Anda di halaman 1dari 18

PROFIL PENGGUNAAN DIGOKSIN DAN DIURETIK PADA PASIEN

GAGAL JANTUNG KONGESTIF DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD


SULTAN SYARIF MOHAMMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK
PERIODE TAHUN 2016 – 2018

NASKAH PUBLIKASI

Oleh :

KORNELIA ELSI
NIM. I1022151014

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2020
NASKAH PUBLIKASI

PROFIL PENGGUNAAN DIGOKSIN DAN DIURETIK PADA PASIEN


GAGAL JANTUNG KONGESTIF DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD
SULTAN SYARIF MOHAMMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK
PERIODE TAHUN 2016 – 2018

Oleh :
KORNELIA ELSI
NIM. I1022151014
PROFIL PENGGUNAAN DIGOKSIN DAN DIURETIK PADA PASIEN
GAGAL JANTUNG KONGESTIF DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD
SULTAN SYARIF MOHAMMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK
PERIODE 2016 – 2018
Kornelia Elsi1 , Robiyanto1 , Nurmainah 1

1
Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura
Jalan Prof. Hadari Nawawi, Pontianak 78124
Email : Korneliaelsi03@gmail.com

ABSTRAK
Congestive heart failure (CHF) adalah suatu keadaan dimana jantung tidak
dapat memompa darah secara optimal. Penderita gagal jantung seringkali
diresepkan obat-obatan dengan risiko terjadinya Drug Related Problems (DRPs)
yang mungkin mempengaruhi kondisi pasien CHF. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui profil karakteristik pasien CHF meliputi usia, jenis kelamin, tekanan
darah, komorbid, persentase penggunaan digoksin dan diuretik, dan persentase
tingkat keparahan minor dan moderat dari interaksi obat digoksin dan diuretik
pada pasien gagal jantung di Instalasi Rawat Jalan RSUD Sultan Syarif Mohamad
Alkadrie Pontianak 2016–2018. Jenis penelitian ini termasuk penelitian
observasional menggunakan rancangan studi potong lintang (cross sectional).
Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif menggunakan data rekam medis
pasien rawat jalan gagal jantung kongestif (ICD I50.0). Teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Penggunaan dan tingkat
keparahan interaksi obat digoksin, furosemid dan spironolakton tergolong
moderat dan oleh 68,4% pasien, tingkat keparahan obat digoksin dan furosemid
tergolong moderat terjadi pada 31,6% pasien, tingkat keparahan interaksi obat
digoksin dan spironolakton tergolong minor dan tidak dialami oleh pasien (0%).
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu penggunaan kombinasi obat digoksin dan
diuretik pada pasien CHF tergolong moderat karena berisiko menimbulkan
toksisitas digoksin, kondisi hypokalemia dan hipomagnesia, serta jantung tidak
teratur (aritmia)

Kata Kunci : Gagal Jantung Kongestif, Digoksin, Furosemid, Spironolakton


DIGOXIN AND DIURETIC USE PROFILE IN CONGESTIVE HEART
FAILURE PATIENTS ON OUTPATIENT INSTALLATION AT SULTAN
SYARIF MOHAMMAD ALKADRIE HOSPITAL PONTIANAK
2016 – 2018
Kornelia Elsi1 , Robiyanto1 , Nurmainah 1

1
Pharmacy Departement, Medical Faculty, Tanjungpura University
Jalan Prof. Hadari Nawawi, Pontianak 78124
Email : Korneliaelsi03@gmail.com

ABSTRACT
Congestive heart failure (CHF) is a medical condition which heart cannot
pump blood optimally. Patients with CHF are often prescribed many drugs that
can cause a high risk of Drug Related Problems (DRPs) and will affect patients'
CHF condition. This study aimed to determine the characteristics of CHF patients
including age, sex, blood pressure, comorbidities, the percentage use of digoxin
and diuretic, and the percentage of minor and moderate severity of drug
interactions between digoxin and diuretic in patients with heart failure in the
Outpatient Installation of RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Pontianak from
2016 until 2018. This research was a descriptive observational study with cross
sectional design. Data were collected retrospectively based on outpatient CHF’s
medical records using purposive sampling technique. The severity of drug
interactions between digoxin, furosemide, spironolactone were moderate and
occurred in 68.4% of patients.The severity of drug interactions between digoxin
and furosemide were moderate and occurred in 31.6% of patients. The severity of
drug interactions between digoxin and spironolactone were relatively minor. The
conclusion of this study is the use of digoxin and diuretic drugs combination in
CHF patients is classified as moderate because it can increases the toxicity of
digoxin, hypokalemia and hypomagnesia, also arrhythmia.

Keywords : Congestive Heart Failure, Digoxin, Furosemide, Spironolactone


PENDAHULUAN yang banyak sehingga memberikan

Indonesia adalah Negara risiko terjadinya Drug Related

berkembang yang mengalami gagal Problems (DRPs) yang akan

jantung kongestif. Menurut Riset mempengaruhi kondisi fisiologis

Kesehatan Dasar (2018) Indonesia pasien.(3) Penelitian di RSUD Prof.

mengalami gagal jantung kongestif Dr. Margono Soekarjo mengatakan

sebesar 1,5% dan di Kalimantan bahwa potensi interaksi obat yang

Barat sendiri penyakit gagal jantung tinggi terdapat pada diagnosis gagal

kongestif diperkirakan sebesar jantung kongestif yang memiliki

1,3%.(1) signifikansi 1 yaitu pada interaksi

Congestive heart failure digoksin dan furosemid.(4)

(CHF) atau gagal jantung kongestif Berdasarkan potensi kejadian

adalah suatu keadaan dimana jantung keparahan yang terjadi dari

tidak dapat memompa darah secara penggunaan kombinasi digoksin dan

optimal. Gagal jantung kongestif diuretik, peneliti tertarik untuk

diikuti oleh peningkatan volume mengetahui profil penggunaan

darah yang abnormal. Kondisi digoksin dan diuretik pada pasien

normal, jantung bekerja memompa gagal jantung kongestif. Penelitian

darah keseluruh tubuh untuk ini akan dilakukan di Instalasi Rawat

memenuhi kebutuhan metabolisme, Jalan RSUD Sultan Syarif

baik saat istirahat dan saat bekerja.(2) Mohammad Alkadrie Pontianak. Hal

Penderita gagal jantung seringkali ini penting dilakukan sebagai bahan

mendapatkan obat dengan jumlah evaluasi untuk menekan penggunaan


kombinasi obat digoksin dan diuretik dicatat meliputi usia, jenis kelamin,

pada pasien gagal jantung kongestif. penyakit penyerta, tekanan darah.

METODE PENELITIAN Data pengobatan pasien gagal

Alat dan Bahan jantung kongestif meliputi nama

Jenis penelitian ini termasuk obat, bentuk sediaan obat, dosis obat,

penelitian observasional frekuensi penggunaan obat,dan lama

menggunakan rancangan studi penggunaan obat di RSUD Sultan

potong lintang (cross sectional) yang Syarif Mohammad Alkadrie

bersifat deskriptif. Pengumpulan data Pontianak. Teknik pengambilan

dilakukan secara retrospektif sampel yang digunakan adalah

menggunakan data rekam medis purposive sampling.

pasien rawat jalan gagal jantung Pasien yang memenuhi

kongestif di RSUD Sultan Syarif kriteria inklusi merupakan pasien

Mohammad Alkadrie tahun 2016 – rawat jalan yang terdiagnosis CHF

2018. dengan usia ≥ 18 tahun, pasien

Bahan yang digunakan dalam dengan kode ICD-10 I50.0, Pasien

penelitian yaitu data rekam medis menerima kombinasi digoksin dan

pasien rawat jalan gagal jantung diuretik (furosemid dan atau

kongestif, dengan kode spironolakton). Sedangkan pasien

(International Statistical yang tidak memenuhi kriteria inklusi

Classification of Diseases and adalah pasien rawat jalan dengan

Related Health Problems) ICD-10 data rekam medis tidak lengkap.

I50.0. Data karakteristik pasien yang


Penelitian ini dilaksanakan

setelah lulus Kaji Etik dari komisi

Etik Penelitian Fakultas Kedokteran

Unversitas Tanjungpura dengan

nomor3472/UN22.9/DL/2019. sampel yang digunakan ialah sebesar

Penentuan minimal sampel 19 sampel.


Data yang diperoleh dianalisis
menggunakan rumus :(5)
secara deskriptif meliputi data

persentase penggunaan digoksin dan

n = Ukuran sampel diuretik, persentase tingkat

Z = Nilai baku dari distribusi normal keparahan minor dan moderat dari

tertentu (1,96) interaksi obat digoksin dan diuretik

P = Prevalensi (1,3% atau 0,013)(4) pada pasien gagal jantung kongestif.

Q = 1-P Data diolah menggunakan komputer

d = derajat akurasi / presisi mutlak dengan software (Microsoft excel)

dan di interpretasikan dalam bentuk

tabel. Hasil analisis data akan

disajikan dalam bentuk uraian, tabel,

dan grafik.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Subyek Penelitian

Tabel 1. Karakteristik Subyek Penelitian

No Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

1. Usia (tahun)
a. a. Dewasa (18-59) 11 57,8
b. b. Lanjut Usia (≥60) 8 42,2
2. Jenis Kelamin
a. a. Laki-laki 9 47,3
b. b.Perempuan 10 52,6
3. Tekanan Darah
a. a. Hipotensi 0 0
b. b. Normal 16 84,2
c. c.Prahipertensi 2 10,5
d. d. Hipertensi 1 1 5,2

ini dikarenakan pola hidup pasien

Penderita CHF 57,8% pasien dewasa yang kurang baik seperti

(18-59 tahun) dewasa lebih banyak mengkonsumsi alkohol. Gagal

mengalami CHF dibandingkan usia jantung kongestif dipengaruhi oleh

lanjut 42,2% (≥60 tahun) . Penelitian usia yang semakin menua

Nurhayati mengatakan bahwa pasien dikarenakan pada usia tua fungsi

yang rentan terkena penyakit jantung jantung sudah mengalami penurunan

berada rentang usia antara 40-59 dan adanya perubahan-perubahan

tahun (50%).(6) pada sistem kardiovaskular seperti

Pasien dewasa memiliki risiko penyempitan arteri oleh plak, dinding

untuk mengalami CHF lebih tinggi jantung yang menebal, dan ruang

dibandingkan dengan usia lanjut. Hal bilik jantung yang mengecil.(7)


Pasien perempuan (10) lebih Persentasi tekanan darah dari

banyak terserang penyakit CHF 19 pasien tersebut yang terbesar

dibandingkan dengan pasien laki-laki adalah pada tekanan darah golongan

(9) dengan persentase yang didapat normal yaitu 84,2%, pada golongan

yaitu 52,6% untuk pasien perempuan pra-hipertensi sebesar 10,5%, dan

dan 47,3% untuk pasien laki-laki. pada golongan hipertensi 1 sebesar

Wanita menopause lebih berisiko 5,2%. Pasien gagal jantung kongestif

terkena penyakit jantung karena pada rawat jalan dengan persentase

kondisi menurunnya atau hilangnya tekanan darah terbesar yaitu pada

kadar estrogen pada perempuan pada golongan normal sebesar 84,2%,

saat menopause menyebabkan karena pasien rawat jalan

peningkatan kadar trigliserida dan sebelumnya sudah menerima terapi

penurun lemak total.(8) saat di rawat inap sehingga tekanan

darahnya sudah kembali normal.

Tabel 2. Rata-Rata Tekanan DarahPasien


Gagal Jantung Kongestif (CHF ICD I50.0)

No Jenis Obat Gagal Jantung Frekuensi Rata-rata Tekanan


Kongestif (N=20) Darah Pasien
(mmHg)
1 Digoksin + Furosemid 7 120/75

2 Digoksin + Spironolakton 0 -
3 Digoksin + Furosemid + 13 115/72
Spironolakton
Tabel 3. Komorbid Yang Menunjang Penyakit
Gagal Jantung Kongestif (CHF ICD I50.0)

No Komorbid ICD Frekuensi Persentase(%)

1. Atrial fibrilasi I48 13 50


2. OMI (Old Miocard I25.2 1 3,8
Infark)
3. Udem paru J81 2 7,6
4. HHD-CHF I11.0 1 3,8
(Hypertensive Heart
Disease – Congestive
Heart Failure)
5. Angina pectoris I20.9 1 3,8
7. DM tipe II multiple E11.7 1 3,8
komplikasi
8. CAD (Coronary I25.1 1 3,8
Artery Disease)
9. HHD (Hypertensive I11.9 2 7,6
Heart Disease)
10. PJK (Penyakit I25.9 1 3,8
Jantung Koroner)
11. AKI (Acute Kidney N17.9 1 3,8
Injury)
12. Hipertensi I10 1 3,8
13. Kardiomiopati I42.9 1 3,8

Total 26 100

Penyakit penyerta terbanyak HHD-CHF, angina pectoris, DM

adalah atrial fibrilasi sebesar 50%, tipe II multiple komplikasi, CAD,

terbanyak kedua adalah udem paru PJK, AKI, hipertensi, kardiomiopati

dan HHD yaitu sebesar 7,6%, OMI, sebesar 3,8%. Hasil Penelitian
Caroline mengatakan bahwa 87,5% membutuhkan berbagai macam obat

pasien CHF memiliki penyakit dalam terapinya. Pemberian obat

penyerta yaitu hipertensi, dan yang bermacam-macam jika tidak

penyakit penyerta PJK yaitu sebesar dipertimbangkan dengan baik dapat

32,5%.(9) Pasien gagal jantung merugikan pasien CHF, karena dapat

kongestif biasanya menderita mengakibatkan terjadinya perubahan

penyakit penyerta lain sehingga efek terapi pada pasien

Tabel 4. Persentase Dan Tingkat Keparahan


Penggunaan Digoksin Dan Diuretik serta Potensi Efek Samping(10)

Frekuensi Persentase Tingkat Potensi Efek Samping


(N=19) (%) Keparahan

Diuretik menghilangkan
kelebihan cairan tubuh,
mengurangi kadar kalium
tubuh. Kurangnya kalium
menyebabkan jantung
Digoksin + moderat menjadi sangat peka
Furosemide + 13 68,4
terhadap digitalis dan
Spironolakton
risiko keracunan dengan
meningkatnya gejala
mual, sakit kepala, tidak
nafsu makan, gangguan
penglihatan.

Toksisitas digoksin,
Digoksin + moderat hipokalemia,
6 31,6
Furosemid hipomagnesemia, detak
jantung tidak teratur
(aritmia)

Digoksin + minor Meningkatkan kadar


0 0
Spironolakton konsentrasi digoksin.
Persentase penggunaan obat secara intraseluler. Penurunan efek

yang paling banyak adalah kombinasi gradien Na+ pertukaran Na+-Ca2+, dan

dari ketiganya yaitu digoksin Ca2+ terakumulasi di dalam sel.(12)

spironolakton dan furosemide sebesar


Furosemid merupakan obat
68,4%, kombinasi obat digoksin dan
golongan diuretik loop. Diuretik loop
furosemide sebesar 31,6% sedangkan
secara aktif disekresikan ke dalam
kombinasi digoksin dan spironolakton
tubulus proksimal dari plasma dan
yaitu 0%.
bertindak berdasarkan loop naik henle

Digoksin adalah obat golongan untuk menghambat reabsorpsi Cl- dari

glikosida jantung yang dapat lumen tubular oleh Na+-K +-2Cl-

membantu meningkatkan kerja jantung, cotransporter. Obat ini juga

indeks terapi digoksin sendiri sempit meningkatkan ekskresi Na+, K +, dan

jadi perlu hati-hati dalam Ca2+, sehingga meningkatkan volume

penggunaannya dan perlu urin.(12)

pemantauan.(11) Mekanisme dari obat


Spironolakton adalah diuretik
digoksin adalah efek terapi dan toksik
golongan hemat kalium. Spironolakton
yang disebabkan oleh penghambatan
adalah antagonis kompetitif untuk
+ +
Na /K -ATPase (reseptor digitalis)
aldosteron dengan menghambat sintesis
yang terletak di bagian luar membran
protein saluran Na+ dan Na+-K+-
+ +
sel miokard. Pompa Na /K -ATPase ini
ATPase yang mempromosikan
bertanggung jawab untuk pertukaran
reabsorpsi Na+, Cl- dan air.(12)
ion-ion melintasi membrane ketika
Mekanisme kerja dari Spironolakton
pompa dihambat, Na+ terakumulasi
adalah sebagai penghambat aldosteron hasil tingkat keparahan interaksi obat

mulai kerja lambat (sesudah 2-4 jam) yaitu minor dan moderat. Interaksi obat

efek bertahan selama beberapa hari minor terjadi pada kombinasi obat

setelah pemberian dihentikan.(13) digoksin dan spironolakton, sedangkan

Spironolakton sendiri memiliki tingkat keparahan moderat terjadi pada

manfaat yaitu untuk menghambat kombinasi obat digoksin furosemid dan

perburukan gagal jantung dan dapat digoksin furosemid spironolakton.

menurunkan mortalitas.(11) Pada pasien Interaksi obat minor sendiri

rawat jalan, edukasi diberikan agar adalah apabila secara klinik interaksi

pasien dapat mengatur dosis diuretik yang terjadi signifikasinya adalah

sesuai kebutuhan berdasarkan rendah dan tidak memerlukan perhatian

pengukuran berat badan harian dan khusus dalam penanganannya. Interaksi

tanda-tanda klinis dari retensi cairan. obat moderat adalah apabila secara

Efek tidak mengutungkan yang dapat klinik interaksi yang terjadi memiliki

timbul akibat pemberian spironolakton signifikan dengan rentang sedang

adalah hiperkalemia, perburukan fungsi dibandingkan dengan interaksi obat

ginjal, nyeri dan/atau pembesaran mayor. Interaksi obat mayor adalah

payudara apabila obat yang berinteraksi

Berdasarkan signifikansinya mempunyai efek yang dapat

interaksi obat dikategorikan kedalam membahayakan pasien dan biasanya

tiga kelas yaitu interaksi obat minor, terjadi pada obat yang mempunyai

interaksi obat moderat dan interaksi indeks terapi sempit.(12)

obat mayor. Penelitian ini menunjukan


Interaksi obat digoksin dan dengan penggantian diuretik hemat

spironolakton dengan tingkat kalium juga bermanfaat.(14)

keparahan minor. spironolakton dapat Interaksi obat digoksin

berinteraksi dengan obat digoksin yang spironolakton dan furosemid dengan

menyebabkan meningkatnya tingkat keparahan moderat, furosemid

konsentrasi digoksin.(13) sendiri bila diberikan bersama dengan

Interaksi obat digoksin dan digoksin dapat menyebabkan

furosemid dimana furosemid hipokalemia yang mengakibatkan

menyebabkan gangguan elektrolit, toksisitas digoksin meningkat.(10,15)

sehingga mempengaruhi digoksin Penelitian Nurjannah di RS PKU

menginduksi terjadinya aritmia, Muhammadiyah Delanggu Surakarta

interaksi tersebut termasuk interaksi menunjukan bahwa interaksi digoksin

farmakodinamik dengan onset lambat. dan diuretik memiliki tingkat

Pengukuran kadar plasma kalium dan keparahan minor dan moderat, dimana

magnesium perlu saat penggunaan tingkat keparahan moderat dari

kombinasi obat ini. Adanya interaksi interaksi obat digoksin dan furosemid

tersebut dapat diatasi dengan yaitu 8,57%, dengan mekanisme

penggunaan kalium dan magnesium interaksi farmakodinamik, juga

dalam darah. Disamping itu juga dapat interaksi obat digoksin dan

dilakukan pemberian suplemen pada spironolakton dengan tingkat

pasien dengan kadar kalsium dan keparahan minor yaitu 2,86%, dengan

magnesium yang rendah. Pencegahan mekanisme interaksi obat jenis

kehilangan kalium dan magnesium farmakokinetik.(16) Hasil penelitian


Idzni di RSUD Jombang menunjukkan 57,8% dan lanjut usia 42,2%;

bahwa furosemid menjadi obat yang jenis kelamin laki-laki 47,3% dan

paling banyak diresepkan pada pasien perempuan 52,6%; tekanan darah

gagal jantung, furosemid juga termasuk normal 84,2%, prahipertensi

obat yang paling banyak menimbulkan 10,5% dan hipertensi 1 5,2%;

interaksi obat dengan obat lainnya, 100% pasien memiliki minimal 1

interaksi obat digoksin dan furosemid atau lebih komorbid yang

sebesar 3,68%, interaksi obat digoksin berkaitan dengan penyakit CHF

dan spironolakton sebesar 1,47%.(17) pasien.

Hasil penelitian Listyaindra, 2. Persentase digoksin dan diuretik

menunjukkan bahwa interaksi obat yang didapatkan dari hasil

digoksin dan furosemid pada pasien penelitian yaitu 68,4% untuk

gagal jantung kongestif dengan penggunaan obat digoksin,

mekanisme farmakodinamik sebesar diuretik furosemid dan

9,3%. Efek dari interaksi digoksin dan spironolakton, 31,6% untuk

furosemid tersebut yaitu pada pasien penggunaan obat digoksin dan

aritmia dapat menyebabkan diuretik furosemide

hipokalemia dan hipomagnesemia.(18) 3. Tingkat keparahan interaksi obat

KESIMPULAN digoksin,furosemide dan

1. Profil karakteristik pasien gagal spironolakton tergolong moderat

jantung kongestif di RSUD dan terjadi pada 68,4% pasien,

Sultan Syarif Mohamad Alkadrie tingkat keparahan interaksi obat

sebagai berikut : usia dewasa digoksin dan furosemid tergolong


moderat dan terjadi pada 31,6% Sadikin Bandung. Jurnal
Kesehatan Kartika. 2009
pasien. 7. Kusuma D. Olahraga untuk
Orang Sehat dan Penderita
DAFTAR PUSTAKA Penyakit Jantung. Jakarta :
Universitas Indonesia. 2007
1. Departemen Kesehatan Republik 8. Dharma S, Oktavia S, dan hanif
Indonesia. Riset Kesehatan Dasar AM. Evaluasi penggunaan
: RISKESDAS. Departmen kombinasi angiotensin converting
Kesehatan Republik Indonesia. enzyme inhibitor dengan
2018 furosemide terhadap fungsi ginjal
2. Hapsari, Paramita. Kajian pasien gagal jantung kongestif di
Interaksi Obat Pada Pasien Gagal RSUP Dr, M. Djamil padang.
Jantung Kongestif Di Instalasi Prosiding seminar nasional
Rawat Jalan RSUD Dr. Moewardi perkembangan terkini sains
Surakarta Periode Tahun 2008. farmasi dan klinik III. 2339-
Skripsi Fakultas Farmasi 2592. 2013
Universitas Muhammadiyah : 9. Caroline, Stevany. Gambaran
Surakarta . 2010 Faktor Demografi Penyakit
3. Rosmiati K. Identifikasi Drug Penyerta dan Gaya Hidup pada
Related Problems (DRPs) pada Congestive Heart Failure (CHF)
Pasien Gagal Jantung Kongestif di RSUP Dr. Wahidin
di Bangsal Interne RSUP Sudirohudodo dan RS Stella
Dr.Djamil Padang. Jurnal Sains Maris Makassar. Hasanuddin
and Teknologi Laboratorium University. Makassar. 2011
Medik. ISSN : 2527 – 10. Anonim. (2014) . Drug
5267.Vol.1No 1: 12-28 . 2016 Interactions Checker. Dikutip
4. Sari A, Wahyono D, Raharjo B. dari:https://www.drugs.com/inter
Identifikasi potensi interaksi obat actions-check.
pada Pasien rawat inap penyakit 11. DiPiro JT, Wells BG,
dalam di rsud Prof. Dr. Margono Schwinghammer TL and DiPiro
soekarjo purwokerto Dengan CV. Pharmacotherapy Handbook,
metode observasional Ninth Edit. McGraw-Hill
Retrospektif periode november Education Companies. Inggris.
2009 - Januari 2010. Fakultas 2015
Farmasi Universitas Ahmad 12. Simmons AM. Pharmacology An
Dahlan.Yogyakarta. 2010 Illustrated Review Edisi 1. New
5. Lemeshow S,. Hosmer D.W.J,. York : Kent State University.
Klar J,. Lwanga S.K,. Adequacy Sept 2011
Of Sample Size In Health 13. Tim MGMP Pati. Ilmu Kesehatan
Studies. World Health Masyarakat untuk SMK Farmasi
Organization. 1990 III. Penerbit Deepublish.
6. Nurhayati E. Gambaran Faktor Yogyakarta. 2015
Risiko pada Pasien Penyakit 14. Tatro DS. Drug Interaction Facts,
Gagal Jantung Kongestif di The Authority on Drug
Ruang X.A RSUP Dr. Hasan Interactions, 1 edition. ed.
Lippincott & Wilkins : Saint
Louis. 2009
15. Fajriansyah, Tahir H, Kombong
A. Kajian Drug Relation Problem
(Drps) Kategori Interaksi Obat,
Over Dosis Dan Dosis Subterapi
Pada Pasien Gagal Jantung
Kongestif Di Rsup Universitas
Hasanuddin. Jurnal Ilmiah
Farmasi UNSRAT . Vol. 5 No. 1
ISSN 2302 – 2493. Februari 2016
16. Nurjannah S. Identifikasi Drugs
Related Problems (DRPs)
Potensial pada Pasien Gagal
Jantung Kongestif di Instalasi
Rawat Inap RSU PKU
Muhammadiyah Delanggu tahun
2016. Skripsi. Fakultas Farmasi
Universitas Surakarta. 2018
17. Idzni NF. Studi Potensi Interaksi
Obat Pada Terapi Pasien Gagal
Jantung di Instalasi Rawat Inap
RSUD Jombang tahun 2016.
Skripsi. Fakultas Kedokteran dan
Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negri Maulana Malik
Ibrahim Malang. 2017
18. Saverase G, and Lund LH. Global
Public Health Burden of Heart
Failure. Radcliffe Cardiology.
2017

Anda mungkin juga menyukai