Anda di halaman 1dari 11

TUGAS FILSAFAT PANCASILA

MAKNA GOTONG ROYONG BAGI GENERASI MILENIAL DAN MEWUJUDKAN


DI NEGARA INDONESIA YANG BERPANCASILA

Disusun oleh:

Dika Rhisnawati

1823019003

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN BIMBINGAN KONSELING

UNIVERSITAS WIDYA MANDALA

SURABAYA

2019
MAKNA GOTONG ROYONG BAGI GENERASI MILENIAL DAN MEWUJUDKAN
DI NEGARA INDONESIA YANG BERPANCASILA

Abstrak: Gotong royong merupakan suatu bentul kerja sama antarindiviu, antara individu
dan kelompok, dan antarkelompok, dibutuhkan kepercayaan untuk melakukan kerja sama
dalam menangani permasalahan yang menjadi kepentingan bersama. Maka, lahirlah istilah
makna gotong royong sebagai pemersatu bangsa Indonesia. Di Era yang milenial ini, banyak
sekali anak muda yang tidak mengetahui makna gotong royong yang sebenarnya. Kemudian,
banyak yang mewujudkan dengan tindakan yang salah dan tidak ada aturan nya. Di negara
indonesia yang berpancasila ini, harusnya para milenial menjunjung tinggi arti gotong royong
sebenarnya. Para milenial harus mempunyai kualitas attitude yang baik, memahami nilai-nilai
pancasila yang terkandung, dan berkembang dengan baik untuk bangsa yang sejahtera.

Kata Kunci: Gotong royong, Milenial, Pancasila


PENDAHULUAN

Gotong royong merupakan suatu hal yang dapat dilakukan oleh setiap manusia di negara
Indonesia ini yang menjadi ciri khas dari bangsa Indonesia dari turunan nenek moyang kita
dahulu. Hal tersebut akan menimbulkan sikap sosial pada diri kita terhadap orang lain.
Gotong royong di negara Indonesia ini merupakan hal yang positif dan harus kita terapkan
sejak kecil, sikap tersebut akan membawa kita ke dampak yang baik dan mudah bersosialisasi
di negara Indonesia yang dewasa ini.

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang saling peduli satu sama lain. Tentunnya,
sangat mudah jika Indonesia yang berbagai macam daerah, suku, ras, dan budaya dapat saling
kenal satu sama lain, maka timbulah yang namanya “Gotong Royong”. Peran pemuda saling
diharapkan untuk negara Indonesia yang Dewasa Ini untuk membantu Indonesia mencapai
suatu gotong royong yang memuaskan bangsa Indonesia.

Prinsip tersebut akan sulit jika dibayangkan saja tanpa adanya tindakan. Gerakan memang
perlu dilakukan, apalagi di era milenial yang sekarang ini. Banyak sekali anak muda yang
sulit bergerak untuk kemajuan bangsa Indonesia. Maka Indonesia perlu adanya rencana untuk
para milenial mewujudkan gorong royong secara positif.

Dengan demikian pula, segala sesuatu akan lebih mudah diwujudkan jika satu individu
dengan yang lainnya mengerjakan kerjasama dengan makna gotong royong. Dengan adanya
generasi millenial sekarang ini, di era globalisasi ini, gotong royong sudah mulai memudar
untuk menuju ke arah yang positif. Masing masing individualisme tidak ada rasa peduli satu
sama lain. Maka dari itu, negara Indonesia yang dewasa ini harus membawa generasi
millenial ke arah yang lebih positif dan senantiasa memajukan kesejahteraan pribadi maupun
Indonesia dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan melalui gotong royong.
PEMBAHASAN

A. Realitas Gotong Royong dewasa ini

“kita mendirikan negara Indonesia, yang kita semua harus mendukungnya. Semua
buat semua! Bukan Kristen buat Indonesia, bukan Islam buat Indonesia, bukan
Hadikoesoemo buat Indonesia, bukan Van Eck buat Indonesia, bukan Nitisemito yang
kaya buat Indonesia, tetapi Indonesia buat Indonesia, semua buat semua! Jikalau saya
peras yang lima menjadi tiga, dan yang tiga menjadi satu, maka dapatlah saya satu
perkataan Indonesia yang tulen, yaitu perkataan ‘gotong royong’. Negara yang kita
dirikan haruslah negara gotong royong!” (Sekretariat Negara Republik Indonesia,
1995:82.)

Hal tersebut merupakan rangkuman Soekarno Hatta yang disebut sebagai Ekasila.
Soekarno mengatakan bahwa nilai-nilai dalam Pancasila berasal dari bumi Indonesia
sendiri. Fakta bahwa masyarakat Indonesia di berbagai tempat menjunjung tinggi nilai
kebersamaan membuat Soekarno merangkum Pancasila menjadi nilai gotong royong
itu sendiri.

Di Era yang milenial sekarang ini, banyak para warga Indonesia khususnya para
Mahasiswa memaknakan gotong royong yang salah. Di negara Pancasila ini, sulit
rasanya meluruskan makna gotong royong yang sebenarnya. Dengan semua yang
serba instan, para milenial tidak cukup mengerti artinya sebuah proses gotong royong
yang sebenarnya. Bahwa dewasa ini nilai gotong royong mulai memudar di
perkotaan.

Apa yang dimaksud memudar di perkotaan? Maksud dari hal tersebut adalah,
tindakan yang positif dalam arti bergotong royong mulai memudar di negara yang
berpancasila ini. Perilaku gotong royong mengalami banyak perubahan di Indonesia
ini. Di daerah perkotaan khususnya anak milenial yang tinggal di kota sudah semakin
jarang melakukan kegiatan gotong royong. Berbeda sekali antara kota dan desa.
Sebaliknya di pedesaan, masih banyak ditemukan perilaku gotong royong, baik untuk
kepentingan umum maupun pribadi.
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar, tetapi apa yang sebenarnya
mempersatukan rakyat Indonesia menjadi sebuah bangsa? Renan (1996: 52)
mengatakan bahwa suatu bangsa ada karena diikat oleh jiwa yang sama, yakni: masa
lalu yang sama (yaitu persamaan nasib yang sama ketika mengalami masa penjajahan)
dan hasrat untuk bersatu. Pendapat Renan inilah yang kemudian digunakan Soekarno
untuk menggelorakan semangat nasionalisme untuk mempersatukan bangsa
Indonesia. Nasionalisme Indonesia dibahasakan Soekarno dengan berkata bahwa
“Kita mendirikan negara Indonesia, yang kita semua harus mendukungnya, semua
buat semua!” (Sekretariat Negara Republik Indonesia, 1995:82). Soekarno selanjutnya
berkata bahwa “negara semua buat semua” ini merupakan negara gotong royong.
Nasionalisme Indonesia ternyata tidak bisa dilepaskan dari nilai gotong royong.

Suatu bangsa memiliki nilai-nilai tertentu sebagai ciri khasnya. Gotong royong
secara historis merupakan budaya asli Indonesia yang telah dipraktikkan oleh leluhur
bangsa mulai zaman kerajaan, penjajahan, merebut kemerdekaan, dan zaman awal
kemerdekaan. Budaya ini terbukto memberi konstribusi yang besar bagi terwujudnya
cita cita bersama. Nilai gotong royong terefleksikan dalam filosofi bangsa, yakni
Pancasila. Nilai Ketuhanan yang terkandung menjadi semangat yang diejawantahkan
dalam pola pikir, sikap, dan perilaku anggota warga masyarakat dengan saling
menjaga nilai-nilai kemanusiaan, berperilaku adil, mementingkan kepentingan
bersama ketimbang kepentingan adil, mementingkan kepentingan pribadi atau
golongan, dan mengembangkan budaya persatuan.

Ciri khas bangsa Indonesia adalah kegotongroyongannya. Soekarno menyebut


bahwa Indonesia adalah negara Gotong Royong. Gotong Royong demikian dimaknai
sebagai nilai yang amat tinggi oleh para pendiri negara ini, sehingga disebut pula
sebagai rangkuman dari Pancasila itu sendiri. Gotong royong juga dimaknai sebagai
sarana untuk mempersatukan berbagai macam perbedaan. Seperti hal nya Soekarno
sangat menjunjung tinggi nilai gotong royong dan sikap gotong royong.

B. Kasus Demo dengan kaitan gotong royong


Di Indonesia belakangan ini sering terjadi demo, terutama di kalangan pelajar
dan mahasiswa. Banyak mahasiswa yang tidak mengetahui makna gotong royong
yang sesungguhnya. Kala itu, Ibu Pertiwi sedang menangis bersusah hati melihat
negerinya Indonesia yang sedang berduka. Generasi milenial adalah generasi yang
tidak berpikir kritis dan panjang, yang dimana segala hal keputusan dan pemikiran
ditindaklanjuti secara instan tanpa adanya pola pola pikir yang positif. Sangat prihatin
apabila segalanya ditelan dengan mentah-mentah. Hal tersebut dapat menyebabkan
segala nya kacau, tidak tersruktur dan tidak rasional.
Seperti yang kita ketahui, kasus demo yang baru terjadi akhir-akhir ini adalah
terkait dengan penolakan UU KPK- RUU KUHP. Banyak pro dan kontra dalam kasus
tersebut. Niat dan usaha mahasiswa sangat bagus sekali, yaitu memiliki satu suara
terkait point yang dituntut kepada Presiden Jokowi. Mahasiswa diberi kebebasan
sebebas-bebasnya untuk mewakili suara rakyat. Mahasiswa di dukung oleh para
rakyat dan berdiskusi oleh para alumni kampus dan mendapat dukungan dari para
dosen dan harus turun ke jalan.
RUU KUHP menjadi kontrovesial yang dimana dalam undang-undang
tersebut terdapat banyak poin yang sangat sangat tidak disetujui oleh masyarakat.
Yang perlu diketahui, bahwa jika para mahasiswa dan masyarakat meneliti dan
menelaah dengan baik, maka apa yang terkandung dalam pasal-pasal tersebut adalah
bertujuan dengan baik.
Di negara Pancasila ini, mari kita berpikir kritis, berproses dan mencermati
berita yang keluar di Indonesia ini. Berpikir dulu, apa tujuan undang-undang tersebut
dikeluarkan. Seperti contohnya, salah satu isi RUU KUHP Pasal 417 ayat 1 berbunyi:
“setiap orang yang melakukan persetubuhan dengan orang yang bukan suami atau
istrinya dipidana karena perzinaan dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun
atau denda kategori II. Jika kita teliti, maka yang dimaksud dalam pasal tersebut
adalah “Jika ada yang melihat, melaporkan atau mengadu ke pihak yang berwajib.”
Memang benar, tujuan mahasiswa adalah untuk bergotong royong demi
kemajuan bangsa Indonesia yang berpancasila ini. Tetapi nilai gotong royong tersebut
salah jika tidak dilakukan dengan secara rasional dan tersruktur. Soekarno
mengusulkan musyawarah sebagai pelaksanaan prakitsnya. Soekarno mengusulkan
musyawarah sebagai pelaksanaan atas prinsip gotong royong tersebut:
“musyawarah berjalan dengan suasana kekeluargaan. Musyawarah berjalan
dengan suasana kegotongroyongan. Dan oposisi yang kita artikan di dalam sebelas
tahun lamanya itu akan lenyaplah.” (Soekarno: 1957:436)
Jadi, musyawarah harus ditegakkan saat akan melaksanakan segala sesuatu
supaya tidak terjadi kerusuhan dan proses tersebut dalam berjalan dengan lancar tanpa
adanya hambatan. Dalam proses tersebut, dapat timbulnya suatu sikap gotong royong
dan saling membantu satu sama lain. Soekarno bahkan meyakini bahwa semangat
gotong royong inilah yang memampukan semua pihak bekerja sama, terutama dalam
pemerintahan. Prinsip gotong royong ini kemudian membutuhkan jalan bagi
pelaksaan praktisnya. Hal tersebut sudah menjadi hal yang harus di patuhi dalam
negara Indonesia yang ber-Pancasila ini.
C. Perkembangan nilai gotong royong dari zaman ke zaman

Dari zaman ke zaman pasti nilai gotong royong akan semakin berkembang.
Soekarno mengatakan bahwa gotong-royong adalah nilai asli Indonesia. Hal ini
digarisbawahi oleh Soeharto dalam pidato kenegaraan mengenai GBHN pada 16
Agustus 1978 dengan mengatakan bahwa “gotong-royong merupakan ciri khas dan
pola hidup bangsa Indonesia.” Hal ini kemudian ditindaklanjuti dalam Seminar
Pengembangan Kebudayaan dalam rangka Pembangunan Nasional pada Juli 1978
dengan memasukkan gotong-royong sebagai perwujudan semangat kekeluargaan
dalam visi budaya Pancasila:

“Kekeluargaan: sebagai semangat, dalam artian anggota dalam masyarakat


pada hakikatnya tidak dilihat sebagai orang asing ataupun musuh, tetapi sebagai
saudara atau ‘seorang dari kita.’
Kekeluargaan mencerminkan sikap seseorang dalam tanggung jawab atas
kehidupan kebersamaan. Dalam konteks pengertian inilah tampak sikap hidup dalam
gotong-royong, pengayoman, dan, musyawarah”
Sebagai masyarakat, kita harus membangun sikap kekeluargaan di Negara yang
Berpancasila tidak pandang bulu siapapun itu, entah dari kalangan miskin maupun
kaya, mahasiswa maupun tidak. Indonesia pasti ingin memiliki Negara yang
bergotong royong dengan baik dan tidak anarkis. Maka dari itu kita harus mengetahui
perkembangan nilai gotong royong dri zaman ke zaman.
Abdurrahman (2007:1) dalam penelitiannya mengatakan bahwa dewasa ini nilai
untuk mengutamakan kepentingan masyarakat dan negara dalam semangat gotong-
royong serta kebersamaan diletakkan di tempat yang jauh lebih rendah daripada
kepentingan individual dan golongan. Rochmadi (2011:5) juga menemukan bahwa
dewasa ini nilai gotong-royong yang pernah didengungkan Soekarno mulai memudar
di perkotaan, tetapi secara kasuistik masih ada di wilayah pedesaan.
Generasi milenial harus memahami apa yang dikatakan orang orang pada jaman
dahulu saat memperjuangkan bangsa Indonesia. Banyak mahasiswa yang telah
terdoktrinj oleh omongan para pejabat yang salah kaprah, dalam arti mendukung yang
salah dan berpendapat dengan anarkis tanpa berpikir secara rasional. Maka sangat
diperlukan kita mengenggam erat prinsip pancasila. Sangat disayangkan sekali, demo
yang anarkis menyebabkan para mahasiswa tidak di dengarkan oleh para para pejabat
tinggi yang pada saat itu sedang dekmo di gendung DPR masing-masing kota.

Demo harus memiliki prosedur yang baik, yang dimana dapat didengarkan
aspirasi nya oleh para pejabat tinggi Negara. Milenial yang mudah terprovokasi oleh
yang lain menyebabkan tidak dapat berpikir panjang dan terjadilah tawuran bahkan
memakan korban jiwa. Kesatuan bangsa untuk semua adalah prinsip yang
dikedepankan. Tugas negara, dengan demikian, adalah mengelolanya, karena negara
ada demi menyejahterakan warganya. Negara ada bukan demi kekuasaan. Soekarno
bahkan lebih lanjut menunjukkan bahwa negara harus dikelola dalam semangat
kegotong-royongan.

D. Gotong royong di era milenial


Indonesia dikuasai oleh generasi milenial, yang dimana gotong royong
semakin jarang dilakukan dinegara yang berpancasila ini. Banyak sekali para pemuda
yang semakin anarkis, emosi menggebu nggebu, tidak berpikir rasional dan apa apa
harus serba instan. Hal yang perlu diketahui, segala sesuatu pasti memerlukan sikap
gotong royong, dimanapun berada, dan siapapun orangnya. Konteks gotong royong di
kasus ini adalah bahwa para milenial tidak memahami betul gotong royong yang baik
harus dilakukan dengan cara apa dan bagaimana.
Indonesia pada saat itu menangis perih melihat generasi yang sekarang ini,
sering melakukan tindakan dengan anarkis. Banyak korban jiwa yang direnggut oleh
generasi kita sendiri. Mengapa ? para milenial tidak memahami betul solidaritas
dalam gotong royong yang dewasa ini. Mari generasi di era yang milenial sekarang
ini, bangun Indonesia dengan kesadaran gotong royong yang positif. Tingkatkan iman
dan taqwa dalam menghadapi permasalahan di Indonesia. Jangan mengandalkan ego
dan hati yang sempit. Pasti Indonesia akan lebih maju!!
Indonesia yang dewasa ini, akan dikuasai oleh para milenial. Para milenial
harus cerdas dalam membangu gotong royong yang benar dan dewasa ini. Ingat
lambang pancasila, sebagai suatu kerukunan.
Di era yang milenial sekarang ini, kasus yang terjadi tidak hanya demo saja.
Banyak sekali para pemuda di Indonesia sekarang ini, tidak mengenal kerja bakti
dilingkungan masyarakat. Hendaknya, kita semua menerapkan gotong royong di
segala sesuatu apa yang kita kerjakan dan dimanapun kita berada. Entah di
lingkungan masyarakat, sekolah, maupun rumah.
Analisis filosofis menunjukkan bahwa gotong royong adalah filosofi hidup
yang mengakar lama dalam budaya Indonesia, dan kemudian diusulkan menjadi dasar
negara. Bangsa Indonesia dahulu memang belum berpikir mengenai suatu filsafat
yang sistematis bagi hidup bersama, akan tetapi nilai nilai filosofis yang berkembang
sejak dulu kala kemudian disistematisasi oleh Soekarno, dan kemudian diringkasnya
menjadi gotong royong.
Bangsa Indonesia terdiri dari ratusan suku bangsa. Setiap suku bangsa
mempunyai budayanya sendiri-sendiri yang menunjukkan kekhasannya. Masyarakat
Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari beraneka ragam suku,
agama, bahsa, kebudayaan, adat-istiadat, dan lain sebagainya. Wujudkan gotong
royong sesama manusia dan hidupkan solidaritas di negeri Indonesia yang dewasa ini.
Hampir setiap hari dalam media masa dijumpai berita tentang perilaku
beberapa pihak yang lebih suka mengedepankan kepentingan pribadi dan
kelompoknya. Krisis gotong royong ini kemudian diperparah oleh perilaku partai
politik yang ternyata lebih suka mengejar kekuasaan dan kepentingan sesaat daripada
memperjuangkan kesejahteraan rakyat. Lebih dari itu, kepentingan seperti itu bahkan
dibingkai dengan kepentingan agamis, bukan barang baru lagi bahwa ada isu untuk
mendirikan negara Indonesia atas dasar Islam oleh golongan tertentu. Mereka berpikir
seakan akan umat beragama lain harus tunduk pada agama mayoritas. Kerap terjadi
pula di negara ini kerusuhan antaretnis, kerusuhan bernuansa agamis, perkelahian
kecil yang akhirnya membesar karena kemudia dibakar oleh semangat kedaerahan/
keagamaan, terorisme, dan lain sebagainya.
Sebenarnya, kasus krisis gotong royong tidak dialami oleh para milenial saja,
melainkan di dunia politik yang hanya mengedapnkan kepentingan individualisme
saja. Banyak sekali para rakyat yang belum sejahtera hanya karena ego yang
dihasilkan dari para pejabat. Janji visi misi yang diberikan tidak sesuai dengan
kenyataan. Hanya modal kata kata saja agar terpilih, lalu tidak ingat apa yang ia ucap
pada saat menjadi calon.
Indonesia semakin menipisnya semangat kegotongroyongan nya. Jadi, kapan
Indonesia semangat dalam bergotong royong? Perlu adanya penanaman sejak dini arti
gotong royong yang sebenarnya. Lunturnya istilah gotong royong di negara pancasila
ini membuat nenek moyang sedih dan terpuruk. Dimana Indonesia yang dulu, ciri
khas sudah hilang. Maka dari itu, era Milenial harus memperbaiki kondisi Indonesia
yang berciri khas gotong royong. Jika para pemuda memiliki semangat juang yang
tinggi maka segala sesuatu pasti dapat dan bisa diperbaiki. Semangat Indonesia ku!!
DAFTAR PUSTAKA

Dewantara, Agustinus W, (2017), Alangkah Hebatnya Negara Gotong Royong (Indonesia


dalam Kacamata Soekarno), Yogyakarta: PT. KANISIUS.

Dewantara, A. (2017). Diskursus Filsafat Pancasila Dewasa Ini.

Anda mungkin juga menyukai