Pembahasan
Masa transisi menuju Orde Baru adalah periode yang dimulai dari tahun 1965 hingga 1966. Periode
ini ditandai dengan terjadinya berbagai peristiwa politik yang menyebabkan perubahan kepemimpinan
di Indonesia dari Presiden Soekarno ke Presiden Soeharto.
Latar Belakang
Latar belakang terjadinya masa transisi menuju Orde Baru adalah sebagai berikut:
Peristiwa-peristiwa Penting
Pada masa transisi menuju Orde Baru, terjadi beberapa peristiwa penting, antara lain:
Masa transisi menuju Orde Baru berakhir pada tanggal 22 Februari 1967, ketika Soeharto dilantik
sebagai Presiden RI oleh MPRS. Pada masa ini, Soeharto telah berhasil mengambil alih kekuasaan dari
Presiden Soekarno dan meletakkan dasar-dasar bagi berdirinya Orde Baru.
Dampak
Masa transisi menuju Orde Baru memiliki dampak yang signifikan terhadap kehidupan bangsa Indonesia.
Dampak positif
Dampak positif masa transisi menuju Orde Baru adalah berhasil memulihkan stabilitas politik
dan keamanan di Indonesia. Hal ini memungkinkan Indonesia untuk melakukan pembangunan di
berbagai bidang.
Dampak negatif
Dampak negatif masa transisi menuju Orde Baru adalah terjadinya pelanggaran HAM dan
pembatasan kebebasan sipil. Pelanggaran HAM terjadi dalam peristiwa G30S/PKI dan
pembantaian anggota dan simpatisan PKI. Pembatasan kebebasan sipil terjadi dalam bentuk
pengekangan terhadap aktivitas politik dan media massa.
Masa transisi menuju Orde Baru ditandai dengan terjadinya berbagai peristiwa politik yang
menyebabkan perubahan kepemimpinan di Indonesia dari Presiden Soekarno ke Presiden Soeharto.
Salah satu peristiwa penting dalam masa transisi ini adalah pelantikan Soeharto sebagai Pejabat
Presiden dan Presiden oleh MPRS.
Pelantikan Soeharto sebagai Pejabat Presiden dilakukan pada tanggal 12 Maret 1967 di Istana Negara.
Soeharto dilantik oleh Ketua MPRS, Jenderal A.H. Nasution. Dalam pidato pelantikannya, Soeharto
menyatakan komitmennya untuk melanjutkan pembangunan di Indonesia dan memulihkan stabilitas
politik dan keamanan.
Pada tanggal 22 Februari 1968, MPRS mengadakan Sidang Umum untuk memilih Presiden dan Wakil
Presiden Republik Indonesia. Dalam sidang tersebut, Soeharto terpilih sebagai Presiden RI untuk masa
jabatan 1968-1973.
Pelantikan Soeharto sebagai Presiden dilakukan pada tanggal 27 Maret 1968 di Istana Negara. Soeharto
dilantik oleh Ketua MPRS, Jenderal A.H. Nasution. Dalam pidato pelantikannya, Soeharto menyatakan
tekadnya untuk melanjutkan pembangunan di Indonesia dan mewujudkan masyarakat adil dan makmur.
Dampak positif
Dampak positif pelantikan Soeharto sebagai Pejabat Presiden dan Presiden adalah berhasil
memulihkan stabilitas politik dan keamanan di Indonesia. Hal ini memungkinkan Indonesia
untuk melakukan pembangunan di berbagai bidang.
Dampak negatif
Dampak negatif pelantikan Soeharto sebagai Pejabat Presiden dan Presiden adalah terjadinya
pelanggaran HAM dan pembatasan kebebasan sipil. Pelanggaran HAM terjadi dalam peristiwa
G30S/PKI dan pembantaian anggota dan simpatisan PKI. Pembatasan kebebasan sipil terjadi
dalam bentuk pengekangan terhadap aktivitas politik dan media massa.
Pancasila dan UUD 1945 merupakan dasar negara Indonesia. Pancasila merupakan ideologi negara,
sedangkan UUD 1945 merupakan konstitusi negara. Keduanya telah dikukuhkan sebagai dasar negara
oleh berbagai lembaga negara.
Pengukuhan oleh PPKI
Pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengesahkan UUD 1945 sebagai konstitusi negara. Dalam
UUD 1945, Pancasila dirumuskan sebagai dasar negara pada alinea keempat Pembukaan UUD
1945.
Pada tanggal 22 Juli 1959, MPRS mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang menetapkan
kembali berlakunya UUD 1945. Dekrit ini juga menegaskan bahwa Pancasila merupakan dasar
negara Indonesia.
Pada tanggal 18 Agustus 1998, MPR mengeluarkan Ketetapan MPR No. X/MPR/1998 yang
menetapkan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia yang telah final dan mengikat.
Ketetapan ini juga menegaskan bahwa UUD 1945 merupakan konstitusi negara yang telah final
dan mengikat.
Manata kembali hubungan baik dengan negara tetangga dan ikut membangun ketertiban
dunia
Indonesia merupakan negara yang terletak di kawasan Asia Tenggara. Negara-negara tetangga Indonesia
adalah Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Vietnam, Laos, Kamboja, dan Timor Leste.
Pada masa Orde Baru, hubungan Indonesia dengan negara-negara tetangga tidak selalu berjalan dengan
baik. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti perbedaan ideologi, kepentingan, dan konflik
perbatasan.
Setelah masa Orde Baru berakhir, Indonesia mulai menata kembali hubungannya dengan negara-negara
tetangga. Hal ini dilakukan untuk menciptakan perdamaian dan stabilitas di kawasan Asia Tenggara.
Upaya-upaya Indonesia untuk ikut campur membangun ketertiban dunia telah memberikan kontribusi
yang signifikan terhadap perdamaian dan keamanan dunia. Indonesia telah menjadi salah satu negara
yang berperan penting dalam upaya menciptakan dunia yang lebih damai dan sejahtera.
Berikut adalah beberapa hal yang dapat dilakukan Indonesia untuk meningkatkan upaya menata kembali
fondasi hubungan baik dengan negara tetangga dan ikut campur membangun ketertiban dunia:
Masa Orde Baru adalah periode pemerintahan di Indonesia yang berlangsung dari tahun 1966 hingga
1998. Masa ini ditandai dengan kepemimpinan Presiden Soeharto yang menerapkan sistem dan struktur
politik ekonomi yang bersifat sentralistis dan represif.
Stabilisasi sosial politik dan pembangunan ekonomi merupakan dua hal yang saling berkaitan dan saling
mendukung. Stabilitas sosial politik merupakan kondisi di mana terdapat keseimbangan dan keteraturan
dalam kehidupan masyarakat, baik dalam aspek politik, ekonomi, sosial, maupun budaya. Pembangunan
ekonomi merupakan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan.
Adapun hubungan antara stabilitas sosial politik dan pembangunan ekonomi adalah sebagai berikut:
Stabilitas sosial politik merupakan prasyarat bagi pembangunan ekonomi. Tanpa stabilitas sosial
politik, pembangunan ekonomi akan sulit untuk dilaksanakan. Hal ini dikarenakan adanya
ketidakpastian dan ketidakpercayaan yang dapat menghambat investasi dan kegiatan ekonomi
lainnya.
Pembangunan ekonomi dapat meningkatkan stabilitas sosial politik. Pembangunan ekonomi
yang berhasil dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi kesenjangan
sosial. Hal ini dapat meningkatkan rasa kebersamaan dan kesatuan bangsa, sehingga stabilitas
sosial politik menjadi lebih terjaga.