Anda di halaman 1dari 5

Slide 1 Latar Belakang

Kegitan Praktik kerja merupakan bentuk aktivitas agar mahasiswa memiliki pandangan dan

gambaran tentang kebutuhan dunian kerja di industri saat ini. Mahasiswa diharapkan dapat melihat

secara langsung proses dan operasi yang terjadi ditempat pratik kerja lapangan dan juga ikut terlibat

dalam penanganan kasus tersebut baik secara langsung maupun memberi gagasan.

Alasan memilih LPKL Perumda Tirtawening sebagai tempat PKL adalah karena LPKL

merupakan tempat yang cocok untuk belajar karena terdapat berbagai jenis pengujian dan analisis yang

dapat dipelajari, seperti pengujian air, udara, dan tanah. Serta merupakan laboratorium yang sudah di

lengkapi beberapa instrumen pendukung yang dapat memudahkan pengujian.

Fenol biasanya banyak ditemukan pada limbah cair. Fenol pada limbah cair perlu dilakukan

pengujian karena fenol merupakan senyawa organik yang sangat beracun dan bersifat karsinogenik.

Fenol dapat menyebabkan kerusakan fungsi organ-organ tubuh serta cacat pada kelahiran bayi. Fenol

dapat ditemukan dalam beragam bidang industri seperti migas, farmasi, cat, elektronik bahkan rumah

sakit.

Slide 2 Sejarah LPKL

Dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat, Perumda Tirtawening Kota

Bandung bukan saja dituntut untuk dapat melayani penyediaan air minum dari sisi kuantitas air yang

didistribusikan kepada pelanggan, tetapi Perumda Tirtawening Kota Bandung juga dituntut untuk dapat

menjaga dan memperbaiki kualitas air minum baik secara fisika, kimia maupun mikrobiologi sehingga

dapat menumbuhkan rasa aman bagi pelanggan dalam memanfaatkan jasa penyediaan air minum yang

di selenggaran oleh Perumda Tirtawening Kota Bandung untuk kebutuhan sehari-hari.

Slide 5 Ruang Lingkup

a. Ruang lingkup pelayanan

Pada pelayanan pekerjaan yang disediakan oleh LPKL Perumda Tirtawening Kota Bandung

diantaranya terdiri dari penyediaan jasa konsultasi terhadap perencanaan monitoring dan audit

kesehatan lingkungan, pengujian, serta konsultasi mengenai hasil uji yang telah dilakukan.
b. Ruang lingkup pengujian

Ruang lingkup pengujian pada LPKL Perumda Tirtawening Kota Bandung dikelompokkan mejadi

bagian monitoring kualitas air dan udara.

• Kualitas air

Monitoring kualitas air merupakan kegiatan pemantauan terhadap contoh uji air, yang telah dilakukan

pengambilan sampling oleh pelanggan dan mitra, melalui pengujian contoh uji, baik di lapangan

maupun di laboratorium. Pengujian contoh uji air di LPKL tersebut dilakukan dengan pengukuran

beberapa parameter yaitu parameter fisika, kimia, dan mikrobiologi.

a. Parameter fisika

Ruang uji untuk parameter fisika di LPKL Perumda Tirtawening Kota Bandung dibagi menjadi

tiga ruangan, yaitu ruang uji parameter fisika untuk air kotor, fisika untuk air bersih dan Gravimetri.

b. Parameter Kimia

Ruang uji untuk Parameter kimia di LPKL Perumda Tirtawening Kota Bandung dibedakan

menjadi kimia organik dan anorganik. Parameter kimia organik yang di uji adalah COD, detergen

sebagai methylene blue active subtances (MBAS), fenol, zat organik (KMnO4) , dan DO, sedangkan

pada parameter kimia anorganik yang di uji adalah pH, kesadahan total (CaCO3), klorida (Cl-), sulfat

(SO42-), klorin bebas, ammonia (NH3), nitrat (NO3-), nitrit (NO2-), krom heksavalen (Cr-(VI)), belerang

sebagai H2S, fluorida (F-), besi (Fe), mangan (Mn) barium (Ba), tembaga (Cu), seng (Zn), nikel (Ni)

dan kobalt (Co).

c. Parameter Mikrobiologi

Parameter mikrobiologi yang diukur di LPKL Perumda Tirtawening Kota Bandung, terdiri dari

coliform, fecal coliform, dan Escherichia coli.

Slide 7 Tinjauan Pustaka

Fenol dapat berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan jika terpapar dalam jumlah

yang berlebihan. Oleh karena itu, pengukuran kandungan fenol dalam air dan lingkungan sangat

penting untuk memastikan keamanan dan kesehatan manusia dan lingkungan. Sehingga

pengujian fenol perlu dilakukan agar dapat mencegah masalah keamanan dan Kesehatan yang

dapat terjadi baik pada manusia maupun lingkungan.


Sensitivitas: Spektrofotometer dapat mendeteksi fenol dalam sampel dengan sensitivitas yang tinggi,

bahkan pada konsentrasi rendah sekalipun. Hal ini penting untuk memastikan bahwa pengujian dapat

mengidentifikasi fenol dalam jumlah yang sangat kecil, yang mungkin berpotensi membahayakan

kesehatan jika terdapat dalam air minum.

Presisi: Spektrofotometer dapat memberikan hasil pengukuran fenol yang presisi dan akurat. Ini

penting dalam memastikan bahwa hasil pengujian dapat dipercaya dan dapat diandalkan dalam

menentukan keamanan air minum bagi masyarakat.

Kecepatan: Penggunaan spektrofotometer umumnya lebih cepat dibandingkan dengan metode

pengujian konvensional lainnya. Ini memungkinkan untuk menguji sejumlah besar sampel dalam waktu

yang relatif singkat, yang penting untuk memastikan ketersediaan air minum yang aman dengan cepat.

Ketersediaan Metode Analisis: Metode analisis fenol menggunakan spektrofotometer telah terbukti

dan banyak tersedia dalam literatur ilmiah dan standar pengujian. Hal ini mempermudah implementasi

dan interpretasi hasil pengujian.

Keamanan: Spektrofotometer umumnya adalah instrumen yang aman dan mudah digunakan, terutama

ketika dioperasikan oleh personel yang terlatih dengan baik. Ini membantu mengurangi risiko kesalahan

dalam pengujian dan memastikan keselamatan personel laboratorium.

Tabel 1. Ambang batas kadar fenol dalam air limbah industry

Industri Kadar paling tinggi (mg/L)

Kayu lapis 0,25

Pengolahan obat tradisional atau jamu 0,2

Rokok dan/atau cerutu 0,5

Elektronika 0,5
Petrokimia hulu 0,5

Asam tereftalat (PTA) 1

Cat 0,20

Farmasi 1,0

Pestisida 2

Tekstil 0,05

Fasilitas pelayanan kesehatan yang melakukan

pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun 0,5

Slide 8 Prosedur Pengujian Fenol

Pengerjaan awal dilakukan dengan cara membuat larutan blangko, karena larutan blangko ini

nantinya akan dijadikan perbandingan dengan larutan sampel. Setelah analisis blangko dilakukan maka

pengujian pada sampel baru dilakukan dengan menambahkan 25 ml waterone. Kemudian

ditambahkan juga metil jingga sebanyak 3 tetes, perubahan warna yang terjadi akan

menunjukkan titik ekivalen dalam reaksi oksidasi fenol, sehingga metil jingga membantu dalam

penentuan kadar fenol dalam sampel air. Kemudian ditambahkan juga asam fosfat 1:9,

penambahan asam fosfat 1:9 pada pengujian fenol pada air bertujuan untuk menciptakan

lingkungan asam yang diperlukan dalam reaksi pembentukan senyawa kompleks antara fenol

dan zat pengindikator yaitu metil jingga.

Setelah itu sampel yang sudah ditambahkan dengan waterone, metil jingga dan asam fosfat 1:9 ,

kemudian di destilasi hingga didapat volume 100 ml. Destilasi pada pengujian fenol dilakukan untuk

memisahkan senyawa fenol dari sampel air atau larutan. Metode destilasi digunakan untuk pemurnian

dan pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan titik didihnya. Dalam konteks pengujian fenol,
destilasi dapat digunakan untuk memisahkan fenol dari komponen-komponen lain dalam sampel

air, sehingga memungkinkan untuk melakukan analisis kuantitatif terhadap fenol yang

terkandung dalam sampel tersebut.

Kemudian setelah di lakukan destilasi dan mengasilkan larutan fenol 100 ml. Larutan fenol

tersebut ditambahkan dengan dengan 1,25 ml NH4OH 0,5 N ; 2 tetes penyangga fosfat ; 0,5 ml amino

antipirin dan 0,5 ml kalium ferisianida. Penambahan NH4OH, penyangga fosfat, amino antipirin,

dan kalium ferisianida pada pengujian fenol bertujuan untuk membentuk senyawa kompleks

antara fenol dan zat pengindikator. NH4OH digunakan untuk menstabilkan pH larutan, penyangga

fosfat berperan dalam menjaga kestabilan pH selama reaksi, 4-aminoantipirin digunakan

sebagai reagen untuk membentuk senyawa kompleks, dan kalium ferisianida digunakan

sebagai zat pengoksidasi dalam reaksi pembentukan senyawa kompleks fenol.

Anda mungkin juga menyukai