0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
89 tayangan6 halaman
Dokumen tersebut merangkum perjalanan pendidikan dan aspirasi penulis untuk berkontribusi pada pembangunan Indonesia. Penulis memiliki latar belakang pendidikan yang baik didukung oleh orang tua dan prestasi belajar. Visi penulis adalah menyelesaikan pendidikan sarjana tepat waktu, berkualitas, serta aktif dalam organisasi untuk mengharumkan nama Indonesia.
Dokumen tersebut merangkum perjalanan pendidikan dan aspirasi penulis untuk berkontribusi pada pembangunan Indonesia. Penulis memiliki latar belakang pendidikan yang baik didukung oleh orang tua dan prestasi belajar. Visi penulis adalah menyelesaikan pendidikan sarjana tepat waktu, berkualitas, serta aktif dalam organisasi untuk mengharumkan nama Indonesia.
Dokumen tersebut merangkum perjalanan pendidikan dan aspirasi penulis untuk berkontribusi pada pembangunan Indonesia. Penulis memiliki latar belakang pendidikan yang baik didukung oleh orang tua dan prestasi belajar. Visi penulis adalah menyelesaikan pendidikan sarjana tepat waktu, berkualitas, serta aktif dalam organisasi untuk mengharumkan nama Indonesia.
Indonesia sebagai sebuah negara menyiratkan kompleksitas aspek
kehidupan. Kehidupan berbangsa dan kehidupan bernegara bagi seluruh masyarakat yang bernaung di dalamnya. Bangsa Indonesia dalam perkembangannya didukung oleh potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang melimpah secara kuantitas. Di mana letak Indonesia terutama dalam tingkat pendidikannya di antara Negara-negara di dunia? Hal ini selanjutnya dapat menjadi refleksi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, sejauh manakah perkembangan bangsa ini secara kualitas. Sudahkah potensi yang besar bangsa ini dikelola dengan baik sehingga membuahkan timbal balik bagi peningkatan kesejahteraan bangsa itu sendiri? Sinergi antara masyarakat dan pemerintah Indonesia telah mewujud dalam berbagai upaya peningkatan kemajuan di kancah global dan kesejahteraan rakyat secara nasional. Hari ini, Presiden juga menegaskan upayanya dalam Sembilan agenda prioritas atau yang dikenal dengan Nawacita Presiden. Nawacita ke-5 yang dilansir di nasional.kompas.com bila saya simpulkan adalah upaya peningkatan mutu pendidikan untuk mendorong kesejahteraan agar semakin meningkat. Hal ini, sekali lagi mempertegas pentingnya pendidikan bagi pembangunan nasional. Selain itu, proyek ini menawarkan sebuah solusi atas permasalahan bangsa selama ini yaitu bahwa generasi unggul kebanggaan bangsa lah yang dibutuhkan untuk menjawab persoalan saat ini dan masa mendatang. Pendidikan dan Pembangunan: Korelasi Positif dan Sinergisme Pengalaman empiris telah membuktikan bahwa bangsa-bangsa yang telah menikmati kesejahteraan dan kemakmuran bagi rakyatnya adalah bangsa yang memulai pembangunannya melalui pendidikan meskipun mereka tidak memiliki sumber daya alam yang cukup. (Muhardi, 2004). Senada dengan hal tersebut, realitas memang memunjukkan bahwa kemajuan suatu bangsa tidak hanya dilatarbelakangi oleh kemajuan di sector pendidikan melainkan perlu adanya dukungan dari sector-sektor lain seperti tata kelola pemerintahan, kemandirian ekonomi dan lain sebagainya. Namun dari hal ini dapat diinterpretasikan faktor apa yang paling mendasar. Sebagaimana pelaku dari semua sektor adalah manusia atau dalam hal ini adalah masyarakat bangsa itu sendiri, maka membangun sumber daya manusia melalui pendidikan di berbagai lini sesuai dengan kapabilitas masing-masing merupakan jembatan untuk mewujudkan Indonesia unggul di masa datang dan secara internal meningkatkan bobot suatu bangsa. Partisipan yang Gigih dan Cerdas Menilik Peluang Dewasa ini, berakhirnya sebuah masalah akan disusul masalah-masalah baru. Sebagai contoh masalah ketertinggalan bangsa Indonesia dalam hal teknologi di awal abad 21 kemudian diselesaikan dengan merata nya implementasi teknologi seperti handphone dan jaringan internet bahkan hingga ke pelosok desa yang memudahkan akses informasi dan kecepatan sistem komunikasi. Namun kemudian muncul masalah sosial baru, kejahatan media, pornografi, hingga merosotnya semangat belajar di berbagai kalangan usia. Di sisi lain, sering kita jumpai generasi milenial ke-3 sekarang mulai kehilangan semangat untuk maju, berartian sebagai kesadaran disertai kerja dan upaya untuk memperbaiki diri sendiri menjadi pribadi yang lebih berkualitas serta berkontribusi dalam penuntasan permasalahan lingkungan. Hal ini tidak dapat dipungkiri telah memasuki tahap kritis. Fenomena tersebut menyampaikan pesan kepada kita bahwa pembangunan peradaban demi menyongsong Indonesia unggul dan maju merupakan sebuah proyek besar yang panjang. Lalu, siapa yang akan berkontribusi dan berpartisipasi dalam proyek tersebut? Menjawab pertanyaan siapa maka jawabannya adalah bahwa proyek pembangunan ini memerlukan peran dari setiap individu bangsa. Bagaimana track record individu tersebut yang selanjutnya menentukan. Baik mencakup faktor pendukung dan penghambat secara internal maupun eksternal. Proses ini yang akan menentukan produk sumber daya manusia, akan menjadi unggul atau uzur. Mendeskripsikan tentang aku bukan menjadi sarana unjuk diri semata sehingga dapat memotivasi ataupun menjadi pelajaran bagi orang lain namun lebih dari itu adalah sebagai bahan refleksi bagi diri saya sendiri. Saya masih teringat kisah dua tahun lalu, ketika saya berada di kelas dua tingkat SMA. Hingga saat itu, sebagian besar dari diri saya tidak bangga menjadi bagian dari Indonesia. Kemudian saya tersadar dengan kenyataan indahnya Indonesia, Negara berbudaya dan religius ditambah integrasinya di tengah multikulturalisme. Kesadaran saya ini adalah bentuk pengertian saya bahwa bukannya saya tidak suka dengan takdir menjadi bagian dari bangsa Indonesia namun rupanya hal tersebut merupakan bentuk kekecewaan. Kondisi Indonesia yang masih cukup tertinggal dibandingkan Negara lain serta yang terutama adalah adanya dekadensi di berbagai hal, moral dan etika, religiusitas, kualitas kualifikasi pendidikan, dan nasionalisme. Sebagaimana terjadinya konflik politis sampai mengaburkan fokus supremasi hukum dan sengkata antar agama serta lain sebagainya. Saya menangis memungkiri indahnya konsep Indonesia yang telah digagas oleh founding fathers. Kini terbenam di benak saya, jika aku belum bangga menjadi bagian dari Indonesia maka seharusnya aku bertanya kembali pada diriku mulai detik ini dan untuk masa-masa berikutnya, apa yang sudah aku berikan untuk Indonesia? Untuk mengharumkan namanya. Saya lahir dari orang tua yang sangat menginspirasi dan memotivasi bagi kehidupan saya. Ayah saya adalah seorang guru swasta dan ibu saya seorang ibu rumah tangga. Di tengah berkembangnya paradigma pragmatis, sedari kecil beliau berdua justru memberi wejangan yang bukan hanya berbeda dari paradigma itu, tapi juga memberi kekuatan untuk berjuang melawan arus tersebut. Ditanamkan kepada saya bahwa menuntut ilmu sangat diwajibkan bagi setiap muslim. Dari sini maka tujuan belajar saya sedari kecil adalah sebagai sarana ibadah selain itu juga untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk menempuh dan menjawab persoalan-persoalan zaman, terutama ayah saya menegaskan bahwa sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Maka bagaimana untuk menjadi seseorang yang demikian adalah mempersiapkan kualitas diri terlebih dulu. Kemudian menurut ibu saya, pertanggungjawaban kelak di akhirat adalah perseorangan maka saya dilatih untuk tidak fokus pada hal dan masalah yang menghambat progres kehidupan saya. Menjadikan halangan sebagai faktor untuk menguji ketahanan, integritas, dan besarnya semangat saya lalu memaafkan mereka yang menyakiti. Melakukan yang terbaik setiap saat dan membatu menyadarkan orang lain menjadi lebih baik, karena orang lain itu adalah kawan seperjuangan yang menentukan nasib peradaban ini ke depannya. Bersekolah di Madrasah Ibtidaiyah swasta favorit saat itu merupakan “amanah” yang cukup berat bagi orang tua saya dari segi finansial. Kondisi ini yang kemudian memotivasi saya untuk belajar giat demi memperoleh beasiswa yang dikeluarkan oleh pihak lembaga. Selain itu, motivasi lain adalah untuk bisa berbagi dengan teman-teman dan 4 adik kandung saya. Dari berbagai dukungan terutama doa kepada Allah, saya mendapat beasiswa penuh untuk 3 tahun sebagai peringkat pertama, sedangkan tiga tahun pertama saya berada dalam peringkat lima besar. Pengalaman berorganisasi menjadi penting untuk dapat berbagi dengan orang lain. Saya aktif dalam kepengurusan kelas dan kepramukaan serta tim dokter kecil. Selain itu, saya kerap menjadi delegasi sekolah ataupun kecamatan di tingkat kabupaten untuk perlombaan seni baca Quran, penulisan dan pembacaan puisi, dan Olimpiade sains (MIPA). Di tingkat SMP selain menjadi delegasi Kabupaten Jombang untuk OSN Fisika, saya mencoba ikut berbagai kompetisi public speaking seperti pidato bahasa inggris. Dan di tingkat SMA prestasi saya mulai beroirentasi pada lomba kepenulisan. Hal ini karena saya ingin memberikan solusi atas permasalahan masyarakat dan lingkungan yang buahnya dapat dirasakan secara langsung. Pola tersebut di atas terus berulang hingga detik ini. Kini saya melanjutkan studi di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, program studi Fisika. Saya merupakan satu partikel dari banyak partisipan yang berpartisipasi dalam proyek pembangunan peradaban bangsa dan Negara Indonesia sesuai posisi dan kapabilitas masing-masing. Saya berharap memiliki tempat untuk ikut mendukung Indonesia pada bidang sains dan riset ataupun peningkatan mutu pendidik. Hal ini terutama karena kondisi masyarakat di kota asal saya, Jombang dan secara khusus Kecamatan Bareng masih tertinggal dalam hal pendidikan dan ekonomi. Kecamatan Bareng merupakan kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk per-September 2013 sebanyak 61.217 jiwa dan tahun 2018 sebanyak 4.703 kepala keluarga adalah pra sejahtera. Berharap mampu memperbaikinya di masa mendatang dan mempelajari hal terkait problematika dan program studi yang saya pilih, kini saya aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas (UKM F) Forum Kajian Islam dan Sains Teknologi yang berfokus pada kajian, riset, dan kepenulisan ilmiah. Visi saya ke depan adalah menjadi pribadi yang berkualitas secara moral, religiusitas, dan intelektual serta bermanfaat bagi orang lain. Hal ini selaras dengan pernyataan Daniel Goleman dalam karyanya, Emotional Intelligance, mengatakan bahwa kecerdasan intelektual hanya memberikan kontribusi dalam keberhasilan hidup seseorang 20% (Wahyudi & dkk., 2017). Selain itu, juga sebagai amanah bagi saya untuk berkontribusi mengharumkan Indonesia. Sehingga, misi saya dalam 3 tahun ke depan yaitu untuk menyelesaikan program S1 tepat waktu dan berkualitas serta aktif dalam organisasi kemahasiswaan dan kemasyarakatan. Mengutip kata bijak, “Bangsa yang besar adalah bangsa yang tak lupa akan sejarahnya”, kita ambil simpulan bahwa Indonesia yang religius, beradab, dan berbudaya dengan didukung kualitas dan intelektualitas di masa lampau harus menjadi refleksi untuk Indonesia jaya di masa mendatang. Generasi unggul merupakan solusi strategis bagi problematika multidimensional dan mendobrak bangsa mewujudkan Indonesia yang unggul. Siapa pun anda adalah “aku” dalam wacana ini. Anda memegang amanah untuk berproses dan menyiapkan diri menjadi unggul. Daftar Pustaka
(2018, Februari 06). diakses pada April 17, 2018, dari
Lopulalan, H. (2014, Mei 21). News. diakses pada April 17, 2018, dari Kompas: https://nasional.kompas.com/read/2014/05/21/0754454/.Nawa.Cita.9.Agenda.Prioritas .Jokowi-JK
Muchtar. (2014). Rencana Strategis Kecamatan Bareng 2014-2018. Jombang:
Pemerintah Kecamatan Bareng.
Muhardi. (2004). Kontribusi Pendidikan Dalam Meningkatkan Kualitas Bangsa Indonesia.
Mimbar, Vol.20 No.4 , 478-492.
Wahyudi, Y., & dkk. (2017). Sosialisasi Pembelajaran : Menjadi Mahasiswa
Visioner di UIN Sunan Kalijaga . Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.