Anda di halaman 1dari 11

SOLUSI UTS FISIKA DASAR 1A (FI 1101)

Sabtu, 15 Oktober 2022


Pukul 09.00 – 11.00 WIB

Jawab
1a) Cari fungsi r dalam diagram x dan y
𝑥𝑥
𝑥𝑥 = 3𝑡𝑡, 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑡𝑡 =
3
𝑦𝑦 = 21 − 5𝑡𝑡 2
5
𝑦𝑦 = 21 − 𝑥𝑥 2
9
Sketsa grafik dari y = f(x), sehingga menjadi seperti berikut

1b) Cari fungsi kecepatan dalam vektor pada t tertentu


𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑥𝑥(𝑡𝑡) = 3𝑡𝑡 → 𝑣𝑣𝑥𝑥 (𝑡𝑡) = = 3 𝑚𝑚/𝑠𝑠
𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑦𝑦(𝑡𝑡) = 21 − 5𝑡𝑡 2 → 𝑣𝑣𝑦𝑦 (𝑡𝑡) = = −10𝑡𝑡 𝑚𝑚/𝑠𝑠
𝑑𝑑𝑑𝑑
Vektor kecepatan terhadap waktu :
𝑣𝑣(𝑡𝑡) = 3 𝚤𝚤̂ + (−10𝑡𝑡)𝚥𝚥̂ 𝑚𝑚/𝑠𝑠
Nilai kecepatan saat t = 1 detik :
𝑣𝑣(1) = 3 𝚤𝚤̂ + (−10)𝚥𝚥̂ 𝑚𝑚/𝑠𝑠
Besar (harga/magnitude) kecepatan saat t = 1 detik :

|𝑣𝑣| = �32 + 102 = √109 𝑚𝑚/𝑠𝑠

1c) Cari waktu untuk mencapai ketinggian 1 meter terlebih dahulu


𝑦𝑦(𝑡𝑡) = 21 − 5𝑡𝑡 2 → 1 = 21 − 5𝑡𝑡 2
𝑡𝑡 2 = 4 → 𝑡𝑡 = 2 𝑠𝑠
Vektor kecepatan saat t = 2 s :
𝑣𝑣(2) = 3 𝚤𝚤̂ + (−20)𝚥𝚥̂ 𝑚𝑚/𝑠𝑠

Jawab :
2a) Berikut adalah diagram gayanya

Sebelum diarahkan Setelah diarahkan


2b) bandingkan terlebih dahulu nilai gaya pada arah tertentu saat kondisinya diam (masih dlm
kondisi statik).
3 4 3
tan 𝛼𝛼 = → cos 𝛼𝛼 = → sin 𝛼𝛼 =
4 5 5
TINJAU KONDISI STATIK (DIAM)
Ingat pada kondisi ini, gaya gesek yang bekerja adalah gaya gesek statis
Nilai percepatannya adalah 0
i) Tinjau gaya arah vertikal thd bidang miring
Σ𝐹𝐹𝑦𝑦 = 0

𝑁𝑁 − 𝑊𝑊 cos 𝛼𝛼 = 0 → 𝑁𝑁 = 𝑊𝑊 cos 𝛼𝛼
4
𝑁𝑁 = 100 . = 80 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁
5
ii) TInjau gaya arah horizontal thd bidang miring
Σ𝐹𝐹𝑥𝑥 = 0
𝑊𝑊 sin 𝛼𝛼 − 𝑓𝑓𝑔𝑔𝑔𝑔 = 0

𝑓𝑓𝑔𝑔𝑔𝑔 = 𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊 𝛼𝛼
3
𝑓𝑓𝑔𝑔𝑔𝑔 = 100 . = 60 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁
5
Disini kita bandingkan dengan 𝜇𝜇𝑠𝑠 . 𝑁𝑁
𝜇𝜇𝑠𝑠 𝑁𝑁 = 0,8 . 80 = 64 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁
Dari nilai di atas, kita bisa melihat bahwa 𝑓𝑓𝑔𝑔𝑔𝑔 ≤ 𝜇𝜇𝑠𝑠 𝑁𝑁, sehingga dalam kondisi ini gaya gesek
akibat kontribusi koefisien gesek lebih besar daripada kontribusi gaya dari berat. dengan syarat
ini, dapat disimpulkan bahwa benda belum bergerak, yang artinya a = 0 m/s2

2c) berikut arah diagram gaya include dengan gaya tambahannya

Saat tepat akan bergerak ke kanan atas, maka akan ada arah gaya gesek ke kiri bawah yang
searah dengan gaya 𝑊𝑊 sin 𝛼𝛼, dan dlm kondisi ini benda belum bergerak, yg artinya a = 0
Tinjau gaya arah vertikal thd bidang miring
Σ𝐹𝐹𝑦𝑦 = 0

𝑁𝑁 − 𝑊𝑊 cos 𝛼𝛼 = 0 → 𝑁𝑁 = 𝑊𝑊 cos 𝛼𝛼
4
𝑁𝑁 = 100 . = 80 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁
5
Tinjau gaya arah horizontal thd bidang miring
Saat benda tepat akan bergerak, maka nilai 𝑓𝑓𝑔𝑔𝑔𝑔 = 𝜇𝜇𝑠𝑠 𝑁𝑁, dan bukan lagi 𝑓𝑓𝑔𝑔𝑔𝑔 ≤ 𝜇𝜇𝑠𝑠 𝑁𝑁

Σ𝐹𝐹𝑥𝑥 = 0
𝐹𝐹 − 𝑊𝑊 sin 𝛼𝛼 − 𝑓𝑓𝑔𝑔𝑔𝑔 = 0
3
𝐹𝐹 − 100 . − 0,8 . 80 = 0
5
𝐹𝐹 = 60 + 64 = 124 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁

JAWAB
3a) berikut adalah diagram perkiraan penampakan ketinggian yang dilewati benda pada daerah
1 hingga 4
y

𝑦𝑦 = 𝑥𝑥 − 0.9
0.1

x
0.1 0.2 0.6 0.9 1
Diagram Posisi Benda

Diagram Energi kinetik

Daerah I : LP
Pada daerah ini , benda bergerak dari diamnya, dengan posisi ketinggian konstan. Yang artinya,
disini ada energi potensial pegas yang berubah menjadi energi kinetik
Bukti :
1 2
𝐾𝐾 = 𝑘𝑘𝑥𝑥 = 0,5 . 200 . 0,12 = 1 𝐽𝐽
2
Nilai energi kinetik K = 1 ketika panjangnya berada di x = 0.1, dan ini sesuai dengan grafik
Daerah II : LL
Pada daerah ini, kelajuan konstan pada posisi ketinggian yang konstan. Yang artinya tidak ada
energi kinetik yang hilang (Ek nilainya konstan). Kondisi ini hanya terpenuhi apabila lantai licin
pada bidang datar, dan tidak ada usaha luar yang terlibat
Daerah III : LK
Pada daerah ini, kecepatan benda berkurang namun tidak sampai berhenti, dan ketinggiannya
juga konstan. Yang artinya, ada usaha luar yang terlibat dalam mekanisme ini. Usaha luar
tersebut adalah dari gaya gesek , sehingga kondisi yang memenuhi kasus ini adalah keadaan
lantai kasar
Bukti :
𝑊𝑊 = 𝐸𝐸𝑘𝑘𝑓𝑓 − 𝐸𝐸𝑘𝑘𝑖𝑖

𝐸𝐸𝑘𝑘𝑓𝑓 = 𝑊𝑊 + 𝐸𝐸𝑘𝑘𝑖𝑖 = −𝑓𝑓𝑔𝑔 𝑥𝑥 + 𝐸𝐸𝑘𝑘𝑖𝑖 = −𝜇𝜇𝑘𝑘 𝑚𝑚𝑚𝑚 Δ𝑥𝑥 + 𝐸𝐸𝑘𝑘𝑖𝑖

𝐸𝐸𝑘𝑘𝑓𝑓 = −0,25 . 0,5 . 10 . (0,6 − 0,2) + 1 = 0,5 𝐽𝐽

Nilai Ek = 0.5 saat x = 0.6, dan ini sesuai dengan grafik


Daerah IV : LL
Pada daerah ini, kelajuan konstan pada posisi ketinggian yang konstan. Yang artinya tidak ada
energi kinetik yang hilang (Ek nilainya konstan). Kondisi ini hanya terpenuhi apabila lantai licin
pada bidang datar, dan tidak ada usaha luar yang terlibat
Daerah V : DM
Pada daerah ini, ketinggiannya naik menjadi y = 1 – 0.9 = 0.1, yang diiringi oleh penurunan
energi kinetik (dalam hal ini kecepatan juga berkurang hingga bernilai 0). Sehingga kondisi yang
memungkinkan disini adalah lintasan berupa bidang miring licin
Bukti :
𝐸𝐸𝑚𝑚𝑖𝑖 = 𝐸𝐸𝑚𝑚𝑓𝑓 → 𝐸𝐸𝑘𝑘𝑖𝑖 = 𝑚𝑚𝑚𝑚ℎ + 𝐸𝐸𝑘𝑘𝑓𝑓

0,5 = 0,5 . 10 . 0.1 + 𝐸𝐸𝑘𝑘𝑓𝑓

𝐸𝐸𝑘𝑘𝑓𝑓 = 0 𝐽𝐽

Nilai Ek = 0 saat ketinggian h = y = 0.1, dan ini sesuai dengan grafik


3b) Hasil energi potensial dan energi mekanik dpt dilihat pada tabel di bawah :

Daerah U Em Keterangan
I 1 1 Energi mekanik kekal pada
𝑈𝑈 = 𝑘𝑘Δ𝑥𝑥 2
2 kondisi ini, jadi nilai Em cukup
𝑈𝑈 = 100(𝑥𝑥 − 0.1)2 dilihat saat energi potensial
pegasnya telah hilang
sempurna menjadi energi
kinetik
II 0 1 Tidak ada perubahan energi
pada kondisi ini
III 0 𝑊𝑊 = 𝐸𝐸𝑚𝑚𝑓𝑓 − 𝐸𝐸𝑚𝑚𝑖𝑖 Dalam daerah ini, energi
−𝑓𝑓𝑔𝑔 . Δ𝑥𝑥 = 𝐸𝐸𝑚𝑚𝑓𝑓 − 𝐸𝐸𝑚𝑚𝑖𝑖 mekaniknya tidak kekal akibat
−0,25 . 0,5 . 10 . (𝑥𝑥 − 0,2)
usaha luar dari gaya gesek
= 𝐸𝐸𝑚𝑚𝑓𝑓 − 1
𝐸𝐸𝑚𝑚𝑓𝑓 = 1 − 1,25(𝑥𝑥 − 0,2)
IV 0 0.5 Tidak ada perubahan energi
mekanik pada kondisi in.
Nilainya menjadi 0.5 karena
akibat gaya gesek sebelumnya
V 𝑈𝑈 = 𝑚𝑚𝑚𝑚ℎ 0.5 Energi mekanik kekal pada
𝑈𝑈 = 5(𝑥𝑥 − 0.9) kondisi ini, sehingga energi
mekanik cukup dilihat dari
kondisi awal sebelum hilang
total menjadi energi potensial

3c)

Daerah Hukum kekekalan Hukum kekekalan energi Gaya Non konservatif


energi mekanik
I Berlaku Berlaku Tidak ada
II Berlaku Berlaku Tidak ada
III Tidak berlaku Berlaku (karena energi Ada (yaitu gaya gesek)
totalnya konstan, hanya saja
energinya berubah menjadi
bentuk lain akibat gaya
gesek)
IV Berlaku Berlaku Tidak ada
V Berlaku Berlaku Tidak ada
Jawab :
4a) Kira – kira diagram pergerakan benda dapat dibuat sebagai berikut

Tinjau kondisi m1 saat dipukul hingga melintasi bidang kasar :


𝐼𝐼 = Δ𝑝𝑝

𝐹𝐹 . 𝑡𝑡 = 𝑚𝑚1 �𝑣𝑣𝑓𝑓 − 𝑣𝑣𝑖𝑖 �

𝐹𝐹 . 0,04 = 2�𝑣𝑣𝑓𝑓 − 0� (1)

Persamaan ini adalah persamaan sementara untuk menentukan kelajuan awal dan gaya impuls
sebelum melewati bidang kasar
Menentukan arah dan kecepatan benda m2 :
Tinjau dengan menggunakan hukum kekekalan momentum pada
TInjau momentum arah x :
Σ𝑝𝑝𝑥𝑥𝑥𝑥 = Σ𝑝𝑝𝑥𝑥𝑥𝑥
′ ′
𝑚𝑚1 𝑣𝑣1 = 𝑚𝑚2 𝑣𝑣2𝑥𝑥 + 𝑚𝑚3 𝑣𝑣3𝑥𝑥

6 = 4𝑣𝑣2𝑥𝑥 +6

𝑣𝑣2𝑥𝑥 = 0 𝑚𝑚/𝑠𝑠
TInjau momentum arah y :
Σ𝑝𝑝𝑦𝑦𝑦𝑦 = Σ𝑝𝑝𝑦𝑦𝑦𝑦
′ ′
0 = 𝑚𝑚2 𝑣𝑣2𝑦𝑦 + 𝑚𝑚3 𝑣𝑣3𝑦𝑦

0 = 4𝑣𝑣2𝑦𝑦 +3

𝑣𝑣2𝑦𝑦 = −0,75 𝑚𝑚/𝑠𝑠

Massa m2 akan bergerak dengan nilai kecepatan :


𝑣𝑣2′ = −0,75 𝚥𝚥̂ 𝑚𝑚/𝑠𝑠

Arah geraknya menuju ke bawah


4b) Kecepatan pusat massa dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
′ ′ ′
𝑚𝑚1 𝑣𝑣1𝑥𝑥 + 𝑚𝑚2 𝑣𝑣2𝑥𝑥 + 𝑚𝑚3 𝑣𝑣3𝑥𝑥
𝑣𝑣𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑥𝑥 =
𝑚𝑚1 + 𝑚𝑚2 + 𝑚𝑚3
′ ′ ′
𝑚𝑚1 𝑣𝑣1𝑦𝑦 + 𝑚𝑚2 𝑣𝑣2𝑦𝑦 + 𝑚𝑚3 𝑣𝑣3𝑦𝑦
𝑣𝑣𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑦𝑦 =
𝑚𝑚1 + 𝑚𝑚2 + 𝑚𝑚3
Sehingga :
0+0+6 2
𝑣𝑣𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑥𝑥 = = 𝑚𝑚/𝑠𝑠
2+4+3 3

0 − 0,75 . 4 + 3
𝑣𝑣𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑦𝑦 = = 0 𝑚𝑚/𝑠𝑠
2+4+3
Kecepatan pusat masa totalnya adalah :

2 2
2
𝑣𝑣𝑝𝑝𝑝𝑝 = �𝑣𝑣𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑥𝑥 + 𝑣𝑣𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑦𝑦 = 𝑚𝑚/𝑠𝑠
3
4c) menghitung gaya pemukul F, bisa mencari nilai kecepatan sebelum melintasi bidang kasar
terlebih dahulu. Ini dapat dihitung menggunakan hukum kekekalan energi mekanik
𝑝𝑝 6
𝑣𝑣1𝑓𝑓 = = = 3 𝑚𝑚/𝑠𝑠
𝑚𝑚1 2
V1f adalah kecepatan benda m1 setelah melewati bidang kasar
𝑊𝑊 = Δ𝐸𝐸𝐸𝐸 = 𝐸𝐸𝑘𝑘𝑓𝑓 − 𝐸𝐸𝑘𝑘𝑖𝑖
1 2
1 2
−𝜇𝜇𝑘𝑘 𝑚𝑚1 𝑔𝑔 𝑠𝑠 = 𝑚𝑚1 𝑣𝑣1𝑓𝑓 − 𝑚𝑚1 𝑣𝑣1𝑖𝑖
2 2
1 1 2
−0,35 . 2 .10. 1 = . 2.32 − . 2. 𝑣𝑣1𝑖𝑖
2 2
2
𝑣𝑣1𝑖𝑖 = 16 → 𝑣𝑣1𝑖𝑖 = 4 𝑚𝑚/𝑠𝑠
Kecepatan ini berperan sebagai kecepatan akhir setelah dipukul
𝐹𝐹 . 0,04 = 2(4 − 0)
𝐹𝐹 = 200 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁

JAWAB :
5a)

Koordinat pusat massa pelat 1 :

𝑥𝑥 = −0,5𝐿𝐿 ; 𝑦𝑦 = 0,5𝐿𝐿

1 Koordinat pusat massa pelat 2 :

𝑥𝑥 = −0,5𝐿𝐿 ; 𝑦𝑦 = −0,5𝐿𝐿

2 3 Koordinat pusat massa pelat 3 :

𝑥𝑥 = 0,5𝐿𝐿 ; 𝑦𝑦 = −0,5𝐿𝐿
0,5 𝑀𝑀𝑀𝑀 0,5𝑀𝑀𝑀𝑀 0,5𝑀𝑀𝑀𝑀

𝑥𝑥𝑝𝑝𝑝𝑝 = 3 − 3 + 3 = − 1 𝐿𝐿
𝑀𝑀 6
0,5 𝑀𝑀𝑀𝑀 0,5𝑀𝑀𝑀𝑀 0,5𝑀𝑀𝑀𝑀
𝑦𝑦𝑝𝑝𝑝𝑝 = 3 − 3 − 3 = − 1 𝐿𝐿
𝑀𝑀 6
Oleh karena itu, posisi pusat massanya ada di :
1 1
�− 𝐿𝐿, − 𝐿𝐿�
6 6
5b)
Untuk sumbu rotasi tegak lurus pelat (sumbu z) di titik O :
Menggunakan teorema sumbu sejajar
𝐼𝐼 = 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑝𝑝 + 𝑚𝑚𝑑𝑑2

2
1 2 1 2 1 2
𝑑𝑑 = �− 𝐿𝐿� + �− 𝐿𝐿� = 𝐿𝐿
6 6 18
Sehingga :
1
𝐼𝐼 = 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑝𝑝 + 𝑀𝑀𝐿𝐿2
18
Untuk sumbu rotasi tegak lurus pelat (sumbu z) di titik a :
Menggunakan teorema sumbu sejajar

𝐼𝐼 = 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑝𝑝 + 𝑚𝑚𝑑𝑑2

2
1 2 1 2 25 2
𝑑𝑑 = �𝐿𝐿 − 𝐿𝐿� + �𝐿𝐿 − 𝐿𝐿� = 𝐿𝐿
6 6 18
25
𝐼𝐼 = 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑝𝑝 + 𝑀𝑀𝐿𝐿2
18
Untuk sumbu rotasi tegak lurus pelat (sumbu z) di titik b :
Menggunakan teorema sumbu sejajar

𝐼𝐼 = 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑝𝑝 + 𝑚𝑚𝑑𝑑2

2
1 2 1 2 49 2
𝑑𝑑 = �𝐿𝐿 + 𝐿𝐿� + �𝐿𝐿 + 𝐿𝐿� = 𝐿𝐿
6 6 18
49
𝐼𝐼 = 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑝𝑝 + 𝑀𝑀𝐿𝐿2
18

Anda mungkin juga menyukai