Anda di halaman 1dari 6

Nama : Sifa Cahyaningrum

Gugus : Samin

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Generasi milenial, yang mana dicirikan sebagai kaum muda, pengguna


aktif internet dan media sosial; harusnya terus mampu merajut persatuan
Indonesia, pasalnya saat ini dan yang akan datang, pusaran perubahan zaman
dengan revolusi Industri 4.0 akan semakin membesar serta pastinya membawa
dua hal yang bertolak belakang yakni kesempatan dan tantangan.

Penggagas Sobat Literasi Jalanan, Hardi Saputra (25) menjelaskan bahwa


keterlibatan generasi milenial dalam merajut persatuan bangsa ini adalah
tindakan yang harus terus digerakkan secara gotong royong dan terjaring melalui
semangat revolusi mental terutama dalam platform Gerakan Indonesia Bersatu.

Gerakan Indonesia Bersatu, sebagai bagian dari Gerakan Nasional


Revolusi Mental membutuhkan komitmen kita bersama untuk menjaga persatuan
bangsa dan negara ini, perbedaan identitas dan pandangan bukanlah penghalang
kita untuk bersatu dan maju,” kata Hardi di Palembang, Jumat, (21/12).

Sementara itu, Asisten Deputi Nilai dan Kreativitas Budaya, Kementerian


Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK),
menilai bahwa peranan kaum muda dalam menjaga Negara Kesatuan Republik
Indonesia adalah keharusan, karena di tangan mereka, masa depan dan kemajuan
bangsa ini akan berada dalam genggaman mereka.

"Persatuan Indonesia, jangan hanya cuma diucapkan, namun juga harus jadi
bagian dari keyakinan bersama bangsa ini, dipertahankan, dijaga dan selalu
dirajut oleh semua bangsa." Kata Alfredo.

"Nah para pemuda, yang kedepannya jadi generasi penerus bangsa harus
sadar betul bahwa estafet pembangunan bangsa, termasuk mempertahankan
persatuan Indonesia ini ada ditangan meraka, apalagi di masa depan, Indonesia
akan mendapatkan bonus demografi yang melimpah,” sambung Alfredo
menambahkan.
Gerakan Indonesia Bersatu adalah gerakan untuk mewujudkan perilaku
saling menghargai dan gotong royong untuk memperkuat jati diri dan karakter
bangsa, dengan beberapa fokus gerakan, di antaranya adalah peningkatan
perilaku yang mendukung kehidupan demokrasi Pancasila, peningkatan perilaku
yang toleran dan kerukunan intra dan antar umat beragama, peningkatan perilaku
yang mendukung kesadaran nasionalisme, patriotisme dan kesetiakawanan
sosial, peningkatan kebijakan yang mendukung persatuan dan kesatuan bangsa,
serta peningkatan dukungan terhadap inisaitf dan peran masyarakat di dalam
pembangunan.

bangsa, dan benua di seluruh dunia memiliki sejarahnya sendiri. Sejarah itu bisa
buruk atau baik, sesuai dengan apa yang terjadi di negara atau benua itu. Dengan
demikian, sejarah banyak negara dan benua di seluruh dunia ditandai oleh
konflik internal, pertengkaran, perselisihan, agresi, perang, dll. Di antara
penduduknya atau dengan konflik eksternal atau perang melawan negara lain.
Dampak dan konsekuensi dari konflik dan perang ini sangat banyak dan salah
satunya adalah pecahnya persatuan bangsa.

Pecahnya persatuan bangsa ini sangat berdampak pada keberlangsungan


pembangunan suatu negara. Ketika rakyat suatu negara enggan untuk bersatu dan
lebih memilih untuk menghabiskan waktunya dengan bersilisih membela hal-hal
yang sangat ia junjung tinggi, maka cita-cita negara tersebut untuk dapat maju
sulit untuk diwujudkan. Di sinilah letak pentingnya persatuan dan kesatuan
bangsa. Di Indonesia sendiri, pada masa penjajahan dan sebelum masa
kemerdekaan, ketika rakyat negeri ini diadu domba oleh pihak penjajah, yang
ada hanya konflik dan pertarungan yang berkepanjangan yang menyebabkan
sulitnya pembangunan Indonesia menuju arah yang lebih baik.

Barulah setelah Indonesia benar-benar memerdekakan diri, pemerintah


merancang program untuk keberlangsungan kemajuan di Indonesia. Kini kita
bisa menikmati hasil dari pembangunan nasional yang telah dirancang dan
dijalankan para petinggi negara pasca kemerdekaan Indonesia. Sarana dan
prasarana yang kini kita nikmati tak akan terwujud tanpa adanya semangat
persatuan seluruh bangsa Indonesia.

Itulah mengapa menjaga semangat persatuan ini sangatlah penting. Semangat


keberagaman ini tidak boleh terbelah kembali, khususnya dalam gelaran pemilu
2019 ini. Setiap kita pasti memiliki pasangan yang sangat kita jagokan, tapi di
atas segalanya, hal yang paling utama yang harus di kedepankan adalah menjaga
kesatuan bangsa.

Akan sangat disayangkan jika hanya karena perkara pemilihan umum kita
terpecah-belah dan saling berselisih sebab tanpa persatuan bangsa keberlanjutan
pembangunan nasional Indonesia mungkin hanya sekedar wacana. Untuk itu
marilah kita sukseskan Pemilu 2019 dengan damai dan bermartabat, mari kita
gunakan hak pilih kita dengan cerdas dan Lawan Hoax serta Tolak Golput untuk
Pemilu yang berkulaitas demi keberlanjutan Pembangunan nasional. Jaga
persatuan bangsa dengan semangat tolerasi dan nilai nilai luhur Pancasila.
Mari.kita sebarkan konten konten di Medsos yang menumbuhkan optimisme
bangsa guna menuju Indonesia Maju. Bicara kontribusi tak lepas dari makna
etimologi kata, yaitu sumbangsih yang diberikan seseorang untuk mencapai suatu
hal. Namun bagiku kontribusi adalah sebuah tanggung jawab, bukti nyata, juga
komitmen dalam mewujudkan mimpi. Ya, sebuah wujud gerakan pengaryaan
yang berdampak dan meluas bagi sekitar. Dan semua perjalananku dalam
memahami kontribusi ini dimulai semenjak aku menginjakkan kaki di dunia
perkuliahan, sebuah momentumku untuk memperlebar langkah dan mencurahkan
semangat dalam sebuah aspek kehidupan yang baru.

“Proses menjadi diri yang idealis dimulai dari kampus”

Perkenalkan Namaku Anggi Renaldy Pratama. Orangtuaku memberikan


nama tersebut mungkin agar aku bisa ingat selalu tanggal lahir dan tempat
lahirku. Anggi sebuah pengejawantahan dari Agustus Minggu Legi, sebuah pesan
agar aku dan terutama orang tuaku gampang mengingat bulan dan hari pasaran
Jawaku. Sedangkan Renaldy merupakan akronim dari Rembang Aku Dilahirkan,
sebuah nama yang mungkin didambakan orang tua ku agar aku terbentuk
menjadi pribadi yang tidak bisa melupakan sejarah. Ya, sejauh apapun aku
berpelesir ke kota dan destinasi yang indah, Rembanglah kabupaten kelahiranku.

17 Tahun kemudian dari kelahiranku, aku resmi menjadi mahasiswa. Ya,


menjadi seorang mahasiswa perantauan, bukan berarti menjadi mahasiswa yang
bisa foya — foya. Justru dengan berkuliah jauh dari keluarga, semakin
menambah semangatku untuk berkuliah. Untuk tidak menjadi mahasiswa yang
membebani orang tua dalam membiayai anaknya. Untuk tidak sekedar menjadi
mahasiswa pemburu nilai di kelas saja, namun juga pemburu nilai — nilai
kehidupan yang tersemat di setiap pembelajaran yang ada di kampus. Untuk
menjadi mahasiswa yang memiliki mimpi dan kegelisahan dalam membangun
dan menyejahterakan kampung halamannya.

Ke(Maha)siswaan

Selama keberjalanan aku berusaha untuk meningkatkan kapasitas sebagai


mahasiswa Teknik sipil, yang katanya garda terdepan pembangun bangsa. Aku
pun mengikuti beberapa aragam kegiatan dan organisasi di Kampus mulai dari
Resimen Mahasiswa, Persatuan Sepakbola, hingga menjadi Ketua Angkatan
Latihan Kepemimpinan Mahasiswa ITB Gel.2. Dengan banyak menggeluti
beberapa wahana kemahasiswaan yang ada, menjalankan amanah, mencoba
berkontribusi untuk bangsa ini, sebenarnya aku hanya berusaha untuk tetap
berada di luar zona nyamanku dan tetap bergerak. Aku ingin tetap geram,
jengkel, sedih, gelisah, dan marah melihat keadaan negeriku saat ini. Dengan
begitu, aku sebagai anak negeri ini akan tetap mencari jalan dan berjuang untuk
membenahi dan memajukan tanah air entah kini maupun nanti. Aku hanya
berharap menyiapkan diriku kelak. Karena aku yakin, suatu saat nanti indonesia
benar benar bisa menjadi negara yang maju dan rakyatnya hidup dalam
kesejahteraan.

“ Memang, kemahasiswaan adalah selembar kertas di buku bertajuk


“kehidupan”. Namun, selembar kertas itu dapat memberikan warna dan arah
untuk lembaran — lembaran kehidupan berikutnya. ”
Saat ini aku memegang amanah menjadi Ketua Umum HMS ITB, sebuah
himpunan yang berisikan mahasiswa Teknik sipil S1 ITB. Bagiku menjadi Ketua
Umum HMS ITB adalah membuatku sadar menjadi manusia yang bersiap
memperbaiki keadaan, tetapi bersiap pula untuk melihat bahwa perbaikan ini
tidak akan pernah sempurna dan ikhtiar itu tidak pernah selesai. Aku pun maju
dengan mengusung Visi “Merangkai HMS ITB menjadi Kontributor nyata
bangsa”. Sebuah harapan bahwa HMS ITB dapat menyediakan wadah untuk
angggotanya dapat berkembang menjadi pelopor — pelopor perjuangan di
bidangnya.

Menjadi Ketua Umum HMS ITB adalah sebuah langkah awal diriku
untuk memiliki kegelisahan dan mimpi tentang Rembang sebenarnya. Semua ini
kulakukan agar suatu saat aku bisa membangun Rembang lebih baik dari
sekarang. Ya, aku ingin menjadi seorang Bupati Rembang dan menciptakan
segala perkembangan yang dapat mesejahterakan rakyatnya. Karena aku putra
daerah, dan sudah kewajibanku yang diberikan kesempatan mengenyam
Pendidikan Tinggi untuk dapat kembali dan berkontribusi untuk Rembang secara
nyata. Dengan background ilmu sipil dan kemampuan memimpin dari HMS,
semoga kelak aku dapat menjadi sebuah garda terdepan pembangunan
mewujudkan mimpi mulia membangun kotaku ini.
DAFTAR PUSTAKA

https://revolusimental.go.id/kabar/milenial-harus-terus-merajut-
persatuan-indonesia

https://baliexpress.jawapos.com/read/2019/03/16/125451/pengar
uh-persatuan-terhadap-keberlanjutan-pembangunan-nasional

https://medium.com/@aldisono/hari-ini-adalah-kontribusiku-untuk-negeri-masa-
depan-c019876c7463

Anda mungkin juga menyukai