PENGERTIAN DASAR
1
q = Output tertentu Q = Output Total
2
Y
PPC
Underemployment
0 X
3. Pengangguran : yaitu seseorang yang tergolong angkatan kerja belum
memperoleh pekerjaan. Kondisi ini menimbulkan pendapatan dan pengeluaran
agregat yang rendah.
4. Masalah inflansi : kenaikan harga-harga yabg berlaku dalam sesuatu
perekonomian. (moderat 5-10%), penyebab umunya ada dua, pertama adalah
pengeluaran agregat melebihi kapasitas produksi, kedua kenaikan tuntutan
upah.
5. Masalah neraca pembayaran (balance of payment): yaitu ringkasan
pembukuan yang menunjukkan aliran pembayaran dari luar ke dalam dan
sebaliknya dalam kasus perekonomian terbuka. Sedangkan bila hanya aliran
import dan eksport disebut neraca perdagangan.
3
1. Sektor Rumah Tangga
2. Sektor Perusahaan
3. Sektor pemerintahan
4. Sektor Luar Negeri dan
5. lembaga Keuangan
Sektor perusahaan memerlukan faktor-faktor produksi yang berasal dari
sektor rumah tangga sebagai pemilik faktor produksi (seperti tanah, modal,
tenaga kerja dan skill) memerlukan barang-barang dan jasa-jasa yang akan
digunakan untuk keperluan konsumsi yang dihasilkan oleh sektor perusahaan.
Kemudian pemerintah juga mengkonsumsi, memproduksi barang-barang dan
jasa-jasa untuk sektor Luar Negeri.
Seperti yang telah dikemukakan bahwa masalah yang dipelajari dalam
Ekonomi Makro sangat luas. Dengan demikian berarti tolak ukur dari masalah-
masalah yang akan dipelajari sangat kompleks. Pendapatan Nasional adalah
merupakan salah satu variabel yang sangat penting dalam perubahan Ekonomi
Makro. Sehingga yang dimaksud dengan Pendapatan Nasional adalah jumlah
nilai yaitu harga pasar dari seluruh barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan
oleh suatu masyarakat selama waktu satu (1) tahun.
4
BAB II
PENDAPATAN NASIONAL
5
dipekerjakan di dalam negeri, jadi dihitung berdasarkan konsep
kewilayahan.
Selisih antara GDP dengan GNP adalah pembayaran keluar negeri (dikurangi
dengan pembayaran dari luar negeri kalau ada). Net Faktor Income to abroad
(Pendapatan Neto) terhadap luar negeri dari faktor produksi. Jadi GNP – Net
Faktor Income to Abroad ini = GNP.
Tujuan penyelidikan tentang Pendapatan Nasional itu mempunyai
beberapa peranan penting, diantara lain:
a. Pendapatan nasional itu merupakan alat ukur bagi tinggi rendahnya tingkat
hidup atau kemakmurannya suatu bangsa. Secara kuantitatif, tingkat hidup
suatu masyarakat itu ditentukan oleh perbandingan antara jumlah
pendapatan nasional dengan jumlah penduduknya (pendapatan per kapita)
b. Berguna untuk mengetahui struktur perekonomian Negara yang
bersangkutan, seperti apakah agraris, industry dan sebagainya, dan
besarnya peranan masing-masing sektor itu dalam komposisi pembentukan
pendapatan nasional.
c. Berguna untuk menentukan dan kemudian menyusun berbagai
kebijaksanaan yang lebih lanjut. Dari sektor pertanian umpamanya,
kemudian dapatlah disusun berbagai kebijaksanaan pengadaan pangan,
industri pupuk sebagai suatu penunjang pertanian, kebijaksanaan
transmigrasi, irigasi dan sebagainya.
d. Dengan memperbandingkan antara neraca pendapatan nasional dengan
neraca pembayaran internasional, dapatlah diperoleh kesimpulan tentang
sampai berapa jauh kemanfaatan dan artinya hubunga ekonomi luar negeri
terhadap perekonomian nasional.
e. Data-data kuantitatif tentang output, pengeluaran masyarakat, konsumsi
tabunga dan investasi, adalah merupakan landasan untuk menyusun
perencanaan kegiatan ekonomi, di masa-masa mendatang.
f. Berguna untuk mengetahui dan memperbandingkan kegiatan ekonomi
masyarakat itu sendiri, dari tahun ke tahun (konjunktur).
Transaksi-transaksi Yang Tidak Dimasukkan Perhitungan Pendapatan
Nasional.
Setiap kegiatan yang dapat menambah nilai dapat dikatakan sebagai
suatu proses produksi. Akan tetapi ada beberapa kegiatan yang dapat
menambah nilai, tetapi tidak dimasukkan dalam perhitungan pendapatan
nasional. Hal ini bukan bertentangan dengan konsep perhitungan pendapatan
nasional, akan tetapi hanya karena alasan praktis saja.
Transaksi-transaksi yang tidak resmi dimasukkan dalam
perhitungan pendapatan nasional antara lain:
a. Perubahan nilai barang-barang sebagai akibat dari perubahan harga barang
tersebut.
b. Kegiatan-kegiatan yang tidak resmi (illegal), misalnya penyelundupan
barang-barang dagang, produksi ganja dan lain sebagainya.
6
c. Pembayaran transfer yang dilakukan dari pihak yang satu kepada pihak
yang lain.
Misalnya pembayaran subsidi, sumbangan bencana alam, hadiah, warisan
dan sebagainya.
d. Kegiatan-kegiatan yang seharusnya dikerjakan oleh orang lain, tetapi
dikerjakan sendiri. Misalnya jasa ibu rumah tangga dan sebagainya.
7
Besarnya Pendapatan Nasional sisi Produksi Sektor Perusahaan Roti
adalah = Rp. 500,- + Rp. 300,- + Rp. 200,- = Rp. 1000,- Semakin
panjang mata rantai penambahan Value added semakin besar
pendapatan nasionalnya.
8
Dipihak lain pendapatan yang diterima sebagai jumlah balas jasa faktor
produksi, oleh masyarakat akan dibelanjakan untuk memenuhi keperluan akan
barang konsumsi, barang investasi, barang keperluan pemerintah dan juga untuk
perdagangan dengan luar negeri. Jadi GNI (Groos National Income) pada pihak
ini mencerminkan hal yang sama seperti pada GNP.
Hasil produksi barang dan jasa dari pada perusahaan-perusahaan asing
yang beroperasi dalam suatu Negara dan juga hasil dari produksi barang-barang
dan jasa perusahaan Negara yang besangkutan yang beroperasi di luar negeri
perlu juga diperhitungkan dalam pendapatan nasional. Hasil produksi barang-
barang dan jasa suatu Negara ditambah dengan hasil produksi barang-barang dan
jasa-jasa orang-orang dan perusahaan asing yang beroperasi di Negara yang
bersangkutan disebut dengan product disingkat dengan Produk dometic bruto
atau Groos domestic bruto disingkat dengan GDP. Selisih antara GDP dan GNP
adalah pembayaran keluar negeri dikurangi pembayaran dari luar negeri (bila
ada). Selisih ini disebut “Pendapatan netto terhadap luar negeri dari faktor
produksi” atau “net factor income abroad” atau juga “net faktor payment”. GDP
dikurangi dengan net factor income to abroad disebut dengan GNP. Apabila
pembayaran penggunaan jasa faktor-faktor produksi oleh suatu Negara keluar
negeri lebih besar dari pembayaran hal yang sama diterima dari luar negeri maka
GDP Negara bersangkutan lebih besar dari GNP-nya.
Apabila perhitungan pendapatan nasional menggunakan investasi bruto
maka akan diperoleh pendapatan nasional bruto (GNP). Oleh karena itu dengan
mengurangkan besarnya penyusutan terhadap investasi dalam pendapatan
nasional, akan diperoleh investasi netto dan pendapatan nasional dengan
investasi netto ini disebut dengan product nasional netto atau net national
product (NNP). Jadi NNP masih terkandung didalamnya pajak tidak langsung
seperti pajak penjualan, bea masuk dan semua jenis pajak tak langsung lainnya.
Pajak tidak langsung yaitu pajak yang dalam pembayarannya dapat dialihkan
kepada pihak lain. Dengan mengurangkan pajak tak langsung terhadap NNP akan
diperoleh net national income disingkat NNI. Untuk memperoleh besarnya
pendapatan pribadi (Personal Income disingkat PI) maka NNI perlu dikurangi
dengan antara lain biaya asuransi, Pajak laba perseroan. Laba tak dibagi
(Undestribute Profit) dan ditambahkan dengan penerimaan seperti pembayaran
transfer (transfer payment), bunga netto (net interest) dan lainnya. Personal
income bila dikurangi dengan kewajiban pembayaran pajak langsung (direct
taxes) akan diperoleh pendapatan siap pakai atau disposable income inilah yang
akan dipergunakan untuk konsumsi dan tabunga.
9
Indirect taxes (pajak tak langsung) - (dikurangi)
Subsidi + (ditambah)
Net National Income
Undistribution Profit / laba yang ditahan - (dikurangi)
Insurance (asuransi) - (dikurangi)
Corporate Profit Tax / pajak laba perseroan - (dikurangi)
Transfer Payment + (ditambah)
Net Interest / bunga netto + (ditambah)
Personal Income
Direct Taxes / pajak langsung - (dikurangi)
Disposible Income = Konsumsi + Tabunga
Y=C+S
Jumlah Penduduk
GNP / Kapita Melihat juga distribusinya per penduduk
Indikator suatu, perekonomian yang terbaik adalah GNP Per Kapita Riil,
namun demikian masih harus didampingi dengan :
1. Indeks Gini dan 2. Angka Idikator Kesejahteraan
10
Arti diagonal 0 A :
Titik B menunjukkan bahwa :
10 % Penduduk menerima 10 % Pendapatan, berarti
90 % Penduduk menerima 90 % Pendapatan
Titik C menunjukkan bahwa :
20 % Penduduk menerima 20 % Pendapatan, berarti
80 % menerima 80 % Pendapatan
11
Negara 2 kurang adil dibanding Negara 1, dan Negara 3 paling tidak adil
diantara ketiga Negara tersebut.
Angka Indeks Gini =
Luas Bulan Sabit yang dibatasi oleh
Diagonal 0A dan Kurva Lorentz
X 100
Luas Segitiga, 0 G A
12
BAB III
TEORI KONSUMSI DAN TABUNGAN
13
C Co+ MPCy co
APC = = = + MPC
Y Y y
1. Besarnya APC tidak konstan, tetapi membesar dengan semakin
besarnya y.
2. Dalem jangka pendek, APC > MPC,
14
-Co = autonomous saving = tabunga otonom = tabunga pada saat y =
0
(1 – MPC)y MPS y = Induced saving yaitu tabunga yang
dipengaruhi y
ΔS
MPS = = Marginal Prospensity to saving
ΔY
= Slope fungsi tabunga
= Koefisien fungsi tabunga
Tetapi dengan pengertian tentang tabunga yang telah dijelaskan diatas,
maka fungsi tabunga secara langsung ditulis sebagai berikut:
S = -Co + (1 – MPC)y
Dimana
-Co = atau autonomous
(1 – b) = MPS atau Induced Saving
Karena MPS = 1 – MPC, maka besarnya koefisien hasrat menabung
tergantung pula pada besarnya hasrat konsumsinya. Semakin besar
hasrat berkonsumsi semakin kecil hasrat menabung.
Contoh soal: Diketahui fungsi cons C = 400 + 5/6y
Maka fungsi tabunga S = -400 + 1/6y
c. BEP (Break Event Point): artinya seluruh pendapatan di pergunakan
untuk konsumsi jadi:
Y=C
Y = CO + bY
Y – bY = CO
(1-b) Y = C0
C0 C0
Y BEP = 1−b = MPS
400
Dengan contoh soal fungsi Consumsi C = 400 + 5/6 YBEP = =
1/6
2400.
Grafik Fungsi Consumsi, Fungsi Tabunga
15
3. Hubunga Fungsi Konsumsi, APC dan MPC
Bila besarnya APC dan MPC suatu masyarakat diketahui, maka
persamaan garis fungsi konsumsi masyarakat itupun bisa diketahui, yaitu
dengan menggunakan persamaan:
C = (APCn – MPCn + MPC. Y
dimana APCn = besarnya Averages Propensity to Consume pada tingkat
pendapatan nasional sebesar (n). APC adalah perbandingan antara besarnya
konsumsi pada suatu tingkat pendapatan nasional dengan besarnya pendapatan
nasional itu sendiri. Dengan demikian maka:
16
Dari gambar tersebut dapat ditemukan:
A = Yn - MPC.Yn – (Yn APC. Yn)
= Yn - MPC.Yn – Yn APC. Yn
= APCn. Yn – MPC. Yn
❑
= (APCn – MPC) Yn
Co
B. Teori Konsumsi
Teori konsumsi yang dikemukakan sebelumnya merupakan teori
konsumsi yang sangat sederhana. Dalam teori tersebut dikemukakan bahwa yang
menentukan besar-kecilnya pengeluaran konsumsi hanya didasarkan atas besar-
kecilnya tingkat pendapatan masyarakat.
Selain pendapatan, sesungguhnya pengeluaran konsumsi juga dipengaruhi
oleh faktor-faktor lain, seperti kekayaan, tingkat sosial ekonomi, tingkat harga,
selera, tingkat bunga, dan lain-lain.
Dari kenyataan ini terdapat beberapa teori tentang pengeluaran konsumsi
yang menghubungkan pengeluaran konsumsi dengan faktor-faktor lain selain
pendapatan. Teori-teori tersebut antara lain Teori Konsumsi dengan Hipotesis
Siklus Hidup (Life Cycle Hypothesis), Teori Konsumsi dengan Hipotesis
Pendapatan Relatif (Relative Income Hypothesis) dan Teori Konsumsi dengan
Hipotesis Pendapatan Permanen (Permanent Income Hypothesis).
17
Sebelum orang tersebut dapat menghasilkan pendapatan sendiri, maka ia
mengalami dissaving (ia berkonsumsi akan tetapi tidak menghasilkan
pendapatan). Kemudian pada bagian kedua dimana seorang berusia kerja dan
dapat menghasilkan pendapatan sendiri yang lebih besar dari pengeluaran
konsumsinya. Dan pada bagian tiga dimana ia tepat pada saat berusia tidak
bisa bekerja lagi. Pada bagian dua, ia mengalami saving. Dan bagian ketiga
ketika seseorang pada usia tua di mana orang tersebut tidak mampu lagi
menghasilkan pendapatan sendiri. Pada keadaan in ia mengalami dissaving
lagi.
Gambar 4-1
Kurva Konsumsi Dengan Hipotesis Siklus Hidup
Sumbu vertikal menunjukkan tingkat konsumsi seseorang dan sumbu
horizontal menunjukkan waktu (umur) orang tersebut.
Pada bagian I, yaitu pada umur 0 sampai sampai dengan t 3’ seseorang
mengalami dissaving. Ini terjadi karena orang tersebut mulai menghasilkan
pendapatan sedangkan ia perlu konsumsi. Pada umut t o orang tersebut mulai
menghasilkan pendapatan. Akan tetapi hingga umur sebelum t 1 masih
melakukan dissaving, karena pengeluaran konsumsi lebih besar dari
pendapatan yang dihasilkan.
18
Kemudian pada bagian II, yaitu pada umur t 1 sampai t2’ seseorang
mengalami saving. Pada keadaan ini ia sudah menghasilkan pendapatan yang
lebih besar dari pengeluaran konsumsi.
Pada bagian III, yaitu pada umur lebih dari t2’ orang tersebut kembali
melakukan dissaving. Karena pada umur t 2 ia tidak sanggup lagi menghasilkan
pendapatan cukup untuk menutupi pengeluaran konsumsinya.
2. Teori Konsumsi Dengan Hipotesis Pendapatan Relatif (Relative Income
Hypothesis)
Teori konsumsi dengan menggunakan hipotesis pendapatan relatif
dikemukakan oleh James Duesenberry. Menurut hipotesis ini, pengeluaran
konsumsi dipengaruhi oleh besarnya pendapatan tertinggi yang pernah
dicapai. Apabila terjadi kenaikkan pendapatan, maka pengeluaran konsumsi
akan cenderung meningkat dengan proporsi tertentu. Sedangkan apabila
pendapatan turun, maka pengeluaran konsumsi juga turun akan tetapi
proporsinya lebih kecil dan dari pada proporsi kenaikan pengeluaran
konsumsi akibat kenaikan pendapatan.
Kemudian faktor lain yang dapat mempengaruhi pengeluaran konsumsi
masyarakat adalah pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh masyarakat di
lingkungannya. Apabila seseorang tinggal di lingkungan masyarakat yang
mempunyai pola pengeluaran konsumsi yang tinggi, maka orang tersebut
cenderung mengikuti pola konsumsi masyarakat lingkungannya dengan pola
konsumsi yang tinggi juga. Dan sebaliknya, apabila ia tinggal di lingkungan
orang yang mempunyai pola konsumsi yang rendah, maka ia cenderung
mengikuti pola konsumsi yang rendah juga.
19
BAB IV
INVESTASI
20
dengan Economic Overhead Capital (EOC) dan (SOC). SOC adalah barang-
barang yang memberikan faedah umum (Public Utolities) seperti pelabuhan-
pelabuhan, jalan-jalan raya, jalan-jalan kereta api dan sebagainya. Sedang
Social Overhead Capital (SOC) itu contohnya, sekolah-sekolah, rumah sakit
dan sebagainya.
Public Investment ini sering juga disebut sebagai investasi yang otonom,
yaitu investasi yang timbul bukan karena adanya tambahan pendapatan. Pihak
swasta tidak tertarik pada jenis investasi ini karena investasi-invesatsi ini
memerlukan biaya yang sangat besar, dan investasi ini tidak memberikan
keuntungan secara langsung, melainkan secara berangsur-angsur dalam
beberapa tahun.
Private Investment adalah jenis investasi, yang dilakukan oleh swasta dan
ditunjukkan untuk memperoleh pendapatan/laba. Investasi yang ditimbulkan
oleh sebab bertambahnya permintaan yang sumbernya terletak pada
penambahan pendapatan disebut Induced Investment.
21
i
Pada tingkat bunga setinggi 0il investasi
Yang terlalu sama sebanyak 0il, sedang
i2 kan pada tingkat bunga setinggi 0i2
investasi terlaksana sebanyak 0i2 jadi
l = f (i) semakin tinggi tingkat bunga maka
semakin sedikit investasi yang dapat
dilaksanakan dan sebaliknya turunnya
i1 tingkat bunga mendorong semakin
banyak investasi yang dilaksanakan
I
0 I2 I1
Y=C+I Y = Co + by + I
C = Co + by Y – by = Co + I
Atau (1 - b)y = Co + I
YE = Co + I YE = Co + I
1+b 1–b
22
Syarat keseimbangan :
S=I
YE = 100 + 125 = 225
1 – 0,80 0,2
= 1125
1. Multiplier
Angka penggandaan (Multiplier) kita definisikan sebagai angka yang
menunjukkan kenaikan pendapatan nasional sebagai akibat dari kenaikan
Investasi.
Angka penggandaan ini sesungguhnya, dapat kita turunkan melalui identitas
kesamaan pendapatan nasional sebagai berikut :
Y = Co + I
1–b
Apabila pada tahun berikutnya investasi meningkat maka pendapatan nasional
keseimbangan pun akan meningkat menjadi :
Y + y = C0 + I + I
1–b
Y + y = C0 + 1 + I
1 – b 1-b
Y = C0 + I
1–b
dikurangkan
y = I
1-b
y = I y (KI) = 1/1-b
I 1-b I
2. Azaz Accelerator
23
Mengikuti hukum Keynes yaitu bilamana pendapatan bertambah, maka
konsumsi pun bertambah pula. Dengan bertambahnya pengeluaran konsumsi
ini, maka para pengusaha barang-barang konsumsi akan memperluas
produksinya. Untuk perluasan produksi ini diperlukan pertambahan peralatan
produksi yaitu barang-barang modal, atau dengan kata lain dibutuhkan
investasi baru, seperti bahan-bahan mentahnya, peralatan-peralatan mesinnya,
perluasan gedungnya dan sebagainya.
Jelasnya ialah bahwa terjadinya investasi baru ini karena adanya
pertambahan konsumsi. Proses inilah yang disebut dengan proses Accelerator
I
. Dan proses ini sering juga disebut Principle of devided demand atau
C
permintaan yang tidak langsung. Sebab permintaan atau investasi itu timbul
secara tidak langsung yaitu sebagai akibat dari naiknya permintaan atas
barang-barang konsumsi.
3. Leverage Effect
Bilamana kita menggandengkan proses multiplier dengan proses
accelerator disatu pihak dengan pendapatan nasional dipihak lain, maka effect
multiplier atas pendapatan nasional itu diperluas lagi oleh effect accelator
hingga dalam pertambahan pendapatan nasional terasa adanya pengaruh yang
komulatif kombinasi antara efek multiplier dan efek accelerator itu disebut
dengan leverage effect. Proses tersebut dapat disederhanakan sebagai berikut :
S
I Y C I Y C
24
BAB V
PEREKONOMIAN TIGA SEKTOR
1. Fungsi Alokasi
Yaitu : berperan mengelokasikan faktor-faktor produksi yang ada untuk dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat.
2. Fungsi Distribusi
Yaitu : berfungsi untuk dapat menyelenggarakan pembagian pendapatan
nasional yang adil/merata.
3. Fungsi Stabilitas
Yaitu : berperan untuk dapat mempengaruhi suatu perekonomian melalui
kebijaksanaan-kebijaksanaanya agar dapat tercipta stabilitas ekonomi yang
mantap (terhindar dari inflasi yang tinggi, kelesuan ekonomi/resesi ekonomi)
ataupun dapat menciptakan lapangan kerja untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi serta menghindari terjadi krisis sosial dari pengengguran.
Dalam lanjutan terhadap peranan pemerintah dalam pembentukan pendapatan
nasional, dapat dilihat dari pergolongan transaksi-transaksi pemerintah dengan
menggunakan 2 (dua) pendekatan sebagai berikut:
a. Penerimaan
Penerimaan pemerintah dapat bersumber dari penerimaan pajak, hasil
pelelangan barang-barang sitaan, laba yang diperoleh dari BUMN dan
sebagainya. Namun untuk mempermudah analisa diasumsikan bahwa
penerimaan pemerintah hanya bersumber dari pajak yang terpungut,
dengan notasi T.
25
b. Pengeluaran
Pengeluaran pemerintah lebih lanjut dibedakan untuk:
1. Pengeluaran konsumsi pemerintah, yang umum disebut juga
“Government Expenditure”
2. Pengeluaran pemerintah berupa Government Expenditure (TR) yaitu
bentuk pengeluaran pemerintah tanpa imbalan balas jasa langsung
seperti:
26
Y = 500
S = -25 + 125
S = 100
Perlu diperhatikan dengan demikian bahwa syarat keseimbangan perekonomian
pada tiga (3) sektor tidak lagi S = I tetapi menjadi S = I + G
Artinya seluruh kebocoran (Leakages) dalam bentuk tabunga (S) bagi suatu
perekonomian harus sama dengan perekonomian tersebut. Masukkan dalam
perekonomian pada kaitan ini jelas terbentuk I dan G. Jadi keseimbangan itu
tercapai pada saat
S = I + G atau
100 = 50 + 50
Jika pengeluaran konsumsi pemerintah tersebut juga masih disertai oleh transper
pemerintah (TR) maka peranan TR akan secara langsung dapat mempengaruhi
pendapatan siap pakai (Disposible Income) dari masyarakat atau secara singkat
TR dapat membesarkan pendapatan masyarakat. Pendapatan seperti ini jelas akan
mempengaruhi kemampuan untuk melakukan konsumsi. Ringkasannya
pendapatan baru dari masyarakat menjadi
Pendapatan lama + Pendapatan Pemerintah
Y1 = Yo + Tr
Yo + Tr disebut Disposible Income (YD)
Jadi pengaruhnya pada pendapatan nasional dengan demikian akan menjadi:
Y = a + b (Yo + Tr) + I + G
Atau
Y = a + b Yo
Contoh :
Jika dimisalkan sekarang Tr = 20 pada saat variabel- variabel lainnnya tetap
seperti pada contoh-contoh terdahulu
Maka;
Y = 25 + 0,075 (Y + 20) + 50 + 50
Y = 25 + 0,075Y + 15 + 50 +50
Y = 140 + 0,75Y
Y – 0,75 Y = 140
0,25Y = 140
Y = 560
Konsumsi (C) tercipta sebesar:
C = 25 + 0,75 (560 + 20)
3
C = 25 + (580)
4
= 25 + 435
= 460
Tabunga (S) tercipta sebesar
S = -a + (1 – b) Yd
27
= -25 – 0,25 (Y + Tr)
= -25 – 0,25 (560 + 20)
= -25 + 145
= 120
Persyaratan keseimbangan;
S = I + S + Tr atau
120 = 50 + 50 + 20 (terbukti)
Untuk dapat mengetahui secara pasti berapa besar pengaruh G (konsumsi
Pemerintah ataupun pengaruh Tr (Transfer pemerintah) terhadap perubahan
pendapatan nasional hendaknya terlebih dahulu dicari besarnya nilai Multilplier
pengeluaran pemerintah (KG) ataupun Multiplier Transfer Pemerintah (KTr).
Secara ringkas mula-mula rumusan pendapatan nasional (Y) tanpa diperoleh
sebesar:
a+1
Y=
1−b
Maka dengan adanya G yang menyebabkan terjadinya Y maka keadaannya
dapat ditulis sebagai berikut:
a+ I +G
Y + Y =
1−b
a+ I G
Y + Y =
1−b 1−b
+
G
Y + Y = Y +
1−b
G
Y=
1−b
28
G
Y =
1−b
Y 1
KG = =
G 1−b
G
Y =
1−b
G
Y/G = KG =
1−b
Untuk KTr :
Tr Y
a+b ( Tr +Tr ) I +G
Y + Y =
1−b
a+bTr + bTr + I +G
Y + Y =
1−b
a+bTr + I +G b Tr
Y + Y =
1−b
+ 1−b
b Tr
Y =
1−b
Y b
=
T 1−b
Y b
adalah KTr =
Tr 1−b
Kebijakan Fiskal
Untuk dapat menutupi pengeluaran dalam bentuk konsumsi ataupun Transfer
Pemerintah seperti tersebut diatas, pemerintah sering (Diasumsikan)
mengimbanginya melalui penerimaan dari pajak. Dalam bahasan ini sistem pajak
yang dipergunakan terbatas pada sistem pajak:
1. Sederhanakan
Yaitu : sistem perpajakan yang jumlah pungutan pajak secara absolut telah
ditetapkan oleh pemerintah, sehingga pajak disini sepenuhnya merupakan
“Exogeneus variabel”.
2. Flexible
Yaitu : sistem perpajakan yang jumlah pungutan pajaknya ditentukan oleh
besar/kecilnya pendapatan sehingga pajak disini akan merupakan
“Endogenous variabel”.
29
Beban pajak berarti secara langsung akan mempengaruhi pendapatan
siap pakai (Disposible Income). Sehingga dengan demikian bentuk dari pada
perumusan Diposible Income yang baru setelah beban pajak menjadi :
YD = Y + Tr – Tx
Dengan mengetahui bahwa besar/kecilnya konsumsi masyarakat tergantung pada
Disposible Income, maka formulasi konsumsi masyarakat yang baru akan
menjadi :
C = a + byD
C = a + b (Y + Tr – Tx)
Sedangkan tabunga (S) akan menjadi:
S = YD – C
S = YD – (a + byD)
S = YD – a - byD
S = -a + (1 – b) YD
Atau
S = -a (1 – b)(Y + Tr –Tx)
S = -a + (1 – b) Y + (1 – b) Tr – (1 – b)Tx
Pengaruh kebijaksanaan pajak sederhana ini terhadap pendapatan nasional
dengan demikian adalah:
Y=C+I+G
Y = a + bYD + I + G
Y = a + b(Y + Tr – Tx) + I + G
Y = a + bY + bTr – bTx + I + G
Y-by = a + bTr – bTx + I + G
(1 – b)Y = a + bTr – bTx + I + G
a+bTr −bTx+ I +G
Y=
1−b
Untuk Multiplier (KTx) yaitu : bilangan yang harus dikalikan dengan besarnya
pajak untuk dapat mengetahui perubahan (penurunan) pendapatan nasional, akan
diperoleh sebagai berikut:
a+bTr −bTx+ I +G
Y= formulasi pendapatan sebelum adanya tambahan pajak
1−b
Tx Y sehingga
a+bTr −b ( Tx+ Tx ) + I +G
Y + Y =
1−b
a+bTr −bTx−b Tx + I +G
Y + Y =
1−b
a+bTr −bTx+ I +G b Tx
Y + Y =
1−b
- 1−b
30
b Tx
Y + Y =
1−b
1−b
KB = =1
1−b
T −b
= KTx =
Yx 1−b
31
sebaliknya. Untuk tingkat pendapatan terendah yang ditentukan umumnya
pemerintah membebaskan dari pungutan pajak. Sedangkan terkait pada
pengertian sebagai alat stabilitas dimaksud karena sistem pajak dapat menahan
laju disposible income pada saat pendapatan meningkat, sehingga tingkat
konsumsi juga terhambat serta demikian pula akhirnya pada peningkatan
pendapatan nasional (misalnya : resesi), sistem pajak fleksibel mampu menahan
laju penurunan yang lebih cepat dari keadaan perekonomian tersebut, hal ini
disebabkan karena menurunnya pendapatan, akan menyebabkan menurunnya
jumlah pajak yang terpungut sehingga pengeluaran konsumsipun akan menurun.
Namun penurunan konsumsi masyarakat ini akan mendorong pemerintah untuk
meningkatkan Transfer pemerintah. Sehingga penurunan konsumsi dapat
diperlunak demikian pula halnya penurunan pendapatan nasional.
Secara grafis perbedaan pengaruh kedua sistem perpajakan tersebut terhadap
Fuktuasi perekonomian Nampak sebagai berikut:
Oleh karena pada sistem perpajakan built in flexible ditentukan oleh besarnya
pendapatan maka persamaannya, akan dapat ditulis sebagai berikut:
Tx = t + h.Y
Tx = Besarnya pajak yang terpungut
T = Besarnya pajak pada pendapatan nol (0)
h = Marginal Rate of Texation (MR Tx)
MRT, umumnya bernilai positif.
Dari rumusan pajak seperti tersebut diatas, maka persamaan konsumsi akan
berubah menjadi :
32
C = a + byD karena;
Maka;
C = a + b {Y + Tr – (t + hy)}
C = a + b (Y + Tr – t – hY)
C = a + bY + bTr – bt – bhY
Untuk formulasi tabunga akan diperoleh sebesar:
S = YD – C
YD = T + Tr – (t + hY)
C = a + by + bTr – bt – bhY
Maka;
S = Y + Tr – t –hY – a – bY – bTr + bt + bhY
S = Y – hY – bY + bhY – a + (Tr – bTr) – (t – bt)
S = (1 – h – b + bh) Y – a + (1 – b)Tr – (1 – b) t
S = -a + (1 – b)Tr – (1 – b)t + ( 1 – h – b + bh)Y
Sehingga S =
-a + (1 – b)Tr – (1 – b)t + (1 – h – b + bh)Y
Untuk formulasi pendapatan nasional yang baru akan diperoleh:
Y =C+I+G
C = a +byD
YD = Y + Tr - Tx
TX = t + hY
Maka;
Y = a + b {Y + Tr – (t - hY} + I + G
Y = a + bY + bTr – bt – bhY + I + G
Y – bY + bhY = a + bTr – bt + I + G
(1 – b + bhY) Y = a + bTr – bt + I + G
a+bTr −bt+ I +G
Y =
1−b+ bh
Contoh bila diketahui:
a. Fungsi konsumsi per tahun : 25 + 0,75 YD
b. Fungsi pajak : -20 + 0,20 Y
c. Transfer Pemerintah : 40 milyar per tahun
d. Pengeluaran konsumsi Pemerintah : 60 milyar per tahun
e. Investasi : 40 milyar per tahun
Dari data tersebut dia atas maka akan diperoleh :
1. Besarnya Pendapatan Nasional yang terjadi
a+bTr −bt+ I +G
Y = 1−b+ bh
25+0 , 75 ( 40 )−0 ,75 (−20 )+ 40+60
Y =
1−0 ,75+0 ,75(0 ,20)
25+30+15+ 40+60
Y =
0 , 25+0 , 15
33
170
= 0 , 40 = 425
2. Pajak ekuilibrium:
Tx = -20 + 0,20Y
Tx = -20 + 0,20(425)
Tx = -20 + 85
Tx = 65 Milyar
3. Konsumsi Ekwilibrium
C = 25 + 0,75 Yd
C = 25 + 0,75 (Y – Tx + Tr)
C = 25 + 0,75 (425 – 65 + 40)
C = 25 + 0,75 (400)
C = 325 Milyar
4. Tabunga Ekwilibrium
S = YD – C
S = (Y – Tx + Tr) – C
S = (425 – 65 + 40) – 325
S = 400 – 325
S = 75 Milyar
Sedangkan koefisien Multiplier pajak (KT x) dengan sistem pajak yang
fleksibel akhirnya akan diperoleh sebesar
T Y
a+bTr −bt+ I +G
Y sebelum ada perubahan pajak =
1−b+ bh
Y setelah berubah pajak :
a+bTr −b ( Tx+ Tx ) + I +G
Y + Y =
1−b
a+bTr −bTx−b Tx + I +G
Y + Y =
1−b
a+bTr −bTx+ I +G b Tx
Y + Y =
1−b
- 1−b
b Tx
Y + Y =
1−b+ bh
Y −b
= KTx =
T 1−b+ bh
34
BAB VI
PEREKONOMIAN TERBUKA (4 SEKTOR)
Dan jika So dipergunakan sebagai simbol pengganti dari (-a) pada persamaan tabunga
maka akhirnya persamaan pendapatan akan diperoleh :
Y =C+I+G+X–M
Y = C + S sehingga
C+S =C+I+G+X–M
S =I+G+X–M
S+M =I+G+X
So + sY + Mo + mY = I + G + X
sY + mY = I + G + X – So - Mo
(s + m) Y = I + G + X – So - Mo
I +G+ X−So−Mo
Y =
S+M
Untuk dapat mengetahui export dan import terhadap kecepatan perubahan pendapatan
nasional maka dapat dicari koefisien Mulitplier. Dengan cara-cara seperti dahulu
(sama) maka penurunan Multiplier export (KX) akan diperoleh sebagai berikut :
X Y
Sehingga;
I +G+ ( X+ X )−SoMo
Y + Y =
s+m
35
I +G+ X+ X−SoMo
Y + Y = s+m
Y +
I +G+ X−SoMo X
Y =
s+ m
+ s +m
X
Y + Y = Y + s +m
X
Y = s +m
1
Y/X = Kx = s +m
Untuk multiplier import oleh karena besarnya import tergantung pada pendapatan
yaitu Mo + MRTm Y, maka MRTm. Y akan merupakan variabel Endogenous
sedangkan Mo merupakan variabel Exogenous. Terkait dengan ini maka Multiplier
import akan terjadi pada perubahan variabel exogenous (Mo).
Rumusan selanjutnya dengan demikian akan menjadi:
Mo Y
Multiplier import ternyata memiliki tanda minus ini menunjukkan bahwa import dan
mengurangi pendapatan nasional.
36
berpindah kekanan, hal mana selanjutnya berubahnya tingkat pendapatan, juga
mengakibatkan bertambahnya permintaan uang tunai untuk keperluan transaksi dan
untuk keperluan berjaga-jaga.
Untuk melepaskan sebagian dari uang tunai yang semula ditahan untuk tujuan
spekulasi, maka suku bunga harus dinaikkan. Tetapi kenaikan suku bunga ini akan
mengakibatkan berkurangnya investasi dan turunnya pendapatan, proses mana akan
berlangsung terus melalui rangkaian terhadap aksi dan reaksi.
Untuk menyederhanakan analisa, kita umpamakan bahwa pemerintah tidak
mengadakan campur tangan dan sistem perekonomian yang bersangkutan tidak
mengadakan perdagangan luar negeri. Dalam keadaan ini keseimbangan pasar barang
akhir menghendaki sama tabunga dan investasi (S=I)
Keseimbangan pada pasar barang ditunjukkan oleh suatu Kurva yang disebut
kurva IS. Kurva IS adalah suatu kurva yang menghubungkan titik-titik besarnya
tingkat bunga (i) pada tingkat pendapatan nasional (y) dimana pasar barang berada
dalam keadaan keseimbangan.
Namun ada perbedaannya yaitu pada perubahan sebelumnya variabel investasi
dianggap sebagai variabel eksogen atau merupakan variabel konstan akan tetapi
dalam menentukan persamaan kurva IS, variabel investasi diperlakukan sebagai
variabel endogen. Dalam hal ini besarnya pengeluaran investasi dipengaruhi oleh
tingkat bunga (i) secara persamaan dapat ditulis :
I = Io – k i
Dimana : Io adalah besarnya pengeluaran investasi pada tingkat bunga sama dengan
nol.
i adalah tingkat bunga umum
k adalah besarnya koefisien tingkat bunga
Untuk memperoleh atau menurunkan kurva IS dapat dilakukan dengan 2 cara
yaitu dengan cara grafik dan dengan cara matematika
Dibawah ini contih menurunkan kurva IS dengan cara matematika. Diketahui
besarnya tabunga suatu perekonomian, S = - 100 + 0,25 Y dan pengeluaran investasi
sektor perusahaan ditunjukkan oleh persamaan I = 60 – 200i
Maka persamaan kurva IS-nya yaitu :
- 100 + 0,25 y = 60 – 200i
0,25 y = 160 – 200i
y= 640 – 800i (IS)
Gambar kurva IS apabila ditunjukkan tingkat bunga 9 %, 10 %, 11 %.
Gambar dari pada keseimbangan pasar barang
37
Analisa LM (Kurva LM)
Setelah kita mempelajari kurva IS, yang menggambarkan keadaan
keseimbangan dalam pasar barang, maka selanjutnya kita perlu membicarakan
mengenai kurva LM, yang menggambarkan keadaan keseimbangan dalam pasar
uang.
Untuk bisa sampai pada bagaimana mencari kurva LM tersebut, maka terlebih
dahulu kita harus membicarakan mengenai permintaan uang dan penawaran uang.
Pasar uang dikatakan seimbang apabila permintaan akan uang (M D) sama dengan
penawaran akan uang (MS).
Penawaran akan uang (MS) adalah jumlah uang beredar di masyarakat yang
berupa penjumlahan dari uang kartal dan uang giral. Jumlah uang beredar di
masyarakat (MS) besarnya sudah tentu.
Permintaan akan uang (MD) dalam analisa Keynes terdiri dari tiga tujuan (motif)
yaitu motif Transaksi, motif berjaga-jaga dan motif spekulasi.
38
Permintaan uang untuk tujuan transaksi (M t) dan permintaan uang untuk tujuan
berjaga-jaga (Mp) menurut Keynes dipengaruhi oleh tingkat pendapatan masyarakat
secara matematis ditulis :
Mt + Mp = fy
Oleh karena permintaan uang dengan tujuan transaksi berjaga-jaga ini
dipengaruhi oleh faktor yang sama, maka besarnya kedua variabel ini dijadikan satu
menjadi permintaan uang untuk transaksi berjaga-jaga (M 1) atau secara matematis
dapat ditulis:
M2 = f (i)
Permintaan uang (MD) pada pasar uang merupakan penjumlahan dari permintaan
uang untuk transaksi, berjaga-jaga dan untuk tujuan spekulasi. Dengan demikian
permintaan akan hutang hutang dapat ditulis :
MD = M1 + M2
Pasar uang akan berada dalam keseimbangan apabila penawaran akan barang
(MS) sama dengan permintaan akan uang (MD) kurva yang menunjukkan
keseimbangan di pasar uang disebut kurva LM.
Kurva LM adalah satu kurva yang menghubungkan titik-titik tingkat bunga (i) pada
berbagai tingkat pendapatan nasional (y).
Seperti halnya dengan cara untuk menurunkan kurva IS, menurunkan kurva LM juga
dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu cara grafikdan dengan cara matematis.
39
Cara lain yang dapat digunakan untuk memperoleh kurva LM dengan cara
matematik .
Misalnya kita ingin mencari persamaan LM pada suatu perekonomian. Pada
perekonomian tersebut diketahui jumlah uang beredar di masyarakat M 1 = 0,2Y dan
permintaan uang untuk tujuan spekulasi ditujukan oleh persamaan M2 = 428 – 400i.
Pasar uang dalam keadaan seimbang apabila penawaran akan uang (M S) sama
dengan permintaan akan uang (MD).
Hitungan :
Ms = 500
MD = M1 + M2
= 0,2y + 428 – 400i
Ms = MD
500 = 0,2y + 428 – 400i
72 + 400i = 0,2y
Y = 360 + 2000i
Pers y = 360 + 2000i adalah persamaan kurva LM yaitu kurva yang menunjukkan
keseimbangan di pasar uang.
Untuk menentukan keadaan seimbang, baik dipasar barang maupun di pasar uang
dapat dilakukan dengan mencari titik potong antara persamaan kurva IS dan kurva
LM.
Sebagai contoh-contoh persamaan IS : y = 640 – 800i
Persamaan LM : y = 360 + 2000i
y = 640 – 800 i
y = 360 + 2000 i
0 = 280 – 2800 i
2800 i = 280
i = 0,1
i = 10%
y = 360 + 2000 (0,1)
= 360 + 200
= 560
40
Jadi pendapatan Nasional (y) sebesar 560 dan tingkat bunga (i) sebesar 10% atau
dengan kata keseimbangan umum terjadi pada pendapatan nasional sebesar 560 dan
tingkat bunga sebesar 10%.
41
BAB VII
INFLASI
2. Jenis-jenis Inflasi
a. Berdasarkan Tingkat Intensitasnya
- Creeping Inflation / Inflasi Lunak (6,5 %/th)
Proses kenaikan harga barang dari barang-barang secara pelan-pelan.
- Hyper Inflasi (diatas 100 %)
Proses kenaikan harga dan barang-barang secara cepat.
b. Berdasarkan menurut faktor penyebabnya
Demand Pull Inflation
Inflasi yang terjadi karena dominannya tekanan permintaan agregat
(AD) Demand Pull Inflation
42
P (harga umum) Note :
Tekanan Inflasi ini
AS0 Disebabkan tekanan agregai
Demand dari AD0 menjadi AD1
P1 E1
P0 E0
AD1
AD0
O Y1 Y0
Bottleneck Inflation
Inflasi yang terjadi karena perubahan struktur permintaan lebih cepat
dari pergeseran-pergeseran peredaran barang.
Cost Push Inflation
Inflasi yang terjadi karena kenaikan biaya produksi
43
B. Masalah Sosial Dari Inflasi
Ada beberapa masalah sosila yang muncul dari inflasi yang tinggi (> 10%
atau 2 digit) antara lain :
1. Menurunnya tingkat kesejahteraan rakyat
Tingkat kesejahteraan masyarakat diukur dari tingkat daya beli
pendapatan diperoleh sedangkan inflasi secara tidak langsung menurunkan
daya beli masyarakat.
2. Memburuknya distribusi pendapatan
Jika misalnya inflasi yang terjadi sebesar 20% setahun, maka pendapatan
pun minimal harus meningkatnya sebesar 20%, oleh karena meningkatkan
pendapatan sebesar 20% sangat sulit maka inflasi akan memperburuk
distribusi pendapatan.
3. Terganggunya stabilitas ekonomi
Inflasi mengganggu stabilitas ekonomi dengan merusak perkiraan tentang
masa depan (eksploitasi) para pelaku ekonomi.
4. Inflasi dan Pengangguran
Hubunga antara inflasi dan pengangguran menjadi salah satu tema sentral
ekonomi makro hasil penelitian Prof Philips menunjukan hubunga negatif
dan non linier antara tinkat inflasi dengan tingkat pengangguran.
Keterangan
Inflasi dan pengangguran mula-mula (P dengan U)
Inflasi naik (P ke P1) pengangguran turun dari (U ke U1)
Inflasi turun (P ke P1) pengangguran naik (U ke U1)
44
Sedangkan pada Hukum Okun (Okun’s Law) menyatakan hubunga
negatif antara tingkat pengangguran dengan laju pertumbuhan ekonomi. Pada
umumnya bila terdapat laju pertumbuhan ekonomi. Pada umumnya bila
terdapat laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi, produksi barang maupun jasa
meningkat dan kerjasama dengan itu tingkat pengangguran menurun.
45
yang diakibatkan oleh perubahan ekonomi seperti ini dinamakan
pengangguran structural.
Pengangguran Konyungtur
Adalah pengangguran yang melebihi pengangguran alamiah pada
umumnya pengangguran konyutur terjadi sebagai akibat
pengangguran dalam permintaan agregat. Dampak sosial ekonomi
dari pengangguran yaitu terganggunya stabilitas perekonomian
(melemahnya permintaan agregat dan melemahnya penawaran
agregat) juga terganggunya stabilitas sosial – politik.
46
D. Mengatasi Inflasi
Terjadinya inflasi tidak selamanya harus dicegah. Tergantung dengan tingkat
intensitas yang terjadi dan Negara yang mengalaminya. Bagi Negara-negar yang
sedang berkembang adanya inflasi seperti inflasi lunak justru menguntungkan
dalam usaha mendorong produksinya yang sekaligus berpengaruh terhadap
perluasan kesempatan kerja. Namun apabila yang terjadi inflasi dengan intesitas
tinggi upaya pengendaliannya mutlak diperlukan untuk mencegah adanya
kekacauan dalam proses produksi.
Kebijaksanaan yang umumnya ditempuh dalam mengatasi inflasi adalah :
1. Kebijakaan Moneter
Kebijakan Moneter biasanya ditempuh melalui tiga hal :
a. Politik diskonto (Rediscount Rate Policy) yaitu dengan cara menaikkan
tingkat bunga sehingga orang akan cenderung menyimpan uangnya di bank
dibandingkan dengan memegangnya sendiri. Dengan cara ini jumlah uang
beredar semakin kecil.
b. Politik Pasar Terbuka (Open Market Operation) yaitu dengan cara
memperjualbelikan obligasi kepada pemerintah. Dalam keadaan inflasi
pemerintah perlu menjual obligasi kepada masyarakat.
c. Politik Cadangan Kas (Cash Reserve Ratio) yaitu dengan cara menaikkan
cadangan kas bank-bank umum.
2. Kebijakan Fiskal
Kebijakan Fiskal menyangkut tiga aspek, yaitu :
a. Penurunan pengeluaran pemerintah
b. Menaikkan pajak
c. Mengadakan pinjaman pemerintah
47
4. Mengatasi Inflasi dengan program bersegi banyak.
Kebijaksanaan ini dilakukan dengan menempuh secara bersama-sama
kebijaksanaan moneter, kebijaksanaan fiskal maupun kebijaksanaan non
moneter.
Menurut Alvin H. HANSEN*)
Serangan bersegi banyak ini dapat meliputi :
a. Pemakaian kebijaksanaan moneter yang bijaksana
b. Kebijaksanaan fiskal antara lain dengan mempertahankan pajak yang
tinggi.
c. Pengawasan-pengawasan langsung secara minimum termasuk alokasi
bahan-bahan yang jarang terdapat untuk keperluan-keperluan penting.
48
BAB VIII
KESEIMBANGAN PASAR BARANG
DAN PASAR UANG
49
dI
dimana <0
di
dan secara persamaan dapat ditulis :
I = lo – k i
di mana lo adalah besarnya pengeluaran investasi pada tingkat bunga sama
dengan nol.
i adalah tingkat bunga umum.
k adalah besarnya koefisien tingkat bunga.
Untuk memperoleh/menurunkan kurva IS dapat dilakukan dengan 2 cara
(metode), yaitu dengan grafik dan dengan cara matematik. Menurunkan kurva IS
dengan dengan cara grafik dapat dilakukan dengan menyediakan empat buah
grafik yang masing-masing grafik menggambarkan keadaan pada sektor riil
(pasar barang). Perhatikan contoh cara menurunkan kurva IS pada gambar 6-1.
S S
S = f(Y) S=I
S0 S0
S1 S1
YY I
0 Y1 Y0 0 I1 I0
i i
i1 i1
i0 i0
I = f(i)
Y I
0 Y1 Y0 0 I1 I0
Gambar 6-1
Menurunkan Kurva IS Metode Grafik
50
Pertama-tama kita buat dulu empat buah grafik yang masing-masing grafik
diberi nama grafik I,II,III dan IV (searah dengan jarum jam). Misalnya kurva IS
akan kita buat pada grafik IV. Karena kurva IS adalah kurva yang
menghubungkan tingkat bunga dengan pendapatan nasional, maka masing-
masing sumbu pada grafik IV kita tentukan sumbu-sumbu yang ditempati
variabel tingkat bunga dan tingkat pndapatan nasional. Misalnya untuk garis
datar kita tempatkan variabel pendapatan nasional (Y) dan sumbu tegak kita
tempatkan variabel tingkat bunga(i). Dengan demikian grafik yang berada di
sebelah atas grafik IV, yaitu grafik I adalah grafik yang menggambarkan keadaan
pada pasar barang mengenai variabel ekonomi yang berhubunga dengan tingkat
pendapatan nasional.
Variabel ekonomi pada pasar barang yang berhubunga dengan pendapatan
nasional adalah tingkat tabunga (S), dimana hubunga antara tabunga dengan
pendapatan nasional ini adalah positif. Artinya makin besar pendapatan nasional,
maka tabunga yang terjadi juga makin besar. Dan sebaliknya. Dengan demikian
kurva tabunga brlereng positif.
Kemudian untuk graik yang berada di sebelah kanan grafik IV, yaitu grafik
III adalah grafik yang menggambarkan keadaan pasar barang mengenai variabel
ekonomi yang berhubunga dengan tingkat bunga. Variabel ekonomi pada pasar
barang yang berhubunga dengan tingkat bunga adalah variabel investasi (I).
hubunga antara besarnya investasi adalah negatif. Artinya apabila tingkat bunga
turun maka investasi yang diinginkan naik, dan sebaliknya. Dengan demikian
kurva investasi berlereng negatif.
Sumbu tegak pada grafik III untuk variabel tingkat bunga dan sumbu datar
untuk besarnya investasi. Selanjutnya grafik II memperlihatkan keadaan
keseimbangan di pasar barang, yaitu terjadinya kesamaan antara investasi dan
tabunga. Kurva kesamaan investasi dan tabunga adalah kurva yang ditarik dari
titik (titik pusat sumbu) yang membentuk sudut 45 0 trhadap masing-masing
sumbu.
Untuk menghasilkan kurva IS kita mulai dari grafik III dengan mengambil
salah satu titik tingkat bunga, misalnya i o. pada tingkat bunga sebesar io ,
investasi yang diinginkan sebesar Io dan dalam keadaan keseimbangan, besarnya
tabunga adalah So tabunga sebesar So terjadi apabila pendapatan sebesar Yo.
Apabila keadaan tersebut kita bawa pada grafik IV, maka kita memperoleh satu
titik dari kurva IS (mmisalnya kita beri nama titik A).
Untuk menggambarkan suatu kurva ( kita anggap kurva IS adalah linear),
maka minimal harus ada dua titik. Dengan demikian kita perlu mengambil salah
satu titik tingkat bunga lagi, misalnya i1, pada tingkat bunga sebesar I 1, investasi
yang diinginkan sebesar S1 terjadi apabila pendapatan sebesar Y1. Apabila
keadaan tersebut kita bawa pada grafik IV, maka kita mmperoleh suatu titik lagi
dari kurva IS (misalnya kita beri nama titik B). Apabila titik A dan titik B ini kita
hubungkan maka kita memperoleh kurva IS, yitu kurva yang menggambarkan
keseimbangan disektor riil (pasar Barang). Kurva IS berlerng negatif. Ini member
51
petunjuk bahwa pada sektor riil (pasar barang), apabila trjadi kenaikan tingkat
bunga, maka pendapatan nasional akan turun. Dan sebaliknya apabila tingkat
bunga turun maka pendapatan nasional akan naik.Misalnya kita ingin
menentukan persamaan kurva IS pada perekonomian dua sektor.
Pengeluaran komsumsi suatu perekonomian diketahui : C = 100 + 0,75 Y
dan pengeluaran investasi sektor perusahaan ditunjukan oleh persamaan: I = 60-
200 i.
Perekonomian dikatakan seimbang apabila pendapatan (Y0 sama dengan
pngeluaran (C + I). dengan demikian keadaan tersebut dapat ditulis :
Y= C + I
: 100 + 0,75 Y + 60 – 200
Y- 0,75 Y = 160 – 200 i
0,25 Y = 160 200 i
Y = 640 – 800 i
640
Y = 640 – 800 i
IS
Y
O
Gambar 6-2
Menurunkan Kurva IS dengan metod Matematik
1. Kebijakan Fiskal
Posisi kurva IS dapat berubah apabila terjadi perubahan pada sektor riil (
pasar barang). Perubahan disektor riil biasanya akibat dari tindakan /
kebijakan pemerintah. Kebijakan pmerintah yang ditujukan untuk
mempengaruhi sektor riil disebut kebijakan fiscal (fiscal policy). Variabel
52
ekonomi yang biasanya dipengaruhi melalui kebijakan fiscal ini adalah
pengeluaran Pemerintah (G). pajak (Tx) dan pembayaran Transfer (Tr).
Kebijakan fiscal murni adalah kebijakan fiscal yang tidak disertai
dengan berubahnya jumlah uang beredar. Perhatikan posisi kurva IS pada
grafik di bawah ini, apabila pemerintah melakukan kebijakan fiscal.
IS1
ISo
IS2
Y
0
Gambar 6-3
Kurva IS dengan adanya Kebijakan Fisikal
53
Mt = f (Y)
Mp = f (Y)
Oleh karena permintaan uang dengan tujuan transaksi dan berjaga-jaga ini
dipengaruhi oleh faktor yang sama, maka biasanya kedua variabel ini dijadikan
satu menjadi permintaan uang untuk transaksi-berjaga-jaga (M 1). Jadi dengan
kata lain permintaan uang untuk transaksi-berjaga-jaga, yaitu yang merupakan
penjumlahan dari permintaan uang untuk tujuan dan berjaga-jaga.
Atau secara matematis dapat ditulis:
M1 = Mt + Mp
di mana : Mt = f (Y)
Mp = f (Y)
M1 = f (Y)
Kemudian permintaan uang untuk spekulasi (M2) menurut Keynes
dipengaruhi oleh besar-kecilnya tingkat bunga (i). Atau secara hubunga
fungsional dapat ditulis :
M2 = f (Y)
Permintaan uang (Md) pada pasar uang merupakan penjumlahan dari
permintaan uang untuk transaksi, berjaga-jaga dan untuk tujuan spekulasi.
Dengan demikian permintaan akan uang dapat ditulis :
Md = M1 + M2
Karena M1 = f (Y) dan M2 = f (i), maka
Md = f (Y) + (i)
Pasar uang akan berada dalam keseimbangan apabila penawaran akan uang
(Ms) sama dengan permintaan akan uang (M d). Kurva yang menunjukkan
keseimbangan di pasar uang disebut kurva LM. Kurva LM adalah suatu kurva
yang menghubungkan titik-titik tingkat bunga (i) pada berbagai tingkat
pendapatan nasional (Y).
Seperti halnya dengan cara untuk memperoleh/menurunkan kurva IS,
menurunkan kurva LM juga dapat dilakukan dengan 2 cara (metode), yaitu
dengan cara grafik dan dengan cara matematik. Menurunkan kurva LM dengan
cara grafis dapat dilakukan dengan menyediakan empat buah grafis yang masing-
masing grafis menggambarkan keadaan pada sektor moneter (pasar uang).
Perhatikan contoh cara menurunkan kurva LM dengan cara grafik seperti
dibawah ini.
54
Gambar 6-4
Menurunkan Kurva LM dengan Metode grafik
Pertama-tama kita buat dulu empat buah grafik yang kemudian masing-masing
grafik diberi nama grafik I, II, III dan IV. Misalnya kurva LM akan kita buat
pada grafik IV. Karena kurva LM adalah kurva yang menghubungkan tingkat
bunga dengan pendapatan nasional, maka pada grafik IV kita tentukan sumbu-
sumbu yang akan ditempati variabel tingkat bunga dan variabel pendapatan
nasional, misalnya untuk garis datar kita tempatkan veriabel pendapatan nasional
(Y) dan sumbu tegak kita tempatkan variabel tingkat bunga (i). Dengan demikian
grafik yang berada di sebelah atas grafik IV adalah, yaitu I adalah grafik yang
menggambarkan keadaan pada pasar uang dengan variabel ekonomi yang
berhubunga dengan tingkat pendapatan nasional.
Variabel ekonomi pada pasar uang yang berhubunga dengan pendapatan
nasional adalah permintaan uang untuk tujuan spekulasi-berjaga-jaga (M 1),
dimana hubunga antara M1 dengan pendapatan nasional (Y) ini adalah positif.
Artinya makin besar pendapatan nasional, maka permintaan uang untuk tujuan
transaksi-berjaga-jaga juga makin besar. Dan sebaliknya. Dengan demikian
kurva permintaan uang untuk tujuan tarnsaksi-berjaga-jaga berlereng positif.
Kemudian untuk grafik yang berada disebelah kanan grafik IV, yaitu grafik
III adalah grafik yang menggambarkan keadaan pasar uang mengenai variabel
yang berhubunga dengan tingkat bunga. Variabel ekonomi pada pasar uang untuk
tujuan spekulasi. Hubunga antara besarnya permintaan uang untuk tujuan
spekulasi dengan tingkat bunga adalah negatif. Artinya apabila tingkat bunga
55
turun maka permintaan uang untuk tujuan spekulasi berlereng negative. Sumbu
tegak pada grafik III untuk variabel tingkat bunga dan sumbu datar untuk
besarnya permintaan uang untuk tujuan spekulasi.
Selanjutnya grafik II memperlihatkan porsi permintaan akan uang sesuai
dengan jumlah uang yang ditawarkan (jumlah uang beredar). Kurva yang
menunjukkan porsi/pembagian ini memotong sumbu tegak sebesar penawaran
akan uang (jumlah uang beredar) dan memotong sumbu datar juga sebesar
penawaran akan uang. Ini mengandung arti bahwa apabila tidak ada permintaan
uang untuk tujuan spekulasi, maka seluruh penawaran uang adalah dalam bentuk
permintaan uang untuk tujuan transaksi-berjaga-jaga (M 1). Dan apabila tidak ada
permintaan uang untuk tujuan transaksi-berjaga-jag, maka seluruh penawaran
uang dalam bentuk permintaan uang untuk tujuan spekulasi (M 2). Dengan
demikian titik potong kurva dengan masing-masing sumbu (tegak dan datar)
mempunyai jarak yang sama dengan titik origin (titik pusat sumbu).
Untuk menghasilkan kurva LM kita mulai dari grafik III, yaitu dengan
mengambil salah satu titik tingkat bunga, misalnya i 0. Pada tingkat bunga sebesar
i0 permintaan uang untuk tujuan spekulasi (M2) sebesar (M2)o dan dalam keadaan
ini besarnya permintaan uang untuk tujuan transaksi-beraga-jaga (M 1) sebesar
(M2)o.
Permintaan uang untuk tujuan berjaga-jaga sebesar (M 1)o terjadi pada tingkat
pendapatan sebesar Yo. Apabila keadaan tersebut kita bawa pada grafik IV, maka
kita memperoleh satu titik dari kurva LM (misalnya kita beri nama titik A).
Untuk menggambarkan suatu kurva (kita anggap kurva LM adalah linier), maka
minimal harus ada dua titik. Dengan demikian kita perlu mengambil salah satu
tingkat bunga lagi, misalnya i1. Pada tingkat bunga sebesar i1, permintaan uang
untuk tujuan spekulasi (M) sebesar (M2)1 dan dalam keadaan ini besarnya
permintaan uang untuk tujuan transaksi-berjaga-jaga (M1) sebesar (M1)1.
Permintaan uang untuk tujuan berjaga-jaga sebesar (M 1)1 terjadi pada tingkat
pendapatan sebesar Y1. Apabila keadaan tersebut kita bawa pada grafik IV, maka
kita memperoleh satu titik lagi dari kurva LM (misalnya kita beri nama titik B).
Apabila titik A dan titik B kita hubungkan, maka akan diperoleh kurva LM, yaitu
kurva yang menggambarkan keseimbangan di sektor moneter (pasar uang).
Kurva LM berlereng positif. Ini memberikan petunjuk bahwa pada sektor
moneter (pasar uang), apabila terjadi kenaikan tingkat bunga, maka pendapatan
nasional akan meningkat. Dan sebaliknya apabila tingkat bunga turun maka
pendapatan nasional akan menurun pula.
Cara lain yang dapat digunakan untuk memperoleh (menurunkan) kurva LM
adalah dengan cara matematik.
Untuk menentukan persamaan kurva LM dapat dilakukan dengan menyamakan
antara penawaran akan uang dan permintaan akan uang. Ini menunjukkan
keseimbangan di pasar uang. Untuk memperjelas uraian diatas perhatikan contoh
kasus dibawah ini.
56
Misalnya kita ingin mencari persamaan kurva LM pada suatu perekonomian.
Pada perekonomian tersebut diketahui jumlah uang beredar di masyarakat (M 2)
sebesar 500. Permintaan uang untuk tujuan transaksi berjaga-jaga ditunjukkan oleh
persamaan: M1 = 0,2 Y da permintaan uang untuk tujuan spekulasi ditunjukkan
oleh persamaan: M2 = 428 – 400 i.
Pasar uang dalam keadaan seimbang apabila penawaran akan uang (M2) sama
dengan pemintaan akan uang (Md).
Ms = 500
Md = M1 + M2
= 0,2 Y + 428 – 400 i
Ms = Md
57
Gambar 6-5
Menurunkan Kurva LM Dengan Metode Matematik
1. Kebijakan Moneter
Posisi kurva LM dapat berubah apabila terjadi perubahan pada sektor moneter
(pasar uang). Perubahan di sektor moneter juga biasanya akibat dari tindakan/
kebijakan pemerintah. Kebijakan pemerintah yang ditujukan untuk mempengaruhi
sektor moneter disebut kebijakan moneter (monetary policy). Variabel ekonomi yang
biasanya dipengaruhi melalui kebijakan moneter ini adalah Jumlah Uang Beredar
(JUB) dan tingkat bunga (i).
Kebijakan moneter murni adalah kebijakan moneter yang tidak disertai dengan
berubahnya pengeluaran pemerintah (G), pemungutan pajak (Tx) dan pembayaran
transfer (Tr).
Perhatikan kurva LM pada grafik dibawah ini, apabila pemerintah melakukan
kebijakan moneter.
58
Gambar 6-6
Kurva LM dengan adanya kebijakan Moneter
59
3. Instrumen Rediscount Policy
Kebijakan moneter dengan Instrumen Rediscount Policy adalah kebijakan
pemerintah mengubah tingkat bunga pinjaman Bank Sentral terhadap bank umum.
Apabila pemerintah menghendaki jumlah uang beredar turun, maka pemerintah
(dalam hal ini Bank Sentral) menaikkan tingkat bunga pinjaman. Dan sebaliknya
apabila pemerintah menghendaki jumlah uang beredar naik, maka Bank Sentral
menurunkan tingkat bunga pinjaman.
60
Gambar 6-7
Keseimbangan Umum Pasar Barang dan Pasar Uang
Misalnya keadaan sektor riil (pasar barang) digambarkan oleh kurva IS o dan
keadaan sektor moneter (pasar uang ) digambarkan oleh kurva LMo.
Tingkat bunga dan besarnya pendapatan nasional yang diperoleh dari
perpotongan kurva ISo dan kurva LMo adalah tingkat bunga (io) keseimbangan
dan pendapatan nasional (Yo) keseimbangan.
Apabila pemerintah melakukan kebijakan fiskal yang ekspansif (pengeluaran
pemerintah naik), maka kurva IS bergeser ke kanan atas naik menjadi IS 1.
Keseimbangan pada perekonomian akan berubah. Tingkat bunga keseimbangan
naik menjadi i1 dan pendapatan nasional keseimbangan naik menjadi Y 1.
Keadaan ini akan sebaliknya apabila pemerintah melakukan kebijakan fiskal
yang kontraktif.
Apabila pemerintah melakukan kebijakan moneter yang ekspansif (jumlah
uang beredar naik), maka kurva LM bergeser ke kanan bawah menjadi LM 1.
Akibat dari adanya kebijakan ini keseimbangan pada perekonomian akan
berubah. Tingkat bunga keseimbangan akan turun menjadi i 1 dan pendapatan
nasional akan naik menjadi Y1. Keadaan ini akan sebaliknya apabila pemerintah
melakukan kebijakan moneter yang kontraktif.
Untuk menentukan keadaan keseimbangan, baik di pasar barang maupun
dipasar uang dapat dilakukan dengan mencari titik potong antara persamaan
kurva IS dan persamaan kurva LM. Caranya adalah dengan mensubtitusikan
kedua persamaan tersebut.
Sebagai contoh, kita ambil persamaan kurva IS dan persamaan kurva LM
seperti contoh dibawah ini.
Persamaan kurva IS : Y = 640 – 800 i
Persamaan kurva LM : Y = 360 + 2000 i
Seperti yang telah dikemukakan di atas, untuk menentukan titik
keseimbangan pada dua pasar tersebut adalah dengan cara mensubtitusikan kedua
persamaan IS dan persamaan LM.
Y = 640 – 800 i
Y = 360 + 2000 i
0 = 280 – 2800 i
61
2800 I = 280
280
I= = 0,1 i = 10%
Y = 360 + 2000 i
= 360 + 2000 (0,1)
= 360 + 200
= 560
Jadi pendapatan nasional (Y) sebesar 560 dan tingkat bunga (i) sebesar 10%
adalah pendapatan nasional dan tingkat bunga yang menjamin keseimbangan
baik di pasar barang maupun di pasar uang. Atau dengan kata keseimbangan
umum terjadi pada pendapatan nasional sebesar 560 dan tingkat bunga sebesar
10%. Keadaan ini dapat digambarkan kedalam sebuah grafik, sebagai berikut:
Gambar 6-8
Keseimbangan Umum Pasar Barang dan Pasar Uang
62
63