TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari bab ini, anda diharapkan:
1. Mampu menjelaskan karakteristik aset tetap pemerintah
2. Mampu menjelaskan gambaran umum sistem aset tetap pemerintah
3. Mampu menjelaskan standar akuntansi pemerintah atas aset tetap pemerintah
4. Mampu menjelaskan sistem akuntansi aset tetap
5. Mampu menjelaskan pelaporan aset tetap pemerintah.
PendAhuLuAn
A
set tetap merupakan aset yang biasa dimiliki baik oleh suatu pemerintah
atau sektor publik maupun perusahaan. Aset tetap perusahaan digunakan untuk
menghasilkan pendapatan perusahaan yang akan mendorong labanya. Oleh karena
itu, aset tetap tersebut sangat penting dan menentukan dalam suatu perusahaan baik
kuantitas atau nilainya.
Aset tetap pemerintah pada hakikatnya sama seperti aset perusahaan. Aset
tersebut tediri dari tanah, gedung dan bangunan, peralatan, mesin, dan sebagainya.
Namun, aset tetap pemerintah tidak semata-mata digunakan untuk menghasilkan
pendapatan, tetapi aset tersebut untuk kegiatan pemerintah dan pelayanan kepada
masyarakat.
Seperti disebutkan pada akuntansi persediaan, aset tetap dan persediaan
kemungkinan memiliki bentuk atau jenis aset yang sam seperti kendaraan. Perbedaan
aset tersebut terletak pada peruntukan dan masa manfaat aset tersebut. Apabila aset
A. kLAsifikAsi
Aset tetap di lingkungan akuntansi pemerintahan di Indonesia didefinisikan
sebagai aset berwujud yang memiliki masa manfaat lebih dari 12 bulan untuk
digunakan dalam kegiatan pemerinyahan atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum.
Yang termasuk dalam aset tetap menurut definisi akuntansi pemerintahan adalah:
1. Aset tetap yang dimiliki oleh entitas pelaporan umum namun dimanfaatkan
oleh entitas lain, misalnya universitas.
2. Hak atas tanah.
Berdasarkan PP 24 Tahun 2005, aset tetap diklasifikasikan berdasarkan kesamaan
dalam sifat atau fungsinya dalam aktivitas operasional entitas akuntansi.
Klasifikasi aset tetap tersebut adalah:
1. Tanah, termasuk diantaranya tanah yang diperoleh dengan masuk untuk
dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap
pakai.
2. Peralatan dan mesin, termasuk diantaranya mesin-mesin dan kendaraan
bermotor, alat elektronik, dan seluruh inventaris kantor, dan peralatan lainnya
yang nilainya signifikan dan masa pemanfaatannya lebih dari 12 bulan dan
dalam kondisi siap pakai.
3. Gedung danbangunan, mencakupseluruhgedung danbangunanyang diperoleh
dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasinal pemerintahan dan
dalam kondisi siap pakai.
4. Jalan, irigasi, dan jaringan mencakup jalan, irigasi, dan jaringan yang
dibangun oleh pemerintah serta dimiliki dan/atau dikuasai oleh pemerintah
dan dalam kondisi siap pakai.
5. Aset tetap lainnya, meliputi aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke
dalam kelompok aset tetap tersebut, yang diperoleh untuk dimanfaatkan
untuk kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap pakai.
6. Konstruksi dalam pengerjaan, mencakup aset tetap yang sedang dalam
proses pembangunan namun pada tanggal laporan keuangan belum selesai
seluruhnya.
Aset tetap yang tidak sedang digunakan untuk keperluan operasional pemerintah
tidak memenuhi definisi aset tetap dan harus disajikan di pos aset lainnya sesuai
dengan nilai tercatatnya.
Jurnal standar pada saat pengakuan suatu aset tetap di neraca adalah sbb:
Jurnal ini merupakan jurnal korolari atau ikutan pada saat mengakui belanja modal
untuk mengakui penambahan aset tetap yang bersangkutan.
Baik dalam akuntansi komersial maupun akuntansi pemerintahan di Indonesia,
pengukuran aset tetap dapat melalui 2 cara, yaitu menggunakan biaya perolehan
(historical cost) dan biaya wajar pada saat perolehan (fair value).
Pengakuan aset tetap menggunakan biaya perolehan digunakan apabila aset tetap
tersebut diperoleh dengan cara dibeli dari pihak ketiga atau dibangun sendiri. Biaya
perolehan terdiri dari harga belinya, termasuk bea impor dan PPN Masukan yang tidak
dapat direstitusikan, dan setiap biaya yang dapat diatribusikan ke aset tersebut untuk
membuat aset dalam kondisi siap digunakan. Contoh biaya yang dapat diatribusikan
adalah:
1. Biaya persiapan tempat.
2. Biaya pengiriman awal.
3. Biaya pemasangan.
4. Biaya profesional seperti arsitek atau insinyur.
Pengakuan aset tetap menggunakan nilai wajar pada saat perolehan digunakan apabila
informasi mengenai biaya perolehan tidak tersedia. Hal ini disebabkan aset tersebut
tidak diperoleh dengan cara dibeli dari pihak ketiga ataupun dibangun sendiri. Contoh
dari penggunaan nilai wajar adalah apabila aset tersebut merupakan aset donasi, aset
pertukaran, aset rampasan, dan lain-lain.
Tanah 400.000.000.000
Peralatan dan Mesin 50.000.000.000
Gedung dan Bangunan 150.000.000.000
Jalan, Irigasi, dan jaringan 250.000.000.000
Diinvestasikan pada aset tetap 850.000.000.000
Pengeluaran 500.000.000
Kas 500.000.000
Perolehan aset tetap dengan swakelola meliputi biaya terkait dengan perolehan
aset tetap tersebut yang dapat meliputi biaya tenaga kerja, biaya bahan, dan biaya
lain terkait dengan penyiapan aset tetap tersebut. Pencatatan aset tetap tersebut
sama dengan diatas.
Aset tetap yang berupa donasi atau rampasan dicatat dengan nnilai wajar pada
saat perolehan aset tetap tersebut. Nilai wajar dapat diperoleh dengan cara nilai
pasar atau taksiran oleh pihak yang kompeten yang dapat menggambarkan nilai
wajar yang andal. Pencatatan aset tetap dari donasi atau rampasan dilakukan
bersamaan dengan perolehan pendapatan hibah atau pendapatan lainnya yang
sekaligus dicatat sebagai belanja.
Contoh, pemerintah menerima hibah berupa kendaraan eks bantuan bencana alam
dengan nilai wajar sebesar Rp50 miliar. Akuntansi aset tetap tersebut bersamaan
dengan pendapatan hibah dan belanja sebagai berikut:
Pertukaran aset tetap yang tidak serupa dan nilai serta manfaat beerbeda dapat
dilakukan. Nilai perolehan aaset tetap yang baru adalah niali aset yang dilepas
ditambah dengan biaya dan pengeluaran kas untuk perolehan aset baru hasil
pertukaran tersebut.
Sebagai contoh, pemerintah menukarkan tanah dengan tanah beserta gedung
dan bangunannya. Nilai tanah yang ditukarkan adalah sebesar Rp300 juta, dan
pemerintah harus mengeluarkan uang sebesar Rp200 juta (Nilai tanah Rp300 juta
dan nilai gedung-bangunan yang lain. Pencatatan adalah sebagai berikut:
e. Akuntansi Penyusutan
Aset tetap pemerintah selain tanah dan kontruksi dalam pengerjaan dapat
disusutkan. Akuntansi penyusutan aset tetap dilakukan untuk memperoleh nilai
buku (book value) suatu aset tetap. Akuntansi penyusutan dilakukan tidak untuk
memenuhi prinsip matching cost against revenues seperti akuntansi penyusutan
suatu perusahaan. Hal ini disebabkan akuntansi pemerintah tidak mengenal laba/
rugi sehingga penyusutan tidak dicatat sebagai biaya penyusutan, tetapi dengan
mendebet akun “Diinvestasikan pada aset tetap”. Biaya penyusutan tidak dapat
dicatat karena biaya tersebut termasuk transaksi non tunai (non cash transaction)
yang tidak dapat diakomodasi dalam laporan realisasi anggaran yang berbasis
akuntansi kas.
Metode penyusutan dapat dilakukan dengan metode garis lurus (straight line
method), metode saldo menurun ganda (double declining balance methode), atau
metode unit produksi (unit of production method). Metode ini sama dengan
metode penyusutan aset tetap selain tanah pada suatu perusahaan.
Sebagai contoh, pemerintah menyusutkan kendaraan dengan cara garis lurus
dengan nilai penyusutan Rp50 juta. Penyusutan tersebut dicatat sebagai berkut:
masih dalam proses pembangunan. Sebagai contoh, gedung dan bangunan yang masih dalam
proses pengerjaan pada saat neraca disusun.
Akuntansi kontruksi dalam pengerjaann sama dengan akuntansi aset tetap pada
umumnya. Pengakuan kontruksi dalam pengerjaan diatur dalam PSAP No. 08
Paragraf 13, sebagai berikut:
“suatu benda berwujud harus diakui sebagai kontruksi dalam pengerjaan jika: (a)
besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomi masa yang akan datang berkaitan
dengan aset tersebut akan diperoleh; (b) biaya perolehan tersebut dapat diukur secara
andal; dan (c) aset tersebut masih dalam proses pengerjaan”.
Nilai kontruksi dalam pengerjaan adalah nilai perolehan sesuai dengan pekerjaan
yang dilakukan baik swakelola maupun yang dikerjaan oleh kontraktor. Nilai
kontruksi dalam pengerjaan yang swakelola meliputi biaya langsung dan biaya
yang dapat diatribusikan serta biaya lain yang terkait dengan kontruksi dalam
pengerjaan. Nilai kontruksi dalam pengerjaan melalui kontruksi meliputi nilai
pembayaran temin, kewjiban yang masih harus dibayar, dan klaim pihak ketiga
terkait dengan kontruksi dalam pengerjaan tersebut.
Sebagai contoh, pemerintah membangun gedung kantor dengan pembayaran
termin sampai dengan tanggal pelaporan adalah sebesar Rp400 juta dengan
tingkat penyelesaian 70%. Jurnal untuk mencatat gedung yang masih dalam
proses adalah sebagai berikut:
Dana tetap tersebut dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan yang
mengungkapkan penjelasan pos-pos aset tetap tersebut antara lain berupa dasar
penilaian, rekonsiliasi saldo dan mutasi aset tetap, informasi penyusutan, ekistensi dan
batasan hak milik, kebijakan akuntansi kapitalisasi, jumlah pengeluaran pos kontruksi
dalam pengerjaan, jumlah komitmen untuk akuisisi aset tetap, serta informasi lain
seperti aset bersejarah.
Aset tetap disajikan dalam kelompok aset tetap. Masing-masing tipe aset tetap
dikelompokkan dan disajikan sesuai dengan jenisnya. Berikut adalah contoh ilustratif
penyajian aset tetap.
2013 2012
ASET
ASET LANCAR
INVESTASI JANGKA PANJANG
ASET TETAP
Tanah 3.465.709.800 3.084.481.722
Peralatan dan Mesin 67.890.500 60.422.545
Gedung dan Bangunan 1.657.000.500 1.474.730.445
Jalan, Irigasi, dan Jaringan 976.570.000 869.147.300
Aset Tetap Lainnya 398.679.500 354.824.755
Akumulasi Penyusutan 0 0
Jumlah Aset Tetap 6.565.850.300 5.843.606.767
DANA CADANGAN 45.000.000 35.000.000
ASET LAINNYA 0 0
TOTAL ASET 7.834.465.900 6.964.647.513
EKUITAS DANA
EKUITAS DANA LANCAR
EKUITAS DANA INVESTASI
Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang 452.220.000 384.070.750
Diinvestasikan dalam Aset Tetap 6.565.850.300 5.843.606.767
Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 0 0
Utang Jangka Panjang -225.000.000 -265.000.000
Jumlah Ekuitas Dana Investasi 6.793.070.300 5.962.677.517
ringkAsAn
1. Aset tetap pemerintah merupakan aset berwujud yang dapat digunakan lebih
dari 12 bulan untuk kegiatan pemerintah maupun oleh masyarakat umum.
Misalnya, jalan raya, jembatan, lapangan, dan gedung-gedung yang dapat
digunakan untuk rakyat.
2. Akuntansi aset tetap meliputi catatan aset tetap pada neraca awal, perolehan
setelah neraca awal, penghapusan aset tetap, dan kontruksi dalam pengerjaan.
Akuntansi aset tetap tersebut berpengaruh terhadap akuntansi pendapatan dan
belanja.
3. Aset tetap dilaporkan dalam neraca sesuai dengan klasifikasi aset tetap
dengan akun penyeimbang “Diinvestasikan pada aset tetap” pada ekuitas
dana investasi. Nilai aset tetap dikurangi dengan akun akuntansi penyusutan.