Skripsi
Disusun Oleh :
Blasius Dimas Febriantono
NIM : 029114137
i
ii
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Ketika pohon terakhir telah di tebang, Hewan terakhir telah di buru, Ikan terakhir
telah di tangkap. Manusia akan sadar, bahwa mereka tidak bisa hidup hanya
akhir.
TERIMA KASIH
iv
v
STUDY DESKRIPTIF TENTANG KECEMASAN PENDAKI SEBELUM
PENDAKIAN GUNUNG
ABSTRAK
vi
DESCRIPTIVE STUDY ABOUT ANXIETY CLIMBER BEFORE
MOUNTAIN CLIMBING
ABSTRACT
Every human must have experienced anxiety. The anxiety appears to have the symptoms,
causes and functions. In the climbers anxiety symptoms appear in the form of physical disorders,
mental and behavior. Where as the contributing factor may come personal factor, other people,
equipment, natural conditions and myth. This research aims to reveal the anxieties faced by
climbers before mountain climbing activities. This research design using a descriptive qualitative
study. Data obtained with the method of semi-structured interviews and field observations on three
climbers who have climbed the mountain more than seven times, with details as follow: a) The
subject one, male, has climbed a mountain less than 50 times; b) Subject two male, has climbed a
mountain more than 10 times; c) subject three, male, has climbed a mountain about 30 times.
These data have been obtained, compiled and analyzed by reading the transcript of the interview,
identifying possible themes or ideas that emerged, outlining the ideas in the codes or categories
and data interpretation. Results showed that all three subjects experienced anxiety before
performing mountaineering activities. anxiety symptoms that appear in the form of physical
symptoms may include: circulation disorders, sleep disturbances, indigestion and other physical
disorders and mental symptoms, that include: disorders of thought and feeling, and most recently
the behavioral symptoms. Causes of anxiety that faced by the climbers come from the private
climbers, other people, myths, natural conditions and equipment. The anxiety may have some such
usef functions high vigilance, that make climbers thinking more mature and quick, more careful,
more cautious, more guard / attitude of obedience to nature when the conduct climbing. In
addition, they also make anxiety as encouragement to immediately reach the destination and
return home safely.
vii
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan kasih,
hikmat, dan kekuatan-Nya bagi penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi
ini. Penulis menyadari terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Yesus Kristus atas segala limpahan berkat dan rahmatnya dalam
perjalanan hidupku sampai saat ini.
2. Bunda Maria atas pendampingan dan penghiburannya di saat sedihku.
3. Dr. Christina Siwi Handayani selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Ibu Titik Kristiyani S.Psi., M.Psi., selaku Kaprodi Program Studi
Psikologi Universitas Sanata Dharma.
5. Ibu MM. Nimas Eki S, S.Psi., Psi., M.Si., selaku dosen pembimbing
skripsi dan dosen pembimbing akademik yang telah membimbing
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak V. Didik Suryo Hartoko, S.Psi., M.Si., dan Ibu P. Henrietta
PDADS., M.A selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan
banyak masukan untuk menyempurnakan skripsi ini.
7. Dosen-dosen Fakultas Psikologi yang telah memberikan ilmu dan
pengetahuannya selama penulis menempuh studi di Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma.
8. Segenap staff Fakultas Psikologi, Mas Gandung, Pak Gie, Mbak
Nanik, Mas Muji dan Mas Doni, atas segala bantuan yang diberikan
untuk kelancaran studi penulis di Fakultas Psikologi.
9. Ibu dan Bapak yang telah mendidik, membimbing serta memberikan
segala bentuk bantuan dan dukungan sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi. Terimakasih atas segala doa yang dipanjatkan
agar aku dapat lulus. Terimakasih juga atas fasilitas yang selama ini
selalu diupayakan untuk mempermudahku dalam menempuh studiku.
ix
10. Bulik Anies yang telah membantu dengan meminjamkan laptop dan
printernya. “Sory bulik belum bisa nyaur utang” .
11. Mbak Pipit, Mas Koko dan keponakanku Andra, makasih telah
menceriakan rumah kecil kita.
12. Mas Yohan, Makasih buat segala bantuannya. “Sory njaluki Duitmu
terus”.
13. Terimakasih buat sahabat-sahabatku, kang Jhon Budist, Bayu
“sumanto”, Deni “cuthel”, Niko “cobek”, Teo dan saudaraku Joseph
“Jambronk” atas segala dorongan semangat yang kalian berikan dan
atas segala proses kehidupan yang bisa aku lalui bersama kalian
sampai saat ini. Bro aku Lulus!
14. Terima kasih buat semua teman-teman SOLISKA, PASADA. Kalian
telah membuat diriku berkembang ke arah yang lebih baik..
15. Seluruh teman-teman Leopala Bonum Communae (LBC) SMK PL
Leonardo, makasih karena boleh mengenal dan belajar bersama kalian,
kalian telah mewarnai dan memberi kegembiraan dalam hidupku.
Mohon maaf belum bisa menjadi pembina yang lebih baik dan
membanggakan kalian.
16. Untuk teman-teman LBC angkatan Badai Banjir Longsor, mikael,
heru, nanik, nurlia, budi, asep, mai, maya, lupiyana. Makasih boleh
mencoba menjadi pembina kalian walau belum mempunyai
pengalaman. Mohon maaf jika membuat kalian tertekan dan merasa
dimanfaatkan.
17. Teman-teman yang pernah menjadi teman kosku, kang Adi, Bertus,
Kang Dita dan Adiknya Yuki, Novan, Arfi, Aji, Riwi, Damar.
Terimakasih telah bersedia menjadi teman dan sahabatku.
18. Teman-teman kuliah di Fakultas Psikologi Sanata Dharma yang tidak
dapat aku sebutkan satu per satu. Semoga waktu yang kita habiskan
bersama dapat menjadi kenangan indah yang tak terlupakan sampai
hari tua kita.
x
19. Pihak-pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu, yang telah ikut
membantu baik langsung maupun tidak langsung, tanpa bantuan kalian
skripsi ini tidak akan terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena
memiliki berbagai keterbatasan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Akhir kata, semoga skripsi ini berguna bagi kita semua.
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ....................................................................................... vi
A. Kecemasan ……………………………………………… 4
xii
3. Faktor penyebab kecemasan ……………………… 9
B. Pendaki ….........…………………………………………... 14
C. Gunung ................................................................................ 14
1. Kredibilitas ……….………………………………....... 21
2. Dependibility ………………………………...…......... 23
3. Confirmability ………………………………….......... 24
xiii
2. Analisis data wawancara ..…………………………….. 45
E. Pembahasan ………………………………………………… 56
A. Kesimpulan ………………………………………………… 65
B. Saran ………………………………………………….......... 65
LAMPIRAN ……………………………………………………………. 68
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xvi
BAB I.
PENDAHULUAN
meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian serta manfaat
penelitian.
Kegiatan ini tidak hanya diminati oleh orang-orang dewasa tetapi juga
prima, kondisi mental yang baik serta peralatan yang lengkap. Salah satu hal
1
2
rute dan medan pendakian, kondisi cuaca, kondisi kesehatan pendaki dan
gunung Klaten, 2 Mei 2010). Oleh karena itu kecemasan menjadi sesuatu
pendaki.
berbagai proses emosi yang bercampur baur. Proses emosi ini terjadi ketika
gunung, kondisi rekan yang tidak mampu melanjutkan pendakian, dan lain-
lain). Selain itu kecemasan (Anxiety) juga diartikan sebagai suatu keadaan
khawatir pada seseorang yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan
segera terjadi (Nevid, Rathus, & Greene, 2005). Hal ini sering menimpa
pendaki pemula yang belum mengetahui rute dan medan pendakian (Hasil
lingkungan, tidak adanya kepastian tentang apa yang akan dihadapi, dan
sering mengalami hal ini (Hasil sharing pengalaman dengan anggota junior
pendakian gunung.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENELITIAN
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Teoretis
2. Praktis
LANDASAN TEORI
kecemasan dan fungsi kecemasan. Selain itu bab ini juga menjelaskan pengertian
A. Kecemasan
1. Pengertian kecemasan
bercampur baur. Proses emosi ini terjadi ketika orang sedang mengalami
dari luar individu. Menurut Hall & Lindsey; Wiley & Sons (1993)
dorongan, seperti lapar dan seks. Keadaan tegangan ini tidak timbul dari
sebab dari luar. Nevid, Rathus, & Greene (2005) mengemukakan hal ini
4
5
hari.
kepastian tentang apa yang akan dihadapi, dan adanya rasa kurang percaya
reaksi fisiologis.
2. Gejala kecemasan
b. Gejala mental, antara lain: sangat takut, merasa akan ditimpa bahaya
rendah diri, hilang kepercayaan pada diri, tidak tentram, dan ingin lari
e. Sering mengeluh bahwa otot tegang, khususnya pada leher dan sekitar
bagian atas bahu, mengalami diare ringan yang kronik, sering buang air
kecil, dan menderita gangguan tidur berupa insomnia dan mimpi buruk.
perilaku (Nevid, Rathus, & Greene, 2005). Ciri-ciri tersebut terdiri atas:
yang bergetar atau gemetar; sensasi dari pita ketat yang mengikat di
sekitar dahi; kekencangan pada pori-pori kulit perut atau dada; banyak
terasa tersekat; leher atau punggung terasa kaku; sensasi seperti tercekik
atau tertahan; tangan yang dingin dan lembab; terdapat gangguan sakit
perut atau mual; panas dingin; sering buang air kecil; wajah terasa
sama secara berulang ulang; berpikir bahwa harus bisa kabur dari
a. Fisik, meliputi:
buruk.
9
3. Gangguan pencernaan: Sering buang air kecil, mual atau sakit perut,
diare atau sering buang air besar, pencernaan tidak teratur, nafsu
makan hilang.
b. Mental, meliputi:
c. Perilaku, meliputi:
1. rendah diri.
2. perilaku menghindar.
(fisik) kurang, karena pengaruh pendidikan waktu masih kecil, atau sering
materiil maupun sosial. Mungkin pula akibat dari rasa tidak berdaya, tidak
faktor, yaitu:
a. Faktor internal
b. Faktor eksternal
sosial, kritikan dari orang lain, beban tugaas atau kerja yang berlebihan,
4. Macam-macam kecemasan
luar: kedua tipe kecemasan lain berasal dari kecemasan realitas ini.
11
akan lepas dari kendali dan menyebabkan sang pribadi berbuat sesuatu
c. Kecemasan moral, yaitu: rasa takut akan suara hati. Orang-orang yang
lagi.
yang mengancam dirinya. Cemas tersebut lebih dekat dengan rasa takut,
karena sumbernya jelas dan terlihat dalam pikiran. Contoh: saat akan
menabraknya.
antara lain:
yang kurang jelas, tidak tentu dan tidak ada hubungannya dengan
State anxiety adalah reaksi emosi sementara yang timbul pada situasi tertentu,
yang dirasakan sebagai suatu ancaman. State anxiety beragam dalam hal
intensitas dan waktu (contoh: mengikuti ujian, terbang, kencan pertama, dan
Trait anxiety menunjuk pada ciri atau sifat seseorang yang cukup
contoh: seorang anak dengan sifat kecemasan yang kuat akan bereaksi lebih
sering dan dengan intensitas yang lebih tinggi terhadap berbagai situasi.
kecemasan dibagi menjadi dua yaitu: state anxiety (kecemasan akibat reaksi
emosi sementara karena sesuatu hal dari luar maupun dalam yang
mengancam) dan trait anxiety (kecemasan yang kronis akibat dari seseorang
5. Fungsi kecemasan
lapar dan seks. Apabila kecemasan timbul, hal ini akan mendorong
adanya bahaya yang merupakan isyarat bagi ego bahwa bila tidak
sampai ego dikalahkan. Menurut Hall & Lindsey; Wiley & Sons (1993).
pribadi bisa lari dari daerah yang mengancam, menghalangi impuls yang
akan adanya bahaya, yang merupakan isyarat bagi ego untuk melakukan
ego. Selain itu juga mendorong seseorang untuk melakukan upaya agar
B. Pendaki
berasal dari kata daki yang konteksnya memanjat, menaiki atau hal yang
C. Gunung
lebih tinggi dan curam dari sebuah bukit, tetapi ada kesamaan, dan
mendefinisikan gunung apabila memiliki puncak lebih dari 2000 kaki atau
Gunung adalah bukit yang sangat besar dan tinggi. Biasanya tingginya
mendaki (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2008). Kegiatan mendaki ini
tidak hanya bisa dilaksanakan di gunung tetapi bisa juga di bukit maupun
15
gunung adalah dataran yang memiliki puncak lebih dari 2000 kaki atau 610 m
adalah suatu proses emosi yang tidak menyenangkan, muncul pada diri
menimbulkan perasaan tertekan, perasaan tidak mampu dan tegang. Hal ini
individu, ini bisa berupa fisik dan mental (Daradjat, 1985) maupun perilaku
dan kognitif (Nevid, Rathus, & Greene, 2005). Faktor penyebab kecemasan
state anxiety dan trait anxiety. Sedangkan fungsi kecemasan adalah hasil yang
dihilangkan.
E. Pertanyaan Penelitian
1. Gejala-gejala kecemasan apa saja yang muncul pada diri pendaki sebelum
gunung?
dialaminya?
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
B. Variabel Penelitian
pendakian gunung.
C. Definisi Operasional
17
18
D. Subyek Penelitian
dengan kriteria telah mendaki lebih dari 7 (tujuh) kali pendakian dan pernah
E. Pengumpulan Data
Menurut Banister (1994) wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang
melakukan eksplorasi terhadap isu tersebut, suatu hal yang tidak dapat
19
metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara tanya jawab sepihak
topik yang diteliti berdasarkan pendapat atau makna subyektif yang dipahami
individu.
daftar pertanyaan yang akan diajukan dan dapat digunakan untuk menemukan
informasi yang bukan baku atau informasi tunggal dan berbeda dalam hal
waktu bertanya dan cara memberi respon, yaitu jauh lebih bebas iramanya
(Moelong, 2000).
20
Tabel 1
Pertanyaan Wawancara
berlangsung.
1. Kredibilitas
yang paling cocok untuk pengambilan data. Konsep yang dipakai adalah
ekologis.
kembali data dan analisisnya pada responden penelitian. Hal ini dilakukan
kondisi alamiah dan partisipan yang diteliti, sehingga justru kondisi “apa
kaku ditentukan sejak awal, metode yang dipakai lebih terbuka dan luwes
2. Dependability
diteliti, juga perubahan dalam desain sebagai hasil dari pemahaman yang
adalah;
sebagai hasil dari pemahaman yang lebih mendalam tentang setting atau
latar belakang yang diteliti. Dengan data mentah yang telah didapat secara
kembali.
3. Confirmability
data-data secara lengkap, jelas, apa adanya dan terbuka mengenai proses
G. Analisis Data
tema atau ide-ide yang muncul, menjabarkan ide-ide dalam kode-kode atau
menjadi proposal penelitian. Proposal penelitian ini terdiri dari tiga bab yaitu:
bab I yang berisi pendahuluan, bab II yang berisi landasan teori dan bab III
26
27
observasi berlangsung.
beberapa teman pendaki lain. Selain itu alasan pengalaman pendakian (sudah
berapa kali mendaki dan pernah mendaki gunung mana saja) menjadi
tahun.
C. Deskripsi subyek
samarkan, hal ini dilakukan karena subyek merasa tidak keberatan dirinya
Saat ini, subyek 1 (sdr budi) berusia 29 tahun. Mas Budi adalah anak
negeri sipil di Dinas Energi Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah dan
saat itu ia mulai menyukai kegiatan mendaki gunung dan mulai mendaki di
puncak kurang lebih 50 kali. Gunung yang pernah di daki antara lain Gunung
Pangrango di Jawa Barat dan Gunung Bromo di Jawa Timur. Pada usia antara
tahun, tetapi saat ini hanya dilakukan antara 1 – 2 kali dalam satu tahun. Hal
meninggal saat masih balita. Ayahnya bekerja sebagai sales produk jamu Air
29
Mancur, sedangkan ibunya seorang ibu rumah tangga. Dia termasuk orang
melakukan pendakian gunung pertama pada tahun baru 2003. Saat itu ia
mendaki Gunung Lawu dengan tiga sahabatnya dan didampingi oleh mas
pendakian.
puncak kurang lebih sepuluh kali. Gunung yang pernah di daki antara lain
Klaten. Dia mengajar bidang ajar ketrampilan computer. Saat ini ia berusia
anak lelaki satu-satunya dan mempunyai dua saudari perempuan yang telah
berkeluarga. Dia termasuk orang yang ceria, supel dan mudah bergaul.
pertama kali pada tahun 2000 pada kegiatan pendakian massal untuk
mendapatkan KTA (Kartu Tanda Anggota) ARNAL Jogonalan. Sejak saat itu
Dia pernah mendaki gunung kurang lebih 30 kali dan yang mencapai
Lawu, Sindoro dan Gunung Sumbing. Ketika masih SMU Bayu termasuk
pendaki yang aktif. Dia mendaki gunung 3 sampai 4 kali dalam satu tahun
pada musim pendakian. Pada saat ini subyek hanya mendaki 1 – 2 kali dalam
satu tahun pada hari-hari libur di musim pendakian. Hal ini karena
Tabel 2
Merapi, Merbabu,
Gunung Merapi, Merbabu,
Lawu, Sindoro, Merapi, Merbabu,
yang pernah Lawu, Sindoro,
Sumbing, Gede, Lawu
di daki Sumbing
Pangrango, Bromo
D. Hasil Penelitian
Ketika pukul 22.00 WIB beberapa teman pulang karena sudah malam. Di
Sidowayah yang tertinggal hanya mas Budi, Niko, bayu dan peneliti.
tanya dia menjawab bahwa dari tadi dia menahan kentut karena selama
satu hari dia belum bisa buang air besar karena memikirkan rencana
pendakian. Sambil tertawa dia berkata “akhirnya lega juga” dan ternyata
dia telah membuang gas yang sangat bau sekali. Setelah itu ia memohon
pamit karena mengantuk. Peneliti sempat meminta mas Budi dan Bayu
33
untuk pulang dan beristirahat, tetapi mas Budi menjawab “ ngusir ye! Aku
lagi iso turu paling ko jam loro jam telunan mid, jik mumet ki mikir suk
munggahe”, sedangkan Bayu menjawab “ kosik mid, men cetha kabeh sik,
men sesuk ra ana opo-opo”. Setelah itu mas Budi, Bayu dan peneliti
terlibat pembicaraan lagi. Pukul 02.00 WIB mas Budi dan Bayu pamit
untuk pulang. Pada pagi harinya mas Budi, Niko, Bayu melakukan
aktivitasnya masing-masing.
Sore hari tanggal 28 Mei 2010, pukul 15.00 WIB, ketiga subyek
yang tidak beres dengan niko. Salah seorang teman mendekati dan
minyak angin kepadanya dan setelah di beri minyak angin ia sudah merasa
tenda. Rombongan menunggu jadwal naik pada pukul 21.00 WIB dengan
ia mengalami migrain.
keanehan pada Ketiga subyek. Mas Budi mengeluh sakit perut, tetapi
ketika ke WC keluarnya sedikit. Ini terjadi tiga kali. Selain itu ia juga
dia menikmati hal itu. Lain halnya yang terjadi pada Niko, dia mulai
senang menyendiri agak menjauh dari teman-teman yang lain. Dia menjadi
candaan teman-teman. Hal ini tampak ketika ada teman yang menggoda
Ketika waktu menunjukkan pukul 20.00 WIB, Mas Budi dan Bayu
Crewet wae!!!”. Pada saat pengecekkan itu, beberapa kali mas Budi
misalnya ketika dia menanyakan “endi tasku?” padahal tas yang dia cari
habis dia pakai sebagai bantal tidur atau “ki korekku tho, senengane i lho
jam keberangkatan, mas Budi tampak asyik menggigiti ujung kuku jari
perjalanan.
“Ya, pasti kalau itu ya. Walaupun gunung yang sudah saya daki aja kalau saya
mau mendaki lagi pasti cemas, merasa..pasti ada itu nggak. Kalau saya pribadi lho
ya. Kalau pendaki yang lain saya kurang tahu.”
(S1.W1.B70-75)
“Ee… termasuk yang sering, terutama sebelum mendaki gunung atau persiapan di
basecamp, itu sering banget cemas.”
(S2.W1.B45-48)
subyek berikut:
“Ee… biasanya ya… H min..H-2 hari atau bahkan ketika mau berangkat itu dari
rumah itu kan butuh waktu perjalanan itu ya, (pewawancara batuk) itu sudah ada
kecemasan atau bahkan di base camp itu pasti ada cemas tapi cemasnya lain-lain
kan, tentunya?”
(S1.W1.B98-104)
Ee… saya lebih sering ke H-1 ya H-1 itu dah..ya meskipun skalanya baru kecil tapi
sudah saya rasakan H-1, kalau..ee… H..H min mungkin satu minggu sebelumnya
atau tiga hari sebelumnya itu hanya just, cuma sekedar menjadi pikiran. Saya
nggak..baru saya pikirkan apa-apanya yang..yang… ee… yang me..kecemasan-
kecemasan itu baru dipikiran belum sampek saya… ee… timbul kecemasan dalam
diri yang menyebabkan lebih cemas gitu. H-1.
(S2.W1.B202-212)
“Kalau yang itu, ee… sebutkan tadi ee… saat hari H tapi hari H ee… sebelum saya
di basecamp. Jadi mungkin di rumah saat persiapan kayak gitu.”
(S2.W1.B77-80)
“Itu. Trus gangguan fisiknya itu lebih cenderung saya rasakan ketika… kalau H
min sekian itu pasti deg-degan ya jantung berdebar lah, walaupun saya tu hoby
naik gunung tetapi kalau misalnya mau berangkat dari rumah H-2 atau H-3 tu
kalau teringat rencana, baru teringat lho ya! Bahwa besok 2 hari atau 3 hari lagi
saya naik gunung, itu deg-degan thok. Wah besok bagaimana, deg-degan, gini, gini,
gini, gini, gini…”
(S1.W1.B106-116)
“…trus sama nafas saya kadang… nafasnya nggak normal kayak biasanya kayak
gitu.”
(S2.W1.B95-97)
“Tetapi kalau lebih pada fisik, kalau sudah sampai di base campnya mau mendaki.
Kurang lebih satu jam atau dua jam mau pendakian itu sudah mulai.”
(S1.W1.B116-119)
“Biasanya yang saya rasakan ini perut sakit rasanya pengen berak tapi kalau
diberakkan ya keluar tapi biasanya jumlahnya sedikit. Trus sering kencing-kencing
tu lho.”
(S1.W1.B120-124)
37
“Trus kalau bahasanya mungkin orang lain mengatakan maag tapi lebih cenderung
apa ya? Kayak asam lambungnya tu naik sampai ke tenggorokan, jadi rasanya
panas sekali. Itu saya juga pernah mengalami seperti itu. Mungkin ya karna tadi
dampak dari cemas dulu sehingga kayaknya rasane perut itu kayak kenyang. Jadi
kalau kita suruh makan, minum itu males. Itu, rata-rata kayak gitu.”
(S1.W1.B191-200)
“Ee… gangguan fisik yang sering saya rasakan ee… saya nggak bisa BAB itu,trus
lalu yang kedua perut itu kadang mual.”
(S2.W1.B64-67)
gunung:
“Ya bisa tidur tetapi biasanya, kayaknya tu singkat-singkat gitu lho. Jadi tidur
kemudian terbangun lagi trus kemudian tidur terbangun lagi, gitu. Kalau..kalau
seperti mimpi-mimpi buruk itu kayaknya nggak..nggak anu kalau..kalau menjelang
pelaksanaannya ya. Jadi kayak tidur tapi nggak tenang gitu aja.”
(S1.W1.B169-176)
“apa ya? Biasane anu e ee… pernah sih kayak migrain itu. Jadi saking anunya trus
kemudian kayak pusing. Mungkin karena kalau menurut saya dampaknya itu karena
saking cemasnya jadi kita nggak mau makan trus akibatnya larinya ke… apa ya?
Kayak migrain.”
(S1.W1.B184-190)
“Trus kadang juga kalau sirkulasi tubuh… kalau pusing-pusing gitu, kadang agak
migrain gitu.”
(S2.W1.B93-95)
“Gejalanya itu sulit tidur. Jadi maksud saya itu karena besok udah hari H
pendakian, maksud saya adalah untuk ee… yo istirahat cukup tapi ternyata…tapi
ternyata ee… pola tidur saya men..eh pola tidur, opo? Tidur saya jadi nggak
nyenyak, nggak nyaman gitu lho.”
(S3.W1.B74-80)
“Ee… kalau tangan, tangan itu kadang ee… gimana ya? Keder ee… bergetar
sendiri trus itu yang parah.”
(S2.W1.B91-93)
gunung.
mulai dari level yang rendah hingga tinggi. Subyek mengalami gejala
“O..ya pasti kalau itu, ada seperti itu. Trus jadi kayak takut mendalam, trus rasane
tu lebih was-was, tapi menurut saya ya kayak gitu tu malah positif jadi saya bisa
menghitung-hitung ulang gitu lho. Positifnya dalam artian begini. Ee… ee kalau
orang jawa ngomong i piye cah ki engko piye cah? Nah seperti itu, ketika muncul
seperti itu “piye cah” itu biasanya kita sama teman-teman berpikir ee… cek
perlengkapan lagi apa yang kurang… nah seperti itu. Larinya malah, kalau saya
seperti itu. Jadi was-was yang berlebih.”
(S1.W1.B207-219)
“Kemudian ee… gangguan emosi, kadang-kadang kalau misalnya alat satu nggak
dibawa saja, di sentil temen kemudian kita emosinya cepet banget. Nah seperti itu
lho. Kayak...trus misalnya lihat temen yang misalnya harusnya sudah packing jam
sekian tapi karena kita sudah cemas dulu ya, cemas nanti jangan-jangan sampai
sananya nanti terlambat atau jangan-jangan ini nanti hujan , jangan-jangan nanti
kita seperti ini, seperti.. , jangan-jangan baterainya habis gitu. Ka..karena
cemasnya itu liat tingkah laku temen itu yang anu.. kadang-kadang sebenernya juga
tingkah lakunya temen..temen kita itu biasa-biasa saja gitu lho, tiap harinya ya wis
kayak gitu, suka mbanyol, suka gini tetapi karena saat itu kan kita tertekan gitu,
jadi kita nggak enak, ngg…ngg…nggak apa masalahe bukan nggak enak tapi kita
39
marah gitu lho, emosi gitu lho, orang kok kayak gitu. Padahal sebenarnya itu hal
biasa kalau dalam..dalam..dalam tidak rangka pendakian ya, dalam ee… kita
ngobrol bersama, kumpul-kumpul itu kalau tingkah laku temen seperti itu hal biasa.
Tapi karena kita menghadapi kecemasan dulu, kita rasane tu og ndak anu gitu lho..
wong kok kayak gitu itu lho! Itu.”
(S1.W1.B219-248)
“Ini sebelum mendaki. Biasanya saya rasakan itu ha.. H-2 jam, H-1 jam ketika kita
mau melakukan perjalanan, itu. Kalau sebelumnya itu jauh-jauh hari malah kita
seneng-seneng saja, kadang-kadang sampai base camp pun kita masih bercanda,
masih asyik gitu lho. Tetapi ketika H-1 jam, H-2 jam itu saya merasakan itu.”
(S1.W1.B253-260)
“Sering, sering sekali. Ee… itu terutama saat sebelum mendakinya, terutama
persiapan di basecamp.”
(S2.W1.B103-105)
“Trus kalau perasaan takut, kadang takut. Trus apa nanti sampai puncak atau
nggak? Trus bisa kembali apa nggak? Kayak gitu.”
(S2.W1.B116-119)
subyek alami:
“Trus kemudian ee… sering-sering salah gitu lho, misalnya saya bawa alat, saya
menanyakan teman “tadi mana skibo saya?” padahal skibonya saya bawa.
Kadang-kadang kayak gitu.”
(S1.W1.B273-277)
“Gejalanya… ee… penyebab pikiran gejala itu kadang… ee… jadi apa enggak saya
naik gunung trus… ee… gejala selanjutnya itu kalau pikiran ya… terpikir orang
yang rumah, temen-temen ee keluarga dan sebagainya.”
(S2.W1.B111-116)
“Em… saya mengalami gangguan kecemasan itu melalui pikiran, yaitu saya
berpikiran besok apakah besok saya bisa sampai ke puncak dan sampai ke rumah
lagi. Itu gangguan kecemasan saya.”
(S3.W1.B99-104)
itu sering kali tidak kita sadari. Hal ini juga terjadi pada subyek 1
“Kalau biasanya sih kalau ini temen saya juga anu..ngamati saya. Jadinya kan saya
tu nggigiti jari, kayak gitu. Apa bukan gigit kuku itu lho. Ee… kuku itu saya gigitin.
Saya..saya menikmati kecemasan dengan seperti itu.”
(S1.W1.B268-287)
“Trus ini biasanya, nggerak-nggerakkan kaki yang tidak ada fungsinya kadang-
kadang atau misalnya ee… matah-matahin jari, jari tangan seperti itu. Itu kan
sebenarnya ndak ada fungsinya trus nggerak-nggerakkan kaki, tu lho dengan ritme-
ritme tertentu gitu ee… opo yo, esh ngene iki lho kayak gini kayak gini ni biasanya
(sambil mempraktekkan dengan mengayun-ayunkan kakinya) na itu, kalau perilaku
kalau cemas.”
(S1.W1.B278-288)
“Ya sama, H min..H-2 jam, H-1 jam itu biasanya. Ya menurut saya H-1, H-2 itu
waktu-waktu kritisnya sebenarnya. Kritis-kritis puncak-puncaknya kecemasan tapi
kalau sudah berjalan nanti ee… setelah kita melalui pos, pos, pos, pos itu biasanya
berangsur-angsur hilang gitu. Jadi ya kritisnya itu, H-1, H-2 jam sebelum kita
berangkat itu. Itu terasa sekali.”
(S1.W1.B297-305)
“Ee… kalau tingkah laku ya.. itu tadi saya jadi berhemat aktifitas. Saya jadi malas-
malasan sebelum pendakian.”
(S2.W1.B 141-143)
“Saya jadi memilah-milah makanan saya, biasanya tidak. Lalu… tingkah laku yang
lain ee…saya justru sering apa itu? Menahan untuk buang air kecil, justu saya
tahan itu.”
(S2.W1.B 147-151)
41
pendakian:
“Kalau saya sih punyai prinsip sebenarnya, yo wis ndaki gunung yo ndaki gunung,
nek udan yo leren nek..kalau misalnya kita laper ya makan kalau kita haus ya
minum tetapi kadang-kadang kan ee… nanti gimana ya kalau..kalau tantangan itu
nggak terselesaikan berarti gagal. Lha seperti itu, itu yang membuat kami..saya
cemas justru di situnya.”
(S1.W1.B356-364)
42
“Trus kemudian ketidakpercayaan diri karena fisik ya ee… misalnya dari berat
badan, nanti kan saya berat badannya kan juga lumayan berat, ada 78 kilo. Waa
nanti kalau capek di jalan bagaimana? Ee… perasaan-perasaan seperti itu yang
muncul yang saya khawatirkan dari saya sendiri. Sebenarnya mentalitas tidak
percaya diri, itu yang membuatkan saya..membuat saya cemas itu.”
(S1.W1.B387-396)
“Yang membuat saya cemas. Ee… ada banyak, yang pertama em…(subyek
berdehem) apakah saya bisa sampai tujuan, dalam artian… kalau…, tujuannya
pasti puncak. Apalagi kalau saya bisa sampai puncak dengan selamat lalu bisa
kembali, itu.”
(S2.W1.B 155-160)
“Trus kalau dari diri saya sendiri juga ee… mungkin saat ee… saya masih ada
tugas di lui..di..di luar, jadi saya melaksanakan pendakian tapi saya masih ada
tumpukkan tugas, semacam itu.”
(S2.W1.B 177-181)
“Kalau dari faktor internal mungkin perasaan akan..akan mampu tidaknya saya
sampai ke puncak seperti yang pernah saya lakukan sebelum pendakian, maksud e
pendakian sebelum-sebelumnya.”
(S3.W1.B146-151)
“Yang kedua tu memang bisa di bilang ya..walaupun saya tu dah mendaki banyak
tu tetep mental apa ya? Mental..mentalitas ya, soal aduh nanti sana tu
tahu..walaupun saya sudah pernah mendaki gunung itu tapi saya membayangkan
nanti tanjakan sana itu medannya kayak gitu hee. Nah itu yang membuat saya itu
cemas itu lho. Justru karena sudah tahu itu saya malah bikin cemas. Engko..nanti
bisa terlampaui nggak? Untuk saat ini, itu.”
(S1.W1.B376-386)
“Yang membuat itu (subyek batuk) yang jelas, yang paling banyak itu justru faktor
eksternalnya, mungkin karena saya itu apa ya? Dari kecil di didik di keluarga yang
lurus-lurus saja ya, nggak pernah dapat tantangan. Itu trus, ketika saya tahu bahwa
nanti kalau di gunung, ada senior yang mengatakan kalau hujan nanti dingin lho,
misalnya seperti itu…”
(S1.W1.B310-318)
“Kemudian saya pada medan. medan yang jurang, curam trus kemudian apa
namanya? Tinggi itu biasanya saya.. bukan phobia tetapi membayangkannya itu
kan tentu..tentu menimbulkan was-was ya. Agar nanti saya selamat bagaimana
itu?”
(S1.W1.B334-339)
“Lalu yang lain adalah jalur pendakian apakah nanti jalur pendakian yang saya
gunakan itu benar. Trus ee… tentang cuaca,…”
(S2.W1.B 163-166)
43
“Ee… kalau dalam diri saya ya ee… pikiran, pikiran rumah ya jadi kepikiran
keluarga di rumah dan temen-temen yang lain.”
(S2.W1.B 174-177)
“…atau mungkin mengatakan medan sana itu nanti kita akan lewati e.. jembatan
setan, nanti di sana itu ada yang namanya mok enting, di sana ada yang namanya
jembatan ee… setan trus ada namanya jurang pengarep-arep. Lha kadang-kadang
hal-hal seperti itu yang membuat kita tu cemas, gitu lho.”
(S1.W1.B318-325)
Ee… kalau itu kita belum pernah mendaki gunung ya. Kayak di sundoro sumbing
waktu pertama kali pendakian kan saya di beri seperti..di beri tahu seperti itu,
apalagi kan itu kan sakral tempatnya. Nanti di tikungan piston itu biasanya ada
gangguan seperti ini. Nah hal seperti itu yang membuat saya cemas. Lebih pada
mitosnya.”
(S1.W1.B325-333)
e. Fungsi Kecemasan
itu mempunyai andil yang sangat besar membantu ketika orang harus
Pengaruhnya? Ee… Saya jadi semakin berhati-hati saat pendakian lalu juga saya
lebih ee… hati-hati dalam pendakian dengan teliti jalur em.. pilih jalur yang benar.
Lalu saya menjadi ee... menjaga sikap saya supaya tidak seenaknya sendiri, saya
jadi lebih ee… istilahnya taat dengan alam, semacam itu. Lalu juga it..ee..itu
menjadi dorongan semangat saya, saya harus sampai tujuan dengan cepat lalu
cepat juga untuk pulang bertemu dengan keluarga saya di rumah, itu.
(S2.W1.B 185-195)
Di sini saya mungkin akan mempersiapkan untuk segala kemungkinan yang ada.
Karena di sini, pendakian besok itu kita berhubungan dengan alam. Mungkin kalau
pada saat ini cuaca hujan, jadi kita harus prepare mantol ataupun kita bawa jaket
yang tebal ataupun dobel, trus juga pada saat kita di atas tapi kita terhalang oleh
hujan jadi kita tidak bisa turun langsung, kita sedia tenda. Mungkin seperti itu
yang bisa saya gambarkan.
(S3.W1.B169-165)
Tabel 3
46
Perut sakit dan gangguan fisik lain
beberapa kali BAB S1 > Perut sakit dan
beberapa kali BAB >
gangguan pencernaan
S1 > Sering kencing >
gangguan pencernaan
S1 > Maag >
gangguan pencernaan
S2 > Tidak bisa
buang air besar >
gangguan pencernaan
S2 > Perut terasa
mual > gangguan
pencernaan
S1 > Jantung
berdebar-debar >
gangguan sirkulasi
tubuh
S2 > Nafas tidak
47
normal seperti
biasanya (tidak
teratur) > gangguan
sirkulasi tubuh.
48
teman pikiran
Kepikiran jadi S2 > Kepikiran jadi
apa tidak naik apa tidak naik gunung
gunung > gangguan pikiran
Rasa was-was S2 > Kepikiran orang
rumah/keluarga dan
teman-teman >
gangguan pikiran
S2 > Perasaan takut
nanti sampai puncak
apa tidak > gangguan
perasaan
S2 > Perasaan takut
nanti bisa kembali apa
tidak > gangguan
perasaan
49
Perilaku tangan Sikap malas- berubah dari > gangguan perilaku
Menggoyang- malasan dan yang biasanya berupa gerakan
goyangkan kaki berhemat mempunyai jeda neurotik tertentu
dengan ritme aktifitas 3 hingga 2 jam S1 > Menggoyang-
tertentu Sering memilah- per batang goyangkan kaki
Sering melamun milah makanan menjadi 2 dengan ritme tertentu
sambil menggigit Menahan untuk hingga 3 batang > gangguan perilaku
ujung kuku jari buang air kecil dalam 1 jam berupa gerakan
tangan Tingkah laku neurotik tertentu
seperti orang S1 > Sering melamun
linglung dan sambil menggigit
sibuk sendiri ujung kuku jari tangan
> gangguan perilaku
berupa gerakan
neurotik tertentu
S2 > Menjadi
penyendiri >
gangguan perilaku
S2 > Sikap malas-
50
malasan dan berhemat
aktifitas > gangguan
perilaku
S2 > Sering memilah-
milah makanan >
gangguan perilaku
S2 > Menahan untuk
buang air kecil >
gangguan perilaku
S2 > Tingkah laku
seperti orang linglung
dan sibuk sendiri >
gangguan perilaku
S3 > Perilaku
merokoknya berubah
dari yang biasanya
mempunyai jeda 3
hingga 2 jam per
batang menjadi 2
51
hingga 3 batang
dalam 1 jam >
gangguan perilaku
4 Faktor Perasaan bersalah Perasaan tidak Perasaan tidak S1 > ketidak percayan
penyebab jika tidak dapat percaya diri, mampu diri kondisi fisik
kecemasan menyelesaikan mampu atau melakukan S1 > Perasaan
(pribadi) tantangan atau tidak sampai kesuksesan yang bersalah jika tidak
ketakutan akan puncak dan sama dapat menyelesaikan
kegagalan kembali dengan tantangan atau
Ketidakpercayaan selamat ketakutan akan
diri kondisi fisik Tugas lain yang kegagalan
belum S2 > Perasan tidak
terselesaikan percaya diri, mampu
atau tidak sampai
puncak dan kembali
dengan selamat
S3 > Perasaan tidak
mampu melakukan
52
kesuksesan yang sama
S2 > Tugas lain yang
belum terselesaikan
53
8 Faktor Kondisi alam, Jalur pendakian Tidak ada S1+S2 > Cuaca/iklim
penyebab geologi, geografis Cuaca/iklim S1 > Kondisi alam,
kecemasan geologi, geografis
iklim/cuaca
(kondisi alam)
gunung
54
S2 > Lebih menjaga
sikap/taat dengan
alam
S2 > Menjadi
dorongan semangat
agar segera mencapai
tujuan dan kembali
pulang
55
56
F. Pembahasan
menyertainya, meliputi: gejala fisik, gejala mental dan gejala perilaku. Gejala
fisik ini berhubungan dengan seluruh anggota tubuh individu. Gejala mental
adanya fungsi dari kecemasan, dimana fungsi dari kecemasan itu untuk
memotivasi sang pribadi untuk melakukan sesuatu. Sang pribadi bisa lari dari
menuruti suara hati (Hall & Lindsey; Wiley & Sons 1993).
pendakian gunungnya. Hal ini seperti salah satu gejala fisik yang
tidak normal atau menjadi tidak teratur seperti biasanya ketika mendekati
waktu pendakian. Hal ini sama dengan salah satu gejala yang
merasakan perut mual dan tidak bisa buang air besar. Gangguan
& Greene (2005) memasukkan gangguan ini dalam ciri fisik. Untuk
sampai jam 02.00 WIB dan mengalami tidur yang tidak nyenyak, ini juga
(1995). Gangguan fisik lain dialami oleh S2 berupa tangan yang tiba-tiba
bergetar sendiri atau tremor diungkapkan oleh Nevid, Rathus & Greene
bercampur baur. Proses emosi ini terjadi ketika orang sedang mengalami
1985).
yang dialami oleh semua subyek adalah mudah marah atau tersinggung
karena hal-hal kecil yang tidak berkenan dengan dirinya. Hal ini
segala sesuatu. S2 merasa takut nanti sampai puncak apa tidak dan bisa
kembali apa tidak. Hal ini disebut Nevid, Rathus & Greene (2005)
datang.
memikirkan jadi apa tidak dia mendaki gunung dan memikirkan orang
pendakian berlangsung.
tampak. Gejala ini muncul berupa perubahan tingkah laku yang tidak
malasan dan berhemat aktifitas. Menurut Nevid, Rathus & Greene (2005)
kecemasan yang dialami individu yang lain. Menurut Kresch dan Qrutch
menjadi dua macam, yaitu: faktor penyebab kecemasan yang berasal dari
dalam diri (internal) dan faktor penyebab kecemasan yang berasal dari
bobot tubuhnya naik drastis. Hal ini membuat dia takut akan kegagalan
dari dalam yang ia rasakan adalah perasaan tidak percaya diri, apakah
mampu atau tidak sampai puncak dan kembali lagi dengan selamat dari
penyebab internal berupa perasaan tidak mampu, tidak percaya diri dan
perasaan bersalah.
gunung yang akan dia daki dan kondisi alam, geologi dan geografis yang
dan S3 karena mau tidak mau mereka merasa bertanggung jawab pada
lapar dan seks. Apabila kecemasan timbul, hal ini akan mendorong
kecemasan yang dialami membuat dia menjadi lebih teliti dan lebih
pulang dengan selamat agar dapat bertemu dengan keluarga dan teman-
temannya.
BAB V
penelitan, saran bagi subyek penelitian dan saran bagi peneliti lain.
A. Kesimpulan
alam, orang lain, perlengkapan yang dibawa, mitos dan hal-hal yang berasal
Gejala kecemasan fisik yang mereka alami mulai tampak 2-1 hari
sebelum pendakian gunung. Gejala fisik yang muncul tidak selalu sama bagi
gangguan pencernaaan yang muncul berupa perut yang terasa mual yang
disebabkan oleh maag, tidak bisa buang air besar. Beberapa dari mereka
mengalami sakit perut yang mengakibatkan sering buang air besar dan
kencing. Jantung yang berdebar-debar diikuti dengan nafas yang tidak teratur
gangguan pikiran seperti orang bingung dan sering salah dalam bertindak.
Selain itu gangguan pikiran apakah jadi naik gunung apa tidak dan
63
64
nanti sampai puncak dan bisa kembali apa tidak membuat mereka menjadi
lebih was-was. Perasaan mudah marah muncul ketika ada perilaku atau kata-
kata yang tidak ingin mereka lihat dan dengar. Ini merupakan gangguan
Gejala perilaku atau tingkah laku merupakan gejala yang lebih mudah
neurotik tertentu yang muncul untuk menanggapi kecemasan yang ada. Selain
itu perilaku menyendiri yang dialami membuat mereka terkesan seperti orang
linglung dan selalu sibuk dengan dirinya sendiri. Beberapa dari mereka juga
dan cenderung menahan untuk tidak buang air kecil. Perilaku merokok yang
lebih matang, teliti, berhati-hati dan cepat dalam berpikir ketika menghadapi
B. Saran
Dalam penelitian ini, data yang diperoleh hanya berasal dari hasil
Hartanti & Dwijayanti, J,E. 1997. Hubungan antara konsep diri dan kecemasan
menghadapi masa depan dengan penyesuaian sosial anak-anak Madura.
Anima; vol. XII nomor 46.
66
67
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Edisi ke empat. 2008. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
www.e-dukasi.net/pengpop/pp_full.php
Lampiran 1
Hasil wawancara subyek 1
NO VERBATIM KODE KETERANGAN
1 Pewawancara : Selamat malam.
2 Subyek 1 : Malam.
3 Pewawancara : Terima kasih atas waktu
4 dan kesempatan yang diberikan boleh
5 mewawancarai anda. Ee… ada beberapa
6 yang akan saya tanyakan pada anda. Saya
7 mohon jawaban-jawaban dari anda. Ee…
8 siapakah nama lengkap anda?
9 Subyek 1 : Yohanes Budi Setiyawan Tetapi
10 dalam akte atau dalam ijasah di ee…tulis
11 Budi Setiyawan saja.
12 Pewawancara : Oke. Berapakah usia anda
13 sekarang?
14 Subyek 1 : 29 tahun lebih 1 bulan.
15 Pewawancara : Oke. Apakah pekerjaan anda
16 sekarang?
17 Subyek 1 : Ee… di…jadi PNS di Dinas
18 Energi Sumber Daya Mineral provinsi Jawa
19 Tengah.
20 Pewawancara : Em…ee… sekarang saya
21 akan bertanya tentang e..pengalaman
22 mendaki gunung anda.
23 Subyek 1 : Ya.
24 Pewawancara : Sejak tahun berapa anda
25 mulai mendaki gunung mas Budi?
26 Subyek 1 : Kalau gabung di pecinta
27 alamnya sejak tahun 1996 tapi kalau
28 pendakiannya di tahun 1997, berarti kurang
29 lebih ada 13 tahun.
70
254 saya rasakan itu ha.. H-2 jam, H-1 jam 253-260 gejala kecemasan
255 ketika kita mau melakukan perjalanan, itu. mental.
256 Kalau sebelumnya itu jauh-jauh hari malah
257 kita seneng-seneng saja, kadang-kadang
258 sampai base camp pun kita masih bercanda,
259 masih asyik gitu lho. Tetapi ketika H-1 jam,
260 H-2 jam itu saya merasakan itu.
261 Pewawancara : Trus yang berikutnya saya
262 menanyakan, apakah sebelum pendakian itu
263 gejal..apakah ada juga muncul gejala-gejala
264 kecemasan yang berupa gangguan perilaku
265 atau tingkah laku? Apakah anda mungkin
266 memunculkan perilaku yang tidak seperti
267 biasanya atau…?
268 Subyek 1 : Kalau biasanya sih kalau ini S1.W1.B Gejala
269 temen saya juga anu..ngamati saya. Jadinya 268-287 kecemasan
270 kan saya tu nggigiti jari, kayak gitu. Apa perilaku berupa
271 bukan gigit kuku itu lho. Ee… kuku itu saya gerakan neurotik
272 gigitin. Saya..saya menikmati kecemasan tertentu.
273 dengan seperti itu. Trus kemudian ee… S1.W1.B Gejala
274 sering-sering salah gitu lho, misalnya saya 273-277 kecemasan
275 bawa alat, saya menanyakan teman “tadi mental berupa
276 mana skibo saya?” padahal skibonya saya gangguan
277 bawa. Kadang-kadang kayak gitu. pikiran.
278 Trus ini biasanya, nggerak-nggerakkan S1.W1.B Gejala
279 kaki yang tidak ada fungsinya kadang- 278-288 kecemasan
280 kadang atau misalnya ee… matah-matahin perilaku berupa
281 jari, jari tangan seperti itu. Itu kan gerakan neurotik
282 sebenarnya ndak ada fungsinya trus tertentu.
283 nggerak-nggerakkan kaki, tu lho dengan
284 ritme-ritme tertentu gitu ee… opo yo, esh
285 ngene iki lho kayak gini kayak gini ni
78
318 nanti dingin lho, misalnya seperti itu atau S1.W1.B Faktor penyebab
319 mungkin mengatakan medan sana itu nanti 318-325 kecemasan yang
320 kita akan lewati e.. jembatan setan, nanti di berasal dari mitos
321 sana itu ada yang namanya mok enting, di
322 sana ada yang namanya jembatan ee…
323 setan trus ada namanya jurang pengarep-
324 arep. Lha kadang-kadang hal-hal seperti itu
325 yang membuat kita tu cemas, gitu lho. Ee… S1.W1.B Faktor penyebab
326 kalau itu kita belum pernah mendaki 325-333 kecemasan yang
327 gunung ya. Kayak di sundoro sumbing berasal dari mitos
328 waktu pertama kali pendakian kan saya di
329 beri seperti..di beri tahu seperti itu, apalagi
330 kan itu kan sakral tempatnya. Nanti di
331 tikungan piston itu biasanya ada gangguan
332 seperti ini. Nah hal seperti itu yang
333 membuat saya cemas. Lebih pada mitosnya.
334 Kemudian saya pada medan. medan yang S1.W1.B Faktor penyebab
335 jurang, curam trus kemudian apa 334-339 kecemasan yang
336 namanya? Tinggi itu biasanya saya.. bukan berasal dari
337 phobia tetapi membayangkannya itu kan kondisi alam
338 tentu..tentu menimbulkan was-was ya. Agar
339 nanti saya selamat bagaimana itu? Trus S1.W1.B Faktor penyebab
340 lebih cenderung juga saya 339-355 kecemasan yang
341 mengkhawatirkan..kalau pendakian itu berasal dari orang
342 di..biasanya kan rata-rata kan kalau saya lain
343 mendaki tu kan team, bersama team. Saya
344 belum pernah mendaki sendiri, gunung itu.
345 Jadi minimal itu saya pernah mendaki 2
346 orang, itu paling minimal yang paling
347 banyak ya 50 orang. Itu yang membuat saya
348 cemas itu justru malah saya mencemaskan
349 orang lain tentang kesehatannya, trus
80
Lampiran 2
Hasil wawancara subyek 2
NO VERBATIM KODE KETERANGAN
1 Pewawancara : Oke, selamat malam mas niko
2 (subjek juga membalas ucapan slamat malam).
3 Terimakasih atas waktu yang diberikan dan
4 terima kasih diperbolehkan mewawancarai
5 anda. Ada beberapa hal yang akan saya
6 tanyakan. Yang pertama tentang identitas anda.
7 Ee… Siapakah nama lengkap anda?
8 Subyek 2 : Ee… saya Benediktus Nico
9 Prabowo.
10 Pewawancara : ee… berapakah usia anda?
11 Subyek 2 : Se..sekarang saya menginjak usia
12 kedua puluh.
13 Pewawancara : Ee… apa pekerjaan anda
14 sekarang atau kesibukan anda sekarang?
15 Subyek 2 : Sekarang saya aktif kuliah di UPN
16 Veteran Yogyakarta jurusan teknik industry.
17 Selain itu juga ee… aktif juga di kegiatan
18 pecinta alam. Selain itu juga aktif di kegiatan
18 gereja.
20 Pewawancara : Ee… saya akan menanyakan
21 tentang pengalaman pendakian anda. Sejak
22 tahun berapa anda mulai mendaki gunung?
23 Subyek 2 : Ee… pengalaman mendaki gunung
24 itu awalnya itu kelas 3 SMP tepatnya tahun
25 2003, tahun baru 2003 (pewawancara
26 mengucapkan kata oke).
27 Pewawancara : Sudah berapa kali anda
28 mendaki gunung mas nico?
29 Subyek 2 : Jumlahnya kurang lebih… diatas
85
30 sepuluh.
31 Pewawancara : Anda pernah mendaki gunung
32 mana saja mas nico?
33 Subyek 2 : Sampai saat ini baru tiga gunung,
34 gunung lawu, merbabu dan merapi.
35 Pewawancara : Ee… kalau boleh tau sudah
36 berapa kali anda mendaki gunung lawu,
37 gunung merbabu dan gunung merapi mas?
38 Subyek 2 : Gunung merapi dua kali, gunung
39 lawu… ee… se… empat kali lalu gunung
40 merbabu itu… lima kali.
41 Pewawancara : Oke ( pewawancara
42 berdehem). Ee… apakah anda sering
43 mengalami kecemasan sebelum melakukan
44 pendakian gunung itu mas nico?
45 Subyek 2 : Ee… termasuk yang sering, S2.W1.B Subyek
46 terutama sebelum mendaki gunung atau 45-48 mengalami
47 persiapan di basecamp, itu sering banget kecemasan
48 cemas. sebelum
49 Pewawancara : Ee… biasanya kecemasan itu melakukan
50 muncul H min berapa mas nico? aktivitas
51 Subyek 2 : H min… ee… tepatnya sss se..saat pendakian
52 hari H atau mungkin saat di rumah sebelum gunung.
53 berangkat ke basecamp dan juga kecemasan-
54 kecemasan awal di sebelum hari H itu tepat
55 satu hari sebelum hari H.
56 Pewawancara : H min satu berarti?
57 Subyek 2 : Ya.
58 Pewawancara : Saya akan menanyakan
59 tentang ee… ini mas nico. Gejala-gejala
60 kecemasan apa yang muncul yang berupa
61 gangguan fisik? Mungkin yang berhubungan
86
126 ee… trus… was-was lalu ee… gejala 125-126 mental berupa
127 selanjutnya itu jadi malas gangguan
128 berbu..ee..beraktifitas maksudnya hanya perasaan
129 sekedar untuk.. jalan kaki atau mondar-mandir
130 gitu aja males karena yaitu kepikiran atau
131 gimana, nenangkan diri semacam itu. Trus juga
132 ke..gejala kala pikiran kadang ya.. itu jadi
133 sebabnya ee.. saya jadi migrain sebelum
134 pendakian ya gitu.
135 Pewawancara : Oke. Ee… kalau gejala-gejala
136 kecemasan yang berupa gangguan perilaku
137 atau tingkah laku yang mungkin muncul dari
138 anda yang mungkin perilaku aneh atau
139 tidak..tidak seperti biasanya. Apakah itu juga
140 sering anda alami?
141 Subyek 2 : Ee… kalau tingkah laku ya.. itu S2.W1.B Gejala kecemasan
142 tadi saya jadi berhemat aktifitas. Saya jadi 141-143 perilaku berupa
143 malas-malasan sebelum pendakian. Ee… sikap malas
144 hanya untuk ya.. menenangkan pikir itu. Lalu malasan dan
145 tingkah laku yang lain ee… saya sedikit ee.. berhemat
146 bukan sedikit. Kecemasan yang saya tunjukkan aktifitas.
147 tentang BAB itu tadi, pencernaan saya. Saya S2.W1.B Sering memilah-
148 jadi memilah-milah makanan saya, biasanya 147-151 milah makanan
149 tidak. Lalu… tingkah laku yang lain ee…saya dan menahan
150 justru sering apa itu? Menahan untuk buang untuk buang air
151 air kecil, justu saya tahan itu. kecil.
152 Pewawancara : Oke. Ee… kemudian apa
153 yang membuat anda cemas sebelum
154 melakukan pendakian gunung itu?
155 Subyek 2 : Yang membuat saya cemas. Ee… S2.W1.B Faktor penyebab
156 ada banyak, yang pertama em…(subyek 155-160 kecemasan yang
157 berdehem) apakah saya bisa sampai tujuan, berasal dari
89
Lampiran 3
Hasil Wawancara Subyek 3
NO VERBATIM KODE KETERANGAN
1 Pewawancara : Oke, selamat malam mas
2 Bayu.
3 Subyek 3 : Selamat malam mas Dimas.
4 Pewawancara : Terima kasih atas waktu
5 yang diberikan, ee… telah berkenan
6 menjadi subyek penelitian saya. Oke, mas
7 Bayu ee… saya akan menanyakan
8 beberapa hal.
9 Subyek 3 : Ya.
10 Pewawancara : Saya mohon jawaban
11 yang jujur.
12 Subyek 3 : Baik.
13 Pewawancara : Tidak perlu tergesa-gesa
14 njawabnya. Silahkan anda jawab sesuai
15 dengan apa yang anda mau jawab. Ee…
16 ini untuk yang pertama mas Bayu. Ee…
17 siapakah nama lengkap anda?
18 Subyek 3 : Nama lengkap saya adalah
19 Bayu Dharma Kusuma.
20 Pewawancara : Oke. Berapakah usia anda
21 saat ini?
22 Subyek 3 : Usia an..saya saat ini 24 tahun.
23 Pewawancara : Ee… apa pekerjaan anda
24 atau kesibukan anda sekarang?
25 Subyek 3 : Guru WB di sebuah SD negeri
26 di Klaten.
27 Pewawancara : Oke, terima kasih. Saya
28 berikutnya akan menanyakan tentang
29 pengalaman pendakian gunung anda mas
93
30 Bayu?
31 Subyek 3 : Iyak.
32 Pewawancara : Ee… sejak tahun berapa
33 anda mulai mendaki gunung mas Bayu?
34 Subyek 3 : Pertama kali mendaki tahun
35 2000..tahun 2000.
36 Pewawancara : Oke. Sudah berapa kali
37 anda mendaki gunung mas Bayu?
38 Subyek 3 : Kurang lebihnya 30-an..30-an.
39 Pewawancara : Oke. Ee… anda pernah
40 mendaki gunung mana saja mas Bayu?
41 Subyek 3 : Ehm… Kalau di Jawa Tengah
42 ada merapi, merbabu, lawu trus eh…
43 sindoro, sumbing. Ya udah, berarti lima
45 itu.
46 Pewawancara : Trus kira-kira dari
47 gunung-gunung itu anda pernah mendaki
48 berapa kali, berapa kali mas Bayu?
49 Subyek 3 : Kalau… merapi, merbabu,
50 lawu yo mungkin rata-rata 4 – 5 tapi kalau
51 sindoro sumbing baru sekali.
52 Pewawancara : Oke, terima kasih. Ee…
53 apakah anda mengalami kecemasan
54 sebelum melakukan pendakian gunung itu
55 mas Bayu?
56 Subyek 3 : Ya. Saya sering mengalami S3.W1.B Subyek mengalami
57 kecemasan sebelum melakukan pendakian. 56-57 kecemasan sebelum
58 Pewawancara : Oke. Ee… jika mas Bayu melakukan aktivitas
59 ee… sering mengalami kecemasan pendakian gunung.
60 sebelum pendakian. Saya mau
61 menanyakan beberapa hal mengenai
62 kecemasan-kecemasan itu.
94
98
2 Gejala 1 jam Mudah marah 2 jam Mudah marah 1 jam Mudah marah karena
kecemasan sebelum karena hal-hal kecil sebelum karena hal-hal sebelum hal-hal kecil
mental pendakian pendakian kecil pendakian
1 jam Sering melakukan
sebelum kesalahan seperti
pendakian orang bingung
3 Gejala 2 jam Mematah- 2 jam Menjadi penyendiri 2 jam perilaku merokoknya
kecemasan sebelum matahkan jari sebelum sebelum berubah dari yang
Perilaku pendakian tangan dan pendakian pendakian biasanya mempunyai
menggoyang- jeda lama 3 hingga 2
goyangkan kaki jam per batang
menjadi 2 hingga 3
batang dalam 1 jam
1 jam Sering melamun 1 jam Menjadi malas-
sebelum sambil menggigit sebelum malasan untuk
pendakian ujung kuku jari pendakian mendaki
tangan
99