Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

DASAR HUKUM UJI TIPE BERKALA KENDARAAN


BERMOTOR

DOSEN PEMBIMBING
Ricko Yudhanta, M.Sc

MATA KULIAH
Teknik Pengujian Kendaraan dan Perbengkelan

DISUSUN OLEH
Dinda Ardiani Batubara (2202086)

Politeknik Transportasi Darat Indonesia


STTD
KATA PENGANTAR

Dengan penuh rasa syukur, saya mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha
Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul "Dasar Hukum Tipe Kendaraan Bermotor" ini dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Teknik Pengujian Kendaraan dan Perbengkelan
yang diampu oleh Bapak Ricko Yudhanta, M.Sc saya berharap makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca, khususnya dalam memahami “DASAR HUKUM UJI
TIPE KENDARAAN BERMOTOR”.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi perbaikan
makalah ini di masa mendatang.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu masalah besar di Indonesia. Data dari
Korlantas Polri menunjukkan bahwa pada tahun 2022 terjadi 103.643 kecelakaan lalu lintas
dengan korban meninggal dunia sebanyak 25.266 orang. Salah satu faktor penyebab
kecelakaan lalu lintas adalah kondisi kendaraan yang tidak laik jalan.
Uji Tipe kendaraan bermotor merupakan salah satu upaya untuk memastikan
kelaikan jalan kendaraan bermotor
Dengan melakukan uji tipe, diharapkan kendaraan bermotor yang beroperasi di jalan
raya dalam kondisi laik jalan dan tidak membahayakan keselamatan pengemudi dan
pengguna jalan lainnya.
Pelaksanaan uji tipe kendaraan bermotor di Indonesia memiliki dasar hukum
yang kuat, antara lain:
1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (UU
LLAJ)
2. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan Bermotor (PP
55/2012)
3. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 33 Tahun 2018 tentang Pengujian Tipe
Kendaraan Bermotor (PM 33/2018)
Uji Tipe Kendaraan Bermotor di Indonesia memiliki dasar hukum yang kuat dan
merupakan salah satu syarat wajib bagi Kendaraan Bermotor yang dioperasikan di Jalan. Uji
Tipe bertujuan untuk memastikan bahwa Kendaraan Bermotor aman dan memenuhi
persyaratan teknis yang ditetapkan oleh pemerintah.
1.2 Perumusan Masalah
1. Apa saja peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang uji tipe kendaraan
bermotor?
2. Bagaimana isi dan makna dari peraturan perundang-undangan tersebut?
3. Bagaimana hubungan dan sinkronisasi antara peraturan perundang-undangan
tersebut?

1.3 Batasan Masalah


Agar tidak menyimpang dari permasalahan maka saya membatasi masalah hanya
terpusat pada jenis peraturan perundang-undangan yang membahas tentang uji tipe
kendaraan bermotor. Serta isi dari peraturan tersebut dan penerapannya.
1.4 Maksud dan Tujuan
Maksud

1. Menganalisis dan menjelaskan dasar hukum uji tipe kendaraan bermotor di


Indonesia.
2. Memahami mekanisme pelaksanaan uji tipe kendaraan bermotor di Indonesia.
3. Mengidentifikasi kendala dan hambatan dalam pelaksanaan uji tipe kendaraan
bermotor di Indonesia.
4. Menganalisis implikasi dan dampak dari uji berkala kendaraan bermotor terhadap
keselamatan lalu lintas di Indonesia.

Tujuan

1. Memberikan informasi yang komprehensif tentang dasar hukum uji berkala


kendaraan bermotor di Indonesia.
2. Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya uji berkala kendaraan
bermotor bagi keselamatan lalu lintas.
3. Mendukung upaya peningkatan keselamatan lalu lintas di Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Hukum dasar uji tipe kendaraan bermotor adalah seperangkat aturan dan
ketentuan yang menjadi landasan bagi pelaksanaan uji tipe. Aturan ini memastikan bahwa
kendaraan bermotor yang diproduksi, dirakit, diimpor, dan/atau didistribusikan untuk
diperdagangkan di Indonesia memenuhi standar keamanan dan emisi yang ditetapkan.
Pentingnya Memahami dan Mematuhi Hukum Uji tipe Kendaraan Bermotor:
Memahami dan mematuhi hukum uji tipe kendaraan bermotor merupakan hal yang
penting untuk memastikan keselamatan pengguna jalan, menjaga kualitas udara dan
kelestarian lingkungan, serta meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan.
Berikut beberapa tips untuk membantu Anda memahami dan mematuhi hukum uji tipe
kendaraan bermotor:
 Baca dan pelajari peraturan terkait dengan uji tipe kendaraan bermotor.
 Hubungi Dinas Perhubungan setempat untuk mendapatkan informasi dan bantuan
lebih lanjut.
 Pastikan kendaraan Anda telah lulus uji tipe sebelum dioperasikan di jalan raya.
 Laporkan jika Anda menemukan kendaraan yang tidak memiliki Sertifikat Uji Tipe.

2.2 Dasar Hukum Uji Berkala Kendaraan Bermotor


A. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang Berkaitan
dengan Uji Tipe Kendaraan Bermotor
I. Pasal 49 ayat (1) UU LLAJ menyebutkan bahwa setiap Kendaraan Bermotor yang dioperasikan
di Jalan wajib memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan.

II. Pasal 50 ayat (1) UU LLAJ menyebutkan bahwa persyaratan teknis dan laik jalan Kendaraan
Bermotor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (1) meliputi:

 Dimensi dan muatan


 Rem
 Lampu
 Klakson
 Knalpot
 Keamanan dan keselamatan
 Emisi gas buang
 Kebisingan
 Kecepatan
 Daya tahan
III. Pasal 53 ayat (1) UU LLAJ menyebutkan bahwa Kendaraan Bermotor yang dioperasikan di
Jalan wajib lulus Uji Tipe.

IV. Pasal 53 ayat (2) UU LLAJ menyebutkan bahwa Uji Tipe sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dilakukan oleh Penguji Kendaraan Bermotor yang ditunjuk oleh Menteri.

V. Pasal 53 ayat (3) UU LLAJ menyebutkan bahwa hasil Uji Tipe sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) berupa Sertifikat Uji Tipe.
VI. Pasal 54 UU LLAJ menyebutkan bahwa Kendaraan Bermotor yang tidak memenuhi
persyaratan teknis dan laik jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (1) dan tidak
lulus Uji Tipe sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (1) dilarang dioperasikan di Jalan.
B. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012
I. Pasal 48 ayat (1) PP 55/2012 menyebutkan bahwa setiap Kendaraan Bermotor yang
diproduksi, dirakit, diimpor, dan/atau didistribusikan untuk diperdagangkan di wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan.
Penjelasan Pasal 48 ayat (1):
Persyaratan teknis dan laik jalan Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
meliputi:
 Dimensi dan muatan
 Rem
 Lampu
 Klakson
 Knalpot
 Keamanan dan keselamatan
 Emisi gas buang
 Kebisingan
 Kecepatan
 Daya tahan
II. Pasal 49 ayat (1) PP 55/2012 menyebutkan bahwa Uji Tipe Kendaraan Bermotor
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat (1) dilakukan oleh Penguji Kendaraan Bermotor
yang ditunjuk oleh Menteri.
Penjelasan Pasal 49 ayat (1):
a) Penguji Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah badan usaha yang
telah mendapatkan izin dari Menteri untuk melaksanakan Uji Tipe Kendaraan Bermotor.
b) Pasal 49 ayat (2) PP 55/2012 menyebutkan bahwa Uji Tipe Kendaraan Bermotor sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) meliputi:
 Uji Tipe Kendaraan Bermotor untuk Kendaraan Bermotor baru; dan
 Uji Tipe Kendaraan Bermotor untuk Kendaraan Bermotor yang dimodifikasi.
Penjelasan Pasal 49 ayat (2):
a) Uji Tipe Kendaraan Bermotor untuk Kendaraan Bermotor baru sebagaimana dimaksud dalam
huruf a meliputi:
b) Uji Tipe Kendaraan Bermotor untuk Kendaraan Bermotor yang diproduksi di dalam negeri;
dan
c) Uji Tipe Kendaraan Bermotor untuk Kendaraan Bermotor yang diimpor.
d) Uji Tipe Kendaraan Bermotor untuk Kendaraan Bermotor yang dimodifikasi sebagaimana
dimaksud dalam huruf b meliputi:
e) Uji Tipe Kendaraan Bermotor untuk Kendaraan Bermotor yang dimodifikasi sehingga
menyebabkan perubahan dimensi, mesin, dan/atau kemampuan daya angkut; dan
f) Uji Tipe Kendaraan Bermotor untuk Kendaraan Bermotor yang dimodifikasi tidak
menyebabkan perubahan dimensi, mesin, dan/atau kemampuan daya angkut.
III. Pasal 50 PP 55/2012 menyebutkan bahwa hasil Uji Tipe Kendaraan Bermotor sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 49 ayat (1) berupa Sertifikat Uji Tipe.
Penjelasan Pasal 50:
Sertifikat Uji Tipe sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 merupakan bukti bahwa Kendaraan
Bermotor telah memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan.
Pasal 51 PP 55/2012 menyebutkan bahwa Sertifikat Uji Tipe sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50
berlaku selama 5 (lima) tahun.

Penjelasan Pasal 51:


Sertifikat Uji Tipe dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang sama dengan masa berlaku Sertifikat
Uji Tipe sebelumnya.

Pasal 52 PP 55/2012 menyebutkan bahwa terhadap Kendaraan Bermotor yang tidak memenuhi
persyaratan teknis dan laik jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat (1) dan tidak lulus Uji
Tipe sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (1) dikenai sanksi administratif berupa:
 Peringatan tertulis;
 Denda; dan
 Penarikan Kendaraan Bermotor dari peredaran.
Penjelasan Pasal 52:
Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dijatuhkan oleh Menteri.
C. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 33 Tahun 2018 tentang Pengujian Tipe Kendaraan
Bermotor (PM 33/2018) bertujuan untuk:
a) Menetapkan persyaratan dan tata cara pelaksanaan Pengujian Tipe Kendaraan Bermotor
b) Menjamin keselamatan dan laik jalan Kendaraan Bermotor
c) Melindungi konsumen dari Kendaraan Bermotor yang tidak memenuhi persyaratan
d) Meningkatkan daya saing industri otomotif nasional

PM 33/2018 mengatur tentang:


a) Jenis dan ruang lingkup Pengujian Tipe Kendaraan Bermotor
b) Persyaratan teknis dan laik jalan Kendaraan Bermotor
c) Tata cara pelaksanaan Pengujian Tipe Kendaraan Bermotor
d) Biaya Pengujian Tipe Kendaraan Bermotor
e) Tata cara penerbitan Sertifikat Uji Tipe

Bab I Ketentuan Umum:


a) Menjelaskan definisi dan terminologi terkait Pengujian Tipe Kendaraan Bermotor
b) Menetapkan menteri yang berwenang dalam Pengujian Tipe Kendaraan Bermotor
Bab II Jenis dan Ruang Lingkup Pengujian Tipe:

a) Mengklasifikasikan jenis Pengujian Tipe Kendaraan Bermotor berdasarkan:


b) Tipe Kendaraan Bermotor
c) Aspek yang diuji
d) Tahapan produksi
e) Menentukan ruang lingkup pengujian untuk setiap jenis Pengujian Tipe Kendaraan Bermotor
Bab III Persyaratan Teknis dan Laik Jalan:
Menetapkan persyaratan teknis dan laik jalan Kendaraan Bermotor berdasarkan:
a) Dimensi dan muatan
b) Rem
c) Lampu
d) Klakson
e) Knalpot
f) Keamanan dan keselamatan
g) Emisi gas buang
h) Kebisingan
i) Kecepatan
j) Daya tahan
Bab IV Tata Cara Pelaksanaan Pengujian Tipe:
Menjelaskan prosedur dan tahapan pelaksanaan Pengujian Tipe Kendaraan Bermotor, termasuk:
a) Pengajuan permohonan
b) Pemeriksaan dokumen
c) Pengujian fisik
d) Evaluasi hasil pengujian
e) Penerbitan Sertifikat Uji Tipe
Bab V Biaya Pengujian Tipe:
Menetapkan besaran biaya Pengujian Tipe Kendaraan Bermotor berdasarkan jenis dan ruang
lingkup pengujian
Bab VI Sertifikat Uji Tipe:
Menjelaskan tata cara penerbitan, pembatalan, dan penggantian Sertifikat Uji Tipe
Bab VII Pembinaan dan Pengawasan:
Menetapkan tugas dan wewenang menteri dalam pembinaan dan pengawasan Pengujian
Tipe Kendaraan Bermotor
Bab VIII Sanksi Administratif:
Menetapkan sanksi administratif bagi pelanggaran terhadap PM 33/2018
Bab IX Ketentuan Peralihan:
Mengatur ketentuan peralihan bagi Kendaraan Bermotor yang telah lulus Uji Tipe sebelum
PM 33/2018 diberlakukan
Bab X penutup:
Menjelaskan ketentuan penutup terkait PM 33/2018

2.3. Fungsi Dasar Hukum Uji tipe Kendaraan Bermotor


1. Melindungi Keselamatan Pengguna Jalan:
Uji tipe memastikan bahwa kendaraan bermotor yang dioperasikan di jalan raya aman dan
memenuhi standar keamanan yang ditetapkan. Hal ini membantu mengurangi risiko kecelakaan dan
meningkatkan keselamatan pengguna jalan.

2. Menjaga Kualitas Udara dan Kelestarian Lingkungan:


Uji tipe juga memastikan bahwa emisi gas buang kendaraan bermotor tidak melebihi batas
yang ditetapkan. Hal ini membantu menjaga kualitas udara dan kelestarian lingkungan.

3. Meningkatkan Kepatuhan terhadap Peraturan:


Hukum dasar uji tipe merupakan bentuk kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku. Hal ini
menunjukkan tanggung jawab dan kesadaran sebagai pengguna jalan.

4. Menghindari Risiko Sanksi:


Pelanggaran terhadap hukum dasar uji tipe dapat mengakibatkan sanksi, seperti denda dan
tilang. Memahami dan mematuhi hukum dapat membantu menghindari risiko sanksi dan denda.

5. Mempermudah Proses Pembelian dan Penjualan Kendaraan:


Kendaraan yang telah lulus uji tipe akan mendapatkan Sertifikat Uji Tipe. Sertifikat ini
merupakan salah satu syarat wajib untuk melakukan proses registrasi dan balik nama kendaraan.

6. Meningkatkan Kepercayaan Konsumen:


Konsumen akan lebih percaya terhadap keamanan dan kualitas kendaraan yang telah lulus uji
tipe. Hal ini dapat meningkatkan penjualan kendaraan dan daya saing industri otomotif.

7. Mendorong Inovasi Teknologi:


Hukum dasar uji tipe mendorong industri otomotif untuk mengembangkan teknologi
kendaraan yang lebih aman dan ramah lingkungan.

8. Menciptakan Persaingan yang Sehat:


Hukum dasar uji tipe menciptakan standar yang sama bagi semua produsen kendaraan
bermotor, sehingga mendorong persaingan yang sehat di industri otomotif.
Hukum dasar uji tipe kendaraan bermotor memiliki banyak fungsi penting yang bermanfaat
bagi semua pihak, termasuk pengguna jalan, produsen kendaraan bermotor, dan pemerintah

2.4 Sanksi Pelanggar Hukum Dasar Uji Tipe Kendaraan Bermotor


Pelanggaran terhadap hukum uji tipe kendaraan bermotor di Indonesia dapat dikenakan
sanksi, antara lain:
1. Pidana:
Pasal 277 UU LLAJ:
 Pidana penjara paling lama 1 tahun
 Denda paling banyak Rp 24 juta
Pasal 53 ayat (4) UU LLAJ:
Kendaraan Bermotor yang tidak lulus Uji Tipe dilarang dioperasikan di Jalan Petugas berwenang
dapat menyita Kendaraan Bermotor
2. Administratif:
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 33 Tahun 2018:
 Peringatan tertulis
 Denda
 Penarikan Kendaraan Bermotor dari peredaran
Besaran denda administratif:
 Kendaraan Bermotor roda dua: Rp 500.000
 Kendaraan Bermotor roda tiga: Rp 1.000.000
 Kendaraan Bermotor roda empat atau lebih: Rp 2.000.000
Contoh Kasus:
 Pada tahun 2023, seorang pengendara di Jakarta ditilang karena menggunakan sepeda
motor yang tidak memiliki Sertifikat Uji Tipe. Pengendara tersebut dikenakan denda sebesar
Rp 500.000.
 Pada tahun 2022, sebuah perusahaan otomotif di Jawa Barat dikenakan denda sebesar Rp 2
miliar karena terbukti memproduksi dan menjual kendaraan bermotor yang tidak lulus Uji
Tipe.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Uji Tipe Kendaraan Bermotor merupakan instrumen penting untuk memastikan
keselamatan dan laik jalan kendaraan bermotor di jalan raya. Uji Tipe memberikan manfaat
bagi semua pihak, termasuk pengguna jalan, produsen kendaraan bermotor, dan
pemerintah. Masyarakat harus selalu mengikuti perkembangan peraturan terkait dengan Uji
Tipe Kendaraan Bermotor dan memastikan bahwa kendaraan yang mereka gunakan telah
lulus Uji Tipe dan memiliki Sertifikat Uji Tipe.
3.2 Saran

1. Peningkatan Sosialisasi dan Edukasi:


Lakukan sosialisasi dan edukasi secara masif kepada masyarakat tentang pentingnya
uji tipe kendaraan bermotor melalui berbagai media, seperti iklan layanan masyarakat,
seminar, dan pelatihan.
Libatkan berbagai pihak, seperti pemerintah daerah, organisasi masyarakat sipil, dan
komunitas otomotif dalam upaya sosialisasi dan edukasi.
2. Penguatan Penegakan Hukum:
Tingkatkan intensitas patroli dan razia kendaraan bermotor untuk memastikan
kepatuhan terhadap aturan uji tipe.
Berikan sanksi tegas bagi pelanggar aturan uji tipe, baik dalam bentuk denda maupun
penilangan.
Optimalkan peran teknologi, seperti CCTV dan sistem tilang elektronik, untuk
membantu penegakan hukum.
3. Peningkatan Kapasitas Penguji Kendaraan Bermotor:
Lakukan pelatihan dan pengembangan secara berkelanjutan untuk meningkatkan
kompetensi dan profesionalisme penguji kendaraan bermotor.
Perkuat infrastruktur dan peralatan yang digunakan untuk pengujian kendaraan
bermotor.
Pastikan jumlah penguji kendaraan bermotor yang memadai untuk memenuhi
kebutuhan pengujian.
4. Penyederhanaan Prosedur Uji Tipe:
Lakukan kajian dan revisi terhadap peraturan dan prosedur uji tipe untuk
membuatnya lebih sederhana, efisien, dan transparan.
Manfaatkan teknologi informasi untuk mempermudah proses administrasi dan
komunikasi terkait uji tipe.
Berikan kemudahan bagi pelaku usaha dalam mengurus izin dan sertifikasi uji tipe.
5. Peningkatan Koordinasi dan Sinergi:
Perkuat koordinasi dan sinergi antarinstansi terkait, seperti Kementerian
Perhubungan, Kepolisian Republik Indonesia, dan Dinas Perhubungan di daerah.
Lakukan operasi gabungan untuk meningkatkan efektivitas penegakan hukum uji tipe.
Bangun sistem informasi terintegrasi untuk memudahkan pertukaran data dan
informasi terkait uji tipe.
Penerapan hukum uji tipe kendaraan bermotor yang efektif dan konsisten
 Meningkatkan keselamatan dan laik jalan kendaraan bermotor di Indonesia.
 Meminimalisir angka kecelakaan lalu lintas.
 Menjaga kualitas udara dan kelestarian lingkungan.
 Meningkatkan kepatuhan masyarakat terhadap peraturan.
 Meningkatkan daya saing industri otomotif nasional.

Anda mungkin juga menyukai