Anda di halaman 1dari 4

1.

Pengetian asas ekoregion

Asas ekoregion mengacu pada pendekatan dalam pengelolaan lingkungan hidup yang
mempertimbangkan karakteristik geografis, biologis, ekologis, dan geologis dari suatu
wilayah tertentu. Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup di Indonesia, asas ekoregion digunakan sebagai landasan
untuk melaksanakan kebijakan lingkungan hidup.

Dengan mendasarkan tindakan-tindakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan pada


karakteristik alamiah suatu wilayah, asas ekoregion memungkinkan untuk pengelolaan
yang lebih efektif dan berkelanjutan. Pendekatan ini memungkinkan untuk penyesuaian
strategi dan kebijakan yang sesuai dengan kondisi alam setempat, sehingga dapat
mengurangi dampak negatif terhadap ekosistem dan lingkungan hidup.

Dalam konteks permasalahan lingkungan diatas, penggunaan asas ekoregion


memungkinkan untuk penanganan pencemaran udara di Jakarta dan sekitarnya dengan
mempertimbangkan karakteristik lingkungan, termasuk sumber-sumber emisi yang
berasal dari lintas batas wilayah. Hal ini dapat melibatkan koordinasi dan kerjasama antara
pemerintah daerah, industri, dan lembaga terkait untuk mengimplementasikan strategi
pengelolaan lingkungan yang lebih terfokus dan efektif.

2. Dalam konteks pencemaran udara di Jakarta dan sekitarnya, pengambilan kebijakan


perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup berdasarkan asas ekoregion dapat
dilakukan sebagai berikut:
 Identifikasi Ekoregion Terkait: Pertama-tama, pemerintah perlu mengidentifikasi
ekoregion yang terkena dampak pencemaran udara. Dalam kasus ini, ekoregion
tersebut mencakup wilayah Jakarta, Tangerang, Bogor, Depok, Bekasi, Puncak,
Cianjur, Sumatera Selatan, Lampung, dan Jawa Tengah.
 Penetapan Standar dan Target: Setelah mengidentifikasi ekoregion terkait,
pemerintah perlu menetapkan standar kualitas udara dan target pengurangan emisi
yang berlaku untuk seluruh wilayah ini. Standar dan target ini harus
mempertimbangkan karakteristik ekologi masing-masing daerah dan tingkat emisi
yang dapat diterima.
 Pengawasan dan Penegakan Hukum: Pemerintah harus melakukan pengawasan
ketat terhadap fasilitas industri dan pembangkit listrik yang beroperasi di wilayah
ekoregion ini. Sanksi yang tegas harus diterapkan untuk melindungi kualitas udara
dan mencegah emisi berlebih.
 Kolaborasi lintas Daerah: Kebijakan lingkungan hidup harus melibatkan kerja sama
antara pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Sumatera
Selatan, dan Lampung. Kerja sama ini penting untuk mengatasi emisi lintas batas
dan memastikan bahwa upaya pengendalian pencemaran udara bersifat
terkoordinasi.
 Pengembangan Teknologi Bersih: Pemerintah perlu mendorong pengembangan dan
implementasi teknologi bersih di sektor-sektor dengan emisi tinggi, seperti industri
dan pembangkit listrik. Dukungan finansial dan insentif perlu diberikan untuk
mendorong adopsi teknologi yang ramah lingkungan.
 Partisipasi Masyarakat dan Pihak Swasta: Melibatkan masyarakat dan pihak swasta
dalam proses perencanaan dan implementasi kebijakan lingkungan hidup sangat
penting. Ini dapat dilakukan melalui dialog publik, program pendidikan lingkungan,
dan insentif untuk inovasi berkelanjutan.
 Evaluasi dan Penyesuaian Kebijakan: Kebijakan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup berbasis asas ekoregion harus terus dievaluasi untuk memastikan
bahwa mereka efektif dalam mengurangi emisi dan meningkatkan kualitas udara di
seluruh wilayah yang terpengaruh.

3. Berdasarkan asas ekoregion dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang


Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, terdapat beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan dalam analisis permasalahan lingkungan di Jakarta:
 Keterkaitan antarwilayah: Asas ekoregion mengakui bahwa masalah lingkungan
tidak terbatas pada batas administratif suatu wilayah tertentu. Dalam kasus ini,
emisi tidak bergerak yang mencemari Jakarta berasal dari daerah lintas batas
dengan Jakarta, termasuk wilayah seperti Tangerang, Bogor, Depok, Bekasi, Puncak,
Cianjur, Sumatera Selatan, Lampung, dan Jawa Tengah. Oleh karena itu, solusi untuk
mengatasi masalah pencemaran udara harus melibatkan kerja sama antarprovinsi
dan koordinasi lintas batas.
 Sumber emisi utama: Asas ekoregion mempertimbangkan sumber-sumber emisi
yang signifikan dalam suatu wilayah. Dalam kasus ini, analisis menunjukkan bahwa
emisi tidak bergerak berasal dari pembangkit listrik batu bara, pabrik, dan fasilitas
industri lainnya. Oleh karena itu, langkah-langkah perbaikan kualitas udara harus
fokus pada mengurangi emisi dari sektor-sektor ini.
 Dampak terhadap ekosistem: Asas ekoregion mempertimbangkan dampak
lingkungan secara menyeluruh, termasuk ekosistem alam dan manusia. Di sini,
penelitian mencatat bahwa emisi pencemar udara telah meningkat dan
memperburuk kualitas udara, yang berpotensi membahayakan kesehatan manusia
dan ekosistem sekitarnya. Hal ini menggarisbawahi urgensi untuk mengambil
tindakan yang efektif.
 Prioritas wilayah untuk intervensi: Asas ekoregion memungkinkan untuk
menentukan wilayah-wilayah prioritas yang membutuhkan intervensi lebih intensif.
Dalam laporan, tercatat bahwa polutan tertentu seperti gas Sulfur Dioksida (SO2),
gas rumah kaca (NOx), dan partikulat PM 2,5 ditemukan jauh lebih tinggi di wilayah
lintas batas Jakarta dibandingkan dengan Jakarta sendiri. Oleh karena itu, perlu ada
strategi khusus untuk mengatasi masalah di wilayah-wilayah ini.
 Keterlibatan sektor industri dan pembangkit listrik: Asas ekoregion
mempertimbangkan kontribusi sektor-sektor tertentu terhadap masalah
lingkungan. Dalam laporan, disebutkan bahwa sebagian besar emisi berbahaya
berasal dari industri dan pembangkit listrik. Oleh karena itu, langkah-langkah
perbaikan kualitas udara harus mencakup tindakan untuk mengurangi emisi dari
sektor ini.
 Implikasi kesehatan dan kesejahteraan manusia: Asas ekoregion mengakui bahwa
masalah lingkungan memiliki dampak langsung terhadap kesehatan dan
kesejahteraan manusia. Dalam kasus ini, estimasi menunjukkan bahwa pembangkit
listrik tenaga uap berbahan bakar batu bara bertanggung jawab atas sekitar 2.500
kematian dini di wilayah Jabodetabek. Oleh karena itu, tindakan perbaikan kualitas
udara juga memiliki implikasi penting untuk kesejahteraan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai