Anda di halaman 1dari 13

STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI)

DASAR PRANATA PEMBANGUNAN

MODUL 7

OLEH
DR. IR. DANI DWIYANDANA, MT
STANDAR NASIONAL INDONESIA
• Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah satu-satunya standar yang berlaku secara nasional di
Indonesia. SNI dirumuskan oleh Komite Teknis (dulu disebut sebagai Panitia Teknis) dan ditetapkan oleh
BSN
• Agar SNI memperoleh keberterimaan yang luas antara para stakeholder, maka SNI dirumuskan dengan
memenuhi WTO Code of good practice, yaitu:
• Openess (keterbukaan) : Terbuka bagi stakeholder yang berkepentingan dapat berpartisipasi dalam
pengembangan SNI;
• Transparency (transparansi) : Transparan agar semua stakeholder dapat mengikuti perkembangan
SNI mulai dari tahap pemrograman, perumusan, penetapannya. Dan mudah memperoleh informsi
yang berkaitan dengan pengembangan SNI;
• Consensus and impartiality (konsensus dan tidak memihak) : Tidak memihak dan konsensus
agar semua stakeholder dapat menyalurkan kepentingannya dan diperlakukan secara adil;
• Effectiveness and relevance : Efektif dan relevan agar dapat memfasilitasi perdagangan karena
memperhatikan kebutuhan pasar dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku;
• Coherence : Koheren dengan pengembangan standar internasional agar perkembangan pasar negara
kita tidak terisolasi dari perkembangan pasar global dan memperlancar perdagangan internasional;
dan
• Development dimension (berdimensi pembangunan) : Berdimensi pembangunan agar
memperhatikan kepentingan publik dan kepentingan nasional dalam meningkatkan daya saing
perekonomian nasional.
(Sumber: Strategi BSN 2006-2009)
LOGO SNI
• Sejalan dengan perkembangan kemampuan nasional di bidang
standardisasi dan dalam mengantisipasi era globlalisasi perdagangan
dunia, AFTA (2003) dan APEC (2010/2020), kegiatan standardisasi
yang meliputi standar dan penilaian kesesuaian (conformity
assessment) secara terpadu perlu dikembangkan secara
berkelanjutan khususnya dalam memantapkan dan meningkatkan
daya saing produk nasional, memperlancar arus perdagangan dan
melindungi kepentingan umum.
• Untuk membina, mengembangkan serta mengkoordinasikan
kegiatan di bidang standardisasi secara nasional menjadi tanggung
jawab Badan Standardisasi Nasional (BSN).
BADAN STANDARDISASI NASIONAL
• Badan Standardisasi Nasional dibentuk dengan Keputusan Presiden
No. 13 Tahun 1997 yang disempurnakan dengan Keputusan
Presiden No. 166 Tahun 2000 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga
Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali
diubah dan yang terakhir dengan Keputusan Presiden No. 103
Tahun 2001, merupakan Lembaga Pemerintah Non Departemen
dengan tugas pokok mengembangkan dan membina kegiatan
standardisasi di Indonesia.

• Badan ini menggantikan fungsi dari Dewan Standardisasi Nasional -


DSN. Dalam melaksanakan tugasnya Badan Standardisasi Nasional
berpedoman pada Peraturan Pemerintah No. 102 Tahun 2000
tentang Standardisasi Nasional.
KOMITE AKREDITASI NASIONAL (KAN)
• Pelaksanaan tugas dan fungsi Badan Standardisasi Nasional di bidang akreditasi
dilakukan oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN). KAN mempunyai tugas
menetapkan akreditasi dan memberikan pertimbangan serta saran kepada BSN
dalam menetapkan sistem akreditasi dan sertifikasi.

• Sedangkan pelaksanaan tugas dan fungsi BSN di bidang Standar Nasional untuk
Satuan Ukuran dilakukan oleh Komite Standar Nasional untuk Satuan Ukuran
(KSNSU). KSNSU mempunyai tugas memberikan pertimbangan dan saran kepada
BSN mengenai standar nasional untuk satuan ukuran.

• Sesuai dengan tujuan utama standardisasi adalah melindungi produsen,


konsumen, tenaga kerja dan masyarakat dari aspek keamanan, keselamatan,
kesehatan serta pelestarian fungsi lingkungan, pengaturan standardisasi secara
nasional ini dilakukan dalam rangka membangun sistem nasional yang mampu
mendorong dan meningkatkan, menjamin mutu barang dan/atau jasa serta
mampu memfasilitasi keberterimaan produk nasional dalam transaksi pasar
global. Dari sistem dan kondisi tersebut diharapkan dapat meningkatkan daya
saing produk barang dan/atau jasa Indonesia di pasar global.
KEWENANGAN BSN
Dalam menyelenggarakan fungsi tersebut, BSN mempunyai kewenangan :
a. penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya;
b. perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan
secara makro;
c. penetapan sistem informasi di bidangnya;
d. kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku yaitu :
1) perumusan dan pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang
standardisasi nasional;
2) perumusan dan penetapan kebijakan sistem akreditasi lembaga
sertifikasi, lembaga
inspeksi dan laboratorium;
3) penetapan Standar Nasional Indonesia (SNI);
4) pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidangnya;
5) penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan di bidangnya.
DASAR HUKUM
• Renstra BSN - Rencana
Strategis BSN Tahun 2005 -
2009
• Renstra BSN - Rencana
Strategis BSN Tahun 2010 -
2014
• Strategis Standardisasi
Nasional Tahun 2015 - 2025
• PP 102 - Peraturan
Pemerintah
• SSN - Sistem Standardisasi
Nasional
DAFTAR SNI TEKNIK SIPIL,
ARSITEKTUR DAN
LINGKUNGAN

• Daftar SNI Bahan


Konstruksi Bangunan
dan Rekayasa Sipil
(Sumber : Website
Kementrian Pekerjaan
Umum, browsing 14
Maret 2011)
• Data ada 708 SNI
Contoh - SNI 03-2399-2002 tentang
Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK Umum

• MCK umum sarana umum yang digunakan bersama oleh beberapa


keluarga untuk mandi, mencuci dan buang air dilokasi pemukiman
yang berpenduduk dengan kepadatan sedang sampai tinggi (300-
500 orang/Ha)
• Lokasi Jarak maksimal antara lokasi MCK umum dengan rumah
penduduk yang dilayani adalah 100 meter. Lokasi daerah harus
bebas banjir
• Kapasitas pelayanan Semua ruangan dalam satu kesatuan harus
dapat menampung pelayanan pada waktu (jam-jam) paling sibuk
dan banyaknya ruangan pada setiap satu kesatuan MCK
• Untuk jumlah pemakai tertentu adalah tercantum dalam tabel 1 dan
contoh tata Ietak MCK dapat dilihat pada gambar 1.
Tabel 1 Banyaknya ruangan pada satu kesatuan dengan Gambar 1 Contoh tata letak jumlah pemakai 25
jumlah pemakaian untuk pria & wanita yang dipisahkan orang pria dan wanita yang dipisahkan

Kuantitas air yang disesuaikan untuk kesatuan MCK adalah :


1) Minimal 20 Liter/orang/hari untuk ma ndi
2) Minimal 15 Liter/orang/hari untuk cuci
3) Minimal 10 Liter/orang/hari untuk kakus
Bahan yang dapat dipergunakan untuk bangunan MCK umum
:
1) Bahan bangunan setempat
2) Kemudahan penyediaan bahan bangunan
3) Mudah dilaksanakan
4) Dapat diterima oleh masyarakat pemakai
SARANA TEMPAT CUCI SARANA KAKUS
Tempat cuci dilengkapi dengan atap, dinding dan pintu Persyaratan sarana kakus adalah sebagai berikut :
Persyaratan tempat cuci adalah sebagai berikut: 1) Luas lantai minimal 2,0 m2 ( 1,0 m x 2,0 m ) dan dibuat
1) lantai luas lantai minimal 2,40 m2 ( 1,20 m x 2,0 m ) tidak licin dengan kemiririgan kearah floor drain.
& dibuat tidak licin dengan kemiringan SNI 03-2399- 2) Pintu, ventilasi dan, penerangan apabila dilengkapi
2002 8 dari 11 kearah lubang tempat pembuangan + dengan dinding, pintu, ventilasi dan penerangan maka
1% ketentuan seperti yang tercarturn dalam fasilitas mandi
2) dinding , pintu, ventilasi dan penerangan apabila untuk dinding, pintu, ventilasi dan penerangan dapat
tempat cuci dilengkapi dengan dinding, pintu, diterapkan untuk fasilitas kakus
ventilasi dan penerangan rnaka ketentuan-ketentuan 3) Kloset jongkok dengan ketentuan sebagai berikut :
seperti yang tercantum datum fasilitas mandi untuk - tempat kaki harus dibuat sebagai perlengkapan
dinding, pintu, ventilasi dan penerangan dapat kloset jongkok
diterapkan untuk fasilitas tempat cuci - diameter lubang pemasukan tinja 10 cm
3) tempat menggilas pakaian menggilas pakaian dapat - jarak antar dinding bangunan sampai ke kloset
dilakukan dengan jongkok ateu berdiri, dimana tinggi adalah 20 cm - 25 cm
tempat menggilas pakaian dengan cara berdiri - panjang kloset 40 cm dan lebar 20 cm
adalah 0,75 m diatas lantai dengan ukuran - dudukan kloset dapat ditinggikan min 10 cm dari
sekurangkurangnya 0,60 m x 0,80 m, permukaan lantai dengan kemiringan 1% dilengkapi perangkap
tempat menggilas dibuat tidak Iicin dengan air
kemiringan 1% 4) jumlah kran air bersih yang digunakan harus
4) sarana air bersih jumlah kran yang digunakan harus disesuaikan dengan kebutuhan.
sesuai dengan kebutuhan. 4.10
Tabel 2 Alternatif pemakaian bahan untuk MCK Persyaratan sarana kamar mandi adalah sebagai berikut
1) luas lantai minimal 1,2 m2 (1,0 m x 1,2 m ) dan dibuat
tidak licin dengan kemiringan kearah lubang tempat
pembuangan kurang lebih 1%
2) dinding bagian pemisah antara ruang satu dengan
lainnya.
3) Pintu-pintu, dengan ukuran pintu sebagai berikut :
lebar 0,6 - 0,8 m dan tinggi minimal 1,6 m
4) bak mandi bak penampung air yang digunakan untuk
mandi dengan gayung.
5) ventilasi dan penerangan untuk menjamin
terselenggaranya pembaharuan udara bersih dan
penerangan yang cukup dalam kamar mandi, maka
harus diadakan ventilasi dan harus rnempunyai
lubang cahaya yang langsung berhubungan dengan
udara sebagai penerangan alamiah
6) sarana air bersih air bekas mandi dibuang ke sistem
saluran/tangki septik sesuai dengan ketentuan
berlaku

Anda mungkin juga menyukai