Anda di halaman 1dari 13

BAB III

GEOMETRI

Geometri adalah ilmu yang membahas tentang hubungan antar titik,


garis, sudut, bidang dan bangun – bangun ruang. Berdasarkan sejarah, geometri
telah mempunyai banyak penerapan yang sangat penting, misalnya dalam
mensurvei tanah, pembangunan jembatan, pembangunan stasiun luar angkasa dan
lain sebagainya.

Geometri merupakan sistem pertama untuk memahami ide. Dalam


beberapa pernyataan sederhana diasumsikan, dan kemudian ditarik menjadi
pernyataan yang lebih kompleks. Sistem seperti ini disebut sistem deduktif.
Geometri mengenalkan tentang ide konsekuensi deduktif dan logika yang dapat
digunakan sepanjang hidup.

Garis dan bidang merupakan salah satu contoh dari istilah tak
terdefinisikan yang menjadi pijakan awal dari geometri, sehingga konsep garis
dan bidang digunakan dalam geometri. Misalnya adalah perpotongan kubus, balok
dan lain sebagainya merupakan kumpulan dari bidang – bidang. Dari contoh
diatas dapat dipahami bahwa garis dan bidang merupakan faktor dasar geometri,
tentunya dengan tidak melupakan bahwa titik juga merupakan dasar geometri.

3.1 Konstruksi Dasar Geometri

Konstruksi dasar geometri adalah suatu tata cara dalam


menggambar suatu benda 3 Dimensi dengan didasarkan pada konstruksi geometri
dasar. Konstruksi geometri dasar contohnya seperti :

1. Titik

Titik Titik Titik


Titik menggambarkan suatu tempat dalam ruang atau pada suatu gambar dan
tidak memiliki lebar, tinggi, atau kedalaman. Titik dapat dibuat dari :
• Perpotongan dua garis
• Garis – garis pendek
• Tanda silang kecil (sama dengan perpotongan dua garis)

2. Garis

Menurut Euclid, garis adalah sesuatu yang memiliki panjang dan


tidak memiliki lebar. Garis hakikatnya adalah sekumpulan titik yang
membentuk suatu bentuk panjang. Garis dapat dibentuk melalui dua titik
yang saling berhubungan. Jarak terpendek antar 2 titik disebut garis lurus.
3. Sudut

a) b) c) d)

Sudut dibentuk oleh dua garis yang berpotongan. Sudut adalah


himpunan dari dua buah garis dimana pangkal dari garis tersebut bersekutu.
a) Sudut siku – siku, yaitu sudut yang besarnya 90°
b) Sudut lurus, yaitu sudut yang besarnya 180°
c) Sudut tumpul, yaitu sudut yang besarnya 90° < a < 180°
d) Sudut lancip, yaitu sudut yang besarnya antara 0° dan 90°
4. Segitiga

Segitiga merupakan suatu gambar yang dibatasi oleh tiga garis lurus
dan memiliki jumlah sudut didalamnya selalu 180°. Segitiga terdiri dari
segitiga siku – siku, segitiga sama kaki, segitiga sama sisi dan segitiga
sebarang,

5. Lingkaran

Lingkaran adalah suatu kurva yang


membentuk kurva tertutup, dimana setiap titik di
kurva tersebut memiliki jarak yang sama ke titik
pusatnya.

6. Ruang
Ruang adalah suatu tempat atau lokasi yang dibatasi oleh permukaan

dan mempunyai isi atau volume. Bangun ruang sering juga disebut bangun 3
dimensi karena memiliki 3 komponen utama yaitu rusuk, sisi dan titik sudut.
Beberapa contoh bangun ruang seperti :
a) Prisma
b) Limas
c) Silinder
d) Bola
e) Kerucut
f) Balok
g) Kubus
h) Torus
Menghitung Luas dan Keliling Bidang Dua Dimensi

Object Formula

Persegi panjang
Luas = 𝑝 x 𝑙

𝑝
𝑙 Keliling = 2 ( 𝑝 + 𝑙 )
Persegi
Luas = s x s
s
Keliling = 4s
s
Segitiga Luas = 1/2 ( a x t )
Keliling = a + b + c

b t

Jajar genjang a
c
Luas = a x t
t b
a
Keliling = 2 ( a + b )
Trapesium

d b c
Luas = 1/2 ( a + b ) t
a
Keliling = a + b + c + d

Lingkaran
Luas = πr2
r Keliling = 2πr

Elips
Luas = πab
b
a
Keliling = π ( a + b )

34
Menghitung Volume dan Luas Permukaan Bangun Ruang

Object Formula

Balok
Volume = 𝑝 x 𝑙 x t

Luas permukaan = 2 (𝑝𝑙 + t𝑝+ 𝑙t

Kubus
)
Volume = s)x s x s
Luas permukaan = 6s2

Silinder
Volume = πr2 x t

Luas permukaan = 2πr ( r + t )

Bola
Volume = 4/3 πr3

Luas permukaan = 4πr2

Kerucut
Volume = 1/3 πrh

Luas permukaan = πr2 + πrs

35
3.2 Grafik Fungsi

3.2.1 Fungsi Linear


Fungsi linear adalah fungsi y = f ( x ) dengan f ( x ) = a x + b ( a , b ϵ R
)
dan a ≠ 0 untuk semua x dalam daerah asalnya. Fungsi linear juga dikenal sebagai
fungsi polinom (suku banyak) berderajat satu dalam variabel.

3.2.2 Bentuk Grafik Fungsi Linear


Grafik fungsi linear y = f (x) = ax + b dalam bidang kartesius berupa garis lurus yang
tidak sejajar dengan sumbu x dan sumbu y. grafik fungsi linier ini memotong sumbu y
di sebuah titik dengan ordinat y=b . Bilangan a disebut gradien atau koefisien arah dari
garis lurus tersebut, dan a= tan α dimana α merupakan sudut yang dibentuk oleh garis
lurus terhadap sumbu x positif.
Perhatikan gambar grafik fungsi liniear dibawah ini.

Untuk lebih memahami fungsi linear dan cara menggambar grafiknya,


silahkan kalian pelajari contoh soal fungsi linear berikut.

Contoh :

Diketahui fungsi linear f : x → f ( x ) = ax + b dengan nilai f ( 0 ) = 4


dan nilai f ( 4 ) = - 4. .
a) Hitunglah nilai a dan b, kemudian tuliskan rumus untuk fungsi f ( x )!
b) Tentukan titik – titik potong fungsi f dengan sumbu x maupun sumbu !
c) Gambarlah grafik fungsi pada bidang cartesius untuk daerah asal
Penyelesaian :
f ( x ) = ax + b
Untuk f (0) = 4, diperoleh :
(0 )+b=4
b=4
Untuk f (4) = - 4
a (4) + b = - 4
4a + b = - 4
4a = - 4 – 4
4a = - 8
a=-2

Karena nilai a = - 2 dan b = 4 , maka rumus untu fungsi f ( x ) adalah


sebagai berikut
f ( x ) = ax + b
f(x)=-2x+4
y = f ( x ) = - 2x + 4
Titik potong dengan sumbu x diperoleh nilai y = 0
y=-2x+4
0=-2x+4
2x=4
x=2
Sehingga koordinat titik dimana y = 0 adalah ( 2,0 )
Titik potong dengan sumbu y diperoleh apabila nilai x = 0
y= 2x+4
y = - 2 (0) + 4
y=0+4
y=4
Sehingga koordinat titik dimana x=0 adalah (0,4)
Dengan demikian, kurva grafik fungsi y = f ( x ) = - 2 x + 4 akan
memotong sumbu x di titik (2,0) dan memotong sumbu y di titik (0,4).
Karena titik potong pada sumbu x dan sumbu y sudah diketahui,
Maka kita dapat melukiskan grafik fungsi y = f ( x ) = - 2 x + 4 untuk x ϵ R
pada bidang kartesius .
Gambar grafik fungsi tersebut adalah sebagai berikut.

3.3 Koordinat Kartesius dan Koordinat Polar

3.3.1 Trigonometri
Trigonometri berasal dari bahasa Yunani yaitu trigonon dan metria.
Trigonon berarti segitiga dan metria berarti ukuran. Seperti juga arti kata
trigonometri, telah kita ketahui bahwa rumus – rumus trigonometri berasal dari
perbandingan pada suatu segitiga siku – siku.

a c

Gambar 3.1 segitiga siku – siku

Di dalam segitiga siku – siku berlaku enam buah perbandingan


trigonometri, yaitu :
Contoh :
Perhatikan gambar berikut

Y Z

Gambar 3.2 segitiga XYZ

Tentukan nilai jika panjang

Penyelesaian :
Dengan rumus phytagoras :

Maka diperoleh :
Berikut adalah tabel nilai sudut istimewa dan sudut lain yang berelasi :
Tabel 3.1 Nilai trigonometri sudut istimewa

Tabel 3.2 Perbandingan sudut – sudut yang berelasi

Pada Tabel 3.2 terlihat bahwa sinus akan berubah menjadi cosinus,
cosinus berubah menjadi sinus, dan tangen berubah menjadi cotangen bila sudut
yang berelasi 90° atau 270°. Dan akan tetap jika sudut berelasi 180° dan 360°.
Adapun nilai positif atau negatifnya tergantung dari berada di kuadran berapa
sudut yang akan dicari.
3.3.2 Hubungan Koordinat Kartesius Dengan Koordinat Polar

Suatu kedudukan titik pada koordinat kartesius, dapat dinyatakan juga


dalam koordinat polar. Perhatikan gambar berikut :

r y

0 x X

Gambar 3. Kedudukan titik P pada koordinat kartesius


Titip P pada koordinat kartesius dinyatakan dengan P(a,b). Sedangkan
pada koordinat polar, titip P dapat dinyatakan dengan P ( r, α ) dengan r disebut
jari-jari dan α adalah disebut sudut kutub.

a) Mengubah koordinat Kartesius menjadi koordinat polar


Berikut cara mengubah titik P(a,b) menjadi P ( r, α );
1. Cari nilai dengn menggunakan teorema Phytagoras

2. Cari nilai α dengan menggunakan perbandingan trigonometri


Contoh :

Bagaimana cara merubah titik P(6,8) menjadi kutub?

Penyelesaian :
Jadi koordinat kutub dari P (6,8) adalah P (10, 40°)

b) Mengubah koordinat polar menjadi koordinat kartesius

Berikut cara mengubah titik P ( r, α ) menjadi P(a,b) :


1) Nilai a didapat dengan melihat perbandingan sudut trigonometri, yaitu
a = r cos α
2) Nilai b didapat dengan melihat perbandingan sudut trigonometri, yaitu
b = r sin α
Contoh :
Ubahlah koordinat kutub P (2, 120°) menjadi koordinat kartesius!

Penyelesaian :

Jadi koordinat kutub dari P (2, 120°) adalah P (-1, √3 )

Anda mungkin juga menyukai