2. Persatuan
Nilai- nilai Sumpah Pemuda yaitu persatuan adalah prinsip utama yang membentuk
dasar Sumpah Pemuda. Menghormati perbedaan suku, agama, dan budaya menjadi
pondasi penting dalam menciptakan harmoni di tengah keragaman masyarakat
Indonesia.
Dengan mempertahankan semangat persatuan, kita mampu mengatasi potensi konflik
dan membangun masyarakat yang kokoh berdasarkan semangat kebersamaan.
2. Bagi Pelajar
Ilustrasi nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Sumpah Pemuda, sumber foto Mufid
Majnun on Unsplash
Sebelum membahas mengenai nilai-nilai luhur yang terkandung dalam
Sumpah Pemuda, maka kalian harus tahu lebih dulu mengenai bunyi dari
Sumpah Pemuda. Dikutip dari buku Makna Sumpah Pemuda karya Sri
Sudarmiyatun, (2012) dijelaskan bahwa bunyi sumpah pemuda adalah
sebagai berikut.
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu,
tanah air Indonesia.
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa
Indonesia.
Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa
Indonesia.
Dari pernyataan tersebut ada banyak sekali nilai-nilai luhur yang
terkandung di dalamnya dan pastinya dapat diterapkan dalam menjalani
kehidupan sehari-hari.
Berikut ini nilai-nilai luhur yang bisa diterapkan.
Nasionalisme
Sumpah Pemuda menegaskan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia. Semangat nasionalisme yang terkandung dalam Sumpah
Pemuda mengajarkan kita untuk mencintai tanah air Indonesia,
menjunjung tinggi kebhinekaan, dan memperjuangkan kemerdekaan
Indonesia.
Persatuan
Sumpah Pemuda mengajarkan kita bahwa persatuan adalah kunci
keberhasilan bangsa Indonesia. Persatuan yang dimaksud adalah persatuan
antar suku, agama, dan budaya. Dalam Sumpah Pemuda, pemuda-pemuda
Indonesia bersatu untuk memperjuangkan satu bangsa, satu bahasa, dan
satu tanah air.
Kerja Sama
Sumpah Pemuda mengajarkan pentingnya kerja sama dalam mencapai
tujuan bersama. Pemuda-pemuda Indonesia pada saat itu tidak hanya
bersatu dalam satu organisasi, tetapi juga bekerja sama untuk
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Toleransi
Sumpah Pemuda mengajarkan pentingnya toleransi antar suku, agama, dan
budaya. Pemuda-pemuda Indonesia pada saat itu memiliki latar belakang
sosial, agama, dan budaya yang berbeda-beda, tetapi mereka mampu
saling menghormati dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.
ADVERTISEMENT
Kebersamaan
Sumpah Pemuda mengajarkan pentingnya kebersamaan dalam
menghadapi tantangan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Kebersamaan
yang dimaksud adalah kebersamaan antar pemuda Indonesia dalam
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Kejujuran
Sumpah Pemuda mengajarkan pentingnya kejujuran dalam berbicara dan
bertindak. Pemuda-pemuda Indonesia pada saat itu tidak hanya berjanji
untuk bersatu, tetapi juga berjanji untuk menjunjung tinggi kejujuran dan
kebenaran.
Semangat Patriotisme
Sumpah Pemuda mengajarkan semangat patriotisme yang tinggi.
Semangat patriotisme yang dimaksud adalah semangat untuk
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan cinta pada tanah air
Indonesia.
Demikian adalah pembahasan mengenai jawaban dari pertanyaan sebutkan
nilai-nilai luhur yang terkandung dalam sumpah pemuda. (WWN)
Kongres Pemuda 1
Kongres pemuda yang pertama ini diadakan pada tanggal 30 April 1926
di Kawasan Lapangan Banteng, Jakarta, dipimpin oleh Mohammad Tabrani,
sementara Soemarmo ditetapkan sebagai wakilnya. Kongres ini dihadiri oleh
perwakilan-perwakilan dari Jong Java, Jong Islamieten Bond, Jong Sumatra
Bond, Jong Ambon, Sekar Rukun Jong Batak dan para Pemuda Theosofi.
Dari banyaknya organisasi pemuda yang muncul, maka banyak juga
pemikiran atau gagasan yang berbeda-beda, meskipun memiliki satu tujuan
yang sama yakni mencapai cita-cita bangsa. Salah satu upaya untuk
memperoleh kesatuan pendapat tersebut maka perlu dilakukan sebuah
pertemuan besar yang kemudian disebut Kongres Pemuda I. Kongres Pemuda I
bertujuan untuk membangkitkan semangat kerja sama antarorganisasi
pemuda. Kongres Pemuda I bertujuan untuk membangkitkan semangat kerja
sama antarorganisasi pemuda, sehingga menciptakan persatuan dan kesatuan.
Sejumlah tokoh yang menjadi pembicara dalam kongres ini yaitu
Sumarto, M. Tabrani, Muh. Yamin, Bader Johan dan Pinontoan. Kongres hari
pertama dibuka dengan pidato dari Ketua Kongres, Mohammad Tabrani, yang
mengungkapkan bahwa ada banyak cara untuk bisa membebaskan diri dari
penjajah. Oleh sebab itu, Tabrani meminta kepada seluruh peserta kongres
yang hadir untuk menjadi tonggak kekuatan bagi kemerdekaan Indonesia.
Mengenai kongres, Tabrani juga menyampaikan bahwa tujuan kongres yaitu
untuk membangkitkan semangat kerja sama antarperhimpunan Indonesia.
Setelah kongres dibuka, para wakil dari setiap perkumpulan dipersilakan untuk
menyampaikan pesan-pesan mereka.
Bahder Djohan menyampaikan bahwa tema perempuan juga sama
pentingnya untuk dibahas, seperti cita-cita politik dan ekonomi. Dalam sebuah
keluarga, perempuan yang berperan sebagai ibu dapat mulai mengajarkan rasa
cinta Tanah Air dan cinta bangsa kepada anak-anaknya. Maka dari itu, gagasan
tentang persatuan bangsa dapat dimulai dari perempuan di lingkungan
keluarga.
Selanjutnya, Nona Stientje juga menekankan bahwa walaupun
kedudukan perempuan di Indonesia tidak sama, tetapi ada satu hal yang sama,
yaitu desakan batin untuk mendapat kebebasan. Sama halnya dengan Nona
Adam, yang mengatakan bahwa perempuan bisa memilih mana yang paling
baik untuk menggerakkan emansipasi.
Lalu, dari Djaksodipoera menyampaikan pidatonya yang diberi judul
"Rapak Lumuh". Dalam pidato tersebut, ia mengatakan bahwa posisi
perempuan lemah dalam perkawinan, karena dapat sewaktu-waktu diceraikan
tetapi tidak dapat menceraikan suaminya. Oleh karena itu, Djaksodipoera
menuntut agar istri memiliki hak yang sama dengan suaminya.
Moh. Yamin berpidato soal bahasa yang ada di Indonesia, salah satunya
bahasa Melayu, yang menurutnya mudah dipelajari dan dapat disesuaikan
penggunaannya secara meluas. Oleh sebab itu, Moh. Yamin meyakini bahwa
bahasa Melayu dapat dijadikan sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia.
Selanjutnya, Pinontoan berpidato mengenai arti agama Islam dan Kristen
di Indonesia. Menurutnya, untuk mewujudkan persatuan bangsa, umat Muslim
dan Kristen perlu meninggalkan kefanatikan mereka akan agama. Pinontoan
menyatakan bahwa dalam gerakan persatuan, agama tidak boleh memiliki
peran secara langsung di dalamnya.