Anda di halaman 1dari 2

Pertama, Pasal 24 UU KPK yang sebelumnya merupakan lembaga ad hoc independen yang

bukan bagian dari pemerintah kini menjadi lembaga pemerintah. Mulai dari kenaikan jabatan,
pengawasan hingga pelaporan kinerja akan melibatkan kementerian terkait. Konsekuensinya
tentu saja, KPK semakin rawan intervensi.

SOLUSI

SEHARUSNYA Independensi KPK harus tetap dijaga, mengingat sering adanya upaya
intervensi dari luar karena KPK harus dijaga sebagai lembaga yang independen yang bebas dari
pengaruh-pengaruh kekuatan politik” yang mana kepentingan politik tidak mencampuri urusan
pemberantasan korupsi. Sehingga KPK sebagai lembaga negara dapat berjalan dengan bersih
tanpa adanya campur tangan jabatan dari seorang atau jabatan yang bisa jadi adalah seseorang
yang diduga melakukan tipikor.

Kedua, sebelumnya sistem kontrol di internal KPK adalah melalui keputusan dan kepemimpinan
yang bersifat kolektif dan kolegial, namun melalui revisi UU, KPK harus diawasi oleh Dewan
Pengawas. Anggota Dewan Pengawas yang terdiri dari anggota DPR, pemerintah, dan
masyarakat ini akan dipilih oleh panitia seleksi untuk kemudian dilakukan fit and proper test oleh
DPR. Yang lebih menarik, penyadapan yang dilakukan oleh KPK dalam proses investigasi
tersangka korupsi juga harus melalui persetujuan Dewan Pengawas, dimana sebelumnya
penyadapan dapat dilakukan hanya dengan mengantongi izin dari pimpinan KPK. Dapat kita
bayangkan, penyadapan terhadap tersangka korupsi yang merupakan anggota DPR atau pejabat
negara hanya dapat dilakukan dengan persetujuan rekannya sesama anggota DPR dan pejabat
yang menduduki kursi Dewan Pengawas.

SOLUSI

Seharusnya lebih baik apabila ingin mengawasi KPK maka Dewan Pengawas bisa berasal dari
struktur lembaga lain atau dibuatkan lembaga khusus independen yang mana posisinya lebih
tinggi dari KPK. sehingga akan lebih jelas mengenai posisi dari pengawasan tersebut. Yang
mana lembaga tersebut bagian dari organisasi tapi selalu dituntut independen dan objektif.
Karena itu, agar berfungsi lebih efektif, lembaga pengawas ini harus memegang mandat yang
jelas, yang disepakati oleh para pemangku kepentingan (stakeholders) serta disetujui oleh
pimpin.

Ketiga, jika sebelumnya setiap penyelenggara negara wajib melaporkan Laporan Harta
Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) ke KPK, maka melalui revisi ini, KPK tidak lagi
mempunyai kewenangan tersebut. Dengan demikian, bagaimana cara pejabat negara
mengumpulkan harta kekayaan mereka selama ini tidak dapat lagi dipastikan, apakah melalui
cara yang bersih atau tidak.
Solusi

Seharusnya setiap penyelenggara negara wajib melaporkan Laporan Harta Kekayaan


Penyelenggara Negara (LHKPN) ke KPK agar untuk menjaga integritas agar tidak terlibat dalam
tindak praktik korupsi serta tidak menjadi kecurigaan dan sebagai proses transparansi sumber
kekayaan, Pegawai Negeri Sipil (PNS) termasuk juga pejabat negara perlu melaporkan jumlah
harta kekayaannya.

Keempat, KPK dahulu tidak mengenal Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3), namun
setelah pengesahan revisi UU tersebut, KPK dapat mengeluarkan SP3 untuk penyidikan dan
penuntutan yang belum selesai dalam waktu dua tahun. Realitanya, banyak kasus korupsi yang
kompleks dan menimbulkan kerugian negara yang besar, yang penyidikannya membutuhkan
waktu beberapa tahun. Misalnya saja kasus e-ktp, meski sudah ditetapkan beberapa tersangka,
namun KPK masih terus menyelidiki kemungkinan keterlibatan pihak lain.

Sebaiknya KPK tidak DIBERIKAN KEWENANGAN UNTUK MENERBITKAN sp3 t sebab


penyelidakan kasus korupsi merupakan kasus yang sangat luar biasa sehingga memerlukan
Penaganan yang butu kehati -hatian dan waktu yang lama untuk menuntaskan korupsi yang ada.
Karena dengan super kehati-hatian dalam menangani kasus korupsi maka pelaku korupsi tersebut
tidak akan lolos dari pengadilan.

Anda mungkin juga menyukai