Anda di halaman 1dari 21

Klasifikasi Sprinkler Kebakaran

Sprinkler Kebakaran dapat diklasifikasikan berdasarkan suhu maksimum yang ditetapkan untuk
Sprinkler tersebut bekerja.

Berikut adalah standarisasi NFPA13 2007 yang menunjukkan suhu batas maksimum, suhu operasi
nominal sprinkler, warna bola atau fusible link dan klasifikasi suhu.

Maximum Ceiling Temperature Temperature Color Code (with Liquid Alcohol in Glass
Temperature Rating Classification Fusible Link) Bulb Color

135-170°F / 57- Orange (135°F / 57°C)


100°F / 38°C Ordinary Uncolored or Black
77°C or Red (155°F / 68°C)

175-225°F / 79- Yellow (175°F / 79°C) or


150°F / 66°C Intermediate White
107°C Green (200°F / 93°C)

250-300°F / 121-
225°F / 107°C High Blue Blue
149°C

325-375°F / 163-
300°F / 149°C Extra High Red Purple
191°C

400-475°F / 204-
375°F / 191°C Very Extra High Green Black
246°C

500-575°F / 260-
475°F / 246°C Ultra High Orange Black
302°C

625°F / 329°C 650°F / 343°C Ultra High Orange Black

21 Jun 2014
Diposting oleh Uus Afini, ST

Sistem Pemadam Api Otomatis : Tutorial dan Desain


A+ A-

Print Email
Sistem Pemadam Api Otomatis atau biasa dikenal dengan nama Automatic fire suppression systems
merupakan sistem pengendalian dan pemadaman api tanpa campur tangan manusia. Pemadam api
otomatis sepenuhnya bekerja berdasarkan fungsi pengindraan dan kaidah-kaidah yang berlaku pada alat
pemadam.

Sistem Pemadam Api Otomatis petama kali diperkenalkan oleh Alanson Crane Virginia dan
mendapatkan hak paten pada tanggal 10 Februari 1863. Pengembangan Sistem Pemadam Api
menggunakan sprinkler kebakaran pertama diciptakan dan dipatenkan oleh HW Pratt pada tahun 1872.
Dan pengembangan untuk Sistem Pemadam Api Otomatis menggunakan sprinkler otomatis pertama
diciptakan pada tahun 1874 oleh Henry S. Parmalee of New Haven, CT. Untuk pertama kali sistem ini
dipasang pabrik piano Henry S. Parmalee of New Haven.

Jenis Sistem Pemadam Api Otomatis


Secara umum Jenis Sistem Pemadam Api Otomatis dikategorikan dalam 2 jenis:

1. Engineered Fire Suppression Systems:


Engineered Fire Suppression Systems atau Sistem Pemadam Api Otomatis Rekayasa Khusus adalah
suatu sistem pemadam api otomatis yang didesain khusus untuk sebuah kebutuhan tertentu. Desain
khusus ini disebabkan ukuran dan jenis proteksi api yang diperlukan berbeda-beda satu dengan yang
lainnya.

Beberapa desain proteksi api khusus contohnya: proteksi api untuk kendaraan, kapal laut dan boat,
ruang server, ruang komputer, pergudangan, proteksi kebakaran pada mesin produksi, dsb.

Sistem rekayasa khusus ini sebagian besar menggunakan gas atau padat sebagai medianya. Banyak yang
khusus diformulasikan untuk kebutuhan ini. diantaranya 3M Novec 1230 Fire Protection Fluid, disimpan
sebagai cairan dan dibuang sebagai gas.

2. Pre-Engineered Fire Suppression Systems:


Pre-Engineered Fire Suppression Systems atau Sistem Pemadam Api Otomatis pra-Rekayasa adalah
suatu sistem pemadam api otomatis menggunakan element-element yang telah dirancang sebelumnya,
hal ini untuk menghilangkan kendala lamanya rancang bangun sistem proteksi api.

Desain pada Pre-Engineered Fire Suppression Systems dibuat khusus namun untuk kebutuhan umum,
misalnya sistem pemadam api untuk dapur komersial, pergudangan pada umumnya dsb.

Media yang banyak digunakan untuk sistem ini berupa media kimia kering atau basah sederhana seperti
kalium karbonat atau fosfat monoamonium (MAP).

3 Komponen Sistem Pemadam Api Otomatis


Untuk dapat bekerja tanpa campur tangan manusia, Sistem Pemadam Api Otomatis terdiri atas tiga
komponen dasar:

1. Detection:
Dalam banyak sistem, deteksi dilakukan dengan cara mekanis atau elektris. Deteksi mekanis
menggunakan fusible-link atau thermo-bulb detectors. Detektor fusible-link dirancang menggunakan
logam campuran khusus (Alloy) yang akan meleleh atau pada suhu tertentu, Sedangkan detektor
thermo-bulb, bola kaca pada ujung sprinkler akan pecah ketika suhu sudah mencapai titik maksimal
detektor. Untuk lebih memahami jenis-jenis detektor silahkan lihat artikel sebelumnya tentang
Mengenal Jenis Sensor Pemadam Kebakaran.

Deteksi listrik menggunakan detektor panas dilengkapi dengan self-restoring, kontak normal-terbuka
atau normally-open contacts yang menutup ketika suhu yang telah ditentukan tercapai.

2. Actuation
Aktuasi biasanya melibatkan baik cairan bertekanan dan katup pelepasan, atau dalam beberapa kasus
pompa listrik.

3. Delivery
Delivery diartikan sebagai pengiriman agen atau media pemadam api ke titik-titik terjadinya kebakaran.
Pengiriman ini dilakukan melalui pipa dan nozel. Jenis nozzle dana jenis agen yang digunakan
disesuaikan dengan rancangan awal proteksi api yang diinginkan.

Latest

12:25 PM Poster: Your Life Is Fragile



Home » Fire Extinguisher » Fire System » Tutorial » Jenis Agents/Media Sistem Pemadam Api Otomatis :
Tutorial dan Desain

Jenis Agents/Media Sistem Pemadam Api Otomatis : Tutorial dan Desain


A+ A-

Print Email

Melanjutkan artikel sebelumnya tentang Tutorial dan Desain Sistem Pemadam Api Otomatis, dalam
artikel ini kita akan membahas tentang Tutorial dan Desain Jenis Agents/Media yang umum digunakan
dalam Sistem Pemadam Api Otomatis.

Pada awal-awal penggunaan Sistem Pemadam Api Otomatis, media air menjadi agent utama yang
banyak digunakan. Namun dalam banyak aplikasi sistem proteksi pemadam saat ini dirasakan
penggunaan air tidak cukup effektif, terlebih sifat konduktifitas elektrisnya cukup membahayakan pada
sistem pemadam api di panel-panel elektronik dan bertegangan. Selain itu air dapat merusak material
yang diproteksi dan mengakibatkan kerugian yang setara dengan kebakarannya itu sendiri.

Berikut daftar Jenis Agents/Media Sistem Pemadam Api Otomatis yang dirangkum dari berbagai sumber.

Agent Kandungan Utama Penggunaan

FM-200 Heptafluoropropane Electronics, medical equipment, production equipment,


libraries, data centers, medical record rooms, server rooms, oil
pumping stations, engine compartments, telecommunications
rooms, switch rooms, engine and machinery spaces, pump
rooms, control rooms

Electronics, medical equipment, production equipment,


3M Novec
libraries, data centers, medical record rooms, server rooms, oil
1230 Fire
Fluorinated Ketone pumping stations, engine compartments, telecommunications
Protection
rooms, switch rooms, engine and machinery spaces, pump
Fluid
rooms, control rooms

Same applications and FM-200 and Novec 1230 fluid; less Class
IG-55 Argon and nitrogen
B style hazards

Police evidence freezers, inerting natural gas pumping stations


or trains/trucks/cranes operating in cold weather, electronics,
medical equipment, production equipment, libraries, data
FE-13 Fluoroform centers, medical record rooms, server rooms, oil pumping
stations, engine compartments, telecommunications rooms,
switch rooms, engine and machinery spaces, pump rooms,
control rooms

Wet Chemical Potassium carbonate Commercial kitchens

ABC Dry Monoammonium Paint booths, dip tanks, coating operations, flammable liquid
Chemical phosphate storage areas, paint mixing areas, exhaust ducts

Regular Dry Gasoline, propane and solvents, live electrical equipment,


Sodium bicarbonate
Chemical flammable liquids

Non-occupied control rooms, coating operations, paint lines,


Carbon
Carbon Dioxide dust collectors, transformer vaults, live electrical equipment,
Dioxide
flammable liquids, commercial fryers

Synthetic detergent,
Foam polysaccharide, Flammable liquids
fluoroakyl suffaccant

Purple K Dry High hazard commercial and industrial applications, especially


Potassium bicarbonate
Chemical with flammable liquids

Used in condensed aerosol fire suppression, high hazard


Solid aerosol
Potassium nitrate commercial and industrial applications, no ozone depletion or
particulate
global warming potential

2,2-dichloro-1,1,1-
Halotron 1 Live electrical equipment, flammable liquids
trifluoroethane
All Classes of Fire (A,B,C,F) Ordinary flammables (Paper, wood,
Water Mist Water cloth), Flammable liquids, Kitchen Fires (K,F Class), Electrical
Fires

Water Water Ordinary flammables (Paper, wood, cloth)

Latest

12:35 PM CaseStudy: Scottish Power | Creative Safety Poster Sukses Menekan 60% Kecelakaan
Kerja



Home » Fire System » Sistem Pemadam Api Otomatis » Tutorial » Merancang Fire Thermatic System

Merancang Fire Thermatic System


A+ A-

Print Email

Sistem Pemadam Api Otomatis

Di dalam sistem pemadam api otomatis secara umum digunakan Fire Hydrant. Sistem ini secara effektif
mampu menekan dan mengatasi risiko kebakaran skala besar untuk kebutuhan gedung bertingkat dan
industri. Namun, pembangunan fire hydrant membutuhkan biaya yang tinggi dan waktu cukup lama
serta engineering yang memadai.

Kebutuhan sistem pemadam api otomatis untuk sekala kecil menjadi trend yang terus meningkat,
terutama karena dapat bekerja secara otomatis tanpa campur tangan manusia.

Sistem pemadam kebakaran otomatis thermatic menjadi pilihan yang banyak diaplikasikan. Biaya
murah, instalasi mudah serta skala proteksi yang sangat baik menjadi alasan yang mendasari sistem ini
dipakai.

Fire Thermatic System

Fire Thermatic System atau dikenal juga sebagai Auto Sprinkler Fire Extinguisher adalah alat pemadam
api otomatis yang terpasang secara modular di atas plafon dengan jumlah modul terpasang disesuaikan
dengan kebutuhan volume ruangan yang akan dilindungi.

Fire Thermatic System akan bekerja bila terjadi potensi kebakaran (misalnya: asap, percikan api,
peningkatan suhu tinggi) sebagai awal nyala api yang terdeteksi oleh pengindera elektronik (
sensor/detektor) . Alarm akan mengirimkan sinyal elektronik ke Ujung nozzle/ sprinkler Fire Thermatic
System yang dilengkapi dengan actuator untuk memecahkan Heat-Sensitive Glass Bulb. Untuk lebih jelas
tentang cara kerja sprinkler silahkan dibaca di artikel Tutorial Cara Kerja Sprinkler Kebakaran.

Media Fire Thermatic System


Fire Thermatic System menggunakan dua jenis media pemadam api yaitu:

 Dry Powder : A,B,C Dry Chemical Powder (Monoammonium phosphate, Sodium bicarbonate)
 Liquid Gas: Halotron 1 (2,2-dichloro-1,1,1-trifluoroethane), Carbon Dioxide,

2 Model Instalasi Fire Thermatic System


Secara model instalasi, Fire Thermatic System dapat dibedakan menjadi dua model, yaitu:
Integrated System

merupakan model Fire Thermatic System yang terintegrasi dimana sprinkler-sprinkler yang dipasang di
plafon/langit-langit dihubungkan melalui pipa distribusi yang terhubung ke tabung liguid gas sebagai
penyedia media pemadam api. Fire Thermatic System akan bekerja bedasarkan:

1. Sinyal elektronik dari sensor yang akan menggerakan actuator atau detonator pemecah Heat-
Sensitive Glass Bulb, sehingga media pemadam dapat dipancarkan.
2. Bila sistem elektronik gagal, peningkatan suhu akan didetiksi oleh Heat-Sensitive Glass Bulb dan
ketika mencapai suhu 57° C , 68° C atau 93° C maka Heat-Sensitive Glass Bulb sprinkler yang
berfungsi sebagai katup penahan tekanan secara otomatis akan pecah dan menyemburkan Gas
Cair/ Dry Powder.

Standalone System
Merupakan model Fire Thermatic System dimana instalasi dilakukan tunggal atau berdiri sendiri. Device
fire thermatic system berupa sistem lengkap yang terdiri atas tabung penyimpan media pemadam
dilengkapi ujung keluaran/outlet berupa spinkler dengan Heat-Sensitive Glass Bulb.

Standalone Fire Thermatic System memiliki kepraktisan dan feature yang cukup menguntungkan,
diantaranya:

 Pemasangannya tanpa perlu adanya instalasi pipa / pompa penggerak yang memerlukan biaya
besar
 Pemasangan cepat dan mudah
 Perawatan mudah
 Pengisian ulang cepat dan mudah
 Bebas gangguan operasional pada saat pemasangan
 Dapat dipindahkan ke ruang lain bila dikehendaki

TENTANG FIRE ALARM SISTEM


Posted by Muhammad Taufan
Fire Alarm dikenal memiliki 2 (dua) sistem, yaitu:
1. Sistem Konvensional.
2. Sistem Addressable.

Sistem Konvensional: yaitu yang menggunakan kabel isi dua untuk hubungan antar detector ke
detector dan ke Panel. Kabel yang dipakai umumnya kabel listrik NYM 2x1.5mm atau NYMHY
2x1.5mm yang ditarik di dalam pipa conduit semisal EGA atau Clipsal. Pada instalasi yang cukup kritis
kerap dipakai kabel tahan api (FRC=Fire Resistance Cable) dengan ukuran 2x1.5mm, terutama untuk
kabel-kabel yang menuju ke Panel dan sumber listrik 220V. Oleh karena memakai kabel isi dua, maka
instalasi ini disebut dengan 2-Wire Type. Selain itu dikenal pula tipe 3-Wire dan 4-Wire seperti
terlihat pada Gambar di bawah ini.

Pada 2-Wire Type nama terminal pada detectornya adalah L(+) dan Lc(-). Kabel ini dihubungkan
dengan Panel Fire Alarm pada terminal yang berlabel L dan C juga. Hubungan antar detector satu
dengan lainnya dilakukan secara PARALEL dengan syarat TIDAK BOLEH BERCABANG yang berarti harus
ada titik AWAL dan ada titik AKHIR. Perhatikan Gambar di atas.

Titik akhir tarikan kabel disebut dengan istilah End-of-Line (EOL). Di titik inilah detector fire terakhir
dipasang dan di sini pulalah satu loop dinyatakan berakhir (stop). Pada detector terakhir ini dipasang
satu buah EOL Resistor atau EOL Capacitor. Jadi yang benar adalah EOL Resistor ini dipasang di
UJUNG loop, BUKAN di dalam Control Panel dan jumlahnyapun hanya satu EOL Resistor pada setiap
loop. Oleh sebab itu bisa dikatakan 1 Loop = 1 Zone yang ditutup dengan Resistor End of Line (EOL
Resistor).
Adapun tentang istilah konvensional, maka istilah ini untuk membedakannya dengan sistem
Addressable. Pada sistem konvensional, setiap detector hanya berupa kontak listrik biasa, tidak
mengirimkan ID Alamat yang khusus.

3-Wire Type digunakan apabila dikehendaki agar setiap detector memiliki output masing-masing yang
berupa lampu. Contoh aplikasinya, misalkan untuk kamar-kamar hotel dan rumah sakit. Sebuah lampu
indicator -yang disebut Remote Indicating Lamp- dipasang di atas pintu bagian luar setiap kamar dan
akan menyala pada saat detector mendeteksi. Dengan begitu, maka lokasi kebakaran dapat diketahui
orang luar melalui nyala lampu. Wiring diagram serta bentuk lampu indicatornya adalah seperti ini:

4-Wire Type umumnya digunakan pada kebanyakan Smoke Detector 12V agar bisa dihubungkan
dengan Panel Alarm Rumah. Seperti diketahui Panel Alarm Rumah menggunakan sumber 12VDC untuk
menyuplai tegangan ke sensor yang salah satunya bisa berupa Smoke Detector tipe 4-Wire ini. Di sini,
ada 2 kabel yang dipakai sebagai supply +12V dan -12V, sedangkan dua sisanya adalah relay NO - C yang
dihubungkan dengan terminal bertanda ZONE dan COM pada panel alarm. Selain itu tipe 4-wire ini bisa
juga dipakai apabila ada satu atau beberapa Detector "ditugaskan" untuk men-trigger peralatan lain
saat terjadi kebakaran, seperti: mematikan saklar mesin pabrik, menghidupkan mesin pompa air,
mengaktifkan sistem penyemprot air (sprinkler system atau releasing agent) dan sebagainya. Biasanya
detector 4-wire memiliki rentang tegangan antara 12VDC sampai dengan 24VDC.

Sistem Addressable kebanyakan digunakan untuk instalasi Fire Alarm di gedung bertingkat, semisal
hotel, perkantoran, mall dan sejenisnya. Perbedaan paling mendasar dengan sistem konvensional adalah
dalam hal Address (Alamat). Pada sistem ini setiap detector memiliki alamat sendiri-sendiri untuk
menyatakan identitas ID dirinya. Jadi titik kebakaran sudah diketahui dengan pasti, karena panel bisa
menginformasikan deteksi berasal dari detector yang mana. Sedangkan sistem konvensional hanya
menginformasikan deteksi berasal dari Zone atau Loop, tanpa bisa memastikan detector mana yang
mendeteksi, sebab 1 Loop atau Zone bisa terdiri dari 5 bahkan 10 detector, bahkan terkadang lebih.

Agar bisa menginformasikan alamat ID, maka di sini diperlukan sebuah module yang disebut dengan
Monitor Module. Ketentuannya adalah satu module untuk satu, sehingga diperoleh sistem yang benar-
benar addressable (istilahnya fully addressable). Sedangkan addressable detector adalah detector
konvensional yang memiliki module yang built-in. Apabila detector konvensional akan dijadikan
addressable, maka dia harus dihubungkan dulu ke monitor module yang terpisah seperti pada contoh di
bawah ini:

Dengan teknik rotary switch ataupun DIP switch, alamat module detector dapat ditentukan secara
berurutan, misalnya dari 001 sampai dengan 127.

Satu hal yang menyebabkan sistem addressable ini "kalah pemasangannya" dibandingkan dengan sistem
konvensional adalah masalah harga. Lebih-lebih jika menerapkan fully addressable dimana jumlah
module adalah sama dengan jumlah keseluruhan detector, maka cost-nya lumayan mahal. Sebagai "jalan
tengah" ditempuh cara "semi-addressable", yaitu panel dan jaringannya menggunakan Addressable,
hanya saja satu module melayani beberapa detector konvensional.

Dalam panel addressable tidak terdapat terminal Zone L-C, melainkan yang ada adalah terminal Loop.
Dalam satu tarikan loop bisa dipasang sampai dengan 125 - 127 module. Apa artinya? Artinya jumlah
detector-nya bisa sampai 127 titik alias 127 zone fully addressable hanya dalam satu tarikan saja. Jadi
untuk model panel addressable berkapasitas 1-Loop sudah bisa menampung 127 titik detector (=127
zone). Jenis panel addressable 2-Loop artinya bisa menampung 2 x 127 module atau sama dengan 254
zone dan seterusnya.

Jenis-jenis Detector Fire Alarm


1. ROR (Rate of Rise) Heat Detector

Heat detector adalah pendeteksi kenaikan panas. Jenis ROR adalah yang paling banyak digunakan saat
ini, karena selain ekonomis juga aplikasinya luas. Area deteksi sensor bisa mencapai 50m2 untuk
ketinggian plafon 4m. Sedangkan untukplafon lebih tinggi, area deteksinya berkurang menjadi 30m2.
Ketinggian pemasangan max. hendaknya tidak melebihi 8m. ROR banyak digunakan karena detector ini
bekerja berdasarkan kenaikan temperatur secara cepat di satu ruangan kendati masih berupa hembusan
panas. Umumnya pada titik 55oC - 63oC sensor ini sudah aktif dan membunyikan alarm bell kebakaran.
Dengan begitu bahaya kebakaran (diharapkan) tidak sempat meluas ke area lain. ROR sangat ideal untuk
ruangan kantor, kamar hotel, rumah sakit, ruang server, ruang arsip, gudang pabrik dan lainnya.

Prinsip kerja ROR sebenarnya hanya saklar bi-metal biasa. Saklar akan kontak saat mendeteksi panas.
Karena tidak memerlukan tegangan (supply), maka bisa dipasang langsung pada panel alarm rumah. Dua
kabelnya dimasukkan ke terminal Zone-Com pada panel alarm. Jika dipasang pada panel Fire Alarm,
maka terminalnya adalah L dan LC. Kedua kabelnya boleh terpasang terbalik, sebab tidak memiliki plus-
minus. Sedangkan sifat kontaknya adalah NO (Normally Open).

2. Fix Temperature

Fix Temperature termasuk juga ke dalam Heat Detector. Berbeda dengan ROR, maka Fix Temperature
baru mendeteksi pada derajat panas yang langsung tinggi. Oleh karena itu cocok ditempatkan pada area
yang lingkungannya memang sudah agak-agak "panas", seperti: ruang genset, basement, dapur-dapur
foodcourt, gudang beratap asbes, bengkel las dan sejenisnya. Alasannya, jika pada area itu dipasang ROR,
maka akan rentan terhadap False Alarm (Alarm Palsu), sebab hembusan panasnya saja sudah bisa
menyebabkan ROR mendeteksi. Area efektif detektor jenis ini adalah 30m2 (pada ketinggian plafon 4m)
atau 15m2 (untuk ketinggian plafon antara 4 - 8m). Seperti halnya ROR, kabel yang diperlukan untuk
detector ini cuma 2, yaitu L dan LC, boleh terbalik dan bisa dipasang langsung pada panel alarm rumah
merk apa saja. Sifat kontaknya adalah NO (Normally Open).

3. Smoke Detector

Smoke Detector mendeteksi asap yang masuk ke dalamnya. Asap memiliki partikel-partikel yang kian
lama semakin memenuhi ruangan smoke (smoke chamber) seiring dengan meningkatnya intensitas
kebakaran. Jika kepadatan asap ini (smoke density) telah melewati ambang batas (threshold), maka
rangkaian elektronik di dalamnya akan aktif. Oleh karena berisi rangkaian elektronik, maka Smoke
memerlukan tegangan. Pada tipe 2-Wire tegangan ini disupply dari panel Fire bersamaan dengan sinyal,
sehingga hanya menggunakan 2 kabel saja. Sedangkan pada tipe 4-Wire (12VDC), maka tegangan plus
minus 12VDC-nya disupply dari panel alarm biasa sementara sinyalnya disalurkan pada dua kabel
sisanya. Area proteksinya mencapai 150m2 untuk ketinggian plafon 4m.

Pertanyaan yang sering diajukan adalah di area mana kita menempatkan Smoke dan di area mana kita
menempatkan Heat. Apabila titik-titiknya sudah ditetapkan secara detail oleh Konsultan Proyek, maka
kita harus mengikuti gambar titik yang diberikan. Namun apabila belum, maka secara umum patokannya
adalah:

Jika diperkirakan di area tersebut saat awal terjadi kebakaran lebih didominasi hembusan panas
ketimbang kepulan asap, maka tempatkanlah Heat Detector. Contoh: ruang filing cabinet, gudang spare
parts dari logam (tanpa kardus), bengkel kerja mekanik dan sejenisnya.

Sebaliknya jika didominasi asap, sebaiknya memasang Smoke. Contoh: ruangan no smoking area yang
beralas karpet (kecuali kamar hotel), gudang kertas, gudang kapas, gudang ban, gudang makanan-
minuman (mamin) dan sejenisnya.

Jenis Smoke Detector:


Ionisation Smoke Detector yang bekerjanya berdasarkan tumbukan partikel asap dengan unsur
radioaktif Am di dalam ruang detector (smoke chamber).

Photoelectric Type Smoke Detector (Optical) yang bekerjanya berdasarkan pembiasan cahaya
lampu LED di dalam ruang detector oleh adanya asap yang masuk dengan kepadatan tertentu.

Smoke Ionisasi cocok untuk mendeteksi asap dari kobaran api yang cepat (fast flaming fires), tetapi jenis
ini lebih mudah terkena false alarm, karena sensitivitasnya yang tinggi. Oleh karenanya lebih cocok untuk
ruang keluarga dan ruangan tidur.
Smoke Optical (Photoelectric) lebih baik untuk mendeteksi asap dari kobaran api kecil, sehingga cocok
untuk di hallway (lorong) dan tempat-tempat rata. Jenis ini lebih tahan terhadap false alarm dan
karenanya boleh diletakkan di dekat dapur.

4. Flame Detector

Flame Detector adalah alat yang sensitif terhadap radiasi sinar ultraviolet yang ditimbulkan oleh nyala
api. Tetapi detector ini tidak bereaksi pada lampu ruangan, infra merah atau sumber cahaya lain yang
tidak ada hubungannya dengan nyala api (flame).

Aplikasi yang disarankan:

-Rumah yang memiliki plafon tinggi: aula, gudang, galeri.

-Tempat yang mudah terbakar: gudang kimia, pompa bensin, pabrik, ruangan mesin, ruang panel listrik.

-Ruang komputer, lorong-lorong dan sebagainya.

Penempatan detector harus bebas dari objek yang menghalangi, tidak dekat dengan lampu mercury,
lampu halogen dan lampu untuk sterilisasi. Juga hindari tempat-tempat yang sering terjadi percikan api
(spark), seperti di bengkel-bengkel las atau bengkel kerja yang mengoperasikan gerinda. Dalam
percobaan singkat, detector ini menunjukkan performa yang sangat bagus. Respon detector terbilang
cepat saat korek api dinyalakan dalam jarak 3 - 4m. Oleh sebab itu, pemasangan di pusat keramaian dan
area publik harus sedikit dicermati. Jangan sampai orang yang hanya menyalakan pemantik api (lighter)
di bawah detector dianggap sebagai kebakaran. Bisa juga dipasang di ruang bebas merokok (No Smoking
Area) asalkan bunyi alarm-nya hanya terjadi di ruangan itu saja sebagai peringatan bagi orang yang
"membandel".

5. Gas Detector
Sesuai dengan namanya detector ini mendeteksi kebocoran gas yang kerap terjadi di rumah tinggal. Alat
ini bisa mendeteksi dua jenis gas, yaitu:

-LPG (El-pi-ji) : Liquefied Petroleum Gas.

-LNG (El-en-ji): Liquefied Natural Gas.

Dari dua jenis gas tersebut, Elpiji-lah yang paling banyak digunakan di rumah-rumah. Perbedaan LPG
dengan LNG adalah: Elpiji lebih berat daripada udara, sehingga apabila bocor, gas akan turun mendekati
lantai (tidak terbang ke udara). Sedangkan LNG lebih ringan daripada udara, sehingga jika terjadi
kebocoran, maka gasnya akan terbang ke udara. Perbedaan sifat gas inilah yang menentukan posisi
detector sebagaimana ilustrasi di bawah ini:

Untuk LPG, maka letak detector adalah di bawah, yaitu sekitar 30 cm dari lantai dengan arah detector
menghadap ke atas. Hal ini dimaksudkan agar saat bocor, gas elpiji yang turun akan masuk ke dalam
ruang detector sehingga dapat terdeteksi. Jarak antara detector dengan sumber kebocoran tidak melebihi
dari 4m.

Untuk LNG, maka pemasangan detectornya adalah tinggi di atas lantai, tepatnya 30cm di bawah
plafon dengan posisi detector menghadap ke bawah. Sesuai dengan sifatnya, maka saat bocor gas ini
akan naik ke udara sehingga bisa terdeteksi. Jarak dengan sumber kebocoran hendaknya tidak melebihi
8m.
PERINGATAN - Dapur atau ruangan yang dipenuhi oleh bocoran gas adalah sangat
berbahaya dan berpotensi menimbulkan ledakan, karena kedua jenis gas ini amat mudah
terbakar (highly flammable).

Conventional Fire Alarm Control Panel

Tampak luar Panel Fire Alarm umumnya berupa metal kabinet dari bahan yang
kokoh seperti terlihat pada gambar di samping. Pada beberapa tipe ada yang berwarna merah, mungkin
dengan maksud agar bisa dibedakan dengan panel listrik ataupun panel instrumentasi lainnya.

Dalam sistem alarm, panel berfungsi sebagai pusat pengendali semua sistem dan merupakan inti dari
semua sistem alarm. Oleh sebab itu, maka lokasi penempatannya harus direncanakan dengan baik,
terlebih lagi pada sistem Fire Alarm. Syarat utamanya adalah tempatkan panel sejauh mungkin dari
lokasi yang berpotensial menimbulkan kebakaran dan jauh dari campur tangan orang yang tidak berhak.
Perlu diingat, kendati bukan merupakan alat keselamatan, namun sistem Fire Alarm sangat bersangkutan
jiwa manusia, sehingga kekeliruan sekecil apapun sebaiknya diantisipasi sejak dini.

Panel Fire Alarm memiliki kapasitas zone, misalnya 1 Zone, 5 Zone, 10 dan seterusnya. Pemilihan
kapasitas panel disesuaikan dengan banyaknya lokasi yang akan diproteksi, selain tentu saja
pertimbangan soal harga. Di bagian depannya tertera sederetan lampu indikator yang menunjukkan
aktivitas sistem. Kesalahan sekecil apapun akan terdeteksi oleh panel ini, diantaranya:
-Indikator Zone yang menunjukkan Lokasi Kebakaran (Fire) dan kabel putus (Zone Fault).

-Indikator Power untuk memastikan bagus tidaknya pasokan listrik pada sistem.

-Indikator Battery untuk memastikan kondisi baterai masih penuh atau sudah lemah.

-Indikator Attention untuk mengingatkan operator akan adanya posisi switch yang salah.

-Indikator Accumulation untuk menandakan bahwa sesaat lagi akan terjadi deteksi dan sederetan
indikator lainnya.

Panel Fire Alarm tidak memerlukan pengoperasian manual secara rutin, karena secara teknis ia sudah
beroperasi selama 24 jam non-stop. Namun yang diperlukan adalah pengawasan dan pemeliharaan
oleh pekerja yang memang sebaiknya ditunjuk khusus untuk melakukan itu. Setiap kesalahan (trouble)
yang terjadi harus segera dilaporkan dan ditindaklanjuti, sebab kita tidak pernah tahu kapan terjadinya
bahaya kebakaran.

Pengujian berkala perlu dilakukan sedikitnya dua kali dalam setahun guna memastikan
keseluruhan sistem bekerja dengan baik. Untuk menguji sistem diperlukan satu standar operasi yang
benar, jangan sampai menimbulkan kepanikan luar biasa bagi orang-orang di sekitarnya disebabkan oleh
bunyi bell alarm dari sistem yang kita uji.

"Tiga Serangkai" dalam sistem Fire Alarm terdiri dari:

1. Manual Call Point.

2. Indicator Lamp.
3. Fire Bell.

Disebut tiga serangkai, karena ketiganya biasa dipasang di tembok berjajar ke bawah ataupun
ditempatkan dalam satu plat metal yang berada tepat di atas lemari hidran (selang pemadam api).

1. Manual Call Point (MCP)


Fungsi alat ini adalah untuk mengaktifkan sirine tanda kebakaran (Fire Bell) secara manual dengan cara
memecahkan kaca atau plastik transparan di bagian tengahnya. Istilah lain untuk alat ini adalah
Emergency Break Glass. Di dalamnya hanya berupa saklar biasa yang berupa microswitch atau
tombol tekan. Salah satu aspek yang harus diperhatikan adalah soal lokasi penempatannya. Terbaik jika
unit ini diletakkan di lokasi yang:
-sering terlihat oleh banyak orang,
-terlewati oleh orang saat berlarian ke luar bangunan,
-mudah dijangkau.
Untuk menguji fungsi alat ini tidak perlu dengan memecahkan kaca, karena sudah tersedia tongkat atau
kunci khusus, sehingga saklar bisa tertekan tanpa harus memecahkan kaca. Kaca yang telanjur retak atau
pecah bisa diganti dengan yang baru.
Di beberapa tipe ada yang dilengkapi dengan fungsi intercom (TEL). Petugas penguji dapat melakukan
komunikasi dengan penjaga di Panel Control Room dengan memasukkan handset telepon ke dalam jack
pada MCP. Seketika itu juga telepon di panel akan aktif,sehingga kedua orang ini bisa saling
berkomunikasi.

2. Fire Bell
Fire Bell akan membunyikan bunyi alarm kebakaran yang khas. Suaranya cukup nyaring dalam jarak
yang relatif jauh. Tegangan output yang keluar dari dari panel Fire Alarm adalah 24VDC, sehingga jenis
Fire Bell 24VDC-lah yang banyak dipakai saat ini, sekalipun versi 12VDC juga tersedia. Perlu diperhatikan
dalam pemasangan Fire Bell (pada tipe Gong) adalah kedudukan piringan bell terhadap batang pemukul
piringan jangan sampai salah. Jika tidak pas, maka bunyi bell menjadi tidak nyaring. Aturlah kembali
dudukannya dengan cermat sampai bunyi bel terdengar paling nyaring.

3. Indicator Lamp
Indicator lamp adalah lampu yang berfungsi sebagai pertanda aktif-tidaknya sistem Fire Alarm atau
sebagai pertanda adanya kebakaran. Entah kami salah kaprah atau tidak, sebab dalam sebuah situs
dikatakan begini:
"An indicator lamp is a light that indicates whether power is on to a device or even if there is a problem
with a circuit or if something is working properly".

Jadi apabila demikian, maka yang dimaksud dengan Indicator Lamp pada Fire Alarm adalah lampu yang
menunjukkan adanya power pada panel ataupun menunjukkan trouble dan atau kebakaran. Di dalamnya
hanya berupa lampu bohlam (bulb) berdaya 30V/2W atau lampu LED berarus rendah. Oleh karena itu,
dalam sistem yang normal (tidak pada saat kebakaran) seyogianya lampu ini menyala (On). Sebaliknya
apabila lampu mati, ya tentu saja ada trouble pada power. Pada beberapa merk, indikasi kebakaran
dinyatakan dengan lampu indikator yang berkedip-kedip.

4. Remote Indicating Lamp

Berbeda dengan Indicator Lamp, maka Remote Indicating Lamp akan menyala saat terjadi kebakaran.
Ingat kembali pembahasan ini pada Judul Bagian 1. Detector Heat atau Smoke yang akan dihubungkan
dengan unit ini harus ditempatkan pada Mounting Base 3-kabel. Lampu ini dipasang di luar ruangan
tertutup (closed room), seperti ruang panel listrik, ruang genset, ruang pompa dan semisalnya, dengan
maksud agar gejala kebakaran di dalam dapat diketahui oleh orang di luar melalui nyala lampu. Unit ini
bisa juga dipasang di luar kamar hotel (sepanjang hallway), rumah sakit dan ruangan yang semisalnya.

Anda mungkin juga menyukai