Anda di halaman 1dari 6

Nama: Anggita Rizky Maharani

NIM: 1104623015
Mata Kuliah: Pembelajaran Transformatif
Dosen Pengampu: Dr. Henny Herawaty BR.D, M.Pd
Nararia Hutama Putra, M.Pd

UJIAN TENGAH SEMESTER

1. Pembelajaran Transformatif melalui proses penelitian yang panjang.


Jelaskan Perkembangan/Sejarah pembelajaran transformatif?

Jawab:
Pembelajaran transformatif adalah suatu cara pembelajaran yang bertujuan untuk
merangsang perubahan sikap, pikiran dan perilaku siswa secara mendalam dan
bertahan lama. Pendekatan ini menekankan pada pemahaman yang mendalam,
refleksi kritis, dan perubahan individu atau kelompok.

Pada awal perkembangannya, Jack Mezirow pertama kali mengembangkan konsep


pembelajaran transformatif pada tahun 1978. Mezirow memperkenalkan konsep
transformasi pengalaman (pembelajaran transformatif) sebagai suatu proses dimana
orang mengubah persepsi dan tindakan mereka sebagai hasilnya. Pengalaman
mendalam.

Mezirow mengembangkan lebih lanjut teori pengalaman transformatif melalui


berbagai publikasi, termasuk Transformative Dimensions of Adult Learning (1991).
Teori ini menekankan pentingnya refleksi kritis untuk menyelesaikan konflik kognitif
dan mengubah kerangka pemikiran yang ada.Selain Mezirow, tokoh lain seperti Paulo
Freire, Jurgen Habermas dan Ivan Illich turut serta dalam pengembangan konsep
pembelajaran transformatif. Misalnya, Freire memperkenalkan konsep pendidikan
yang membebaskan (pedagogi kritis), yang menekankan pada pemberdayaan individu
melalui pemahaman kritis terhadap realitas sosial.

Kemudian konsep pembelajaran transformatif mulai diadopsi dan diterapkan dalam


berbagai konteks pendidikan. Meliputi pendidikan orang dewasa, pendidikan
nonformal, dan pendidikan tinggi. Institusi mulai mengintegrasikan strategi
pembelajaran yang berkaitan dengan pemahaman, refleksi, dan transformasi.

Meskipun diterima secara luas, konsep pembelajaran transformatif juga mendapat


kritik. Beberapa kritikus menekankan asumsi mendasar dari konsep tersebut, seperti
akses yang setara terhadap pembelajaran dan perlunya pendekatan yang lebih
kontekstual. Pada saat yang sama, pengembangan terus dilakukan untuk
menyempurnakan konsep dan praktik pembelajaran transformatif.

2. Jelaskan yang yang dimaksud Pedagogik kritis?

a. Jelaskan konsep POST-MODERNISM


Jawab:
Postmodernisme adalah gerakan intelektual dan budaya yang muncul pada
pertengahan abad ke-20 sebagai reaksi terhadap modernisme. Postmodernisme
menolak gagasan modernis tentang kebenaran objektif, kepastian, otoritas tunggal,
dan narasi linier. Sebaliknya, postmodernisme menekankan keberagaman,
relasionalitas, ketidakpastian, dan penolakan terhadap hierarki yang kaku.
b. Jelaskan Konsep STRUKTURALIS
Jawab:
Strukturalisme adalah pendekatan teoritis yang mengutamakan analisis struktur
dalam sebuah sistem dan bagaimana unsur-unsur dalam struktur tersebut saling
berkaitan. Dalam strukturalisme, struktur dianggap lebih penting daripada unsur-
unsur individu yang membentuknya. Pendekatan strukturalisme banyak digunakan
dalam linguistik, antropologi, sastra, dan filsafat.

c. Jelaskan Konsep POS-STRUKTURALISME


Jawab:
Poststrukturalisme merupakan arah perkembangan strukturalisme yang secara
kritis menekankan pada stabilitas dan kesatuan makna sistem. Poststrukturalisme
menolak gagasan bahwa struktur mempunyai keberadaan atau makna yang tetap
dan sebaliknya menekankan keragaman, perpindahan, dan ketidakpastian
pembentukan makna.

3. Jelaskan 4 Pendekatan Pemikiran Filsafat Mempengaruhi Perkembangan Pedagogik


transformatif.

Jawab:
1) Pendekatan Pemikiran Idealisme
Merupakan aliran filsafat yang menekankan bahwa gagasan atau persepsi
merupakan substansi dasar realitas. Dalam konteks pendidikan, pendekatan ini
menekankan pentingnya pengembangan karakter dan pemahaman konseptual
yang mendalam pada peserta didik.
2) Pendekatan Pemikiran Pragmatisme
Menekankan pentingnya pengalaman praktis dalam pembelajaran. Fokusnya
adalah pada hasil yang dapat diperoleh dari kegiatan atau pengalaman
tersebut.
3) Pendekatan Pemikiran Konstruktivisme
Menekankan pembentukan pengetahuan melalui proses konstruksi mental
aktif individu. Dalam konteks pendidikan, pendekatan ini memandang siswa
sebagai pembangun aktif pengetahuan mereka sendiri.
4) Pendekatan Pemikiran Feminisme
Feminisme membawa perspektif kritis terhadap struktur sosial yang
menghasilkan ketidaksetaraan gender, termasuk dalam konteks pendidikan.
Pendekatan ini menekankan pada pentingnya inklusi, pemberdayaan, dan
kesetaraan gender dalam praktik pendidikan.

4. Jelaskan bagaimana proses seorang untuk mencapai dan berikan contohnya?

a. Emancipatory approach?
Jawab: Pendekatan ini menekankan pada pembebasan individu dari struktur
kekuasaan yang membatasi dan menindasnya. Fokus utamanya adalah pada
pemahaman diri, pembebasan dan perubahan sosial. Setiap individu mempunyai
hak untuk mengakui dan mengatasi segala bentuk ketidaksetaraan dan
ketidakadilan dalam masyarakat. Contohnya, seorang aktivis muda yang
mengambil pendekatan emansipatoris dalam advokasi gender berupaya mengubah
norma dan struktur sosial yang menindas perempuan. Dia mengatur informasi dan
kampanye promosi untuk memperjuangkan kesetaraan gender dan pembebasan
perempuan dari diskriminasi.

b. Cognitive – Rational Approach?


Jawab: Pendekatan ini berfokus pada penggunaan logika, penalaran dan
pemahaman rasional untuk memecahkan masalah dan mencapai tujuan. Individu
menggunakan pengetahuan dan keterampilan kognitifnya untuk merencanakan,
membuat keputusan, dan bertindak secara efektif. Contohnya, seorang manajer
proyek menggunakan pendekatan kognitif-rasional untuk merencanakan dan
mengelola proyeknya. Dia menganalisis informasi, mempertimbangkan berbagai
pilihan dan membuat keputusan berdasarkan logika dan informasi yang tersedia.

c. Developmental approach?
Jawab: Pendekatan ini menekankan pertumbuhan, perkembangan dan evolusi
individu dari waktu ke waktu. Fokusnya adalah bagaimana memahami bagaimana
orang berkembang dalam berbagai bidang kehidupan mereka, fisik, emosional,
kognitif, dan sosial. Contohnya, seorang psikolog menggunakan pendekatan
perkembangan untuk memahami bagaimana anak-anak mengembangkan
keterampilan sosialnya. Dari masa kanak-kanak hingga remaja. Ia melakukan
studi longitudinal untuk melacak perkembangan anak dari waktu ke waktu.

d. Spritual intergrative approach?


Jawab: Pendekatan ini mencakup dimensi mental dalam proses pencapaian
individu. Hal ini mengkaji nilai-nilai, keyakinan, dan tujuan spiritual seseorang
serta kontribusinya terhadap pertumbuhan dan kesejahteraan pribadi. Contohnya,
seorang terapis menggunakan pendekatan spiritual integratif untuk membantu
klien dalam krisis eksistensial. Mereka bekerja sama untuk mengeksplorasi tujuan
hidup, nilai-nilai, dan hubungan dengan sesuatu yang lebih besar dari diri mereka
sendiri.

5. Jelaskan Asumsi dasar pembelajaran transformatif?

Jawab: Prinsip dasar pembelajaran transformatif adalah bahwa belajar tidak hanya
berarti memperoleh pengetahuan atau keterampilan baru, tetapi juga mengubah
persepsi, sikap, dan perilaku seseorang secara mendasar.

1) Memahami Perubahan
Prinsip dasar ini menegaskan bahwa masyarakat harus merasakan kebutuhan
untuk mengubah pemahaman atau pandangannya terhadap suatu isu atau topik
tertentu. Tanpa kesadaran akan perlunya perubahan, pembelajaran transformatif
tidak akan terjadi.

2) Refleksi Mendalam
Pembelajaran transformatif menekankan pentingnya refleksi mendalam terhadap
pengalaman, keyakinan, dan nilai-nilai individu. Refleksi ini membantu
masyarakat memahami dasar opini dan tindakan mereka, sehingga memungkinkan
mereka mempertimbangkan alternatif dan menciptakan perubahan jangka panjang.

3) Pergeseran Paradigma
Pembelajaran transformatif menyadari bahwa terkadang yang dibutuhkan adalah
perubahan paradigma, yaitu. perubahan mendasar dalam cara orang memahami
dunia. Hal ini mungkin melibatkan perubahan keyakinan mendasar, nilai-nilai,
atau cara berpikir tentang subjek tersebut.

4) Keterlibatan aktif
Pembelajaran transformatif memerlukan partisipasi aktif masyarakat dalam proses
pembelajaran. Hal ini tidak hanya mencakup penerimaan informasi baru, namun
juga penggunaan informasi tersebut untuk mempertimbangkan dan
mempertimbangkan perubahan pemikiran atau tindakan apa pun yang mungkin
diperlukan.

5) Pentingnya konteks sosial dan budaya


Asumsi ini menekankan bahwa pembelajaran tidak terjadi secara terpisah, tetapi
selalu dalam konteks sosial dan budaya tertentu. Oleh karena itu perubahan yang
terjadi juga dapat mempengaruhi hubungan sosial dan dinamika budaya individu.

6) Keterlibatan Emosional
Pembelajaran transformatif sering kali melibatkan emosi dan perasaan, karena
perubahan besar sering kali membangkitkan respons emosional. Hal ini dapat
menimbulkan ketidaknyamanan atau bahkan konflik internal saat Anda
menghadapi perbedaan antara sudut pandang lama dan baru..

6. Kasus:
Indonesia adalah negara kepuluan, akses untuk mencapai pulau bukanlah hal yang
mudah, dibutuhkan biaya yang besar, sehingga anak kepulauan untuk bisa sekolah
harus ke kota untuk dapat melanjutkan pendidikan, oleh sebab itu dibutuhkan solusi
untuk mengatasi masalah pendidikan masyarakat di kepuluan:

a. Bagaimana cara meningkatkan pengetahuan masyarakat di kepuluan?

Jawab: Pengetahuan masyarakat terhadap kepulauan dapat ditingkatkan dengan:


• Mengembangkan program pendidikan non-formal yang mudah diakses oleh
masyarakat, seperti pelatihan keterampilan, seminar, dan lokakarya.
• Menerapkan teknologi pembelajaran jarak jauh untuk memberikan akses . untuk
pendidikan bagi masyarakat pulau terpencil.
• Pemerintah, organisasi non-pemerintah dan mendorong kolaborasi antara sektor
swasta untuk meningkatkan akses terhadap pendidikan di wilayah kepulauan..

b. Pendekatan transformatif seperti apa untuk mengembangkan kapasitas dan prilaku


masyarakat di kepulauan.

Jawab: Pendekatan transformatif untuk mengembangkan kapasitas dan perilaku


masyarakat di kepulauan harus bersifat inklusif dan berkelanjutan, dengan cara:
• Menerapkan pendekatan partisipatif dalam perencanaan dan pelaksanaan program
pembangunan, yang memerlukan partisipasi aktif masyarakat lokal.
• Mendorong terbentuknya kelompok masyarakat atau kelompok kerja untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kualitas hidup dan pelatihan di pulau-
pulau di kawasan ini.
• Memberikan pelatihan dan pendampingan bagi tokoh masyarakat dan penduduk
lokal untuk mengembangkan keterampilan kepemimpinan yang diperlukan untuk
membawa perubahan positif..

c. Apa peran Anda sebagai mahasiswa dalam mengembangkan masyarakat di


kepulauan.

Jawab: Peran mahasiswa dalam pengembangan masyarakat kepulauan sangat


penting dan dapat dilakukan dengan:
• Menyelenggarakan program relawan untuk memberikan dukungan pendidikan
kepada masyarakat kepulauan, seperti program pengajaran, kegiatan pendidikan
lingkungan hidup, dll.
• Melakukan survei atau studi lapangan untuk memahami
secara menyeluruh tantangan dan potensi pembangunan nusantara sehingga solusi
yang diusulkan lebih tepat sasaran.
• Berkolaborasi dengan pemerintah, organisasi nirlaba, dan komunitas lokal
untuk merencanakan dan melaksanakan kegiatan berkelanjutan. dan
proyek pembangunan inklusif.

7. Kasus:
Kasus yang berkaitan dengan Tindak Pidana Korupsi masih merajalela di Indonesia.
Beberapa waktu yang lalu kita dikejutkan dengan terkuaknya dugaan korupsi yang
diperkirakan membuat negara mengalami kerugian hingga 271 Triliun. Kasus ini
menyeret beberapa public figure yang selama ini menjadi panutan di kalangan
masyarakat. Namun, terlepas dari hal tersebut edukasi terhadap korupsi sedini
mungkin menjadi sesuatu yang sangat penting:

a. Bagaimanakah pembelajaran transformatif mampu berperan di dalam


menguatkan pemahaman masyarakat terkait korupsi?

Jawab: Pembelajaran transformatif berperan penting dalam meningkatkan


pemahaman masyarakat tentang korupsi. Konsep pembelajaran ini tidak hanya
berfokus pada pengetahuan saja, namun juga pada perubahan sikap, nilai, dan
perilaku individu. Dengan pendekatan ini, masyarakat dapat memahami akar
penyebab korupsi, dampaknya, dan cara mencegah dan mengatasi korupsi secara
efektif.
Pembelajaran transformatif memungkinkan masyarakat memahami bahwa
korupsi bukan hanya masalah hukum, namun juga masalah moral dan etika.
Melalui diskusi, refleksi dan pengalaman langsung, masyarakat dapat mendorong
nilai-nilai seperti kejujuran, integritas dan tanggung jawab untuk memerangi
korupsi. Selain itu, pendekatan seperti ini memungkinkan masyarakat melihat
korupsi sebagai permasalahan sistemik yang memerlukan perubahan struktural
dan kelembagaan.
Untuk mendukung pembelajaran transformatif terkait korupsi, diperlukan
pendekatan yang komprehensif dan inklusif. Hal ini melibatkan berbagai aktor
termasuk pemerintah, lembaga pendidikan, organisasi masyarakat sipil dan sektor
swasta. Program pelatihan harus mempertimbangkan konteks lokal, kebutuhan
masyarakat, dan tantangan dalam pemberantasan korupsi.
b. Bagaimana seharusnya pembelajaran transformatif diimplementasikan terutama
dikaitkan dengan upaya mengedukasi dan reintegrasi sosial mereka yang telah
melakukan korupsi? Seharusnya mereka diperlakukan seperti apa ya?

Jawab: Pembelajaran transformatif merupakan suatu pendekatan yang bertujuan


untuk mengubah secara mendasar sikap, nilai, dan perilaku masyarakat. Dalam
konteks penanganan korupsi, penerapan pembelajaran transformatif menjadi
kunci dalam mendidik dan mengadaptasi pelaku korupsi ke masyarakat. Langkah-
langkah berikut harus diselesaikan:

1) Pendidikan dan Pelatihan


Pelaku korupsi harus mendapat pelatihan menyeluruh tentang akibat negatif
perbuatannya serta nilai-nilai etika, kejujuran, dan integritas. Pelatihan ini harus
dilakukan secara terus menerus untuk memastikan perubahan sikap dan perilaku
yang berkelanjutan.

2) Proses Reintegrasi
Pelaku korupsi harus diberikan kesempatan untuk berintegrasi kembali ke
masyarakat jika mengakui kesalahannya dan bersedia mempertanggungjawabkan
perbuatannya. Hal ini dapat dilakukan melalui program reintegrasi sosial yang
melibatkan masyarakat dan lembaga pengadilan untuk memberikan dukungan dan
bimbingan.

3) Menciptakan komunitas berbasis nilai


Menciptakan komunitas berbasis nilai yang mendorong kejujuran dan integritas
sangat penting dalam proses reintegrasi. Komunitas ini dapat memberikan
dukungan sosial, membimbing dan mengendalikan perilaku para pelaku korupsi
untuk mencegah terulangnya tindakan korupsi.

4)Pengakuan dan tanggung jawab


Pelaku korupsi harus menanggung akibat perbuatannya, termasuk mengakui
kesalahannya dan bersedia mempertanggungjawabkan kerugian yang
ditimbulkan. Pengakuan ini merupakan langkah pertama dalam proses pemulihan
dan transformasi.

5) Pemantauan dan Pengendalian


Penting untuk memiliki mekanisme pemantauan dan pengendalian yang efektif
untuk memastikan bahwa pelaku korupsi mengubah perilakunya dan tidak
kembali melakukan praktik korupsi. Hal ini mencakup peran lembaga negara,
lembaga antikorupsi, dan masyarakat sipil dalam mengendalikan dan
mengarahkan para pelaku korupsi.

Pelaku korupsi harus ditindak secara adil namun tegas. Mereka harus dihukum
sesuai dengan hukum yang berlaku, namun mereka juga harus diberi kesempatan
untuk berkembang dan berintegrasi kembali ke dalam masyarakat dengan
dukungan dan bimbingan yang tepat. Pembelajaran transformatif ini penting untuk
mencegah tindakan korupsi di masa depan dan membangun masyarakat yang lebih
bersih dan adil.

Anda mungkin juga menyukai