Anda di halaman 1dari 12

KONSEP DASAR EVALUASI PEMBELAJARAN DAN EVALUASI

PEMBELAJARAN DALAM PERSPEKTIF KURIKULUM 2013


(PENILAIAN OTENTIK)
oleh :
Awaluddin 21862060033
Lulu Shopie Raqib 21862060054
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Achmad Yani Banjarmasin

1. Latar Belakang
Seorang pendidik atau calon pendidik pada dasarnya tidak hanya diharuskan
mampu mengajar, tetapi juga harus mempunyai kemampuan untuk melakukan
kegiatan.evaluasi dengan baik. Sebelum melakukan evaluasi pembelajaran, seorang
pendidik atau calon pendidik harus memahami apa itu pengertian evaluasi
pembelajaran, tujuan, fungsi, ruang lingkup, prinsip penilaian pembelajaran dan model-
model dari evaluasi pembelajaran serta mampu menyusun prosedur, jenis-jenis, dan
bentuk penilaian pembelajaran. Maka dari itu, penulis dalam artikel ini akan
menjelaskan mengenai konsep dasar evaluasi pembelajaran, karena hal ini sangatlah
penting terutama bagi pendidik maupun yang diorientasikan menjadi seorang pendidik.

2. Isi
A. Konsep Dasar Evaluasi Pembelajaran
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 39 ayat 2 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidik adalah tenaga professional yang
bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.
Dengan demikian, salah satu kompetensi yang harus dimiliki seorang pendidik
adalah kemampuan mengadakan evaluasi, baik dalam proses pembelajaran maupun
penilaian hasil belajar. Evaluasi pembelajaran merupakan satu kompetensi
professional seorang pendidik. Kompetensi tersebut sejalan dengan instrumen
penilaian kemampuan guru, yang salah satu indikatornya adalah melakukan
evaluasi pembelajaran.

1|P age
B. Pengertian Tes, Pengukuran dan Evaluasi
Tes adalah pemberian suatu tugas atau rangkaian tugas dalam bentuk soal atau
perintah/suruhan lain yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Hasil pelaksanaan
tugas tersebut digunakan untuk menarik kesimpulan-kesimpulan tertentu terhadap
peserta didik. Alat ukur tes dapat berupa tes tertulis (paper and pencil test) dan tes
lisan.

Pengukuran (measurement) adalah suatu proses untuk menentukan kuantitas


daripada sesuatu. Sesuatu itu bisa berarti peserta didik, starategi pembelajaran,
sarana prasana sekolah dan sebagainya. Untuk melakukan pengukuran tentu
dibutuhkan alat ukur. Dalam bidang pendidikan, psikologi maupun variabel-
variabel sosial lainnya, kegiatan pengukuran biasanya menggunakan tes sebagai
alat ukur. Pengukuran dapat dilakukan menggunakan instrument pengukuran (alat
Ukur) berupa tes dan Non-tes.

Evaluasi adalah suatu kegiatan atau proses yang yang sistematis, berkelanjutan,
dan menyeluruh dalam rangka pengendalian, penjaminan, dan penetapan kualitas
(nilai dan arti) berbagai komponen pembelajaran berdasarkan pertimbangan dan
kriteria tertentu. Evaluasi mencakup sejumlah teknik yang tidak bisa diabaikan oleh
seorang guru maupun dosen. Evaluasi bukanlah sekumpulan teknik semata-mata,
tetapi evaluasi merupakan suatu proses yang berkelanjutan yang mendasari
keseluruhan kegiatan pembelajaran yang baik. Evaluasi pembelajaran bertujuan
untuk mengetahui sampai sejauh mana efisiensi proses pembelajaran yang
dilaksanakan dan efektifitas pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

C. Fungsi Evaluasi
Ahja Qohar mengemukakan bahwa, fungsi evaluasi hasil belajar dapat ditinjau
dari segi peserta didik secara individual, dan dari segi program pengajaran. Dari
segi peserta didik secara individu, evaluasi berfungsi untuk mengetahui tingkat
pencapaian peserta didik dalam suatu proses pembelajaran yang meliputi:
1. Menetapkan keefektifan pengajaran dan rencana kegiatan.
2. Memberi basis laporan kemajuan peserta didik
3. Menetapkan kelulusan

Sedangkan dari segi program pengajaran, evaluasi berfungsi:

1. Memberi dasar pertimbangan kenaikan dan promosi peserta didik

2|P age
2. Memberi dasar penyusunan dan penempatan kelompok peserta didik yang
homogen.
3. Diagnosis dan remedial pekerjaan peserta didik.
4. Memberi dasar pembimbingan dan penyuluhan.
5. Dasar pemberian angka dan rapor bagi kemajuan belajar peserta didik.
6. Memberi motivasi belajar bagi peserta didik.
7. Mengidentifikasi dan mengkaji kelainan peserta didik.
8. Menafsirkan kegiatan sekolah ke dalam masyarakat.
9. Untuk mengadministrasi sekolah.
10. Untuk mengembangkan kurikulum.
11. Untuk mengembangkan kurikulum.

Sedangkan menurut rumusan fungsi yang dipaparkan oleh pihak Departemen Agama
RI, Evaluasi hasil belajar bertujuan untuk:

1. Memberikan umpan balik kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki cara
belajar mengajarnya, mengadakan perbaikan bagi peserta didik, serta
menempatkan pada situasi belajar mengajar yang lebih tepat sesuai dengan
tingkat kemampuan yang dimilki oleh peserta didik. 2) Menentukan nilai hasil
belajar peserta didik antara lain diperlukan untuk pemberian laporan pada orang
tua sebagai penentuan kenaikan kelas dan penentuan kelulusan peserta didik.
2. Menjadi bahan untuk menyusun laporan dalam rangka penyempurnaan program
pembelajaran yang sedang berlangsung.

D. Tujuan Evaluasi Pembelajaran


Tujuan dari evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui efektivitas proses
pembelajaran yang telah dilaksanakan. Hal ini dilakukan oleh semua orang yang
bersangkutan, bukan hanya guru melainkan juga siswa itu sendiri. Sehingga, dari
hasil evaluasi, guru dapat mengetahui sampai dimana kemampuan siswa dalam
menguasai pelajaran, serta mengetahui dimana kesulitan siswa dalam proses
pembelajaran agar dapat dijadikan sebagai bahan perbaiakan dan pengembangan
program pembelajaran.
Tujuan evaluasi pembelajaran terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum adalah untuk menghimpun bahan-bahan keterangan yang akan

3|P age
dijadikan sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau taraf kemajuan yang
dialami peserta didik, setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka
waktu tertentu dan untuk mengukur dan menilai sampai dimanakah evektifitas
mengajar dan metode-metode mengajar yang telah diterapkan atau dilaksanakan
oleh pendidik, serta kegiatan belajar yang dilaksanakan oleh peserta didik
sedangkan tujuan khusus adalah untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam
menempuh program pendidikan. Tujuan evaluasi pembelajaran dapat diketahui
baik atau tidaknya tergantung dari kualitas proses pembelajaran dilaksanakan dalam
kurun waktu tertentu, dengan demikian ada beberapan tujuan dari evaluasi
pembelajaran antara lain:
1. Untuk memantau kemajuan belajar peserta didik selama proses belajar
berlangsung, untuk memeberikan balikan bagi penyempurnaan program
pembelajaran.
2. Untuk menentukan nilai (angka) berdasarkan tingkatan hasil belajar peserta
didik yang selanjutnya dipakai sebagai angka 36 Evaluasi Pembelajaran
Sekolah Dasar rapor. dan juga dapat dipakai untuk perbaikan proses
pembelajaran secara keseluruhan.
3. Untuk keperluan seleksi, misalnya ujian saringan masuk kelas akselerasi atau
ke lembaga pendidikan tertentu.
4. Untuk kemajuan dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan
tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas.
5. Untuk mengklasifikasikan siswa berdasar tingkat ketuntasan pencapaian
standar kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD).
6. Untuk mengetahui apakah peserta didik telah memiliki ketrampilanketrampilan
yang diperlukan untuk mengikuti suatu program pembelajaran dan sejauh mana
peserta didik telah menguasai kompetensi dasar sebagaimana yang tercantum
dalam silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
7. Untuk menyampaikan balikan kepada peserta didik tentang tingkat capaian
hasil belajar pada setiap KD disertai dengan rekomendasi tindak lanjut yang
harus dilakukan.
8. Untuk mengetahui kesulitan belajar peserta didik yang belum mencapai standar
ketuntasan, pendidik harus melakukan pembelajaran remidial, agar setiap siswa
dapat mencapai standar ketuntasan yang dipersyaratkan.

4|P age
9. Untuk megetahui kemampuan peserta didik yang telah mencapai standar
ketuntasan yang dipersyaratkan, dan dianggap memiliki keunggulan, pendidik
dapat memberikan layanan pengayaan.
10. Untuk mengevaluasi efektifitas kegiatan pembelajaran dan merencanakan
berbagai upaya tindak lanjut.
11. Untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata
pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan teknologi
dan dilakukan dalam bentuk ujian nasional.

E. Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran


Ruang lingkup evaluasi berkaitan dengan objek evaluasi itu sendiri. Jika objek
tersebut mengenai pembelajaran, makasemua hal yang berkaitan dengan
pembelajaran menjadi ruang lingkup evaluasi pembelajaran. Adapun ruang lingkup
evaluasi pembelajaran dapat ditinjau dari beberapa perspektif, yaitu domain hasil
belajar, sistem pembelajaran, proses dan hasil belajar, serta kompetensi. Merujuk
pada Taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan , Taksonomi ini pertama kali
disusun oleh Benjamin S. Blom (1956) bahwa ruang lingkup yang menjadi tujuan
daripada pendidikan adalah ranah/ domain kognitif, afektif dan psikomotor.
1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif / Kemampuan Intelektual) Terdapat 6
tingkatan yaitu:
a. Pengetahuan; Kemampuan mengingat/menghafal fakta, istilah, Prinsip, teori,
Proses dan pola Struktur.
b. Pemahaman; Kemampuan mengungkapkan kembali dengan bahasa sendiri
tetang teori, prinsip-prinsip, konsep, sistem, struktur sehingga melahirkan ide dan
gagasan
c. Penerapan; Kemampuan mengaplikan ide dan gagasan dari teoriteori, prinsip-
prinsip, rumus-rumus, abstrak kesituasi yang konkrit.
d. Analisis; Kemampuan menguraikan, mengidentifikasi, keseluruhan/suatu system
yang berhubungan dari ede dangagasan yang telah diaplikasikan.
e. Sintesis; Kemampuan menyatukan komponen-komponen sehingga dapat ditarik
kesimpulan (suatu hasil yang baru).
f. Evaluasi; Kemampuan untuk mengembangkan suatu ide, situasi, nilai-nilai dan
metode (sintesis) berdasarkan berdasarkan kriteria (PAP dan PAN).

5|P age
2. Affektive Domain (Ranah Afektif/ Kemampuan Emosi dan Minat) Terdapat 5
tingkatan yaitu :
a. Penerimaan; Kemampuan menerima dan memahami apa yang disampaikan oleh
pendidik.
b. Responsive; Kemampuan menanggapi atau melibatkan diri terhadap materi yang
diberikan dan siswa mampu berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
c. Penghargaan/penilaian; Kemampuan memberi nilai terhadap stimulus, informasi
respon / materi yang diberikan yang informasinya bermanfaat.
d. Pengorganisasian/ mengelola; Kemampuan mengorganisasikan stimulus, materi,
informasi ke dalam system yang dimiliki.
e. Karakterisasi; Kemampuan mengintregasikan nilai menjadi bagian yang terpadu.
3. Psychomotor Domain (ranah psikomotor) Keterampilan motorik halus dan
motorik kasar dalam melakukan tindakan, Terdapat 4 tingkatan yaitu :
a. Menirukan: Kemampuan menirukan apa yang diajarkan oleh guru.
b. Memanipulasi: Kmampuan menambah tindakan-tindakan yang diajarkan
pendidik.
c. Artikulasi/ ketepatan waktu: Kemampuan mengkoordinasikan tindakan-tindakan
secara tepat dan teratur.
d. Naturalisasi: Kemampuan melakukan tindakan secara alami dengan tidak
menggunakan tenaga lebih.

F. Teori Pendekatan Saintifik Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran

6|P age
Pendekatan saintifik dimaksukan untuk memberikan pemahaman kepada
peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan
pendekatan ilmiah. Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan
keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan,
menjelaskan, dan menyimpulkan. Pendekatan saintifik memiliki karakteristik
berpusat pada peserta didik, melibatkan keterampilan proses sains dalam
mengkonstruk konsep, hokum, atau prinsip, melibatkan proses kognitif yang
potensial merangsang perkembangan intelek (keterampilan berpikir), serta dapat
mengembangkan karakter peserta didik.
Pendekatan saintifik adalah suatu proses pembelajaran yang dirancang supaya
peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum, atau prinsip melalui
kegiatan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan/merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik
kesimpulan, dan mengkomunikasikan (M. Hosnan, 2014 :34).

G. Mengenal Penilaian Otentik


Penilaian merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan
keberhasilan proses dan hasil belajar. Kegiatan penilaian harus dapat memberikan
informasi kepada guru untuk meningkatkan kemampuan mengajarnya dan
membantu peserta didik mencapai perkembangan belajarnya secara optimal. Guru
harus menyadari bahwa kemajuan peserta didik merupakan salah satu indikator
keberhasilannya.
Dalam Permendikbud No. 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian, dinyatakan
bahwa penilaian otentik adalah penilaian yang dilakukan secara komprehensif
untuk menilai mulai dari input (masukan), proses, dan output (keluaran). Istilah
autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid atau reliable. Autentik berarti
keadaan yang sebenarnya, yaitu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh
peserta didik. Misalnya, peserta didik diberi tugas proyek untuk melihat kompetensi
peserta didik dalam menerapkan pengetahuan yang dimiliki peserta didik dalam
kehidupan sehari-hari atau dunia nyata.
Menurut Nurhadi (2004: 172) penilaian otentik adalah proses pengumpulan
informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang
dilakukan oleh peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan,

7|P age
membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah
benar-benar dikuasai dan dicapai.

H. Perbandingan Penilaian otentik dengan penilaian konvesional


Penilaian autentik meminta peserta didik untuk menunjukkan kemampuannya
dengan melakukan sesuatu seperti dalam dunia nyata. Penilaian ontetik adalah
penilaian yang menghendaki jawaban peserta didik berdasarkan kemampuan yang
mereka miliki. Peserta didik tidak akan menemukan jawaban yang tersedia untuk
pertanyaan yang diajukan. Pertanyaan yang diajukan terkait dengan permasalahan
yang ada dalam kehidupan sehari-hari, bukan yang berasal dari buku teks atau buku
lain. Penilaian otentik menghendaki peserta didik menyelesaikan sesuatu yang
bukan sudah ada pada buku. Bentuk soal uraian, tugas, lukisan, pameran, ataupun
portofolio mewakili kelompok penilaian autentik.
Sedangkan Penilaian non-otentik–disebut juga dengan penilaian konvensional–
adalah penilaian yang telah menyediakan jawaban sehingga yang perlu dilakukan
peserta didik adalah memilih jawaban benar atau yang paling benar di antara
jawaban yang tersedia. Bentuk soal objektif seperti pilihan ganda dan menjodohkan
adalah bentuk soal non-autentik yang banyak digunakan guru. Bentuk soal objektif
diperkenalkan ke dunia pendidikan Indonesia sejak Kurikulum 1975.

I. Penilaian Otentik Dan Tugas Otentik, Jenis-Jenis Penilaian Otentik


Penilaian autentik (authentic assessment) adalah pengukuran yang bermakna
secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap (afektif),
keterampilan (psikomotorik) dan pengetahuan (kognitif). Istilah assessment
diartikan sama dengan pengukuran, pengujian atau evaluasi. Tugas
otentik adalah tugas-tugas yang secara nyata dibebankan kepada pembelajar untuk
mengukur pencapaian kompetensi yang dibelajarkan, baik ketika kegiatan
pembelajaran masih berlangsung atau ketika sudah berakhir.
Contoh penilaian autentik adalah keterampilan kerja, kemampuan
mengaplikasikan atau menunjukkan perolehan pengetahuan tertentu, simulasi atau
bermain peran, portofolio, memilih kegiatan yang strategis, serta memamerkan dan
menampilkan sesuatu. Contoh-contoh tugas yang berhubungan dengan autentik
antara lain : pemecahan masalah matematika, melaksanakan percobaan, bercerita,
menulis laporan, berpidato, membaca puisi, dan membuat peta perjalanan.
8|P age
Penilaian otentik menurut jenisnya ada empat 4 yaitu:
1. Penilaian kinerja Penilaian otentik sedapat mungkin melibatkan
partisipasi pesertadidik, khususnya dalam proses dan aspek-aspek yang
akan dinilai.Guru dapat melakukannya dengan meminta para peserta
didik menyebutkanunsur-unsur proyek atau tugas yang akan mereka
gunakan untukmenentukan kriteria penyelesaiannya. Ada beberapa cara
berbeda untuk merekam hasil penilaian berbasis kinerja:
 Daftar cek (checklist). Digunakan untuk mengetahui muncul
atau tidaknya unsur-unsur tertentu dari indikator atau sub
indikator yang harus muncul dalam sebuah peristiwa atau
tindakan.
 Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records). Digunakan
dengan cara: guru menulis laporan narasi tentang apa yang
dilakukan oleh masingmasing peserta didik selama melakukan
tindakan.
 Skala penilaian (rating scale). Biasanya digunakan dengan
menggunakan skala numerik berikut predikatnya. Misalnya: 5 =
baik sekali, 4 =baik, 3 = cukup, 2 = kurang, 1 = kurang sekali. -
Memori atau ingatan (memory approach). Digunakan oleh
gurudengan cara mengamati peserta didik ketika melakukan
sesuatu, tanpa membuat catatan.
2. Penilaian Proyek Project assessment merupakan kegiatan penilaian
terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut
periode/waktu tertentu. Selama mengerjakan sebuah proyek
pembelajaran, peserta didik memperoleh kesempatan untuk
mengaplikasikan sikap, keterampilan,dan pengetahuannya. Ada tiga hal
yang memerlukan perhatian khusus dari guru, yaitu:
 Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan
mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis, memberi
makna atas informasi yang diperoleh, dan menulis laporan.
 Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan
pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
dibutuhkan oleh peserta didik.

9|P age
 Orijinalitas atas keaslian sebuah proyek pembelajaran yang
dikerjakan atau dihasilkan oleh peserta didik. Penilaian proyek
berfokus pada perencanaan, pengerjaan, dan produkproyek.
Dalam kaitan ini serial kegiatan yang harus dilakukan oleh guru
meliputi penyusunan rancangan dan instrumen penilaian,
pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan.
3. Penilaian Portofolio Penilaian portofolio berangkat dari hasil kerja pesertadidik
secara perorangan atau diproduksi secara berkelompok, memerlukanrefleksi
peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi. Penilaian
portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan
informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam
satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari
proses pembelajaran yang dianggap terbaik, hasil tes (bukan nilai), atau
informasi lain yang relevan dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
dituntut oleh topik atau mata pelajaran tertentu. Penilaian portofolio dilakukan
dengan menggunakan langkah-langkah seperti berikut ini.
 Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio.
 Guru atau guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio yang
akan dibuat. Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau
dibawah bimbingan guru menyusun portofolio pembelajaran.
 Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada tempat
yang sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya.
 Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu. Jika
memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas bersama
dokumen portofolio yang dihasilkan.
4. Penilaian Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu
mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis,
mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atas materi yang sudah dipelajari.
Tes tertulis berbentuk uraian sedapat mungkin bersifat komprehentif, sehingga
mampu menggambarkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta
didik. Pada tes tertulis berbentuk esai, peserta didik berkesempatan memberikan
jawabannya sendiri yang berbeda dengan teman-temannya, namun tetap terbuka
memperoleh nilai yang sama.

10 | P a g e
3.Kesimpulan

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui hasil yang telah dicapai oleh
pendidik dalam proses pembelajaran adalah melalui evaluasi. Evaluasi yang dilakukan oleh
pendidik ini dapat berupa evaluasi hasil belajar dan evaluasi pembelajaran. Evaluasi
pembelajaran adalah kegiatan pengendalian penjaminan dan penetapan mutu pembelajaran
terhadap berbagai komponen pembelajaran pada setiap jalur dan jenjang pembelajaran sebagai
bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan. Penilaian (assessment) adalah
penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi
tentang sejauh mana hasil belajar mahasiswa atau ketercapaian kompetensi (rangkaian
kemampuan) mahasiswa. Pengukuran dalam bahasa inggris berarti measurement, yang dapat
diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk mengukur sesuatu. Mengukur pada dasarnya
adalah membandingkan sesuatu dengan atau atas dasar. Tes adalah seperangkat tugas yang
harus dikerjakan atau sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik untuk
mengukur tingkat pemahaman dan penguasaannya terhadap cakupan materi yang
dipersyaratkan dan sesuai dengan tujuan pengajaran tertentu.

11 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Arifin Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Kementrian Agama RI
Arikunto Suharsimi. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:PT
Bumi Aksara.
Elis Ratnawulan. 2014. Evaluasi Pembelajaran. Bandung:Penerbit pustaka
Ida Farida. 2017. Evaluasi Pembelajaran. Bandung:PT Remaja Rosdakarya
Muhammad Afandi.2013. Evaluasi Pembelajaran Sekolah Dasar.
Semarang:UNISSULA Press
Kunandar. 2013. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan
Kurikulum 2013) Suatu pendekatan Praktis. Jakarta: Rajawali Press
Jurnal. Prof. S. Hamid Hasan, M.A., Ph.D.
Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia, Ketua Tim Pengembang Kurikulum 2013

12 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai