Anda di halaman 1dari 88

ANALISIS EFISIENSI BIAYA PRODUKSI DENGAN METODE TARGET

COSTING PADA PRODUK KERIPIK SINGKONG BERBASIS ONLINEDI


UD. NEW SEHATI, KABUPATEN MOJOKERTO

Oleh :
SINGGIH DWI KURNIAWAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
MALANG
2018
ANALIS
SIS EFISIENSI BIAYA
A PRODUKSI DENGGAN METO
ODE TARGGET
NG PADA PRODUK KERIPIK SINGKON
COSTIN NG BERBAASIS ONLIINE
DI UD. NEW
N SEHA
ATI, KABU
UPATEN MOJOKER
M RTO

Oleh
h
SINGG
GIH DWI KURNIAWA
K AN
14504050101111092

PROGRA
AM STUDI AGRIBIS
SNIS

SKRIP
PSI

Diajukansebagaisala
ahsatusyaratuntukm
memperole
ehGelar
S
SarjanaPe
ertanian Strata
S Satu
u (S-1)

UNIVE
ERSITAS BRAWIJAY
B YA
FAKU
ULTAS PE
ERTANIAN
N
JUR
RUSAN SO
OSIAL EKO
ONOMI PE
ERTANIAN
N
MALAN
NG
2018
8

2
PERNYATAAN

Sayamenyatkanbahwasegalapernyataandalamskripsiinimerupakanhasilpenelitia
nsayasendiri, denganbimbingankomisipembimbing.
Skripsiinitidakpernahdiajukanuntukmemperolehgelar di
perguruantinggimanapundansepanjangpengetahuansayajugatidakterdapatkaryaata
upendapat yang pernahditulisatauditerbitkanoleh orang lain, kecuali yang
denganjelasditunjukkanrujukannyadalamnaskahinidandisebutkandalamdaftarpusta
ka.

Malang,Juli 2018

Singgih Dwi Kurniawan

3
RINGKASAN

Singgih Dwi Kurniawan. 145040101111092. Analisis Efisiensi Biaya Produksi


dengan Metode Target Costing pada Produk Keripik Singkong Berbasis
Online di UD. New Sehati, Kabupaten Mojokerto. Dibawah Bimbingan Heru
Santoso Hadi Subagyo sebagai Dosen Pembimbing Utama dan Andrean Eka
Hardana sebagai Dosen Pembimbing Pendamping.

Pelaku bisnis dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam upaya tetap
bertahan dalam persaingan bisnis.Salah satu cara yaitu dengan menggunaan
teknologi pemasaran secara online dapat membatu perusahaan dalam
meningkatkan volume penjualan untuk pencapaian target profit perusahaan.Selain
teknologi pemasaran cara lain yang dapat digunakan oleh perusahaan agar dapat
bersaing yaitu dengan mengendalikan biaya produksi. Tujuan dilakukannya
penelitian ini antara lain: (1) Menganalisis perbandingan pemasaran secara
onlinedan pemasaran offline yang dilakukan oleh perusahaan, (2) menganalisis
perbandingan biaya produksi dan laba dengan menggunakan metode standard
costing dan target costing di perusahaan.
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan secara
kuantitatif. Pemilihan lokasi di UD. New Sehati ini dikarenakan perusahaan
tersebut merupakan salah satu industri olahan makanan di Kabupaten Mojokerto
yang memiliki lokasi yang strategis yaitu dekat dengan tempat pariwisata dan
pemasaran produk hingga luar negeri seperti singapura, korea, china dan
hongkong.Penentuan responden dalam penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling dengan judgment sampling. Teknik pengumpulan data yang
digunakan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan pada penelitian ini,
antara lain adalah wawancara, observasi, dokumentasi.
Ada tiga teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini. Teknik
analisis data yang digunakan antara lain meliputi:
1. Analisis Metode Standard Costing
Analisis penentuan standard costing pada penelitian ini digunakan untuk
menganalisis biaya produksi yang dikeluarkan untuk memproduksi kripik
singkong dan laba yang diperoleh perusahaan dari penjualan. Perhitungan pada
metode standard costing menggunakan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan
biaya overhead pabrik dan non produksi.
2. Analisis Metode Target Costing
Penggunaan metode Target Costing untuk dapat menjawab tujuan dari
penelitian yang mengenai pengendalian biaya produksi dan pencapaian target laba
bagi perusahaan. Data yang digunakan dalam metode ini adalah produksi keripik
singkong pada tahun 2017.Tahapan dalam melakukan metode Target Costing
adalah sebagai berikut:
a. Menentukan harga jual keripik singkong dengan harga yang kompetitif.
b. Menentukan target laba yang diinginkan oleh perusahaan.
c. Menghitung target biaya yang efisien untuk digunakan, berdasarkan pada harga
jual kompetitif produk dan laba yang diinginkan.

i
3. Deskriptif
Deskriptif menjelaskan mengenai cara yang dilakukan untuk penurunan biaya
produksi serta membandingkan nilai biaya produksi yang dikeluarkan dan laba
yang dicapai dengan menggunakan metode standard costing dan metode target
costing.
UD. New Sehati merupakan salah satu usaha kecil menegah (UKM) yang
terletak di Jalan Sekarsari No 24 RT 04 RW 02 Dusun Sukorejo Desa Kemiri
Kecamatan Pacet, Mojokerto – Jawa Timur. UD. New Sehati bergerak dalam
bidang industri olahan makanan aneka keripik. Total biaya produksi yang
digunakan perusahaan untuk memproduksi keripik singkong menggunakan
metode standard costing yaitu sebesar Rp. 460.364.233 atau Rp. 4.568 per
kemasan dengan laba bersih yang didapatkan sebesar 17.238.767 atau sebesar
3,8%. Total biaya produksi yang digunakan perusahaan untuk memproduksi
keripik singkong menggunakan metode target costing yaitu sebesar Rp.
434.253.754 atau Rp. 4.309 per kemasan dengan laba bersih yang didapatkan
sebesar 43.349.246 atau sebesar 9,3%. Selisih biaya biaya yang dapat ditekan
menggunakan metode target costing yaitu sebesar Rp. 26.110.479. Pemasaran
online yang dilakukan oleh perusahaan terbukti dapat meningkatkan penjualan.
Hal ini dibuktikan pemasaran online lebih besar yaitu sebesar 76% di bandingkan
pemasaran offline yaitu sebesar 24%.
Penerapan metode standard costing belum mampudijadikan acuan dalam
penentuan biaya karena belum tercapainya target laba perusahaan. Penerapan
metode target costing dalam penentuan biaya produksi dapat dijadikan sebagai
acuan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan sehingga biaya produksi lebih
efisien dan target laba yang diinginkan tercapai. Penerapan teknologi pemasaran
memiliki dampak yang positif terhadap volume penjualan produk pada
perusahaan, hal ini dibuktikan pemasaran online memiliki jumlah lebih banyak
dibandingkan pemasaran offline.

ii
SUMMARY

Singgih Dwi Kurniawan. 145040101111092. Production Cost Efficiency


Analysis with Target Costing Method on Online Chips Cassava Products at
UD. New Sehati, Mojokerto Regency. Supervised by Heru Santoso Hadi
Subagyo and Andrean Eka Hardana.

Businesspeople are demanded to be more creative and innovative in an effort to


stay afloat in business competition. One way is to use online marketing
technology can help companies to increase sales volume to achieve the company's
profit targets. In addition to marketing technology other ways that can be used by
companies to compete that is by controlling production costs. The purpose of this
research are: (1) to analyze the ratio to online marketing and offline marketing
conducted in company, (2) to analyze the ratio of production cost and profit using
standard costing method and target costing in company,
The approach used in this research is a quantitative approach. Site selection in
UD. New Sehati is because the company is one of the processed food industry in
Mojokerto regency which has a strategic location that is close to the tourism and
marketing of foreign products such as singapore, korea, china and hongkong.
Determination of respondents in this study using purposive sampling technique
with judgment sampling. Data collection techniques used to obtain information
needed in this study, among others, are interviews, observation, documentation.
There are three data analysis techniques used in this study. Data analysis
techniques used include:
1. Standard Costing Method Analysis
The analysis of standard costing determination in this research is used to
analyze the production cost incurred to produce the cassava chips and profit
obtained by the company from the sale. Calculation on standard costing method
uses raw material cost, labor cost and factory overhead cost and non production.
2. Analysis of Target Costing Method
The use of Target Costing method to be able to answer the purpose of research
on the control of production costs and the achievement of profit targets for the
company. The data used in this method is the production of cassava chips in 2017.
Stages in doing the Target Costing method are as follows:
a. Determine the selling price of cassava chips at competitive prices.
b. Determine the profit target desired by the company.
c. Calculates cost efficient targets to use, based on price
sell competitive products and desired profit.

iii
3. Descriptive
Descriptive explanation about the way that done to decrease production cost
and compare value of production cost incurred and profit achieved by using
method of costing costing and target costing method.
UD. New Sehati is one small medium enterprises (SMEs) located at Jalan
Sekarsari No 24 RT 04 RW 02 Sukorejo Hamlet Village Kemiri District Pacet,
Mojokerto - East Java. UD. New Sehati is engaged in the processed food industry
of various chips. Total cost of production used by company to produce cassava
chips using standard costing method that is equal to Rp. 460.364.233 or Rp. 4,568
per pack with a net profit of 17,238,767 or 3.8%. Total cost of production used by
company to produce cassava chips using target costing method that is equal to Rp.
434.253.754 or Rp. 4,309 per pack with a net profit of 43,349,246 or 9.3%. The
difference in cost costs that can be reduced using the target costing method of Rp.
26.110.479. Online marketing conducted by the company is proven to increase
sales. This is evidenced greater online marketing that is equal to 76% in
comparison offline marketing that is equal to 24%.
Implementation of standard costing method has not been able to be used as a
reference in the determination of costs because the company has not achieved the
target profit. The implementation of target costing method in determining the cost
of production can be used as a reference cost that must be issued by the company
so that the production cost is more efficient and the desired profit target is
achieved. Application of marketing technology has a positive impact on the
volume of product sales in the company, it is proven online marketing has more
number than offline marketing.

iv
KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberikan banyak
kesempatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan baik.
Penelitian dilaksanakan di UD. New Sehati. UD. New Sehati berlokasi di Jl.
Sekarsari No. 24 RT 04 RW 02 Dusun Sukorejo Desa Kemiri Kecamatan Pacet,
Mojokerto. Penelitian dilakukan selama satu bulan dimulai pada tanggal 1 Januari
2018 sampai 30Mei 2018. Kegiatan penelitian yang dilakukan berupa analisis
efisiensi biaya produksi dengan metode target costing.
Penelitian bertujuan untuk menganalisis biaya produksi dengan menggunakan
metode standart costing kemudian melakukan analisis biaya produksi dengan
menggunakan metode target costing serta melakukan analisis perbandingan biaya
produksi dan laba dengan metodestandard costing dan metode target costing.
Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif yang digunakan untuk
menganalisis biaya produksi dan laba. Penelitian dilakukan dengan cara
wawancara, observasi dan dokumentasi.
Pada penyusunan skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Heru Santoso Hadi Subagyoselaku dosen pembimbing utama
penelitian, Andrean Eka Hardana selaku dosen pembimbing pendamping, pihak
perusahaan yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, orang tua yang
telah memberikan kasih sayang, motivasi dan doa agar senantiasa diberikan
kelancaran beserta teman-teman seperjuangan agribisnis angkatan 2014 yang telah
memberikan dukungan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tentunya terdapat banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga tulisan ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca.

Malang,Juli 2018

Penulis

v
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Mojokerto pada tanggal 14


Desember 1995 sebagai putrakedua dari tiga bersaudara
dari Bapak H. Kasdi, S.Pd dan Ibu Hj. Sriani S.Pd.AUD.
Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN Mojodowo
pada tahun 2002 sampai 2008. Penulis melanjutkan
pendidikan ke SMPN 1 Kemlagi pada tahun 2008-2011.
Tahun 2011-2014 penulis melanjutkan ke jenjang SMAN 1Gedeg.Penulis
terdaftar sebagai mahasiswa Strata-1 di UniversitasBrawijaya FakultasPertanian
Program Studi Agribisnis Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian melaluijalur
SNMPTN.
Selama menjadi mahasiswa di Universitas Brawijaya Fakultas
PertanianProgram Studi Agribisnis Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, penulis
aktif di kegiatan kampus yaitu ikut serta dalam anggota perhimpunan mahasiswa
sosial ekonomi pertanian, aktif di oerganisasi ekstra kampus Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), menjadi peserta penulisan PKM Dikti tahun
2015, aktif mengikuti UKM Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT)
sebagai pelatih, mengikuti program pemerintah UPSUS PAJALE di Tuban.
Adapun prestasi yang pernah diperoleh penulis yaitu (1) Juara 1 kelompok
pemberdayaan masyarakat dalam agribisnis se Fakultas Pertanian, (2) Juara 1
kelompok terbaik UPSUS PAJALE TUBAN 2017 se Jawa-Bali, (3) Juara 1 O2SN
Pencak Silat se Kabupaten Mojokerto tahun 2012, (4) Juara 1 O2SN Pencak Silat
se Kabupaten Mojokerto tahun 2013, (5) Juara 2 POPDA Pencak Silat se
Kabupaten Mojokerto tahun 2012. Selain prestasi, adapun pengalaman kerja yang
dilakukan penulis selama menjadi mahasiswa yaitu memiliki ternak ayam
potong/boiler sampai saat ini, memiliki budidaya ikan lele tahun 2014-2016,
membantu orangtua mengelola beberapa kebun tebu dan yang terakhir pernah
magang kerja di PTPN X pabrik tebu PG Gempolkrep Mojokerto.

vi
DAFTAR ISI
Halaman

RINGKASAN .................................................................................................. i
SUMMARY ..................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP.......................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi
DAFTAR SKEMA ........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii
I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................ 3
1.3. Batasan Masalah ................................................................................... 5
1.4. Tujuan Penelitian .................................................................................. 5
1.5. Kegunaan Penelitian ............................................................................. 5
II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 6
2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu ............................................................. 6
2.2. Teori dan Konsep ................................................................................. 8
2.2.1.Biaya Produksi dan Biaya Non Produksi .................................... 8
2.2.1.1.Biaya Produksi ................................................................ 8
2.2.1.2.Biaya Non Produksi ........................................................ 10
2.2.2. Tinjauan Standard Costing......................................................... 10
2.2.3. Tinjauan Target Costing............................................................. 13
2.2.3.1. Pengertian Metode Target Costing ................................ 13
2.2.3.2. Karakteristik Target Costing ......................................... 14
2.2.3.3. Prinsip-Prinsip Target Costing ...................................... 15
2.2.3.4.Langkah Implementasi Target Costing........................... 16
2.2.4. Perbedaan Standart Costing dan Target Costing ..................... 18
III. KERANGKA PEMIKIRAN ...................................................................... 20
3.1. Kerangka Konsep Penelitian ................................................................ 20

vii
3.2. Hipotesis ............................................................................................... 23
3.3. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ................................... 23
IV. METODE PENELITIAN........................................................................... 27
4.1. Pendekatan Penelitian........................................................................... 27
4.2. Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................. 27
4.3. Teknik Penentuan Responden .............................................................. 28
4.4. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 28
4.5 Teknik Analisis Data ............................................................................. 29
4.5.1 Analisis Metode Standart Costing .............................................. 29
4.5.2 Analisis Metode Target Costing.................................................. 30
4.5.3 Deskriptif ..................................................................................... 31
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 32
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..................................................... 32
5.1.1 Sejarah Perusahaan ...................................................................... 32
5.1.2 Profil Perusahaan......................................................................... 33
5.1.3 Visi dan Misi Perusahaan ............................................................ 33
5.1.4 Struktur Organisasi ...................................................................... 34
5.1.5 Perkembangan Jumlah Penjualan Produk Keripik Singkong ...... 35
5.1.6 Proses Produksi Keripik Singkong .............................................. 36
5.2 Analisis Penentuan Biaya Metode Standard Costing............................ 37
5.2.1 Total Produksi dan Total Penjualan Keripik Singkong ............... 38
5.2.2 Biaya Bahan Baku Langsung ...................................................... 40
5.2.3 Biaya Tenaga Kerja Langsung .................................................... 40
5.2.4 Biaya Overhead Pabrik ............................................................... 40
5.2.5 Biaya Non Produksi .................................................................... 43
5.2.6 Perhitungan Keseluruhan Biaya Per Kemasan ............................ 44
5.2.7 Perhitungan Laba Rugi ................................................................ 44
5.3 Analisis Penerapan Target Costing ....................................................... 46
5.4 Perbandingan Hasil Analisis ................................................................. 48
5.5 Rekayasa Nilai....................................................................................... 50
5.5.1 Biaya Sebelum Rekayasa Nilai ................................................... 53
5.5.2 Komponen Biaya yang Dilakukan Rekayasa Nilai ..................... 54

viii
5.5.3 Biaya Per Kemasan Keripik Singkong Setelah Rekayasa Nilai .. 60
5.5.4 Perbandingan Biaya Setelah Rekayasa Nilai .............................. 62
5.6 Pemasaran Produk ................................................................................. 64
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 67
6.1 Kesimpulan ............................................................................................ 67
6.2 Saran ...................................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 69
LAMPIRAN ..................................................................................................... 71

ix
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks

Tabel 1. Perbedaan antara standard costing dan target costing.................. 18


Tabel 2. Definisi operasional dan pengukuran variabel .............................. 24
Tabel 3. Total Produksi Keripik Singkong Tahun 2017 ............................. 38
Tabel 4. Total Penjualan Keripik Singkong Tahun 2017............................ 39
Tabel 5. Biaya Overhead Pabrik Tahun 2017 ............................................. 41
Tabel 6. Biaya Non Produksi Keripik Singkong Tahun 2017 .................... 43
Tabel 7. Perhitungan Keseluruhan Biaya Keripik Singkong per Kemasan
Tahun 2017 ................................................................................... 44
Tabel 8. Perhitungan Laba Rugi Keripik Singkong Tahun 2017 ................ 45
Tabel 9. Total Biaya Keseluruhan Keripik Singkong Tahun 2017 dengan Metode
Target Costing .............................................................................. 48
Tabel 10. Perbandingan Biaya Per Kemasan Keripik Singkong dengan Metode
Standard Costing dan Metode Target Costing ........................... 49
Tabel 11. Perbandingan Total Biaya Keripik Singkong dengan Metode Standart
Costing dan Metode Target Costing........................................... 49
Tabel 12. Biaya Keripik Singkong per Kemasan Sebelum Dilakukan Rekayasa
Nilai ............................................................................................ 54
Tabel 13. Biaya Keripik Singkong Per Kemasan Setelah Dilakukan Rekayasa
Nilai ............................................................................................ 61
Tabel 14. Perbandingan Standart Costing dengan Biaya Setelah Dilakukan
Rekayasa Nilai Per Kemasan ...................................................... 62
Tabel 15. Perbandingan Standard Costing Keseluruhan dengan Biaya Setelah
Dilakukan Rekayasa Nilai Per Kemasan .................................... 63

x
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
Gambar 1. Prinsip-prinsip Target Costing .................................................. 15
Gambar 2. Presentase Pemasaran Keripik Singkong
Secara Online dan Offline ........................................................................... 65
Gambar 3. Presentase Pemasaran Keripik Singkong Secara Online di UD. New
Sehati .......................................................................................... 65

xi
DAFTAR SKEMA
Nomor Halaman
Teks

Skema 1. Kerangka Pemikiran Penerapan Metode Target Costing ............ 24

xii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
Teks

Lampiran 1. Struktur Organisasi Perusahaan .............................................. 72


Lampiran 2. Alur Produksi Keripik Singkong ............................................ 72
Lampiran 3. Biaya Bahan Baku Langsung dan Biaya Tenaga Kerja Langsung 73
Lampiran 4. Biaya Penyusutan Alat dan Overhead .................................... 73
Lampiran 5. Biaya Non Produksi ................................................................ 74
Lampiran 6. Perhitungan Biaya Per Kemasan
dengan Metode Standard Costing ............................................................... 74
Lampiran 7. Data Total Penjualan Produk UD. New Sehati Tahun 2005-2017 76
Lampiran 8. Dokumentasi ........................................................................... 77

xiii
LEMBAR PERSEMBAHAN

“Sungguh, atas kehendak Allah semua ini terwujud tiada kekuatan kecuali
dengan pertolongan Allah” (QS. Al-Kahf: 39)

Skripsi ini kupersembahkan untuk


Kedua orang tua, yang senantiasa memberikan doa, perhatian
dan kasih sayang yang tiada hentinya. Ibu, Bapak lembaran-lembaran
ini hanya bagian kecil baktiku untuk engkau. Terima kasih
atas semua pengorbananmu

Beribu-ribu terima kasih kepada dosen pembimbing


Bapak Heru Santoso S, Bapak Andrean Eka Hardana, dan
dosen penguji Bapak Abdul Wahib yang tak pernah lelah untuk
membimbing setiap tahapan
penulisan skripsi ini

Kakak tercinta, yang memberikan doa dan bersedia menjadi


donatur untuk kebutuhan kuliahku

Adik tersayang, bocah kecil penyemangatku


Nenek tercinta yang selalu mendo’akan ku

Seluruh keluargaku, yang selalu ada padaku setiap saat

Ayank Zhabita Sany, penyemangatku untuk selalu berjuang


dalam keadaan apapun selalu bersama

M Jakfar S, Yogi Sinatria, Ivan Bayu P, Aziz Yuan,


Narjul, Haris, Togi, Gom-Gom, Hendrik, M. Fauzan Novita, Melvina,
Eka Nova,Zastya, Hana’ S, Merry, Mbak Sri, Dewi,
Amalia, Arrum, Keke, Baroro, Hesti, Do’a,
Teman kuliah yang sangat membantu memperlancar
penulisan skripsi ini

M.Huda S, Musyafak, Aziz, M. Haris, Bang Alif, M. Mufid,


Teman kontrakan yang sama-sama berjuangan
di kota malang

Saudara-saudara PSHT (Persaudaraan Setia Hati Terate)


yang telah memberikan pelajaran hidup untuk
selalu berjuang tanpa mengenal lelah/menyerah

Pak Polo, Rizky, Duka, Yudha, Wahid, Inun, Huda,


Jarwo, Kimpul, Glendo, Pras dan lain-lain
teman desa yang selalu bersama
sebagai penghibur saat didesa
I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Persaingan industri olahan makanan dalam bidang pertanian kini semakin
ketat. Perusahaan perlu menjaga harga yang kompetitif agar dapat tetap bersaing
dengan perusahaan lain. Pertumbuhan industri olahan makanan di Jawa Timur
lima tahun berjalan diatas rata-rata pertumbuhan nasional. Menurut Kementrian
Perindustrian dan Perdagangan (2016) pertumbuhan industri olahan makanan di
Jawa Timur tercatat 5,6 persen dibanding pertumbuhan nasional yang sebesar 4,22
persen. Menurut Badan Pusat Statistik Jawa Timur (2017), menyatakan bahwa
pada tahun 2013 sampai 2016 jumlah unit usaha semakin meningkat pada tahun
2013 Jawa Timur memiliki unit usaha sebanyak 803.453 unit dan pada tahun 2016
terdapat 813.140unit, terjadi peningkatan 2013 sampai 2016 sebesar 9.687 unit.
Metode target costing dapat digunakan untuk menentukan biaya yang
diinginkan perusahaan. Metode target costing diperlukan untuk dapat mencapai
tujuan perusahaan dalam rangka pengurangan biaya tanpa mengorbankan kualitas
yang pada akhirnya akan menghasilkan harga produk yang kompetitif. Menurut
Witjaksono (2013) Target costing merupakan suatu metode perhitungan biaya
produk yang cara perhitungannya secara mundur yang dimulai dari menentukan
harga jual yang digunakan untuk menentukan biaya produksi. Menurut Supriyadi
(2013) konsep target costing sesuai dengan keadaan pada saat ini yaitu semakin
banyaknya pesaing yang menyebabkan tingkat penawaran tinggi dibandingkan
tingkat permintaan, sehingga tingkat harga memberikan pengaruh yang besar
terhadap permintaan konsumen.
Perusahaan perlu metode yang tepat dalam menentukan harga agar perusahaan
dapat bertahan dalam usahanya. Metode standard costingdalam menentukan
harga dihitung dari biaya produksi suatu produk ditambah dengan keuntungan
yang diinginkan. Metode standard costing belum mampu menjadi acuan oleh
perusahaan agar biaya yang dikeluarkan menjadi efisien.Menurut Riwayadi
(2014) apabila perusahaan tidak mampu mengendalikan biaya produksi, maka
biaya yang ditimbulkan akan tinggi dan menyebabkan harga produk meningkat
yang berakibat pada beralihnya pelanggan pada produk dengan harga yang lebih
murah namun memiliki kualitas yang sama.
Menurut Supriyono (2011) penentuan harga yang digunakan harus tetap
menghasilkan margin keuntungan yang diharapkan perusahaan tanpa harus
mengurangi kualitas dan nilai yang akan diterima oleh pelanggan. Menurut Gobel
(2013) efisiensi merupakan pengukuran keberhasilan yang dinilai dari besarnya
sumber daya yang dikorbankan guna mencapai hasil atau tujuan tertentu.
Perusahaan juga dapat menerapkan perhitungan biaya dengan cara telah
mengetahui berapa harga jual untuk produknya sehingga perusahaan sudah
mengetahui harga pasti produk dan bagaimana cara membuat produk agar tetap
memiliki keuntungan dengan harga jual yang pasti. Oleh karena itu lebih baik
menggunakan metode target costing karena dapat meminimalkan biaya dengan
cara rekayasa nilai serta mempertimbangkan berbagai sudut pasar yang terdiri atas
konsumen dan pesaing guna mengendalikan biaya dan memenuhi laba yang
diharapkan oleh perusahaan.
Penelitian terkait perhitungan biaya dengan metode standar costing dan target
costing telah banyak dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti. Clara, (2016);
Rachmawati, (2016); Adriyani, (2017)dan Nurjannah, (2016);melakukan
penelitian diberbagai lokasi penelitian yang berbeda dengan topik pembahasan
yang sama yakni penerapan metode standar costing dan target costing pada suatu
perusahaan. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa penerapan
metode standard costing yang selama ini diterapkan oleh perusahaan masih belum
efisien dikarenakan laba yang ditargetkan perusahaan masih belum tercapai.
Melalui penerapan metode target costing diperoleh hasil bahwa biaya produksi
yang dikeluarkan oleh perusahaan menjadi lebih rendah sehingga laba yang
diperoleh mengalami peningkatan dan sesuai dengan yang telah ditargetkan
sebelumnya oleh perusahaan melalui rekayasa nilai di masing-masing perusahaan.
Perkembangan dan kemajuan tekhnologi saat ini semakin meningkat. Hal ini
dapat memicu perusahaan untuk memanfaatkan peluang tersebut dengan cara
berbisnis secara online. Saat ini pemasaran telah berkembang seiring dengan
perkembangan tekhnologi. Aktivitas pemasaran menjadi lebih luas dengan
melakukan pemasaran secara online. Proses bisnis secara online dapat
meningkatkan efisiensi biaya dalam pemasaran sehingga perusahaan dapat
memperoleh profit yang lebih tinggi.
Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian terkait penerapan target
costingpada suatu unit usaha atau perusahaan penting untuk dilakukan.Penerapan
metode target costing yang dilakukan dalam penelitian ini diharapkan dapat
digunakan perusahaan sebagai gambaran untuk menganalisis biaya efisien yang
dikeluarkan untuk memproduksi keripik singkong sehingga perusahaan
memperoleh laba yang diinginkan dengan biaya yang lebih rendah. Selain itu
perusahaan pemasaran secara online yang telah dilakukan di perusahaan dapat
meningkatkan volume penjualan. Namun, hal tersebut belum mampu mencapai
target profit yang diinginkan oleh perusahaan. Penelitian tentang efisiensi biaya
produksi dan pemasaran secara online pada produk keripik singkong dengan
menggunakan metode target costing diharapkan dapat meningkatkan profit dan
dapat membuat perusahaan terus berkembang.

1.2.Rumusan Masalah
Perkembangan industri olahan makanan yang semakin meningkat dengan
produk yang serupa mengakibatkan tingkat penawaran produk dipasar menjadi
lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat permintaan dari konsumen. Produk yang
dihasilkan memiliki karakteristik dan kualitas yang relatif sama, sehingga setiap
perusahaan harus mampu menghasilkan produk dengan harga yang kompetitifdan
berkualitas untuk dapat menarik perhatian konsumen.Berkembangnya industri
olahan makanan menyebabkan persaingan yang berdampak pada permintaan yang
berfluktuatif. Menurut Mulyadi (2009) Perusahaan harus memperhitungkan
tindakan yang dilakukan pesaing, karena produk substitusi dari pesaing dapat
mempengaruhi tingkat permintaan.
Perkembangan teknologi yang semakin pesat dapat digunakan oleh perusahaan
untuk meningkatkan volume penjualan melalui internet dengan memperkenalkan
produk ke masyarakat luas. Promosi yang dilakukan harus melalui analisa biaya
terlebih dahulu. Penggunaan internet apabila tidak diperhitungkan maka akan
menjadi beban biaya non produksi yang berdampak meningkatnya biaya yang
dikeluarkan untuk suatu produk dan menyebabkan biaya tidak efisien. Kasus
seperti ini mendorong perusahaan untuk melakukan analisis biaya. Analisis biaya
dilakukan untuk dapat menekan biaya produksi agar mendapatkan hasil laba
optimal yang diinginkan perusahaan dan memperoleh biaya produksi lebih rendah
dari sebelumnya.Pemasaran yang dilakukan perusahaan yaitu secara online dan
offline. Perbandingan pemasaran yang dilakukan pada perusahaan lebih banyak
secara online daripada offline yaitu masing-masing sebesar 76% : 24%. Adanya
pemasaran secara online menyebabkan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan
lebih sedikit, karena biaya pengiriman telah ditanggung oleh konsumen.
Pemasaran online yang telah dilakukan di UD. New Sehati dapat meminimalisir
biaya yang dikeluarkan perusahaan. Namun, target laba yang diinginkan masih
belum tercapai.
Perhitungan metode standard costingmemiliki perbedaan dengan metode
target costing. Metode standard costing dalam menentukan harga hanya
berdasarkan pada biaya produksi tanpa mempertimbangkan berbagai sudut pasar
yang terdiri atas konsumen dan pesaing sehingga sulit untuk mengendalikan biaya
dan laba yang diharapkan. Target costing mempertimbangkan berbagai sudut
pasar baik dari konsumen dan pesaing yang dapat digunakan untuk
mengendalikan biaya berdasarkan biaya yang telah ditentukan dan memenuhi
target laba yang diharapkan.
Penerapan metode dengan menggunakan target costing merupakan salah satu
cara yang tepat untuk dapat menyelesaikan dan memberikan solusi bagi
perusahaan agar dapat mengoptimalisasikan laba.Melalui penerapan metode
target costingperusahaan dapat melakukan suatu sistem perbaikan analisis biaya
dari yang sebelumnya telah dilakukan. Berdasarkan pada uraian tersebut, maka
dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana perhitungan biaya produksi dan laba dengan menggunakan metode
standard costing dan metode target costing di perusahaan?
2. Bagaimana perbandingan perhitungan biaya produksi dan laba dengan metode
standard costing dan metode target costing di perusahaan?
3. Bagaimana pemasaran secara online yang telah dilakukan oleh perusahaan?
1.3.Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini yaitu produk keripik singkong di lokasi
penelitian.Pemilihan produk keripik singkong dikarenakan memiliki jumlah
volume penjualan yang lebih tinggi dibandingkan produk lain seperti keripik
pisang, keripik ubi jalar, keripik bayam. Data yang digunakan pada penelitian ini
dalam selama kurun waktu satu tahun terakhir yaitu bulan Januari sampai bulan
Desember 2017. Penentuan data tersebut adalah data terbaru dan dapat menjadi
acuan dalam melakukan penelitian.

1.4.Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah diatas, maka tujuan dilakukannya
penelitian ini adalah:
1. Menganalisis perbandingan pemasaran online dan pemasaran offline di
perusahaan.
2. Menganalisis perbandingan biaya produksi dan laba dengan menggunakan
metode standard costing dan metode target costing di perusahaan.

1.5. Kegunaan Penelitian


Kegunaan yang diperoleh melalui penelitian ini antara lain adalah:
1. Sebagai sarana untuk menambah maupun mengembangkan potensi serta ilmu
pengetahuan yang telah diperoleh pada saat di bangku perkuliahan, serta
melatih mahasiswa untuk berfikir logis dan sistematis agar mampu menulis
sebuah karya ilmiah sesuai dengan kaidah yang telah ditentukan.
2. Memberikan informasi bagi industri olahan makanan untuk dijadikan sebagai
bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan manajerial khususnya
strategi dalam manajemen biaya untuk meningkatkan keuntungan usaha.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu


Pada suatu penelitian diperlukannya pedoman atau referensi dari penelitian-
penelitian terdahulu untuk dapat melihat sejauh mana penelitian yang sudah
dilakukan mengetahui alur dari proses yang dilakukan dalam melakukan
penelitian, serta mengembangkan penelitian terdahulu sesuai dengan topik yang
diambil. Tinjauan penelitian terdahulu diharapkan dapat menambah wawasan
ilmu mengenai target costing.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Clara (2016)
metode standard costing dalam melakukan perhitungan biaya belum efisien yang
disebabkan belum tercapainya laba yang diinginkan perusahaan sebesar 30%.
Hasil dari penelitian Rachmawati (2016) menyatakan bahwa metode metode
standard costing belum efisien dikarenakan biaya yang dikeluarkan masih terlalu
tinggi dan laba yang diharapkan belum tercapai yaitu sebesar 35%. Penelitian
yang dilakukan Andriyani (2017) didapatkan hasil bahwa metode standard
costing belum efisien dikarenakan belum mencapai target yang diharapkan
perusahaan sebesar 20%. Penelitian yang dilakukan Nurjannah (2016) didapatkan
hasil bahwa metode standard costing belum efisien yang disebabkan belum
tercapainya laba perusahaan sebesar 20%.
Penelitian yang dilakukan oleh Clara (2016) setelah menggunakan metode
target costing perusahaan dapat mencapai target laba yang diharapkan setelah
melakukan rekayasa nilai yaitu sebesar 30%. Hasil dari penelitian Rachmawati
(2016) menyatakan bahwa penggunaan metode target costing dapat menjadikan
biaya lebih efisien sehingga terget laba dapat tercapai yaitu sebesar 35%.
Penelitian yang dilakukan Andriyani (2017) didapatkan hasil bahwa metode
target costing dapat meningkatkan laba perusahaan hingga 20% sesuai dengan
laba yang diharapkan perusahaan. Penelitian yang dilakukan Nurjannah (2016)
didapatkan hasil bahwa metode target costing dapat meningkat laba yang diterima
perusahaan sehingga tercapainya laba yang dihrapkan perusahaan yaitu sebesar
20%.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Clara (2016) metode standard
costing dapat menghasilkan laba perusahaan sebesar 28,25 sehingga target laba
sebesar 30% belum tercapai, sedangkan setelah menggunakan metode target
costing laba yang didapatkan menjadi 30% sesuai dengan laba yang diharapkan
perusahaan. Hasil dari penelitian Rachmawati (2016) menyatakan bahwa metode
metode standard costing belum efisien dikarenakan biaya yang dikeluarkan masih
terlalu tinggi dan laba yang didapatkan perusahaan hanya 30%, sehingga target
laba yang diharapkan perusahan belum tercapai namun setelah menggunakan
metode target costing laba yang didapatkan sebesar 35% sesuai dengan laba yang
diharapkan prusahaan.
Penelitian yang dilakukan Andriyani (2017) didapatkan hasil bahwa metode
standard costing belum efisien dikarenakan laba yang diperoleh hanya sebesar
15,1%, namun setelah menggunakan metode target costing laba yang didapatkan
sebesar 22,1% bahkan melebihi target laba yang diharapkan perusahaan sebesar
20%. Penelitian yang dilakukan Nurjannah (2016) didapatkan hasil laba
menggunakan metode standard costing sebesar 16,2%, sedangkan setelah
menggunakan metode target costing laba yang didapatkan sebesar 20% sesuai
dengan laba yang diharapkan perusahaan.
Berdasarkan hasil penelitian yang terdahulu didapatkan beberapa persamaan
dengan penelitian yang akan dilakukan. Persamaan pada penelitian ini adalah
sama-sama menggunakan metode target costing. Penggunaan metode terget
costing dalam mengefisiensikan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan,
sehingga target laba yang diinginkan dapat tercapai.
Penelitian ini juga memiliki perbedaan dari tempat atau lokasi penelitian dan
produk yang perbedaan. Pada penelitian sebelumnya dilakukan di CV. Cita
Mandiri, UD. Pandansari, Home industry Permata Agro Mandiri dan
Agroindustri Brem Taman Sari, sedangkan penelitian yang akan diterapkan pada
UD. New Sehati dan produk keripik singkong. Perbedaan yang lain yaitu sistem
perhitungan biaya non produksi yang dikeluarkan dengan mempertimbangkan
pemasaran berbasis online yang dilakukan oleh UD. New Sehati.
2.2. Teori dan Konsep

2.2.1.Biaya Produksi dan Biaya Non Produksi


2.2.1.1. Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam proses
produksi suatu produk baik biaya langsung ataupun tidak langsung berpengaruh
terhadap produk jadi. Menurut Garrison et al. (2014), biaya produksi dibagi
menjadi tiga, yaitu :
1. Bahan Baku
Bahan langsung merupakan bahan mentah atau bahan baku yang digunakan
untuk menghasilkan produk jadi. Bahan baku dibagi menjadi dua bagian yaitu :
a. Bahan Baku Langsung
Bahan baku langsung merupakan bahan baku yang menjadi bahan utama yang
digunakan oleh perusahaan untuk memproduksi suatu produk. Biaya produksi
pada bahan baku langsung dapat diketahui dengan mudah ke produk jadi.
b. Bahan Baku Tidak Langsung
Bahan baku tidak langsung merupakan bahan baku yang bukan menjadi bahan
utama dalam memproduksi suatu produk dan tidak berpengaruh secara signifikan
ke produk jadi. Biaya Bahan baku tidak langsung sulit diketahui ke produk jadi.
Bahan baku tidak langsung termasuk dalam overhead pabrik. Salah satu contoh
dari biaya bahan baku tidak langsung yaitu bahan penolong.
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya tenaga yang dikeluarkan oleh
manusia untuk kegiatan proses produksi yang terlibat secara langsung dengan
pembayaran upah berdasarkan unit produksi yang dihasilkan atau jam kerja. Biaya
tenaga kerja langsung dapat diketahui dengan mudah karena berhubungan
langsung dengan proses produksi .
3. Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik merupakan biaya tidak langsung berpengaruh terhadap
proses produksi. Adapun yang termasuk dalam biaya overhead antara lain biaya
tenaga kerja tidak langsung, biaya bahan baku tidak langsung dan semua biaya
lainnya yang tidak dapat dibebankan langsung ke produk. Misalkan biaya bahan
penolong, biaya listrik, biaya air, biaya sampah, biaya kemasan. Menurut
Riwayadi (2014) biaya overhead termasuk ke dalam tiga klasifikasi biaya
berdasarkan perilakunya yaitu :
a. Biaya Tetap
Biaya tetap (fixed cost) merupakan biaya yang totalnya tetap atau tidak berubah
tanpa dipengaruhi adanya perubahan output aktivitas dalam batas relevan tertentu,
sedangkan biaya per unit akan berubah dengan adanya perubahan output
aktivitas.Contohnya adalah beban bunga atas utang jangka panjang dan sewa
jangka panjang.
b. Biaya Variabel
Biaya variabel (variable cost) merupakan biaya yang totalnya berubah dengan
adanya perubahan output aktivitas, sedangkan biaya per unitnya tidak berubah.
Jika output aktivitas tinggi maka total biayanya akan tinggi dan jika output
aktivitasnya rendah maka biaya totalnya juga akan rendah. Besar kecilnya biaya
variabel tergantung pada output aktivitasnya.Biaya variabel termasuk biaya bahan
baku, tenaga kerja langsung, pengerjaan ulang dan unit-unit yang rusak.
c. Biaya Semivariabel
Biaya semivariabel (semivariable cost) merupakan biaya yang mengandung
dua unsur yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biayasemivariabel dapat diartikan
biaya yang totalnya berubah dengan adanya perubahan output aktivitas dan biaya
per unitnya mengalami perubahan berbanding terbalik dengan perubahan output
aktivitasnya.Contoh biaya tersebut adalah biaya listrik, air, gas, bensin, batu bara,
perlengkapan, pemeliharaan, dan lain-lain.
Menurut Riwayadi (2014) menjelaskan bahwa biaya produksi merupakan biaya
yang digunakan pada fungsi produksi. Fungsi produksi merupakan suatu kegiatan
yang dilakukan untuk memproses bahan mentah menjadi produk jadi. Adapun
biaya dari fungsi produksi yang digunakan yaitu biaya bahan baku langsung,
biaya bahan baku tidak langsung, biaya tenaga kerja langsung, biaya tenaga kerja
tidak langsung, serta biaya fasilitas penunjang seperti gedung, mesin, dan
peralatan produksi lainnya.
2.2.1.2. Biaya Non Produksi
Menurut Riwayadi (2014) menjelaskan bahwa biaya non produksi merupakan
biaya yang tidak berhubungan dengan proses produksi. Biaya non produksi dapat
dikelompokkan menjadi tiga yaitu :
1. Biaya Pemasaran
Biaya pemasaran (marketing expenses) yaitu biaya yang berkaitan dengan
kegiatan memasarkan produk yang dihasilkan yang terdiri dari biaya gaji
karyawan pemasaran, biaya iklan, dan biaya angkut penjualan.
2. Biaya Administrasi dan Umum
Biaya Administrasi dan Umum (administrative and general expenses) yaitu
biaya yang berkaitan dengan fungsi administrasi dan umum berupa biaya gaji
karyawan, biaya penyusutan peralatan departemen akuntansi dan biaya
perlengkapan departemen keuangan.
3. Beban Keuangan
Biaya yang muncul dalam melaksanakan fungsi-fungsi keuangan yang terdiri
dari biaya bunga, pajak penghasilan.

2.2.2. TinjauanStandard Costing


Pengertian standard costing oleh para ahli dengan definisi yang berbeda-
beda, antara lain yaitu:
1. Menurut Witjaksono (2013) standard costing merupakan patok duga
(benchmark) yang secara efektif dan efisien ditetapkan dimuka untuk biaya-
biaya yang seharusnya dikonsumsi oleh suatu produk.
2. MenurutSimamora (2003) standard costingmerupakan hasil dari kajian teknik,
gerak dan waktu yang dilakukan sebagai upaya untuk menentukan jumlah
bahan baku, tenaga kerja serta jasa lainnya yang diperlukan dalam
memproduksi suatu produk.
3. Menurut Carter (2009)standard costing adalah biaya yang telah ditentukan
sebelumnya untuk menghasilkan satu unit atau sejumlah produk tertentu dalam
kondisi operasi sekarang atau yang diantisipasi.
4. Menurut Mulyadi (2009) definisi standard costingialah biaya yang telah
ditentukan dimuka, yang merupakan jumlah biaya yang semestinya
dikeluarkan untuk memproduksi satu satuan produk serta untuk membiayai
kegiatan tertentu, dibawah asumsi kondisi ekonomi, efisiensi, dan faktor-faktor
tertentu.
Berdasarkan uraian terkait definisi biaya standar menurut para ahli, maka dapat
disimpulkan bahwa standard costing merupakan biaya-biaya yang terlebih dahulu
ditentukan untuk memproduksi suatu produk dan menjadi pedoman dalam
pengeluaran biaya yang sesungguhnya. Selama beberapa dekade, sistem standard
costing mendominasi berbagai praktek pengendalian, terutama di lingkungan
industri manufaktur
Menurut mulyadi (2009), prosedur penentuan standard costing terbagi atas 3
bagian yaitu:
1. Biaya Bahan Baku Standar
Biaya bahan baku standar terdiri atas:
a. Masukan fisik yang dipergunakan dalam memproduksi sejumlah keluaran fisik
tertentu
b. Harga per satuan masukan fisik tersebut atau yang dapat disebut pula dengan
harga standar
Penentuan dari kuantitas standar bahan baku bermula dari penetapan
spesifikasi produk, baik dari segi ukuran, bentuk, warna, karakteristik pengolahan
produk maupun mutunya. Melalui spesifikasi tersebut, kemudian dibuat kartu
bahan baku yang berisikan spesifikasi dan jumlah dari tiap-tiap kenis bahan baku
yang akan diolah menjadi produk selesai.
2. Biaya Tenaga Kerja Standar
Biaya bahan baku standar terdiri atas dua unsur yaitu jam tenaga kerja standar
dan tarif upah standar.
1. Jam tenaga kerja standar
Jam tenaga kerja standar dapat ditetukan dengan cara:
a. Menghitung rata-rata jam kerja yang digunakan dalam suatu pekerjaan dari
kartu harga pokok periode yang lalu
b. Membuat test-run operasi produksi dibawah keadaan normal yang diharapkan
c. Mengadakan penyelidikan gerak dan waktu dari berbagai kerja karyawan
dibawah keadaan nyata yang diinginkan
d. Mengadakan taksiran yang wajar dan didasarkan kepada pengalaman serta
pengetahuan operasi produksi.
Penentuan jam tenaga kerja standar adalah dengan memperhitungkan
kelonggaran waktu untuk istirahat, penundaan pekerjaan yang tidak bisa dihindari
dan faktor kelelahan kerja.
2. Tarif Upah Standar
Penentuan tarif upah standar membutuhkan suatu pengetahuan terkait kegiatan
yang dijalankan, tingkat kecepatan tenaga kerja yang diperlukan serta rata-rata
tarif upah per jam yang diperkirakan akan dibayar. Penentuan tarif upah standar
ditentukan atas dasar:
a. Perjanjian dengan organisasi karyawan.
b. Data upah masa lalu (yang dapat digunakan sebagai tarif upah standar antara
lain yaitu: rata-rata hitung, rata-rata tertimbang atau media dari upah karyawan
masa lalu).
c. Perhitungan tarif upah dalam keadaan operasi normal.
3. Biaya overhead pabrik standar
Perhitungan tarif overhead pabrik standar dihitung dengan cara membagi
jumlah biaya overhead yang dianggarkan pada kapasitas normal dengan kapasitas
normal. Tarif overhead standar meliputi unsur biaya overhead pabrik variabel dan
tetap, memiliki manfaat utama untuk penentuan harga pokok produk dan
perencanaan. Pengendalian biaya overhead pabrik dalam sistem standard costing,
perlu dibuat anggaran flesibel yakni anggaran biaya untuk beberapa kisaran
kapasitas.
Terdapat perbedaan pokok antara biaya overhead standar untuk penentuan
harga pokok produk dengan tarif biaya overhead standar untuk pembuatan
anggaran fleksibel. Pada tarif standard costing, biaya tetap dan biaya variabel
digabungkan dalam satu tarif yang didasarkan pada tingkat kegiatan tertentu,
sehingga dalam tarif biaya overhead pabrik ini semua biaya overhead pabrik
diperlakukan sebagai biaya variabel. Hal tersebut berbeda dengan anggaran
fleksibel yang memisahkan antara faktor biaya tetap dan variabel. Biaya
overheadtetap diperlakukan sebagai biaya yang jumlah totalnya tetap dalam
volume tertentu.

2.2.3. Tinjauan Target Costing


2.2.3.1. Pengertian Metode Target Costing
Target costing merupakan metode penetapan biaya yang didasarkan pada harga
kompetitif sehingga perusahaan memperoleh laba yang diinginkan. Menurut
Rudianto (2013) target costing adalah suatu metode penentuan biaya produk/jasa
didasarkan pada target harga yang mampu dibayarkan konsumen. Pendekatan ini
bersifat backward yaitu untuk menentukan biaya dimulai dari harga. Pada metode
ini divisi pemasaran menentukan karakteristik produk dan harga yang pantas
untuk dibayar konsumen. Tugas dari lini produksi yaitu mendesain dan
mengembangkan produk dengan struktur biaya dan laba sesuai dengan harga yang
ditetapkan. Target costing dapat digunakan secara efektif dalam tahap desain dan
pengembangan siklus hidup produk.
Target costing ditentukan dengan mempertimbangkan berbagai hal yang
diangap relevan dengan kondisi yang dihadapi perusahaan, seperti harga jual
pesaing, daya beli masyarakat, keadaanperekonomian secara umum, tingkat
inflasi, nilai tukar rupiah dan sebagainya. Berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan tersebut, perusahaan menentukan biaya produk yang diharapkan.
Setelah biaya produk ditentukan, perusahaan menetapkan laba yang diinginkan
untuk setiap unit produk yang akan dijual. Penetapan laba per unit ini didasarkan
pada berbagai hal yang terkait, seperti target pertumbuhan perusahaan secara
keseluruhan, volume produk yang akan dijual.
Menurut Witjaksono (2013) target costing sebagai suatu sistem dimana
penentuan harga pokok produk yaitu sesuai dengan yang diinginkan sebagai dasar
dalam menetapkan harga jual produk yang akan menghasilkan laba yang
diinginkan atau penentuan harga pokok melalui harga jual yang rela dibayarkan
oleh konsumen/pelanggan.Menurut Riwayadi (2014) perhitungan harga pokok
target (target costing) secara umum diterapkan pada tahap pengembangan produk
baru. Sebelum produk diproduksi, perusahaan perlu menentukan harga yang
konsumen bersedia membayar dengan mempertimbangkan harga pesaing dan
tambahan fungsi produk. Target costing ditetapkan sebelum produk dibuat dengan
cara mengurangkan target harga jual dengan target laba yang diinginkan. Saat
perusahaan tidak dapat menghasilkan produk berdasarkan harga pokok target,
maka produk tersebut tidak dihasilkan.
Menurut Witjaksono (2013) perhitungan harga pokok target dipicu oleh pasar
(market-driven) produk yang dihasilkan dapat bersifat kompetitif. Target costing
untuk menetapkan biaya yang diharapkan pada suatu produk berdasarkan harga
yang kompetitif sehingga produk tersebut memperoleh laba yang diinginkan,
dalam hal ini biaya ditentukan oleh harga. Perusahaan yang mengadopsi target
costing perlu mengadopsi ukuran-ukuran penurunan biaya yang ketat atau
merancang ulang produk atau proses produksi supaya dapat memenuhi harga yang
ditentukan oleh pasar dan tetap mendapatkan laba.
Menurut Witjaksono (2013) target costing menekan perusahaan agar lebih
kompetitif, hal tersebut merupakan bentuk strategi umum dalam industri yang
menghadapi persaingan yang sangat ketat, dimana adanya perbedaan harga yang
kecil saja akan menarikkonsumen untuk memilih produk yang lebih rendah. Salah
satu contoh penerapan target costing yang baik yaitu pada produsen software.
Berikut ini adalah rumus perhitungan target costing:
Target costing = harga yang ditentukan pasar – laba yang diharapkan

2.2.3.2. Karakteristik Target Costing


Menurut Rudianto (2013) target costing memiliki beberapa karakteristik
sebagai berikut:
1. Target costing digunakan pada tahap perencanaan dengan cara yang
berorientasi pasar
2. Target costing bertujuan untuk pengurangan biaya, bukan pengendalian biaya.
3. Informasi biaya terperinci disediakan untuk mendukung pengurangan biaya.
4. Target costingditetapkan sebelum pengembangan produk baru benar-benar
dimulai berdasarkan metode pengurangan atau penambahan.
2.2.3.3. Prinsip-prinsip Target costing
Prinsip-prinsip dalam melakukan penerapan target costing pada perusahaan
menurut Witjaksono (2013) yaitu:

Price led costing Cross-functional


teams

Key Principles
of Target Value‐chain
Life‐cycle costs
Costing orientation

Fokus pada process


Fokus pada product
design Fokus pada pelanggan design
Gambar 1. Prinsip-prinsip Target Costing
Sumber: Witjaksono, 2013
1. Harga Menentukan Biaya (Price-Led Costing)
Persaingan yang semakin ketat dan kompetitif membuat penetapan harga jual
produk bukan hal mudah. Harga jual seringkali ditentukan oleh pasar, sehingga
harga pasar (market price) digunakan untuk menetukan target biaya dengan
formula berikut:
Target Biaya = harga pasar – laba kotor yang diinginkan
2. Fokus Pada Pelanggan
Kebutuhan pelanggan akan kualitas, biaya, dan fungsi (functionality) secara
simultan terdapat dalam produk dan dimanfaatkan dalam pengambilan
keputusan berkenaan dengan desain dan perhitungan harga pokok produk. Bagi
pelanggan manfaat atas fitur dan fungsi yang ditawarkan oleh produk harus
lebih besar dari biaya perolehannya.
3. Fokus Pada Desain Produk dan Desain Proses
Pengendalian biaya ditekankan pada tahapan desain produk dan tahapan desain
proses produksi. Setiap perubahan/rekayasa harussebelum proses produksi,
dengan tujuan menekan biaya dan mengurangi waktu time-to-market terutama
bagi produk baru.
4. Cross Functional Team
Tim/kelompok ini bertanggung jawab atas keseluruhan produk, dimulai dari
ide/konsep produk hingga tahapan produksi penuh.
5. Melibatkan Rantai Nilai
Seluruh anggota yang terlibat dalam rantai nilai, dimulai dari pemasok
barang/jasa, distributor, hingga pelanggan dilibatkan dalam proses target
costing.
6. Orientasi Daur Hidup Produk
Meminimalkan biaya selama daur hidup produk, diantara harga bahan baku,
biaya operasi, pemeliharaan dan biaya distribusi.

2.2.3.4. Langkah Implementasi Target Costing


Menurut Rudianto (2013) terdapat lima tahapan implementasi pendekatan
target costing sebagai berikut:
1. Menentukan Harga Jual yang Kompetitif
Menentukan harga jual produk perlu mempertimbangkan beberapa hal seperti
harga produk pesaing, daya beli konsumen, kondisi perekonomian, nilai tukar
rupiah, dan lain-lain. Faktor-faktor tersebut akan menentukan jumlah permintaan
terhadap produk perusahaan. Selain itu, produk sejenis yang ditawarkan dipasaran
juga akan mempengaruhi mekanisme suatu pasar. Jumlah dari permintaan dan
penawaran tersebut akan mempengaruhi harga jual produk perusahaan.
2. Menentukan Target Laba
Setelah menentukan harga jual produk dengan beberapa pertimbangan
mekanisme pasar, perusahaan harus menetukan harga jual produk per unit. Hal-
hal yang dapat berpengaruh secara langsung terhadap harga jual produk per unit
diantaranya pangsa pasar yang ingin dicapai, level pertumbuhan perusahaan yang
ingin dicapai, volume penjualan, dan lain-lain. Unsur-unsur tersebut nantinya
akan berpengaruh terhadap laba per unit yang ingin dicapai.
3. Menetapkan Target Biaya
Berdasarkan harga jual yang telah ditentukan dikurangi dengan laba per unit
produk yang diharapkan, perusahaan dapat menentukan tingkat biaya yang
diharapkan untuk menghasilkan produk yang diinginkan. Harga yang ditetapkan
harus mewakili harga pasar sebagai unsur penting dalam persaingan. Penetapan
target biaya dapat dihitung dengan formula sebagai berikut:
Target Biaya Harga Jual Target Laba
4. Melakukan Rekayasa Nilai
Rekayasa nilai digunakan dalam metode target costing untuk menurunkan
biaya produksi melalui analisis konsumen, yang digunakan untuk
mengidentifikasi preferensi konsumen yang kritis/penting guna mengetahui
konsumen maunya produk yang kaya apa berhubungan dengan fungsi-fungsinya,
jika ada produk hasil inovasi atau produk baru.Jenis rekayasa nilai digunakan
tergantung pada fungsionalitas produk tersebut. Klasifikasi produk berdasarkan
fungsionalitasnya dibagi menjadi dua, antara lain:
a. Kelompok Produk yang Fungsionalitasnya Relatif Mudah Dimodifikasi
Kelompok produk yang sering berubah model atau sering mengalami
perbaikan atau sering alami perubahan preferensi konsumen. Contoh : Mobil,
handphone, jam tangan, desain produk, kemasan. Untuk kelompok ini, produsen
harus selalu inovatif. Kelompok produk umumnya Cycle Life Productnya pendek,
misalnya dalam produksi mobil dituntut selalu dapat menghasilkan mobil dengan
penampilan baru, tambahan fasilitas keamanan sedang dalam computer software
selalu dituntut untuk hasilkan software dengan kemampuan melakukan analysis
yang lebih baik dan tepat.
Analisis fungsional merupaka bentuk umum dari rekayasa nilai untuk mengkaji
kembali kinerja dan biaya dari masing-masing fungsi utama produk. Tahap ini
menggunakan perbandingan untuk menentukan desain yang lebih baik yang dapat
diunggulkan oleh perusahaan. Jadi tahap ini dilakukan usaha untuk perbaikan
fungsi suatu produk dengan mempertahankan biaya yang lebih rendah dari biaya
target.
b. Kelompok Produk yang Fungsionalitasnya Relatif Stabil
Produk dalam golongan ini, modelnya relatif stabil atau tidak sering
mengalami perubahan preferensi konsumen. Contohnya : Peralatan konstruksi,
truk, alat kedokteran, dan lain-lain. Untuk kelompok ini produsen harus
merancang fungsionalitas produk sebaik mungkin (karena cendrung stabil).
Analisis desain merupakan bentuk umum dari rekayasa nilai yang sesuai untuk
produk dalam kelompok ini. Perusahaan harus mampu menyiapkan desain produk
yang mempunyai keunggulan yang hamper sama namun mempunyai tampilan dan
biaya yang dikeluarkan berbeda.

2.2.4. Perbedaan Standard costing dan Target costing


Terdapat beberapa perbedaan antara standard costing dan target costing
meskipun keduanya memiliki kesamaan satu sama lain. Standard costing
merupakan sistem perhitungan biaya yang membebankan objek biaya berdasarkan
pada estimasi yang logis dan melalui tarif yang ditetapkan sesuai dengan biaya
sesungguhnya. Standard costing dapat dibentuk hanya berdasarkan pada pihak
internal perusahaan saja tanpa perlu campur tangan dari pihak ekternal, sedangkan
dalam penentuan target costing, perusahaan perlu memperhatikan lingkungan
internal maupun ekternal perusahaan.
Target costing berbeda dengan standard costing secara konseptual. Tujuan dari
standard costing adalah meminimalkan perbedaan antara biaya yang dibebankan
dengan biaya sesungguhnya pada tahap produksi, sedangkan pada target costing
tujuan yang ingin dicapai adalah meminimalkan perbedaan biaya sesungguhnya
dengan biaya yang dibebankan serta mempertimbangkan berbagai sudut pasar
yang terdiri atas konsumen dan pesaing guna mengendalikan biaya dan memenuhi
laba yang diharapkan oleh perusahaan. Perbedaan antara standard costing dan
target costing dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Perbedaan antara standard costing dan target costing
No. Standard costing Target costing
1 Penetapannya dibentuk Penetapannya dibentuk berdasarkan
berdasarkan pada analisis hasil analisis internal dan eksternal
internal dari proses manufaktur perusahaan (pasar dan pesaing)
2 Penetapan standar mengacu Penetapan standar mengacu pada pasar.
kepada perekayasaan. Harga jual Target costing = Harga pasar yang
= Biaya standar/total + laba kompetitif – laba yang diharapkan
yang diharapkan
3 Diterapkan saat tahap produksi Diterapkan saat tahap pengembangan
dan perencanaan produk.
4 Hanya menekankan pada Menekankan pada penentuan dan
penentuan dan pencapaian pencapaian target cost dan mendorong
standard cost adanya pengurangan biaya.
Sumber: Atkinson, et al (2007)
Metode target costing melakukan perhitungan dengan menetukan harga jual
produk terlebih dahulu kemudian target laba dan selanjutnya target biaya.
Penekanan biaya pada metode ini dapat dilakukan pada biaya produksi maupun
non produksi agar tercapainya target biaya yang diharapkan. Menurut Rudianto
(2013) pendekatan target costing berbeda karena target biaya ditentukan pada
awal tahapan, lalu produk diproduksi berdasarkan biaya yang telah ditetapkan.
III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Konsep Penelitian


UD. New Sehati merupakan salah satu usaha kecil menengah di Kabupaten
Mojokerto yang bergerak dalam dibidang industri olahan makanan hasil pertanian.
UD. New Sehati memproduksi olahan makanan dengan bahan baku singkong.
Produk yang dihasilkan salah satunya yaitu keripik singkong. Cara pemasaran
yang digunakan pada produk keripik singkong ada 2 cara yaitu melalui toko yang
berada dikawasan pariwisata dan melalui internet/online seperti whatsApp,
facebook, web, BPPD (Badan Promosi Pariwisata Daerah) Kabupaten Mojokerto.
Pemasaran tidak hanya didalam negeri tetapi juga diluar negeri seperti Singapura,
Korea, China dan Hongkong. Pemasaran online dilakukan sebagai pendukung
tercapainya profit perusahaan dengan meningkatkan volume penjualan.
Perusahaan dalam menentukan harga jual produk ditentukan oleh harga pasar.
Perubahan harga sangat sensitif dalam mempengaruhi permintaan konsumen,
sehingga perusahaan tidak bisa menaikkan harga jual produk yang akan berakibat
pada pindahnya konsumen ke produk lain. Hal tersebut diyakini perusahaan
karena banyaknya produk pesaing yang memiliki karakteristik yang sama dan
pesaing yang kompetitif, sehingga kenaikkan harga melebihi harga kompetitif
bukan menjadi solusi dalam meningkatkan laba perusahaan.
Perusahaan menggunakan metode standard costing dalam menentukan harga
jual. Perhitungan metode tersebut yaiitu hasil akumulasi dari beberapa biaya
seperti: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik dan biaya
non produksi. Metode inibelum mampu memberikan laba sesuai dengan yang
ditargetkan oleh perusahaan, karena biaya yang harus dikeluarkan dalam
memproduksi produk keripik singkong masih cukup tinggi, sehingga target laba
yang diinginkan perusahaan belum tercapai.
Perusahaan menggunakan perhitungan analisis biaya dengan menggunakan
metode standard costing. Hasil dari perhitungan tersebut menunjukkan bahwa
biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi keripik singkong belum
efisien sehingga perusahaan tidak dapat mencapai target laba yang diharapkan.
Perusahaan agar mencapai target laba yang diharapkan harus dapat menekan biaya
yang dikeluarkan. Cara yang dapat dilakukan untuk menekan biaya yaitu dengan
melakukan perhitungan efisiensi biaya produksi. Salah satu metode yang dapat
digunakan yaitu metode target costing. Pada metode ini dilakukan perhitungan
dengan menetukan harga jual dan target laba yang diinginkan terlebih dahulu
sehingga akan diketahui besarnya biaya yang efisien dikeluarkan untuk mencapai
target laba yang diharapkan.
Rekayasa nilai diperlukan pada perusahaan untuk menurunkan biaya produksi
yang belum efisien. Peneliti melakukan rekayasa nilai untuk memberikan
alternatif kepada perusahaan agar biaya yang dikeluarkan perusahaan lebih
efisien. Rekayasa nilai dilakukan dengan menggunakan data biaya produksi dan
non produksi yang dikeluarkan perusahaan pada tahun 2017. Rekayasa nilai akan
dilakukan dengan menekan biaya overhead (biaya listrik dan biaya kemasan) dan
biaya non produksi (biaya pemasaran). Rekayasa nilai yang dilakukan agar
perusahaan dapat mencapai target laba yang diinginkan tanpa meningkatkan harga
jual produk.
Perusahaan dalam melakukan perhitungan biaya menggunakan metode
standard costing dan hasil perhitungan tersebut akan dibandingkan dengan
menggunakan perhitungan biaya target costing. Perusahaan akan mendapatkan
hasil dari perbandingan tersebut dan dapat digunakan sebagai alternatif dalam
melakukan perhitungan biaya dan sebagai alternatif dalam menghadapi persaingan
harga dengan perusahaan lain dengan produk yang memiliki karekteristik yang
sama. Diharapkan melalui alternatif tersebut dapat membantu perusahaan dalam
mencapai target laba yang diharapkan. Berikut adalah skema kerangka pemikiran
yang digunakan dalam penelitian ini :
UD. New Sehati

Identifikasi Masalah :
1. Pesaing yang kompetitif
2. Harga ditentukan oleh pasar

Analisis Komponen Biaya


dengan Metode standard costing

Biaya Produksi : Biaya Non Produksi :


1.Biaya Bahan Baku 1.Biaya Pemasaran
2. Biaya Tenaga Kerja a. Online
Langsung b. Offline
3. Biaya Overhead 2. Biaya Administrasi
3. Biaya Pajak Penghasilan

Target Laba Belum Tercapai

Analisis Efisiensi Biaya dengan


Target costing:
1. Menentukan harga jual yang
kompetitif
2.-Menentukan laba yang
diharapkan
3. Menghitung nilai biaya target

Rekayasa Nilai

Perbandingan Metode Standard


Costingdan MetodeTarget
Costing

AcuanNilaiBiayaProduksidan
Non Produksi yang Efisien

Target Laba Tercapai

Skema 1. Kerangka Pemikiran Penerapan Metode Standard Costing dan Target


CostingPada Perusahaan.
3.2. Hipotesis
Berdasarkan uraian kerangka konsep penelitian, maka disusun hipotesis
penelitian sebagai berikut :
1.-Biaya produksi dan laba usaha lebih efisien menggunakan metode target
costing dibandingkan dengan menggunakan metode standard costing.
2. Pemasaran yang dilakukan perusahaan UD. New Sehati secara online dapat
memperluas pangsa pasar serta meningkatkan distribusi pemasaran,
sehingga akan berdampak positif dengan keuntungan perusahaan.

3.3. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel


Definisi operasional dan variabel-variabel yang terkait dalam penelitian
iniadalah sebagai berikut:
Tabel 2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Konsep Variabel Definisi Operasional Variabel Pengukuran Variabel


Standar Costing Total Biaya Keseluruhan jumlah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan Penjumlahan dari biaya produksi dan biaya non
(Harga Jual = Total untuk mengubah bahan baku menjadi produk jadi dan produksi yang digunakan untuk menghasilkan suatu
Biaya+Target Laba) memasarkannya ke tangan konsumen. produk (Rp/ Kemasan)
Biaya non produksi Biaya yang dikeluarkan perusahaan diluar komponen biaya Penjumlahan dari biaya pemasaran dan biaya
produksi. administrasi (Rp/bulan)
Biaya tenaga kerja Biaya yang dibebankan untuk penggunaan tenaga kerja yang Penjumlahan biaya tenaga kerja dalam rangka
langsung secara langsung berhubungan dengan proses produksi memproduksi suatu produk (Rp/Kemasan)
barang jadi
Biaya produksi Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan selama proses Penjumlahan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja,
pengolahan bahan baku menjadi bahan jadi dan biaya overhead parik (Rp/bulan)
Biaya Bahan Baku Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk membeli Penjumlahan biaya bahan baku yang dipergunakan
bahan baku yang digunakan dalam kegiatan produksi. dalam rangka menghasilkan suatu produk (Rp/
Kemasan)
Biaya pemasaran Biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memasarkan Penjumlahan biaya pemasaran dalam rangka
produk sampai ke tangan konsumen memasarkan produk ke konsumen (Rp/ Kemasan)
Biaya Administrasi dan Biaya yang dikeluarkan dalam rangka mengarahkan, Penjumlahan biaya administrasi dan umum yang
Umum menjalankan, dan mengendalikan perusahaan untuk dikeluarkan untuk memproduksi setiap unit produk
memproduksi produk jadi (Rp/ Kemasan)
Biaya overhead pabrik Biaya yang dikeluarkan perusahaan sebagai penunjang Penjumlahan biaya overhead pabrik yang digunakan
selama proses produksi. untuk menghasilkan suatu produk (Rp/bulan)
Margin profit Persentase selisih antara pendapatan yang diperoleh Selisih antara harga jual produk dan total biaya,
perusahaan dengan total biaya yang dikeluarkan. dikalikan dengan 100% (%)
Harga jual Besarnya angka yang harus dibayar konsumen untuk Tingkat harga produk yang dibayar oleh setiap
memperoleh suatu produk. konsumen dalam satuan rupiah per unit
(Rp/kemasan)
Laba atau keuntungan Perkiraan antara pendapatan dan biaya-biaya yang terjadi Selisih antara harga jual produk dengan biaya yang
pada periode tertentu. dikeluarkan selama proses produksi (Rp/ Kemasan)
Laba Kotor Laba yang diperoleh sebelum dikurangi dengan biaya-biaya Selisih antara penjualan dengan harga pokok 24
yang menjadi beban perusahaan. produksi (Rp/Kemasan)
Tabel 2. (Lanjutan)
Konsep Variabel Definisi Operasional Variabel Pengukuran Variabel
Laba Bersih Laba yang diperoleh setelah dikurangi dengan biaya-biaya Selisih dari laba kotor dengan total biaya non
yang menjadi beban perusahaan dan telah dikeluarkan dalam produksi (Rp/ Kemasan)
periode waktu tertentu.
Volume Penjualan Banyaknya produk yang dijual oleh perusahaan dalam Keseluruhan produk yang dijual ke konsumen setiap
periode waktu tertentu. bulannya (kemasan/Bulan)
Total Produksi Jumlah produk yang dihasilkan perusahaan dalam periode Keseluruhan produk yang dihasilkan setiap
waktu tertentu. bulannya (kemasan/bulan)
standard costing Biaya yang ditentukan dimuka yang seharusnya dikeluarkan Seluruh biaya yang dipergunakan sebagai patokan
untuk menghasilkan suatu produk. dalam penentuan biaya sesungguhnya (Rp/
Kemasan)
Target costing Biaya produksi Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan selama proses Penjumlahan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja,
TCi = Pi – Mi pengolahan bahan baku menjadi bahan jadi. dan biaya overhead parik (Rp/bulan)
Biaya bahan baku Biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk pembelian bahan Penjumlahan biaya bahan baku untuk menghasilkan
baku untuk produksi tahu putih. suatu produk (Rp/bulan)
Biaya non produksi Biaya yang dikeluarkan perusahaan diluar komponen biaya Penjumlahan dari biaya pemasaran dan biaya
produksi. administrasi (Rp/bulan)
Biaya overhead pabrik Biaya yang dikeluarkan perusahaan sebagai penunjang Penjumlahan biaya overhead pabrik yang digunakan
selama proses produksi. untuk menghasilkan suatu produk (Rp/bulan)
Biaya adminitrasi Biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan adminitrasi Penjumlahan biaya administrasi dan umum yang
perusahaan. dikeluarkan untuk memproduksi setiap unit produk
(Rp/bulan)
Biaya target Selisih antara harga jual dengan target profit. Selisih antara harga jual kompetitif dengan laba
yang diharapkan oleh perusahaan (Rp/kemasan)
Biaya tenaga kerja Biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk tenaga kerja yang Penjumlahan biaya tenaga kerja untuk memproduksi
membantu selama proses produksi. suatu produk (Rp/bulan)
Total biaya Jumlah keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan Penjumlahan dari biaya produksi dan biaya non
untuk memproduksi produk yang terdiri dari biaya produksi produksi yang digunakan untuk menghasilkan suatu
dan biaya non produksi. produk (Rp/bulan)
Volume penjualan Jumlah produk yang dijual oleh perusahaan dalam kurun Keseluruhan produk yang dijual ke konsumen setiap
waktu tertentu. bulannya (kemasan/Bulan) 25
Tabel 2. (Lanjutan)
Konsep Variabel Definisi Operasional Variabel Pengukuran Variabel
Volume produksi Jumlah produk yang mampu diproduksi oleh perusahaan Keseluruhan produk yang dihasilkan setiap
dalam kurun waktu tertentu. bulannya (kemasan/Bulan)
Harga pokok produksi Jumlah seluruh biaya produksi yang dikeluarkan selama Total biaya produksi yang digunakan untuk
proses produksi. menghasilkan suatu produk (Rp/bulan)
Harga jual Besarnya angka yang harus dibayar konsumen untuk Tingkat harga produk yang dibayar oleh setiap
memperoleh suatu produk. konsumen dalam satuan rupiah per unit
(Rp/kemasan)
Profit Hasil yang diperoleh unit usaha setelah pengurangan Selisih antara pendapatan yang diperoleh
pendapatan dengan total biaya. perusahaan dengan total biaya yang dikeluarkan
perusahaan selama produksi (Rp/bulan)
Margin profit Persentase selisih antara pendapatan yang diperoleh Selisih antara harga jual produk dan total biaya,
perusahaan dengan total biaya yang dikeluarkan. dikalikan dengan 100% (Rupiah (%)

26
1

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Pendekatan Penelitian


Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan secara
kuantitatif. Pendekatan kuantitatif didasarkan pada data yang diperoleh dari
perusahaan. Sesuai dengan tujuan penelitian ini pendekatan kuantitatif digunakan
untuk menganalisis perhitungan biaya yang digunakan perusahaan yaitu
metodestandar costing dan metode target costing sebagai upaya peningkatan laba.
Terdapat komponen-komponen yang dihitung dalam metode standard costing
yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik dan biaya non
produksi. Metode target costing dilakukan untuk menentukan harga jual dan laba,
sehingga dapat mengetahui nilai biaya target yang dapat digunakan dalam
melakukan rekayasa nilai.

4.2 Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian terletak di UD. New Sehati yang beralamat di Jl. Sekarsari
No 24 RT 04 RW 02 Dusun Sukorejo Desa Kemiri Kecamatan Pacet, Mojokerto
Jawa Timur. Penentuan lokasi dilakukan secara purposive. Pemilihan lokasi di
UD. New Sehati ini dikarenakan perusahaan tersebut merupakan salah satu
industri olahan makanan di Kabupaten Mojokerto yang memiliki lokasi yang
strategis yaitu dekat dengan tempat pariwisata dan pemasaran produk hingga luar
negeri seperti singapura, korea, china dan hongkong. Potensi yang dimiliki
perusahaan cukup besar. Melihat potensi tersebut perlu adanya metode yang tepat
dalam melakukan perhitungan biaya yang selama ini perusahaan masih
menggunakan metode standard costing. Melihat hal tersebut peneliti memilih
metode target costing dalam perhitungan biaya yang diharapkan dapat
meningkatkan laba perusahaan dilokasi penelitian. Waktu penelitian dilaksanakan
pada bulan Januari hingga Mei 2018.
2

4.3 Teknik Penentuan Sampel


Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling dengan judgment sampling.Sampel yang dipilih memiliki pengetahuan
terkait perusahaan seperti pengetahuan terkait produksi dan non produksidan
pembuat keputusan terkait target laba yang ingin dicapai oleh perusahaan. Pada
penelitian ini sampel yang dipilih sebagai sumber informasi berjumlah satu orang
yaitu pemilik dari UD. New Sehati. Hal ini disebabkan pemilik perusahaan
memiliki pengetahuan yang terkait perusahaan dan sebagai pihak pemegang
keputusan dalam penentuan biaya produksi dan non produksi, serta pembuat
keputusan dalam menentukan target laba yang ingin dicapai oleh perusahaan.

4.4 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan pada penelitian ini, antara lain adalah:
1. Wawancara
Wawancara dilakukan secara terstruktur. Kegiatan wawancara dilakukan
dengan mengajukan pertanyaan kepada respondenseperti pemilik perusahaan.
Pelaksanaan wawancara dilengkapi dengan kuesioner berisi pertanyaan terbuka
yang telah disusun untuk memperoleh jawaban dari responden berkaitan dengan
data-data yang akan dibutuhkan dalam penelitian seperti data produksi maupun
data non produksi.
2. Observasi
Observasi dilakukan untuk memperoleh informasi atau data tambahan yang
dapat mendukung kebutuhan penelitian. Observasi yang dilakukan dengan cara
pengamatan dan pencatatan data di lokasi penelitian. Pengamatan dilakukan pada
hal-hal yang berkaitan dengan proses produksi keripik singkong mulai dari
pengolahan bahan baku hingga pengemasan produk keripik singkong yang siap
untuk dipasarkan.
3. Dokumentasi
Dokumentasi yang dilakukan yaitu dengan cara mempelajari, mencatat serta
menyalin data-data yang terkait dengan topik penelitian. Kegiatan peneliti
melakukan penyalinan data jika pihak perusahaan telah menyediakan data dan
3

memberikan izin kepada peneliti untuk menyalin data tersebut. Data yang
dibutuhkan berupa data biaya produksi maupun data biaya non produksi.
Dokumentasi dilakukan untuk memperkuat maupun sebagai bukti dalam
pelaksanaan penelitian.

4.5 Teknik Analisis Data


Teknik analisis data memiliki peran penting dalam penelitian dan dapat
mempengaruhi hasil dari penelitian yang dilakukan. Berdasarkan tujuan penelitian
yang ingin dicapai, maka ada tiga teknik analisis data yang digunakan pada
penelitian ini. Teknik analisis data yang digunakan antara lain meliputi:

4.5.1 Analisis Metode Standard Costing


Analisis penentuan standard costingpada penelitian ini digunakan untuk
menganalisis biaya produksi yang dikeluarkan untuk memproduksi keripik
singkong dan laba yang diperoleh perusahaan dari penjualan. Perhitungan pada
metode standard costing menggunakan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan
biaya overhead pabrik dan non produksi. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui
harga yang digunakan perusahaan untuk menjual keripik singkong per kemasan
berdasarkan penggunaan biaya produksi keripik singkong selama satu
tahunterakhir yaitu tahun 2017. Perhitungan penentuan biaya perkemasan dalam
metode standard costing sebagai berikut:
a. Menghitung biaya bahan baku perkemasan keripik singkong pada tahun 2017
dengan cara, total biaya bahan baku pada tahun 2017 dibagi dengan total
produksi keripik singkong tahun 2017.
Total biaya bahan baku
Biaya bahan Baku (per-kemasan) =
Total produksi

b. Menghitung biaya tenaga kerja langsung perkemasan keripik singkong pada


tahun 2017 dengan cara, biaya tenaga kerja langsung selama tahun 2017 dibagi
dengan jumlah produksi tahun 2017.

Biaya Tenaga kerja Langsung (per-kemasan) =

c. Menghitung biaya overheadperkemasan keripik singkongpada tahun 2017


dengan cara, biaya overhead pada tahun 2017 dibagi dengan total produksi
keripik singkongtahun 2017.
4

Biaya overhead pabrik (per-kemasan) =

d. Menghitung biaya non-produksi perkemasan singkong pada tahun 2017 dengan


cara, menjumlahkan biaya penjualan dengan biaya administrasi. Biaya
penjualan perkemasan dihitung dari biaya penjualan tahun 2017 dibagi dengan
volume penjualan tahun 2017. Biaya administrasi kemasan dihitung dari biaya
administrasi tahun 2017 dibagi dengan volume penjualan tahun 2017.

Biaya Pemasaran (per-kemasan) =

Biaya Administrasi (per-kemasan) =

Biaya Non Produksi (per-kemasan) =

e. Menghitung total biaya perkemasan keripik singkongpada tahun 2017 dengan


cara, menjumlahkan biaya produksi perkemasan dengan biaya non produksi per
kemasan.
Total Biaya (perkemasan) = Biaya Produksi + Biaya Non Produksi
f. Perhitungan laba/rugi penjualan keripik singkong tahun 2017.
Penjualan = Harga jual produk x Volume Penjualan
Total Biaya Produksi =-Biaya Bahan Baku + Biaya Tenaga Kerja + Biaya
Overhead Pabrik
Laba Kotor = Penjualan – Total Biaya Produksi
Laba Bersih = Laba Kotor – Total Biaya Non Produksi
Menghitung marginprofit keripik singkong tahun 2017 dengan cara, harga jual
perkemasan dikurangi dengan biaya total perkemasan dan hasilnya akan
dikalikan 100%.
Margin profit =(Harga jual (perkemasan) – Total Biaya (per-kemasan)) x 100%

4.5.2 Analisis Metode Target Costing


Penggunaan metode Target Costing untuk dapat menjawab tujuan dari
penelitian yang mengenai pengendalian biaya produksi dan pencapaian target laba
bagi perusahaan. Data yang digunakan dalam metode ini adalah produksi keripik
singkong pada tahun 2017. Tahapan dalam melakukan metode Target Costing
adalah sebagai berikut:
5

a. Menentukan harga jual keripik singkong dengan harga yang kompetitif.


b. Menentukan target laba yang diinginkan oleh perusahaan.
c. Menghitung target biaya yang efisien untuk digunakan, berdasarkan pada harga
jual kompetitif produk dan laba yang diinginkan. Adapun model perhitungan
yang digunakan yaitu:
Biaya produksi per kemasan Harga jual Laba yang diharapkan
TCi Pi Mi
Keterangan:
TCi = Target cost per kemasan produk keripik singkong
Pi = Harga jual per kemasan produk keripik singkong
Mi = Laba per per kemasan produk (Target Laba x Harga jual)
d. Menghitung seluruh biaya produksi yang efisien sesuai dengan target biaya
produksi per kemasan berdasarkan harga dan laba yang diharapkan.
Total produksi Total penjualan Laba yang diharapkan
e. Melakukan rekayasa nilai sebagai sarana untuk membantu perusahaan dalam
melihat biaya-biaya yang belum efisien, sehingga dapat dijadikan masukan
bagi perusahaan untuk lebih mengefektifkan biaya agar laba yang diharapkan
oleh perusahaan dapat tercipta.

4.5.3 Deskriptif
Metode deskriptif menjelaskan mengenai cara yang dilakukan untuk penurunan
biaya produksi serta membandingkan nilai biaya produksi yang dikeluarkan dan
laba yang dicapai dengan menggunakan metode standard costing dan metode
target costing. Metode ini dilakukan untuk mengetahui dari kedua metode
tersebut manakah yang memberikan nilai biaya produksi yang lebih rendah namun
laba yang diperoleh lebih tinggi. Metode ini juga menjelaskan biaya apa saja yang
dapat diturunkan pada tahapan rekayasa nilai sehingga biaya produksi lebih
efisien dan target laba yang diharapkan dapat tercapai.
1

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


5.1.1. Sejarah Perusahaan
UD. New Sehati merupakan salah satu industri olahan makanan yang
memproduksi aneka keripik yang salah satunya yaitu keripik singkong.
Perusahaan ini didirikan oleh Bapak Achmad Munali dan dibantu oleh istrinya Ibu
Wahyu Nur Afiyah. Dimulainya usaha UD. New Sehati pada tahun 2000 yang
bergerak dalam bidang industri olahan makanan aneka keripik dan oleh-oleh khas
jawa timur. Motivasi dalam pendirian usaha tersebut yaitu pemilik yang hanya
memiliki ijazah terakhir Sekolah Dasar sehingga sulit dalam mendapatkan
pekerjaan dan akhirnya mendirikan usaha tersebut. UD. New Sehati berlokasi di
Jalan Sekarsari No 24 RT 04 RW 02 Dusun Sukorejo Desa Kemiri Kecamatan
Pacet, Mojokerto – Jawa Timur. Pemilihan lokasi didasarkan pada daerah tersebut
terletak dekat dengan tempat wisata Kabupaten Mojokerto. Produk unggulan yang
diproduksi dari UD. New Sehati adalah keripik singkong, ketela ungu dan ketela
madu.
UD. New Sehati dalam memenuhi permintaan konsumen melakukan kegiatan
produksi 6 hari setiap minggu yang berdasarkan pesanan pelanggan dengan rata-
rata produksi keripik singkong sebesar 350 kemasan dalam sekali produksi pada
saat ini. Pemasaran yang dilakukan pada awal berdirinya perusahaan yaitu dengan
cara offline atau dari orang ke orang lain. Pada awal tahun 2015 perusahaan
memiliki inisiatif untuk memperkenalkan produk lebih luas yaitu dengan cara
online melalui media-media yang ada dalam internet seperti WhatsApp,
Facebook, Web, BPPD (Badan Promosi Pariwisata Daerah) Kabupaten
Mojokerto. Penyebaran informasi produk melalui internet yang semakin luas
sehingga pada saat ini perusahaan mampu memasarkan produk keripik singkong
hingga ke luar negeri seperti Singapura, Korea, China dan Hongkong.
2

5.1.2. Profil Perusahaan


UD. New Sehati merupakan salah satu usaha kecil menegah (UKM) yang
terletak di Jalan Sekarsari No 24 RT 04 RW 02 Dusun Sukorejo Desa Kemiri
Kecamatan Pacet, Mojokerto – Jawa Timur. UD. New Sehati bergerak dalam
bidang industri olahan makanan aneka keripik. Produk unggulan yang di produksi
dari UD. New Sehati adalah keripik singkong, ketela ungu dan ketela madu.
Keripik singkong memiliki jumlah data penjualan produk terbesar daripada
produk lainnya dengan jumlah 1.268.350 kemasan sejak 2005 sampai 2017.
Perusahaan UD. New Sehati telah memiliki kode Produk Industri Rumah Tangga
(P-IRT), Sertifikat BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) dari dinas
Kesehatan dan sertifikat halal. Selain itu, UD. New Sehati piagam penghargaan
bintang satu dari BPOM sebagai narasumber tentang keamanan pangan dan
sertifikat dari Dinas Perindustrian. Pemasaran produk dilakukan dengan dua cara
yaitu online dan offline. Pemasaran online dilakukan dengan cara
memperkenalkan produk di internet melalui WhatsApp, Facebook, Web, BPPD
(Badan Promosi Pariwisata Daerah) Kabupaten Mojokerto, sedangkan pemasaran
offline dilakukan dengan melakukan penjualan secara langsung di toko yang
dimiliki perusahaan.

5.1.3. Visi dan Misi Perusahaan


Perusahaan yang dibentuk tentu memiliki tujuan yang akan dicapai, dalam
pencapaian tujuan dari perusahaan UD. New Sehati memiliki visi dan misi yang
dilakukan untuk pencapaian tujuan dari perusahaan.
1. Visi Perusahaan
Menjadi usaha kecil menengah keripik singkong yang terpercaya di Indonesia
terutama dengan mengutamakan kualitas produk yang terbaik.
2. Misi Perusahaan
a. Menyediakan produk yang berkualitas dengan harga produk yang terjangkau
di setiap kalangan masyarakat.
b. Menjadi mitra masyarakat untuk belajar berwirausaha dan berbisnis.
c. Senantiasa meningkatkan etos kerja, kompetensi dan kesejahteraan
karyawan.
3

5.1.4. Struktur Organisasi


UD. New Sehati dipimpin oleh seorang pemimpin/ketua yang dibantu oleh
administrasi dan keuangan, manager produksi, manager pemasaran. Pembagian
tugas pokok, wewenang dan tanggung jawab berdasarkan bagian yang ada di UD.
New Sehati. Bagan struktur organisasi UD. New Sehati terdapat pada lampiran 1.
Beberapa tugas pokok, wewenang dan tanggung jawab setiap bagian, sebagai
berikut :
1. Pemimpin/ketua
Ada beberapa tugas dan tanggung jawab yang harus di laksanakan oleh
pemimpin perusahaan yaitu sebagai berikut :
a. Mengontrol secara keseluruhan jalannya kegiatan perusahaan.
b. Melakukan koordinasi baik langsung ataupun melalui bagian administrasi,
bagian produksi dan pemasaran untuk keperluan bersama demi kepentingan
perusahaan.
c. Bertanggung jawab sepenuhnya atas mutu produk dan mutu pelayanan
perusahaan.
d. Merencanakan pengembangan perusahaan untuk di waktu yang akan datang
2. Bagian Administrasi dan keuangan
Administrasi dan keuangan memiliki tugas dan tanggung jawab yang sangat
penting pada suatu perusahaan yaitu :
a. Menerima dan mencatat orderan pekerjaan.
b. Mencatat laporan keuangan perusahaan.
c. Menangani transaksi pembayaran dan pembelian dan sebagai bahan informasi
kepada atasan, memastikan bahwa semua kebutuhan administrasi dan
keuangan tersedia serta bertanggungjawab kepada pimpinan.
3. Bagian Produksi
Produksi merupakan bagian inti dari perusahaan yang dapat menentukan
perusahaan agar dapat tetap berproduksi untuk memenuhi pesanan konsumen,
adapun tugas dan tanggung jawab pada bagian produksi yaitu :
a. Mengawasi semua kegiatan produksi yang berlangsung.
b. Mengkoordinir serta mengarahkan setiap bawahannya agar memproduksi
sesuai target yang di inginkan perusahaan.
4

c. Mengawasi dan mengevaluasi seluruh kegiatan produksi agar dapat mengetahui


kekurangan dan penyimpangan atau kesalahan sehingga dapat dilakukan
perbaikan untuk kegiatan berikutnya.
4. Bagian pemasaran
Pemasaran merupakan bagian yang berguna untuk memperkenalkan suatu
produk ke konsumen dengan tujuan agar konsumen membeli produk yang
ditawarkan perusahaan. Tugas dan tanggung jawab pada bagian pemasaran adalah
sebagai berikut :
a. Bertugas untuk melakukan analisis pasar, meneliti persaingan dan kemungkinan
perubahan permintaan serta mengatur distribusi produksi.
b. Menentukan kebijakan dan strategi pemasaran perusahaan yang mencakup jenis
produk yang akan dipasarkan dan promosi.
c. mengidentifikasikan kebutuhan konsumen dan tingkat persaingan sehingga
dapat ditentukan rencana volume penjualan.

5.1.5. Perkembangan Jumlah Penjualan Produk Keripik singkong


Perkembangan produk keripik singkong dalam 5 tahun terakhir memiliki
jumlah yang terus meningkat. Hal ini di dukung oleh data jumlah penjualan
perusahaan. Pada tahun 2012 perusahaan memiliki total penjualan keripik
singkong sebanyak 100.200 kemasan. Pada tahun 2013 meningkat menjadi
100.250 kemasan. Pada tahun 2014 mengalami peningkatan sehingga menjadi
100.400 kemasan, sedangkan pada tahun 2015 dan 2016 penjualannya tidak ada
peningkatan yaitu sama dengan tahun 2014 sebesar 100.400 kemasan. Pada tahun
2017 mengalami peningkatan sebesar 400 kemasan sehingga menjadi 100.800
kemasan. Peningkatan jumlah penjualan produk keripik singkong salah satunya
disebabkan karena perusahaan terus menjaga kualitas dan menjual produk keripik
singkong dengan harga yang kompetitif. Lokasi juga menjadi salah satu faktor
yang mendukung dalam mempertahankan dan meningkatkan jumlah penjualan
keripik singkong. Perluasan pemasaran berbasis online juga dapat meningkatkan
jumlah penjualan dikarenakan informasi produk mudah diketahui konsumen
sehingga dapat menarik perhatian konsumen untuk membeli.
5

5.1.6. Proses Produksi Keripik Singkong


Proses produksi keripik singkong pada UD. New Sehati mengalami beberapa
tahapan proses pengolahan dari bahan mentah hingga menjadi produk jadi atau
keripik singkong. Bahan baku utama yang digunakan ialah singkong. Singkong
yang digunakan dalam proses produksi didapatkan langsung dari petani singkong
yang sudah bekerjasama dengan perusahaan. Proses pengolahan keripik singkong
dimulai dari proses pengupasan singkong, pencucian daging singkong,
perajangan, perendaman singkong, penggorengan, pengeringan, pemberian bumbu
dan pengemasan keripik singkong. Gambar alur proses produksi keripik singkong
terdapat pada lampiran 2.
1. Pengupasan singkong
Pengupasan singkong merupakan proses awal dimulainya pengolahan singkong
menjadi keripik singkong. Tujuan pengupasan singkong ialah untuk memisahkan
kulit luar dengan daging singkong yang dapat digunakan sebagai keripik.
2. Pencucian
Pencucian singkong dlakukan untuk menghiangkan tanah atau kotoran yang
masih menempel serta membersihkan singkong dari kulit ari yang masih
menempel.
3. Perajangan
Proses perajangan singkong bertujuan untuk memotong singkong menjadi tipis
atau sesuai dengan keinginan. Proses perajangan menggunakan mesin perajang
singkong (slicer).
4. Perendaman
Proses perendaman singkong bertujuan agar pori-pori yang terdapat pada
daging singkong terbuka sehingga bumbu dapat meresap dengan baik. Pada saat
perendaman singkong ditambahkan garam agar keripik singkong terasa lebih
gurih.
5. Penggorengan
Tahap penggorengan singkong bertujuan untuk mematangkan singkong
sehingga menjadi keripik. Pada saat proses penggorengan keripik singkong, harus
selalu dilakukan pengecekan agar tidak lengket satu sama lain hingga keripik
singkong matang.
6

6. Pengeringan
Tahap pengeringan bertujuan untuk mengeringkan keripik singkong agar
terpisah dari minyak yang menempel pada keripik singkong. Proses pengeringan
keripik singkong menggunakan alat spinner.
7. Pemberian Bumbu
Pada saat keripik singkong telah kering dengan sempurna dilakukan proses
pemberian bumbu. Bumbu yang digunakan merupakan gula putih halus yang
dicampurkan dengan bawang putih.
8. Pengemasan
Pada proses pengemasan keripik singkong ditimbang terlebih dahulu agar berat
setiap kemasan sama.

5.2. Analisis Penentuan Biaya Metode Standard Costing


UD. New Sehati melakukan penentuan biaya yang dikeluarkan untuk
memproduksi keripik singkong tahun 2017 dengan menggunakan metode
standard costing. Penentuan biaya dengan menggunakan metode standard costing
dilakukan setelah produk keripik singkong selesai diproduksi. Penentuan harga
pokok produksi dalam metode standard costing dilakukan dengan menjumlahkan
seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi keripik singkong, kemudian
ditentukan harga jual produknya dengan cara total biaya keseluruhan yang
dikeluarkan dibagi dengan jumlah produksi yang dihasilkan.
Metode standard costing dapat dilakukan dengan mengetahui total produksi,
total penjualan, biaya produksi yang meliputi biayabahan baku langsung, biaya
tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik dan biaya non produksi yang
meliputi biaya administrasi dan biaya pemasaran.Perhitungan biaya ini dilakukan
dengan menghitung biaya per kemasan keripik singkong. Penentuan biaya per
kemasan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui jumlah biaya yang telah
dikeluarkan dalam memproduksi keripik singkong per kemasan serta mengetahui
laba yang diperoleh perusahaan per kemasan keripik singkong yang dijual. Hasil
biaya yang telah diketahui tersebut kemudian akan dibandingkan dengan
perhitungan biaya dengan menggunakan metode target costing.
7

5.2.1. Total Produksi dan Total Penjualan Keripik Singkong


Biaya per kemasan produk keripik singkong dapat dihitung menggunakan
metode standard costing dengan terlebih dahulu mengetahui total produksi dan
total penjualan produk keripik singkong. Total produksi keripik singkong ditahun
2017 memiliki nilai yang hampir sama pada setiap bulan. Jumlah produksi keripik
singkong yang hampir sama disebabkan karena UD. New Sehati memproduksi
keripik singkong tersebut berdasarkan pesanan tertentu dan hanya sebagian kecil
mengikuti kondisi pasar. Data mengenai total produksi keripik singkong dapat
dilihat pada tabel 3 berikut ini:
Tabel 3. Total Produksi Keripik Singkong Tahun 2017
No Bulan Jumlah (Kemasan)
1 Januari 8.300
2 Februari 8.350
3 Maret 8.350
4 April 8.350
5 Mei 8.450
6 Juni 8.800
7 Juli 8.350
8 Agustus 8.400
9 September 8.350
10 Oktober 8.300
11 November 8.350
12 Desember 8.450
Total 100.800
Sumber: Data Primer Diolah, 2017
Bedasarkan tabel 3 dapat diketahui total produksi keripik singkong yang
dihasilkan oleh UD. New Sehati pada tahun 2017 berjumlah 100.800 kemasan.
Jumlah produksi keripik singkong yang dihasilkan pada tahun 2017hampir sama
setiap bulannya hanya pada saat bulan juni meningkat singnifikan dikarenakan
adanya pengaruh dari hari raya sehingga permintaan meningkat. Keripik singkong
yang dapat diproduksi oleh UD. New Sehati pada setiap bulannya memiliki rata-
rata sebesar 8.400 kemasan, namunjumlah tersebut dapat meningkat pada saat
musim liburan hari raya yang mencapai 8.800 kemasan. Kenaikan jumlah
produksi keripik singkong disebabkan oleh kondisi pasar yaitu ketika musim
liburan hari raya sehingga UD. New Sehati memproduksi keripik singkong lebih
banyak dibandingkan dengan hari-hari biasa. Hal tersebut dilakukan perusahaan
agar dapat memenuhi permintaan konsumen yang meningkat pada bulan tersebut.
8

Total produksi keripik singkong yang dihasilkan oleh UD. New Sehati memiliki
jumlah yang berbeda dengan total penjualannya. Hal ini disebabkan karena
produk keripik singkong yang memiliki kondisi tidak baik atau dalam kondisi
rusak sehingga produk tersebut tidak dapat dijual ataupun dapat disebabkan
permintaan pasar yang menurun. Data mengenai total penjualan keripik singkong
dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini.
Tabel 4. Total Penjualan Keripik Singkong Tahun 2017
No Bulan Jumlah (Kemasan)
1 Januari 8.240
2 Februari 8.320
3 Maret 8.350
4 April 8.290
5 Mei 8.430
6 Juni 8.780
7 Juli 8.330
8 Agustus 8.395
9 September 8.339
10 Oktober 8.295
11 November 8.344
12 Desember 8.435
Total 100.548
Sumber: Data Primer Diolah, 2017
Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa total penjualan keripik
singkongUD. New Sehati pada tahun 2017 berjumlah 100.548 kemasan dengan
rata-rata per bulan berjumlah 8.379 kemasan yang laku terjual. Total penjualan
terbanyak yaitu pada bulan Juni sebesar 8.780 kemasan hal ini disebabkan pada
bulan tersebut merupakan libur panjang hari raya sehingga permintaan konsumen
lebih banyak pada produk keripik singkong. Keripik singkong banyak diminati
oleh konsumen sebagai produk oleh-oleh sehingga penjualan pada bulan tersebut
meningkat dari bulan-bulan biasanya.
UD. New Sehati memberikan harga jual untuk keripik singkong sebesar Rp
4.750. Harga jual tersebut diperoleh perusahaan dengan menjumlahkan total biaya
keseluruhan dibagi dengan total produksi yang dihasilkan lalu menambahkannya
dengan laba yang dikehendaki perusahaan, namun dengan harga jual yang
ditawarkan tersebut perusahaan belum mencapai laba yang diinginkan yaitu
sebesar 5% sehingga perlu melakukan evaluasi perhitungan biaya produksi agar
perusahaan dapat memperoleh laba yang diinginkan dengan harga jual tersebut.
9

5.2.2. Biaya Bahan Baku Langsung


Bahan baku yang digunakan UD. New Sehati untuk memproduksi keripik
singkong yaitu singkong. Biaya yang dikeluarkan UD. New Sehati untuk
pembelian bahan baku langsung dalam memproduksi keripik singkong pada tahun
2017 adalah sebesar Rp 231.840.000 per tahun, dengan besarnya biaya bahan
baku tersebut perusahaan dapat menghasilkan keripik singkong sebanyak 100.800
kemasan. Total biaya bahan baku langsung yang diketahui tersebut kemudian
digunakan untuk menghitung biaya bahan baku keripik singkong per kemasan
dengan membagi biaya total bahan baku dengan total produksi keripik singkong
yang dihasilkan pada tahun 2017. Berdasarkan perhitungan biaya bahan baku
yang telah dilakukan didapatkan hasil biaya bahan baku keripik singkong adalah
sebesar Rp 2.300 per kemasan.

5.2.3. Biaya Tenaga Kerja Langsung


Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang yang terlibat langsung dalam
proses produksi keripik singkong hingga pengemasan produk. Tenaga kerja yang
berhubungan langsung dalam produksi keripik singkong di UD. New Sehati
berjumlah 7 orang. Total biaya tenaga kerja langsung yang dikeluarkan oleh
perusahaan pada tahun 2017 adalah sebesar Rp 120.960.000 per tahun.
Berdasarkan total biaya tenaga kerja langsung tersebut dapat diketahui biaya
tenaga kerja langsung per kemasan yang dikeluarkan perusahaan pada tahun 2017.
Biaya tenaga kerja langsung per kemasan dapat dihitung dengan membagi total
biaya tenaga kerja langsung dengan total produksi keripik singkong yang
dihasilkan UD. New Sehati pada tahun 2017. Berdasarkan perhitungan biaya
tenaga kerja langsung tersebut maka didapatkan hasil biaya tenaga kerja langsung
sebesar Rp 1200 per kemasan.

5.2.4. Biaya Overhead Pabrik


Biaya overhead pabrik merupakan biaya-biaya kebutuhan yang mendukung
kegiatan produksi. Biaya overhead pabrik adalah biaya yang dikeluarkan
perusahaan selain biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja. Biaya
10

overhead pabrik yang dikeluarkan oleh UD. New Sehati untuk memproduksi
keripik singkong dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini:
Tabel 5. Biaya Overhead Pabrik Tahun 2017
No Jenis Biaya Jumlah (Rp)/Tahun
1 Biaya Bahan Penolong 23.556.000
2 Biaya Listrik 14.400.000
3 Biaya Air 4.3200.000
4 Biaya Sampah 1.440.000
5 Biaya Kemasan 50.400.000
6 Biaya Penyusutan 2.130.733
Total 135.126.733
Sumber: Data Primer Diolah, 2017
Biaya overhead pabrik yang dikeluarkan oleh UD. New Sehati diperoleh
berdasarkan perhitungan pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan selama tahun
2017. Berikut ini adalah rincian biaya overhead pabrik yang dikeluarkan
perusahaan:
1. Biaya bahan penolong yang dikeluarkan oleh perusahaan merupakan biaya
bahan pembantu yang mendukung proses produksi keripik singkong. Biaya bahan
penolong yang dikeluarkan meliputi garam, gula, bawang putih, minyak goreng
dan kayu bakar. Total biaya bahan penolong yang dikeluarkan pada tahun 2017
adalah sebesar Rp 23.556.000 per tahun, sedangkan biaya bahan penolong per
kemasan keripik singkong adalah sebesar Rp 234. Hasil tersebut diperoleh dari
total biaya bahan penolong dibagi total produksi keripik singkong yang dihasilkan
pada tahun 2017.
2. Biaya listrik digunakan untuk mesin dan alat-alat yang berkaitan dengan proses
produksi keripik singkong. Selain itu biaya listrik yang dikeluarkan juga
mencakup keseluruhan listrik yang digunakan untuk penerangan pabrik. Total
biaya listrik yang dikeluarkan perusahaan pada tahun 2017 adalah sebesar Rp
14.400.000 per tahun, sedangkan biaya listrik yang dikeluarkan per kemasan
keripik singkong adalah sebesar Rp 142,9 yang didapatkan dari total biaya listrik
dibagi total produksi keripik singkong yang dihasilkan pada tahun 2017.
3. Biaya air yaitu biaya yang digunakan untuk produksi keripik singkong serta
penggunaan air untuk membersikan peralatan produksi keripik singkong. Total
biaya air yang dikeluarkan perusahaan pada tahun 2017 adalah sebesar Rp
4.320.000 per tahun, sedangkan biaya air yang dikeluarkan per kemasan keripik
11

singkong adalah sebesar Rp 42,9 diperoleh dari total biaya air dibagi total
produksi keripik singkong yang dihasilkan pada tahun 2017.
4. Biaya sampah adalah biaya yang digunakan perusahaan untuk menangani
masalah sampah atau limbah yang dihasilkan dari proses produksi keripik
singkong. Total biaya sampah yang dikeluarkan perusahaan pada tahun 2017
adalah sebesar Rp 1.440.000 per tahun. Biaya sampah per kemasan keripik
singkong dapat dihitung dari total biaya sampah dibagi total produksi keripik
singkong, dari hasil perhitungan tersebut didapatkan biaya sampah sebesar Rp
14,3 per kemasan.
5. Biaya kemasan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membeli kemasan
produk keripik singkong. Kemasan keripik singkong yang digunakan UD. New
Sehati berupa kemasan plastik, namun keripik singkong dimasukkan kedalam
kemasan kardus apabila pembelian sebanyak 10 kemasan. Total biaya kemasan
yang dikeluarkan perusahaan pada tahun 2017 adalah sebesar Rp 50.400.000 per
tahun sedangkan biaya kemasan keripik singkong per kemasan adalah sebesar Rp
500. Biaya kemasan keripik singkong tersebut didapatkan dari total biaya
kemasan dibagi total produksi keripik singkongyang dihasilkan pada tahun 2017.
6. Biaya penyusutan adalah yang digunakan untuk penyusutan mesin dan
peralatan yang mendukung kegiatan produksi keripik singkong. Total biaya
penyusutan pada tahun 2017 adalah sebesar Rp 2.130.733 per tahun. Biaya
penyusutan per kemasan keripik singkong dapat diperoleh dari total biaya
penyusutan dibagi total produksi keripik singkong tahun 2017, dari perhitungan
tersebut didapatkan biaya penyusutan keripik singkong adalah sebesar Rp 21,1 per
kemasan.
Berdasarkan uraian diatas total biaya overhead pabrik yang dikeluarkan oleh
UD. New Sehati adalah sebesar Rp 135.126.733 per tahun, dari total biaya
tersebut maka dapat diketahui biaya overhead pabrik per kemasan keripik
singkong dengan membagi total biaya overhead pabrik dengan total produksi
keripik singkongpada tahun 2017. Berdasarkan perhitungan tersebut maka
didapatkan biaya overhead pabrik keripik singkong adalah sebesar Rp 1340,5 per
kemasan. Perhitungan hasil tersebut dapat dilihat pada lampiran 6.
12

5.2.5. Biaya Non Produksi


Biaya non produksi merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan diluar biaya
produksi keripik singkong. Biaya non produksi umumnya terbagi menjadi dua
bagian yaitu biaya administrasi dan biaya pemasaran. Biaya administrasi yang
dikeluarkan oleh UD. New Sehati terdiri dari biaya ATK, sedangkan biaya
pemasaran untuk produk keripik singkongyang dikeluarkan oleh perusahaan
terdiri dari biaya promosi, biaya telepon dan wifi serta biaya transportasi. Biaya
non produksi UD. New Sehati dirincikan pada tabel berikut:
Tabel 6. Biaya Non Produksi Keripik SingkongTahun 2017
No Jenis Biaya Jumlah (Rp)/Tahun
1. Biaya Administrasi
Biaya ATK 472.000
2. Biaya Pemasaran
Biaya Promosi 1.200.000
Biaya Telepon dan Wifi 3.360.000
Biaya Transportasi 6,000.000
3. Pajak Penghasilan 285.500
Total 11.317.500
Sumber: Data Primer Diolah, 2017
Berdasarkan pada tabel 5 diatas dapat diketahui bahwa biaya non produksi
yang lebih besar dikeluarkan oleh perusahaan adalah biaya pemasaran. Hal
tersebut dikarenakan perusahan mengeluarkan biaya promosi yang digunakan
untuk mencetak poster maupun brosur sebesar Rp 100.000 per bulan. Biaya sewa
transportasi untuk memindahkan produk dari pabrik ke toko dengan biaya sebesar
Rp 500.000 per bulan serta biaya jaringan telepon dan wifi sebesar Rp 280.000
per bulan. Biaya pajak penghasilan diperoleh dengan menghitung presentase
penjualan setiap produk dengan total biaya pajak empat produk yaitu Rp 972.492.
Sedangkan biaya administrasi cenderung lebih dikecil dikarenakan hanya terdiri
dari keperluan ke-sekretariatan kantor. Total biaya non produksi keripik singkong
pada tahun 2017 adalah sebesar Rp 11.317.500 per tahun. Biaya non produksi per
kemasan keripik singkong dapat dihitung dengan cara total biaya non produksi
dibagi total produksi keripik singkongyang dihasilkan pada tahun 2017. Biaya non
produksi keripik singkong yang dihasilkan dari perhitungan tersebut adalah
sebesar Rp 113 per kemasan.
13

5.2.6. Perhitungan Keseluruhan Biaya Per Kemasan


Biaya keseluruhan merupakan hasil perhitungan dari total biaya baik biaya
produksi maupun biaya non produksi. Biaya produksi meliputi biaya bahan baku
langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik, sedangkan
biaya non produksi meliputi biaya administrasi dan biaya pemasaran. Hasil biaya
produksi dan biaya non produksi keripik singkongdi UD. New Sehati telah
diketahui pada subbab sebelumnya. Berdasarkan perhitungan biaya-biaya
tersebut, maka jumlah biaya keseluruhan untuk produk keripik singkongper
kemasan nya adalah sebagai berikut:
Tabel 7. Perhitungan Keseluruhan Biaya Keripik Singkongper Kemasan Tahun
2017
No Jenis Biaya Jumlah (Rp)/Kemasan
1 Biaya Bahan Baku 2.300
2 Biaya Tenaga Kerja 1.200
3 Biaya Overhead Pabrik
a Biaya Bahan Penolong 234
b Biaya Listrik 142,9
c Biaya Air 42,9
d Biaya Sampah 14,3
e Biaya Kemasan 500
f Biaya Penyusutan 21,1
Total 4.455
4 Biaya Non Produksi
a Biaya Administrasi
Biaya ATK 5
b Biaya Pemasaran
Biaya Promosi 12
Biaya Telepon dan Wifi 33
Biaya Transportasi 60
c Pajak Penghasilan 3
Total 113
Tota Biaya per Kemasan 4.568
Sumber: Data Primer Diolah, 2017

5.2.7. Perhitungan Laba Rugi


Perhitungan laba rugi dilakukan untuk mengetahui keuntungan atau kerugian
yang didapatkan oleh UD. New Sehati pada penjualan keripik singkong pada
tahun 2017. Data yang digunakan dalam perhitungan labarugi adalah biaya
produksi dan biaya non produksi keripik singkongpada tahun 2017. Laporan laba
rugi diperoleh dari perhitungan menggunakan biaya taksiran berdasarkan data
14

yang disediakan oleh perusahaan. Laporan laba rugi keripik singkongtahun 2017
berdasarkan analisis biaya menggunakan metode standard costing adalah sebagai
berikut:
Tabel 8. Perhitungan Laba Rugi Keripik Singkong Tahun 2017
Keterangan Jumlah (Rp)/Tahun
Penjualan 477.603.000
Harga Pokok Penjualan 449.046.733
Laba Kotor 28.556.267
Laba Bersih 17.238.767
Sumber: Data Primer Diolah, 2017
Berdasarkan perhitungan pada tabel 8 dapat diketahui bahwa hasil keripik
singkong yang diperoleh UD. New Sehati dengan jumlah produk yang terjual
berjumlah 100.548 kemasan adalah sebesar Rp 477.603.000 per tahun. Harga
pokok produksi keripik singkongtahun 2017 adalah sebesar Rp 449.046.733 per
tahun. Laba kotor diperoleh dari selisih antara penjualan dan harga pokok
produksi. Laba kotor yang diperoleh perusahaan adalah sebesar Rp 28.556.267
per tahun sedangkan laba bersih diperoleh dari hasil laba kotor dikurangi dengan
biaya non produksi sehingga didapatkan hasil laba bersih yang diterima
perusahaan untuk produk keripik singkong adalah sebesar Rp 17.238.767 per
tahun.
Setelah melakukan perhitungan laba rugi maka dapat diketahui persentase
margin profit yang diperoleh perusahan. Penentuan margin profit dilakukan
dengan dua cara yaitu menghitung keseluruhan hasil penjualan pada tahun 2017
atau dengan menghitung margin profit per kemasan keripik singkong. Berikut ini
merupakan perhitungan margin profit keseluruhan tahun 2017 dan margin profit
per kemasan keripik singkong adalah sebagai berikut:
Margin profit per kemasan = (harga jual – total biaya perkemasan) x 100%
harga jual

= (4.750 – 4.568) x 100%


4.750
= 0,038 x 100%
= 3,8%
15

Berdasarkan perhitungan margin profit diatas dapat diketahui bahwa pada


produksi keripik singkongUD. New Sehati tahun 2017 memperoleh laba bersih
sebesar Rp 17.238.767 per tahun dengan besaran margin profit tahun 2017 dan
margin profit per kemasan memiliki nilai yaitu 3,8%. Nilai margin profit yang
diperoleh oleh UD. New Sehati tersebut belum mencapai target laba yang
diinginkan. Target laba yang diinginkan oleh perusahaan adalah sebesar 5%, dari
hal tersebut maka perusahaan harus melakukan peningkatan laba agar mencapai
laba sebesar 5%.

5.3. Analisis Penerapan Target Costing


UD. New Sehati memproduksi keripik singkong sebagai produk utamnya.
Penenutuan harga jual keripik singkong yang digunakan perusahaan masih
menggunakan analisis metode standard costing. Penggunaan metode standard
costing pada perusahaan tersebut belum mencapai target laba yang diinginkan.
Target laba yang diinginkan oleh UD. New Sehati adalah sebesar 5%, namun pada
tahun 2017 target laba belum tercapai karena pada tahun 2017 target laba yang
diperoleh perusahaan yaitu sebesar 3,8%. Target laba yang belum tercapai
tersebut disebabkan oleh tingginya biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan
untuk memproduksi keripik singkong. Target laba akan tercapai melalui
peningkatan laba. Peningkatan laba perusahaan tidak dapat dilakukan dengan cara
meningkatkan harga jual, oleh karena itu perusahaan perlu melakukan efisiensi
biaya produksi agar target laba yang diinginkan tercapai. Perusahan harus
mencoba menggunakan metode analisis biaya yang dapat mengefisiensikan biaya
produksi. Metode analisis tersebut yaitu metode target costing.
Target costing adalah suatu metode yang digunakan untuk penentuan biaya.
Tujuan penggunaan metode target costing pada produk keripik singkong di UD.
New Sehati untuk melakukan efisiensi biaya produksi dan biaya non produksi
sehingga perusahaan mencapai target laba yang diinginkan.Penentuan biaya dalam
metode ini ditentukan pada tahap awal perencanaan produksi. Penentuan biaya
dilakukan dengan mengetahui harga jual produk dan target laba yang diinginkan
terlebih dahulu. Harga jual produk dan target laba yang telah diketahui tersebut
digunakan untuk menghitung biaya yang efisien dikeluarkan untuk memproduksi
16

keripik singkong, hasil perhitungan tersebut kemudian digunakan sebagai acuan


besaran biaya yang harus dikeluarkan agar perusahaan mencapai target laba yang
diinginkan. Penerapan target costing dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Penetapan Harga Jual keripik singkong
Tahap awal yang harus dilakukan UD.New Sehati yaitu dengan menetapkan
harga jual produk keripik singkong. Pada penentuan harga tersebut pihak UD.
New Sehati menentukan harga sesuai harga yang berlaku di pasar. Harga jual
yang ditetapkan perusahaan untuk satu kemasan keripik singkong adalah sebesar
Rp 4.750, dengan harga tersebut perusahaan masih memperoleh keuntungan.
2. Menentukan Laba yang Diharapkan
Tahap kedua dalam penerapan target costing yaitu dengan menentukan target
laba yang diharapkan perusahaan. Target laba yang diharapkan oleh UD. New
Sehati untuk produk keripik singkongialah sebesar 5% dari harga jual keripik
singkong per kemasan yaitu sebesar Rp 4.750. Hasil perhitungan target laba yang
diharapkan perusahaan untuk produksi keripik singkongtersebut yaitu sebesar Rp
237,5 per kemasan.
3. Menetapkan Target Biaya
Tahap ketiga yaitu menetapkan target biaya. Target biaya tersebut digunakan
sebagai acuan biaya yang efisiensi dikeluarkan untuk memproduksi keripik
singkong. Target biaya dapat diketahui dengan cara mengurangi harga jual produk
dengan target laba yang telah ditentukan yaitu Rp 237,5 per kemasan. Perhitungan
target biaya per kemasan adalah sebagai berikut:
Target biaya per kemasan = harga jual – target laba
= Rp 4.750 – Rp 237,5
= Rp 4.512,5
Berdasarkan hasil perhitungan diatas maka biaya yang efisien dikeluarkan oleh
UD. New Sehati untuk satu kemasan keripik singkong yaitu kurang dari Rp
4.512,5 atau sama dengan Rp 4.512,5. Jika target biaya yang dikeluarkan sesuai
maka target laba yang telah ditetapkan akan dicapai oleh UD. New Sehati. Total
biaya keseluruhan yang efisien dikeluarkan oleh perusahaan dalam produksi
keripik singkongpada tahun 2017 untuk mencapai target laba sebesar 5% dari
hasil penjualan adalah sebagai berikut:
17

Tabel 9. Total Biaya Keseluruhan Keripik Singkong Tahun 2017 dengan Metode
Target Costing
No Uraian Jumlah (Rp)/Tahun
1 Penjualan 477.603.000
2 Laba yang diharapkan (5%) 23.880.150
Total biaya produksi dan non produksi 453.722.850
Sumber: Data Primer Diolah, 2017
Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui bahwa total biaya yang dikeluarkan oleh
UD. New Sehati untuk memproduksi keripik singkong pada tahun 2017
menggunakan metode target costing dengan penjualan sebesar Rp 477.603.000
per tahun dan persentase laba yang diharapkan sebesar 5% atau senilai Rp
23.880.150 per tahun, maka biaya total yang efisien dikeluarkan untuk produksi
keripik singkong yaitu Rp 453.722.850 per tahun.
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan diatas dapat diketahui
bahwa target costingkeripik singkong adalah sebesar Rp 4.512,5 per kemasan,
sedangkan target costing untuk total biaya yang harus dikeluarkan adalah sebesar
Rp 453.722.850 per tahun. Pencapaian biaya yang efisien serta laba yang
diharapkan tersebut akan berhasil dengan melibatkan semua pihak yang
berhubungan dengan proses produksi keripik singkong. Perhitungan target costing
dilakukan pada tahap awal perencanaan produk keripik singkong.

5.4. Perbandingan Hasil Analisis


Biaya produksi dan biaya non produksi keripik singkong di UD. New Sehati
telah dihitung berdasarkan analisis biaya dengan metode standard costing dan
metode target costing. Berdasarkan hasil perhitungan dari kedua metode tersebut
selanjutnya dilakukan perbandingan sehingga dapat diketahui metode mana yang
lebih efisien digunakan oleh perusahaan untuk memproduksi keripik singkong.
Perbandingan hasil analisis biaya metode standard costing dan metode target
costing yang diterapkan pada biaya produksi dan non produksi per kemasan
keripik singkong pada UD. New Sehati adalah sebagai berikut:

Tabel 10. Perbandingan Biaya Per Kemasan Keripik Singkong dengan Metode
Standard Costing dan Metode Target Costing
18

No Alat Analisis Hasil Analisis (Rp)


1 Metode Standard Costing 4.568
2 Metode Target Costing 4.512,5
Selisih Biaya 55,5
Sumber: Data Primer Diolah, 2017
Berdasarkan tabel 10 dapat diketahui bahwa biaya produksi keripik
singkongtahun 2017 menggunakan metode standard costing adalah sebesar Rp
4.568 per kemasan, sedangkan biaya menurut metode target costing adalah
sebesar Rp 4.512,5 per kemasan. Selisih dari kedua metode tersebut yaitu sebesar
Rp 55,5 per kemasan. Hasil perhitungan metode standard costing memiliki nilai
yang lebih tinggi. Hal tersebut disebabkan karena biaya dihitung ketika produk
keripik singkong selesai diproduksi, sedangkan metode target costing digunakan
sebelum produk dibuat yaitu ketika produk dalam tahap perancangan sehingga
diketahui biaya yang efisien digunakan untuk memproduksi keripik singkong.
Apabila biaya yang dikeluarkan melebihi target costing maka produk dapat
didesain ulang sesuai biaya yang telah ditentukan.
Perbandingan hasil analisis keseluruhan total biaya produksi keripik
singkongtahun 2017 menggunakan metode standard costing dan metode target
costing pada UD. New Sehati adalah sebagai berikut:
Tabel 11. Perbandingan Total Biaya Keripik Singkong dengan Metode Standard
Costing dan Metode Target Costing
No Alat Analisis Hasil Analisis (Rp)
1 Metode Standard Costing 460.364.233
2 Metode Target Costing 453.722.850
Selisih Biaya 6.641.383
Sumber: Data Primer Diolah, 2017
Berdasarkan perhitungan tabel 11 dapat diketahui bahwa dengan menggunakan
metode standard costing biaya yang dikeluarkan lebih tinggi dibandingkan
dengan metode target costing. Selisih total biaya antara metode standard costing
dan metode target costing adalah sebesar Rp 6.641.383 per tahun. Besarnya
selisih biaya tersebut merupakan biaya yang harus dihemat oleh UD. New Sehati
untuk memperoleh biaya produksi keripik singkong yang efisien dan mencapai
target laba sebesar 5% sesuai dengan target laba yang diinginkan oleh perusahaan.
Dilihat dari hasil perbandingan biaya tersebut maka metode target costing
dapat digunakan oleh perusahaan untuk mengefisiensikan biaya produksi keripik
19

singkong. Penggunaan metode target costing yang dilakukan pada tahap sebelum
produksi keripik singkong dilakukan memungkinkan perusahaan melakukan
alokasi biaya dengan baik tanpa melebihi biaya efisien sesuai dengan biaya yang
telah ditetapkan.

5.5. Rekayasa Nilai


Perhitungan biaya pada produksi keripik singkong di UD. New Sehati
menggunakan metode standard costing. Hasil perhitungan yang diperoleh dengan
menggunakan metode standard costing tersebut mengakibatkan perusahaan belum
mencapai target laba yang diinginkan. Berdasarkan perbandingan dengan hasil
perhitungan menggunakan metode target costing diketahui bahwa biaya yang
dikeluarkan perusahaan saat ini tidak efisien untuk mencapai laba yang
diinginkan. Penggunaan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi
keripik singkong telah melebihi biaya yang seharusnya, apabila laba yang
diinginkan perusahaan pada tahun 2017 adalah sebesar 5%.
Metode target costing memberikan acuan besaran biaya yang efisien
digunakan untuk memproduksi keripik singkong di UD. New Sehati. Perhitungan
biaya menggunakan metode target costing tersebut menghasilkan biaya yang
efisien untuk mencapai laba yang diinginkan perusahaan. Berdasarkan hal
tersebut, untuk memenuhi target costing yang sesuai dengan laba yang diinginkan
perusahaan, maka perusahaan harus melakukan penekanan biaya. Biaya yang
dapat ditekan meliputi biaya produksi dan biaya non produksi. Biaya tersebut
dapat ditekan dengan melakukan rekayasa nilai. Rekayasa nilai dilakukan pada
komponen-komponen biaya produk keripik singkong dengan tujuan agar laba
yang diinginkan oleh perusahaan dapat tercapai.
Berdasarkan perhitungan biaya menggunakan metode target costing diperoleh
hasil biaya produksi yang efisien digunakan untuk keripik singkongadalah sebesar
Rp 4.512,5 per kemasan, sedangkan biaya yang selama ini digunakan oleh
perusahaan adalah sebesar Rp 4.568 per kemasan. Selisih biaya dari perhitungan
metode tradisional dan metode target costing tersebut adalah Rp 55,5 per
kemasan. Selisih tersebut dapat dijadikan sebagai evaluasi biaya-biaya yang dapat
ditekan untuk mengefisiensikan biaya produksi keripik singkong. Rekayasa nilai
20

dilakukan dengan mengevaluasi komponen-komponen biaya apa saja yang


sekiranya dapat ditekan oleh perusahaan untuk produk keripik singkong.
Komponen-komponen biaya tersebut diantaranya adalah biaya produksi dan
biaya non produksi. Biaya produksi meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung dan biaya overhead pabrik, sedangkan biaya non produksi meliputi
biaya administrasi, biaya pemasaran dan biaya pajak penghasilan. Biaya yang
pertama dilakukan evaluasi adalah biaya bahan baku dari keripik singkong. Bahan
baku yang digunakan pada pembuatan keripik singkong adalah singkong. Pada
bahan baku yang digunakan tersebut memiliki harga jual yang stabil. Harga jual
yang stabil tersebut disebabkan perusahaan sudah membuat perjanjian dengan
petani sehingga bahan baku langsung dari produk keripik singkong ini tidak dapat
ditekan. Biaya bahan baku tidak dapat dilakukan rekayasa nilai disebabkan adanya
kerjasama dengan petani dengan kesepakatan harga yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Biaya yang dievaluasi selanjutnya adalah biaya tenaga kerja langsung. Tenaga
kerja langsung produksi keripik singkong di UD. New Sehati yaitu bersifat harian.
Upah diberikan berdasarkan jumlah hari masuk karyawan, oleh karena itu untuk
tenaga kerja sulit untuk dilakukan rekayasa nilai. Adapun solusi yang dapat
dilakukan untuk menekan biaya tenaga kerja langsung yaitu dengan cara
menurunkan upah karyawan, namun hal itu pasti akan merugikan karyawan.
Adanya penurunan upah tersebut juga pasti akan mengalami penolakan dari
karyawan, sehingga untuk biaya tenaga kerja langsung tidak dapat dilakukan
rekayasa nilai.
Biaya overhead pabrik. Pada biaya overhead pabrik dapat diketahui bahwa
biaya yang paling besar dikeluarkan adalah biaya bahan penolong, biaya listrik,
biaya air dan biaya kemasan. Pada biaya overhead pabrik akan dilakukan rekayasa
nilai pada biaya listrik dan biaya kemasan. Rekayasa nilai pada biaya kemasan,
kemasan yang digunakan oleh UD. New Sehati untuk produk keripik singkong
yaitu berupa kemasan plastik dan kardus. Biaya kemasan produk keripik
singkongyaitu Rp 500 per kemasan yang terdiri dari harga plastik Rp 400 per
kemasan dan harga kardus Rp 100 per kemasan. Rekayasa nilai yang dilakukan
pada kemasan yaitu terletak pada penggunaan plastik, alternatif yang akan
21

dilakukan yaitu dengan menggunakan plastik yang lebih murah daripada plastik
yang digunakan perusahaan dikarenakan setelah dikemas plastik produk akan
dikemas kembali dengan kemasan kardus sehingga penggunaan plastik tidak perlu
menggunakan platik kemasan yang cukup mahal. Rekayasa pada listrik, beban
listrik yang di tanggung perusahaan pada tahun 2017 yaitu sebesar 14.400.000,
sehingga perlu alternatif untuk menurunkan biaya tersebut dilakukan dengan cara
menggunakan alat save trick yang berfungsi untuk penghematan penggunaan
listrik perusahaan sebesar 35%. Biaya bahan baku penolong yang cenderung tidak
stabil yang akan sulit dalam melakukan prediksi untuk merekayasa nilai sehingga
tidak dilakukan di biaya bahan baku penolong. Biaya penggunaan air, air
merupakan komponen yang sangat penting bagi perusahaan untuk dapat
melakukan kegiatan produksi. Harga air yang cenderung tetap dan perusahaan
tidak bisa menentukan harga tersebut dan volume air yang digunakan perusahaan
harus sesuai dengan volume produksi sehingga pada biaya air sulit untuk
dilakukan rekayasa nilai. Biaya sampah, menurut informasi dari perusahaan biaya
sampah sudah dilakukan kesepakatan dengan petugas sampah sehingga biaya
tersebut akan sulit apabila dilakukan rekayasa nilai. Pada biaya penyusutan sulit
untuk dilakukan rekayasa nilai dikarenakan fasilitas yang digunakan oleh
perusahaan sudah sesuai dengan kebutuhan produksi keripik singkong sehingga
biaya penyusutan tidak dapat dilakukan rekayasa nilai.
Komponen biaya selanjutnya adalan biaya non produksi. Biaya non produksi
terdiri dari biaya administrasi, biaya pemasaran dan pajak penghasilan. Biaya
administrasi pada UD. New Sehati meliputi biaya ATK. Biaya tersebut
merupakan biaya yang sulit ditekan karena biaya administrasi adalah biaya yang
tidak pasti, sedangkan biaya pemasaran pada UD. New Sehati meliputi biaya
promosi, biaya telepon dan wifi serta biaya transportasi. Pada biaya pemasaran
yang sekiranya dapat dilakukan rekayasa nilai diantaranya adalah biaya telepon
dan wifi. Biaya telepon dan wifi dapat ditekan dengan menghemat penggunaan
pulsa telepon dan wifi. Penghematan biaya tersebut dapat dilakukan dengan
memasang alat yang bernama save limit alat tersebut merupakan alat yang dapat
menghemat biaya telepon dan wifi sebesar 30%.
22

Berdasarkan uraian data komponen-komponen biaya yang dikeluarkan oleh


perusahaan dalam produksi keripik singkong, maka peneliti melakukan rekayasa
nilai pada beberapa bagian. Bagian pertama adalah pada bagian biaya overhead
pabrik. Biaya overhead pabrik yang dilakukan rekayasa adalah pada biaya
kemasan. kemasan yang digunakan perusahaan untuk produk keripik singkong
yaitu berupa kemasan plastik. Biaya kemasan produk keripik singkong yaitu Rp
500 per kemasan yang terdiri dari harga plastik Rp 400 per kemasan dan harga
kardus Rp 100 per kemasan. Produk keripik singkong yang telah selesai
diproduksi kemudian dikemas menggunakan plastik setelah itu dikemas lagi
menggunakan kemasan kardus apabila pembelian 10 kemasan. Menurut penulis
plastik yang digunakan oleh perusahaan tersebut cukup mahal, sebaiknya plastik
bisa menggunakan yang lebih murah dengan jenis yang sama namun ketebalannya
sedikit lebih tipis. Hal tersebut tidak mempengaruhi kualitas produk keripik
singkong sebab setelah penggunaan plastik, keripik singkong tetap terlindungi
dengan adanya kemasan kardus sehingga produk keripik singkong akan tetap
memiliki kondisi baik meskipun menggunakan plastik yang lebih tipis.
Komponen biaya selanjutnya yang dilakukan rekayasa nilai adalah biaya non
produksi. Biaya non produksi yang dilakukan rekayasa adalah pada biaya
pemasaran yaitu biaya telepon dan wifi. Rekayasa nilai yang dilakukan pada biaya
telepon dan wifi yaitu dengan memasang alat berupa save limit. Alat tersebut
adalah alat yang dapat menstabilkan sinyal telepon sehingga pulsa yang
digunakan oleh perusahaan semakin kecil. Pemasangan save limit dapat
menghemat pengeluaran biaya telepon dan wifi perusahaan sebesar 35%.

5.5.1. Biaya Sebelum Rekayasa Nilai


Sebelum dilakukan rekayasa nilai dilakukan evaluasi terlebih dahulu terhadap
komponen biaya yang telah dikeluarkan UD. New Sehati untuk memproduksi
keripik singkong. Biaya-biaya tersebut disajikan pada tabel 12 berikut ini:

Tabel 12. Biaya Keripik Singkong per Kemasan Sebelum Dilakukan Rekayasa
Nilai
23

No Jenis Biaya Jumlah (Rp)/Kemasan


1 Biaya Bahan Baku 2.300
2 Biaya Tenaga Kerja 1.200
3 Biaya Overhead Pabrik
a Biaya Bahan Penolong 234
b Biaya Listrik 142,9
c Biaya Air 42,9
d Biaya Sampah 14,3
e Biaya Kemasan 500
f Biaya Penyusutan 21,1
Total 4.455
4 Biaya Non Produksi
A Biaya Administrasi
Biaya ATK 5
B Biaya Pemasaran
Biaya Promosi 12
Biaya Telepon dan Wifi 33
Biaya Transportasi 60
C Pajak Penghasilan 3
Total 113
Tota Biaya per Kemasan 4.568
Sumber: Data Primer Diolah, 2017
Berdasarkan tabel 12 dapat diketahui biaya-biaya untuk produk keripik
singkong. Biaya dalam tabel tersebut merupakan biaya yang dihitung per kemasan
keripik singkong. Biaya untuk produk keripik singkong terdiri dari biaya produksi
dan biaya non produksi. Tabel diatas menunjukkan total biaya produksi untuk
produk keripik singkong per kemasan sebelum dilakukan rekayasa nilai adalah
sebesar Rp 4.568. Hasil perhitungan biaya tersebut dapat dijadikan sebagai
perbandingan antara biaya yang sudah dikeluarkan perusahaan dengan biaya yang
telah dilakukan rekayasa nilai.

5.5.2. Komponen Biaya yang Dilakukan Rekayasa Nilai


Rekayasa nilai yang biaya yang dikeluarkan untuk produk keripik singkong di
UD. New Sehati yaitu akan dilakukan pada beberapa komponen biaya antara lain:
1. Biaya Kemasan
Biaya kemasan yang dikeluarkan oleh UD. New Setiahati untuk produk keripik
singkong terdiri dari kemasan plastik dan kemasan kardus. Total biaya kemasan
produk keripik singkongyaitu Rp 500 per kemasan yang meliputi harga plastik Rp
400 dan harga kardus Rp 100. Rekayasa nilai yang dilakukan pada biaya kemasan
yaitu dengan menggunakan jenis kemasan plastik yang sama yaitu plastik
24

polypropylene namun mengganti ketebalan kemasan plastik yang digunakan


perusahaan dengan kemasan plastik yang sedikit lebih tipis sehingga harga
kemasan lebih murah. Kemasan plastik yang digunakan perusahaan memiliki
ketebalan 0.8 mm dengan harga RP 400, sedangkan kemasan plastik yang
digunakan untuk rekayasa nilai memiliki ketebalan 0.5 mm dengan harga Rp 200.
Hal tersebut dilakukan karena produk keripik singkong setelah dikemas dengan
plastik akan dikemas kembali dengan kemasan kardus, sehingga jika plastik
diganti dengan ketebalan yang berbeda maka tidak akan mempengaruhi kondisi
produk keripik singkong yang akan dijual. Rekayasa nilai dilakukan dengan
mengganti kemasan plastik yang semula harga Rp 400 menjadi menggunakan
kemasan plastik dengan harga Rp 200. Perhitungan biaya kemasan setelah
dilakukan rekayasa nilai adalah sebagi berikut:
Harga kemasan plastik = Rp 200/kemasan
Harga kemasan kardus = Rp 100/kemasan
Total Produksi = 100.800
Total biaya kemasan plastik (per tahun) = Rp 200 x 100.800
= Rp 20.160.000/tahun
Total biaya kemasan kardus (per tahun) = Rp 100 x 100.800
= Rp 10.080.000/tahun
Total biaya kemasan setelah rekayasa nilai = biaya plastik + biaya kardus
(per tahun) = Rp 20.160.000 + Rp 10.080.000
= Rp 30.240.000/tahun
Total biaya kemasan setelah rekayasa nilai = Rp 30.240.000
(per kemasan) 100.8000
= Rp 300/kemasan
Berdasarkan perhitungan rekasaya nilai biaya kemasan diatas dapat diketahui
jika kemasan plastik dengan harga Rp 400 diganti dengan kemasan plastik Rp 200
maka akan terjadi penurunan biaya kemasan yang harus dikeluarkan oleh
perusahaan. Biaya kemasan yang diperoleh dari hasil rekayasa nilai untuk keripik
singkong per kemasan adalah Rp 300. Perhitungan tersebut dapat menghemat
biaya kemasan per kemasan keripik singkongsebesar Rp 200 dari biaya kemasan
sebelum dilakukan rekayasa nilai.
2. Biaya Listrik
25

Rekayasa nilai pada biaya listrik yang dilakukan dengan memasang alat save
trick. Alat tersebut memiliki fungsi untuk menghemat penggunaan listrik. Cara
kerja alat tersebut yaitu dengan memberikan efek soft startpada saat peralatan
elektronik dinyalakan, sehingga listrik yang dibutuhkan pada saat awal untuk
menghidupkan alat elektronik menjadi sedikit dan mengurangi panas yang
berlebihan sehingga penggunaan listrik menjadi efisien. Berdasarkan keterangan
yang terdapat pada produk pemasangan alat save trick pada instalasi listrik
tersebut dapat menghemat listrik hingga 35% setiap bulannya. Pemasangan alat
save trick tersebut akan menambah nilai biaya penyusutan yang akan dikeluarkan
perusahaan dikarenakan adanya pembelian alat save trick. Harga dari alat save
trick tersebut relatif murah yaitu sebesar Rp 120.000 dengan masa pakai hingga 5
tahun sehingga biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dengan pemasangan alat
tersebut juga tidak terlalu besar dan masih dapat dijangkau oleh perusahaan.
Perhitungan biaya telepon dan wifi setelah dilakukan rekayasa nilai adalah sebagi
berikut:
1. Total biaya listrik = Rp 14.400.000/tahun
2. Persentase biaya yang dapat dihemat alat save trick= 35%
3. Biaya yang harus dikeluarkan untuk pemasangan alat save trick
a. Biaya penyusutan pembelian alat save limit
Harga save trick = Rp 120.000
Nilai Sisa = Rp 36.000
Masa Pakai = 5 tahun
Biaya Penyusutan alat save trick = Harga Beli – Nilai Sisa
Umur Ekonomis
= Rp 120.000 – Rp 36.000
5
= Rp 16.800/tahun
b. Biaya penyusutan produksi keripik singkong tahun 2017 sebelum rekayasa nilai
= Rp 2.130.733/tahun
c. Total biaya penyusutan produksi keripik singkong tahun 2017 setelah rekayasa
nilai
= Biaya penyusutan sebelum rekayasa nilai + biaya penyusutan alat save trick
= Rp 2.130.733 + Rp 16.800
= Rp 2.147.533/tahun
26

d. Total biaya penyusutan produksi keripik singkong per kemasan tahun 2017
setelah rekayasa nilai
= Biaya Penyusutan Setelah Rekayasa Nilai
Total Produksi
= Rp 2.147.533
100..800
= Rp 21,3/kemasan
e. Biaya listrik setelah adanya penambahan biaya penyusutan alat save trick
= Biaya listrik + Biaya penyusutan alat save trick
= Rp 14.400.000 + Rp 16.800
= Rp 14.416.800/tahun
f. Persentase biaya penyusutan save trick pada biaya listrik
= Biaya penyusutan alat save trick x 100%
(Biaya listrik + Biaya penyusutan alat save trick)
= Rp 16.800 x 100%
Rp 14.416.800
= 0,11%
g. Persentase biaya yang dapat dihemat setelah adanya pemasangan alat save trick
adalah :
=-Persentase biaya listrik yang dapat dihemat alat save trick – Persentase biaya
penyusutan alat save trick
= 35% - 0.11%
= 34,89%
h. Biaya yang dapat dihemat setelah adanya pemasangan alat save trick
= Rp 14.416.800 x 34,89%
= Rp 5.030.021/tahun
i. Total biaya listrik setelah rekayasa nilai (per tahun)
= Rp 14.416.800 – Rp 5.030.021
= Rp 9.386.779/tahun
j. Total biaya listrik setelah rekayasa nilai (per kemasan)
= Rp 9.386.779
100.800
= Rp 93/kemasan
Berdasarkan perhitungan rekayasa nilai biaya listrik diatas dapat diketahui
bahwa jika melakukan penekanan biaya listrik dengan memasang alat save trick
pada instalasi listrik yang digunakan maka akan menghemat biaya listrik sebesar
27

34,89% dengan nilai Rp 5.030.021 per tahun. Biaya listrik yang diperoleh setelah
dilakukan rekayasa nilai yaitu sebesar Rp 9.386.779 per tahun dan Rp 93 per
kemasan. Sedangkan biaya penyusutan yang harus dikeluarkan perusahaan
dengan adanya pembelian alat save trick yaitu sebesar Rp 2.147.533 per tahun
atau sebesar Rp 21,3 per kemasan.
3. Biaya Telepon dan Wifi
Rekayasa nilai pada biaya telepon dan wifi dapat dilakukan dengan cara
memasang alat save limit. Alat tersebut merupakan alat yang dapat menghemat
biaya telepon dan wifi. Cara kerja alat tersebut yaitu menstabilkan dan memfilter
sinyal telepon yang masuk dan keluar dari pesawat telepon. Sinyal telepon yang
tidak stabil akan menyebabkan pemborosan terhadap pulsa telepon. Frekuensi
standar dari telkom + 16 Khz, tetapi setelah sampai ke rumah customer, frekuensi
naik menjadi + 18 Khz - 20 Khz. Pada saat frekuensi 16 Khz, satu pulsa bisa
digunakan bicara selama + 3 menit, tetapi disaat frekuensi naik, satu pulsa hanya
dapat digunakan bicara 1---2 menit. Salah satu fungsi save limit adalah
menstabilkan frekuensi telepon dengan cara menurunkan frekuensi dari + 18-20
Khz menjadi + 16 Khz. Jadi dengan penggunaan alat ini frekuensi akan relative
stabil sehingga secara otomatis akan membuat komunikasi di telepon dan koneksi
internet menjadi lebih lancar. Berdasarkan keterangan yang terdapat pada produk
pemasangan alat save limit pada telepon tersebut dapat menghemat pulsa hingga
35% setiap bulannya. Pemasangan alat save limit tersebut akan menambah nilai
biaya penyusutan yang akan dikeluarkan perusahaan dikarenakan adanya
pembelian alat save limit. Harga dari alat save limit tersebut relatif murah yaitu
sebesar Rp 150.000 dengan masa pakai hingga 5 tahun sehingga biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan dengan pemasangan alat tersebut juga tidak terlalu
besar dan masih dapat dijangkau oleh perusahaan. Perhitungan biaya telepon dan
wifi setelah dilakukan rekayasa nilai adalah sebagi berikut:
a. Total biaya telepon dan wifi = Rp 3.360.000/tahun
b. Persentase biaya yang dapat dihemat alat save limit = 30%
c. Biaya yang harus dikeluarkan untuk pemasangan alat save limit
Biaya penyusutan pembelian alat save limit
Harga save limit = Rp 150.000
28

Nilai sisa = Rp 50.000


Masa pakai = 5 tahun
Biaya Penyusutan alat save limit = Harga Beli – Nilai Sisa
Umur Ekonomis
= Rp 150.000 – Rp 50.000
5
= Rp 20.000/tahun
d. Biaya penyusutan produksi keripik singkong tahun 2017 sebelum rekayasa nilai
= Rp 2.130.733/tahun
e. Total biaya penyusutan produksi keripik singkong tahun 2017 setelah rekayasa
nilai
= Biaya penyusutan sebelum rekayasa nilai + biaya penyusutan alat save limit
= Rp 2.130.733 + Rp 20.000
= Rp 2.150.733/tahun
f. Total biaya penyusutan produksi keripik singkong per kemasan tahun 2017
setelah rekayasa nilai
= Biaya penyusutan setelah rekayasa nilai
Total Produksi
= Rp 2.150.733
100.800
= Rp 21,3/kemasan
g. Biaya telepon dan wifi setelah adanya penambahan biaya penyusutan alat save
limit
= Biaya telepon dan wifi + Biaya penyusutan alat save limit
= Rp 3.360.000 + Rp 20.000
= Rp 3.380.000/tahun
h. Persentase biaya penyusutan save limit pada biaya telepon dan wifi
= Biaya penyusutan alat save limit x 100%
(Biaya telepon dan wifi + Biaya penyusutan alat save limit)
= Rp 20.000 x 100%
Rp 3.380.000
= 0,59%
i. Persentase biaya yang dapat dihemat setelah adanya pemasangan alat save limit
adalah :
= Persentase biaya yang dapat dihemat alat save limit – Persentase biaya
29

penyusutan alat save limit


= 30% - 0,59%
= 29,41%
j. Biaya yang dapat dihemat setelah adanya pemasangan alat save limit
= Rp 3.380.000 x 29,41%
= Rp 994.058/tahun
k. Total biaya telepon dan wifi setelah rekayasa nilai (per tahun)
= Rp 3.380.000 – Rp 994.058
= Rp 2.385.942/tahun
l. Total biaya telepon dan wifi setelah rekayasa nilai (per kemasan)
= Rp 2.385.942
100.800
= Rp 23,6/kemasan
Berdasarkan perhitungan rekayasa nilai biaya telepon dan wifi diatas dapat
diketahui bahwa jika melakukan penekanan biaya telepon dan wifi dengan
memasang alat save limit pada pesawat telepon yang digunakan maka akan
menghemat biaya telepon dan wifi sebesar 29,41% dengan nilai Rp 994.058 per
tahun. Biaya telepon dan wifi yang diperoleh setelah dilakukan rekayasa nilai
yaitu sebesar Rp 2.385.942 per tahun dan Rp 23,6 per kemasan. Sedangkan biaya
penyusutan yang harus dikeluarkan perusahaan dengan adanya pembelian alat
save limit yaitu sebesar Rp 2.150.733 per tahun atau sebesar Rp 21,3 per kemasan.

5.5.3. Biaya Per Kemasan Keripik Singkong Setelah Rekayasa Nilai


Rekayasa nilai yang dilakukan pada beberapa komponen biaya dalam produksi
keripik singkong membuat jumlah biaya yang dikeluarkan menjadi berkurang.
Rekayasa nilai dilakukan pada biaya overhead pabrik yaitu biaya kemasan dan
biaya listrik serta pada biaya pemasaran yaitu biaya telepon dan wifi. Berdasarkan
rekayasa nilai yang telah dilakukan pada beberapa komponen biaya tersebut, maka
jumlah biaya dalam produksi keripik singkong adalah sebagai berikut:
Tabel 13. Biaya Keripik Singkong Per Kemasan Setelah Dilakukan Rekayasa
Nilai
No Jenis Biaya Jumlah (Rp)/Kemasan
1 Biaya Bahan Baku 2.300
30

2 Biaya Tenaga Kerja 1.200


3 Biaya Overhead Pabrik
a Biaya Bahan Penolong 234
b Biaya Listrik 93
c Biaya Air 42,9
d Biaya Sampah 14,3
e Biaya Kemasan 300
f Biaya Penyusutan 21,5
Total 4.206
4 Biaya Non Produksi
a Biaya Administrasi
Biaya ATK 5
b Biaya Pemasaran
Biaya Promosi 12
Biaya Telepon dan Wifi 23,6
Biaya Transportasi 60
c Pajak Penghasilan 3
Total 103
Tota Biaya per Kemasan 4.309
Sumber: Data Primer Diolah, 2017
Berdasarkan tabel 14 dapat diketahui bahwa hasil rekayasa nilai pada biaya
listrik per kemasan adalah sebesar Rp 93, biaya kemasan per kemasan adalah
sebesar Rp 300 dan biaya telepon dan wifi yaitu sebesar Rp 23,6. Rekayasa nilai
yang dilakukan pada biaya listrik, biaya telepon dan wifi akan menambah biaya
penyusutan sebesar Rp 0,36 per kemasan dikarenakan terdapat biaya penyusutan
akibat pembelian alat save trick dan save limit, sehingga biaya penyusutan setelah
dilakukan rekayasa nilai yaitu sebesar Rp 21,5 per kemasan. Biaya produksi untuk
produk keripik singkong setelah dilakukan penekanan biaya memperoleh hasil
sebesar Rp 4.309 per kemasan. Biaya produk keripik singkong yang semakin
rendah tersebut dapat meningkatkan laba perusahaan sehingga laba yang diterima
semakin besar. Apabila laba yang diperoleh perusahaan semakin besar maka laba
yang diinginkan perusahaan akan tercapai.

5.5.4. Perbandingan Biaya Setelah Rekayasa Nilai


Berdasarkan perhitungan rekayasa nilai yang telah dilakukan maka langkah
selanjutnya yaitu membandingkan biaya yang telah dikeluarkan perusahaan
31

dengan biaya yang telah dilakukan rekayasa nilai. Perbandingan biayatersebut


dilakukan untuk mengetahui perbedaan biaya yang dikeluarkan perusahaan
setelah adanya rekayasa nilai dan untuk melihat dampak yang terjadi pada laba
perusahaan setelah dilakukannya penekanan biaya melalui rekayasa nilai.
Perbandingan metodestandard costing dan biaya setelah dilakukan rekayasa nilai
per kemasan keripik singkong adalah sebagai berikut:
Tabel 14. Perbandingan Standard Costing dengan Biaya Setelah Dilakukan
Rekayasa Nilai Per Kemasan
No Jenis Biaya Standard Biaya Setelah
Costing Rekayasa Nilai
1 Biaya Bahan Baku 2.300 2.300
2 Biaya Tenaga Kerja 1.200 1.200
3 Biaya Overhead Pabrik
a Biaya Bahan Penolong 234 234
b Biaya Listrik 142,9 93
c Biaya Air 42,9 42,9
d Biaya Sampah 14,3 14,3
e Biaya Kemasan 500 300
f Biaya Penyusutan 21,1 21,5
Total 4.455 4.206
4 Biaya Non Produksi
a Biaya Administrasi
Biaya ATK 5 5
b Biaya Pemasaran
Biaya Promosi 12 12
Biaya Telepon dan Wifi 33 23,6
Biaya Transportasi 60 60
c Pajak Penghasilan 3 3
Total 113 103
Tota Biaya per Kemasan 4.568 4.309
Sumber: Data Primer Diolah, 2017
Berdasarkan tabel 14 terdapat perbedaan antara biaya yang dikeluarkan
perusahaan untuk memproduksi keripik singkong dengan metode standard costing
dan biaya yang telah dilakukan rekayasa nilai. Hal tersebut menunjukkan bahwa
dengan melakukan rekayasa nilai dapat menurunkan biaya sebesar Rp 259 dari
biaya sebelumnya. Biaya produksi yang telah dikeluarkan UD. New Sehati untuk
produk keripik singkong adalah sebesar Rp 4.568 per kemasan. Biaya produksi
untuk produk keripik singkong setelah dilakukan rekayasa nilai dengan penekanan
biaya pada biaya listrik, biaya kemasan serta biaya telepon dan wifi adalah sebesar
Rp 4.309. Hasil perhitungan tersebut digunakan untuk menghitung margin profit
32

yang diperoleh oleh UD. New Sehati setelah adanya rekayasa nilai pada beberapa
komponen biaya. margin profitdihitung berdasarkan harga jual per kemasan
produk keripik singkong. Harga dari keripik singkong per kemasan adalah Rp
4.750.
Berdasarkan perhitungan margin profit yang telah dilakukan dapat diketahui
bahwa dengan melakukan rekayasa nilai dapat menurunkan biaya produksi
keripik singkong hingga mencapai Rp 4.309. Biaya tersebut dapat menghasilkan
laba keripik singkong sebesar Rp 441. Laba yang dihasilkan memiliki nilai 9,3%.
Nilai tersebut lebih besar dibandingkan laba yang selama ini diterima oleh
perusahaan yaitu sebesar 3,8%. margin profit tersebut juga telah melebihi target
profit yang diinginkan perusahaan yaitu sebesar 5%, sehingga dengan melakukan
rekayasa nilai perusahaan akan mencapai target laba yang diharapkan atau bahkan
melebihi target laba yang diinginkan tersebut. Langkah selanjutnya yaitu
melakukan perbandingan biaya untuk mengetahui dampak biaya secara
keseluruhan setelah dilakukannya rekayasa nilai. Berikut ini perbandingan biaya
keseluruhan produk keripik singkong dengan biaya keseluruhan setelah dilakukan
rekayasa nilai:
Tabel 15. Perbandingan Standard CostingKeseluruhan dengan Biaya Setelah
Dilakukan Rekayasa Nilai Per Kemasan
No Jenis Biaya Standard Biaya Setelah
Costing Rekayasa Nilai
1 Biaya Bahan Baku 231.840.000 231.840.000
2 Biaya Tenaga Kerja 120.960.000 120.960.000
3 Biaya Overhead Pabrik
a Biaya Bahan Penolong 23.556.000 23.556.000
b Biaya Listrik 14.400.000 9.386.779
c Biaya Air 4.320.000 4.320.000
d Biaya Sampah 1.440.000 1.440.000
e Biaya Kemasan 50.400.000 30.240.000
f Biaya Penyusutan 2.130.733 2.167.533
Total 449.046.733 423.910.312
4 Biaya Non Produksi
a Biaya Administrasi
Biaya ATK 472.000 472.000

Tabel 15. (Lanjutan)


b Biaya Pemasaran
Biaya Promosi 1.200.000 1.200.000
Biaya Telepon dan Wifi 3.360.000 2.385.942
33

Biaya Transportasi 6.000.000 6.000.000


c Pajak Penghasilan 285.500 285.500
Total 11.317.500 10.343.442
Tota Biaya Per Tahun 460.364.233 434.253.754
Sumber: Data Primer Diolah, 2017
Berdasarkan tabel 15 dapat diketahui hasil rekayasa nilai pada biaya listrik
adalah sebesar Rp 9.386.779 per tahun, biaya kemasan adalah sebesar Rp
30.240.000 per tahun dan biaya telepon dan wifi yaitu sebesar Rp 2.385.942 per
tahun. Sedangkan biaya penyusutan yang harus dikeluarkan untuk pembelian alat
save trick dan save limit setelah adanya rekayasa nilai yaitu sebesar Rp 2.167.533
per tahun. Total biaya untuk produk keripik singkong setelah dilakukan
penekanan biaya memperoleh hasil sebesar Rp 434.253.754 per tahun. Selisih
biaya yang dikeluarkan antara perhitungan metode standard costing dan metode
target costing adalah sebesar Rp 26.110.479 per tahun.
Perhitungan rekayasa nilai tersebut dapat meningkatkan laba perusahaan,
dengan adanya rekayasa nilai maka margin profityang diperoleh perusahaan
mengalami peningkatan yaitu dari 3,8% menjadi 9,3%. Jika perusahaan
melakukan rekayasa nilai maka margin profityang akan diterima perusahaan dapat
melebihi laba yang diinginkan perusahaan yaitu 5%. Perusahaan dapat
mempertimbangkan penggunaan rekayasa nilai untuk menekan biaya produk
keripik singkong sehingga dapat meningkatkan laba perusahaan.

5.6. Pemasaran Produk


Pemasaran yang digunakan UD. New Sehatimenggunakan caraonline dan
offline.Perbandingan antara penjualan online dan offline yaitu sebesar 76% : 24%
seperti yang tersaji pada gambar 1. Pemasaran secara online dilakukan dengan
menggunakan website yang bisa diakses oleh konsumen melalui Web Badan
Promosi Pariwisata Daerah Kabupaten Mojokerto maupun
newsehati.blogspot.co.id. Pemasaran produk keripik singkong dilakukan melalui
media sosial seperti facebook danWhatsapp. Menurut pemilik UD. New Sehati
yaitu Akhmad Munali menyatakan bahwa saat ini pemasaran secara online paling
banyak melalui whatsapp yaitu sebesar 85,1% dan facebook sebesar 14,9% seperti
yang tersaji pada gambar 2. Menurut pemilik UD. New Sehati yaitu Akhmad
Munali menyatakan bahwa perusahaan saat ini mendapatkan pesanan terbesar
34

yaitu dari media sosiaal whatsappp dengan mengirim proomosi produuk melalui status
s
m melalui grub
dan dikirim g sehinggga banyak orang dapaat mengenaal produk keeripik
singkong. Menurut keterangan yang
y di dapaatkan perussahaan masiih fokus pro
omosi
online meelalui whatssapp dikareenakan pesaanan terbannyak melaluui whatsapp
p dan
orang-oranng yang meemesan prodduk lebih terrpercaya identitasnya.

Onlin
ne
Offline

Gambarr 2. Persentaase Pemasarran Keripik


k Singkong Secara
S Onliine dan Offlline
Sumber: Data
D Primerr Diolah, 20017

Whatssapp
Facebo
ook

Gambar 3. Peersentase Peemasaran Keripik


K Singkong Secarra Online
d UD. New
di w Sehati
Sumber: Data Primeer Diolah, 2017
2
Menuruut Harianti (2013), meenjelaskan bahwa
b penggguna interrnet di indo
onesia
saat ini mencapai
m 63 juta orang.. Dari angk
ka tersebut 95
9 persennyya menggun
nakan
internet unntuk mengaakses mediaa sosial. Sittus jejaringg sosial yanng paling baanyak
diakses addalah facebbook. Menuurut Prihad
di dalam Miranti
M (2012), menjelaaskan
bahwa padda tahun 20009perkembbangan med
dia sosial faacebook mem
mbuat Indo
onesia
mendudukki tempat seebagai negaara penggun
na Faceboook terbesar di dunia. Selain
S
35

facebook dan whatsapp masih banyak media sosial yang dapat dijadikan peluang
oleh perusahaan untuk meningkatkan penjualan. Penggunaan internet dapat
meningkatkan penjualan dengan cara promosi baik menggunakan media sosial
maupun website. Pada saat ini perusahaan hanya berfokus pada penggunaan
whatsapp. Perusahaan perlu memanfaatkan media sosial yang saat ini sedang
berkembang semisal instagram, line, twitter, dan path sebagai promosi untuk
menyebarkan informasi terkait produk keripik singkong kepada masyarakat luas.
1

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan perhitungan mengenai analisis
efisiensi biaya produksi dengan metode target costing pada produk keripik
singkong dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.-Pemasaran secara online yang telah dilakukan UD. New Sehati dapat
meningkatkan laba yang diperoleh perusahaan. Hal ini terbukti pemasaran
online memiliki jumlah penjualan produk lebih banyak dibandingkan
pemasaran offline. Perbandingan volume penjualan menggunakan pemasaran
online dan offline yaitu 76% : 24%. Penjualan produk tidak hanya dilakukan
didalam negeri tapi ke berbagai negara dengan total jumlah penjualan pada
tahun 2017 sebesar 60.000 kemasan berhasil di ekspor ke negara Singapura,
China, Hongkong dan Korea. Total jumlah penjualan didalam negeri sebanyak
40.800 kemasan pada tahun 2017. Penjualan didalam negeri perusahaan hanya
mendistribusikan produk didaerah sekitar perusahaan seperti Mojokerto,
Jombang, dan Mojosari.
2. Metode target costing lebih efisien daripada metode standard costing. Hasil
perhitungan dengan metode standard costing menghasilkan laba sebesar 3,8%
sedangkan dengan penerapan metodetarget costing dengan melakukan
rekayasa nilai pada biaya kemasan, biaya telepon dan wifi dan biaya listrik
sehingga dapat meningkatkan laba perusahaan sebesar9,3%. Nilai tersebut
lebih besar dibandingkan laba yang selama ini diterima oleh perusahaan dan
telah melebihi target profit yang diinginkan perusahaan yaitu sebesar 5%.
2

6.2. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka penulis memberikan saran
kepada UD. New Sehati sebagai berikut:
1.-Perusahaan sebaiknya menerapkan metode target costing dalam penentuan
biaya produksi karena dapat dijadikan sebagai acuan biaya yang harus
dikeluarkan perusahaan sehingga biaya produksi lebih efisien dan target laba
yang diinginkan tercapai. Perusahaan dapat menekan biaya produksi keripik
singkong pada biaya listrik dengan menggunakan alat penghemat listrik berupa
save trick, efisiensi biaya kemasan dengan mengganti kemasan plastik yang
digunakan perusahaan dengan kemasan plastik yang memiliki ketebalan yang
sedikit lebih tipis, dan efisiensi biaya telepon dan wifi dengan memasang alat
berupa save limit untuk menghemat biaya telepon dan wifi.
2.-Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya menggunakan alat analisis yang berbeda
untuk membandingkan alat analisis mana yang lebih efisien dalam perusahaan,
semisal menggunakan kaizen costing, backflush costing dan alat analisis
lainnya. Sebaiknya rekayasa nilai yang dilakukan fokus pada komponen biaya
yang memiliki nilai tinggi dan sebaiknya setelah dilakukan rekayasa nilai dapat
dilakukan uji kualitas kembali terhadap produk untuk memastikan pengaruh
rekayasa nilai terhadap kualitas produk.
3. Pemasaran online yang dilakukan di UD. New Sehati perlu ditingkatkan dengan
memperbanyak promosi melalui media internet agar produk diketahui oleh
banyak calon konsumen. Memperbanyak promosi akan memperkenalkan
produk ke masyarakat luas sehingga dapat memperluas pangsa pasar penjualan.
1

DAFTAR PUSTAKA

Adriyani, L. (2017). Analisis Efisiensi Biaya Produksi Pia Apel Dengan


Pendekatan Target Costing Kasus Pada Home Industry Permata Agro
Mandiri, Kota Batu.Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia.

Ahmad, K. (2013). Akuntansi Manajemen: Dasar-dasar Konsep Biaya dan


Pengambil Keputusan. Jakarta, Indonesia: Raja Grafindo Persada.

Arifin, J. (2007). Aplikasi Excel Untuk Perencanaan Bisnis.Jakarta, Indonesia: PT


Elex Media Komputindo.

Atkinson, dkk.(2007). Management Accounting,5th Edition. Engleeood


Cliffs,New Jersey: Pearson Prentice Hall.

Carter, W. (2009). Akuntansi Biaya. Edisi 14. . Jakarta, Indonesia: Salemba


Empat.

Clara, D. (2016). Pengendalian Biaya Produksi Keripik Kentang Dengan


Penerapan Target Costing Untuk Mengoptimakan Laba.Malang, Indonesia:
Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.

Dunia, et al. (2012). Akuntansi Biaya. Edisi 2. Jakarta, Indonesia: Salemba Empat.

Gobel, M. (2013).Analisis Efisiensi Biaya Operasional Melalui Pengelolaan


Tunjangan Makan dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pada Perusahaan
Jasa Outsorcing. Jurnal EMBA, 1(4), 1868-1878.

Harianti, (2013, April 5). Data Jumlah Pengguna Media Sosial di Indonesia.
Retrieved from http://harianti.com.

Kementrian Perindustrian dan Perdagangan. (2016, Februari 25). Provinsi Industri


Agro Farm. Retrieved from http : distperindag.jatimprov.go.id/post.

Kuswadi. (2005). Meningkatkan Laba Melalui Pendekatan Akuntansi Keuangan


dan Akuntansi Biaya. Jakarta, Indonesia: PT Elex Media Komputindo.

Mulyadi. (2009). Akuntansi Biaya.(Edisi 5). Yogyakarta, Indonesia: Sekolah


Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.

Nurjannah, V. (2016). Penerapan Analisis Target Costing Dalam Upaya


Pengendalian Biaya Produksi Studi Kasus Pada Agroindustri Brem Taman
Sari Madiun. Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia.

Rachmawati, A. (2016). Analisis Penerapan Target Costing Dalam Upaya


Peningkatan Keuntungan Agroindustri Pandansari Studi Kasus pada
Agroindustri Kecil Pandansari, Desa Pandanrejo, Kota Batu. Universitas
Brawijaya, Malang, Indonesia.
2

Riwayadi. (2014). Akuntansi Biaya: Pendekatan Tradisional dan


Kontemporer.Jakarta, Indonesia: Salemba Empat.

Rudianto. (2013). Akuntansi Manajemen Informasi untuk Pengambilan Keputusan


Manajemen. Jakarta, Indonesia: Grasindo.

Simamora, Henry. (2003). Akuntansi: Basis Pengambilan Keputusan.(Edisi2).


Yogyakarta, Indonesia: UPP AMP YKPN.

Supriyadi. 2013. Akuntansi Biaya: Penerapan target costing sebagai uapaya


efisiensi biaya produksi. Jakarta, Indonesia: PT Elex Media Komputindo.

Supriyono. 2011. Akuntansi Biaya Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga


Pokok.(Edisi 2). Yogyakarta, Indonesia: BPFE.

Tulsian, Monica.(2014). Profitability Analisys (A Comparative studi of Sail and


Tata Steel). IOSR Journal of Economics and Finance, 3(2), 19-22.

Widilestariningtyas, et al. (2012). Akuntansi Biaya. Yogyakarta, Indonesia: Graha


Ilmu.

Witjaksono, Armanto. (2013). Akuntansi Biaya. Yoyakarta, Indonesia: Graha


Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai