Anda di halaman 1dari 2

ABSTRAK

Salah satu kejahatan yang marak terjadi di dunia penerbangan Indonesia yaitu
kejahatan menyampaikan informasi palsu yang membahayakan keselamatan
penerbangan. Aparat penegak hukum yang mempunyai wewenang dalam melakukan
penyidikan tindak pidana penerbangan yaitu Penyidik Polisi Negara Republik
Indonesia dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Penerbangan Sipil. Penyidik
POLRI berwenang melakukan penyidikan atas semua tindak pidana sedangkan PPNS
diberi wewenang khusus untuk melakukan proses penyidikan terhadap suatu tindak
pidana khusus seperti tindak pidana penerbangan sebagaimana telah diatur dalam
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan. Lalu bagaimana batasan
kewenangan yang diberlakukan dalam hal melakukan tugas penyidikan tindak pidana
penerbangan anatara penyidik POLRI dan PPNS? Penyidikan merupakan serangkaian
tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini
untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang
tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. namun
bagaimana jika tersangka telah ditemukan namun proses penyidikan dihentikan? Hal
tersebut sering terjadi pada proses penyidikan tindak pidana menyampaikan informasi
palsu yang membahayakan keselamatan penerbangan.
Spesifikasi penelitian yang digunakan adalah bersifat deskriptif analitis.
Metode pendekatan yang digunakan yaitu yuridis normatif karena meggunakan data
sekunder sebagai data utama. Tahap penelitian dikumpulkan melalui dua tahap yaitu
penelitian kepustakaan (yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder,
dan bahan hukum tersier) dan analisis data yang diperoleh secara yuridis kualitatif
untuk mencapai kepastian hukum.
Pasal 6 KUHAP telah memberikan wewenang khusus kepada PPNS untuk
melakukan penyidikan dan kewenangannya diatur oleh undang-undangnya masing
masing. Artinya kewenangan PPNS dalam melakukan penyidikan sebatas tindak
pidana yang diatur dalam undang-undangnya. PPNS penerbangan sipil hanya
melakukan penyidikan terhadap tindak pidana penerbangan khususnya pada tindak
pidana yang berkaitan dengan keamanan dan keselamatan penerbangan. Salah satu
kewenangan PPNS yang tercantum dalam undang-undang penerbangan yaitu
melakukan penghentian penyidikan jika tidak terdapat cukup bukti. Berdasarkan hasil
penelitian, pada kasus menyampaikan informasi palsu yang membahayakan
keselamatan penerbangan yang terjadi di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin
Makassar, penghentian penyidikan dilakukan dengan cara informal yaitu tersangka
membuat surat pernyataan, diberikan tindakan pembinaan dan sosialisasi.
Kata Kunci: Kewenangan, Tindak Pidana Penerbangan, PPNS Penerbangan Sipil,
Penghentian Penyidikan.
ABSTRACT
One of the crimes that is rampant in the Indonesian aviation world is the crime
of conveying false information that endangers aviation safety. Law enforcement
officials who have the authority to investigate aviation crimes are the State Police
Investigator of the Republic of Indonesia and the Civil Service Investigator (PPNS)
of Civil Aviation. POLRI investigators are authorized to investigate all criminal acts
while PPNS is given special authority to carry out the investigation process of a
special criminal act such as an aviation crime as stipulated in Law Number 1 of 2009
concerning Aviation. Then what are the limits of authority imposed in terms of
carrying out the task of investigating aviation crimes between Police and PPNS
investigators? An investigation is a series of actions of the investigator in terms of
and according to the manner provided for in this law to search and collect evidence
which with that evidence makes light of the criminal act that occurred and in order to
find the suspect but what if the suspect has been found but the investigation process is
stopped? This often happens in the process of investigating criminal acts of
conveying false information that endangers flight safety.
The research specifications used are descriptive analytical. The approach
method used is normative juridical because it uses secondary data as the main
data. The research stage is collected through two stages, namely literature research
(which consists of primary legal materials, secondary legal materials, and tertiary
legal materials) and data analysis obtained juridically qualitatively to achieve legal
certainty.
Article 6 of the Criminal Procedure Code has given special authority to PPNS
to conduct investigations and its authority is regulated by their respective laws. This
means that the authority of PPNS in conducting investigations is limited to criminal
acts regulated in its laws. PPNS civil aviation only conducts investigations into
aviation crimes, especially in criminal acts related to aviation security and safety. One
of the PPNS authorities contained in the aviation law is to stop the investigation if
there is not enough evidence. Based on the results of the study, in the case of
conveying false information that endangered flight safety that occurred at Sultan
Hasanuddin Makassar International Airport, the termination of the investigation was
carried out in an informal way, namely the suspect made a statement letter, was given
guidance and socialization actions.
Keywords: Authority, Aviation Crimes, Civil Aviation PPNS, Termination of
Investigations.

Anda mungkin juga menyukai