Anda di halaman 1dari 5

NAMA KELOMPOK;

Citra maharani pertiwi


Elnaya adesayu
Maharani chairunnisa P.A
Muhammad kevin Claudio
Raditya Ramadhan syaban
Sheila Audrey dewanda
Siti anissa adisti
DAMPAK PEMANASAN GLOBAL
 Ketidakstabilan Iklim
Perubahan iklim global tidak mustahil membawa banyak dampak yang negatif terhadap bumi
dan makhluk hidup. Beberapa dampaknya tersebut kini mulai dirasakan di setiap kehidupan
manusia secara perlahan. Berikut dampak perubahan iklim global yang seharusnya mulai
menjadi perhatian,
1. Memengaruhi Kualitas Air
Adanya perubahan iklim global secara tidak langsung akan memengaruhi kualitas hingga
kuantitas air bersih yang tersedia di bumi. Meski perubahan iklim global cenderung
meningkatkan intensitas hujan, namun air justru berpotensi untuk tidak terserap ke dalam
tanah dan langsung bermuara ke laut sehingga tidak dapat dikonsumsi

2. Memicu Kepunahan Makhluk Hidup


Dampak dari adanya perubahan iklim yang dapat terlihat adalah terjadinya kepunahan masal
berbagai spesies binatang. Sebab, habitat alami dari berbagai binatang tersebut cenderung
rusak sebagai akibat dari kegiatan manusia.

3. Wabah Penyakit Meningkat


Selain itu, perubahan iklim global juga dapat memicu terjadinya berbagai wabah penyakit di
berbagai belahan dunia. Hal itu sebagai akibat dari paparan sinar matahari berupa ultraviolet
sehingga membuat manusia rentan untuk terserang berbagai penyakit.

4. Cuaca Ekstrem
Dampak dari perubahan iklim global yang pasti terjadi adalah cuaca ekstrem. Adapun
indikator terjadinya cuaca ekstrem tersebut antara lain seperti meningkatnya suhu, permukaan
air laut yang semakin naik, suhu air laut yang meningkat, pencairan gletser dan lapisan es
kutub, serta peningkatan curah hujan.
 Efek Pemanasan Global pada laut memberikan informasi tentang berbagai jenis
dampak dikarenakan pemanasan global terhadap laut. Dimana melingkupi perubahan
warna air pada laut, terumbu krang yang mengalami pemutihan, meningkatnya radiasi
ultra violet B yang masuk ke perairan, kepunahan hewan laut akibat meningkatnya
suhu dan penurunan salinitas perairan laut, naiknya permukaan laut.
Ditambah juga dengan terjadinya perbuhan pola badai, mengubah arus oseanik dan
perubahan presipitasi. Jumlah plastik yang tidak terkontrol juga merusak ekosistem laut.
Dengan meningkatnya pemanasan global, air di laut memanas yang akan memanaskan udara
di sekitarnya sehingga menciptakan angin topan.
Naiknya permukaan laut menyebabkan mencairnya es di kutub dan berkurangnya air yang
menguap ke atmosfir menyebabkan naiknya permukaan laut. Kota-kota dan kota-kota pesisir
yang tidak jauh di dekat pantai timur AS, kepulauan pasifik, Teluk Meksiko hanyalah
beberapa wilayah di mana kerusakan banjir mulai menenggelamkan beberapa arealnya.
 Pertanian, Pemanasan Global dan Mitigasi Gas Rumah Kaca”. Pemanasan global
yang kini sedang terjadi , adalah akibat dari makin meningkatnya emisi gas rumah
kaca (GRK) di atmosfir, baik yang berasal dari ekosistem alami maupun ekosistem
buatan termasuk sektor pertanian. Gas rumah kaca dominan di atmosfir adalah karbon
dioksida (CO2), metan (CH4) dan nitrous oksida (N2O). Potensi kekuatan dalam
pemanasan global, CH4 21 kali dan N2O 290 kali lebih besar dari CO2. Sektor
pertanian merupakan sektor yang paling banyak terkena dampak pemanasan global.
Terjadinya banjir dan longsor di berbagai daerah pada musim hujan, dan kekeringan
berkepanjangan pada musim kemarau merupakan bukti dampak pemanasan global. Selain itu,
musim pun sudah makin tidak menentu, sehingga mempersulit petani dalam menentukan
waktu tanam. Perubahan iklim global tersebut akhirnya akan berdampak terhadap ketahanan
pangan nasional. Ironisnya, sebagai sektor yang paling banyak terkena dampak pemanasan
global, pertanian juga merupakan penyumbang gas rumah kaca (GRK) global.
Sektor pertanian menytumbang emisi GRK anthropogenik dalam pemanasan global sebesar
20%, dan sebesar 90% berasal dari pertanian daerah tropik. Indonesia sendiri sebagai negara
berkembang di daerah tropik sudah menjadi salah satu pemasok GRK terbesar didunia setelah
Amerika dan Cina. Besarnya kehilangan gas CO2 dari sektor pertanian disebabkan oleh cara
cara praktik budidaya pertanian yang tidak berkelanjutan. Contoh budidaya pertanian yang
mamacu emisi GRK adalah pembakaran lahan dan pembajakan tanah. Pembakaran lahan
bukan hanya menghasilkan GRK, tetapi juga merusak tanah.
Pembajakan lahan disamping merusak agregasi tanah sehingga partikel-partikel tanah
menjadi lepas dan karbon tanah hilang terbawa erosi, juga mamcu oksidasi bahan organik
tanah yang berakibat pada peningkatan emisi gas CO2 dan menurunnya cadangan karbon
tanah. Oleh karena itu, diperlukan adanya mitigasi GRK melalui manajemen lahan
berkelanjutan yang bukan hanya mampu meningkatkan penyerapan karbon, tetapi juga dapat
mengurangi emisi gas CO2 dari sektor pertanian. Strategi peningkatan karbon dalam tanah
bukan hanya akan membantu pengurangan emisi GRK, tetapi juga meningkatkan kesuburan
tanah. Melalui penerapan pengelolaan lahan berkelanjutan, peningkatan C dalam tanah
sebesar 4/1000 per tahun (” 4 per mile Soil for Food Security and Climate) sebagai kebijakan
global dapat dipenuhi. Teknik-teknik budidaya pertanian yang mampu mengurangi emisi
CO2 dan sekaligus meningkatkan karbon dalam tanah serta kesuburan tanahnya antara lain
teknik konservasi tanah, penanaman tanaman pelindung, diversifikasi tanaman, pertanian
organik, dan agroforestri (wanatani). Maju Cemrlang Faperta Kita. Pertanian, Pemanasan
Global dan Mitigasi Gas Rumah Kaca”. Pemanasan global yang kini sedang terjadi , adalah
akibat dari makin meningkatnya emisi gas rumah kaca (GRK) di atmosfir, baik yang berasal
dari ekosistem alami maupun ekosistem buatan termasuk sektor pertanian. Gas rumah kaca
dominan di atmosfir adalah karbon dioksida (CO2), metan (CH4) dan nitrous oksida (N2O).
Potensi kekuatan dalam pemanasan global, CH4 21 kali dan N2O 290 kali lebih besar dari
CO2.
Sektor pertanian merupakan sektor yang paling banyak terkena dampak pemanasan global.
Terjadinya banjir dan longsor di berbagai daerah pada musim hujan, dan kekeringan
berkepanjangan pada musim kemarau merupakan bukti dampak pemanasan global. Selain itu,
musim pun sudah makin tidak menentu, sehingga mempersulit petani dalam menentukan
waktu tanam. Perubahan iklim global tersebut akhirnya akan berdampak terhadap ketahanan
pangan nasional. Ironisnya, sebagai sektor yang paling banyak terkena dampak pemanasan
global, pertanian juga merupakan penyumbang gas rumah kaca (GRK) global.
Sektor pertanian menytumbang emisi GRK anthropogenik dalam pemanasan global sebesar
20%, dan sebesar 90% berasal dari pertanian daerah tropik. Indonesia sendiri sebagai negara
berkembang di daerah tropik sudah menjadi salah satu pemasok GRK terbesar didunia setelah
Amerika dan Cina. Besarnya kehilangan gas CO2 dari sektor pertanian disebabkan oleh cara
cara praktik budidaya pertanian yang tidak berkelanjutan. Contoh budidaya pertanian yang
mamacu emisi GRK adalah pembakaran lahan dan pembajakan tanah. Pembakaran lahan
bukan hanya menghasilkan GRK, tetapi juga merusak tanah.
Pembajakan lahan disamping merusak agregasi tanah sehingga partikel-partikel tanah
menjadi lepas dan karbon tanah hilang terbawa erosi, juga mamcu oksidasi bahan organik
tanah yang berakibat pada peningkatan emisi gas CO2 dan menurunnya cadangan karbon
tanah. Oleh karena itu, diperlukan adanya mitigasi GRK melalui manajemen lahan
berkelanjutan yang bukan hanya mampu meningkatkan penyerapan karbon, tetapi juga dapat
mengurangi emisi gas CO2 dari sektor pertanian. Strategi peningkatan karbon dalam tanah
bukan hanya akan membantu pengurangan emisi GRK, tetapi juga meningkatkan kesuburan
tanah.
Melalui penerapan pengelolaan lahan berkelanjutan, peningkatan C dalam tanah sebesar
4/1000 per tahun (” 4 per mile Soil for Food Security and Climate) sebagai kebijakan global
dapat dipenuhi. Teknik-teknik budidaya pertanian yang mampu mengurangi emisi CO2 dan
sekaligus meningkatkan karbon dalam tanah serta kesuburan tanahnya antara lain teknik
konservasi tanah, penanaman tanaman pelindung, diversifikasi tanaman, pertanian organik,
dan agroforestri (wanatani). Maju Cemrlang Faperta Kita.
Meningkatnya pemanasan global akan menyebabkan lebih banyak penguapan yang akan
menyebabkan lebih banyak hujan. Hewan dan tumbuhan tidak dapat dengan mudah
beradaptasi dengan peningkatan curah hujan. Tanaman dapat mati dan hewan dapat
bermigrasi ke area lain.
 Penjelasan:
 Dampak terhadap hewan:
Pemanasan global meningkatkan resiko terjadinya kepunahan hewan. Terjadinya pemanasan
global menyebabkan beberapa satwa mengalami perubahan habitat sehingga bermigrasi.
Migrasi ini akan menyebabkan sebagian hewan tidak dapat beradaptasi alias dirugikan.
 Dampak terhadap tumbuhan:
Pemanasan global dapat mempengaruhi pertanian.
Ketika suhu global akan meningkat, tanaman akan merasa lebih sulit untuk bertahan hidup
dan akan mati. Tumbuhan adalah sumber utama makanan bagi manusia dan sebagai
akibatnya kekurangan makanan dapat terjadi.
Dampak pemanasan global yang paling berpengaruh terhadap produksi tanaman antara lain
adalah kekeringan, penurunan/ peningkatan curah hujan, dan peningkatan suhu udara. Dalam
periode Januari–Juli 2007, luas lahan pertanian yang mengalami kekeringan adalah 268.518
ha; 17.187 ha di antaranya mengalami puso (gagal panen).

 Dampak pemanasan global terhadap kesehatan manusia


1. Kematian akibat bencana atau cuaca ekstrem
Mulai dari banjir besar, badai, suhu bumi yang semakin panas, hingga mencairnya es di
kutub, semuanya memakan korban jiwa yang tidak sedikit.
sebuah penelitian yang dimuat dalam Journal of Geophysical Research-Atmospheres pada
2007 mengungkapkan bahwa beberapa daerah Eropa pernah mengalami gelombang panas
yang meningkat dua kali lipat dari 100 tahun lalu. Gelombang panas yang melanda beberapa
wilayah di Eropa tersebut memakan korban jiwa hingga sebanyak 70.000 orang.

2. Kekeringan
Kondisi kekeringan atau degradasi tanah di suatu daerah biasanya disebabkan oleh perubahan
iklim dan penyalahgunaan tanah atau laham.
Ketika suatu lahan tanah mengalami degradasi, otomatis tanah tersebut menjadi tidak lagi
produktif atau subur untuk digunakan sebagaimana mestinya. Akibatnya, luas lahan yang
seharusnya masih dapat digunakan untuk kepentingan manusia seperti pertanian, bercocok
tanam, dan pengairan pun menjadi lebih terbatas.
3. Penyebaran virus
Perubahan cuaca yang terjadi secara tiba-tiba dapat mendukung penyebaran dan infeksi virus,
terutama virus-virus penyebab penyakit yang ditularkan melalui serangga dan nyamuk.
Binatang-binatang tersebut akan membawa dan menularkan bibit penyakit dengan dukungan
dari perubahan cuaca, seperti panas ke hujan dan sebaliknya.

4. Muncul penyakit terkait panas


Pemanasan global berisiko menimbulkan penyakit yang berhubungan dengan panas, seperti
heat stroke (sengatan panas) atau heat exhaustion. Keduanya sama-sama terjadi karena Anda
terpapar suhu tinggi, sedangkan tubuh tidak memiliki cukup waktu untuk mengembalikan
suhunya.

5. Gangguan pernapasan
Asma merupakan salah satu gangguan pernapasan yang menjadi dampak pemanasan global.
Secara tidak langsung, perubahan suhu di bumi dapat memengaruhi kualitas udara karena
tingginya kadar polutan. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), pemanasan global telah
membuat iklim berubah sekitar 0,85 derajat Celsius lebih panas.
Perubahan iklim lambat laun akan berdampak pada lebih banyaknya produksi debu, serbuk
sari, serta polutan lainnya yang bisa menimbulkan reaksi negatif. Pada akhirnya, peningkatan
suhu dan polusi udara berdampak bagi pernapasan. Selain asma, buruknya kualitas udara bisa
menyebabkan batuk, nyeri dada, iritasi tenggorokan, hingga terhambatnya fungsi normal
paru-paru.

Anda mungkin juga menyukai