Anda di halaman 1dari 6

Aku Generasi Unggul Kebanggan Bangsa Indonesia

Ditulis oleh: Churun Jauharoh Al-Aryachiyah

Indonesia sebagai sebuah negara menyiratkan kompleksitas aspek


kehidupan. Kehidupan berbangsa dan kehidupan bernegara bagi seluruh
masyarakat yang bernaung di dalamnya. Bangsa Indonesia dalam
perkembangannya didukung oleh potensi sumber daya alam dan sumber daya
manusia yang melimpah secara kuantitas. Di mana letak Indonesia terutama dalam
tingkat pendidikannya di antara Negara-negara di dunia? Hal ini selanjutnya dapat
menjadi refleksi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, sejauh manakah
perkembangan bangsa ini secara kualitas. Sudahkah potensi yang besar bangsa ini
dikelola dengan baik sehingga membuahkan timbal balik bagi peningkatan
kesejahteraan bangsa itu sendiri?
Sinergi antara masyarakat dan pemerintah Indonesia telah mewujud dalam
berbagai upaya peningkatan kemajuan di kancah global dan kesejahteraan rakyat
secara nasional. Hari ini, Presiden juga menegaskan upayanya dalam Sembilan
agenda prioritas atau yang dikenal dengan Nawacita Presiden. Nawacita ke-5 yang
dilansir di nasional.kompas.com bila saya simpulkan adalah upaya peningkatan
mutu pendidikan untuk mendorong kesejahteraan agar semakin meningkat. Hal
ini, sekali lagi mempertegas pentingnya pendidikan bagi pembangunan nasional.
Selain itu, proyek ini menawarkan sebuah solusi atas permasalahan bangsa selama
ini yaitu bahwa generasi unggul kebanggaan bangsa lah yang dibutuhkan untuk
menjawab persoalan saat ini dan masa mendatang.
Pendidikan dan Pembangunan: Korelasi Positif dan Sinergisme
Pengalaman empiris telah membuktikan bahwa bangsa-bangsa yang telah
menikmati kesejahteraan dan kemakmuran bagi rakyatnya adalah bangsa yang
memulai pembangunannya melalui pendidikan meskipun mereka tidak memiliki
sumber daya alam yang cukup. (Muhardi, 2004).
Senada dengan hal tersebut, realitas memang memunjukkan bahwa
kemajuan suatu bangsa tidak hanya dilatarbelakangi oleh kemajuan di sector
pendidikan melainkan perlu adanya dukungan dari sector-sektor lain seperti tata
kelola pemerintahan, kemandirian ekonomi dan lain sebagainya. Namun dari hal
ini dapat diinterpretasikan faktor apa yang paling mendasar. Sebagaimana pelaku
dari semua sektor adalah manusia atau dalam hal ini adalah masyarakat bangsa itu
sendiri, maka membangun sumber daya manusia melalui pendidikan di berbagai
lini sesuai dengan kapabilitas masing-masing merupakan jembatan untuk
mewujudkan Indonesia unggul di masa datang dan secara internal meningkatkan
bobot suatu bangsa.
Partisipan yang Gigih dan Cerdas Menilik Peluang
Dewasa ini, berakhirnya sebuah masalah akan disusul masalah-masalah
baru. Sebagai contoh masalah ketertinggalan bangsa Indonesia dalam hal
teknologi di awal abad 21 kemudian diselesaikan dengan merata nya
implementasi teknologi seperti handphone dan jaringan internet bahkan hingga ke
pelosok desa yang memudahkan akses informasi dan kecepatan sistem
komunikasi. Namun kemudian muncul masalah sosial baru, kejahatan media,
pornografi, hingga merosotnya semangat belajar di berbagai kalangan usia.
Di sisi lain, sering kita jumpai generasi milenial ke-3 sekarang mulai
kehilangan semangat untuk maju, berartian sebagai kesadaran disertai kerja dan
upaya untuk memperbaiki diri sendiri menjadi pribadi yang lebih berkualitas serta
berkontribusi dalam penuntasan permasalahan lingkungan. Hal ini tidak dapat
dipungkiri telah memasuki tahap kritis.
Fenomena tersebut menyampaikan pesan kepada kita bahwa pembangunan
peradaban demi menyongsong Indonesia unggul dan maju merupakan sebuah
proyek besar yang panjang. Lalu, siapa yang akan berkontribusi dan berpartisipasi
dalam proyek tersebut?
Menjawab pertanyaan siapa maka jawabannya adalah bahwa proyek
pembangunan ini memerlukan peran dari setiap individu bangsa. Bagaimana track
record individu tersebut yang selanjutnya menentukan. Baik mencakup faktor
pendukung dan penghambat secara internal maupun eksternal. Proses ini yang
akan menentukan produk sumber daya manusia, akan menjadi unggul atau uzur.
Mendeskripsikan tentang aku bukan menjadi sarana unjuk diri semata
sehingga dapat memotivasi ataupun menjadi pelajaran bagi orang lain namun
lebih dari itu adalah sebagai bahan refleksi bagi diri saya sendiri.
Saya masih teringat kisah dua tahun lalu, ketika saya berada di kelas dua
tingkat SMA. Hingga saat itu, sebagian besar dari diri saya tidak bangga menjadi
bagian dari Indonesia. Kemudian saya tersadar dengan kenyataan indahnya
Indonesia, Negara berbudaya dan religius ditambah integrasinya di tengah
multikulturalisme. Kesadaran saya ini adalah bentuk pengertian saya bahwa
bukannya saya tidak suka dengan takdir menjadi bagian dari bangsa Indonesia
namun rupanya hal tersebut merupakan bentuk kekecewaan. Kondisi Indonesia
yang masih cukup tertinggal dibandingkan Negara lain serta yang terutama adalah
adanya dekadensi di berbagai hal, moral dan etika, religiusitas, kualitas kualifikasi
pendidikan, dan nasionalisme. Sebagaimana terjadinya konflik politis sampai
mengaburkan fokus supremasi hukum dan sengkata antar agama serta lain
sebagainya. Saya menangis memungkiri indahnya konsep Indonesia yang telah
digagas oleh founding fathers.
Kini terbenam di benak saya, jika aku belum bangga menjadi bagian dari
Indonesia maka seharusnya aku bertanya kembali pada diriku mulai detik ini dan
untuk masa-masa berikutnya, apa yang sudah aku berikan untuk Indonesia?
Untuk mengharumkan namanya.
Saya lahir dari orang tua yang sangat menginspirasi dan memotivasi bagi
kehidupan saya. Ayah saya adalah seorang guru swasta dan ibu saya seorang ibu
rumah tangga. Di tengah berkembangnya paradigma pragmatis, sedari kecil beliau
berdua justru memberi wejangan yang bukan hanya berbeda dari paradigma itu,
tapi juga memberi kekuatan untuk berjuang melawan arus tersebut. Ditanamkan
kepada saya bahwa menuntut ilmu sangat diwajibkan bagi setiap muslim. Dari
sini maka tujuan belajar saya sedari kecil adalah sebagai sarana ibadah selain itu
juga untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk menempuh dan menjawab
persoalan-persoalan zaman, terutama ayah saya menegaskan bahwa sebaik-baik
manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Maka bagaimana untuk menjadi
seseorang yang demikian adalah mempersiapkan kualitas diri terlebih dulu.
Kemudian menurut ibu saya, pertanggungjawaban kelak di akhirat adalah
perseorangan maka saya dilatih untuk tidak fokus pada hal dan masalah yang
menghambat progres kehidupan saya. Menjadikan halangan sebagai faktor untuk
menguji ketahanan, integritas, dan besarnya semangat saya lalu memaafkan
mereka yang menyakiti. Melakukan yang terbaik setiap saat dan membatu
menyadarkan orang lain menjadi lebih baik, karena orang lain itu adalah kawan
seperjuangan yang menentukan nasib peradaban ini ke depannya.
Bersekolah di Madrasah Ibtidaiyah swasta favorit saat itu merupakan
“amanah” yang cukup berat bagi orang tua saya dari segi finansial. Kondisi ini
yang kemudian memotivasi saya untuk belajar giat demi memperoleh beasiswa
yang dikeluarkan oleh pihak lembaga. Selain itu, motivasi lain adalah untuk bisa
berbagi dengan teman-teman dan 4 adik kandung saya. Dari berbagai dukungan
terutama doa kepada Allah, saya mendapat beasiswa penuh untuk 3 tahun sebagai
peringkat pertama, sedangkan tiga tahun pertama saya berada dalam peringkat
lima besar. Pengalaman berorganisasi menjadi penting untuk dapat berbagi
dengan orang lain. Saya aktif dalam kepengurusan kelas dan kepramukaan serta
tim dokter kecil. Selain itu, saya kerap menjadi delegasi sekolah ataupun
kecamatan di tingkat kabupaten untuk perlombaan seni baca Quran, penulisan dan
pembacaan puisi, dan Olimpiade sains (MIPA).
Di tingkat SMP selain menjadi delegasi Kabupaten Jombang untuk OSN
Fisika, saya mencoba ikut berbagai kompetisi public speaking seperti pidato
bahasa inggris. Dan di tingkat SMA prestasi saya mulai beroirentasi pada lomba
kepenulisan. Hal ini karena saya ingin memberikan solusi atas permasalahan
masyarakat dan lingkungan yang buahnya dapat dirasakan secara langsung. Pola
tersebut di atas terus berulang hingga detik ini.
Kini saya melanjutkan studi di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, program
studi Fisika. Saya merupakan satu partikel dari banyak partisipan yang
berpartisipasi dalam proyek pembangunan peradaban bangsa dan Negara
Indonesia sesuai posisi dan kapabilitas masing-masing. Saya berharap memiliki
tempat untuk ikut mendukung Indonesia pada bidang sains dan riset ataupun
peningkatan mutu pendidik. Hal ini terutama karena kondisi masyarakat di kota
asal saya, Jombang dan secara khusus Kecamatan Bareng masih tertinggal dalam
hal pendidikan dan ekonomi. Kecamatan Bareng merupakan kecamatan yang
memiliki kepadatan penduduk per-September 2013 sebanyak 61.217 jiwa dan
tahun 2018 sebanyak 4.703 kepala keluarga adalah pra sejahtera. Berharap
mampu memperbaikinya di masa mendatang dan mempelajari hal terkait
problematika dan program studi yang saya pilih, kini saya aktif di Unit Kegiatan
Mahasiswa Fakultas (UKM F) Forum Kajian Islam dan Sains Teknologi yang
berfokus pada kajian, riset, dan kepenulisan ilmiah.
Visi saya ke depan adalah menjadi pribadi yang berkualitas secara moral,
religiusitas, dan intelektual serta bermanfaat bagi orang lain. Hal ini selaras
dengan pernyataan Daniel Goleman dalam karyanya, Emotional Intelligance,
mengatakan bahwa kecerdasan intelektual hanya memberikan kontribusi dalam
keberhasilan hidup seseorang 20% (Wahyudi & dkk., 2017). Selain itu, juga
sebagai amanah bagi saya untuk berkontribusi mengharumkan Indonesia.
Sehingga, misi saya dalam 3 tahun ke depan yaitu untuk menyelesaikan program
S1 tepat waktu dan berkualitas serta aktif dalam organisasi kemahasiswaan dan
kemasyarakatan.
Mengutip kata bijak, “Bangsa yang besar adalah bangsa yang tak lupa
akan sejarahnya”, kita ambil simpulan bahwa Indonesia yang religius, beradab,
dan berbudaya dengan didukung kualitas dan intelektualitas di masa lampau harus
menjadi refleksi untuk Indonesia jaya di masa mendatang.
Generasi unggul merupakan solusi strategis bagi problematika
multidimensional dan mendobrak bangsa mewujudkan Indonesia yang unggul.
Siapa pun anda adalah “aku” dalam wacana ini. Anda memegang amanah untuk
berproses dan menyiapkan diri menjadi unggul.
Daftar Pustaka

(2018, Februari 06). diakses pada April 17, 2018, dari


https://jombangkab.bps.go.id/statictable/2017/05/26/91/keluarga-pra-sejahtera-dan-
sejahtera.html

Lopulalan, H. (2014, Mei 21). News. diakses pada April 17, 2018, dari Kompas:
https://nasional.kompas.com/read/2014/05/21/0754454/.Nawa.Cita.9.Agenda.Prioritas
.Jokowi-JK

Muchtar. (2014). Rencana Strategis Kecamatan Bareng 2014-2018. Jombang:


Pemerintah Kecamatan Bareng.

Muhardi. (2004). Kontribusi Pendidikan Dalam Meningkatkan Kualitas Bangsa Indonesia.


Mimbar, Vol.20 No.4 , 478-492.

Wahyudi, Y., & dkk. (2017). Sosialisasi Pembelajaran : Menjadi Mahasiswa


Visioner di UIN Sunan Kalijaga . Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.

Anda mungkin juga menyukai