Titik berat atau pusat suatu luasan adalah suatu titik dimana luasan
terkonsentrasi dan tetap meninggalkan momen yang tidak berubah terhadap
sembarang sumbu. Pada umumnya leyak titik berat dinyatakan sebagai jarak
pada koordinat “x” dan “y”. Momen pertama dQx elemen da terhadap sumbu
x adalah dQx = yda, dan terhadap sumbu y adalah dQy = xda.
I1
ÿþ
Jadi letak titik berat atau pusat suatu luasan dengan koordinat sebagai berikut:
xda Q y
x=∫ = .......... (4.2a)
A A
yda Qx
y=∫ = ......... (4.2b)
A A
I2
ÿþ
d. Segi tiga tidak sama kaki
e. Lingkaran
f. Setengah lingkaran
I3
‐
n
⎛ n ⎞
∑i =1
Ai . x i = ⎜ ∑ Ai ⎟ x
⎝ i =1 ⎠
dan .......... (4.3a)
n
⎛ n ⎞
∑
i =1
Ai . y i = ⎜ ∑ Ai ⎟ y
⎝ i =1 ⎠
.......... (4.3b)
sehingga,
∑ x i . Ai
xi = i =1
n
dan .......... (4.3c)
∑ i =1
Ai
∑ y i . Ai
yi = i =1
n
.......... (4.3d)
∑i =1
Ai
I4
‐
Momen inersia suatu luasan terhingga terhadap suatu sumbu di dalam
bidang luasan diberikan dengan jumlah momen inersia terhadap sumbu yang
sama dari seluruh elemen yang ada pada luasan terhingga tersebut, dinyatakan
dalam bentuk integral :
I y = ∫ dl y = ∫ x 2 da .......... (4.4b)
n
I x = ∑ ( I x )i dan .......... (4.5a)
i =1
n
I y = ∑ ( I y )i
i =1 ......... 4.5b).
Satuan untuk momen inersia adalah pangkat empat dari satuan panjang.
Momen inersia terhadap sumbu yang melalui titik berat beberapa bentuk
penampang :
I5
‐
a. Empat persegi panjang
1
Ix = b.h 3
12
1
I y = h.b 3
12
1
Ix = b.h 3
36
1
I y = b.h 3
48
1
Ix = b.h 3
36
1
I y = b.h 3
48
1
Ix = b.h 3
36
1
I y = b.h(b 2 − b.b2 + b2 )
2
36
I6
‐
e. Lingkaran
1
Ix = I y = πd 4
64
f. Setengah lingkaran
1
I x = I y = πr 4
8
Momen inersia suatu elemen terhadap sumbu yang bergeser dari titik
berat, maka momen inersia terhadap sumbu x dan sumbu y adalah :
I x = I xG + A. y1
2
.......... (4.6a)
I y = I yG + A. x1 .......... (4.6b)
2
I7
‐
Ix
rx =
A .......... (4.7a)
dan jika momen inersia luasan A terhadap sumbu y dinyatakan
dengan Iy, maka jari-jari putaran ry adalah :
I
ry =
y
A .......... (4.7b)
60
30
20
30
Penyelesaian :
a. Letak titik berat.
x1 . A1 − x 2 . A2
x=
A1 − A2
15 .( 30 x 60 ) − 15 .( 1 4 .π .20 2 )
x= = 15 .cm
(30 x 60 ) − ( 1 4 .π .20 3 )
y1 . A1 − y 2 . A2
y=
A1 − A2
30 .( 30 x 60 ) − 40 .( 1 4 .π .20 2 )
y= = 27 ,89 cm
(30 x 60 ) − ( 1 4 .π .20 3 )
I8
‐
b. Momen inersia penampang.
I x = I x1 − I x 2
Ix = (1
12 ) (
.b1 .h1 + A1 . y1 ' 2 −
3 1
64 .π .d 4 + A2 . y 2 ' 2 )
Ix = (1
12 . 30 . 60 + ( 30 x 60 ). 27 ,89
3 2
)− ( 1
64 .π . 20 4 + ( 1 4 .π . 20 2 ) ). 40 , 79 2 )
I x = 536355 ,33 .cm 4
I y = I y1 − I y 2
Iy = ( 1
12 ) (
.b1 .h1 + A1 . x1 ' 2 −
3 1
64 .π .d 4 + A 2 . x 2 ' 2 )
Iy = ( 1
12 . 30 3. 60 + ( 30 x 60 ). 0 2 − ) ( 1
64 .π . 20 4 + ( 1 4 .π . 20 2 ) ). 0 2 )
I y = 127146 , 02 .cm 4
I9
ÿþ
Pertemuan II,III, IV
I. Tegangan dan Regangan
I‐1
Sebagaimana terlihat pada Gambar 1.1, suatu batang dengan luas
penampang konstan, dibebani melalui kedua ujungnya dengan sepasang gaya
linier dengan arah saling berlawanan yang berimpit pada sumbu longitudinal
batang dan bekerja melalui pusat penampang melintang masing-masing.
P
σ = .......... (1.1)
A
I‐2
Jika batang -gaya dikenakan pada ujung-ujung batang dalam arah
menuju ke batang, sehingga batang dalam kondisi tertekan, maka terjadi
tegangan tekan, batang, selanjutnya dapat dinyatakan dengan rumus:
Ptk
σ tk = .......... (1.1b)
A
2. Regangan Normal
Suatu batang lurus akan mengalami perubahan panjang apabila dibebani
secara aksial, yaitu menjadi panjang jika mengalami tarik dan menjadi pendek
jika mengalami tekan. Sebagai contoh diperlihatkan pada Gambar 1.2,
perpanjangan dari batang tersebut adalah hasil komulatif dari perpanjangan
semua elemen bahan di seluruh volume batang.
I‐3
Jadi Perpanjangan per unit panjang disebut regangan normal,
dinyatakan tidak berdimensi, artinya regangan tidak mempunyai satuan.
Regangan ε disebut regangan normal karena regangan ini berkaitan dengan
tegangan normal. Jika batang mengalami tarik, maka regangannya disebut
regangan tarik, yang menunjukkan perpanjangan bahan. Demikian juga
halnya jika batang mengalami tekan, maka regangannya disebut regangan
tekan, dan batang tersebut memendek. Regangan tarik biasanya bertanda
positif dan regangan tekan bertanda negatif.
3. Kurva Tegangan-Regangan
Hasil-hasil pengujian biasanya tergantung paada benda uji. Karena
sangat kecil kemungkinannya kita menggunakan struktur yang ukurannya
sama dengan ukuran benda uji, maka kita perlu menyatakan hasil pengujian
dalam bentuk yang dapat diterapkan pada elemen struktur yang berukuran
berapapun. Cara sederhana untuk mencapai tujuan ini adalah dengan
mengkonversikan hasil pengujian tersebut ke tegangan dan regangan.
Setelah melakukan uji tarik atau tekan dan menentukan tegangan dan
regangan pada berbagai taraf beban, kita dapat memplot diagram tegangan
dan regangan. Diagram tegangan-regangan merupaka karakteristik dari bahan
yang diuji dan memberikan informasi penting tentang besarab mekanis dan
jenis perilaku.
Bahan baja struktural, yang dikenal dengan baja lunak atau baja
karbon rendah. Baja struktural adalah salah satu bahan metal yang paling
banyak digunakan untuk gedung, jembatan, menara, dan jenis struktur lain.
Diagram tegangan-regangan untuk baja struktural tipikal yang mengalami
tarik diperlihatkan pada Gambar 1.3.
Dimana diagram dimulai dengan garis lurus dari pusat sumbu 0 ke titik
A, yang berarti bahwa hubungan antara tegangan dan regangan pada daerah
ini linier dan proporsional, dimana titik A tegangan maksimum, tidak terjadi
perubahan bentuk ketika beban diberikan disebut batas elastis, jadi tegangan
di A disebut limit proporsional, dan OA disebut daerah elastis.
I‐4
Gambar 1.3 Kurva Tegangan-Regangan Baja Struktural
I‐5
Tegangan luluh dan tegangan ultimit dari suatu bahan disebut juga
masing-masing kekuatan luluh dan kekuatan ultimit. Kekuatan adalah
sebutan umum yang merujuk pada kapasitas suatu struktur untuk menahan
beban. Sebagai contoh kekuatan luluh dari suatu balok adalah besarnya
beban yang dibutuhkan untuk terjadinya luluh di balok tersebut, dan kekuatan
ultimit dari suatu rangka batang adalah beban maksimum yang dapat
dipikulnya, yaitu beban gagal. Tetapi dalam melakukan uji tarik untuk suatu
bahan, didefinisikan kapasitas pikul beban dengan tegangan di suatu benda
uji, bukannya beban total yang bekerja pada benda uji. Karena itu, kekuatan
bahan biasanya dinyatakan dalam tegangan. Berikut ini dapat dilihat kurva
tegangan-regangan untuk berbagai bahan baja lainnya dan karet pada Gambar
1.4 sampai dengan Gambar 1.8.
I‐6
Gambar 1.6 Kurva Tegangan-Regangan Baja Karbon Tinggi
I‐7
4. Bahan Liat dan Bahan Rapuh
Bahan-bahan logam biasanya diklasifikasikan sebagai bahan liat
(ductile) atau bahan rapuh (brittle). Bahan liat mempunyai gaya regangan
(tensile strain) relatif besar sampai dengan titik kerusakan, misalnya baja atau
aluminium. Sedangkan bahan rapuh mempunyai gaya regangan yang relatif
kecil sampai dengan titik yang sama, misalnya besi cor dan beton. Batas
regangan 0,05 sering dipakai untuk garis pemisah di antara bahan liat dan
bahan rapuh.
5. Hukum Hooke
Hubungan tegangan-regangan untuk nilai regangan yang cukup kecil
adalah linier. Hubungan linier antara pertambahan panjang dan gaya aksial
yang menyebabkannya, hal ini dinyatakan oleh Robert Hooke, yang disebut
Hukum Hooke
6. Modulus Elastisitas
Modulus elastisitas yaitu rasio unit tegangan terhadap unit regangan,
sering disebut Modulus Young, Nilai modulus elastisitas setiap bahan
berbeda-beda. Unit regangan merupakan bilangan tanpa dimensi (rasio dua
satuan panjang), maka modulus elastisitas mempunyai satuan yang sama
dengan tegangan, yaitu N/m2. Untuk banyak bahan-bahan teknik, modulus
elastisitas dalam tekanan mendekati sama dengan modulus elastisitas dalam
tarikan
I‐8
Untuk kebanyakan bahan nilai batas elastis dan batas proporsional
hampir sama. Nilai batas elastis selalu sedikit lebih besar dari pada batas
proporsi. Selang elastis (elastic ranges) yaitu rentang kurva tegangan-
regangan yang terjadi dari origin sampai batas proporsi. Selang plastis
(plastic ranges), yaitu rentang kurva tegangan-regangan yang ditarik dari
batas proporsi sampai runtuh.
Titik leleh, yaitu titik dimana terjadi peningkatan atau penambahan
regangan tanpa adanya penambahan tegangan. Setelah pembebanan
mencapai titik leleh, maka selanjutnya dikatakan terjadi kelelehan.
Tegangan maksimum, terjadi dimana titik maksimum pada kurva diketahui
sebagai tegangan maksimum atau tegangan puncak dari bahan. Sedangkan
Tegangan putus, terjadi di titik dimana tegangan putus dari bahan.
Modulus Kekenyalan, keuletan (modulus of resilence), yaitu
kemampuan bahan menyerap energi pada selang elastisnya. Sedangkan batas
kekenyalan, yaitu kerja yang dilakukan suatu unit volume bahan dengan gaya
tarikan yang dinaikan secara bertahap dari nol sampai batas proporsi. Dan
Modulus Kekerasan (modulus of toughness), yaitu kerja yang dilakukan
suatu unit bahan dari nol sampai keruntuhan. Kekerasan bahan adalah
kemampuan untuk menyerap energi pada selang plastis dari bahan.
Persentase pengurangan luas penampang, yaitu penurunan luas
penampang dari luasan awal pada bagian patah dibagi dengan luasan awalnya
dikalikan dengan seratus. Sedangkan persentase pertambahan panjang
(elongation), yaitu pertambahan panjang setelah patah dibagi dengan panjang
awal dan dikalikan dengan seratus.
Kekuatan lelah (yield strength), sisa regangan, yaitu dimana bahan
mengalami perubahan bentuk atau deformasi yang tetap ketika pembebanan
dipindahkan. Perubahan bentuk biasanya diambil 0,0035. Modulus tangen,
yaitu laju perubahan tegangan terhadap perubahan regangan, dan merupakan
bentuk modulus sesaat. Koefisien ekspansi linier, yaitu perubahan panjang
per unit panjang suatu batang lurus karena perubahan suhu sebesar satu
derajat.
I‐9
Rasio poisson, yaitu rasio regangan pada arah lateral (tegak lurus
terhadap pembebanan) terhadap arah aksial. Kebanyakan logam mempunyai
nilai rasio poisson (μ) antara 0,25 sampai 0,35.Kekuatan spesifik, yaitu rasio
tegangan maksimum terhadap berat spesifik (berat per unit volume).
Modulus spesifik, yaitu perbandingan modulus young terhadap berat spesifik
bahan.
8. Klasifikasi Bahan
Homogen, yaitu mempunyai sifat elastis (E, μ) yang sama pada
keseluruhan titik pada bahan. Isotropis, yaitu mempunyai sifat elastis yang
sama pada semua arah pada setiap titik dalam bahan. Tidak semua bahan
mempunyai sifat isotropis. Apabila suatu bahan tidak memiliki suatu sifat
simetri elastik, maka bahan disebut anisotropis
I‐10
I.2 Tegangan dan Regangan Geser
1. Tegangan Geser
Tegangan geser bekerja di sepanjang atau sejajar bidang. Tegangan
geser merupakan tegangan yang bekerja dalam arah tangensial terhadap
permukaan bahan, dan dapat dilihat pada Gambar 1.9. Tegangan geser
dinotasikan dengan τ (tou), yaitu gaya gesek dibagi luasan, dengan satuan
N/m2 atau N/mm2, dan dinyatakan dengan persamaan:
Fs
τ = .......... (1.3)
A
I‐11
Aksi tegangan geser, misalnya terjadi pada sambungan dengan baut
dengan menggunakan plat pengapit, dimana akibat aksi beban yang bekerja
pada batang dan plat pengapit akan cendrung menggeser baut, dan
kecendrungan ini ditahan oleh tegangan geser pada baut, bentuk sambungan
dengan baut dapat dilihat pada Gambar 1.10. Diagram benda menunjukkan
bahwa ada kecendrungan untuk menggeser baut, terlihat juga bahwa gaya
gesr V bekerja pada permukaan potongan dari baut. Pada gambar di atas ada
dua bidang geser (mn dan pq), sehingga baut dikatakan mengalami geser
ganda (dua irisan). Dalam geser ganda, masing-masing gaya geser sama
dengan setengah dari beban total yang disalurkan oleh baut, artinya Fs = V =
P/2.
Gambaran lebih lengkap tentang aksi tegangan geser, dapat dilihat pada
elemen dari suatu bahan berbentuk persegi panjang, sebagaimana
diperlihatkan pada Gambar 1.11. Muka depan dan belakang dari elemen
I‐12
2. Regangan Geser
Tegangan geser yang bekerja pada suatu elemen bahan yang diserta
regangan geser, dimana tegangan geser tidak mempunyai kecendrungan
untuk memperpanjang atau memperpendek elemen, dengan kata lain panjang
sisi tidak berubah. Tegangan geser menyebabkan perubahan bentuk elemen,
dimana elemen semula berbentuk persegi panjang, berubah bentuk atau
terdeformasi menjadi miring, sehingga sudut antara muka samping berubah.
Jadi perubahan sudut pada bagian pokok elemen empat persegi panjang awal
disebut sebagai regangan geser, dan merupakan sudut yang dinyatakan dalam
I‐13
3. Modulus Elastisitas Geser
Rasio antara tegangan geser (τ) dengan regangan geser (γ) disebut
I‐14
Gambar 1.5 Diagram Tegangan Pada Potongan Miring
N V
σ= dan τ = .......... (1.6)
A1 A1
A
A1 = .......... (1.6a)
cos α
I‐15
1.4 Tegangan Batas, Tegangan Luluh, Tegangan Izin dan Beban Izin
1. Tegangan Batas (σu)
Setiap bahan mempunyai batas kekuatan masing-masing. Jika gaya
yang bekerja sudah melebihi batas kekuatan bahan, maka benda akan putus.
Perencanaan dengan metode tegangan batas, cocok untuk bahan yang getas,
seperti beton.
3. Tegangan Izin
Tegangan izin merupakan batas yang aman dalam perencanaan
konstruksi. Penerapan faktor keamanan pada tegangan luluh (atau kekuatan
luluh), diapatkan tegangan izin (atau tegangan kerja) yang tidak boleh
dilampaui dimanapun di dalam struktur, jadi,
σy
Untuk tarik : σ izin = .......... (1.7a)
n
τy
Untuk geser : τ izin = .......... (1.7b)
n
σy dan τy adalah tegangan luluh dan n adalah faktor keamanan, untuk disain
gedung, faktor keamanan untuk luluh tarik adalah 1,67.
I‐16
σu
Untuk tarik : σ izin = .......... (1.8a)
n
τu
Untuk geser : τ izin = .......... (1.8b)
n
keamanan terhadap kekuatan ultimit dari suatu bahan biasanya lebih besar
daripada yang didasarkan atas kekuatan luluh. Untuk baja lunak, faktor
keamanan sebesar 1,67 terhadap luluh sebanding dengan faktor keamanan
sebesar kira-kira 2,8 terhadap kekuatan ultimit.
4. Beban Izin
Sesudah tegangan izin ditetapkan untuk struktur dan bahan, maka beban
izin pada struktur dapat ditetapkan. Hubungan antara beban izin dengan
tegangan izin bergantung pada jenis struktur. Beban izin juga disebut beban
yang diperbolehkan atau beban aman, sama dengan tegangan izin dikalikan
dengan luas dimana beban bekerja.
Untuk batang yang mengalami tarik : Pizin = σ izin.A .......... (1.9a)
I‐17
I.5 Contoh-Contoh Soal dan Pembahasan
Soal 1. Sebuah batang baja yang berdiameter 20 mm dengan panjang 0,5 meter,
mengalami beba tarik sebesar 25 kN, sehingga panjangnya menjadi 0,505
meter. Tentukan tegangan dan regangan normal yang terjadi pada
batang.
Penyelesaian :
a. Tegangan normal :
Ptr 25000
σ tr = = = 79 ,58 N/mm2
A 1 π .20 2
4
b. Regangan normal :
ΔL L − Lo 0 , 505 − 0 ,5
ε = = = = 0 , 01
L L 0 ,5
Soal 2. Bata standar yang mempunyai ukuran 20,31 cm x 10,16 cm x 6,35 cm,
ditekan dengan mesin uji pada arah memanjang. Jika tegangan tekan
yang terjadi pada bata adalah sebesar 0,115 MPa. Tentukan tekan
maksimum yang mampu ditahan bata tersebut.
I‐18
Penyelesaian :
Ptk
σ tk = ⇒ P = σ tk . A
A
Soal 3. Suatu sambungan dengan baut, memikul gaya tarik sebesar 30 kN.
Apabila diameter baut 10 mm, tentukan tegangan geser yang terjadi
pada sambungan tersebut.
Penyelesaian :
Fs
τ =
A
τ =
P1
2
=
1
2 (30000 ) = 192 . MPa
1 π .d 2 1 π . 10 2
4 4
Soal 4. Suatu plat dengan tebal 0,16 cm dan lebar 4,5 cm, disambung dengan las,
dimana sudut pengelasannya adalah 45o. Jika plat terebut menerima gaya
tarik sebesar 50 kN, tentukan tegangan geser yang terjadi pada
sambungan las tersebut.
I‐19
Penyelesaian :
a. Tegangan normal :
N
σ =
A1
P cos α 50000 cos 45 o
σ = = = 347 , 23 .MPa
b.t 45 x1,6
cos α cos 45 o
b. Tegangan geser :
V
τ =
A1
P sin α 50000 sin 45 o
τ = = = 347 , 23 .MPa
b.t 45 x1,6
cos α cos 45 o
I‐20
Pertemuan V
II. Torsi
P adalah gaya (N), dan d adalah diameter lengan putar (m). Jadi :
T1 = P1 .d 1 .......... (2.1a)
T2 = P2 .d 2 ........... (2.1b)
II‐1
Gambar 2.2 Batang Yang Mengalami Torsi
Untuk suatu batang bulat berlobang (pipa) dengan diameter luar d2 dan
diameter dalam d1, momen kutub inersia penampang melintang luasnya,
dinotasikan dengan I.
I p = ∫ p 2 dA .......... (2.2a)
A
II‐2
Lingkaran dengan jari-jari r dan diameter d, momen inersia polar adalah :
πd 4
.......... (2.2b)
Ip =
32
Dimana G adalah modulus geser elastis dan γ adalah regangan geser yang
dinyatakan dalam radian. Dengan menggabungkan persamaan Hukum Hooke
dengan persamaan untuk regangan geser, maka diperoleh τmak, dimana τmak
adalah tegangan geser dipermukaan luar batang (jari-jari r), τ adalah tegangan
II‐3
geser di titik interior, dan ϴ adalah laju puntiran. Dengan demikian dapat
ditunjukkan bahwa tegangan geser bervariasi secara linier terhadap jarak dari
pusat batang.
Torsi tegangan geser pada jarak p dari titik pusat poros, dinyatakan
dengan :
Tp .......... (2.3b)
τ=
Ip
16 T .......... (2.3c)
τ maks =
πd 3
II‐4
2.3 Torsi Regangan Geser
Elemen batang antara dua penampang yang jaraknya satu sama lain
seperti terlihat pada Gambar 2.6, diamana elemen ini ditunjukkan terisolasi.
Selama terjadi puntir pada batang, penampang kanan berotasi terhadap
penampang kiri dengan sudut puntir kecil, sehingga masing-masing titik
bergerak. Panjang sisi elemen tidak berubah selama rotasi, namun sudut-
sudut di pojok tidak lagi 90o, jadi elemen ini ada dalam keadaan geser murni,
dan besar regangan geser γmak sama dengan berkurangnya sudut yang
dinyatakan dalam radian.
II‐5
garis akhir dengan garis awal didefinisikan sebagai regangan geser pada
permukaan poros, yang berlaku sama untuk setiap titik pada batang poros
τ
G= .......... (2.4)
γ
T .L
θ= .......... (2.5)
G.I p
G.I p
kT = .......... (2.6)
L
II‐6
Fleksibilitas torsional adalah kebalikan dari kekakuan, dan didefinisikan
sebagai sudut rotasi yang dihasilkan oleh torsi satuan, diperlihatkan dengan
persamaan berikut :
L
fT =
G.I p ..........(2.7)
Penyelesaian :
a. Tegangan geser maksimum ;
16.T 16.250
τ mak = = = 24,14 x106.N / m 2
π .d 3
π .(0,0375) 3
b. Sudut puntir :
π .d 4 π .(0,0375) 4
Ip = = = 1,94 x10 −7.m 4
32 32
II‐7
T .L 250.1,5
θ= = = 168,09.rad
G.I p (11,5 x106 ).(1,94 x10 −7 )
G.I p .θ izin
T2 =
L
(11,5 x10 6 ).(1,94 x10 −7 ).(2,5o )(πrad / 180 o )
T2 =
1,5
T2 = 0,094.Nm
Penyelsaian :
16.T π .d 3 .τ izin
τ mak = → T =
π .d 3 16
π .(30) 3 .(80)
= = 424.115.Nmm
16
II‐8
Pertemuan VI,VII
III. Gaya Geser dan Momen Lentur
III‐1
merupakan langkah penting dalam mendisain suatu balok. Gaya geser dan
momen lentur yang terjadi di balok perlu diketahui nilai maksimum dan
variasi besaran-besaran tersebut di sepanjang sumbu balok. Apabila gaya
geser dan momen lentur telah diketahui, maka dapat ditentukan tegangan,
regangan, dan defleksi yang terjadi pada balok.
Mencari reaksi merupakan merupakan langkah pertama dalam analisis
suatu balok. Apabila reaksi telah diketahui, gaya geser dan momen lentur
dapat diperoleh. Jika sutau balok ditumpu dengan secara statis tertentu, maka
semua reaksi dapat diperoleh dari diagram benda bebas dan persamaan
keseimbangan. Pengecekan hasil reaksi yang diperoleh apakah sudah benar,
yaitu dengan menggunakan persamaan keseimbangan dalam arah vertikal.
Suatu balok dengan tumpuan sendi di satu ujung dan tumpuan rol di
ujung lainnya disebut balok sederhana (simple beam). Di ujung A dari
balok, tumpuan sendi tidak dapat bergerak dalam arah horisontal atau
vertikal tetapi sumbu batang dapat berotasi dalam bidang gambar. Karena itu,
tumpuan sendi dapat memberikan reaksi berupa gaya dengan komponen
horisontal dan vertikal (HA dan RA), tetapi tidak dapat memberikan reaksi
momen. Di ujung B dari balok, tumpuan rol mencegah translasi dalam arah
vertikal tetapi tidak dalam arah horisontal, sehingga tumpuan rol dapat
menahan gaya vertikal (RB) tetapi tidak gaya horisontal.
III‐2
Gambar 3.3 Beban dan Reaksi Pada Balok Kantilever
Balok yang dijepi di salah satu ujung dan bebas di ujung lainnya,
disebut balok kantilever (cantilever beam). Di tumpuan jepit balok tidak
dapat bertranslasi maupun berotasi, sedangkan di ujung bebas balok tersebut
dapat bertranslasi dan berotasi. Dengan demikian, di tumpuan jepit ada reaksi
dan momen.
III‐3
3.2 Tipe Perletakan
Sebuah balok sayap lebar yang ditumpu oleh dinding beton dan titahan
oleh baut angkur yang menembus lubang slot di flens bawah balok.
Konstruksi ini menahan balok terhadap gerakan vertikal (ke atas atau ke
bawah) tetapi tidak mencegah gerakan horisontal. Tumpuan ini
direpresentasikan sebagai rol.
III‐4
Gambar 3.7 Konstruksi Aktual dan Representasi Tumpuan Jepit
Tiang metal yang dilas ke plat landasan yang diangkur ke pir beton
yang tertahan di tanah. Dasar dari tiang dikekang penuh terhadap translasi
dan rotasi. Tumpuan ini direpresentasikan sebagai jepit.
III‐5
Balok dipotong melintang mn yang terletak pada jarak x dari ujung
bebas. Resultan dari tegangan yang bekerja di penampang adalah gaya geser
V dan momen lentur M. Beban P beban berarah transversal terhadap sumbu
balok, maka tidak ada gaya aksial pada penampang. Gaya geser dan momen
lentur dihitung dari persamaan keseimbangan :
ΣV = 0 → P − V = 0 → V = P .......... (3.1a)
Gaya dan momen bekerja pada elemen balok yang dipotong antara dua
penampang yang jaraknya berdekatan satu sama lain. Pada balok, gaya geser
positif bekerja searah jarum jam terhadap bahan dan gaya geser negatif
bekerja berlawanan jarum jam terhadap bahan. Momen lentur positif menekan
bagian atas balok dan momen lentur negatif menekan bagian bawah balok.
Gambar 3.9 Perjanjian Tanda Untuk Gaya Geser dan Momen Lentur
III‐6
Gambar 3.11 Diagram Gaya Geser dan Momen Lentur Beban Terpusat
Reaksi perletakan dan gaya-gaya dalam (gaya geser dan momen lentur) :
Pb Pa .......... (3.2a)
RA = ; RB =
L L
Pb
V = RA = → (0 < x < a ) .......... (3.2b)
L
Pbx
M = RA x = .......... (3.2c)
L
Pb Pa .......... (3.2d)
V = RA − P = −P= → (a < x < L)
L L
Pbx
M = RA x − P( x − a) = − P( x − a) .......... (3.2e)
L
Pa
M= ( L − x) .......... (3.2f)
L
Pab
M maks = .......... (3.2g)
L
III‐7
q.L2
8
Gambar 3.12 Diagram Gaya Geser dan Momen Lentur Beban Terbagi Rata
Reaksi perletakan dan gaya-gaya dalam (gaya geser dan momen lentur) :
q.L
R A = RB = .......... (3.3a)
2
qL .......... (3.3b)
V = R A − qx = − qx → (0 < x < L)
2
qL
M = R A x − qx = − qx .......... (3.3c)
2
qL2
M maks =
8 .......... (3.3d)
3.4 Hubungan Antara Intensitas Beban, Gaya Geser dan Momen Lentur
Hubungan penting antara beban, gaya geser, dan momen lentur di
balok, berguna dalam menyelidiki gaya geser dan momen lentur di seuruh
panjang balok dan khususnya berguna dalam membuat diagram gaya geser dan
momen lentur.
III‐8
Gambar 3.13 Hubungan Antara Beban, Gaya Geser dan Momen Lentur
Suatu elemen balok yang dipotong antara dua penampang yang terletak
sejauh dx satu sama lain. Beban terbagi rata dan beban terpusat positif apabila
bekerja ke bawah di balok dan negatif jika bekerja ke atas. Kopel yang
bekerjaa sebagai beban di balok adalah positif jika berlawanan arah jarum jam
dan negatif jika searah jarum jam. Gaya geser dan momen lentur yang bekerja
di sisi-sisi elemen ditunjukkan dalam arah positif. Pada umumnya, gaya geser
dan momen lentur bervariasi disepanjang sumbu balok.
Untuk beban terbagi rata, pertambahan V dan M kecil sekali, sehingga
ditulis sebagai dV dan dM. Resultan tegangan di muka kanan adalah V + dV
dan M + dM . Untuk beban terpusat atau kopel, pertambahan V dan M
mungkin terhingga, sehingga diberi notasi V1 dan M1 Resultan tegangan di
muka kanan adalah V + V1 dan M + M1
Untuk setiap jenis pembebanan, ditulis dua persamaan keseimbangan
untuk elemen – satu untuk persamaan keseimbangan gaya dalam arah vertikal
dan satu persamaan keseimbangan momen. Persamaan pertama memberikan
hubungan antara beban dan gaya geser, dan persamaan kedua memberikan
hubungan antara gaya geser dan momen lentur.
III‐9
3.5 Contoh-Contoh Soal dan Pembahasan
Soal 1. Hitung dan gambarkan diagram gaya geser dan momen lentur balok
sederhana yang dibebani beban terpusat.
P = 3 kN
a=4m
b=2m
L=6m
Penyelesaian :
Reaksi perletakan dan gaya-gaya dalam :
3.2
RA = = 1.kN
6
3.4
RB = = 2.kN
6
( 4m < x < 6 m)
x = 4m → V = 1.kN ; M = 1.4 − 3(4 − 4) = 4.kNm
x = 6m → V = 1.kN ; M = 1.6 − 3(6 − 4) = 0
=1
= ‐1
=4
III‐10
Soal 2. Hitung dan gambarkan diagram gaya geser dan momen lentur balok
sederhana yang dibebani beban terbagi rata.
q = 2 kN
L=6m
Penyelesaian :
Reaksi perletakan dan gaya-gaya dalam :
2,6
RA = = 6kN
2
2.6
RB = = 6.kN
2
(0 < x < 6 m)
x = 0 → V = 6.kN ; M = 6.0 = 0
x = 6m → V = 6 − 2.6 = −6.kN ; M = 6.3 − 2.1,5.6.4 = 0.kNm
M mak = 1
8 .2.6 2 = 9.kNm
=6
= ‐6
III‐11
Pertemuan VIII
V. Ujian Tengah Semester
4 cm
P 6 cm P
Soal 2. Sebuah elemen tekan di rangka batang gedung harus dapat menyalurkan
gaya aksial P = 6,BP kN. Tebal dinding batang pipa adalah 12 mm.
Berapakah diameter luar minimum yang diperlukan, jika tegangan tekan
izin 10,BP MPa.
Soal 3. Dua buah papan yang mempunyai lebar 30 cm dan tebal 2 cm,
digabungkan dengan menggunakan lem disepanjang scarf joint. Sudut
diantara bidang joint dan muka-muka di papan sebesar 45o. Akibat
beban P, tegangan normal di papan adalah 6,BP MPa. Tentukan
tegangan normal dan geser yang bekerja di joint yang dilem jika α = 30o.
*Selamat Ujian*
V‐1
Penyelesaian :
P P 6000
σ = →A = = 6000 .mm 2
A σ 10
A= 1
4 ( )
.π d 22 − d 12 → d 1 = d 2 − 24; d 2 = d 1 + 24
600 = 1
4 (
.π . (d 1 + 24 ) − d 12
2
)
600 = 1
4 (
.π d 12 + 48 d 1 + 576 − d 1 )
600 = 37 ,7 d 1 + 452 ,4
d 1 = 3,9.mm
d 2 = 3,9 + 24 = 27 ,.mm
Untuk α = 45o
N ⎛ bxt ⎞ ⎛ 300 x 20 ⎞
σ = → N = σxA1 = σx⎜ ⎟ = 6.⎜ 0 ⎟
= 50911,69 N
A1 ⎝ cos α
⎠ ⎝ cos 45 ⎠
N 50911,69
N = P cos α → P = = = 72000 .N
cos α cos 45 o
V‐2
Untuk α = 30o
V‐3
Pertemuan IX,X,XI
VI. Tegangan Pada Balok
VI‐1
Gambar 6.2 Lentur Murni Balok Sederhana
VI‐2
Gambar 6.5 Deformasi balok Yang Mengalami Lentur Murni
VI‐3
melewati pusat berat. Dengan demikian, pusat sumbu koordinat 0 terletak di
pusat berat penamapang.
Distribusi tegangan untuk kasus dimana momen lentur M adalah positif
dan balok melentur dengan kelengkungan positif. Apabila kelengkungan
adalah positif, maka tegangan σx adalah negatif (tekan) di atas permukaan
netral dan positif (tarik) di bawahnya, sebagaimana diperlihatkan pada
Gambar 6.6.
VI‐4
Gambar 6.7 Diagram Tegangan Pada Balok Akibat Momen Negatif
M .y
σ=
I .......... (6.1)
Dimana M adalah besarnya momen yang bekerja, y adalah jarak dari serat
yang ditinjau terhadap garis netral, I adalah momen inersia penampang.
VI‐5
Rumus lentur memberikan hasil yang hanya akurat di daerah balok,
dimana distribusi tegangan tidak terganggu oleh perubahan bentuk balok atau
diskontiniutas pembebanan. Rumus tidak dapat digunakan di dekat tumpuan
balok atau dekat beban terpusat. Ketidakteraturan seperti ini menimbulkan
tegangan lokal, atau konsentrasi tegangan, yang jauh lebih besar dari
tegangan yang diperoleh dari rumus lentur.
VI‐6
Tegangan geser menunjukkan bahwa tegangan sebanding dengan gaya
geser dan berbanding terbalik dengan momen inersia penampang, besarnya
tegangan bervariasi secara kuadratik terhadap jarak y dari sumbu netral,
dinyatakan dengan persamaan berikut.
V .Q .......... (6.2)
τ=
I .b
Dimana V adalah besarnya gaya geser yang bekerja, Q adalah statis momen
dari tegangan geser pada serat yang ditinjau terhadap garis netral, I adalah
momen inersia penampang, b adalah lebar penampang pada serat yang
ditinjau.
V ⎛ h2 ⎞
τ= ⎜⎜ − y12 ⎟⎟ .......... (6.3)
2I ⎝ 4 ⎠
VI‐7
2. Distribusi tegangan geser pada balok lingkaran
Dimana,
⎛ πr 2 ⎞⎛ 4r ⎞ 2r 3
Qmak = ⎜⎜ ⎟⎟⎜ ⎟ =
⎝ 2 ⎠⎝ 3π ⎠ 3
πr 4
I= ; b = 2r
4
VI‐8
Tegangan geser yang terjadi pada garis netral :
Q mak =
2 3
3
(
r2 − r13 )
π
I =
4
(r 2
4
− r14 )
b = 2 (r2 − r1 )
VI‐9
Tegangan geser yang terjadi pada garis netral :
⎛ ⎛ c ⎞⎞ 2
V ⎜ t .c 2 ⎜ 2 ⎟ ⎟ V . c 2
V .Q mak ⎝ 2 ⎠⎠
τ mak = = ⎝ = 2
I .t I .t I
V .Q
τ =
I .t
Q =
b
8
(
h 2 − h 12 + )
t
8
(
h 12 − 4 y 12 )
I =
1
b .h 3 −
(b − t )h 13 = 1 b . h 3 − b . h 3 + t . h 3
( )
1 1
12 12 12
τ min =
V .b
8 I .t
(
h 2 − h12 )
VI‐10
Tegangan geser yang terjadi pada garis netral :
τ mak =
V .Q mak
I .t
=
V
8 I .t
(
b .h 2 − b .h12 + t .h12 )
30 cm
20 cm
Penyelesaian :
• Momen maksimum :
M mak = 1
8 .q.L 2 + 1 4 .P .L
M mak = 1
8 .1 .6 2 + 1
4 .5 .6 = 12 .kNm = 12 x10 6 Nmm
x = 1
2 . 20 = 10 .cm = 100 . mm
ya = 1
2 . 30 = 15 .cm = 150 . mm
y b = 150 . mm
Ix = 1
12 . 200 . 300 3
= 4 , 5 x 10 8
mm 4
VI‐11
• Tegangan tekan maksimum.
σ1 =
+
M mak .ya
=
( )
12 x10 6 .150
= 4.N / mm 2
Ix 4,5 x10 8
σ2 =
+
M mak . yb
=
( )
12 x10 6 .150
= 4.N / mm 2
8
Ix 4,5 x10
q
20 cm
A B 80 cm
6m 2m
40 cm
40 cm 40 cm
VI‐12
Penyelesaian :
• Reaksi perletakan dan momen maksimum :
1x8 x 2
RVA = = 2,67.kN
6
1x8 x 4
RVB = = 5,33.kN
6
M x = RVA .x − 1 2 .q.x 2
dM x R 2,67
= 0 → RVA − qx = 0 → x = VA = = 2,67 m
dx q 1
M mak = (2,67.2,67) − ( 1 2 .1.(2,67 2 )) = 3,564.kNm
M B = −1x 2 x1 = −2.kNm
σ 1(tekan ) =
+
M mak .ya
=
( )
3,564 x10 6 .38,57
= 0,008.N / mm 2
Ix 1,74 x1010
+
M mak . y b (3,564 x10 6 ).61,43
σ 2(tarik ) = = 10
= 0,013.N / mm 2
Ix 1,74 x10
σ 1(tarik ) =
−
M mak .ya
=
( )
2 x10 6 .38,57
= 0,004.N / mm 2
10
Ix 1,74 x10
−
M mak . y b (2 x10 6 ).61,43
σ 2(tekan ) = = = 0,007.N / mm 2
Ix 1,74 x1010
VI‐13
Soal 3. Sebuah balok sederhana AB dengan panjang L = 6 m, memikul beban
terbagi rata q = 1 kN/m dan beban terpusat P = 5 kN yang terletak di
tengah bentang. Tentukan geser maksimum di balok akibat gaya
geser.
30 cm
20 cm
Penyelesaian :
• Gaya geser maksimum
V mak = R VA = R VB = 1
2. .q . L + 12 . P
V mak = 1
2 . 1 . 6 + 12 . 5 = 5 ,5 .kN
V ⎛ h2 ⎞
τ = ⎜⎜ − y12 ⎟⎟
2I ⎝ 4 ⎠
5,5 x10 3 ⎛ 300 2 ⎞
τ = 8 ⎜
⎜ − 75 2 ⎟⎟ = 0,103 . N / mm 2
2 .( 4,5 x10 ) ⎝ 4 ⎠
VI‐14
Soal 4. Sebuah balok gantung ABC dengan panjang L = 6 m, dan panjang
bagian yang menggantung 2 m, memikul beban terbagi rata q = 1
kN/m. Tentukan tegangan geser maksimum di balok akibat gaya
geser
q
20 cm
A B 80 cm
6m 2m
40 cm
40 cm 40 cm
Penyelesaian :
• Reaksi perletakan dan gaya geser maksimum :
1x8 x 2
R VA = = 2 , 67 .kN
6
1x8 x 4
R VB = = 5 ,33 .kN = V mak
6
• Statis Momen
⎛ h ⎞ ⎛ 800 ⎞
Q1 = t .h1 ⎜ c 2 − 1 ⎟ = 400 .800 ⎜ 614 ,3 − ⎟ = 68576000 .mm
3
⎝ 2 ⎠ ⎝ 2 ⎠
⎛c ⎞ ⎛ 614 ,3 ⎞
Q mak = t .c 2 ⎜ 2 ⎟ = 400 .614 ,3⎜ ⎟ = 75472898 .mm
3
2
⎝ ⎠ ⎝ 2 ⎠
VI‐15
• Tegangan yang terjadi :
⎛ ⎛ c ⎞⎞ 2
V ⎜⎜ t .c 2 ⎜ 2 ⎟ ⎟⎟ V . c 2
V .Q mak ⎝ 2 ⎠⎠
τ mak = = ⎝ = 2
I .t I .t I
5500 x 75472898
τ mak = 8
= 2 , 3 . N / mm 2
( 4 , 5 x 10 ) 400
VI‐16
Pertemuan XII
VII. Defleksi Elastis Balok
VII‐1
Defleksi atau lendutan adalah peralihan dalam arah y dari sembarang
titik di sumbu balok. Balok yang dirancang dengan baik tidak hanya mampu
memikul beban yang akan diterimanya tetapi juga harus mampu mengatasi
terjadinya defleksi sampai batas tertentu. Persamaan differensial dasar untuk
kurva defleksi suatu balok :
d2y M
=
dx 2 EI .......... (7.1)
y adaah defleksi balok, M adalah momen tekuk pada jarak x dari salah satu
ujung balok, E adalah modulus elastisitas balok, dan I adalah momen inersia
penampang melintang balok terhadap sumbu netral yang melalui titik berat
penampang melintang.
Perjanjian tanda :
1. Sumbu x positif ke kanan dan sumbu y positif ke atas,
2. Defleksi y ke atas positif dan ke bawah negative,
3. Kemiringan dy/dx dan sudut rotasi θ positif apabila berlawanan arah
putaran jarum jam terhadap sumbu x positif,
4. Kelengkungan k positif apabila balok melentur cekung ke atas,
5. Momen lentur M positif jika menghasilkan tekan dibagian atas
balok
VII‐2
Gambar 7.5 Syarat Batas Tumpuan Sederhana
VII‐3
Gambar 7.8 Kondisi Simetri Balok Sederhana
Soal. Tentukan defleksi pada sembarang titik pada balok kantilever yang
dibebani beban terpusat.
y L
PL
P
Penyelesaian :
• Persamaan momen lentur :
M = − PL + Px
VII‐4
• Persamaan differensial :
d2y
EI = − PL + Px → (0 ≤ x ≤ L)
dx 2
dy Px 2
EI = − PLx + + C1 → (0 ≤ x ≤ L)
dx 2
C1 adalah konstanta integrasi pertama, dan C1 = 0
PLx 2 Px 3
EIy = − + + C 2 → (0 ≤ x ≤ L )
2 6
C2 adalah konstanta integrasi pertama, dan C2 = 0
PL3
y mak =−
3EI
VII‐5
Pertemuan XIII
VIII. Balok Elastis Statis Tak Tentu
Reaksi pada balok terdiri atas gaya horisontal, gaya vertikal, dan
momen di ujung A, serta gaya vertikal di ujung B. Ada empat persamaan
pada balok, sedangkan persamaan kesetimbangan yang tersedia hanya ada
tiga, yaitu ΣV = 0, ΣH = 0, dan ΣM = 0. Dengan demikian pada balok
kelebihan satu persamaan, maka disebut balok statis tak tentu berderajat satu.
VIII‐1
ujung A, serta gaya vertikal di ujung B Ada tiga persamaan pada balok,
namun persamaan kesetimbangan yang tersedia hanya ada dua, yaitu ΣV =
0,dan ΣM = 0. Dalam hal ini pada balok kelebihan satu persamaan, maka
disebut balok statis tak tentu berderajat satu.
Gambar 8.2 Balok kantilever yang ditopang dengan beban vertikal saja.
Pada balok ada enam reaksi, yaitu masing-masing di ujung A dan B ada
gaya vertikal, gaya horisontal dan momen. Ada enam persamaan pada balok,
sedangkan persamaan kesetimbangan yang tersedia hanya ada tiga, yaitu ΣV
= 0, ΣH = 0, dan ΣM = 0. Dengan demikian pada balok kelebihan tiga
persamaan, maka disebut balok statis tak tentu berderajat tiga.
VIII‐2
Pada balok ada empat reaksi, dengan satu gaya vertikal dan momen di
setiap tumpuan. Ada empat persamaan pada balok, sedangkan persamaan
kesetimbangan yang tersedia hanya ada dua yaitu ΣV = 0, dan ΣM = 0
Dengan demikian pada balok kelebihan dua persamaan, maka disebut balok
statis tak tentu berderajat dua.
5. Balok menerus.
VIII‐3
Penyelesaian :
• Balok mempunyai tiga reaksi (RVA, RVB, dan MA). Hanya dua
persamaaan keseimbangan yang tersedia untuk menentukan reaksi,
yaitu ΣV = 0, dan ΣM = 0, maka disebut balok statis tak tentu berderajat
satu.
q.x 2
M = RVA .x − M A − ...............c)
2
Sustitusikan persamaan a) dan b) ke dalam persamaan c), maka
diperoleh :
⎛ q.L2 ⎞ q.x 2
M = (q.L − RVB )x − ⎜⎜ − RVB .L ⎟⎟ =
⎝ 2 ⎠ 2
qL2 qx 2
M = qLx − RVB x − + RVB L − ..........d )
2 2
• Persamaan differensial :
d2y qL2 qx 2
EI 2 = qLx − RVB x − + RVB L − ........e)
dx 2 2
VIII‐4
• Syarat batas :
- Defleksi di tumpun jepit adalah nol
- Kemiringan di tumpuan jeit adalah nol
- Defleksi di tumpuan sederhana adalah nol
Jadi reaksi :
3qL 5qL
RVA = qL − =
8 8
2
q.L 3qL qL2
MA = − .L =
2 8 8
Gaya geser :
5qL
V = RVA − qx = − qx
8
Momen Lentur :
qx 2 5qLx qL2 qx 2
M = RVA x − M A − = − −
2 8 8 8
VIII‐5
q
qL2
MA = L
8
5qL 3qL
RVA = RVB =
8 8
5qL
8
3qL
−
8
− qL2
=
8
9qL2
128
2
5qL 5L qL2 q ⎛ 5L ⎞ 9qL2
M max = . − − ⎜ ⎟ =
8 8 8 2⎝ 8 ⎠ 128
VIII‐6
Pertemuan XIV
IX. Kolom
Beban kritis suatu balok langsing yang dikeni tekanan aksial adalah
nilai gaya aksial yang hanya cukup untuk mempertahankan batang dalam
kondisi sedikit terdefleksi dan biasanya dinotasikan dengan Pcr.
Peralihan antara kondisi stabil dan kondisi tidak stabil terjadi pada gaya
aksial khusus yang disebut beban kritis kolom (Pcr). Rasio panjang kolom
IX‐1
terhadap terhadap jari-jari minimum penampang melintang kolom disebut
kelangsingan kolom = L/r dan tidak berdimensi.
π 2 EI
Pcr =
L2 .......... (9.1a)
atau
π 2 EI
Pcr = .......... (9.1b)
(KL) 2
Tabel 9.1 Beban kritis, panjang efektif, dan faktor panjang efektif kolom ideal
IX‐2
9.3 Rancang Bangun Kolom Dengan Beban Eksentris
Derivasi pernyataan yang menghasilkan model pembebanan tekuk Euler
mengasumsikan bahwa beban adalah konsentris. Jika suatu gaya aksial P
dikenakan dengan tingkat eksentrisitas e, puncak tegangan pada batang terjadi
pada serat-serat yang lebih luar pada bagian tengah panjang batang dan
dinyatakan dengan persamaan :
P ⎡ ec ⎛ L P ⎞⎤ .......... (9.2)
σ mak = ⎢1 + sec⎜⎜ ⎟⎥
A ⎣⎢ r 2 ⎝2 AE ⎟⎠⎦⎥
Dimana c adalah jarak dari suatu sumbu netral ke serat luar, r adalah jari-jari
putar, L adalah panjang kolom, A adalah luas potonga melintang.
d2y
EI =M .......... (9.3a)
dx 2
Dari keseimbangan momen terhadap salah satu ujungnya, diperoleh
M + P. y = 0 → M = − P. y .......... (9.3b)
P P
k2 = →k =
EI EI .......... (9.3d)
IX‐3
Sehingga,
d2y
2
+ k 2.y = 0 .......... (9.3e)
dx
Penyelesaian persamaan :
Kondisi batas ujung-ujung kolom, yaitu defleksi adalah nol, apabila x = 0 dan
x = L, Kondisi pertama menghasilkan c2 = 0, sehingga :
kL = nπ n = 1, 2, 3, ….
atau
n 2 .π 2 .EI
P= ......... (9.3j)
L2
n = 1, 2, 3, …
Dengan disubstitusikan
P
k= .......... (9.3k)
EI
P .......... (9.3l)
.L = n.π
EI
IX‐4
diperoleh :
Pcr π 2 .EI
Tegangan kritis : σ cr = = .......... (9.4a)
A A.L2
sehingga σ = π .E
2
Dimana I .......... (9.4b)
r=
A
cr
L ( )
r
2
IX‐5
Penyelesaian :
d 1 = 16 − 2 . 3 = 10 .cm
E = 2 ,1 x10 6 kc / cm 2
1 1
I = π .( d 22 − d 12 ) = π .(16 2 − 10 2 ) = 7 , 66 .cm 4
64 64
π 2 ( 2 ,1 x10 6 )( 7 , 66 )
Pcr = 2
= 3969 , 06 .kg
200
Soal 2. Suatu tiang kayu 8/12 dengan tinggi 1,5 m, Kayu mempuyai
modulus elastisitas lentur 26000 MPa. Tentukan beban kritis
tian dan tegangan kritis yang terjadi.
Penyelesaian :
E = 26000 .MPa
1
I = 80 . 120 3 = 11520000 .mm 4
12
π 2 ( 26000 )(11520000 )
Pcr = 2
= 1313841 . N
1500
Pcr 1313841
σ cr = = = 136 ,86 . N / mm 2
A 80 x120
IX‐6
Pertemuan XV
X. Tegangan Gabungan
X‐1
mungkin adalah gaya aksial, momen puntir, momen lentur, dan gaya
geser).
3. Hitunglah tegangan normal dan geser di titik yang telah dipilih akibat
setiap kondisi tegangan, dengan persamaan :
P
σ= .......... (10.1a)
A
Tp
τ= .......... (10.1b)
Ip
M .y .......... (10.1c)
σ=
I
V .Q .......... (10.1d)
τ=
I .b
.......... (10.1e)
pr
σ=
t
X‐2
10.3 Tegangan Pokok
Pada umumnya jika satu elemen bidang dipindahkan dari induk
(body), maka akan dikenai tegangan normal σx, dan σy, bersama dengan
tegangan geser τxy. Untuk tegangan normal, tegangan tarik diberi tanda
positif dan tegangan tekan diberi tanda negatif. Untuk tegangan geser, arah
positif.
Apabila σx, σy, dan τxy sudah diketahui, maka untuk penjabaran suatu
bidang miring dengan sudut ϴ terhadap sumbu x berada pada suatu balok,
seperti pada Gambar 10.1 di atas. Tegangan normal dan tegangan geser
untuk bidang tersebut dinyatakan dengan σ dan τ seperti ditunjukkan pada
Gambar 10.2, dan diperoleh Persamaan 10.2.
X‐3
Gambar 10.2 Tegangan Gabungan Pada Bidang Miring
σ x +σ y σ x −σ y
σ= − cos 2θ + τ xy sin θ .......... (10.2a)
2 2
σ x −σ y .......... (10.2b)
τ= sin 2θ + τ xy cosθ
2
Tegangan pokok, dimana terdapat beberapa nilai sudut ϴ yang
memberikan nilai tegangan maksimum untuk satu kumpulan tegangan σx, σy,
dan τxy. Nilai maksimum dan minimum tegangan ini disebut tegangan
pokok (principal stresses) dan dinyatakan dengan persamaan :
σ x +σ y ⎛ σ x −σ y
2
⎞
σ mak = + ⎜⎜ ⎟⎟ + (τ xy )2
2 ⎝ 2 ⎠ .......... (10.3a)
σ x +σ y ⎛ σ x −σ y
2
⎞
σ min = − ⎜⎜ ⎟⎟ + (τ xy )2 ......... (10.3b)
2 ⎝ 2 ⎠
Arak tegangan pokok, dalam hal ini suatu sudut dilambangkan dengan
ϴp, yang terletak antara sumbu-x dan suatu bidang dimana terjadi tegangan
pokok yang dinyatakan denga persamaan :
− τ xy
tan 2θ p =
⎛ σ x −σ y ⎞ .......... (10.4)
⎜⎜ ⎟⎟
⎝ 2 ⎠
⎛σ x −σ y
2
⎞
τ mk . min = ± ⎜⎜ ⎟⎟ + (τ xy )2 .......... (10.5)
⎝ 2 ⎠
X‐4
Arah tegangan geser maksimum, dalam hal ini suatu sudut
dilambangkan dengan ϴs, yang terletak antara sumbu-x dan suatu bidang
dimana terjadi tegangan geser maksimum yang dinyatakan denga persamaan
:
⎛σ x −σ y ⎞
⎜⎜ ⎟⎟ .......... (10.6)
tan 2θ s = ⎝ ⎠
2
τ xy
X‐5
Konvensi tanda pada lingkaran Mohr, dimana tegangan tarik adalah
positif dan tegangan tekan adalah negatif. Tegangan tarik diplotkan di
sebelah kanan titik pusat dan tegangan tekan di sebelah kiri titik pusat.
Untuk tegangan geser terdapat perbedaan dengan tanda yang digunkan pada
persamaan-persamaan di atas. Tegangan geser adalah positif jika cendrung
memutar elemen searah jarum jam, dan negatif jika memutar elemen
berlawanan jarum jam. Untuk elemen tersebut tegangan geser pada
permukaan vertikal adalah positif, dan pada permukaan horisontal adalah
negatif.
X‐6
Penyelesaian :
W = p . A = 2 .( 2 x1, 2 ) = 4 ,8 .kN
T = W .b = 4 ,8 x1,5 = 7 , 2 .kNm
M = W .h = 4 ,8 x 6 , 6 = 31 , 68 .kNm
π π
I =
64
(d 4
2 − d c4 = ) 64
(220 4
)
− 180 4 = 63 , 48 x10 − 6 m 4
M .d 2 31 , 68 x 220
σA = = = 54 ,92 .MPa
2I 2 ( 63 , 48 x10 − 6 )
π
Ip =
32
(d 4
2 )
− d 14 = 2 I = 126 ,92 x10 − 6 m 4
τ1 =
T .d 2
=
(7 , 2 x 220 ) = 6 , 24 .MPa
2I p 2 (126 ,92 x10 − 6 )
( )
A = π r22 − r12 = 12 . 570 .mm 2
4V ⎛ r22 + r2 r1 + r12 ⎞
τ2 = =⎜ ⎟⎟ = 0 , 76 .MPa
3 A ⎜⎝ r22 + r12 ⎠
σ x = σ y = 0 → τ xy = τ 1 + τ 2 = 7 , 0 .MPa
X‐7