection techniques through interviews were used, involving two pairs of husband-and-
wife participants. Participants were selected based on the criteria of a husband and wife with a marriage
age of 1–5 years and undergoing a taaruf process before marriage. The analysis technique uses Miles
Huberman's interactive model analysis with the member checking technique to strengthen credibility. The
process of marital adjustment for couples who are married through taaruf begins with adjustments made
by each individual to differences in the habits and personality of the partner in the first few months after
marriage. The next process can be seen from the interactions that exist between partners in making efforts
to deal with challenges that arise based on the conditions or circumstances faced in household life. There
are several factors that play a role in marital adjustment process for taaruf couples such as belief,
communication, and religion.
Keywords: Marital adjustment, dyadic adjustment, taaruf
DOI: https://doi.org/10.47353/sikontan.v2i1.1145 87
Sikontan Journal
Volume 2 Nomor 1 (2023)
proses yang dapat dilalui untuk dapat memilih Bahkan beberapa waktu terakhir, terdapat
pasangan yang dinilai tepat. Namun beberapa berita yang cukup viral di sosial media
individu, khususnya muslim memilih proses mengenai seorang wanita yang menikah
ta’aruf sebagai alternatif proses penjajakan melalui proses ta’aruf sebelumnya dan usia
untuk dapat mengenal calon pasangan yang pernikahannya baru menginjak usia 8 hari
akan dinikahinya. namun berujung perceraian, karena
Ta’aruf dapat menjadi pilihan bagi pertengkaran yang sering terjadi akibat emosi
individu muslim yang memang tidak mau suami yang tidak stabil dan perbedaan
melakukan pacaran karena proses yang dilalui kebiasaan suami yang memiliki Obsessive
dalam ta’aruf itu sendiri dinilai sesuai dengan Compulsive Disorder (OCD) (Febriani,
ajaran agama Islam, yakni bertujuan untuk 2022). Adapun data dari Badan Pusat Statistik
menghindari zina dengan membatasi kontak menunjukkan bahwa perselisihan dan
fisik dalam hubungan pranikah. Dalam proses pertengkaran menjadi alasan terbanyak dari
ta’aruf pun melibatkan adanya mediator banyaknya kasus perceraian di Indonesia yang
sebagai perantara yang menghubungkan mengalami peningkatan sejak setahun
kedua belah pihak pasangan (Awaris & terakhir, yakni sebanyak 279.205 kasus
Hidayat, 2015). Meski ta’aruf merupakan (Katadata, 2022). Dari data tersebut, dapat
proses penjajakan agar individu dapat saling dilihat bahwa perselisihan dan pertengkaran
mengenal satu sama lain, namun proses yang sangat mungkin untuk terjadi dalam suatu
singkat dan melibatkan pihak ketiga dalam hubungan perkawinan, dan tidak sedikit
pelaksanannya membuat beberapa individu pasangan suami istri yang menghadapi
terkadang belum benar-benar membagikan konflik tersebut mengambil keputusan
informasi tentang dirinya secara terbuka bercerai sebagai jalan keluar.
terhadap calon pasangannya. Sebagaimana Masa-masa awal pernikahan tentu
hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh menjadi tantangan tersendiri bagi pasangan
Sakinah & Kinanthi (2018) menemukan taaruf mengingat individu baru dapat benar-
bahwa belum banyak pengungkapan diri yang benar mengenal pasangannya ketika sudah
dilakukan oleh individu yang menikah dengan terikat tali pernikahan. Harita & Suryanto
melakukan proses ta’aruf sebelumnya, karena (2020) menemukan bahwa pasangan yang
masa perkenalan dalam proses taaruf yang menikah melalui proses ta’aruf kerap kali
relatif singkat yakni biasanya hanya beberapa dihadapkan pada beberapa permasalahan yang
kali dalam 3-4 bulan. disebabkan oleh singkatnya proses
Terdapat beberapa pernikahan yang komunikasi yang dilakukan oleh pasangan
sebelumnya hanya melakukan proses tersebut selama proses ta’aruf. Permasalahan
perkenalan melalui ta’aruf kemudian berhasil yang muncul pun terjadi pada saat sebelum
atau bertahan hingga saat ini, walaupun hingga setelah menikah, mulai dari (a)
memerlukan adanya proses penyesuaian pada struktur keluarga yang ragu, (b) ketidaksiapan
beberapa hal di periode awal pernikahan finansial, (c) perbedaan-perbedaan terkait
mereka. Namun, tidak semua pernikahan cara berkomunikasi, kebiasaan dan perilaku,
berjalan demikian. Misalnya, terdapat kesepakatan tempat tinggal, prinsip
beberapa pernikahan selebritis yang pengasuhan, dan orientasi seksual, serta (d)
melakukan proses ta’aruf sebelum menikah pembagian peran gender. Hal tersebut tentu
berakhir dengan perceraian (Febrian, 2020). menjadikan pasangan yang menikah melalui
proses ta’aruf ini perlu untuk melakukan belajar menyesuaikan diri dengan berbagai
penyesuaian perkawinan yang baik guna masalah yang mungkin muncul, ekspektasi
keberlanjutan hubungan rumah tangga yang akan pernikahan yang berlebihan seringkali
sedang dibangun, dan hal tersebut tidaklah membawa kekecewaan dan membuat
mudah untuk dilakukan. penyesuaian terhadap tugas maupun tanggung
Beberapa penelitian terdahulu jawab pada pernikahan menjadi semakin sulit,
menemukan bahwa sebagian besar pasangan serta kurangnya identitas diri
yang menikah melalui ta’aruf menunjukkan
tingkat penyesuaian perkawinan yang sedang TINJAUAN PUSTAKA
hingga rendah. Berdasarkan penelitian yang Taaruf
dilakukan oleh Abbas (2019) diperoleh hasil Menurut Hana (2012) taaruf adalah
bahwa dari 118 responden, sebesar 54,2% proses berkenalan atau pendekatan secara
atau sebanyak 64 individu memperoleh skor islami yang dilakukan antara pria dan wanita
penyesuaian diri yang sedang, dan sebesar yang akan menikah guna mengetahui lebih
15,3% atau sebanyak 18 individu memperoleh dalam informasi mengenai calon pasangan.
skor penyesuaian diri yang rendah. Hasil Taaruf juga didefinisikan oleh Pusparini
serupa diperoleh oleh Marni (2018) dengan (2012) sebagai proses perkenalan yang
penelitian kualitatif yang berjudul tujuannya adalah pernikahan. Dilakukannya
“Penyesuaian Perkawinan dan Kepuasan taaruf bukan karena ingin mencari tahu
Pernikahan Pada Individu yang Menikah semata atau bahkan mencoba peruntungan
Melalui Proses Ta’aruf”. Berdasarkan dalam mencari jodoh, namun ta'aruf memiliki
wawancara mendalam yang dilakukan niat suci dan mulia untuk mewujudkan
terhadap empat partisipan, beberapa pernikahan dengan mengacu pada nilai-nilai
diantaranya mengaku mengalami kesulitan agama dalam menjalin hubungan. proses
dalam penyesuaian perkawinan. taaruf dilaksanakan dengan adanya adab-adab
Berdasarkan hasil penelitian-penelitian tertentu yang harus diikuti serta melibatkan
terdahulu yang telah dijabarkan penulis, dapat adanya wali atau orang lain selaku mediator
diketahui bahwa beberapa pasangan yang (Akbar, 2015).
menikah melalui ta’aruf kerap kali
menemukan kesulitan dalam melakukan Penyesuaian Perkawinan
penyesuaian perkawinan. Hal ini berkaitan Dilansir dari laman American
dengan pendapat Elizabeth B. Hurlock (1980) Psychological Association (2022),
yang menyatakan adanya beberapa faktor penyesuaian perkawinan atau marital
yang mempengaruhi sulitnya penyesuaian adjustment adalah proses pasangan suami istri
pernikahan, diantaranya adalah sedikitnya mencapai kepuasan dan tujuan bersama
persiapan untuk pernikahan, misalnya terkait dengan saling menyesuaikan diri. Menurut
keterampilan rumah tangga, pengasuhan anak, Burgess, Locke & Thomes (1971 dalam
dan manajemen keuangan, menikah dini, Spanier & Cole, 1976) penyesuaian
konsep yang tidak realistis mengenai perkawinan yang baik adalah ketika terdapat
pernikahan, pernikahan yang berbeda ras atau penyatuan kesepakatan suami istri terkait
agama, singkatnya masa pacaran yang persoalan-persoalan utama dalam
membuat pasangan belum begitu banyak perkawinan, seperti pengelolaan finansial dan
DOI: https://doi.org/10.47353/sikontan.v2i1.1145 89
Sikontan Journal
Volume 2 Nomor 1 (2023)
DOI: https://doi.org/10.47353/sikontan.v2i1.1145 91
Sikontan Journal
Volume 2 Nomor 1 (2023)
menunjukkan upaya untuk menyesuaikan diri komunikasi. Pasangan pertama, RJ dan SY,
dengan kondisi kehidupan yang ada. Meski aktif dalam berdiskusi, saling terbuka, dan
begitu, kedua pasangan mengaku mengalami berusaha menyatukan pendapat mereka.
perubahan dalam pengelolaan keuangan Mereka melihat komunikasi sebagai cara
keluarga. untuk mencapai kesepakatan dan menjaga
Periode awal perkawinan menjadi masa keharmonisan pernikahan. Sementara itu,
penyesuaian pasangan suami istri pasangan kedua, AF dan MS, memiliki
sebagaimana krisis muncul saat pertama kali kecenderungan untuk menahan emosi atau
menempuh pernikahan. Terdapat berbagai menunjukkan ketidakpuasan melalui ekspresi
masalah yang mulai dihadapi sehingga wajah. AF kemudian mencoba
membutuhkan pemahaman masing-masing mengungkapkan penyebab kemarahannya
individu terhadap dirinya sendiri dan juga setelah suasana hati mereda. Penting bagi
pasangannya (Clinebell & Clinebell 2005 pasangan untuk memiliki komunikasi yang
dalam Anjani & Suryanto, 2006). Ketegangan efektif dan terbuka dalam hubungan
emosional kerap kali muncul selama pernikahan. Sebagaimana komunikasi yang
melakukan proses penyesuaian pada periode sehat antara suami dan istri berdampak pada
ini (Hurlock, 1980). Berdasarkan hasil kemampuan mereka menghadapi tantangan-
penelitian ini, konflik dalam rumah tangga tantangan dalam pernikahan (Anjani &
mencakup konflik yang disebabkan oleh Suryanto, 2006). Dalam kasus pasangan
adanya perbedaan pendapat, kesalahpahaman, pertama, mereka telah menyadari pentingnya
ataupun terkait dengan tantangan yang sedang komunikasi dan berupaya untuk mencapai
dihadapi oleh pasangan selama menjalani pemahaman yang lebih baik melalui diskusi.
pernikahan. Perbedaan antara kedua pasangan Sementara itu, pasangan kedua masih
terletak pada sumber konflik dalam rumah mengalami penyesuaian dalam komunikasi
tangga yang mereka hadapi. Pasangan dan berusaha untuk meningkatkan interaksi
pertama menghadapi konflik yang berasal dari mereka. Hasil penelitian yang dilakukan
eksternal, yaitu keluarga besar, sedangkan Qaddura et al. (2019) menunjukkan bahwa
pasangan kedua mengalami pertengkaran dan individu yang menikah melalui taaruf dapat
tantangan yang lebih terkait dengan tanggung berkomunikasi secara asertif setelah melalui
jawab dan tugas rumah tangga. Selain itu, proses yang cukup panjang terutama terkait
pendekatan dalam menyelesaikan konflik juga usaha untuk memahami pola pikir pasangan
berbeda antara kedua pasangan. Pasangan yang berdampak pada pemahaman terhadap
pertama cenderung menyelesaikan konflik apa yang pasangan inginkan. Dan kemampuan
secara internal dengan cepat, sedangkan komunikasi secara asertif ini juga berkaitan
pasangan kedua menunjukkan sikap dengan kepribadian individu tersebut yang
menghindari terlebih dahulu masalah yang mengaku tidak malu untuk menginisiasi
muncul lalu membicarakannya ketika suasana komunikasi. Pasangan yang sering
hati masing-masing sudah membaik. mengekspresikan perasaan secara verbal
Berdasarkan hasil data yang diperoleh, maupun nonverbal serta melakukan diskusi
terdapat perbedaan pada masing-masing terkait pembagian tanggung jawab dan
pasangan terkait cara mereka menyampaikan prioritas lebih mampu menyesuaikan diri
emosi dan menghadapi konflik melalui
DOI: https://doi.org/10.47353/sikontan.v2i1.1145 93
Sikontan Journal
Volume 2 Nomor 1 (2023)
DOI: https://doi.org/10.47353/sikontan.v2i1.1145 95
Sikontan Journal
Volume 2 Nomor 1 (2023)