Anda di halaman 1dari 6

BAB II

KEBIJAKAN DAN PERATURAN PENGELOLAAN

2.1. Peraturan Internasional terkait Pengelolaan Limbah B-3

Amerika Serikat telah kita kenal sebagai salah satu negara industri yang paling maju
dan banyak menghasilkan peraturan pengelolaan limbah yang juga sering diadopsi
oleh negara kita, maka tidaklah berlebihan jika pada pembahasan ini didahului dengan
peraturan-peraturan yang berkaitan dengan limbah yang ada di Amerika Serikat,
kemudian baru kita bahas peraturan-peraturan yang ada di negara kita.

Sebagai negara industri, Amerika serikat relatif banyak mengalami masalah dengan
limbah, khususnya limbah industri. Dan sampai tahun 1960-an pengelolaan limbah
industrinya masih belum memadai, misalnya hanya dibuang ke lahan yang belum
dilapis kedap. Tetapi adanya gerakan lingkungan dan kontrol aktif masyarakat akhir
memaksa Kongres Amerika untuk memperhatikan masalah limbah lebih serius dan
menelorkan peraturan-peraturan guna mengatur masalah ini. Beberapa peraturan
Federal yang berkaitan dengan masalah lingkungan, khususnya yang berkaitan dengan
masalah pencemaran antara lain adalah:

 Rivers and Harbour Act (1899) berisi pelarangan pembuangan benda-benda padat
yang membahayakan pada navigasi. Peraturan ini merupakan satu-satunya sumber
peraturan perundang-undangan lingkungan di USA sampai tahun 1954.
 Atomic Energy Act (1954) merupakan revisi Atomic Energy Act tahun 1946 yang
mengatur masalah penggunaan energi nuklir.
 National Environmental Policy Act (NEPA-1970): peraturan tentang analisis
dampak lingkungan.
 Occupational Safety and Health Act (OSHA-1970): peraturan tentang keselamatan
kerja.
 Marine Protection Research and Santuary Act (1972): peraturan guna mencegah
atau mengurangi pembuang limbah ke laut.
 Federal Insecticide, Fungicide and Rodenticide Act (FIFRA-1972) mengatur
penyimpanan dan disposal pestisida.

1
 Clean Air Act (1970) tentang pencemaran udara.
 Federal Water Pollution Control Act (1972) tentang pencemaran air.
 Solid Waste Disposal Act (1965) dan Resource Recovery Act (1970) mengatur
pengolahan dan pendaur-ulangan buangan padat.
 Safe Drinking Water Act (1974) berisi tentang standar air minum.
 Toxic Substances Control Act (TSCA-1976) mengatur penggunaan bahan kimia
berbahaya yang baru dihasilkan.
 Resource Conservation and Recovery Act (RCRA-1976) mengatur pengelolaan
limbah B-3.
 Hazardous and Solid Waste Amandements Act (HSWA-1984): tentang
perlindungan terhadap air tanah dari limbah B-3.
 Comprehensive Environmental Response, Compensation and Liabilities Act
(CERCLA-1980) dan Superfund Amendement and Reautorization Act (SARA-
1986) tentang pengaturan dan pendanaan pembersihan site disposal B-3 yang
sudah tidak beroperasi.
 Pollution Prevention Act (1990) berisi strategi penangan pencemaran limbah
dengan memberikan prioritas pada minimasi limbah.

Dari sekian banyak peraturan perundang-undangan tersebut di atas, maka yang


berkaitan erat dengan masalah limbah B-3 adalah TSCA (1976), RCRA (1976),
HSWA (1980), CERCLA (1980), dan SARA (1986).

Toxic Substances Control Act (TSCA) memberi kewenangan pada EPA untuk
mengidentifikasi dan memantau bahan-bahan kimia berbahaya di lingkungan;
disamping itu EPA mempunyai kewenangan untuk mendapatkan informasi tentang
bahan berbahaya ini di sumbernya (pabrik). Efek toksik dari bahan baru harus diuji
dulu sebelum bahan tersebut diproduksi untuk dipasarkan. Bahan-bahan kimia yang
diproduksi sebelum TSCA juga dikenai peraturan ini. Kategori produk yang tidak
termasuk dalam kontrol TSCA adalah tembakau, pestisida, bahan nuklir, senjata
api/amunisi, makanan, aditif untuk makanan, obat-obatan dan kosmestik. Produk ini
telah diatur oleh peraturan-peraturan sebelumnya. Dengan adanya peraturan ini maka
tidak satupun bahan kimia yang boleh diimport atau dieksport tanpa kontrol dan
persetujuan EPA.

2
Solid Waste Disposal Act pada dasarnya mengatur tata cara disposal (penyingkiran)
limbah kota dan industri, agar tidak mengganggu terhadap kesehatan manusia dan
lingkungan, serta bagaimana mengurangi timbulan limbah tersebut. Perkembangan
lebih lanjut ternyata dibutuhkan aturan-aturan lebih jauh, agar limbah tersebut,
khususnya limbah B-3, dikelola dengan baik. Berdasarkan hal tersebut, maka
keluarlah RCRA, yang terdiri dari berbagai Substitle. RCRA dianggap merupakan
produk legislatif yang paling penting dalam pengaturan limbah B-3, dan telah
mengalami beberapa amandemen sejak dikeluarkan pada tahun 1976. Dan salah satu
versi RCRA yang paling penting adalah aturan mengenai pengelolaan limbah B-3
yang disebut program Cradle to Grave (dari timbul sampai dikubur).

2.2. Peraturan Nasional terkait Pengelolaan Limbah B-3

Adapun peraturan yang ada di Indonesia secara hierarki terdiri dari UUD 1945,
Undang-undang dan Peraturan Pemerintah. Beberapa peraturan yang berkaitan dengan
pengelolaan limbah B-3 yang sejak awal adalah sebagai berikut:

 Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup


yang diperbaharui Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengendalian
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
 Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 1994 berisi tentang pengelolaan limbah B3.
 Kemudian tahun 1995, Peraturan Pemerintah Nomor. 19/1994 diperbaiki (bukan
dicabut) dengan keluarnya Peraturan Pemerintah Nomor. 12/1995. Peraturan
tentang limbah B-3 ini kemudian dikenal sebagai Peraturan Pemerintah Nomor.
19/1994 jo Peraturan Pemerintah Nomor 12/1995 yang mengatur Pengelolaan
Limbah khususnya untuk yang berkategori “berbahaya” berisi:
(a) Tentang definisi B-3, dan siapa yang disebut sebagai penghasil limbah B-3
(generator).
(b) Aturan umum tentang penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pendaur-
ulangan (Peraturan Penmerintah Nomor 12/1995), pengolahan dan
penimbunan.

3
(c) Bagaimana perijinan bagi mereka yang akan memberikan jasa kegiatan
pengelolaan limbah B-3.
(d) Pengawasan dan sanksi.
(e) Ketentuan lain.
 Pada tahun 1999, Peraturan Pemerintah Nomor 19/1994 jo Peraturan Pemerintah
Nomor 12/1995 dicabut, diganti dengan Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1999
pada bulan Februari 1999, kemudian diperbaiki lagi dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 85 tahun 1999 pada bulan September 1999, sehingga dikenal sebagai
Peraturan Pemerintah Nomor 18/1999 jo Peraturan Pemerintah Nomor 85/1999
yang merevisi beberapa definisi dan tambahan adanya kegiatan reduksi dan
teknologi bersih.
 Disamping Peraturan Pemerintah ada beberapa peraturan lain yang juga
mengatur tentang B-3 yaitu:
 Keputusan Presiden Nomor. 61 tahun 1993 tentang Konvensi Basil yang
berisi tentang konvensi/tata cara transport ataupun perdagangan limbah B-3,
dimana eksportir yang bertanggung jawa seluruhnya.
 Keputusan Menteri Perdagangan Nomor. 349/Kp/XI/92 tentang Pelarangan
Impor Limbah B-3 dan Plastik Bekas, kecuali Scrap Accu.
 Keputusan Menteri Perdagangan No. 156/Kp/XI/95 tentang Prosedur Impor
Limbah.
 Sedangkan limbah radioaktif, walaupun termasuk limbah berbahaya, tidak
termasuk yang diatur oleh Peraturan Pemerintah Limbah B-3 tersebut, karena
telah diatur oleh BATAN (sesuai acuan internasional).
 Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan Limbah B3.
 Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah B3.
 Keputusan Kepala Bapedal No. 68/BAPEDAL /05/1994 Tentang Tata Cara
Memperoleh Izin Penyimpanan , Pengumpulan , Pengoperasian Alat Pengolahan ,
Pengolahan dan Penimbunan Akhir Limbah B3
 Keputusan .Kepala Bapedal No. 01/BAPEDAL/09/1995 Tentang Tata Cara dan
Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3.
 Keputusan Kepala Bapedal No.02/BAPEDAL/09/1995 tentang Dokumen Limbah
B3.

4
 Keputusan Kepala Bapedal No.03/BAPEDAL/09/1995 tentang Perssyaratan
Teknis Pengelolaan Limbah B3
 Keputusan Kepala Bapedal No. 04/BAPEDAL /09/19954 Tentang Tata Cara
Persyaratan Penimbunan Hasil Pengolahan , Persyaratan Lokasi Bekas
Pengolahan dan Lokasi Bekas Penimbunan Akhir Limbah B3
 Keputusan Kepala Bapedal No. 05/BAPEDAL/09/1995 Tentang Simbol dan
Label Limbah B3.
 Keputusan Kepala Bapedal No.255/BAPEDAL/08/1996 tentang Tata Cara dan
Persyaratan Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas.
 Keputusan Kepala Bapedal No. 02/BAPEDAL /01/1998 Tentang Tata Laksana
Pengawasan Pengelolaan Limbah B3 di Daerah.
 Keputusan Kepala Bapedal No. 03/BAPEDAL/01/1998 Tentang Penetapan
Kemitraan dalam Pengolahan Limbah B3.
 Keputusan Kepala Bapedal No.04/BAPEDAL/01/1998 tentang Penetapan
Prioritas Daerah Tingkat I Program Kemitraan Dalam Pengelolaan Limbah B3.
 Surat Edaran Kepala Bapedal No.08/SE/02/1997 tentang Penyerahan Minyak
Pelumas Bekas..

Selanjutnya Pengelolaan Lingkungan Hidup terus berkembang selaras dengan


persoalan lingkungan yang timbul, pengembangan teknologi pengelolaan dan juga
peningkatan peran serta masyarakat didalam pengelolaan lingkungan juga perlu
peningkatan. Oleh karena itu, kebijakan perundang-undangan mengalami perubahan
dengan dikeluarkannya perundang-undangan dan peraturan yang baru berkaitan
dengan pengelolaan limbah B3 sebagai berikut :

 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengendalian dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup.
 Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
 Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Lampiran IX tentang
Pengelolaan Limbah B3.

5
 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 6 Tahun 2021
tentang Tata Cara Pengelolaan Limbah B3.

Peraturan diatas sekaligus merupakan peraturan baru yang mencabut peraturan berikut
:

a. Permen LHK No. 4 Tahun 2020 tentang Pengangkutan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun
b. Permen LHK No. 20 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Nomor
P.12/MENLHK/SETJEN/KUM.1/4/2018 Tentang Persyaratan Dan Tata Cara
Dumping (Pembuangan) Limbah Ke Laut
c. Permen LHK No. 18 Tahun 2020 tentang Pemanfaatan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun
d. Permen LHK No. 12 Tahun 2020 tentang Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun
e. Permen LHK No. 10 Tahun 2020 tentang Tata Cara Uji Karakteristik dan
Penetapan Status Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
f. Permen LHK No. 12 Tahun 2018 tentang Persyaratan dan Tata Cara Dumping
(Pembuangan) Limbah Ke Laut
g. Permen LHK No. 63 Tahun 2016 tentang Persyaratan dan Tata Cara Penimbunan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di Fasilitas Penimbusan Akhir
h. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun 2009 tentang Tata
Cara Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
i. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.95/MENLHK/SETJEN/KUM.1/11/2018 tentang Perizinan Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun Terintegrasi dengan Izin Lingkungan melalui
Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi secara Elektronik
j. Keputusan Kepala Bapedal Nomor KEP- 03/BAPEDAL/09/1995 tentang
Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
k. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 128 Tahun 2003 tentang
Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Minyak Bumi dan Tanah
Terkontaminasi oleh Minyak Bumi Secara Biologi

Anda mungkin juga menyukai