Anda di halaman 1dari 11

Revitalisasi Partisipasi Politik dan Kepemimpinan Perempuan Muslim:

Tantangan Aksi untuk Kesetaraan Gender

Nurul Oktaviani, Rijki Albar Saputra, Shandy Auditia Persada,


Muhamad Parhan

Universitas Pendidikan Indonesia

nuruloktaviani@upi.edu albars.putra3@upi.edu shandyauditiaupi@upi.edu,


parhan.muhamad@upi.edu

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat kembali partisipasi perempuan muslim
dalam politik dan kepemimpinan, serta tantangan yang dihadapi dalam mencapai
kesetaraan gender. Studi ini menggunakan metode kuantitatif. Responden penelitian
ini adalah laki-laki dan perempuan yang terlibat dalam kegiatan politik lokal dan
nasional. Hasil analisis menunjukkan bahwa alat penelitian memiliki validitas dan
konsistensi yang tinggi. Temuan ini memberikan dasar yang kuat bagi kesimpulan
bahwa partisipasi politik dan kepemimpinan perempuan muslim memainkan peran
penting dalam upaya mencapai kesetaraan gender. Implikasi dari temuan ini
mendukung perlunya lebih banyak aksi nyata untuk mendukung partisipasi politik
perempuan muslim dan memperkuat kepemimpinan mereka dalam rangka
menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan setara secara gender.

Kata Kunci: Kepemimpinan, Kesetaraan Gender, Partisipasi Politik.

I. PENDAHULUAN

Perempuan muslim saat ini masih menghadapi kesulitan untuk menempati posisi
politik dan kepemimpinan dalam masyarakat muslim saat ini (Rahmayanty et al.,
2023). Namun, partisipasi politik dan kepemimpinan perempuan dapat
berkontribusi pada pembangunan negara dan masyarakat yang lebih inklusif dan
adil (Umami, 2020). Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk merevitalisasi
partisipasi politik dan kepemimpinan perempuan muslim untuk mendorong
kesetaraan gender dalam berbagai sektor kehidupan. Ini dapat dicapai dengan
mendorong perempuan muslim untuk berperan sebagai perubahan dan mengatasi
tantangan yang menghalangi mereka untuk berpartisipasi aktif dalam politik dan
kepemimpinan, baik di tingkat nasional maupun lokal (Aprilia et al., 2020).

Tantangan global yang sangat penting untuk mencapai kesetaraan gender adalah
partisipasi perempuan muslim dalam politik dan kepemimpinan (Ulfiyyati Alifa et
al., 2023). Di dunia Islam, perempuan tidak memiliki peran yang signifikan dalam
politik, tetapi beberapa ulama mendorong partisipasi perempuan dalam bidang ini
lebih luas (Aliano & Adon, 2020). Sangat penting untuk merevitalisasi partisipasi
politik dan kepemimpinan perempuan muslim agar lebih banyak perempuan yang
dapat mengambil peran aktif dalam bidang kebudayaan, ekonomi, dan politik
(Nurcahaya & Akbarizan, 2023).

Negara-negara bagian di wilayah MENA menunjukkan tingkat representasi politik


perempuan yang rendah, hanya mencapai 18%, dibandingkan dengan rata-rata
global sebesar 22%. Meskipun kawasan ini masih memiliki angka terendah dalam
hal persentase perempuan yang duduk di badan legislatif nasional secara global,
seperti Qatar dan Yaman yang memiliki tingkat keterwakilan 0%, namun terdapat
indikasi perubahan yang mulai terjadi. Negara-negara seperti Aljazair (31,6%),
Maroko (17%), Arab Saudi (19,9%), dan Tunisia (31,3%) memimpin gelombang
perubahan ini (Liv Tonnessen, 2018).

Dewasa kini perempuan muslim masih menghadapi tantangan dalam menempati


posisi politik dan kepemimpinan dalam masyarakat muslim. Padahal, partisipasi
politik dan kepemimpinan perempuan dapat memberikan kontribusi positif bagi
pembangunan masyarakat dan negara yang lebih inklusif dan adil. Untuk itu,
diperlukan upaya revitalisasi partisipasi politik dan kepemimpinan perempuan
muslim guna mendorong kesetaraan gender dalam berbagai sektor kehidupan. Hal
ini dapat dilakukan dengan memberdayakan perempuan muslim sebagai agen
perubahan dan menghilangkan hambatan-hambatan yang menghalangi mereka
untuk terlibat aktif dalam politik dan kepemimpinan, baik di tingkat nasional
maupun lokal.

Dalam Sahih al-Bukhari, salah satu dari enam koleksi hadis utama dalam Islam
Sunni, disebutkan bahwa "siapa yang mempercayakan urusannya kepada seorang
wanita tidak akan pernah mendapatkan kesejahteraan," seperti yang dikemukakan
oleh Fatima Mernissi. Anggota Ikhwanul Muslimin percaya bahwa laki-laki dan
perempuan tidak sama, tetapi saling melengkapi, sehingga masing-masing memiliki
hak dan kewajiban yang berbeda sesuai dengan ajaran Islam. Konsep saling
melengkapi ini berakar pada keyakinan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki
perbedaan biologis, dengan perempuan cenderung memiliki sifat yang lebih
emosional, yang dianggap cocok untuk peran membesarkan anak tetapi tidak untuk
membuat keputusan politik.

Menurut Turabi dalam sebuah wawancara pada tahun 2009, ia menyatakan bahwa
"perempuan bisa menjadi pemimpin, kepala negara, menteri. Dia bisa menjadi
segalanya yang bisa dilakukan pria." Meskipun demikian, pada pemilihan umum
tahun 1965, pencalonan Thuraiya Umbabi sebagai kandidat perempuan pertama
dari partai Islam tersebut masih menjadi kontroversi, dengan banyak anggota
Ikhwanul Muslimin ragu untuk mendukung kandidat perempuan dan menyatakan
bahwa perempuan tidak seharusnya terlibat dalam politik.

Bagaimana revitalisasi partisipasi politik dan kepemimpinan perempuan muslim


dapat dilakukan secara efektif untuk mengatasi tantangan dalam mencapai
kesetaraan gender, sementara mempertimbangkan hambatan-hambatan khusus
yang dihadapi dalam mengembangkan kepemimpinan perempuan muslim, serta
mengevaluasi upaya-upaya yang diperlukan untuk menghidupkan kembali peran
politik dan kepemimpinan mereka dalam konteks yang lebih luas (Hayana, 2023)

II. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif


digunakan untuk menganalisis populasi melalui sampel dengan menggunakan
teknik yang relevan. teknik sasaran yang dilakukan yaitu mahasiswi seluruh
Universitas yang ada di Indonesia. Ada 31 orang yang menjawab uji coba. Metode
pengumpulan data menggunakan kuesioner yang disebarluaskan melalui
WhatsApp. Penulis penelitian ini menggunakan skala likert. Seperti yang dijelaskan
oleh Anwar Sanusi (2017), skala likert adalah ukuran yang didasarkan pada jumlah
sikap responden terhadap peryataan yang berkaitan dengan indikator. Indikator ini
dapat berupa indikator suatu konsep atau variable yang sedang diukur. (1) Sangat
tidak setuju (2) Tidak setuju (3) Setuju (4) Sangat setuju adalah indikator yang
dimaksud berdasarkan skala likert 1–4. Dari hasil penelitian ini, nilai skor dapat
dihitung dengan menggunakan alat penelitian skala likert, yang kemudian dapat
ditabulasikan untuk menilai validitas dan reliabilitasnya.

Uji validitas menentukan validitas suatu alat hanya jika ia memiliki kemampuan
untuk mengukur parameter yang diinginkan dan dapat memberikan data dari
variabel yang diteliti secara akurat. Pengujian validitas dilakukan untuk mengetahui
apakah data dapat dipercaya sesuai dengan fakta. Sugiyono (2014) menyatakan
bahwa instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan
data (mengukur) itu valid. Uji validitas instrumen yang digunakan adalah validitas
isi melalui analisis item; ini dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor butir
instrumen dan skor total instrumen. Kriteria untuk menentukan validitas kuesioner
adalah sebagai berikut:

1) Jika r hitung sama dengan r tabel, maka kuesioner tersebut valid;

2) Jika r hitung tidak sama dengan r tabel, maka kuesioner tersebut tidak valid.

Dalam uji reliabilitas, suatu kuesioner dikatakan reliabel jika jawaban responden
konsisten dari waktu ke waktu. Koefisien alpha, yang berkisar antara 0 dan s.d1,
menunjukkan seberapa akurat alat ukur, dan sebaliknya. Sekaran (2000)
menyatakan bahwa membagi tingkat reliabilitas dengan kriteria menunjukkan
bahwa nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,60. dengan persyaratan tingkat
reliabilitas berikut: Jika nilai alpha atau r hitung 0,8 – 1,0 maka dikatakan reliabilitas
baik.
1) Reliabilitas diterima jika nilai alpha atau r hitung berkisar antara 0,6
dan 0,799
2) reliabilitas kurang baik jika nilai alpha atau r hitung kurang dari 0,6.

Metode analisis untuk meguji validitas terhadap instrument Kesetaraan Gender


menggunakan uji Corrected Item to Total Correlation. Dari output SPS akan dilihat
nilai pada Corrected Item - Total Correlation, inilah nilai korelasi yang didapat.
Nilai ini kemudian kita bandingkan dengan nilai r tabel, r tabel dicari pada
signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi. Jika r hitung > r tabel dapat dinyatakan valid dan
Jika r hitung < r tabel atau r hitung negatif dinyatakan tidak valid. Sedangkan
metode analisis untuk menguji reliabilitas terhadap instrument kepuasan kerja
menggunakan metode Cronbach’s Alpha

Table 1.
Indikator variable Penelitian Kesetaraan Gender

Indikator Sub Indikator No. Pertanyaan


STS TS S SS
Partisipasi Politik Ikut serta dalam 1 9 11 10
kegiatan politik lokal
Akses ke partisipasi 3 7 10 11
politik yang sama
dengan laki-laki
Perempuan memiliki 3 3 17 8
peran yang signifikan
dalam keputusan
politik
Dukungan oleh 1 7 14 9
keluarga, teman, dan
masyarakat dalam
partisipasi
masyarakat
Kepemimpinan Hambatan yang 2 10 14 5
dihadapi oleh
perempuan muslim
dalam mencapai
posisi kepemimpinan
politik
Kepemimpinan 4 8 10 8
perempuan muslim
memiliki potensi
utuk memegang
peran kepemimpinan
yng signifikan dalam
konteks politik dan
sosial

Prasangka tertentu 1 8 15 7
yang mempengaruhi
persepsi terhadap
kepemimpinan
perempuan muslim
di masyarakat
Pendidikan dan 1 4 17 9
pelatihan
kepemimpinan dapat
meningkatkan
partisipasi dan
kualitas
kepemimpinan
perempuan
Kesetaraan Pengalaman tentang 1 7 14 9
Gender perempuan muslim
yang berhasil
memegang peran
kepemimpinan
politik
Dalam hal 2 8 12 9
pendidikan politik,
perempuan dan laki-
laki memiliki akses
yang sama.
Perbedaan antara 3 7 12 9
laki-laki dan
perempuan dalam hal
kesempatan karir
politik dan jabatan
politik
Tingkatan Aksi Upaya yang 2 9 15 5
dilakukan
pemerintah dan
organisasi non-
pemerintah ntuk
meningkatkan
kesetaraan gender
dalam partisipasi
politik
Kesetaraan gender 6 2 16 7
dalam politik akan
berdampak positif
pada pembangunan
masyarakat dan
penyelesaian isu –
isu sosial yang
relevan
Hambatan yang 2 7 18 4
dihadapi oleh
seorang
kepemimpinan
perempuan muslim
dalam aktivitas
politik
Usaha pemerintah 2 10 15 4
untuk meningkatkan
partisipasi
perempuan muslim
dalam politik dan
kepemimpinan
III. Hasil dan Pembahasan

Tabel 2.
Hasil uji validitas memakai uji Correlatet item-total correlation
variable Kesetaraan Gender

No. Nilai r
Nilai r tabel Keterangan
Item hitung
1 0.589 0.355 Valid
2 0.801 0.355 Valid
3 0.844 0.355 Valid
4 0.623 0.355 Valid
5 0.585 0.355 Valid
6 0.629 0.355 Valid
7 0.64 0.355 Valid
8 0.778 0.355 Valid
9 0.717 0.355 Valid
10 0.667 0.355 Valid
11 0.602 0.355 Valid
12 0.596 0.355 Valid
13 0.604 0.355 Valid
14 0.643 0.355 Valid
15 0.531 0.355 Valid

Sumber: Data Primer yang telah diolah

Uji validitas kuesioner Kesetaraan Gender melibatkan 31 responden dengan metode


Corrected Item to Total Correlation yang berarti menghitung korelasi antara skor
setiap item dan skor total instrumen, kemudian diubah untuk mencegah nilai
korelasi yang tidak realistis antara item dan skor total.
Dalam uji validitas ini nilai correlated itemtotal correlation disebut juga denga r
hitung, dengan kriteria keputusan validitas jika r hitung > t table dinyatakan valid
dan jika r hitung < r tabel diyatakan tidak valid. Dengan alat bantu Microsoft Excel
ini r hitung sudah diketahui (kolom correlatet item-total correlation), selanjutnya
melakukan pengisian pada rtabel , karena ada 31 orang yang mengisi kuesioner, r
tabel menghasilkan nilai 0,355, yang dapat dilihat dalam distribusi r tabelproduct
moment.
Analisis uji reliabilitas dapat dilihat dari data yang sudah diolah melihat Cronbach’s
Alpha apabila nilai Cronbach’s Alpha > 0,60 dikatakan reliabel (Ghozali, 2016).
Nilai alfa Cronbach dibandingkan dengan nilai r tabel; jika nilai alfa tabel lebih
besar dari r tabel, instrumen atau angket dinyatakan reliabel, dan jika nilai alfa tabel
lebih rendah dari r tabel, instrumen atau angket dinyatakan tidak reliabel. Jika nilai
alfa Cronbach kurang dari 0,60, instrumen atau angket dinyatakan tidak reliabel.
Dari data yang sudah diolah dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 3.
Hasil uji Reliabilitas

Nilai Cronbach's
Nilai Acuan Alpha Kesimpulan
0.70 0.600 RELIABEL
Sumber: Data Primer yang telah diolah

Jika nilai Cronbach's Alpha lebih dari 0,60, maka instrumen tersebut dapat dianggap
reliabel secara keseluruhan. Jika dibandingkan dengan nilai r tabel, yaitu 0,355,
maka nilai 0,600 lebih besar dari 0,355, maka instrumen tersebut dapat dianggap
konsisten atau reliabel dalam mengumpulkan data untuk penelitian ini.

Menurut penelitian ini, alat penelitian yang digunakan dapat diandalkan dan akurat
untuk mengukur struktur yang diteliti, yaitu revitalisasi partisipasi politik dan
kepemimpinan perempuan muslim dalam konteks tantangan aksi untuk mencapai
kesetaraan gender. Ini menegaskan bahwa data yang dikumpulkan melalui
kuesioner memiliki validitas yang tinggi dan konsistensi yang baik, sehingga
memungkinkan analisis yang dapat diandalkan terhadap fenomena yang diteliti.
Oleh karena itu, hasil penelitian ini sangat membantu memahami peran dan
kesulitan yang dihadapi oleh perempuan muslim dalam konteks politik dan
kepemimpinan. Hasil-hasil ini juga memberikan dasar yang kuat untuk upaya-upaya
untuk meningkatkan kesetaraan gender di bidang ini.

KESIMPULAN

Hasil penelitian ini, baik validitas maupun reliabilitasnya, menunjukkan bahwa alat
penelitian yang efektif dapat mengukur konstruksi yang diteliti, yaitu revitalisasi
partai politik dan kepemimpinan muslim dalam konteks upaya untuk mencapai
kesetaraan gender. Salah satu tantangan dalam mengembangkan kepemimpinan
muslim adalah mengatasi stereotip dan praktik-praktik gender yang lazim terjadi di
masyarakat dan struktur politik. Perempuan muslim sering menghadapi hambatan
berupa persepsi negatif terkait kemampuan dan kelayakan mereka untuk
memimpin, yang menghambat akses mereka ke posisi-posisi kekuasaan dan
pengambilan keputusan. Untuk mencapai kesetaraan gender dalam konteks
partisipasi partai politik dan kepemimpinan muslim, diperlukan tindakan yang
komprehensif dan terkoordinasi. Meningkatkan kesadaran publik dan pendidikan
tentang pentingnya pemahaman gender dalam politik dan kepemimpinan adalah
salah satu cara yang dapat dilakukan. Hal ini mencakup kampanye pendidikan yang
mempromosikan kesetaraan gender, menciptakan ruang bagi masyarakat untuk
berpartisipasi dalam kegiatan politik, dan memperkuat kepemimpinan muslim.
Untuk menghidupkan kembali peran politik dan kepemimpinan perempuan muslim,
diperlukan upaya yang komprehensif dari berbagai pihak.

SARAN

Penulis, peneliti, dan aktivis perlu bekerja sama untuk mengatasi tantangan dan
memanfaatkan peluang dalam revitalisasi partisipasi politik dan kepemimpinan
perempuan muslim. Masyarakat perlu didorong untuk mendukung perempuan
muslim yang ingin terlibat dalam politik dan kepemimpinan. Pemerintah perlu
menciptakan kebijakan yang mendukung kesetaraan gender dan partisipasi politik
perempuan muslim. Revitalisasi partisipasi politik dan kepemimpinan perempuan
muslim adalah tanggung jawab kita bersama. Masa depan yang lebih adil dan setara
untuk semua dapat dicapai dengan bekerja sama.
DAFTAR PUSTAKA

Aliano, Y. &. (2020). Percaturan Politik genealogi Kekuasaan dalam Sistem


Pemilu 2024 di Indonesia Menurut Etika Michel Foucault . Journal
Undiksha, 6(3). 480-480.

Aprilia, B. S. (2020). Analisis Pergeseran Makna Partisipasi Politik Perempuan.


Studi Kasus Jurnal Sentris.

Burhanudin. (2021). Kesadaran Politik dan Partisipasi Politik: Studi Atas


Pengaruh Tingkat Kesadaran Politik Terhadap Partisipasi Politik
Masyarakat Pada Pemilu 2019 di Gantungan, Jatinegara, Tegal, Jawa
Tengah. Repository UIN Syarif Hidayatullah, 33- 35.

Noor, J. (2014). Metodologi Penelitian . Jakarta: Kencana.

Nurcahaya, N. &. (2023). Perempuan dalam Perdebatan: Memahami Peran dan


Tantangan berpolitik dalam Perspektif Hukum Islam . JAWI: Jounal of
Ahkam Wa Iqtishad, 1(3), 108-116.

Rahmayanty. D., R. m. (2023). Tantangan dan perempuan Sebagai Pemimpin


dalam Berbagai Industri. Jurnal Pendidkan dan Konseling (JPDK), 5(6),
1-5.

Sanusi, A. (2017). Metode Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.

Sugiono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabet.

Sugiono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sugiono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabet.

Tonnesen, L. (2018). An increasing number of Muslim women in politics: A step


towards complementarity, not equality. CMI BRIEF.

Ulfiyyati Alifa, M. R. (2023). Demokrasi:Tinjauan Terhadap onsep, Tntangan dan


Prospek Masa Depan. ADVANCES in Social Humanities Research, 1(4),
435-444.
Umami, R. (2020). Relevansi Pembelaran Pendidikan Agama Islam berbasis
pengaruh keutamaan Gender. Journal Islamic Education Policy.

Anda mungkin juga menyukai