Aset tetap merupakan aset jangka panjang atau aset yang relatif permanen seperti tanah,
bangunan, gedung, dan peralatan. Tidak ada aturan standar menyangkut usia minimum yang
diperlukan bagi suatu aktiva agar bisa diklasifikasikan sebagai aset tetap. Menurut PSAK
(2009: 16.2) Aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi
atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau tujuan
administratif dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Banyak definisi
tentang aset tetap menurut beberapa ahli, Menurut Warren, et all (2008, 440) Aset tetap
(fixed assets) merupakan aset jangka panjang atau aset yang relatif permanen, dimiliki dan
digunakan oleh perusahaan serta tidak dimaksudkan untuk dijual sebagai bagian dari operasi
normal. Menurut Rudianto (2009, 276) Aset tetap merupakan barang berwujud milik
perusahaan yang sifatnya relatif permanen dan digunakan dalam kegiatan normal perusahaan
bukan untuk diperjualbelikan. Berdasarkan definisi berbagai sumber tersebut tentang aset
tetap, dapat disimpulkan bahwa aset tetap merupakan suatu aset yang mempunyai bentuk
fisik, mempunyai nilai yang relatif besar, dimiliki oleh perusahaan dan digunakan dalam
operasi normal perusahaan sehari - hari serta tidak untuk diperjualbelikan dan bersifat
permanen atau mempunyai masa guna lebih dari satu periode akuntansi.
1) Akuntansi Tanah
Tanah sebagai aset tetap. Akuntansi tanah pada prinsipnya mengikuti PSAK No.16
tentang Aset Tetap. PSAK tersebut perlu dilengkapi PSAK ini. PSAK ini berlaku bagi entitas
komersial dan Nirlaba. Entitas akuntansi menggunakan tanah sebagai aset tetap, barang
dagangan, bahan baku, investasi dan/atau aset lain-lain. Entitas akuntansi yang menggunakan
tanah sebagai aset tetap, terdiri dari berbagai jenis industri. Industri khusus yang diatur dalam
PSAK tertentu mengikuti pula pernyataan ini, sepanjang aset tetap tanah belum diatur secara
khusus.Tujuan pernyataan ini:
a) Perlakuan akuntansi dan pelaporan tanah sebagai aset tetap dan penyusutannya.
b) Perlakuan akuntansi dan pelaporan hak atas tanah sebagai Beban Tangguhan dan
amortisasinya.
PSAK ini mengatur akuntansi tanah sebagai aset tetap dan Beban Tangguhan untuk
pengurusan hukum hak atas tanah, sehingga tidak berkaitan dengan:
a. Tanah sebagai Barang Dagangan.
b. Tanah sebagai Bahan Baku Produksi.
c. Tanah sebagai Properti Investasi (dalam Pos Investasi).
d. Tanah sebagai Aset Lain-lain.
e. Aset Tetap Tanah-Hak Sewa Guna Usaha.
Pengertian Tanah
Tanah adalah aset berwujud yang diperoleh siap pakai atau diperoleh lalu
disempurnakan sampai siap pakai dalam operasi entitas dengan manfaat ekonomis lebih dari
setahun, dan tidak dimaksud untuk diperjualbelikan dalam kegiatan operasi normal entitas.
Beban Tangguhan karena pengurusan legal Hak Atas Tanah adalah biaya untuk
memperoleh semua hak yang diterbitkan oleh pemerintah berdasar peraturan perundang-
undangan. Jenis hak, batasan hak dan masa berlaku hak, tercantum secara eksplisit dalam
dokumen hak tersebut. Hak milik tak mempunyai batasan waktu kepemilikan,sehingga tidak
dapat dikelompokkan sebagai Beban Tangguhan, namun dikapitalisasi sebagai elemen biaya
Perolehan Tanah. Hak jenis lain diluar sertifikat hak milik mempunyai batasan waktu
berlaku, walaupun dapat diperpanjang dan atau diperbaharui. Berbeda dengan aktiva tak
berwujud lain, Beban Tangguhan yang timbul karena perolehan hak atas tanah terkait erat
pada keadaan fisik tanah.
Jangka waktu penggunaan aktiva tanah yang diharapkan dapat dicapai, atau
Jangka waktu jumlah unit produksi yang diharapkan dapat dihasilkan oleh
suatu aktiva tanah.
Masa berlakunya hak, bila hak tak dapat diperbaharui atau diperpanjang bila
butir c lebih pendek dari butir a atau b
Penyusutan Tanah
a) Kondisi kualitas tanah tak layak lagi untuk digunakan dalam operasi utama entitas.
b) Sifat operasi utama meninggalkan tanah dan bangunan begitu saja apabila proyek
selesai. Contoh aktiva tetap tanah dan bangunan di daerah terpencil. Dalam hal ini
tanah disusutkan sesuai perkiraan panjang jadwal operasi utama atau proyek
tersebut.
c) Prediksi manajemen atau kepastian bahwa perpanjangan atau pembaharuan hak
kemungkinan besar atau pasti tidak diperoleh.
Apabila disusutkan, tanah disajikan berdasarkan nilai perolehan atau nilai terbawa lain
sesuai revaluasi tanah atau PSAK tentang penurunan nilai aset, dikurangi akumulasi
penyusutan. Metode penyusutan berdasar PSAK 17 tentang Akuntansi Penyusutan, dipilih
sesuai pola pemanfaatan tanah dalam kegiatan usaha.
1) Tanah disumbangkan atau dihibahkan sebagian atau seluruhnya dikurangkan dari nilai
terbawa tanah dalam neraca, dengan mendebit laba rugi tahun berjalan disertai
pengungkapan yang diperlukan. Tanah disumbangkan harus dinyatakan dalam catatan
atas laporan keuangan disertai alasan dan pertimbangan ekonomik untuk entitas
komersial atau alasan sosial untuk entitas nirlaba.
Beban Tangguhan-Hak Atas Tanah terkait pada Tanah disumbangkan atau dihibahkan
seluruhnya dihapusbukukan dari neraca, dengan mendebit akun laba rugi tahun
berjalan. Beban Tangguhan-Hak Atas Tanah terkait pada Tanah disumbangkan atau
dihibahkan sebagian, tidak mengalami perubahan, selama peruntukan tanah tersisa tak
berubah.
2) Tanah diambil alih negara untuk kepentingan umum, dengan atau tanpa ganti rugi,
setelah kerugian kehilangan tanah dikurangi ganti rugi yang diterima atau
kemungkinan besar diterima, dibebankan pada laba rugi tahun berjalan.
3) Tanah yang secara fisik menyusut luasnya karena pengikisan alam, secara
proporsional mengurangi nilai terbawa aktiva tanah saat tanggal neraca, dan
dibebankan pada laba rugi tahun berjalan. Nilai terbawa disusutkan sesuai sisa
manfaat ekonomik atau legal yang lebih pendek.
4) Tanah yang tidak dimanfaatkan untuk operasi perusahaan, tak dapat disewakan dan
tak mempunyai nilai jual, dieleminasi dari neraca dengan cara membebankan pada
laba rugi tahun berjalan.
Apabila tanah tersebut masih mempunyai nilai jual, maka nilai terbawa diturunkan sampai ke
nilai neto realisasi penjualan konservatif.
Penyajian
Tanah disajikan sebagai bagian kelompok aktiva tetap berwujud. Semua hak atas tanah,
disajikan sebagai Beban Tangguhan-Hak Atas Tanah dalam neraca, terpisah dari Beban
Tangguhan lainnya.
PSAK 1 tentang pengungkapan kebijakan akuntansi tetap berlaku bagi aktiva tetap
tanah, untuk menjelaskan substansi pos tanah di neraca. Selain PSAK 16 paragraf 73-75 dan
PSAK 17 paragraf 12 dan 17, untuk tanah, informasi berikut ini harus diungkapkan dalam
catatan atas laporan keuangan:
Reklasifikasi status tanah dalam neraca harus diungkapkan, misalnya aktiva lain- lain
menjadi aktiva tetap tanah, persediaan tanah real estat menjadi aktiva tetap tanah, investasi
tanah menjadi aktiva tetap tanah, dan sebaliknya.
Informasi tentang Beban Tangguhan - Hak Atas Tanah harus diungkapkan, dalam
catatan atas laporan keuangan, terutama:
a) Keterkaitan dengan tanah tertentu, sejalan dengan pengungkapan pada paragraf 30.
b) Kebijakan amortisasi Beban Tangguhan dan alasan pemilihan kebijakan.
c) Bila perpanjangan atau pembaharuan hak tidak diperoleh, harus diungkapkan secara
khusus
Tanggal Efektif
Pernyataan ini berlaku efektif untuk penyusunan dan penyajian laporan keuangan yang
mencakupi periode laporan yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 1999. Penerapan
lebih dini dianjurkan.
2) Penurunan Nilai
Menurut PSAK 48, pada setiap akhir periode pelaporan, entitas menilai apakah terdapat
indikasi aset mengalami penurunan nilai. Jika terdapat indikasi tersebut, maka entitas
mengestimasi jumlah terpulihkan aset tersebut. Suatu aset mengalami penurunan nilai jika
jumlah tercatatnya melebihi jumlah terpulihkannya.
Terlepas apakah terdapat indikasi penurunan nilai, entitas juga:
1. Menguji penurunan nilai aset tak berwujud dengan masa manfaat takterbatas atau aset
takberwujud yang belum dapat digunakan, secara tahunan, dengan membandingkan
jumlah tercatatnya dengan jumlah terpulihkannya. Pengujian penurunan nilai ini dapat
dilakukan kapan saja dalam suatu periode tahunan asalkan dilakukan pada saat yang
sama setiap tahunnya. Aset tak berwujud yang berbeda dapat diuji penurunan nilainya
pada waktu yang berbeda. Akan tetapi, untuk aset tak berwujud yang baru diakui
dalam periode tahunan berjalan, aset takberwujud tersebut diuji penurunan nilainya
sebelum periode tahunan berjalan berakhir.
2. Menguji penurunan nilai goodwill yang diperoleh dalam kombinasi bisnis secara
tahunan.
Dalam menilai apakah terdapat indikasi bahwa aset mungkin mengalami penurunan nilai,
entitas minimal mempertimbangkan hal-hal berikut ini:
1. Terdapat indikasi yang diobservasi bahwa nilai aset telah turun secara signifikan
selama periode tersebut lebih dari yang diperkirakan sebagai akibat dari berjalannya
waktu atau pemakaian normal.
2. Perubahan signifikan dalam hal teknologi, pasar, akonomi atau lingkup hukum.
3. Suku bunga pasar atau tingkat imbal hasil pasar lain.
4. Jumlah tercatat aset neto entitas melebihi kapitalisasi pasarnya.
Jumlah terpulihkan merupakan jumlah yang lebih tinggi antara nilai wajar aset atau unit
penghasil kas dikurangi biaya pelepasan dengan nilai pakainya. Nilai wajar dikurangi biaya
pelepasan dan nilai pakai dari aset tidak selalu perlu ditentukan keduanya. Jika salah satu
jumlahnya melebihi jumlah tercatat aset, maka aset tersebut tidak mengalami penurunan nilai
dan tidak perlu dilakukan estimasi jumlah lainnya.
Elemen-elemen yang tercermin dalam penghitungan nilai pakai aset:
a. estimasi arus kas masa depan yang diharapkan entitas akan diperoleh dari aset;
b. harapan mengenai kemungkinan variasi dari jumlah atau waktu arus kas masa depan
tersebut;
c. nilai waktu uang, direpresentasikan oleh suku bunga pasar bebas risiko yang berlaku;
d. harga untuk menanggung ketidakpastian yang melekat pada aset
e. faktor-faktor lain, seperti ilikuiditas, yang akan dipertimbangkan oleh pelaku pasar
dalam menilai arus kas masa depan yang diharapkan entitas akan diperoleh dari aset
tersebut.
Jika dan hanya jika jumlah terpulihkan aset lebih kecil dari jumlah tercatatnya, maka
jumlah tercatat aset diturunkan menjadi sebesar jumlah terpulihkan. Penurunan tersebut
adalah rugi penurunan nilai. Rugi penurunan nilai segera diakui dalam laba rugi, kecuali aset
disajikan pada jumlah revaluasian sesuai dengan PSAK 16.
Jika jumlah estimasi rugi penurunan nilai lebih besar dari jumlah tercatat aset terkait,
maka entitas mengakui liabilitas jika dan hanya jika disyaratkan di PSAK yang lain. Setelah
pengakuan rugi penurunan nilai, beban penyusutan (amortisasi) aset disesuaikan di periode
masa depan untuk mengalokasikan jumlah tercatat aset revision, setelah dikurangi nilai residu
(jika ada), secara sistematis selama sisa umur manfaatnya.
Unit penghasil kas adalah kelompok aset terkecil teridentifikasi yang menghasilkan
arus kas masuk yang sebagian besar independen dari arus kas masuk dari aset atau kelompok
aset lain. Jika terdapat indikasi bahwa aset mungkin mengalami penurunan nilai, maka
jumlah terpulihkan diestimasi untuk aset individual tersebut. Jika tidak mungkin untuk
mengestimasi jumlah terpulihkan aset individual, maka entitas menentukan jumlah
terpulihkan dari unit penghasil kas yang mana aset tercakup. Jumlah terpulihkan dari aset
individual tidak dapat ditentukan jika:
1) nilai pakai aset tidak dapat diestimasi mendekati nilai wajarnya dikurangi biaya
pelepasan; dan
2) aset tidak menghasilkan arus kas masuk yang independen dari kelompok aset
lain.
Dalam kasus ini, nilai pakai dan jumlah terpulihkan, dapat ditentukan hanya untuk unit
penghasil kas aset.
Rugi penurunan nilai diakui unit penghasil kas jika dan hanya jika jumlah terpulihkan
dari unit tersebut lebih kecil dari jumlah tercatatnya.rugi penurunan nilai dialokasikan untuk
mengurangi jumlah tercatat aset dari unit tersebut dengan urutan sebagai berikut:
1. pertama, untuk mengurangi jumlah tercatat atas setiap goodwill yang dialokasikan
pada unit penghasil kas tersebut (kelompok unit); dan
2. selanjutnya, ke aset lainnya dari unit tersebut (kelompok unit) dibagi pro rata atas
dasar jumlah tercatat setiap aset dalam unit tersebut (kelompok unit).
Entitas menilai pada akhir setiap periode pelaporan apakah terdapat indikasi bahwa rugi
penurunan nilai yang talah diakui atas aset (selain goodwill) pada periode sebelumnya
mungkin tidak ada lagi atau mungkin telah menurun. Jika terdapat indikasi tersebut, maka
entitas mengestimasi jumlah terpulihkan aset tersebut. Rugi penurunan nilai yang telah diakui
dalam periode sebelumnya untuk aset selain goodwill dibalik jika dan hanya jika terdapat
perubahan estimasi yang digunakan untuk menentukan jumlah terpulihkan aset tersebut sejak
rugi penurunan nilai terakhir diakui. Jika demikian, jumlah tercatat aset dinaikkan ke jumlah
terpulihkannya. Kenaikan ini merupakan suatu pembalikan rugi penurunan nilai.
4) Pengungkapan
1. keberadaan dan jumlah restriksi atas hak milik, dan aset tetap yang dijaminkan untuk
liabilitas;
2. jumlah pengeluaran yang diakui dalam jumlah tercatat aset tetap yang sedang dalam
pembangunan;
3. jumlah komitmen kontraktual dalam perolehan aset tetap; dan
4. jumlah kompensasi dari pihak ketiga untuk aset tetap yang mengalami penurunan
nilai, hilang atau dihentikan yang dimasukkan dalam laba rugi, jika tidak diungkapkan
secara terpisah pada pendapatan komprehensif lain.
Jika aset tetap disajikan pada jumlah revaluasian, hal berikut diungkapkan:
https://alengwee.files.wordpress.com/2011/10/psak-47-akuntansi-tanah.pdf
https://www.scribd.com/doc/96149866/PSAK-47-Akuntansi-Tanah
https://alengwee.files.wordpress.com/2011/10/psak-47-akuntansi-tanah.pdf
https://accounting.binus.ac.id/2018/11/30/psak-48-penurunan-nilai-aset/#:~:text=Menurut
%20PSAK%2048%2C%20pada%20setiap,jumlah%20tercatatnya%20melebihi%20jumlah
%20terpulihkannya
https://accounting.binus.ac.id/2022/04/11/pengakuan-perolehan-dan-penghentian-aset-tetap-
berdasarkan-psak-16/
https://staff.blog.ui.ac.id/martani/files/2011/04/ED-PSAK-16.pdf