Anda di halaman 1dari 26

Subscribe to DeepL Pro to translate larger documents.

Visit www.DeepL.com/pro for more information.


Vol: 2 No: 1 (Agustus
2023)

Meninjau Kembali Konsep Nengah Nyappur untuk Memperkuat


Moderasi Beragama di Indonesia Kontemporer
Qois Azizah Bin Has
Institut Agama Islam Negeri Metro
qoisazizah@metrouniv.ac.id

Abstrak
Nengah Nyappur telah menjadi instrumen penting untuk memperkuat nilai moderasi dalam
masyarakat Lampung. Meski sering dipandang sebagai kearifan lokal, nengah nyappur
sesungguhnya mengandung nilai-nilai universal yang berakar dari ajaran religiusitas Islam
sehingga berpeluang untuk diaplikasikan dalam konteks nasional maupun internasional.
Keterkaitan nilai-nilai nengah nyapur dengan dinamika moderasi dalam konteks kebangsaan
Indonesia belum banyak dilakukan. Tulisan ini melihat kembali potensi penanaman
kandungan nilai nengah nyapur dalam memperkuat moderasi beragama dalam konteks
Indonesia kontemporer. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
mengumpulkan data dari berbagai sumber seperti buku-buku kepustakaan, jurnal, dan
tulisan-tulisan lainnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsep nengah nyappur tidak
hanya sebatas pada pandangan filosofis masyarakat Lampung. Karena nengah nyappur
mengandung wawasan moderasi beragama seperti toleransi, eksklusivitas, dan humanisme
untuk menciptakan keharmonisan dalam kehidupan masyarakat. Dan pada akhirnya
diketahui bahwa nilai falsafah hidup nengah nyappur dalam pi'il pisinggiri koheren dengan
nilai-nilai Islam.
Kata kunci: Nengah Nyappur, Moderasi Beragama, Nilai-Nilai Sosial

PENDAHULUAN

Keberagaman adalah latar belakang Indonesia. Perbedaan suku, agama, ras antar
golongan ibarat pisau bermata dua. Satu sisi menunjukkan multikultural dan kekayaan
bangsa, namun di sisi lain dianggap sebagai prahara yang menimbulkan konflik
masyarakat. Sehingga diperlukan upaya-upaya untuk meredam konflik untuk
mewujudkan perdamaian di antara masyarakat. Sebagai bagian dari filosofi tersebut,
Nengah Nyappur hadir sebagai konsep moderat dari Budaya Lampung untuk membantu
meredam permasalahan masyarakat. Nilai eksklusif dan aktif dari Nengah Nyappur diharapkan
dapat mengentaskan masalah kemanusiaan untuk perdamaian dan kebenaran. Nengah
http://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/lc-TiaRS/
Vol: 2 No: 1 (Agustus
2023)

Nyappur merupakan bagian dari falsafah hidup Pi'il Pesinggiri Lampung. Sebagai falsafah
hidup Pi'il Pesinggiri mengandung beberapa nilai, yaitu nilai ketuhanan, kemanusiaan, dan
kehidupan (Himyari Yusuf, 2016). Nilai Ketuhanan

http://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/lc-TiaRS/
Vol: 2 No: 1 (Agustus
2023)

Ketiga nilai tersebut membentuk sebuah hirarki yang mengarah pada keterkaitan nilai
seperti nilai ketuhanan yang berkaitan dengan nilai religius dan spiritual. Sedangkan nilai
kemanusiaan berkaitan dengan kehidupan yang meliputi n i l a i moral, n i l a i sosial, nilai
intelektual, nilai individual, dan sebagainya.

Dalam dimensi sosial, masalah sering kali terjadi. Konflik muncul akibat dari masyarakat yang
tidak saling mengasihi, saling tidak menghargai satu sama lain menjadi salah satu
pemicu terjadinya perselisihan (Syahputra & Ruslan, 2021). Ditandai dengan munculnya
kasus-kasus praktik penyimpangan ajaran Islam yang dilakukan oleh lembaga
pendidikan dan ujaran kebencian terhadap sesama umat Islam akibat perbedaan
pandangan keagamaan, ketentraman hidup dan kerukunan sesama tidak dapat dirasakan. Tidak
hanya hilangnya harmonisasi kehidupan, tetapi rasa sentimen sosial antar kelompok ditebarkan
untuk kepentingan kelompok tertentu tanpa mempertimbangkan dampaknya bagi
ketahanan nasional (Syahputra & Rini, 2021). Selain itu, ujaran kebencian dan penyimpangan
dalam praktik keagamaan menyebar dengan cepat melalui digitalisasi media. Kemudian,
karena minimnya literasi digital, masyarakat yang tidak terbiasa dengan konsep "saring
sebelum sharing" menerima informasi negatif tersebut.

Dalam beberapa tahun terakhir, isu konflik yang muncul akibat perbedaan pandangan
keagamaan semakin meningkat. Pada tanggal 25 April 2023, kasus ujaran kebencian dan
bernada ancaman terhadap warga Muhammadiyah yang disampaikan oleh salah satu peneliti
BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) terkait dengan perbedaan penetapan Hari Raya
Idul Fitri 1444 H (Ramadhan, 2023). Nada ancaman ini dianggap sebagai ujaran kebencian
terhadap organisasi Muhammadiyah karena perbedaan pelaksanaan Idul Fitri. Ancaman ini
disebabkan oleh emosi atas ketidakterimaan atas komentar yang dianggap sebagai serangan
dari postingan di media sosial. Menanggapi kejadian ini, beberapa pihak seperti Majelis
Ulama Indonesia (MUI) memberikan tanggapannya. Menurut MUI, nada ancaman tersebut
sudah masuk dalam ranah pidana dan tidak termasuk dalam kebebasan berpendapat. Selain
itu, hal tersebut dapat menimbulkan kebencian dan memecah belah umat (Prastiwi, 2023).
Hal ini dapat menjadi dasar pentingnya memberikan pemahaman yang moderat terhadap
kejadian konflik yang disebabkan oleh keyakinan dan etnis. Konflik dan perbedaan
pandangan ini menyebabkan perpecahan dalam masyarakat serta menjadi ancaman besar
http://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/lc-TiaRS/
Vol: 2 No: 1 (Agustus
2023)

bagi tatanan masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, nilai-nilai moderat menjadi dasar dari

http://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/lc-TiaRS/
Vol: 2 No: 1 (Agustus
2023)

organisasi. Karena Islam moderat merupakan perspektif teologis yang sangat penting bagi
kehidupan masyarakat yang beragam dari segi keyakinan, ras, adat istiadat, bahasa, dan
negara.

Perpecahan umat bertentangan dengan prinsip moderasi beragama. Karena persaudaraan


antar sesama manusia akan membawa keharmonisan yang abadi. Untuk itu,
persaudaraan merupakan prinsip yang harus dijaga dan perpecahan merupakan
kontradiksi dan pelanggaran terhadap prinsip moderasi itu sendiri (Khoirul Anwar, 2021).
Kebhinekaan Indonesia terancam jika tidak diikat oleh rasa persaudaraan yang kuat. Sikap
sadar akan keberagaman etnis, golongan, agama, rasa, dan suku akan menimbulkan sikap
saling menghargai dan memupuk persaudaraan. Maka harmonisasi kehidupan terwujud
dengan masyarakat yang menjaga persaudaraan. Seperti konsep Nengah Nyappur yang
ada pada nilai budaya Lampung dengan rasa menjaga persaudaraan antar sesama
merupakan cikal bakal kerukunan persaudaraan. Sehingga dapat menjadi kontribusi
dalam memperkuat moderasi beragama di Indonesia.

Studi tentang moderasi beragama dalam Nilai-Nilai Budaya Lampung telah banyak dibedah oleh
para peneliti sebelumnya. Sebagai contoh, Abdul Halim dalam analisis terakhirnya
membedah lima falsafah hidup tradisional Lampung dan mengurai nilai-nilai tersebut
dengan bertumpu pada kearifan lokal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan
nilai-nilai kearifan lokal dari falsafah hidup Lampung dan implementasinya dalam kehidupan
bermasyarakat dan berdemokrasi (Halim, 2021). Selanjutnya, Himyari Yusuf membahas tentang
nilai-nilai Islam dalam tradisi dan falsafah hidup masyarakat Lampung. Pembahasan penelitian
ini berfokus pada adat istiadat Lampung yang dihubungkan dengan nilai-nilai Islam.
kemudian falsafah hidup adat Lampung juga dijelaskan dalam bingkai agama, sosial,
dan budaya (Himyari Yusuf, 2016). Penelitian S. Nasution membedah kajian tentang Pi'il
Pesenggiri Lampung dan internalisasi nilai-nilai Islam di dalamnya. Secara umum
penelitian ini membedah pi'il pesenggiri masyarakat Lampung dan menunjukkan
keterkaitan antara adat istiadat Lampung dengan nilai-nilai Islam. Nilai-nilai tersebut
kemudian diuraikan secara rinci hingga pada tahap penerapan dan contoh dalam kehidupan
(Nasution & Lazwardi, 2020). Sejauh ini belum ada penelitian yang signifikan yang
membahas konsep filosofi Adat Lampung Nengah Nyappur dan nilai-nilai moderat
http://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/lc-TiaRS/
Vol: 2 No: 1 (Agustus
2023)

darinya secara sistematis. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap dan mengkaji konsep
Nengah Nyappur untuk penguatan nilai-nilai moderasi beragama.

http://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/lc-TiaRS/
Vol: 2 No: 1 (Agustus
2023)

moderasi di Indonesia dengan memperkenalkan ajaran dan makna yang tersirat dalam
konsep Nengah Nyappur secara khusus dan Pi'il Pesenggiri sebagai falsafah hidup masyarakat
adat Lampung. Seperti nilai keterbukaan, persaudaraan, saling menghargai dan toleransi
terhadap perbedaan suku, golongan, agama dan ras di Lampung.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan


pendekatan deskriptif (Lexy J, 2000). Pendekatan ini dilakukan untuk mendapatkan
gambaran utama penelitian mengenai konsep Nengah Nyappur dan mengkaji konsep
tersebut untuk memperkuat moderasi beragama di Indonesia. Penelitian ini merupakan
penelitian kepustakaan (library research) dengan mengumpulkan data dari jurnal, buku-buku dan
artikel lain yang berkaitan dengan judul penelitian dan mengolah bahan koleksi yang
diperoleh di perpustakaan tanpa melalui penelitian di lapangan (Mustika, 2003). Dalam
penelitian ini penulis mengumpulkan dan mereduksi data yang menekankan pada analisis
terhadap sumber data yang ada dengan bertumpu pada teori dan konsep yang ada untuk
kemudian diinterpretasikan berdasarkan tulisan-tulisan yang mengarah pada
pembahasan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Diskusi tentang Moderasi Beragama telah menjadi sangat ramai. Masyarakat sebagai
bagian dari aspek sosial tidak luput dari pembahasan moderasi beragama. Kehidupan
multikultural etnis, agama, suku menjadi sasaran yang tepat sebagai objek kajian. Moderasi
beragama dapat disebut juga dengan moderasi Islam, sebuah upaya untuk memelihara
dan mengembangkan fitrah manusia dan sumber daya manusia dengan menjalankan ajaran
agama (Karim & Pendidikan, n.d.). Ada empat prinsip moderasi beragama, tawassuth, yaitu
sikap pertengahan dan tidak berada pada sikap yang fundamental dan tidak terlalu liberal.
Maksud dari tawassuth adalah menerapkan gaya hidup yang sesuai dengan dimensi dan
ajaran agama, tidak mencampuradukkan dan membolehkan semua ajaran. Selain itu
juga tidak mengesampingkan karakteristik dan menolak interaksi dengan orang lain
dalam ranah sosial (Karim & Pendidikan, n.d.). Nilai karakter tawassuth yang dimaksud adalah
bentuk kebaikan yang telah diletakkan oleh Allah dan diterapkan oleh manusia. Artinya, dalam
http://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/lc-TiaRS/
Vol: 2 No: 1 (Agustus
2023)

kehidupan bermasyarakat selalu menjaga persaudaraan sesama. Hal ini dimaksudkan agar Islam
dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang, dan perilaku muslim dapat menjadi saksi dan
tolak ukur kebenaran secara umum. Kedua, tawazun.

http://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/lc-TiaRS/
Vol: 2 No: 1 (Agustus
2023)

Tawazun adalah kemampuan individu untuk hidup seimbang dalam berbagai dimensi.
Dari keseimbangan ini, diperoleh kehidupan yang stabil dan tidak berlebihan.
Keseimbangan manusia berkaitan dengan fitrah manusia itu sendiri. Ada tiga unsur
keseimbangan manusia, yaitu jasmani, rohani dan intelektual, dari ketiganya Islam
menghendaki adanya keseimbangan untuk kebutuhan jasmani dan rohani (Mannan, 2013).
Ketiga, Adil. Menunjukkan sikap seimbang antara hak dan kewajiban. Sebagai manusia,
keadilan diletakkan pada kepatuhan diri untuk menjalankan kewajiban sebagai hamba. Adil
tidak hanya dalam konteks sosial, tetapi juga dalam konteks ibadah, muamalah dan lain
sebagainya. Yang keempat adalah Tasamuh. Tasamuh dimanifestasikan sebagai
kesediaan untuk menerima sesuatu yang bukan kehendak berupa perbedaan, keragaman
dan hal-hal lain yang sejenis (Masduqi, 2011). Prinsip moderasi ini dapat dilakukan
untuk mencapai kesepakatan bersama. Terutama bagi masyarakat yang heterogen yang
terdiri dari banyak suku dan agama.

Lampung merupakan provinsi multikultural dengan populasi yang beragam dan budaya
yang bervariasi. Uniknya, setiap masyarakat menciptakan budayanya sendiri-sendiri, baik di
Lampung maupun di masyarakat lain, yang menjadi ciri khas dari masyarakat tersebut.
Masyarakat Lampung yang memiliki falsafah Pi'il Pesenggiri sebagai landasan hidup di
tengah masyarakat yang heterogen. Para ahli mengatakan bahwa Piil Pesenggiri berasal dari
Kitab Kuntara Raja Niti, yang merupakan kitab hukum masyarakat Lampung (Yasin &
Juhro, 2019). Masyarakat Lampung hidup sesuai dengan ideologi Pi'il Pesenggiri. Harga
diri, kepribadian, dan identitas adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan Piil
Pesenggiri. Pi'il Pesenggiri adalah titik acuan umum dalam kehidupan masyarakat, terutama
di kalangan penduduk Lampung (Fachruddin, 1996). Falsafah Pi'il Pesenggiri mengandung
empat unsur, yaitu Juluk Adek (berperilaku sesuai dengan gelar adat yang disandangnya),
Nemui Nyimah (setia pada kerabat, memiliki kepedulian sosial), Nengah Nyappur
(musyawarah, tenggang rasa, tanggung jawab), dan Sakai Sambaiyan (rela menolong dan
gotong royong) (Rosidi dkk, 2022). Untuk memperkuat kearifan lokal atau falsafah lokal
sebagai model kerukunan berbasis budaya, diperlukan proses membangun masyarakat
dengan pemahaman keagamaan yang moderat.

Filosofi Pi'il Pesenggiri meliputi dua aspek, yaitu aspek personal dan aspek sosial. aspek sosial.
http://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/lc-TiaRS/
Vol: 2 No: 1 (Agustus
2023)

Aspek pribadi mengandung nilai-nilai religius, karena dalam pelaksanaannya Piil


Pesenggiri berlandaskan pada agama Islam. Sedangkan dalam aspek sosial, merupakan
implementasi dan

http://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/lc-TiaRS/
Vol: 2 No: 1 (Agustus
2023)

penerapan nilai-nilai dalam Pi'il Pesenggiri pada perilaku dalam kehidupan sehari-hari.
Siswa harus menanamkan nilai-nilai religius dalam diri mereka sebelum menerapkan nilai-
nilai sikap Pi'il Pesenggiri. Nilai tersebut tercermin dalam beberapa hal berikut ini (Paris,
2018):

Filosofi Hidup Pi'il Pesenggiri Nilai Pi'il Pesenggiri


1 Religiusitas
2 Tanggung jawab
Bejuluk Beadok
3 Persaudaraan
4 Toleransi
1 Solidaritas
2 Perhotelan
Nemui Nyimmah
3 Kesopanan
4 Gotong Royong
1 Kesopanan
2 Toleransi
Nengah Nyappur
3 Keharmonisan dalam komunitas
4 Memprioritaskan kepentingan bersama
1 Kerja Sama Gotong Royong
Sakai Sambaiyan 2 Persaudaraan
3 Kerjasama

Penjelasan mengenai isi Pi'il Pesenggiri di atas, mengandung pesan filosofis untuk setiap
nilai. Nengah Nyappur membentuk tatanan sosial bagi masyarakat Lampung dengan
kemauan untuk membuka diri terhadap masyarakat. Berpartisipasi dalam hal-hal yang baik,
yang dapat membawa kemajuan bagi masyarakat sesuai dengan perkembangan zaman.

Sebagai salah satu nilai filosofi Pi'il Pesenggiri Lampung, Nengah Nyappur memiliki makna
khusus. Secara harfiah Nengah-nyappur berasal dari kata nengah dan nyappur; nengah
berarti di tengah, ke tengah, yaitu selalu bersedia berada di tengah-tengah masyarakat untuk
berinisiatif membantu menyelesaikan masalah secara langsung, sedangkan nyappur berarti
berbaur, yang berarti memiliki kesediaan yang selalu bersedia berada di tengah-tengah
masyarakat untuk membantu menyelesaikan masalah masyarakat secara langsung. Jadi
prinsip Nengah Nyappur mengacu pada upaya bermusyawarah untuk menghasilkan
kesepakatan, baik dalam merencanakan kegiatan maupun dalam rangka mengambil suatu
keputusan kerja sama (Puspawidjaya, 2006). Nengah Nyappur diartikan sebagai sikap ramah

http://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/lc-TiaRS/
Vol: 2 No: 1 (Agustus
2023)

dan mudah bergaul. Nengah Nyappur menunjukkan bahwa masyarakat adat Lampung

http://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/lc-TiaRS/
Vol: 2 No: 1 (Agustus
2023)

memiliki rasa kekeluargaan. Mampu bergaul dengan orang lain, tidak membeda-
bedakan agama, suku, atau tingkatan. Sikap toleransi ini kemudian menumbuhkan sikap
ingin tahu atau rasa ingin tahu, kesediaan untuk mendengarkan dan bereaksi secara
tanggap dan sigap. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa sikap nengah nyappur
mengarah pada nilai masyarakat mufakat (Syahputra, 2020). Selain itu, nengah nyappur
dapat diartikan sebagai sikap berbaur dan mampu bersosialisasi secara aktif, tidak bersikap
individualis, dan memiliki sikap toleransi antar sesama (Bulok et al., 2021). Nengah
Nyappur mengandung filosofi yang mengharuskan manusia untuk menyadari bahwa
dirinya berada dan harus ada di tengah-tengah masyarakat manusia dan realitas
universal lainnya. Pandangan ini dapat dimaknai bahwa Nengah Nyappur berarti
keharusan untuk berperan aktif dalam mengentaskan permasalahan kemanusiaan yang
sedang terjadi di alam semesta ini. Berperan aktif berarti mengambil bagian dalam
menegakkan kebenaran dan perdamaian. Untuk hidup di tengah-tengah masyarakat dan
realitas alam semesta harus memiliki kemampuan intelektualitas dan moralitas. Oleh
karena itu, seseorang yang Nengah Nyappur setidaknya harus memiliki integritas
intelektualitas, spiritualitas, dan moralitas. Tanpa integritas tersebut, mustahil untuk berada di
pusat realitas alam semesta. Dengan demikian, Nengah Nyappur memiliki nilai
kemasyarakatan yang tinggi. Mudah bergaul, bersaudara, mampu menghargai orang lain
untuk mencapai mufakat dan keharmonisan bersama.

Persaudaraan yang erat dan rasa hormat adalah indikator keterbukaan. Dalam Nengah
Nyappur, keterbukaan disebut sebagai bertetanggah untuk siap terjun ke dalam masyarakat
(Puspawidjaya, 2006). Tentunya dengan mengedepankan tata krama dalam artian
memahami kewajiban dan hak. Sebagai individu dalam nengah nyappur dan konsep
tetanggah, setiap warga negara harus memenuhi unsur-unsur nengah nyappur untuk menjadi
pribadi yang memiliki rasa toleransi yang tinggi, supel, namun tetap pada prinsip-prinsip
yang dipegang dalam kehidupannya, sebagai jati diri. Dengan begitu, setiap individu
dituntut untuk menjadi pribadi yang toleran, supel, kaya akan ide, berprinsip, mampu
berkomunikasi, bercita-cita tinggi, dan mampu bersaing dengan baik di tengah masyarakat.
Oleh karena itu, sudah menjadi keharusan bagi masyarakat adat Lampung untuk berperilaku
sesuai dengan etika Nengah Nyappur. Dengan demikian, setiap individu yang memiliki nilai
http://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/lc-TiaRS/
Vol: 2 No: 1 (Agustus
2023)

Nengah Nyappur mampu membentuk kelompok masyarakat yang moderat.

Secara umum, nilai-nilai dalam konsep Nengah Nyappur tidak melanggar Pancasila.
Bahkan, konsep ini sesuai dengan Pancasila sila ke-4, yaitu Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam

http://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/lc-TiaRS/
Vol: 2 No: 1 (Agustus
2023)

musyawarah yang representatif. Menjunjung tinggi musyawarah dan tindakan yang bijak adalah
kunci dari masyarakat madani. Karena masyarakat madani memiliki persatuan dan
keterikatan satu sama lain (Aceng, 2013). Keterikatan ini membuat masyarakat mampu
bersikap adil, tulus dan selalu merasa senang berkumpul untuk memutuskan suatu masalah
dengan sabar dan tenang. Lebih dari itu, Nengah Nyappur menunjukkan keseimbangan antara
kehidupan sosial dan agama. Melalui nilai toleransi, tidak membenci untuk mencapai
mufakat bersama (Syahputra, 2020). Sikap tidak melihat perbedaan kecuali
kebersamaan dan kerukunan. Istilah ini disebut dengan toleransi kembar. Artinya, ada
hubungan timbal balik dari masyarakat dengan mengetahui peran masing-masing
(diferensiasi) dan mengembangkan sikap saling menghargai (Abubakar et al., 2018). Nengah-
nyappur berarti sikap toleran antara satu sama lain, menjunjung tinggi rasa kekeluargaan
dalam masyarakat Lampung yang majemuk. Oleh karena itu, prinsip nengah-nyappur
ini harus dijunjung tinggi demi terciptanya tatanan sosial yang harmonis. Sekaligus
memperkuat wacana dan kerja nyata moderasi beragama di Indonesia.

Sebagai bagian dari Nilai Pi'il Pesenggiri, Nengah Nyappur layak dianggap sebagai nilai
sosial kemasyarakatan yang tinggi. Hal ini dikarenakan Nengah Nyappur sebagai nilai
kehidupan dalam masyarakat multikultural mampu mewujudkan kedamaian masyarakat
dengan berbagai macam budaya dan latar belakang yang berbeda. Multikulturalisme juga
dapat diartikan sebagai sekumpulan masyarakat yang hidup dan tinggal di suatu tempat yang
memiliki kebudayaan dan ciri khas tersendiri yang dapat membedakan satu masyarakat
dengan masyarakat lainnya (Rosidi dkk, 2022). Umumnya komunitas budaya terdiri dari
beberapa unsur, baik itu suku, ras, golongan, yang hidup secara berkelompok dan menetap
di suatu wilayah tertentu. Dalam masyarakat Lampung, Nengah Nyappur memiliki beberapa
makna, pertama, nilai toleransi dan menghargai orang lain. Sikap berbaur dan bergaul,
ramah dengan siapa saja, aktif bersosialisasi, tidak individualis, dan memiliki sikap
tenggang rasa antar sesama (Halim, 2021). Tindakan berbuat baik kepada orang lain di atas
merupakan upaya membaur dengan menjunjung tinggi nilai kesopanan. Selain itu, berusaha
memahami orang lain sebagai sikap toleransi yang tinggi. Hal ini seperti yang tertulis dalam
Al-Quran:

‫ِﻱْٰ ُﻘﻟَﺮﺏ‬
‫ِﺍ‬ ِ ‫ﻥَﻭﺍ ْ َْﺍ‬
ِ
http://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/lc-TiaRS/
‫‪Vol: 2 No: 1 (Agustus‬‬
‫)‪2023‬‬

‫َﻭﺍﺳﺎََْﻝ ِﻙ‬ ‫َﻭﺍ ْﻟ َﻲ‪َ .‬ﺍ ٰ‬ ‫ﻭ َ ِﺏﺍﻟُْﻘْﺮَٰﺏَﺫﻱ‬ ‫ْﺑﻭِﻮﺍﻠَﺪﻟ َِْﻥﻱْﺡَﺇِﻥًﺳﺎً‬ ‫ۖﺋ‬


‫َ ْﺷﻲًﺎ‪.‬‬ ‫ﻋ َْﻭﺍ ُُﺩﺐﻫﻠﻭ ﻞَََّﻭَﻝَﺍ ُﻛﻮﺍْﺕﺷِﺮ ِﺑِﻪ‬
‫ُِﻱُ ّ‬
‫ﺏ َْﻥ ُ َﻛﺎﻥ ًْ َﺎُﻝ َﻣﻑَِﺍُﺧ ًﻮ‬ ‫ﺏَﻭﺍ ِْﻥﺏﺍﻝﻫﺴﺒ ِِﻲﻝ َﻭََﺍ َ َﻝﻙ‬
‫ِ‬ ‫ﺏَﻭﺍﻝ ﻫ ِﺼﺎﺡ ِ‬
‫ِ‬
‫ﺕ ُ ْﻙﻥﻡ ۗ ﺇِﻫﻦﺍﻫﻠ َّﻝَ َﻞ‬
‫ْﺎَﺃﻳْ‬ ‫ﺏِﺏِﻥ ْ َ‬ ‫َﻭﺍ َْ ِﺍ ُْ ُﻥ‬

‫‪http://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/lc-TiaRS/‬‬
Vol: 2 No: 1 (Agustus
2023)

"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dan berbuat
baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang
dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri. (RI, 2007)

Dalam konteks moderasi beragama, toleransi merupakan salah satu indikator dalam
Moderasi Beragama. Toleransi adalah sikap memberi ruang dan tidak mengganggu hak orang
lain untuk berkeyakinan, mengekspresikan keyakinannya, dan menyampaikan pendapat,
meskipun berbeda dengan apa yang kita yakini (Jamaluddin, 2022). Dengan demikian,
toleransi merujuk pada sikap terbuka, lapang, sukarela, dan lemah lembut dalam
menerima perbedaan. Toleransi selalu disertai dengan rasa hormat, menerima orang yang
berbeda sebagai bagian dari diri kita dan berpikir positif. Namun belakangan ini, konflik agama
di Indonesia kembali muncul. Pada tahun 2011 di Maluku, misalnya, terjadi konflik komunal
antar umat beragama yang disebabkan oleh perselisihan antar anggota masyarakat. Konflik
tersebut kemudian berkembang menjadi konflik agama antara Islam dan Kristen (Prasojo
& Pabbajah, 2020). Konflik intra-agama ini tidak dapat dilepaskan dari pemahaman
keagamaan baik secara individu maupun kelompok. Kurangnya pemahaman akan
keberagaman dan rasa fanatisme masing-masing etnis dan pemeluk agama menjadi
penyebab berkembangnya konflik agama di Indonesia. Sehingga konflik agama masih terus
bergulir hingga saat ini. Oleh karena itu, diperlukan upaya resolusi konflik untuk
menghentikan konflik yang terus berkembang. Fanatisme kelompok dan sikap inklusif
dapat diurai dengan sikap saling menerima dan toleransi. Namun, yang menjadi
permasalahan saat ini adalah masyarakat saat ini sulit menerima pemahaman jika bukan
dari kelompoknya sendiri. Menurut Yusuf Qardhawi, penyakit fanatisme dapat diatasi dengan
cinta dan toleransi. Menghargai pendapat dan memahami bahwa perbedaan itu nyata. Ia
melanjutkan, Umat juga perlu melakukan pendekatan terhadap agama dengan pendekatan
yang utuh. Seperti halnya mengikuti perintah Tuhan dan mematuhi pemimpin yang tenang,
lembut, bijaksana dan memiliki sifat-sifat kemanusiaan yang luhur (Mohamad Kamil Hj, 2003).
Artinya, toleransi dan fanatisme masih berlawanan. Keduanya masih tumpang tindih
untuk mewujudkan perdamaian. Oleh karena itu, diperlukan formula baru untuk
menyelesaikan konflik sektarian dan agama melalui adat dan budaya lokal. Di

http://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/lc-TiaRS/
Vol: 2 No: 1 (Agustus
2023)

Lampung, nilai Nengah Nyappur mengajarkan sikap berbaur dan bergaul dengan orang
lain tanpa melihat perbedaan. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga persaudaraan dan
kerukunan. Selain itu, cinta kasih dan toleransi juga diajarkan untuk menciptakan
kebahagiaan dan

http://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/lc-TiaRS/
Vol: 2 No: 1 (Agustus
2023)

perdamaian (Yasin & Juhro, 2019). Dua ajaran besar dari nilai Nengah Nyappur ini sangat
mungkin untuk diterapkan dalam penyelesaian konflik agama saat ini. Dengan harapan
kedamaian dan ketentraman akan terwujud dengan sempurna. Selain itu, ajaran untuk
bersahabat dengan siapa saja dan mampu bersosialisasi secara aktif dengan tidak menjadi
manusia yang individual juga merupakan ajaran dari Nengah Nyappur. Sebagai sebuah nilai
yang agung, ajaran sosial ini tidak terbatas pada sekte atau golongan tertentu. Nengah
Nyappur memiliki batasan yang luas dan tidak ada batas dalam bersosialisasi. Inilah falsafah
hidup adat Lampung yang sangat mungkin diterapkan oleh suku-suku lain di Indonesia.
Bukan hanya karena Indonesia adalah negara yang majemuk, tetapi juga untuk menjaga
persatuan dan kesatuan masyarakat di tanah air.

Kedua, nilai keterbukaan. Prinsip nengah nyappur dengan upaya bermusyawarah untuk
menghasilkan kesepakatan, baik dalam merencanakan kegiatan maupun dalam rangka
mengambil suatu keputusan kerjasama. Keterbukaan juga diartikan sebagai penerimaan
terhadap perbedaan untuk mencapai kerukunan (Rosidi et al., 2022) Karena dengan bersikap
terbuka dan saling menerima satu sama lain, maka konflik-konflik yang ada akan hilang.
Membuka diri terhadap masyarakat dilakukan dengan cara gemar bergaul, bersikap lemah
lembut, tidak keras hati dan kasar serta mau mendengarkan pendapat orang lain. Hal ini
sesuai dengan Al Quran dalam surat Ali Imaran ayat 159 seperti di bawah ini:

‫ُْﻡ‬.‫ َّﻑْﺿْﻥﻮﺍﻮﻝََُِِﺣﻓَﺎْﻉُﻋْﻦ‬.‫ﻓ ِﻲﻫﻠﻥْﺔ ََِِْﻟﺍ ﻞَِّﻭْ ﺣٍَْﻦﻦﻮُﻢﺕﻓَﻛ ﻟَُﻟ ّ ًﺎﻈَﻏﻠﺍ ْﻟِﻲَﻅﻘْﻞِﺏﻟ َ ْﻦ‬
.‫َﻭﻟﻜِﻠﻦ‬.ُ ‫َﻭﻫﻚْﻝﺍ ﻞَِّ َِﺇﻞﻫﻠﻫﻦ ﻞََّّﺏُﺍِﻱْﻝ‬
ٰ ‫ ﻋﻫﻠ‬.َ .‫َﻭﺍﻩْﺷﺎ ﻟَُﻡْﻏِﻔ ِﺮْﻓ ﻭُِﺍَﻋَﺰََْﺕﺈﻑِ َﻟ َﻑ‬.‫ْﺱََﻢﺮ‬
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras dan
keras hati, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu, maafkanlah mereka dan
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.
Kemudian, jika kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya." (Q.S Ali Imran: 159).

Sayangnya, perselisihan semakin berkembang di Indonesia. Sebagai contoh, pada tahun


2023 muncul konflik atau perang komentar di media sosial. Konflik yang terjadi di media
sosial diduga disebabkan oleh emosi yang ditimbulkan dari komentar-komentar di media

http://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/lc-TiaRS/
Vol: 2 No: 1 (Agustus
2023)

sosial. Kasus ujaran kebencian dan bernada ancaman terhadap warga Muhammadiyah yang
disampaikan oleh salah satu peneliti BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) terkait
dengan perbedaan penetapan Hari Raya Idul Fitri.

http://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/lc-TiaRS/
Vol: 2 No: 1 (Agustus
2023)

Fitri 1444 H (Ramadhan, 2023). Nada ancaman ini dianggap sebagai ujaran kebencian terhadap
organisasi Muhammadiyah karena perbedaan pelaksanaan Idul Fitri. Atas kejadian ini, muncul
tanggapan dari beberapa pihak seperti MUI (Majelis Ulama Indonesia). Menurut MUI, nada
ancaman tersebut sudah masuk dalam ranah pidana dan tidak termasuk dalam kebebasan
berpendapat. Selain itu, hal tersebut dapat menimbulkan kebencian dan memecah belah
umat (Prastiwi, 2023). Hal ini dapat menjadi dasar pentingnya memberikan pemahaman
yang moderat terhadap kejadian konflik yang disebabkan oleh keyakinan dan etnis.
Konflik dan perbedaan pandangan ini menyebabkan perpecahan dalam masyarakat serta
menjadi ancaman besar bagi tatanan masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, nilai
moderasi menjadi dasar dalam berorganisasi. Dalam nilai Nengah Nyappur, pencapaian
tujuan dan mufakat membutuhkan ketenangan dan kearifan. Prinsip Nengah Nyappur
menunjuk pada upaya bermusyawarah untuk menghasilkan kesepakatan, baik dalam
merencanakan kegiatan maupun dalam rangka mengambil suatu keputusan kerja sama
(Halim, 2021). Meskipun primordialisme tidak terlepas dari konflik, namun manusia
mampu meminimalisir fanatisme dengan bersikap bijak d a n terbuka terhadap orang lain. Lebih
lanjut disampaikan dalam nilai Nengah Nyappur agar mudah beradaptasi dengan
masyarakat yang multikultural (Syahputra, 2020). Karena jika seseorang tidak
menyesuaikan diri dengan kondisi masyarakat multikultural, maka primordialisme akan
memicu terjadinya konflik sosial. Di sinilah peran musyawarah, mediasi dan
musyawarah penyelesaian melalui mediator sangat dibutuhkan untuk menyelesaikan
konflik antar organisasi dan masyarakat. Keterbukaan juga terkait dengan nilai keadilan.
Keharusan untuk berperan aktif dalam mengentaskan masalah kemanusiaan dan
memiliki integritas untuk menegakkan kebenaran dan perdamaian. Keadilan dalam Al-Quran
telah banyak dijelaskan. Salah satunya adalah ayat Alquran:

ِ‫ْ ﺳﻑُِ ُْﻡﻚ ﺃَِﻭﺍﻝْ َﻭﺍﻝِ َﺩﻳْﻦ‬.‫ ﻫﻮﺍ َ َﻥِﻱ ﺑِﺎﻟْ ْﻖِﺱِﻁ ﺵَُﻡ َﺩﺍﺀَ ﻟِﻠﻬﻭﻪِ َْﻭﻝ ﻋَﻞَٰ ﺃَﻥ‬.َ ‫ُ َﻣﺎ ﺍﻟﻬﺬِﻱَﻥ ﺁَﻧُﻮﺍ ﻛُﻮﻧُﻮﺍ ﻕ‬.ّ ‫ﻳﺎﺃَﻱ‬
ۚ‫َُْﺩِﻟُﻮﺍ‬.‫ََﻫﺒُِﻮﺍ ﺍﻝْﻡَﻭْٰﻥﺃَ ﺕ‬.‫َﺭﺑِﻲَﻥْۚﻥﺇِ ﻳَﻚُْﻥ ﻏَﻨِﻴًّﺎ ﺃَْﻭ ﻓَﻘِﻲًﺭﺍ ﻓَﺎﻟﻠﻪُ ﺃَْﻭﻝَٰ ﻡﺏِ َ َﺍۖ ﻑََﻝَ ﺕ‬. ْ‫َﻭﺍ ْﻟَْﻖ‬
.‫ َ ﻟُﻮَﻥ َﺧﺒِﻲ ًﺭﺍ‬.‫ﺭِﺿُﻮﺍ ﻓَﺈِﻫﻦﺍﻟﻠﻪَﻥﻛﺎَ ِﺏ َ َﺍ ُْﺕ‬.ُْ ‫ َ ﻝْ ُﻭﻭﺍ ﺃَْﻭ ﺕ‬. ‫َﻭْﻥِﺇ ﺕ‬
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu o r a n g y a n g benar-benar penegak keadilan, menjadi
saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya
http://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/lc-TiaRS/
Vol: 2 No: 1 (Agustus
2023)

ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti

http://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/lc-TiaRS/
Vol: 2 No: 1 (Agustus
2023)

hawa nafsu untuk menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau
enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu
kerjakan. (QS. An-Nisa 135)".

Keadilan adalah topik utama untuk mewujudkan harmoni. Dalam konteks


bermasyarakat, keadilan menempati posisi utama untuk hidup berdampingan dalam
masyarakat yang majemuk. Nengah Nyappur mengajarkan nilai keadilan dalam
menyelesaikan konflik sosial di masyarakat. Melalui musyawarah dan kekeluargaan,
konflik diselesaikan untuk mencapai mufakat bersama (Rosidi et al., 2022). Tercapainya
kesepakatan dan mufakat tentunya dengan menempatkan sesuatu sesuai porsi yang adil. Hal ini
menunjukkan bahwa budaya adil dalam nengah nyappur sangat kuat dan dapat membantu
menyelesaikan konflik dalam masyarakat Lampung itu sendiri. Bukan tidak mungkin,
untuk menuju perdamaian umat beragama di Indonesia, juga harus menerapkan perilaku
adil terhadap sesama. Memberikan kebutuhan sesuai dengan porsi dan ukurannya.
Dalam hal beribadah, tidak mengganggu antar pemeluk agama. Sehingga kerukunan di
Indonesia dapat terwujud dengan mudah.

KESIMPULAN

Nengah Nyappur sebenarnya mengandung nilai-nilai universal yang berakar dari ajaran
religiusitas Islam sehingga berpeluang untuk diaplikasikan dalam konteks nasional
maupun internasional. Hal ini terlihat pada wawasan moderasi beragama seperti
toleransi, eksklusivitas dan humanisme untuk menciptakan keharmonisan dalam
kehidupan bermasyarakat yang terkandung dalam nilai-nilai Pi'il Pesenggiri Lampung.
Sebagai tambahan wawasan bahwa nilai falsafah hidup nengah nyappur pada pi'il pisinggiri
koheren dengan nilai-nilai Islam. dan diharapkan dapat dijadikan sebagai tinjauan untuk kasus-
kasus intra agama dan intra sosial. Karena sesungguhnya dalam kearifan lokal terdapat
nilai-nilai perdamaian yang dapat menyelesaikan konflik.

REFERENSI

Abubakar, I., Prayinto, A., Gaus, A., Pranawati, R., Rosyidin, I., Ihsan, B., Hemay, I., Rini, R., &
Akbar. M, A. (2018). Revitalisasi Nilai-Nilai Pancasila Di Era Milenial. Jurnal Majelis
Media Aspirasi Konstitusi, 11, 6.
https://www.mpr.go.id/pengkajia
http://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/lc-TiaRS/
Vol: 2 No: 1 (Agustus
2023)

n/JM_Edisi_11_November_2018.pd

f Aceng, D. H. (2013). Konsep Masyarakat Madani. Sosial, 1-17.

Bulok, P., Selatan, L., Wibisono, D., Damayantie, A., Syah, P., & Syani, A. (2021). Strategi

http://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/lc-TiaRS/
Vol: 2 No: 1 (Agustus
2023)

Pelestarian Makna dan Fungsi Kearifan Lokal Nengah-nyappur pada Masyarakat Adat
Marga Legun. SOSIOLOGI: Jurnal Ilmiah Kajian Ilmu Sosial Dan Budaya, 23(2), 226-243.
https://jurnalsosiologi.fisip.unila.ac.id/index.php/jurnal/article/view/162

Fachruddin, H. (1996). Falsafah Piil Pesenggiri Sebagai Norma Tatakrama Kehidupan Sosial
Masyarakat Lampung. CV. Arian Jaya.

Halim, A. (2021). Analisis Nilai-Nilai Kearifan Lokal Dalam 5 Falsafah Hidup Masyarakat
Lampung. Jurnal Kultur Demokrasi, 10(1), 9-23.

Himyari Yusuf. (2016). Nilai-Nilai islam dalam falsafah hidup masyarakat lampuNg himyari
yusuf. Jurnal Studi Agama Dan Pemikiran Islam, 10(1), 167-192.

Jamaluddin, J. (2022). Implementasi Moderasi Beragama di Tengah Multikulturalitas


Indonesia (Analisis Kebijakan Implementatif pada Kementerian Agama). AS-SALAM
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Keislaman, 7(1), 1-13. https://journal.stai-
yamisa.ac.id/index.php/assalam/issue/view/10 Karim, H.

A., & Pendidikan, I. M. (n.d.). Hamdi Abdul Karim.

Khoirul Anwar. (2021). Berislam secara Moderat ajaran dan praktik moderasi beragama
dalam Islam. Lawwana.

Lexy J, M. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya.

Mannan, A. (2013). Ahlussunnah Wal Jamaah Akidah-Umat Islam-Indonesia. PP. Al Falah.

Masduqi, I. (2011). Berislam Secara Toleran: Teologi-Kerukunan Umat-Beragam. Bandung:

Mizan.
Pustaka.

Mohamad Kamil Hj, A. M. (2003). Fanatik Dan Taksub Dalam Islam: Analisis Pandangan Al-
Qaradawi. Jurnal Usuluddin, 18(1986), 25-36.
https://ajba.um.edu.my/index.php/JUD/article/view/4086

Mustika, Z. (2003). Metode Penelitian Kepustakaan. Yayasan Pendidikan Indonesia. Nasution,

S. P., & Lazwardi, D. (2020). Internalisasi Nilai-Nilai Piil Pesenggiri Dan Islam. 10.

Paris, A. S. (2018). Jurnal internasional tentang pemahaman multikultural dan multireligius.


Jurnal Internasional Pemahaman Multikultural dan Multireligius, 5(3), 72-80.
https://doaj.org/article/901955e0b1ab46548b4649a2fecf56fa

Prasojo, Z. H., & Pabbajah, M. (2020). Akomodasi Kultural Dalam Resolusi Konflik
Bernuansa Agama Di Indonesia. Aqlam: Jurnal Islam dan Pluralitas, 5(1).
https://doi.org/10.30984/ajip.v5i1.1131

http://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/lc-TiaRS/
Vol: 2 No: 1 (Agustus
2023)

Prastiwi, D. (2023). 5 Respons Berbagai Pihak dari Polri, MUI, hingga Setara Institute Usai
Viral Peneliti BRIN Ancam Muhammadiyah. Liputan 6.Com.
https://www.liputan6.com/news/read/5269857/5-respons-berbagai-pihak-dari-
polri-mui-hingga-setara-institute-usai-viral-peneliti-brin-ancam-muhammadiyah

Puspawidjaya, R. (2006). Hukum Adat Dalam Tebaran Pemikiran. Universitas Lampung.

Ramadhan, A. (2023). Peneliti BRIN Ancam Warga Muhammadiyah, Menko PMK: Kalau Ada
Pelanggaran, Ya Diproses. Kompas.Com.
https://nasional.kompas.com/read/2023/04/26/21372091/p
e n e l i t i - b r i n - a n c a m - warga-muhammadiyah-menko-pmk-kalau-ada-
pelanggaran-ya

Rosidi, Suslina, Mubasit, & Hermanto, A. (2022). Pesan Dakwah Falsafah Hidup Pi'il Pesanggiri
Dan Relevansinya Dengan Moderasi Beragama Masyarakat Lampung.
Jurnal Psikologi Sekolah Positif, 6(2), 5518-5526.
https://journalppw.com/index.php/jpsp/article/view/3425

Syahputra, M. C. (2020). Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Budaya Nengah Nyappur.


Jurnal PAI Raden Fatah, 2(1), 1-10. https://doi.org/10.19109/pairf.v2i1.4301

Syahputra, M. C., & Rini, D. P. (2021). Internalisasi Paham Kesalehan Digital Dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Era Cyberculture. Oasis : Jurnal Ilmiah Kajian
Islam, 5(2), 33. https://doi.org/10.24235/oasis.v5i2.7859

Syahputra, M. C., & Ruslan, I. (2021). Nemui Nyimah: Kearifan Lokal Lampung
Berwawasan Moderasi Beragama. AKADEMIKA: Jurnal Pemikiran Islam, 26(1), 59.
https://doi.org/10.32332/akademika.v26i1.3235

Yasin, F., & Juhro, E. (2019). KITAB KUNTARA RAJA NITI Studi Tentang Masuknya Islam di
Lampung. 2-8. https://doi.org/10.4108/eai.10-9-2019.2289343

http://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/lc-TiaRS/

Anda mungkin juga menyukai