id
SKRIPSI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN SKRIPSI
Pembimbing Utama
Nama : Maryani, dr., MSi.
NIP : 19661120 199702 2 001 ( ______________________ )
Pembimbing Pendamping
Nama : Nana Hoemar Dewi, dr., MKes.
NIP : 19570924 198601 1 001 ( ______________________ )
Penguji Utama
Nama : Hudiono, Drs., MS.
NIP : 19580206 198601 1 001 ( ______________________ )
Penguji Pendamping
Nama : Purwoko, dr., SpAn.
NIP : 19631018 199003 1 004 ( ______________________ )
Surakarta,
Sri Wahjono, dr., MKes., DAFK. Prof. DR. A. A. Subijanto, dr., MS.
NIP: 19450824 197310 1 001 NIP: 19481107 197310 1 003
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
ABSTRAK
ABSTRACT
PRAKATA
Segala puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah-Nya dalam menyelesaikan skripsi dengan judul “Daya
Hambat Madu Sumbawa Terhadap Pertumbuhan Kuman Staphylococcus aureus
Isolat Infeksi Luka Operasi RS Islam Amal Sehat Sragen”. Laporan skripsi ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penelitian skripsi ini tidak akan berjalan lancar tanpa dukungan,
bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti
mengucapkan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan selama pelaksanaan
dan penyusunan laporan skripsi ini kepada:
1. Prof. Dr. A. A. Subijanto, dr., MS., selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Maryani, dr., MSi dan Nana Hoemar Dewi, dr., MKes. selaku pembimbing
yang telah memberikan dukungan dan bimbingan untuk penyelesaian skripsi
ini.
3. Hudiono, Drs., MS. dan Purwoko, dr., SpAn. selaku penguji yang telah
memberikan kritik dan saran untuk perbaikan skripsi ini.
4. Sri Wahjono, dr., M.Kes, DAFK. selaku ketua Tim Skripsi beserta Staf
Bagian Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
5. Direktur Rumah Sakit Islam Amal Sehat Sragen atas izin dan kerjasamanya
dalam penelitian skripsi ini.
6. Keluarga besar Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret Surakarta atas bantuannya dalam penyelesaian penelitian
skripsi ini.
7. Propan HSM. dan Gregorius Raditya selaku teman seperjuangan atas bantuan
dan semangatnya dalam penyelesaian penelitian skripsi ini.
8. Pihak-pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat peneliti harapkan untuk
perbaikan di masa datang. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
PRAKATA ........................................................................................................ vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Perumusan Masalah .......................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ .... 4
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... .... 4
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 5
1. Infeksi Nosokomial .................................................................... 5
2. Staphylococcus aureus ............................................................... 7
3. Antibakteri ............................................................................... 10
4. Madu Sumbawa........................................................................ 12
B. Alur Pemikiran .............................................................................. 15
C. Hipotesis ........................................................................................ 15
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .......................................................................... 16
B. Lokasi Penelitian......................................................................... 16
C. Subjek Penelitian ........................................................................ 16
D. Teknik Sampling......................................................................... 16
E. Klasifikasi Variabel..................................................................... 16
F. Definisi Operasional .................................................................... 16
G. Alur Penelitian ............................................................................ 18
H. Alat dan Bahan Penelitian .......................................................... 19
I. Cara Kerja .................................................................................... 20
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
kelompok.......................................................................................... 22
Tabel 5. Hasil Uji One-Sample Test kelompok kuman isolat klinik .............. 26
Tabel 7. Hasil Uji T kelompok kuman isolat klinik dan isolat standar .......... 28
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Mikrobiologi
BAB I
PENDAHULUAN
pasien dengan penyakit kronik atau keadaan umum yang buruk sering terkena
Infeksi yang didapat di rumah sakit tersebut disebut sebagai infeksi rumah
jumlah kejadian terbanyak kedua setelah infeksi saluran kemih yaitu mencapai
semakin kompleks dengan tindakan manipulasi organ yang lebih besar dan
infeksi dekubitus, abses, atau luka bedah yang terinfeksi, septic phlebitis,
tradisional. Selain murah dan mudah didapat, obat tradisional memiliki efek
kimia (Fauziah, 1997). Salah satu produk alam yang digunakan sebagai obat
adalah madu. Madu adalah salah satu obat tradisional yang paling banyak
dibuat uji klinisnya karena khasiatnya yang beraneka ragam (Lelo, 2008).
Madu sebagai bahan berkhasiat obat sudah diketahui sejak zaman Yunani dan
dan Mesir menggunakan madu untuk perawatan luka, dan sejumlah besar
perawatan luka di dunia telah menggunakan madu yang belum diproses dari
peroksida yang dapat diaktifkan melalui proses dilusi. Hidrogen peroksida ini
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
nantinya akan bertindak sebagai antiseptik. pH asam pada madu (3,5-5,0) juga
digunakan pada daerah luka atau terbakar. Dalam penelitiannya tahun 1937,
Dold menunjukkan pengaruh madu sebagai zat antibiotik terhadap tujuh belas
dalam madu dijumpai pula dalam zat-zat yang dapat dilarutkan dalam ether
(Ahmad, 2008).
aureus isolat infeksi luka operasi di RS Islam Amal Sehat Sragen. Hasil
kesehatan masyarakat.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
B. Perumusan Masalah
Sragen?
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Aplikatif
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Infeksi Nosokomial
dirawat lebih lama dari masa inkubasi suatu penyakit. Infeksi nosokomial
juga bukan merupakan sisa dari infeksi sebelumnya dan tidak terdapat
(Zulkarnaen, 2006).
perilaku seluruh staf rumah sakit perlu mendapat perhatian khusus, agar
seperti dokter, bidan, perawat dan lain-lain dapat merupakan sumber atau
sebagai carrier dari bakteri tertentu yang berasal dari para pasien yang
nosokomial adalah dengan cara air-borne yaitu melalui udara, inhalasi, dan
(infeksi silang), yaitu dari satu pasien kepada pasien lainnya, atau dapat
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
terjadi secara self infection (infeksi diri sendiri) dimana kuman sudah ada
kulit, ketiak, selangkang, dan rambut. Kuman ini besar peranannya dalam
nosokomial yang lebih jarang, namun kedua jenis infeksi tersebut lebih
menelan banyak biaya dan memiliki angka mortalitas yang tinggi (Burke,
2003).
2. Staphylococcus aureus
buah anggur dan kokus yang berarti bulat. Kuman ini sering ditemukan
sebagai kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia.
Dapat menjadi penyebab infeksi baik pada manusia maupun pada hewan.
bahan klinik, karier, makanan, dan dari lingkungan (Staf Pengajar FK UI,
1994).
dapat berupa furunkel yang ringan pada kulit sampai berupa suatu piemia
a. Morfologi
yang tidak teratur mungkin sisinya agak rata karena tertekan. Diameter
kuman antara 0,8-1,0 mikron. Kuman ini tidak bergerak, tidak memiliki
Tumbuh dengan baik pada kaldu biasa pada suhu 37°C, batas-batas
adalah 7,4. Pada lempeng agar koloni berbentuk bulat, diameter 1-2 mm,
d. Struktur Antigen
jenis yang virulen disebut polisakarida A dan yang ditemukan pada jenis
(membunuh sel darah putih manusia dan kelinci), (3) Toksin Eksfoliatif
f. Patogenesis
ekstraseluler dan toksin serta sifat invasif strain tersebut (Brooks et al,
2007).
3. Antibakteri
Hal ini menyebabkan aktifnya enzim lisis dan menyebabkan lisis bila
lingkungan isotonik.
sel sehingga makromolekul dan ion dapat lolos dari sel dan
1. Metode dilusi
dan jarang dipakai, namun kini ada cara yang lebih sederhana dan
2. Metode difusi
Gram negatif 2-3 kali lebih lemah, begitu pula efek-efek toksisnya
4. Madu Sumbawa
Madu merupakan zat cair yang rasanya manis berasal dari nektar
bunga atau cairan lain dari bagian tanaman yang dikumpulkan lebah,
Madu merupakan larutan gula yang jenuh, yang sebagian besar terdiri
dari fruktosa (38.5%) dan glukosa (31%). Selain karbohidrat, madu juga
alkaloid. Setiap jenis madu dari sumber nektar yang berbeda memiliki
umum khasiat dan manfaat madu tersebut hampir sama (Judi, 2008).
atau antibakteri: (1) Kadar gula madu yang tinggi mampu menghambat
pH sekitar 3-4, dalam kondisi ini bakteri tidak mampu bertahan, (3)
madu tersebut berasal dari lebah liar yang hanya bisa di temukan di
bidara atau dalam bahasa lokalnya goal dan dalam bahasa latinnya
panas membuat kandungan air yang ada dalam Madu Sumbawa menjadi
B. Alur Pemikiran
Staphylococcus aureus
isolat infeksi luka operasi
Madu Sumbawa dalam media biakan
Variabel luar :
Umur madu
Sumbawa
Hidrogen
pH Peroksida Kandungan
asam gula tinggi
Variabel luar :
Merusak gugus Strain kuman
fungsional kuman
Merusak
Efek permeabilitas
antiseptik dinding kuman
C. Hipotesis
Sragen.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Lokasi Penelitian
C. Subjek Penelitian
D. Teknik Sampling
E. Klasifikasi Variabel
F. Definisi Operasional
1. Madu Sumbawa
menggunakan aquabides.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2. Pertumbuhan Kuman
3. Staphylococcus aureus
yang diperoleh dari infeksi luka operasi di RS Islam Amal Sehat Sragen.
Muller Hinton yang telah dibuat sumuran dan diisi Madu Sumbawa
dengan konsentrasi Madu Sumbawa 20%, 40%, 60%, 80%, 100% dan
telah diinkubasikan selama 18-24 jam dengan suhu 37°C. Variabel ini
berskala rasio.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
G. Alur Penelitian
Uji statistik
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
c. Lampu spiritus
d. Oshe kolong
f. Pipet mikron
g. Pipet ukur 1 ml
h. Penggaris
i. Gelas ukur
d. Media MSA
e. Madu Sumbawa
i. Amikacin disc
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
I. Cara Kerja
1. Persiapan awal
selama 24 jam. Bila hasil pada MSA + yang ditandai dengan perubahan
bentuk disc.
5. Pembuatan sumuran
dalam tabung reaksi yang berisi NaCl fisiologis steril, dikocok sampai
Bakteri diambil dengan kapas lidi steril, lalu diletakkan pada tepi
tabung reaksi kosong kemudian kapas lidi steril tersebut diputar agar bakteri
yang akan dioleskan tidak terlalu banyak. Setelah itu dioleskan pada agar
konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80%, 100% sebanyak 0,5 ml (rata-rata volume
37°C selama 18-24 jam. Zona hambatan yang terbentuk diukur dengan
masing kelompok dan Uji T untuk melihat adakah perbedaan yang signifikan
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
kelompok
Sampel
Sampel 1 0 0 10,05 12,60 14,00 18,50 0
(post laparotomi)
Dari tabel 1 kemudian dibuat rata-ratanya dan dibedakan antara kuman isolat
menggambarkan rata-rata zona hambatan pada kuman isolat klinis dan isolat
standar.
Zona Kepekaan
Hambat
Amikacin 24 ≤ 14 15-16 ≥ 17 Sensitif
B. Analisis Data
computer SPSS ( Statistical Product and Service Solution) 15,00 for Window
One-Sample Test
Test Value = 0
95% Confidence
Interval of the
Mean Difference
t df Sig. (2-tailed) Difference Lower Upper
Ny. P & Nn.N 4.654 6 .003 14.6964 6.9699 22.4229
Hipotesis:
One-Sample Test
Test Value = 0
95% Confidence
Interval of the
Mean Difference
t df Sig. (2-tailed) Difference Lower Upper
STANDAR 4.902 6 .003 15.9286 7.9782 23.8789
Hipotesis:
Karena p=0,003 maka H0 ditolak, jadi ada pengaruh Madu Sumbawa terhadap
isolat standar.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tabel 7. Hasil Uji T kelompok kuman isolat klinik dan isolat standar
Hipotesis:
diameter zona hambat kelompok kuman isolat klinik dan isolat standar.
Karena p=0,790 maka H0 diterima, jadi tidak ada perbedaan pengaruh Madu
BAB V
PEMBAHASAN
60%, 80%, 100%, dan aquabides sebagai kontrol negatif, serta Amikacin disc
Pada tabel 1 dapat dilihat hasil pengukuran diameter zona hambat yang
Staphylococcus aureus isolat klinik dan isolat standar. Rerata diameter zona
hambat yang terbentuk pada Madu Sumbawa konsentrasi 20% (16,50 mm pada
isolat klinik dan 10,95 mm pada isolat standar), 40% (23,60 mm pada isolat klinik
dan 14,00 mm pada isolat standar), 60% (19,05 mm pada isolat klinik dan 18,15
mm pada isolat standar), 80% (20,50 mm pada isolat klinik dan 20,10 mm pada
isolat standar), 100% (23,02 mm pada isolat klinik dan 25,50 mm pada isolat
standar), pada kontrol positif Amikacin disc (20,25 mm pada isolat klinik dan
22,80 mm pada isolat standar), sedangkan pada kontrol negatif aquabides tidak
ada zona hambatan (0,00 mm pada isolat klinik dan pada isolat standar).
dan isolat standar. Kemudian dilanjutkan dengan Uji T untuk melihat adakah
perbedaan yang signifikan antara pertumbuhan kuman isolat klinik dan isolat
konsentrasi.
konsentrasi.
Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa Madu Sumbawa konsentrasi 20% dan
Staphylococcus aureus yang diperoleh dari hasil usap infeksi luka operasi post
hasil usap infeksi luka operasi close fracture pedis sinistra sudah menunjukkan
daya hambat pada konsentrasi tersebut. Hal ini mungkin disebabkan saat
pembuatan suspensi kuman yang mengacu pada standar 0,5 Mc Farland tidak
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pada tabel 3 dan 4 dapat dilihat hasil uji sensitivitas antibiotik terhadap
fosfomycin dan amikacin. Hal ini sangat berbeda dengan hasil uji sensitivitas
hampir pada semua antibiotik yang digunakan dalam uji sensitivitas. Namun
nyatanya perbedaan hasil uji sensitivitas ini tidak bermakna secara statistik setelah
Dari hasil uji statistik dapat diambil kesimpulan bahwa Madu Sumbawa
Staphylococcus aureus isolat klinik yang diperoleh dari hasil usap infeksi luka
operasi RS Islam Amal Sehat Sragen dan kuman Staphylococcus aureus isolat
antibakteri: (1) Kadar gula madu yang tinggi mampu menghambat pertumbuhan
dan perkembangan bakteri, (2) Madu bersifat asam dengan pH sekitar 3-4, dalam
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
kondisi ini bakteri tidak mampu bertahan, (3) Madu mengandung senyawa
organik yang bersifat antibakteri antara lain inhibine dari kelompok flavonoid,
lainnya. Senyawa tersebut secara reaktif merusak gugus fungsi biomolekul pada
sel bakteri. Enzim katalase yang terkandung pada madu akan segera merombak
hidrogen peroksida (H2O2) yang telah digunakan untuk meracuni bakteri menjadi
hambat madu. Penelitian yang dilakukan oleh Tri Mulyowati, dkk (2005)
Warsito, dkk (2008) menunjukkan bahwa madu dengan konsentrasi 1% dan 2,5%
konsentrasi 5%, 10%, 25%, 50% menunjukkan diameter zona hambatan berturut-
BAB VI
A. SIMPULAN
Islam Amal Sehat Sragen, maka dapat diambil simpulan bahwa Madu
aureus.
B. SARAN
Sumbawa.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Agoes M.R, dkk. 1996. Infeksi dan Inflamasi (Umum dan Khusus) dalam Buku
Ajar Ilmu Bedah (R. Syamsuhidajat dan Wim De Jong, ed). Jakarta:
EGC. Hal: 3&70
Black J.G. 1999. Microbiology : Principles and Explorations. Prentice Hall, New
Jersey.
Brooks G.F, J.S Butel, S.A Morse., 2005. Jawetz, Melnick & Adelberg’s
Mikrobiologi Kedokteran (Medical Microbiology). Edisi 22. Jakarta :
Salemba Medika. Hal : 235.
Brook G.F, J.S Butel, S.A Morse., 2007. Jawetz, Melnick & Adelberg’s
Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 23. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Hal : 227-228.
Brooks G.F, J.S Butel, L.N Ornston., 1996. Jawetz, Melnick & Adelberg’s
Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Hal : 211.
Burke J.P. 2003. Infection Control : A Problem for Patient Safety. The New Eng J
of Med, Vol : 348, No :7;651-6.
Ilmiana A.R. 2008. Daya Antibakteri Madu Terhadap Infeksi Bakteri dari
Inokulat Pasien Abses Secara Invitro.
http://digilib.unej.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdl-grey-2008-astikarani
1115&PHPSESSID=7556b7345f7a0ef9e18c9ff28c80810c ( 20 Apri2009).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Judi. 2007. Manfaat Madu dan Variasi Jenis Madu Untuk Kesehatan.
http://www.indoforum.org/showthread.php?p=596871. (20 April 2009).
Simon A., Kirsten T., Santos K., Blaser G., Bode U., Molan P. 2008. Medical
Honey for Wound Care—Still the ‘Latest Resort’?. eCAM 175: 1-9.
Tjay, Tan Hoan. 1986. Obat-Obat Penting: Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek
Sampingnya. Jakarta
Triatmodjo. 1993. Sterilitas Udara Ruang Operasi dan Peralatan Bedah serta
Higiene Petugas Beberapa Rumah Sakit di Jakarta.
Http://www.kalbefarma.com/files/cdk/files/10SterilisasiUdara082.pdf. (3
Maret 2009)
aktivitas-antibacteri-madu-terhadap-bakteri-staphylococcus-aureus/. (18
April 2010)
Wati, R.T. 2006. Angka dan Pola Kuman pada Dinding dan Lantai RSUD
Pandan Arang Boyolali. FK UNS. Skripsi.
Wichaksana, A. 2000. Rekam Medis dan Kinerja Rumah Sakit . Cermin Dunia
Kedokteran No.129. Jakarta.