AKSES VASKULAR
o Hemodialisa
o Definisi
Akses vaskular adalah suatu alat yang memudahkan untuk mengambil atau memasukan
obat secara langsung ke pembuluh darah. Akses vaskular digunakan pada pasien yang rutin
dilakukan tindakan pada pembuluh darahnya, antara lain pasien dengan gagal ginjal, pasien cancer
yang memerlukan tindakan kemoterapi dan pasien kritis di perawatan intensif (ICU). Pemasangan
akses vaskular bertujuan untuk pemberian obat-obatan, therapy cairan, mengambil darah, serta
untuk tindakan hemodialisa pada pasien HD. Secara umum akses vascular terbagi menjadi 3 yaitu
1. Chemoport
Chemoport merupakan akses vaskular pada pasien kanker. Chemoport dipasang
pada pembuluh darah vena di leher. Alat ini sangat membantu untuk kemoterapi yang rutin
dijalani pasien, karena pasien tidak perlu ditusuk berulang-ulang dan dapat mengurangi
risiko pecahnya pembuluh darah. Chemoport digunakan untuk pasien yang memerlukan
pengobatan intravena jangka panjang, misalnya pemberian obat kemoterapi berulang,
nutrisi parenteral, transfusi, infus, suntikan, dan mengambil sampel darah. Indikasi
pemasangan chemoport pada pasien cancer karena obat kemoterapi dapat merusak dinding
vena perifer dan cepat mengakhiri akses perifer. Menurut rekomendasi terkini dari
Masyarakat Eropa untuk Nutrisi Parenteral dan Enteral (ESPEN), infus dengan osmolaritas
rendah (<850 mOsm/L) dapat diberikan melalui infus vena perifer. Komplikasi
pemasangan, menurut definisi, adalah komplikasi yang timbul antara 24 jam hingga 4
minggu setelah pemasangan. sedangkan komplikasi lanjut adalah komplikasi yang timbul
lebih dari 4 minggu setelah pemasangan. Komplikasi pemasangan chemoport adalah
infeksi, penyempitan kaliber vena, dan oklusi trombotik yang dapat menyebabkan akses
pada vena perifer sulit untuk ditemukan. Komplikasi pemasangan chemoport dibagi
menjadi komplikasi prosedural yang timbul selama pemasangan, komplikasi kateter, dan
komplikasi vaskular.
Pemasangan chemoport dapat dilakukan pada rawat inap atau rawat jalan. Dokter
yang melakukan pemasangan harus melakukan pemeriksaan fisik, ultrasonografi vena di
lokasi yang diinginkan dan memberikan edukasi pra operasi pada pasien mengenai
prosedur
Penyebab umum obstruksi pada chemoport adalah bekuan darah, sisa nutrisi parenteral,
dan obat-obatan yang pekat. Untuk menentukan jenis penyebab obstruksi, dengan melakukan
pengkajian kepada pasien penggunaan terkhir chemoport. Komplikasi yang dapat menyebabkan
tidak lancarnya aliran chemoport yaitu terdapat obstruksi pada lumen, ujung kateter tertekuk atau
tergeser, pembentukan selubung fibrinosa di sekitar kateter, Dislokasi ujung kateter dapat terjadi
beberapa bulan setelah implantasi, Fraktur dan kebocoran kateter dapat disebabkan oleh
terjepitnya kateter di antara tulang rusuk pertama dan tulang selangka (“pinch-off syndrome”),
Dislokasi ujung kateter dapat terjadi beberapa bulan setelah pemasangan, Malposisi ujung kateter
di mediastinum merupakan komplikasi yang sangat serius yang dapat menyebabkan masuknya
larutan infus ke dalam mediastinum atau rongga pleura, Trombosis yang berhubungan dengan
port-kateter dapat menyebabkan oklusi vena sentral dan bahkan sindrom vena cava superior,
Langkah – langka yang dapat dilakukan untuk mengatasi obstruksi pada chemoport yaitu :
- Pertama, 100 IU heparin dalam 5 mL saline 0,9% disuntikkan dan disedot tanpa tekanan
melalui spuit 5 mL. Jika masih terdapat obstruksi larutkan 10.000 IU urokinase dalam 2
mL larutan garam 0,9% dan masukan ini kedalam lumen chemoport selama 20 menit,
larutan ini disedot keluar dari port dan port dibilas dengan 20 mL saline 0,9%. Prosedur ini
dapat diulang hingga tiga kali
- Lakukan dengan menggunakan kontras radiografi. Media kontras disuntikkan melalui port,
dan lakukan fluoroskopi.
- Jika perawatan chemoport dilakukan dengan rutin dan benar, chemoport dibilas dengan
20 mL saline 0,9% sebelum setiap infus, pasien akan menyadari masalah melalui sensasi
tekanan dan rasa terbakar pada tingkat kerusakan. Suntikan kurang dari 10 mL tidak boleh
diberikan di port, karena tekanan yang lebih tinggi saat penyuntikan tersebut dapat
menyebabkan terlepasnya atau robeknya kateter. Jika ini terjadi, sistem yang rusak harus
diperbaiki. Pasien terkadang mengeluhkan tekanan pada vena leher selama infus.
Kapan dan Apa alasannya Perawat Harus Menyarankan Pasien Operasi AV – Shunt
Sarankan pasien secepat mungkin untuk dilakukan AV-Shunt setelah dinyatakan menderita gagal
ginjal tahap akhir dan harus HD tetapi biasanya pasien sudah disarankan oleh dokter penyakit
dalam bahkan sebelum HD dimulai. Dengan harapan memudahkan ahli bedah untuk memilih
pembuluh darah yang baik karena belum terkena trauma akses saat HD atau pengobatan intravenus
yang lain, selain itu pemakaian area femoralis untuk akses HD sangat beresiko untuk jangka
panjang.
Dengan operasi AV-Shunt sedini mungkin diharapkan juga pembuluh darah arteri dan vena belum
terkena komplikasi lebih lanjut dari penyakit seperti hipertensi dan diabetes melitus yang dapat
menyebabkan ding-ding pembuluh darah menjadi tebal dan mengalami diseksi.
Penebalan pembuluh darah biasanya terjadi karena arterosklerosis dan hiperplasia sel pada
pembuluh darah akibat penyakit kronis. Diseksi terjadi karena adanya ploriferasi intima yang
disebabkan oleh vasokontriksi pembuluh darah seperti pada hipertensi yang akhirnya terjadi
tekanan tinggi pada tunika media sehingga bagian tunika intima dan adventisia menjadi terpisah.
Pada pemotongan pembuluh darah yang mengalami diseksi terlihat seperti adanya dua ding-ding
pembuluh darah.
• Penting mengkaji (termasuk deteksi madiri oleh pasien): flow, thrill, kekenyalan
pembuluh (manual maupun dengan pencitraan/USG,dopler) , observasi area op terhadap
resiko infeksi dan komplikasi lainnya.
• Pasien diminta melatih tangan (KDOQI merekomendasikan penggunaan seluruh tangan
dari pada hanya menggerakan jari- jari tangan, gunakan untuk aktifitas biasa_ latihan
fisik secara wajar)
• Bergerak bebas namun hati-hati supaya tidak terbentur
• Area anastomosis jangan tertindih pada saat tidur
• Hindari pemakaian aksesoris di area AVF, pakaian terlalu ketat
• Hindari infud dan mengukur TD di area AVF
• Menjaga kebersihan area AVF
• Kondisi hipovolemia sedapat mungkin dihindari karena berisiko terhadap pematangan
dan kematian AVF karena thrombosis
• Catat kondisi dan maturasi AV Fistula
• Perubahan dibandingkan dengan ekstremitas sebelah
o Komplikasi
Komplikasi pemasangan AV-shunt menurut Sebayang dan Hidayat (2020) adalah
gagal pirau, stenosis pada kaki vena proksimal (48%), thrombosis (9%), aneurisma (7%),
gagal jantung karena pirau terlalu besar (lebih besar dari 20% cardiac output), arterial steal
syndrome dan iskemia distal (1,6%), hipertensi vena distal dari shunt pembengkakan,
hiperpigmentasi, indurasi kulit dan terkadang terjadi ulserasi. Beberapa Komplikasi pada AV
Shunt yaitu :
- Trombosis Pada Awal Pasca Bedah (early thrombosis)
Terjadi aneurisma vena dan trombosis sebagai komplikasi tusukan jarum
hemodialisa berkali-kali di tempat yang berdekatan.Tusukan jarum hemodialisa
berkali-kali di tempat yang terlalu dekat, akan mengganggu kesembuhan dinding vena
di tempat itu, sehingga menimbulkan kelemahan dinding berupa anerisma, trombosis,
clan perdarahan karena anerisma yang pecah. Pada kasus ini dilakukan penutupan AV
shunt dengan melakukan ligasi menggunakan benang silk 1-0 pada pembuluh vena
dekat anastomosis. Sering timbul sumbatan trombus yang terjadi awal pada beberapa
jam sampai 1- 2 jam pascaoperasi. Hal tersebut umumnya akibat kesalahan teknik
operasi (penjahitan yang menimbulkan penyempitan lumen pembuluh, pemilihan
pembuluh yang terlalu kecil dan berdinding tipis (biasanya vena yang di dekat
permukaan), kualitas pembuluh yang tidak baik karena sudah ada thrombus - trombus
pada pembuluh tersebut). Walaupun demikian trombosis dapat pula terjadi akibat
penurunan volume darah intravaskular sehingga menimbulkan hipotensi. Bila volume
yang menurun tersebut tidak segera diperbaiki maka trombosis akan menimbulkan
penyumbatan menetap. Hipotensi dapat pula disebabkan penarikan cairan tubuh pasien
oleh hemodialisis, muntah-muntah, diarrhea, yang selanjutnya menimbulkan trombosis
yang menyumbat AV shunt.
- Sumbatan trombus yang terjadi belakangan ( Late Trombosis)
Biasanya beberapa bulan sampai beberapa tahun pascaoperasi, dapat terjadi
dengan sebab yang ditunjukkan di atas, tetapi bukan oleh kesalahan teknik operasi.
Biasanya disebabkan:
(1) Hipotensi akibat kehilangan darah, infark miokard, oleh muntah-muntah, mencret,
clan lain-lainnya atau seperti diterangkan di atas.
(2) Penyempitan pembuluh vena oleh hiperplasia endothelium akibat tekanan darah
tinggi pada bagian vena dekat anastomosis.
(3) Penyempitan akibat trauma tusukan jarum hemodialisis, trauma tekanan misalnya
oleh tensimeter atau tertindih saat beristirahat/tidur.
(4) Anerisma vena akibat tekanan aliran darah tinggi, menimbulkan arus turbulen
sehingga memudahkan terbentuknya trombus. Thrombus juga dapat terjadi karena
penurunan volume darah intravascular yang menimbulkan hipotensi.
(Gallieni:2013, Yuwono:2009). Terjadinya thrombus juga dapat dicegah dengan
anamneses yang baik terhadap kematangan dan menghindari resiko kegagalan
dalam melakukan akses vaskuler, evaaluasi yang baik oleh ahli bedah dan perawat
HD|.Robin and colleagues (2003) mengatakan bahwa perawat memiliki keakuratan
dalam mengidentifikasi kematangan AVFistula sebagai akses vaskuler HD.
Thrombosis terjadi sekitar 17% pada pasien dengan AV-Fistula (Beathard :2003)
Bila AV shunt tersebut tersumbat oleh trombus (trombosis), maka harus dibuat lagi
AV-Fistula yang baru, karena biasanya penderita terlambat (setelah beberapa hani)
memberitahukannya kepada dokter. Dalam keadaan tertentu di mana tidak dapat
ditemukan vena yang baik, maka harus digunakan pembuluh darah buatan
(prosthesis, protesa) seperti politetrafluoroetilen (PTFE, Goretex). Keadaan yang
memaksa untuk menggunakan protesa pembuluh darah adalah pada penderita
Diabetes mellitus (pada kasus di mana gula darah tidakterkontrol sehingga dapat
terjadi arteri dan vena pada lengan telah tersumbat di beberapa tempat oleh proses
endapan lemak clan trombus, sehingga AVshunt yang dibuat akan tersumbat pula)
kegemukan (pada kásus mi lemak subkutis—di bawah kulit—terlalu tebal sehingga
walaupun vena cukup besar akan menjadi kendala bagi perabaan vena tersebut
ketika hemodialisis), pembuluh sudah banyak digunakan pada operasi sebelumnya
(trauma operasi pada jaringan mengakibatkan proses jaringan parut berupa fibrosis
yang menimbulkan kesulitan untuk menemukan pembuluh darah yang diperlukan).
o Aneurisma vena
Aneurisma vena adalah pelebaran dinding vena akibat dinding vena tersebut yang
tipis yang mendapat aliran darah bertekanan tinggi. Aneurisma mi adalah perubahan yang
wajar yang terjadi pada setiap penderita yang memiliki AV shunt, karena sebelum vena
dihubungkan dengan arteri, tekanan darah yang mengalir dalam vena bertekanan rendah.
Setelah vena tersebut dihubungkan dengan arteri, maka darah yang mengalir di dalam vena
adalah berasal dari anteri yang bertekanan tinggi. Komplikasi ini sering dialami setelah
beberapa bulan pascabedah, tetapi tidak memerlukan tindakan bedah bila kulit di atasnya
masih cukup kuat, atau bila tidak pecah/ruptur.
Aneurisma ini dapat ditusuk jarum dialysis tanpa menimbulkan ruptur bila dilakukan hati-
hati, yaitu ditusuk pada bagian yang kulit di atasnya masih cukup kuail tebal. Bila anerisma
menjadi terlalu besar clan menimbulkan keluhan nyeri, anerisma tersebut harus dilakukan reparasi
melalui operasi untuk memperbaiki pelebaran dinding vena tersebut. Aneurisma banyak terjadi
pada pasien dengan hipertensi sedang-berat, dengan adamya aliran yang tinggi ke area venus hasil
anastomosis maka endotel vascular akan mengalami hyperplasia dan hipertropi sebagai
kompensasasi, aneurisama sebenarnya tidak bermasalah jika memang tidak terlalu besar,
menimbulkan sakit dan memiliki resiko rupture. Aneurisma juga terjadi disertai dengan adanya
stenosis karena adanya invasi fistula yang berulang terutama jika akses dilakukan pada tempat
yang sama.
o Arterial Steal Syndrome (ASS)
Steal (aliran darah arteri tercuri) menyebabkan dingin pada perabaan tangan, nyeri clan
kesemutan, otot lemah pada jar-jar tangan di bagian distal dari luka operasi AV shunt. Gejala
tersebut semakin terasa pada saat dilakukan hemodialisis. Bila steal mi dibiarkan, dapat
menimbulkan kerusakan menetap jaringan neuromuscular tangan, karena steal tersebut
menyebabkan jumlah darah berkurang yang mengalir ke bagian distal dari lokasi operasi AV shunt
sehingga menimbulkan iskhemia jaringan, dan kemudian terjadi luka pada ujung-ujung jar
(nekrosis, gangren). Diagnosis arterial steal syndrome dilakukan dengan beberapa cara atau
gabungan dari beberapa cara yaitu : pemeriksaan fisik dan anamnesa riwayat, pemeriksaan dengan
Doppler dan arteriogram (J Vasc Nurs:2012). Arterial steal syndrom di tegakan dengan adanya
tanda tanda klinis pada bagian distal AV Fistula seperti kepucatan, hilang atau menurunnya nadi,
gejala gejala persarapan seperti kesemutan, rasa terbakar, mati rasa, kematian dan tanda - tanda
iskemik jaringan atau jari-jari tangan ( Zamani et.al (2009). Untuk mengatasinya harus segera
menutup AV shunt. Kemudian membuat AV shunt yang baru di tempat lain dengan harapan tidak
terjadi steal di tempat baru tersebut (diusahakan agar jangan di tempat yang sama, sebaiknya dari
pergelangan pindah ke tempat yang lebih proksimal atau di Fossa cubiti atau pindah ke lengan
lainnya, lubang anastomosis antara arteri dan vena jangan terlalu besar). Pengalaman operasi AV
shunt yang dikerjakan oleh penulis pada pasien di berbagai kota di Indonesia, belum pernah
sekalipun menemukan komplikasi semacam mi dari hasil operasi yang dilakukan penulis. Steal
tersebut dapat dicegah bila diameter anastomosis (antara arteri dan vena) tidak melebihi diameter
arterinya (sebaiknya 75% diameter arteri). Steal lebih sering dijumpal pada anastomosis
menggunakan A.Brachialis (di lengan atas) dari pada anastomosis di pergelangan tangan
(A.Radialis).
o Hipertensi vena
Komplikasi yang disebabkan oleh terganggunya aliran darah vena bagian distal dan lokasi operasi
anastomosis AV, sehingga menimbulkan pembengkakan jaringan. Keadaan ini dapat pula
menimbulkan infeksi bakteri akibat adanya gangguan drainase vena (terhambatnya aliran vena
akan memudahkan timbulnya infeksi), atau infeksi bakteri yang terjadi primer menimbulkan
pembengkakan (edema) jaringan yang mengganggu aliran darah vena, akibatnya akan terjadi
hipertensi vena. Dengan' pemberian antibiotika yang cukup, biasanya infeksi bakteri teratasi,
pembengkakan pun mereda.
Adapun gejala hipertensi pada vena yaitu pembengkakan, perubahan warna kulit dan
hiperpigmentasi. Penyebabnya stenosis, obstruksi pada vena, ulserasi dan nyeri. Bila hipertensi
vena disebabkan oleh adanya gangguan drainase vena (aliran darah vena tidak menuju ke arah
jantung, tetapi akibat adanya sumbatan maka aliran menjadi berbalik menuju tangan), sehingga
menimbulkan pembengkakan tangan yang akut, dan menyebabkan tangan menjadi kaku serta
nyeri. Pada kasus tersebut penanggulangannya adalah dengan melakukan operasi untuk menutup
AVshunt (cukup dengan melakukan operasi ligasi atau mengikat vena pada AV shunt sehingga
tidak ada lagi aliran darah dari arteri ke vena).
o Infeksi
lnfeksi bakteri dapat terjadi dengan gejala pembengkakan, kulit berwarna kemerahan, nyeri,
peningkatan suhu di tempat tersebut. Keadaan daya tahan imunologi penderita gagal ginjal
menahun biasanya relatif rendah, sehingga mudah mengalami infeksi. Pencegahannya adalah
dengan tindakan aseptik (kain steril, duk bolong) dan antiseptik (povidon-iodine 10% atau
Betadine, alkohol 70%) ketika penusukan jarum dialisa. Tetapi bila infeksi sudah terjadi harus
diberikan antibiotik, analgetika selama paling sedikit 5 hari. Untuk membantu mempercepat
berkurangnya pembengkakan dapat diberikan tablet Diosmin Hesperidin (Ardium, sehari 2 X 1
tablet sesudah makan, selama 7 hari berturut - turut).
o Stenosis
Stenosis ini disebabkan oleh hiperplasia intima dan fibromuskular pada saluran aliran vena.
Penyebab :
o Pseudoaneurysma
o Cedera dinding/ intima vaskular k/ tusukan jarum t.u k/ ketidak tepatan
penusukan/kegagalan penusukan, adanya efek iskemik, cedera akibat kanulasi berulang
dan fibrosis.
o Turbulensi aliran darah
Tanda stenosis AV-Fistula :
🞂 Area yang mengeras di sepanjang pembuluh darah
🞂 Pembekuan ekstrakorporeal : Clooting berulang
🞂 Bruit hanya di area anstomosis
🞂 Perubahan bruit , termasuk penyebaran bruit ke luar area venus anastomosiskan
🞂 Nilai Kt / V menurun (Nilai Resirkulasi > 10 %)
🞂 Pendarahan pasca dialisis yang berkepanjangan.
🞂 Penempatan jarum yang sulit.
🞂 Tekanan yang meningkat pada venus monitor mesin HD (tergantung cabang vaskular di
sekitar aliran outlet/venus.
⮚ Pelepasan Fistula :
- Di tekan dengan media steril seperti deper/kasa.
- Penekanan tidak terlalu kuat , secukupnya dan tidak di koyak atau di putar-putar.
- Tdk menekan saat semua jarum masih masuk di dlm pembuluh darah, biarkan jarum keluar
lebih dari ½ nya baru di tekan/ setelah ujung jarum di tarik secepatnya di tekan.
- Penekanan ± 5 menit baru di evaluasi, masihkah keluar darah, jangan terlalu cepat
mengangkat tekanan/dep
- Penting mengevaluasi pembengkakan dan respon nyeri setelah pelepasan fistula.
⮚ Perawatan Av-Fistula
1. Jaga agar tetap kering sebelum luka sembuh.
2. Perhatikan adanya perdarahan.
3. Tanyakan kepada dokter kapan bisa mulai melakukan latihan, seperti meremas
bola karet, untuk membantu akses matang dan siap digunakan.
4. Hubungi dokter jika :
a. Perhatikan kemerahan, nyeri, bengkak, atau perasaan hangat area akses
b. Merasa sesak napas
c. Memiliki gejala mirip flu
d. Memiliki suhu tinggi
e. Tanyakan perawat di rumah sakit untuk menunjukkan cara memeriksa AV
Fistula baik selama di rumah : untuk getaran (disebut "sensasi") atau untuk suara
(disebut "bruit" diucapkan ).Jika getaran (thrill) atau suara (bruit) dari akses Anda
tidak ada atau tampak berbeda, hubungi tim perawatan dialisis. Ini bisa berarti
akses tidak bekerja dengan baik.
5. Cuci akses setiap hari dengan sabun antibakteri.
6. Jangan garuk akses menggunakan kuku, karena kuku sumber infeksi.
7. Melakukan desinfeksi sebelum melakukan akses.
8. Perawat atau teknisi seharusnya pakai masker bedah, pelindung wajah,
9. Gunakan sarung tangan saat melakukan inisiasi
10. Hindari batuk atau bersin selama melakukan perawatan akses
11. Tekanan pasca dicabutnya fistula tidak perlu terlalu kuat dan harus tepat diatas
bekas jarum fistula.
12. Beritahukan tim perawatan dialisis jika area aksesnya sakit, bengkak, merah, atau
terasa panas. Ini bisa menjadi tanda infeksi.
13. Jangan biarkan siapa pun mengukur tekanan darah pada area akses AF Fistula.
14. Jangan biarkan siapa pun mengambil darah dari lengan akses ketika tidak dalam
proses dialisis.
b) AV Graft
Arteriovenous Graft adalah suatu pembedahan dengan menempatkan graft
polytetrafluooethylene pada lengan bawah atau lengan atas. Keuntungannya adalah graft ini dapat
dipakai dalam waktu setelah 4 minggu, kerugiannya adalah dapat terjadi thrombosis, stenosis dan
infeksi lebih tinggi dari pemakaian AV shunt (KDOQI, 2019). Berbeda degan AV fistula yang
menggunakan pembuluh darah asli yang memerlukan waktu untuk matang sekitar 2 sampai 3
bulan, alat ini hanya memerlukan waktu 2 sampai 4 minggu sebelum dapat digunakan. Tetapi AV
graft ini sering mengalami kegagalan dalam bentuk trombus dan infeksi. Trombus sering terbentuk
didalam graft sehingga terjadi hambatan aliran darah kemesin HD. Diperlukan perawatan yang
lebih telaten untuk akses vaskular yang menggunakan graft.
KANULASI AVG
Komplikasi
Segera Jangka panjang
Tertusuk arteri Stenosis vena sentral
Pneumothoraks Trombosis
Hemothorax Infeksi
Disritmia Vascular Stricture
Emboli Udara Trauma pleksus brachialis
INFEKSI
Komplikasi infeksi dapat terjadi pada semua akses vaskuler, namun demikian infeksi CVC HD
lebih sering terjadi, kemudian AVG dan AVF. Manajemen komplikasi infeksi adalah sebagai
berikut:
- Upaya pencegahan