Anda di halaman 1dari 19

Solusi UTS Fisika Dasar 1A 2022-2023

Anas Fathurrahman
Dewantoro Triatmojo
John Ruben Saragi
Moh Fairuz Alauddin Yahya

Oktober 2022

1. Satu benda titik bergerak dari ketinggian tertentu menuju permukaan tanah dengan
persamaan vektor posisi sebagai berikut:

𝒓𝒓(𝑡𝑡) = 3,0 𝑡𝑡 𝐢𝐢 + (21 − 5,0 𝑡𝑡2 ) 𝐣𝐣 meter

a) Buatlah sketsa (kualitatif) lintasan benda dalam bidang 𝑥𝑥 − 𝑦𝑦.


b) Berapakah besar kecepatan benda pada saat 𝑡𝑡 = 1,0 detik.
c) Hitunglah vektor kecepatan benda pada saat mencapai ketinggian 1,0 meter dari
tanah.

Solusi:

a)

Sketsa lintasan 𝑥𝑥 − 𝑦𝑦 mirip seperti persamaan parabola namun untuk sumbu 𝑦𝑦 hanya
fungsi kuadratiknya saja, sehingga benda bergerak dengan kecepatan konstan di sumbu
𝑥𝑥 dan percepatan konstan di sumbu 𝑦𝑦. Maka grafiknya menjadi :

b)

Untuk mendapatkan nilai kecepatan fungsi waktu maka cukup turunkan persamaan
posisi terhadap waktu :
𝑑𝑑�𝒓𝒓(𝑡𝑡)� 𝑑𝑑(3,0 𝑡𝑡) 𝑑𝑑(21 − 5,0 𝑡𝑡2 )
= 𝐢𝐢 + 𝐣𝐣
𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑
𝒗𝒗(𝑡𝑡) = 3,0 𝐢𝐢 − 10,0 𝑡𝑡 𝐣𝐣

Maka untuk 𝑡𝑡 = 1 berlaku

𝒗𝒗(1) = 3,0 𝒊𝒊 − 10,0 𝒋𝒋

|𝒗𝒗(1)| = �32 + (−10)2



|𝒗𝒗(1)| = 109 m/s

c)

Dari soal kita tahu posisi ketinggian benda dari tanah sebagai berikut:

𝑦𝑦(𝑡𝑡) = 1 = 21 − 5,0 𝑡𝑡2

𝑡𝑡2 = 4

Solusi yang mungkin dari persamaan tersebut adalah 𝑡𝑡 = 2

Maka dari persamaan 𝑣𝑣(𝑡𝑡) yang didapatkan sebelumnya akan berlaku:

𝒗𝒗(2) = (3,0 m/s) 𝒊𝒊 − (20,0 m/s) 𝒋𝒋


2. Sebuah balok dengan berat 100 N berada pada permukaan bidang miring kasar yang sudut
kemiringannya 𝛼𝛼 relatif terhadap horizontal dengan tan 𝛼𝛼 = 3/4. Diketahui koefisien
gesekan statik dan koefisien gesekan kinetik antara permukaan bawah balok dan bidang
miring masing-masing adalah 0,8 dan 0,5. Tentukan:
a) diagram gaya dari balok tersebut,
b) percepatan gerak balok,
c) besar gaya dorong sejajar permukaan bidang miring agar balok tepat akan bergerak
naik.

Solusi:

a)

Diagram benda bebas:

Tips:
Pastikan sudut sesuai. Jika bidang miring menjadi datar, apakah betul α di gambar = 0?

b)

Percepatan gerak balok

Dik: 𝑊𝑊 = 100 𝑁𝑁
5
tan 𝛼𝛼 = 34 ⇒ sin 𝛼𝛼 = 35 , cos 𝛼𝛼 = 45 (lihat segitiga di samping) 3

𝜇𝜇𝑠𝑠 = 0,8 α
𝜇𝜇𝑘𝑘 = 0,5 4

Dit: 𝑎𝑎

Jwb: Asumsikan benda diam (Hukum Newton I berlaku), maka 𝑓𝑓𝑠𝑠 < 𝑓𝑓𝑠𝑠,𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 𝜇𝜇𝑠𝑠 𝑁𝑁
harus dipenuhi.
� 𝐹𝐹𝑦𝑦 = 0

𝑁𝑁 − 𝑤𝑤 cos 𝛼𝛼 = 0

𝑁𝑁 = 𝑤𝑤 cos 𝛼𝛼

𝑓𝑓𝑠𝑠,𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 𝜇𝜇𝑠𝑠 𝑁𝑁

4
𝑓𝑓𝑠𝑠,𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 𝜇𝜇𝑠𝑠 𝑊𝑊 cos 𝛼𝛼 = 0,8 × 100 × = 64 𝑁𝑁
5
� 𝐹𝐹𝑥𝑥 = 0

𝑓𝑓𝑠𝑠 − 𝑊𝑊 sin 𝑎𝑎 = 0

𝑓𝑓𝑠𝑠 = 𝑊𝑊 sin 𝛼𝛼
3
𝑓𝑓𝑠𝑠 = 100 × = 60 𝑁𝑁
5
𝑓𝑓𝑠𝑠 < 𝑓𝑓𝑠𝑠,𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚

Maka asumsi benar, benda diam dan 𝑎𝑎 = 0 .

c)

Besar gaya dorong sejajar permukaan bidang miring agar balok tepat akan bergerak
naik.

N
F y (N)
x (N)
F
N

α
Wcos α Wsin α
α Wsin α
α fs
Wcos α fs
W
W

Catatan: gaya gesek selalu berlawanan dengan arah gerak, sehingga arahnya berubah
dibanding subsoal b.

Benda tepat bergerak naik, masih hukum Newton I, 𝑓𝑓𝑠𝑠 = 𝑓𝑓𝑠𝑠,𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 .

� 𝐹𝐹𝑦𝑦 = 0

sama dengan bagian b,


𝑓𝑓𝑠𝑠 = 𝑓𝑓𝑠𝑠,𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 64 𝑁𝑁

� 𝐹𝐹𝑥𝑥 = 0

𝐹𝐹 − 𝑓𝑓𝑠𝑠 − 𝑤𝑤 sin 𝑎𝑎 = 0

𝐹𝐹 = 𝑓𝑓𝑠𝑠 + 𝑤𝑤 sin 𝛼𝛼

𝐹𝐹 = 64 + 60

𝐹𝐹 = 124 N
3. Sebuah benda titik 0,5 kg bergerak dengan melewati lingkungan berupa lantai mendatar
licin (LL), lantai mendatar kasar (LK), Mendaki (DM) atau menuruni bidang miring
(TM), dan terlepas (LP) dari atau menekan pegas (TP) dengan energi kinetiknya 𝐾𝐾
sebagai fungsi posisi horizontal 𝑥𝑥 seperti diperlihatkan pada gambar di bawah. Konstanta
pegas yang digunakan adalah 200 N/m, koefisien gesek kinetis bidang 0,25, dan sudut
kemiringan bidang 𝜃𝜃 dengan tan 𝜃𝜃 = 1. Posisi vertikal benda di titik y = 0 untuk daerah
I-IV dan y = x – 0,9 untuk daerah V.

1.2

0.8

K 0.6

0.4

0.2

0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1

I II III IV V

a) Urutkan jenis lingkungan yang dilalui oleh benda dengan menggunakan istilah yang
diberikan pada soal (LL, LK, DM, TM, LP, TP) sehingga energi kinetiknya seperti
tampak pada gambar di atas.

Pergerakan benda berdasarkan grafik 𝐸𝐸𝐸𝐸 terhadap 𝑥𝑥 dapat digambarkan seperti ini:

I II III IV V

𝑚𝑚

∆𝑥𝑥 𝜇𝜇𝑘𝑘

Penjelasan :
I. Pada lingkungan I, 𝐸𝐸𝐸𝐸 terhadap 𝑥𝑥 mengalami penurunan nilai gradien dari
awalnya sangat besar menjadi nol membentuk suatu grafik kurva.

Diketahui bahwa :

𝑊𝑊 = � 𝐹𝐹 𝑑𝑑𝑑𝑑 dengan 𝐹𝐹 = 𝐾𝐾∆𝑥𝑥 dan ∆𝑥𝑥 = 0,1 − 𝑥𝑥

𝑊𝑊 = 𝛥𝛥𝛥𝛥𝛥𝛥 sehingga 𝑊𝑊 = 𝐸𝐸𝐸𝐸 − 0 dan 𝑊𝑊 = 𝐸𝐸𝐸𝐸

Pada grafik EK terhadap 𝑥𝑥 ditunjukkan bahwa nilai gradien grafik atau


pertambahan 𝐸𝐸𝐸𝐸 pada lingkungan I semakin berkurang. Nilai 𝐸𝐸𝐸𝐸 setara
nilai 𝑊𝑊 oleh gaya pegas yang bergantung pada 𝑥𝑥. Ketika 𝑥𝑥 membesar,
maka nilai ∆𝑥𝑥 semakin mengecil dan akibatnya nilai 𝐹𝐹 semakin mengecil.
Akibatnya pertambahan 𝐸𝐸𝐸𝐸 berbanding terbalik terhadap 𝑥𝑥. Diketahui
juga bahwa lingkungan I merupakan permukaan datar berdasarkan
persamaan 𝑦𝑦 = 0 untuk daerah I-IV (diketahui di soal). Dapat disimpulkan
bahwa pada lingkungan 1 benda sedang pada proses terlepas dari sebuah
pegas (LP) yang tertekan karena 𝐸𝐸𝐸𝐸 memenuhi persamaan-persamaan di
atas.

II. Pada lingkungan II tidak terjadi perubahan nilai 𝐸𝐸𝐸𝐸 yang artinya tidak
ada gaya yang menimbulkan usaha terhadap benda. Diketahui juga bahwa
lingkungan II merupakan permukaan datar berdasarkan persamaan 𝑦𝑦 = 0
untuk daerah I-IV (diketahui di soal). Maka dapat disimpulkan benda
meluncur pada permukaan datar licin (LL).

III. Pada lingkungan III terjadi pengurangan nilai 𝐸𝐸𝐸𝐸 dengan nilai
pengurangan (gradien grafik) bersifat konstan.

Dengan diketahui bahwa usaha oleh gaya gesek dinyatakan dengan:

𝑊𝑊𝑓𝑓𝑓𝑓 = − 𝑓𝑓𝑔𝑔 𝑠𝑠

Diketahui juga bahwa lingkungan III merupakan permukaan datar


berdasarkan persamaan 𝑦𝑦 = 0 untuk daerah I-IV (diketahui di soal). Maka
dapat disimpulkan bahwa gaya gesek menimbulkan usaha bernilai negatif
pada benda yang akibatnya mengurangi 𝐸𝐸𝐸𝐸 benda dan lingkungan III
merupakan sebuah lantai datar kasar (LK).
IV. Pada lingkungan II tidak terjadi perubahan nilai 𝐸𝐸𝐸𝐸 yang artinya tidak
ada gaya yang menimbulkan usaha terhadap benda. Diketahui juga bahwa
lingkungan II merupakan permukaan datar berdasarkan persamaan 𝑦𝑦 = 0
untuk daerah I-IV (diketahui di soal). Maka dapat disimpulkan benda
meluncur pada permukaan datar licin (LL).

V. Diketahui pada lingkungan V bahwa permukaan lintasan menanjak sesuai


persamaan garis linier 𝑦𝑦 = 𝑥𝑥 − 0,9 (diketahui di soal). Maka pada
lingkungan ini gaya konservatif yakni gaya gravitasi bekerja pada sistem.
Perubahan ketinggian ini akan menyebabkan transfer energi dari 𝐸𝐸𝐸𝐸
menjadi 𝐸𝐸𝐸𝐸 . Diketahui bahwa 𝐸𝐸𝐸𝐸 = 𝑚𝑚𝑚𝑚ℎ dengan 𝑚𝑚 adalah massa benda,
𝑔𝑔 adalah percepatan gravitasi, dan ℎ adalah ketinggian terhadap suatu
acuan yang pada kasus ini dinyatakan dalam 𝑦𝑦. Dikarenakan 𝑦𝑦 dan 𝐸𝐸𝐸𝐸
memiliki perubahan secara linier, maka perubahan 𝐸𝐸𝐸𝐸 menjadi 𝐸𝐸𝐸𝐸 juga
berlangsung secara linier. Kemudian jika pada titik 𝑥𝑥 = 1 dimasukkan nilai
𝑚𝑚 = 0,5 kg, 𝑔𝑔 = 10 m/s2 , dan ℎ = 1 m − 0,9 m = 0,1 m didapat
𝐸𝐸𝐸𝐸 = 0,5 Joule atau setara dengan nilai 𝐸𝐸𝐸𝐸 sebelum menanjak (𝐸𝐸𝐸𝐸 di
lingkungan IV). Sehingga disimpulkan bahwa tidak ada gaya luar selain
gaya gravitasi yang bekerja pada benda dan pergerakan benda adalah
mendaki pada bidang licin (DM).

Penjelasan di atas dirangkum pada tabel berikut

Lingkungan Kondisi
I LP
II LL
III LK
IV LL
V DM

b) Hitunglah energi potensial 𝑈𝑈 dan mekanik sistem 𝐸𝐸𝑀𝑀 sebagai fungsi dari 𝑥𝑥, untuk
setiap daerah I-V.
I. Lingkungan I
Pada lingkungan I terdapat energi potensial awal yang dimiliki oleh pegas
yang meregang sepanjang lingkungan I. Maka 𝑈𝑈 dapat dirumuskan dengan:
1
𝑈𝑈 = 𝑘𝑘(0,1 − 𝑥𝑥)2
2

𝑈𝑈 = 100 (0,1 − 𝑥𝑥)2

Pada lingkungan I tidak ada gaya non konservatif yang bekerja pada balok,
sehingga 𝐸𝐸𝑀𝑀 bernilai konstan sebesar energi awal yang diberikan pada
pegas yaitu :
1
𝐸𝐸𝑀𝑀 = 𝐸𝐸𝐸𝐸𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 = (200)0,12
2
𝐸𝐸𝑀𝑀 = 1 Joule

II. Lingkungan II
Pada lingkungan II tidak ada gaya yang bekerja pada balok maka 𝑈𝑈
dinyatakan :

𝑈𝑈 = 0 J

𝐸𝐸𝑀𝑀 tidak mengalami perubahan pada lingkungan ini sehingga nilai 𝐸𝐸𝑀𝑀
akan sama dengan nilai sebelumnya.

𝐸𝐸𝑀𝑀 = 1 Joule

III. Lingkungan III


Pada lingkungan ini tidak terdapat konservatif yang menimbulkan energi
potensial sehingga:

𝑈𝑈 = 0 J

Terdapat gaya gesek (𝑓𝑓𝑔𝑔 ) bekerja dan menyebabkan konversi energi kinetik
ke bentuk energi lain semisal panas, bunyi, maupun getaran. Maka nilai
dari 𝐸𝐸𝑀𝑀 terus berkurang bergantung variabel posisi (𝑥𝑥) dinyatakan dengan
:

𝐸𝐸𝑚𝑚 = 𝐸𝐸𝑚𝑚 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 − 𝑓𝑓𝑔𝑔 (𝑥𝑥 − 0,2)


Berdasarkan diagram gaya maka gaya gesek dapat ditentukan dengan
tinjauan berikut:

𝑁𝑁

𝑚𝑚
𝑓𝑓𝑔𝑔

𝑚𝑚𝑚𝑚

Dengan hukum newton didapat

� 𝐹𝐹𝑦𝑦 = 𝑁𝑁 − 𝑚𝑚𝑚𝑚 = 0

Sehingga didapatkan :

𝑁𝑁 = 𝑚𝑚𝑚𝑚
𝑓𝑓𝑔𝑔 = 𝑚𝑚𝑚𝑚𝜇𝜇𝑘𝑘 = 0,5 × 10 × 0,25 = 1,25 𝑁𝑁

Maka didapatkan:

𝐸𝐸𝑀𝑀 = 1 − 1,25(𝑥𝑥 − 0,2)

IV. Lingkungan IV
Pada lingkungan IV tidak ada gaya yang bekerja pada balok maka U
dinyatakan :

𝑈𝑈 = 0

𝐸𝐸𝑀𝑀 tidak mengalami perubahan pada lingkungan ini sehingga nilai EM akan
sama dengan nilai sebelumnya.

𝐸𝐸𝑀𝑀 = 1 – 1,25(0,6 − 0,2)

𝐸𝐸𝑀𝑀 = 0,5 Joule

V. Lingkungan V
Pada lingkungan V terjadi konversi EK menjadi EP akibat gaya gravitasi
sehingga U dapat dinyatakan dengan:

𝑈𝑈 = 𝑚𝑚𝑚𝑚(𝑥𝑥 − 0,9)

𝑈𝑈 = 5(𝑥𝑥 − 0,9)
Sementara itu energi mekanik tetaplah konstan sesuai kondisi akhir
lingkungan sebelumnya dikarenakan tidak ada gaya non konservatif yang
bekerja pada sistem.

𝐸𝐸𝑀𝑀 = 0,5 Joule

c) Pada setiap daerah, jelaskan keberlakuan hukum kekekalan energi dalam kaitannya
dengan ada tidaknya gaya nonkonservatif. Lengkapi tabel di samping dengan
berlaku/tidak berlaku (*) dan ada/tidak ada(**).

Hukum Kekekalan Hukum Kekekalan Gaya Non-


Daerah
Energi Mekanik (*) Energi (*) Konservatif
I Berlaku Berlaku Tidak Ada
II Berlaku Berlaku Tidak Ada
III Tidak Berlaku Berlaku Ada
IV Berlaku Berlaku Tidak Ada
V Berlaku Berlaku Tidak Ada

Penjelasan:

i) H.K. Energi Mekanik berlaku di I,II,IV, dan V dikarenakan tidak ada gaya
non konservatif yang bekerja pada sistem. Sementara itu di lingkungan III
terdapat gaya gesek yang mengonversi energi mekanik sistem ke bentuk
lain sehingga H.K. Energi Mekanik tidak berlaku.
ii) Hukum Kekekalan Energi berlaku pada semua sistem termasuk lingkungan
III. Karena sesuai Hukum Termodinamika I bahwa energi tidak dapat
diciptakan maupun dimusnahkan namun berubah bentuk dari bentuk satu
ke bentuk yang lain. Pada kasus lingkungan III, energi kinetik sistem
berubah menjadi energi lain semisal kalor, getaran, maupun bunyi. Besar
perubahan energi ini sebanding dengan usaha oleh gaya gesek sehingga kita
dapat menghitung energi yang terbuang maupun yang tersisa pada suatu
jarak 𝑥𝑥.
iii) Gaya non konservatif hanya terjadi di lingkungan III berupa gaya gesek.
4. Benda 1 bermassa 𝑚𝑚1 = 2 𝑘𝑘𝑘𝑘 diam di titik A kemudian dipukul dengan gaya 𝐹𝐹 selama
0,04 detik sehingga bergerak sepanjang sumbu 𝑥𝑥 pada bidang datar kasar dengan koefisien
gesek kinetik sebesar 0,35. Setelah bergerak di bidang kasar sejauh 1 m, benda kemudian
melewati bidang datar licin dan menumbuk dua benda sekaligus, yakni 𝑚𝑚2 (yang bermassa
4 kg) dan 𝑚𝑚3 (3 kg), yang keduanya sedang dalam keadaan diam. Setelah tumbukan,
benda 𝑚𝑚1 diam dan benda 𝑚𝑚3 bergerak pada bidang 𝑥𝑥𝑥𝑥 dengan momentum arah 𝑥𝑥 sama
dengan momentum benda 𝑚𝑚1 sebelum tumbukan yaitu 6 kg m/s sedangkan momentum
𝑚𝑚3 pada arah 𝑦𝑦 adalah 3 kg m/s. Tentukanlah:
a) arah gerak benda bermassa 𝑚𝑚2 ,
b) kecepatan pusat massa sistem tiga benda (𝑚𝑚1 , 𝑚𝑚2 , 𝑚𝑚3 ) setelah tumbukan,
c) gaya pemukul 𝐹𝐹 .

Solusi :

Perhatikan ilustrasi seluruh kejadian berikut.

Untuk kasus a) dan b) kita cukup meninjau kasus ketika benda bertumbukan.

a)

Buat asumsi koordinat untuk memudahkan dalam menentukan arah gerak benda seperti
gambar

Dari soal kita tahu bahwa momentum arah 𝑥𝑥 benda 𝑚𝑚3 setelah tumbukan sama dengan
momentum benda 𝑚𝑚1 sebelum tumbukan, sehingga berlaku pada sumbu 𝑥𝑥 :

𝑝𝑝3𝑥𝑥 = 𝑝𝑝1

𝑚𝑚3 𝑣𝑣3𝑥𝑥 =6

′ 6 6
𝑣𝑣3𝑥𝑥 = =
𝑚𝑚3 3

𝑣𝑣3𝑥𝑥 = 2 𝑚𝑚/𝑠𝑠

Dari soal kita juga tahu bahwa momentum 𝑚𝑚3 setelah tumbukan pada arah 𝑦𝑦, yaitu:

𝑝𝑝3𝑦𝑦 =3

𝑚𝑚3 𝑣𝑣3𝑦𝑦 =3

′ 3 3
𝑣𝑣3𝑦𝑦 = =
𝑚𝑚3 3

𝑣𝑣3𝑦𝑦 = 1 𝑚𝑚/𝑠𝑠

Karena tidak ada gaya eksternal yang bekerja, maka momentum sistem bersifat kekal
pada sumbu 𝑥𝑥𝑥𝑥

Karena 𝑝𝑝3𝑥𝑥

= 𝑝𝑝1𝑥𝑥 , dan benda 𝑚𝑚1 diam setelah tumbukan maka :

𝑝𝑝𝑖𝑖𝑖𝑖 = 𝑝𝑝𝑓𝑓𝑓𝑓
′ ′
𝑝𝑝1𝑥𝑥 + 0 + 0 = 0 + 𝑝𝑝2𝑥𝑥 + 𝑝𝑝3𝑥𝑥

𝑝𝑝2𝑥𝑥 =0

𝑣𝑣2𝑥𝑥 = 0 𝑚𝑚/𝑠𝑠

Berlaku pula hukum kekekalan momentum pada sumbu y :

𝑝𝑝𝑖𝑖𝑖𝑖 = 𝑝𝑝𝑓𝑓𝑓𝑓
′ ′
0 + 0 + 0 = 0 + 𝑝𝑝2𝑦𝑦 + 𝑝𝑝3𝑦𝑦
′ ′
𝑝𝑝2𝑦𝑦 = −𝑝𝑝3𝑦𝑦

𝑚𝑚2 𝑣𝑣2𝑦𝑦 = −3

′ 3 3
𝑣𝑣2𝑦𝑦 =− =−
𝑚𝑚2 4

𝑣𝑣2𝑦𝑦 = −0,75 𝑚𝑚/𝑠𝑠

Maka dari persamaan tersebut didapatkan nilai 𝑣𝑣2𝑥𝑥



= 0 𝑚𝑚/𝑠𝑠 dan 𝑣𝑣2𝑦𝑦

= −0,75 𝑚𝑚/𝑠𝑠 ,
sehingga dengan asumsi awal koordinat, maka arah gerak benda 𝑚𝑚2 adalah ke arah
sumbu koordinat 𝑦𝑦 negatif (arah bawah).

b)

Kecepatan pusat massa sistem pada sumbu 𝑥𝑥 setelah tumbukan adalah


′ ′ ′
′ 𝑚𝑚1 𝑣𝑣1𝑥𝑥 + 𝑚𝑚2 𝑣𝑣2𝑥𝑥 + 𝑚𝑚3 𝑣𝑣3𝑥𝑥
𝑣𝑣𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 =
𝑚𝑚1 + 𝑚𝑚2 + 𝑚𝑚3

′ 0+0+6
𝑣𝑣𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 =
2+4+3

𝑣𝑣𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 = 0,667 m/s

Sedangkan kecepatan pusat massa sistem pada sumbu y setelah tumbukan adalah
′ ′ ′

𝑚𝑚1 𝑣𝑣1𝑦𝑦 + 𝑚𝑚2 𝑣𝑣2𝑦𝑦 + 𝑚𝑚3 𝑣𝑣3𝑦𝑦
𝑣𝑣𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 =
𝑚𝑚1 + 𝑚𝑚2 + 𝑚𝑚3

′ 0+3−3
𝑣𝑣𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 =
2+4+3

𝑣𝑣𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 = 0 m/s

Maka diperoleh kecepatan pusat massa adalah

′ 2 2
𝑣𝑣𝑝𝑝𝑝𝑝 = �𝑣𝑣𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝
′ + 𝑣𝑣𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝


𝑣𝑣𝑝𝑝𝑝𝑝 = 0,667 𝑚𝑚/𝑠𝑠

c)

Untuk mengetahui nilai gaya maka kita cukup meninjau kasus impuls-momentum pada
titik A, sebagai berikut:

𝐼𝐼 = ∆𝑝𝑝

𝐼𝐼 = 𝑚𝑚1 (𝑣𝑣1 − 0)

Dimana 𝐼𝐼 = 𝐹𝐹 ∆𝑡𝑡, sehingga

𝐹𝐹 ∆𝑡𝑡 = 𝑚𝑚1 𝑣𝑣1

𝑣𝑣1 = 𝐹𝐹𝑚𝑚∆𝑡𝑡
1

Kemudian tinjau pergerakan benda 𝑚𝑚1 pada titik B yaitu sepanjang lintasan kasar
sebagai berikut

𝑣𝑣1′2 = 𝑣𝑣12 − 2𝑎𝑎𝑎𝑎 ...(*)

Persamaan percepatan didapatkan melalui tinjauan persamaan gaya sebagai berikut:

Persamaan gaya sumbu 𝑦𝑦 :

𝑁𝑁 − 𝑚𝑚𝑚𝑚 = 0
𝑁𝑁 = 𝑚𝑚𝑚𝑚

Persamaan gaya sumbu 𝑥𝑥:

−𝑓𝑓𝑘𝑘 = 𝑚𝑚𝑚𝑚

−𝜇𝜇𝑘𝑘 𝑁𝑁 = 𝑚𝑚𝑚𝑚

𝑎𝑎 = −𝜇𝜇𝑘𝑘 𝑔𝑔

Subtitusi semua persamaan yang didapatkan ke persamaan (*)

𝐹𝐹 ∆𝑡𝑡 2
𝑣𝑣1′2 = � � − 2(𝜇𝜇𝑘𝑘 𝑔𝑔)𝑠𝑠
𝑚𝑚1

Dari soal kita tahu momentum benda 𝑚𝑚1 pada kasus sebelum tumbukan

𝑝𝑝1 = 𝑚𝑚1 𝑣𝑣1′

Maka didapatkan

𝑝𝑝1 2 𝐹𝐹 ∆𝑡𝑡 2
� � =� � − 2(𝜇𝜇𝑘𝑘 𝑔𝑔)𝑠𝑠
𝑚𝑚1 𝑚𝑚1

6 2 0,04𝐹𝐹 2
� � =� � − 2(3,5)(1)
2 2
9+7
0,012 𝐹𝐹 2 =
4
𝐹𝐹 = 200 𝑁𝑁
5. Pada gambar disamping terlihat pelat logam dengan rapat massa seragam berbentuk
persegi/bujursangkar dengan sisi 𝐿𝐿 yang seperempat bagiannya dibuang. Massa total pelat
tersebut adalah 𝑀𝑀.
a) Tentukan Posisi pusat massa dari pelat logam.
b) Jika momen inersia pada pusat massa adalah 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑝𝑝 , tentukan nilai momen inersia
terhadap sumbu yang tegak lurus pelat dan melewati masing-masing titik 𝑎𝑎, titik 𝑂𝑂,
dan titik 𝑏𝑏. Nyatakan momen inersia tersebut dalam 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑝𝑝 , 𝑀𝑀, dan 𝐿𝐿.

Solusi

a)

Pusat massa dapat dicari dengan pembobotan 𝑟𝑟⃗ dengan massa,

∑ 𝑚𝑚𝑖𝑖 𝑟𝑟⃗𝑖𝑖
𝑟𝑟⃗𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 =
∑ 𝑚𝑚𝑖𝑖
∑ 𝑚𝑚𝑖𝑖 (𝑥𝑥𝑖𝑖 𝚤𝚤 ̂ + 𝑦𝑦𝑖𝑖 𝚥𝚥 ̂ )
𝑥𝑥𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 𝚤𝚤 ̂ + 𝑦𝑦𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 𝚥𝚥 ̂ =
∑ 𝑚𝑚𝑖𝑖
∑ 𝑚𝑚𝑖𝑖 𝑥𝑥𝑖𝑖 ∑ 𝑚𝑚𝑖𝑖 𝑦𝑦𝑖𝑖
𝑥𝑥𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 𝚤𝚤 ̂ + 𝑦𝑦𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 𝚥𝚥 ̂ = 𝚤𝚤 ̂ + 𝚥𝚥 ̂
∑ 𝑚𝑚𝑖𝑖 ∑ 𝑚𝑚𝑖𝑖

Sehingga

∑ 𝑚𝑚𝑖𝑖 𝑥𝑥𝑖𝑖
𝑥𝑥𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 =
∑ 𝑚𝑚𝑖𝑖
∑ 𝑚𝑚𝑖𝑖 𝑦𝑦𝑖𝑖
𝑦𝑦𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 =
∑ 𝑚𝑚𝑖𝑖

Pada soal, bentuk benda tersebut adalah persegi dengan ¼ bagiannya (yang berbentuk
persegi) dibuang. Untuk mencari pusat massa benda tersebut, Kita bisa
menginterpretasikan sisa benda tersebut seperti dibentuk oleh tiga persegi. Kemudian, kita
tahu bahwa pusat massa dari masing-masing persegi berada di pusatnya (Trik: pusat
massa berada di titik perpotongan sumbu simetris benda). Jadi, untuk mencari pusat
massa benda 𝑀𝑀 pada soal, kita tinggal mencari pusat massa dari ketiga persegi dengan
massa 𝑀𝑀/3 dan pusat massanya di pusat persegi.
𝑚𝑚1 𝑥𝑥1 + 𝑚𝑚2 𝑥𝑥2 + 𝑚𝑚3 𝑥𝑥3
𝑥𝑥𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 =
𝑚𝑚1 + 𝑚𝑚2 + 𝑚𝑚3
𝑀𝑀 𝐿𝐿 + 𝑀𝑀 �− 𝐿𝐿� + 𝑀𝑀 �− 𝐿𝐿�
𝑥𝑥𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 = 3 2 3 2 3 2
𝑀𝑀 + 𝑀𝑀 + 𝑀𝑀
3 3 3
𝐿𝐿
𝑥𝑥𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 = −
6
𝑚𝑚1 𝑦𝑦1 + 𝑚𝑚2 𝑦𝑦2 + 𝑚𝑚3 𝑦𝑦3
𝑦𝑦𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 =
𝑚𝑚1 + 𝑚𝑚2 + 𝑚𝑚3
𝑀𝑀 �− 𝐿𝐿� + 𝑀𝑀 �− 𝐿𝐿� + 𝑀𝑀 𝐿𝐿
𝑦𝑦𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 = 3 2 3 2 3 2
𝑀𝑀 + 𝑀𝑀 + 𝑀𝑀
3 3 3
𝐿𝐿
𝑦𝑦𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 = −
6
Sehingga, posisi pusat massa dari benda tersebut berada di

𝑟𝑟⃗ = 𝑥𝑥𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 𝚤𝚤 ̂ + 𝑦𝑦𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 𝚥𝚥 ̂

𝐿𝐿 𝐿𝐿
𝑟𝑟⃗ = − 𝚤𝚤 ̂ − 𝚥𝚥 ̂
6 6

b)

Teorema sumbu sejajar mengatakan bahwa inersia 𝐼𝐼 suatu benda relatif terhadap suatu
sumbu yang sejajar dengan sumbu melewati pusat massa akan mengikuti

𝐼𝐼 = 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑝𝑝 + 𝑀𝑀ℎ2

Dimana 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑝𝑝 adalah inersia benda relatif terhadap pusat massa dan ℎ adalah jarak
tegaklurus antara sumbu 𝐼𝐼 dan 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑝𝑝 .

Untuk titik 𝑎𝑎, maka nilai dari ℎ2 adalah


ℎ2𝑎𝑎 = (𝑥𝑥𝑎𝑎 − 𝑥𝑥𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 )2 + (𝑦𝑦𝑎𝑎 − 𝑦𝑦𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 )2
2 2
𝐿𝐿 𝐿𝐿
ℎ2𝑎𝑎 = �−𝐿𝐿 − �− �� + �−𝐿𝐿 − �− ��
6 6

25 2
ℎ2𝑎𝑎 = 𝐿𝐿
18
Sehingga inersia relatif terhadap sumbu yang melewati 𝑎𝑎 dan tegak lurus pelat didapat

𝐼𝐼𝑎𝑎 = 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑝𝑝 + 𝑀𝑀ℎ2𝑎𝑎

25
𝐼𝐼𝑎𝑎 = 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑝𝑝 + 𝑀𝑀𝐿𝐿2
18

Untuk titik 𝑂𝑂, maka nilai dari ℎ2 adalah

ℎ2𝑂𝑂 = (𝑥𝑥𝑂𝑂 − 𝑥𝑥𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 )2 + (𝑦𝑦𝑂𝑂 − 𝑦𝑦𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 )2


2 2
𝐿𝐿 𝐿𝐿
ℎ2𝑂𝑂 = �0 − �− �� + �0 − �− ��
6 6

𝐿𝐿2
ℎ2𝑂𝑂 =
18
Sehingga inersia relatif terhadap sumbu yang melewati 𝑂𝑂 dan tegak lurus pelat didapat

𝐼𝐼𝑂𝑂 = 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑝𝑝 + 𝑀𝑀ℎ2𝑂𝑂

1
𝐼𝐼𝑂𝑂 = 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑝𝑝 + 𝑀𝑀𝐿𝐿2
18
Untuk titik 𝑏𝑏, maka nilai dari ℎ2 adalah

ℎ2𝑏𝑏 = (𝑥𝑥𝑏𝑏 − 𝑥𝑥𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 )2 + (𝑦𝑦𝑏𝑏 − 𝑦𝑦𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 )2


2 2
𝐿𝐿 𝐿𝐿
ℎ2𝑏𝑏 = �+𝐿𝐿 − �− �� + �+𝐿𝐿 − �− ��
6 6

49 2
ℎ2𝑏𝑏 = 𝐿𝐿
18
Sehingga inersia relatif terhadap sumbu yang melewati 𝑏𝑏 dan tegak lurus pelat didapat

𝐼𝐼𝑏𝑏 = 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑝𝑝 + 𝑀𝑀ℎ2𝑏𝑏

49
𝐼𝐼𝑏𝑏 = 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑝𝑝 + 𝑀𝑀𝐿𝐿2
18

Anda mungkin juga menyukai